BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengkaji hubungan higiene dan sanitasi berbagai lingkungan peternakan dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengkaji hubungan higiene dan sanitasi berbagai lingkungan peternakan dan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang penilaian higiene dan sanitasi tempat peternakan sapi dan tempat pemerahan susu sapi segar, jumlah bakteri Coliform yang terkandung di dalam susu sapi segar dan mengkaji hubungan higiene dan sanitasi berbagai lingkungan peternakan dan pemerahan terhadap jumlah bakteri Coliform pada susu sapi segar di Desa Kayumas Kabupaten Klaten. A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik penjamah susu sapi segar Observasi higiene dan sanitasi dilakukan di 12 tempat peternakan sapi dan pemerahan susu sapi segar yang ada di Desa Kayumas Kabupaten Klaten. Peternakan dan pemerahan susu sapi segar yang ada di Desa Kayumas dikelola oleh masing-masing individu secara pribadi yaitu para warga Desa Kayumas, yang selanjutnya susu sapi hasil pemerahan di kumpulkan di KUD. Penelitian ini mengambil sampel susu sapi segar di masing-masing tempat pemerahan yang dikelola oleh masing-masing warga secara pribadi. Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai hygiene dan sanitasi adalah penjamah. Penjamah yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu para pemerah susu sapi. Penelitian ini dilakukan di 12 lokasi pemerahan yang berbeda dengan karakteristik penjamah susu sapi yang dipaparkan pada Tabel 3. 38

2 Tabel 3. Karakteristik Penjamah Susu Sapi Karakteristik penjamah susu Persentase Jumlah sapi (%) Jenis Kelamin Laki-laki 8 66,67 Perempuan 4 33,37 Umur tahun 2 16, tahun 6 50,00 > 40 tahun 4 33,37 Pendidikan terakhir SD 3 25,00 SLTP 3 25,00 SLTA 5 41,67 S1 1 8,30 Pengalaman < 1 tahun 1 8, tahun 2 16, tahun 4 33,37 > 4 tahun 5 41,67 Karakteristik penjamah susu sapi segar yaitu pemerah susu sapi dalam penelitian ini beragam karakteristiknya. Pemerah susu sapi memiliki beragam jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan lama pengalaman menjadi pemerah susu sapi. 2. Penilaian higiene dan sanitasi tempat peternakan sapi dan pemerahan susu sapi Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan observasi dan mengisi lembar inspeksi higiene sanitasi. Penilaian higiene sanitasi dilakukan menggunakan formulir inspeksi higiene peternakan sapi dan pemerahan susu sapi yang disusun berdasarkan Pedoman Teknis Pengembangan Budidaya Sapi Perah Direktorat Budidaya Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun Masing-masing pertanyaan dalam formulir inspeksi mempunyai nilai atau bobot. Nilai higiene sanitasi diperoleh dengan menghitung jumlah total nilai 39

3 keseluruhan. Formulir penilaian higiene sanitasi dan hasil pengisian dapat dilihat pada lampiran 1. Total nilai yang dapat diperoleh maksimal 100%. Nilai higiene dan sanitasi sebesar 71-80% dikatakan cukup baik, nilai sebesar 81-90% dikatakan baik dan nilai % dikatakan sangat baik. Tabel 4. Hasil Penilaian Higiene dan Sanitasi Tempat Peternakan Sapi dan Pemerahan Susu Sapi Nilai Higiene dan Sanitasi (%) Kriteria Lokasi Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Ratarata Kriteria Bobot ,33 Kurang baik < 70% ,67 Baik 81-90% ,67 Cukup baik 71-80% ,33 Cukup baik 71-80% ,33 Cukup baik 71-80% ,00 Cukup baik 71-80% ,33 Baik 81-90% ,33 Cukup baik 71-80% ,67 Cukup baik 71-80% ,33 Kurang baik < 70% ,00 Kurang baik < 70% ,00 Sangat baik % Keterangan : Aspek 1 = Perawatan kebersihan kandang Aspek 2 = Perawatan kesehatan dan kebersihan hewan Aspek 3 = Perawatan kebersihan alat-alat pemerah Aspek 4 = Keadaan kebersihan pemerahan Aspek 5 = Kesehatan pemerah atau pekerja Aspek 6 = Pemberian makan Observasi higiene dan sanitasi dilakukan di 12 lokasi peternakan dan pemerahan yang ada di Desa Kayumas yang dilakukan pada Bulan Juli Hasil penilaian higiene dan sanitasi peternakan sapi dan pemerahan susu sapi yang ada di 12 tempat di Desa Kayumas Klaten menunjukkan bahwa hanya terdapat 1 tempat pemerahan dan peternakan yang mempunyai nilai higiene dan 40

4 sanitasi sangat baik, 2 tempat mempunyai nilai higiene dan sanitasi baik, 6 tempat mempunyai nilai higiene dan sanitasi cukup baik dan sebanyak 3 tempat peternakan dan pemerahan susu sapi mempuyai nilai higiene dan sanitasi kurang baik. Gambaran higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan susu sapi dipaparkan pada Gambar 2. Gambar 2. Nilai Higiene dan Sanitasi Peternakan dan Pemerahan Susu Sapi Nilai higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan kebersihan kandang dari 12 tempat peternakan yang ada di Desa Kayumas menunjukkan bahwa sebanyak 4 tempat peternakan telah melakukan aspek perawatan kandang dengan sangat baik, 2 tempat peternakan melakukan dengan baik, 2 tempat peternakan melakukan dengan cukup baik dan 4 tempat peternakan telah melakukan perawatan kebersihan kandang dengan kurang baik. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan kesehatan dan kebersihan hewan menunjukkan bahwa sebanyak 4 tempat peternakan telah melakukan perawatan kesehatan dan kebersihan hewan dengan sangat baik, 5 tempat 41

5 peternakan telah melakukan dengan baik, 3 tempat peternakan telah melakukan dengan kurang baik. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan kebersihan alat-alat pemerah menunjukkan bahwa sebanyak 1 tempat peternakan telah melakukan perawatan kebersihan alat-alat pemerah dengan sangat baik, 10 tempat peternakan telah melakukan dengan cukup baik, 1 tempat peternakan telah melakukan dengan kurang baik. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek keadaan kebersihan pemerahan menunjukkan bahwa sebanyak 1 tempat peternakan telah melakukan kebersihan pemerahan dengan sangat baik, 4 tempat peternakan telah melakukan dengan baik, 5 tempat peternakan telah melakukan dengan cukup baik dan 2 tempat peternakan telah melakukan dengan kurang baik. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek kesehatan pemerah atau pekerja menunjukkan bahwa sebanyak 5 tempat peternakan telah melakukan aspek kesehatan pemerah atau pekerja dengan sangat baik, 1 tempat peternakan telah melakukan dengan baik, 6 tempat peternakan telah melakukan dengan cukup baik. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek pemberian makan menunjukkan bahwa sebanyak 10 tempat peternakan telah melakukan aspek pemberian makan dengan baik, dan 2 tempat peternakan telah melakukan dengan cukup baik. 3. Uji indikator mikrobiologis susu sapi segar Uji indikator mikrobiologis susu sapi segar yang dilakukan pada penelitian ini berupa pemeriksaan angka kuman atau angka lempeng total (ALT) dan uji keberadaan Coliform menggunakan metode Most Probable Number (MPN). Pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT) ini dilakukan dengan menggunakan 42

6 media Plate Count Agar (PCA) dengan metode pour plate. Sampel susu sapi segar diencerkan menggunakan NaCl steril 0,9% kemudian diisolasi dan diinkubasi terbalik pada suhu 37ºC selama jam. Uji mikrobiologis lainnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pemeriksaan Coliform. Pemeriksaan jumlah Coliform pada susu segar dilakukan melalui pemeriksaan Most Probable Number (MPN) yaitu melalui uji pendugaan dan penegasan. Pada saat uji pendugaan, sampel susu sapi segar diisolasi dengan menggunakan media Lauryl Sulphate Tryptose Broth (LSTB). Setelah dilakukan uji pendugaan dilanjutkan dengan uji penegasan dengan memindahkan biakan ke media Essay kemudian diinkubasi pada suhu 44ºC selama 48 jam. Hasil pemeriksaan MPN Coliform dan jumlah total bakteri dipaparkan pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Coliform dan Jumlah Total Bakteri Susu Sapi Jumlah Baku Jumlah Total Lokasi Coliform Mutu Bateri Baku Mutu MPN/mL MPN/mL cfu/ml cfu/ml Lokasi 1 > x ,9 x x 10 4 Lokasi x ,2 x x 10 4 Lokasi 3 > x ,3 x x 10 4 Lokasi x ,5 x x 10 4 Lokasi x ,7 x x 10 4 Lokasi x ,0 x x 10 4 Lokasi x ,6 x x 10 4 Lokasi x ,0 x x 10 4 Lokasi x ,1 x x 10 4 Lokasi 10 > x ,5 x x 10 4 Lokasi 11 > x ,3 x x 10 4 Lokasi 12 3,6 2 x ,7 x x 10 4 Hasil pemeriksaan MPN Coliform susu sapi pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sampel susu sapi segar yang diambil di berbagai lokasi di pemerahan sapi 43

7 Desa Kayumas secara keseluruhan mengandung Coliform. Berdasarkan SNI 7388: 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan, baku mutu kandungan Coliform dalam bahan pangan sebesar 2 x 10 2 MPN/mL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 sampel susu sapi yang diambil dari masing-masing tempat pemerahan susu sapi yang ada di Desa Kayumas, hanya terdapat satu sampel yang mengandung Coliform kurang dari baku mutu yang diizinkan berdasar pada SNI 7388: 2009 dan sebanyak 11 sampel susu sapi segar yang diambil dari 11 lokasi pemerahan yang berbeda di Desa Kayumas mengandung Coliform melebihi batas baku mutu yang diizinkan berdasarkan pada SNI 7388: Hasil pemeriksaan angka lempeng total susu sapi segar yang diambil dari 12 tempat pemerahan yang berbeda di Desa Kayumas juga memberikan hasil serupa yaitu hanya satu sampel susu sapi segar yang mempunyai kandungan total mikroorganisme kurang dari baku mutu yang diizinkan berdasarkan pada SNI 7388: Sebanyak 11 sampel susu segar yang diambil dari 11 tempat pemerahan di Desa Kayumas mempunyai kandungan total mikroorganisme yang melebihi batas baku mutu yang diizinkan berdasar pada SNI 7388: Berdasarkan hasil pemeriksaan angka lempeng total dan MPN Coliform menunjukkan bahwa susu sapi segar yang diambil dari 12 peternak di Desa Kayumas Klaten mempunyai kualitas rendah ditinjau dari kandungan mikroorganisme didalamnya. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijiastutik (2012) bahwa susu sapi yang diambil dari para peternak di Kecamatan Mojosongo Boyolali mengandung mikroba yang melebihi batas 44

8 minimum yang diizinkan. Menurut Wijiastutik (2012), rendahnya kualitas susu dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu intrinsik (dari dalam hewan) dan faktor ekstrinsik (lingkungan, pemerah, dan alat yang digunakan). Pembahasan selanjutnya akan mengkaji pengaruh higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan terhadap indikator mikrobiologis susu. 4. Gambaran hubungan higiene sanitasi peternakan sapi dan pemerahan susu sapi dengan indikator mikrobiologis Gambaran hubungan higiene sanitasi peternakan sapi dan pemerahan susu sapi dengan indikator mikrobiologis dilakukan dengan mengolah data higiene sanitasi dan hasil uji indikator mikrobiologis ke dalam satu tabel. Tabel tersebut dipaparkan pada Tabel 6. Tabel 6. Hubungan Higiene Sanitasi Peternakan dan Pemerahan dengan jumlah Coliform dan angka lempeng total Lokasi Jumlah Higiene sanitasi Angka kuman Coliform Persentase Kriteria MPN/mL cfu/ml nilai (%) Lokasi 1 63,33 Tidak baik >1100 9,9 x 10 6 Lokasi 2 81,67 Baik 460 1,2 x 10 5 Lokasi 3 71,67 Cukup baik >1100 4,3 x 10 5 Lokasi 4 78,33 Cukup baik ,5 x 10 5 Lokasi 5 78,33 Cukup baik ,7 x 10 5 Lokasi 6 75,00 Cukup baik ,0 x 10 5 Lokasi 7 83,33 Baik 240 1,6 x 10 6 Lokasi 8 78,33 Cukup baik 460 1,0 x 10 5 Lokasi 9 81,67 Cukup baik 460 6,1 x 10 4 Lokasi 10 63,33 Tidak baik >1100 7,5 x 10 5 Lokasi 11 60,00 Tidak baik >1100 7,3 x 10 5 Lokasi 12 95,00 Sangat baik 3,6 2,7 x 10 3 Hasil hubungan antara nilai higiene dan sanitasi peternakan sapi dan pemerahan susu sapi dengan indikator mikrobiologis menunjukkan bahwa 45

9 semakin baik kriteria higiene dan sanitasi memperlihatkan jumlah bakteri Coliform dan jumlah total bakteri yang terkandung di dalam susu sapi segar semakin sedikit. B. Pembahasan Penelitian ini mengkaji aspek higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan susu api terhadap jumlah Coliform dan jumlah total mikroorganisme yang terdapat pada susu sapi segar yang diambil dari peternakan Desa Kayumas Klaten. Susu sapi merupakan minuman dengan kandungan gizi yang tinggi yang diambil dari hasil pemerahan sapi. Proses pemerahan dan serta kondisi kebersihan dan kesehatan sapi dapat mempengaruhi kualitas susu sapi yang diperah. Hal ini karena banyaknya sumber kontaminan yang dapat mengkontaminasi susu sapi merupakan hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjaga kualitas susu sapi. 1. Higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan susu sapi Higiene dan sanitasi yang dapat mempengaruhi kualitas susu merupakan kontribusi dari higiene dan sanitasi peternakan dan juga higiene dan sanitasi pemerahan. Higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan yang dikaji dalam penelitian ini berdasarkan Pedoman Teknis Pengembangan Budidaya Sapi Perah Direktorat Budidaya Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2012 meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Aspek perawatan kebersihan kandang Aspek perawatan kebersihan kandang seharusnya memperhatikan kondisi lantai kandang di mana lantai kandang sebaiknya terbuat dari semen 46

10 atau tanah padat yang mudah dibersihkan dan mempunyai kemiringan 5% tidak licin, tidak kasar, mudah kering dan tahan injak. Kandang diharapkan mempunyai sirkulasi udara (agak terbuka) dan juga mempunyai drainase dan saluran pembuangan limbah yang baik, serta mudah dibersihkan. Kebersihan kandang juga harus dijaga dengan cara mensucihamakan seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Kotoran hewan sebaiknya di tempatkan di tempat yang terpisah dengan kandang. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan kebersihan kandang dari 12 tempat peternakan yang ada di Desa Kayumas menunjukkan kriteria yang sangat baik sebanyak 4 tempat, kriteria baik sebanyak 2 tempat, kriteria cukup baik sebanyak 2 tempat dan kriteria kurang baik sebanyak 4 tempat. Sebagian besar peternak yang ada di Desa Kayumas tidak mensucihamakan peralatan dan kandang terlebih dahulu dan hanya dicuci dengan sabun, selain itu drainase dan saluran pembuangan limbah belum dibuat dengan baik serta tidak semua tempat peternakan dibuat miring. Meskipun demikian, hampir semua tempat peternakan mempunyai lantai yang cukup mudah dibersihkan, sebagian lantai terbuat dari semen dan sebagian lagi masih berupa tanah yang sudah memadat. b. Nilai higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan kesehatan dan kebersihan hewan Aspek perawatan kesehatan dan kebersihan hewan seharusnya memperhatikan kesehatan hewan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan sapi secara rutin yaitu selama 3 bulan sekali dan melakukan vaksinasi sesuai 47

11 petunjuk. Kebersihan hewan juga harus dijaga dengan baik dengan selalu menjaga lantai agar tetap kering, melakukan pemisahan sapi antara sapi yang sehat dan sapi yang sakit, memandikan sapi secra teratur degan air bersih dan kandang dibersihkan secara teratur yaitu setiap hari kandang harus dibersihkan. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan kesehatan dan kebersihan hewan menunjukkan bahwa sebanyak 4 tempat memiliki nilai higiene dan sanitasi yang sangat baik, sebanyak 5 tempat mempunyai kriteria yang baik, dan sebanyak 3 tempat peternakan telah melakukan perawatan kesehatan dan kebersihan hewan dengan kurang baik. Artinya bahwa sebagian peternak yang ada di Desa Kayumas telah melaukan perawatan dan kesehatan hewan dengan baik. Pemeriksaan sapi telah dilakukan secara rutin oleh para peternak selama 3 bulan sekali, vaksinasi juga selalu dilakukan sesuai petunjuk dan peternak telah sadar mengenai bahaya penularan penyakit dengan selalu melakukan pemisahan antara sapi yang sehat dan sapi yang sedang sakit. Kandang selalu dibersihkan setiap hari dan sapi dimandikan secara teratur dengan air bersih oleh para peternak meskipun sebagian peternak belum melakukannya, Faktor yang masih belum menjadi perhatian bagi para peternak mengenai lantai yang harus selalu kering. Sebagian besar peternak sulit untuk menjaga agar lantai selalu kering. Tidak keringnya lantai kandang karena belum semua lantai kandang dibuat miring dan dilengkapi dengan drainase yang baik. Hampir semua kandang kondisinya terbuka sehingga ketika hujan, sebagian air hujan masuk ke dalam kandang dan selain itu juga akibat kotoran yang dikeluarkan oleh sapi. 48

12 c. Nilai higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan kebersihan alat-alat pemerah Aspek perawatan kebersihan alat-alat pemerah seharusnya memperhatikan ha-hal sebagai berikut: air yang digunakan untuk mencuci alat pemerahan harus memenuhi persyaratan baku mutu air. Alat pemerah harus selalu dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan, alat pemerah yang digunakan harus sesuai dengan peruntukannya dan tidak dicampur-campur serta selalu melakukan sterilisasi alat pemerah sebelum digunakan. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan kebersihan alat-alat pemerah menunjukkan bahwa sebanyak 1 tempat peternakan telah melakukan perawatan kebersihan alat-alat pemerah dengan sangat baik, sebanyak 10 tempat dengan kriteria cukup baik dan sebanyak 1 tempat dengan kriteria kurang baik. Hasil ini menunjukkan bahwa perawatan kebersihan alat-alat pemerah telah dilakukan dengan baik oleh para peternak yang ada di Desa Kayumas. Peternak selalu mencuci menggunakan sabun peralatan yang akan digunakan untuk memerah dan dengan menggunakan air yang diambil dari sumur. Alat-alat yang digunakan untuk memerah telah disiapkan tersendiri sesuai dengan fungsinya masing-masing. Meskipun demikian, hampir semua peternak yang ada di Desa Kayumas tidak melakukan sterilisasi peralatan pemerah. Alat pemerah yang telah dicuci hanya dikeringkan diudara terbuka di bawah panas matahari. d. Nilai higiene dan sanitasi berdasarkan keadaan kebersihan pemerahan Aspek keadaan kebersihan pemerahan dalam menilai higiene dan sanitasi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: sebelum pemerahan 49

13 dilakukan pembersihan kandang terlebih dahulu, sebelum pemerahan dahulu, ambing dibersihkan dan susu langsung disaring ditempat bersih. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek keadaan kebersihan pemerahan menunjukkan bahwa sebanyak 1 tempat peternakan telah melakukan kebersihan pemerahan dengan sangat baik, sebanyak 4 dengan kriteria baik, sebanyak 5 tempat peternakan dengan kriteria cukup baik dan sebanyak 2 tempat peternakan dengan kriteria kurang baik. Semua pemerah di Desa Kayumas telah sadar mengenai pentingnya kebersihan susu yang diperah dengan langsung menyaringnya dan ditempatkan ditempat yang bersih dan tertutup. Namun, beberapa peternak masih belum melakukan kebersihan kandang sebelum pemerahan, tidak memandikan sapi sebelum proses pemerahan dan juga tidak membersihkan ambing. e. Nilai higiene dan sanitasi berdasarkan aspek kesehatan pemerah atau pekerja Aspek kesehatan pemerah juga harus diperhatikan dalam melakukan evaluasi higiene dan sanitasi. Pemeriksaan status kesehatan secara rutin kepada pekerja seharusnya selalu dilakukan. Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot, pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang dan waktu melakukan proses pemerahan, pekerja berperilaku bersih/higienis dan terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higiene dan sanitasi. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek kesehatan pemerah atau pekerja menunjukkan bahwa sebanyak 5 tempat peternakan telah melakukan aspek kesehatan pemerah atau pekerja dengan sangat baik, 50

14 sebanyak 1 tempat peternakan memiliki kriteria baik, sebanyak 6 tempat peternakan memiliki kriteria cukup baik. Peternakan yang ada di Desa Kayumas telah terorganisir dengan baik dan sering mendapat penyuluhan dan pelatihan dari Dinas Peternakan setempat. Semua peternak Desa Kayumas yang dikaji dalam penelitian ini telah mengikuti pelatihan secara rutin namun tidak melakukan statsu kesehatan dirinya secara rutin. Sebagian peternak tidak menggunakan pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot ketika bekerja dan sebagian besar peternak masih menggunakan perhiasan ketika memerah susu sapi. f. Nilai higiene dan sanitasi aspek pemberian makan Aspek pemberian makan merupakan aspek yang pening dalam memperhatikan masuknya sumber kontaminan ke dalam tubuh ternak/sapi sehingga perlu diperhatikan dengan baik. Sapi harus selalu disediakan air minum yang bersih sesuai dengan persyaratan baku mutu air, tempat pakan dan minum ditempatkan di luar kandang dan masih berada dalam satu atap, tempat pakan dibuat agak tinggi agar pakan tidak diinjak-injak, dan tempat minum dibuat permanen dari semen dan sedikit leih tinggi dari permukaan lantai. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek pemberian makan menunjukkan bahwa sebanyak 10 tempat peternakan telah melakukan aspek pemberian makan dengan baik dan sebanyak 2 tempat peternakan telah melakukan aspek pemberian makan dengan cukup baik. Sapi diberi air minum yang bersih yang diambil dari sumur oleh para peternak Desa 51

15 Kayumas. Beberapa peternak telah menyediakan tempat makan dan minum sapi yang berada di luar kandang namun masih di bawah atap, dan telah menyediakan tempat makan ditempat yang agak tinggi. Namun sebagian besar tempat minum sapi belum terbuat dari semen dan hanya menggunakan ember plastik besar. 2. Higiene sanitasi peternakan sapi dan pemerahan susu sapi dengan jumlah Coliform dan jumlah total bakteri Susu yang masih dalam kelenjar susu dapat dikatakan steril tetapi setelah keluar dari puting dapat terjadi kontaminasi. Faktor yang berpengaruh besar terhadap kualitas susu segar adalah adanya bakteri baik bakteri patogen maupun bakteri non patogen. Jumlah bakteri dalam susu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari hewannya sendiri (faktor intrinsik) maupun yang berasal dari luar tubuhnya (faktor ekstrinsik) (Hadiwiyoto, 1994: 15). Oleh karena itu, higiene dan sanitasi peternakan dan juga pemerahan susu merupakan faktor yang diduga dapat mempengaruhi kualitas susu. Berdasarkan sampel susu segar yang diambil di 12 peternakan yang ada di Desa Kayumas dilakukan uji MPN Coliform dan uji ALT untuk mengetahui kandungan bakter Coliform dan juga angka kuman yang terkandung di dalam susu. Sampel susu sapi yang digunakan untuk uji indikator mikrobiologis merupakan susu sapi hasil pemerahan yang ditambung di ember sebelum dilakukan penyaringan ke dalam wadah tertutup. Berdasarkan hasil uji MPN Coliform dan ALT menunjukkan bahwa dari 12 susu sapi segar yang diambil dari 12 peternakan di Desa Kayumas, hanya 1 sampel yang dinyatakan mempunyai kandungan Coliform dan angka kuman kurang dari batas minimal yang diizinkan berdasarkan SNI 7388:2009, tentang 52

16 Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. Sampel susu sapi segar yang memiliki kandungan Coliform dan jumlah total bakteri yang rendah, memiliki nilai higiene dan sanitasi dengan kriteria yang sangat tinggi. Sedangkan 11 sampel susu segar lainnya memiliki kandungan Coliform dan Angka kuman melebihi batas baku yang didizinkan menurut SNI dan memiliki nilai higiene dan sanitasi yang baik (2 sampel), cukup baik (6 sampel) dan kurang baik (3 sampel). Dengan demikian, nilai higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan susu sapi mempengaruhi jumlah kandungan Coliform dan Angka kuman dalam susu sapi segar. Coliform merupakan bakteri indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat sanitasi dari lingkungan maupun kebersihan dari ternak. Jumlah Coliform dalam susu juga dipengaruhi oleh musim pada saat pemerahan. Penelitian yang dilakukan oleh Van Schaik menunjukkan bahwa jumlah Coliform susu pada musim panas lebih tinggi bila dibandingkan dengan musim dingin. Musim panas sangat mendukung bakteri Coliform dan golongan termodurik atau tahan panas untuk tumbuh dan berkembang yang menyebabkan jumlah Coliform dan angka kuman dalam susu meningkat. Jumlah Coliform dalam susu sangat berhubungan dengan tingkat sanitasi dan manajemen pemerahan susu. Pada saat pemerahan susu, lingkungan kandang sapi yang tidak dibersihkan dapat menyebabkan puting dan ambing menjadi kotor akibatnya susu yang dihasilkan memiliki jumlah Coliform lebih tinggi. Menurut Suarjana (2009: 12) bahwa jumlah Coliform yang tinggi pada tempat minum mengindikasikan bahwa sanitasi kandang masih kurang baik. Kandang yang jarang dibersihkan terutama tempat minum akan mudah 53

17 terkontaminasi oleh bahan-bahan infektif seperti debu kandang, kotoran dan bahan pakan yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Angka Lempeng Total (ALT) merupakan salah satu pemeriksaan mikrobiologi yang digunakan untuk melihat jumlah mikroorganisme secara keseluruhan dalam susu. Kondisi kebersihan dari susu harus diperhatikan mulai dari lingkungan pemerahan sampai ke tangan konsumen dan hal tersebut dapat diketahui dari uji ALT. Jumlah angka kuman dipengaruhi oleh sanitasi dari lingkungan seperti kebersihan ternak, kebersihan kandang serta peralatan untuk pemerahan. Tempat penyimpanan susu dan jarak antara lokasi pemerahan dengan tempat pengumpul susu dapat mempengaruhi jumlah angka kuman. Jarak yang terlalu jauh antara tempat pengumpul susu dengan pemerah dan tidak disertai dengan fasilitas pendingin menyebabkan bakteri mudah tumbuh dan berkembang akibatnya jumlah angka kuman meningkat. Secara alami di dalam susu tedapat bakteri seperti Micrococcus, Streptococcus. Berdasarkan SNI 7388: 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan dengan syarat minimal kandungan angka kuman sebesar 5 x 10 4 cfu/ml maka hanya terdapat 1 sampel susu sapi segar dari 12 sampel susu yang diujikan. Sampel yang memenuhi syarat SNI 7388: 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan juga hanya 1 sampel dari 12 sampel yang diujikan berdasarkan batas minimal kandungan Coliform yaitu minimal sebesar 2 x 10 2 MPN/mL. Dengan demikian, kualitas susu sapi yang berasal dari peternakan Desa Kayumas tergolong masih sangat rendah. 54

18 Hubungan antara higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan susu sapi terhadap jumlah Coliform dalam susu sapi dapat djelaskan berdasarkan aspekaspek dalam higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan susu sapi. Aspek pertama higiene dan sanitasi dalam penelitian ini adalah perawatan dan kebersihan kandang. Kandang sapi yang tidak bersih dan tidak sehat memungkinkan adanya bakteri dalam kandang dan sapi. Adanya bakteri dalam kandang dan sapi memungkinkan terkontaminasinya susu sapi yang dihasilkan sehingga jumlah bakteri dalam susu dapat naik dengn cepat. Oleh karena itu perlu diperhatikan dengan cermat keadaan kadang seperti misalnya, pencucian lantai kandang harus dengan air mengalir yang bersih, saluran pembuangan, dan ventilasi luar ruangan. Sanitasi kandang yang tidak baik akan berpengaruh terhadap kualitas susu sapi yang dihasilkan terutama keberadaan cemaran mikroba. Kandang yang baik akan membuat sapi yang ada di dalamnya nyaman, karena kandang yang buruk dapat membuat sapi yang ada di dalamnya mengalami stress. Hal yang biasa dilakukan untuk menjaga kebersihan kandang agar udara dapat berjalan dengan lancar, merancang bangunan kandang agar sinar matahari dapat masuk ke dalam kandang, tidak membiarkan kotoran sapi menumpuk di kandang dan segera membersihkan sisa-sisa pakan yang berceceran di lantai kandang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa sebagian kandang sudah diplester/disemen dan sebagian masih lantai tanah yang padat, namun saluran air limbah tidak memenuhi syarat dan kedap air. Tempat pembuangan kotoran padat dan cair sementara belum memenuhi syarat karena jaraknya tidak < 10 m dari kandang dan hanya ditempatkan di samping kandang. 55

19 Temperatur penampung kotoran padat/cair sementara tersebut juga tidak ada penutupnya. Keadaan sanitasi serta lingkungan memegang peranan penting dalam menjaga kualitas susu yang baru saja dihasilkan. Jumlah kuman total dan jumlah Coliform yang melebihi standar salah satunya disebabkan oleh sanitasi kandang sapi perah yang kurang baik. Hasil ini sebagaimana dinyatakan oleh Hayes dan Boor (2001: 42) bahwa salah satu sumber kontaminasi bakteri pada susu segar adalah lingkungan. Secara umum, kontaminasi Coliform berkaitan dengan kandang, air, tanah, dan tanaman. Aspek kedua higiene dan sanitasi dalam penelitian ini adalah perawatan dan kebersihan hewan. Keadaan sapi perah yang tidak sehat dan tidak bersih pada waktu diperah akan menghasilkan mutu susu yang tidak baik. Kebersihan dan kesehatan sapi dapat memengaruhi jumlah bakteri dalam susu secara langsung, karena sapi yang bersih akan menghasilkan susu yang baik. Menjaga kebersihan dan kesehatan sapi salah satunya dengan cara memandikan dan membersihkan bagian-bagian yang penting seperti lipatan paha dan sekitar anus, ambing sapi dan puting sapi. Sebelum dilakukan pemerahan dilakukan pembersihan dahulu pada paha, ambing dan puting dengan mengunakan air hangat. Penggunaan air hangat dimaksudkan untuk membunuh bakteri atau mikroorganisme yang terdapat pada bagian-bagian tersebut. Badan sapi terutama pada bagian kulit seringkali kotor akibat kulit ari yang mengelupas, debu, lumpur, dan kotoran sapi yang melekat bersama keringat dan lemak sapi. Kulit yang kotor ini dapat menyebabkan hal-hal yang merugikan yaitu radang kulit, menyulitkan sapi untuk membuang zat yang merugikan melalui keringat karena tertutupi oleh debu dan kotoran, sapi sulit 56

20 untuk mengatur suhu badannya dan mengganggu kenyamanan sapi sehingga pertumbuhannya tidak maksimal. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas peternak sapi perah kurang memperhatikan kebersihan sapi mereka terutama dalam hal memandikan sapi, air yang dipakai untuk membersihkan lipat paha, ambing dan puting. Apabila sapi tidak disiapkan sebaik mungkin, saat sapi diperah maka akan mempengaruhi jumlah kuman pada susu hasil perahan. Angka kuman total dan Coliform yang melebihi standar salah satunya disebabkan oleh kesehatan dan kebersihan sapi yang tidak memenuhi syarat. Hasil ini sejalan dengan pernyataan Hayes dan Boor (2001: 42) bahwa salah satu sumber kontaminasi bakteri pada susu segar adalah tubuh sapi. Apabila sanitasi puting sebelum pemerahan tidak diperhatikan dengan benar, akan menyebabkan adanya mikroorganisme dalam susu, sedangkan bila puting dibersihkan dan dikeringkan sesegera mungkin sebelum pemerahan akan menurunkan Angka Lempeng Total Coliform dan juga mengurangi sedimen susu. Sedimen dijadikan ukuran untuk kebersihan susu saat diperah dan seharusnya tidak ada di dalam susu. Sedimen susu berupa debris atau reruntuhan kotoran yang bisa melewati saringan susu. Apabila sedimen susu tinggi maka kemungkinan TPC juga tinggi. Reruntuhan debris tersebut dapat berasal dari debu kandang dan puting serta ambing yang tidak dibersihkan (Kirk, 2005: 6). Aspek ketiga higiene dan sanitasi dalam penelitian ini adalah kebersihan alat-alat pemerah. Alat-alat pemerah yang tidak dicuci dengan menggunakan air yang bersih dan tidak disterilisasi dapat menjadi sumber kontaminasi bakteri pada susu sapi. Kontaminasi sering disebabkan oleh alat-alat pada waktu pemerahan, wadah susu, air pencuci alat maupun wadah yang dalam keadaan kotor, maka 57

21 semua itu harus dijaga kebersihannya. Sanitasi alat sangat berpengaruh terhadap keberadaan mikroorganisme dalam susu karena alat berhubungan langsung dengan susu. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa sebagian besar tidak membilas peralatan (ember, saringan, milk can, dan lap) yang akan digunakan dalam proses pemerahan dengan air hangat. Hasil penelitian ini serupa dengan pernyataan Hayes dan Boor (2001: 43) bahwa sumber pencemaran mikroorganisme dalam pemerahan meliputi ember, milk can, tabung penghisap dari mesin pemerahan, milk pipelines, bulk tanks, dan transport tankers. Apabila alat pemerahan tidak dibersihkan dengan benar peralatan tersebut mungkin meninggalkan residu yang dapat menjadi media pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri berkembang biak dan mencemari susu yang kontak melalui alat-alat tersebut. Manning (2010: 7) menyatakan bahwa air yang terkontaminasi Coliform merupakan sumber pencemaran yang paling penting di sebuah peternakan karena bakteri ini dapat bertahan hidup dalam sedimen air selama enam bulan, bahkan dapat bertahan hidup sepanjang musim dingin. Selain itu, air yang telah terkontaminasi dapat bercampur dengan air tanah dan menjadi sumber penularan ke tanaman dan rumput yang dimakan oleh ternak melalui sistem irigasi, serta dapat mengkontaminasi danau, sungai dan sumber air lainnya yang berada di sekitar peternakan. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kontaminasi koliform adalah jarak peternakan yang dekat dengan pemukiman penduduk. Hal tersebut dapat meningkatkan penyebaran dan kontaminasi pada air yang berasal dari pembuangan dan penampungan kotoran manusia yang dekat dengan sumur, danau atau sungai sebagai sumber air pada peternakan (Winarno, 1993: 131). 58

22 Ember dan saringan yang digunakan untuk menampung air susu juga dalam keadaan yang tidak bersih. Peternak juga tidak menyediakan tempat khusus yang jauh dri sumber kotoran untuk meletakkan alat-alat tersebut. Sehingga hal tersebut memicu bakteri untuk berkembang biak pada peralatan dan akhirnya dapat mencemari susu. Jumlah Coliform dan angka kuman total yang melebihi standar salah satunya disebabkan oleh sanitasi peralatan yang tidak memenuhi syarat. Beberapa tindakan sanitasi wajib dilakukan untuk mengurangi jumlah kontaminasi bakteri ke dalam susu yaitu selalu membersihkan peralatan yang telah digunakan dengan cara menggunakan desinfektan atau dengan mendidihkan menggunakan air. Aspek keempat higiene dan sanitasi dalam penelitian ini adalah keadaan kebersihan pemerah dan aspek kelima yaitu kesehatan pemerah. Pemerah sapi diharapkan dalam kondisi sehat dan bersih serta tidak menggunakan perhiasan untuk menghindari terkontaminasinya susu sapi sewaktu diperah. Selain itu, tempat pemerahan diharapkan jauh dari kandang sapi. Pemerah dapat mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan. Sebelum melakukan pemerahan sebaiknya pemerah memperhatikan kebersihan diri seperti kebersihan kuku tangan, tangan, pakaian dan kesehatan pemerah. Higiene pemerah merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas susu sapi agar kontaminasi bakteri yang berasal dari pekerja yang sakit atau pekerja yang tidak bersih dapat dihindari dan dikurangi. Kebersihan telapak tangan berpengaruh terhadap kesehatan dan kualitas susu karena tangan yang kotor atau telapak tangan yang tidak dibersihkan mengandung banyak kuman dan dapat mengkontaminasi susu yang sedang 59

23 diperah. Higiene pemerah berhubungan dengan jumlah Coliform dan angka kuman pada susu karena dari hasil pengamatan, sebagian besar pemerah tidak menggunakan pakaian bersih dan sepatu bot serta memakai perhiasan ketika memerah susu. Semua pemerah tidak memelihara kuku sehingga dapat menjadi sumber penyakit karena mengandung banyak kotoran dan kuman. Hasil ini sejalan dengan pernyataan dari Gamroth dan Bodyfelt (1993: 22) bahwa keberadaan bakteri Coliform dalam susu mengindikasikan suatu kondisi unsanitary. Bakteri Coliform dapat masuk ke dalam susu karena terbawa oleh tangan dan baju pemerah, peralatan pemerahan, dan udara. Aspek keenam yaitu pemberian makan sapi. Sapi yang baru saja diberi makan akan menghasilkan susu dengan kandungan lebih banyak daripada sapi yang belum diberi makan. Selain itu cara pemberian makan sapi juga akan mempengaruhi kualitas susu. Tempat makanan dan minuman sapi yang terlalu rendah dapat diinjak oleh sapi dan terkontaminasi dengan kototran sapi sehingga makanan yang dimakan dapat terkontaminasi bakteri dalam kotoran sapi. Selain itu, pemberian minum diharapkan menggunakan air minum yang bersih karena kandungan bakteri dalam air yang tidak bersih sangat banyak. Umlah Coliform dan angka kuman yang melampaui batas dalam penelitian ini dimungkinkan karena pemberian makan yang tidak baik pada sapi. Penelitian ini menunjukkan bahwa higiene dan sanitai peternakan dan pemerahan berpengaruh terhadap jumlah Coliform dan angka kuman. Hasil ini sejalan dengan pernyataan Hadiwiyoto (1994: 16) bahwa higiene dan sanitasi berpengaruh terhadap kualitas susu dimana faktor-faktor yang mempengaruhi 60

24 mutu (kualitas) susu antara lain: 1) perawatan kebersihan kandang, 2) perawatan kesehatan dan kebersihan hewan, 3) perawatan kebersihan alat-alat pemerah, 4) keadaan pemerahan, 5) kesehatan pemerah atau pekerja, 6) pemberian makanan, dan 7) penyimpanan susu. Penelitian yang dilakukan oleh Wijiastutik (2012: 6) menyatakan bahwa jumlah total mikroorganisme atau angka kuman total yang terkandung dalam susu sapi tidak dipengaruhi secara signifikan oleh higiene dan sanitasi dari aspek perawatan kebersihan kandang dan kebersihan dan perawatan alat-alat pemerah. Hasil yang sama juga dinyatakan oleh Pradana (2013: 14) bahwa tidak terdapat pengaruh antara kebersihan pemerah, kebersihan sapi, sanitasi kandang dan sanitasi alat terhadap kandungan angka kuman susu sapi. Tingginya jumlah kontaminasi Coliform pada hampir semua sampel susu menunjukkan adanya tingkat pencemaran fekal yang tinggi. Hal ini disebabkan karena Coliform merupakan mikroorganisme normal yang hidup pada saluran pencernaan makhluk. hidup berdarah panas dan dapat berada di lingkungan melalui feses (Sperling, 2007: 23). Menurut Effendi (2003: 4), kadar Coliform maksimal pada air yang digunakan untuk usaha peternakan adalah 1 cfu/ml atau dapat dilakukan klorinasi dengan konsentrasi 50 ppm bila jumlah koliform melebihi batas tersebut. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (1990) tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, maksimal total Coliform untuk air bersih adalah 0 MPN/100 ml dan maksimal fekal Coliform untuk air bersih adalah 0 MPN/100 ml. Pada penelitian ini tingginya jumlah kontaminasi Coliform pada susu sapi segar karena kurangnya higiene dan sanitasi kebersihan kandang, dan kebersihan dan kesehatan hewan, peralatan pemerahan, dan pemerahan. Saluran pembuangan limbah dekat (< 10 m) dengan peternakan dan pemerahan. Sebagian besar peternak sapi 61

25 perah kurang memperhatikan kebersihan sapi mereka terutama dalam hal memandikan sapi, air yang dipakai untuk membersihkan lipat paha, ambing dan puting. Peralatan pemerahan tidak dibilas kembali dengan air hangat. Sebagian besar pemerah tidak menggunakan pakaian bersih dan sepatu bot serta memakai perhiasan ketika memerah susu. Semua pemerah tidak memelihara kuku sehingga dapat menjadi sumber penyakit karena mengandung banyak kotoran dan kuman. Kondisi-kondisi tersebut yang dapat menimbulkan kontaminasi Coliform pada susu sapi Segar di Desa Kayumas Kabupaten Klaten. 62

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di HUBUNGAN HIGIENE DAN SANITASI PEMERAHAN SUSU SAPI DENGAN Total plate count PADA SUSU SAPI DI PETERNAKAN SAPI PERAH DESA MANGGIS KABUPATEN BOYOLALI Dewik wijiastutik *) Alumnus FKM UNDIP, **) Dosen Bagian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode observasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi kandungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu, air dan peralatan berasal dari tujuh peternak dari Kawasan Usaha Peternakan Rakyat (Kunak), yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel susu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan dengan kandungan gizi lengkap yaitu terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu bahan pangan yang penting

Lebih terperinci

HIGIENE DAN SANITASI PADA SUSU SAPI SEGAR DI DESA KAYUMAS KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI INDIKATOR MIKROBIOLOGIS

HIGIENE DAN SANITASI PADA SUSU SAPI SEGAR DI DESA KAYUMAS KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI INDIKATOR MIKROBIOLOGIS 329 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 5 Tahun 2017 HIGIENE DAN SANITASI PADA SUSU SAPI SEGAR DI DESA KAYUMAS KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI INDIKATOR MIKROBIOLOGIS FRESH COW MILK HYGIENE AND SANITATION BASED

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan

Lebih terperinci

Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena. vitamin, mineral, dan enzim. Menurut Badan Standart Nasional (2000).

Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena. vitamin, mineral, dan enzim. Menurut Badan Standart Nasional (2000). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap antara lain lemak, protein, laktosa, vitamin, mineral,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu berasal dari 5 kabupaten yaitu Bogor, Bandung, Cianjur, Sumedang dan Tasikmalaya. Lima sampel kandang diambil dari setiap kabupaten sehingga jumlah keseluruhan sampel

Lebih terperinci

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU MENANGANI AIR SUSU MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU Air susu mengandung zat-zat gizi yg sangat cocok utk perkembangbiakan bakteri penyebab kerusakan air susu. Proses produksi yg tdk hygienes, penanganan yg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella sp merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella sp merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salmonella merupakan salah satu anggota dari famili Enterobacteriaceae. Salmonella sp merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit yang disebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan, Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo memiliki 10 Tempat Pemotongan Hewan yang lokasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional.

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional. BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia masih merupakan peternak kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional. Cara beternak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan manusia paling penting. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Kebutuhan air untuk keperluan

Lebih terperinci

EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI

EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI EULIS TANTI MARLINA, ELLIN HARLIA dan YULI ASTUTI H Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ambing merupakan alat penghasil susu pada sapi yang dilengkapi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Ambing merupakan alat penghasil susu pada sapi yang dilengkapi suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ambing merupakan alat penghasil susu pada sapi yang dilengkapi suatu saluran ke bagian luar yang disebut puting. Pada puting ini akan mengeluarkan susu sewaktu diperah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah zat di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu

Lebih terperinci

Alat Pemerahan Peralatan dalam pemerahan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Bah

Alat Pemerahan Peralatan dalam pemerahan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Bah TEKNIK PEMERAHAN DAN PENANGANAN SUSU SAPIPERAH G. Suheri Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor PENDAHULUAN Perkembangan dalam pemeliharaan sapi perah pada akhir-akhir ini cukup pesat dibandingkan tahun-tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria aspek higiene dan sanitasi terdiri dari 7 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 7. Penilaian mengenai aspek higiene dan sanitasi yaitu: Aspek dinilai buruk jika nilai < 3 Aspek dinilai cukup

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan Kunak, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Sampel diuji di laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

TINJAUAN PUSTAKA. Susu TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar

Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar LAMPIRAN 47 Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar KUISIONER PETERNAK SAPI PERAH Wilayah Kabupaten : Kecamatan : Tanggal Wawancara : Nama Enumerator : I.Identitas Peternak 1. Nama Pemilik : 2.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju,

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi, atau ternak lain yang sedang laktasi, yang diperoleh dari pemerahan secara sempurna (tidak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontaminasi makanan adalah terdapatnya bahan atau organisme berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor penyebab kontaminasi makanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan pangan, dalam UU RI no 7 tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN COLIFORM DALAM AIR SUSU SAPI SEGAR PADA PEDAGANG PENGECER DI KOTA SEMARANG

JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN COLIFORM DALAM AIR SUSU SAPI SEGAR PADA PEDAGANG PENGECER DI KOTA SEMARANG JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN COLIFORM DALAM AIR SUSU SAPI SEGAR PADA PEDAGANG PENGECER DI KOTA SEMARANG 1. Dr. Ludfi Santoso, MSc, DTM & H 2. Dra. MG. Isworo Rukmi M. Kes 3. Oneik Lestari Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar

BAB I PENDAHULUAN. dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Susu merupakan minuman dengan kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar maupun yang sudah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI Perhitungan Jumlah Bakteri Dengan Metode Most Probable Number (MPN) atau Angka Paling Mungkin (APM) Oleh : Dyah Sukma Rengganingtyas Novi Astuti Novita Ratna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah eksplanatori research adalah menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan manusia dan hewan. Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan manusia dan hewan. Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coliform 1. Pengertian Coliform Coliform merupakan golongan bakteri intestinal yang hidup dalam saluran pencernaan manusia dan hewan. Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia. Pada zaman dahulu beberapa orang senantiasa mencari tempat tinggal dekat dengan air, dikarenakan agar mudah mengambil

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016 STATUS MIKROBIOLOGI (TOTAL PLATE COUNT, COLIFORM, DAN Escherichia coli) SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN Microbiological Status (Total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan alami yang mempunyai nilai gizi tinggi dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi manusia. Pada umumnya

Lebih terperinci

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Pendahuluan Sanitasi : pencegahan penyakit dengan menghilangkan/mengatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Perkandangan Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari

BAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari kelompok peternakan yakni Budiarso, 2001 Tingkat cemaran rata-rata Coliform yang mengkontaminasi susu

Lebih terperinci

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai derajat Sarjana SI Program Studi Biologi

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan minuman sumber protein yang diperoleh dari hasil

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan minuman sumber protein yang diperoleh dari hasil BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Susu merupakan minuman sumber protein yang diperoleh dari hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat langsung diminum atau dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu yang digunakan adalah sampel susu kuartir yang berasal dari Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah menjadi pelengkap kebutuhan pangan manusia yang mempunyai banyak variasi rasa, warna, dan serat yang bermanfaat untuk kesehatan. Selain dikonsumsi secara langsung

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA Diusulkan oleh: Lukman Maulana D24110082 2011 Chressya

Lebih terperinci

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia ARTIKEL PENELITIAN ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA 1 Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia 1 Dosen Pengajar Program Studi D-III Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

Lebih terperinci

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Depot Air Minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 492/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, Penyelenggara air

Lebih terperinci

KUALITAS MIKROBA PADA RUANG PENAMPUNGAN SUSU DAN PENGARUHNYA TERHADAP JUMLAH BAKTERI DALAM AIR SUSU

KUALITAS MIKROBA PADA RUANG PENAMPUNGAN SUSU DAN PENGARUHNYA TERHADAP JUMLAH BAKTERI DALAM AIR SUSU 1 KUALITAS MIKROBA PADA RUANG PENAMPUNGAN SUSU DAN PENGARUHNYA TERHADAP JUMLAH BAKTERI DALAM AIR SUSU MAKALAH Oleh : Eulis Tanti Marlina, S.Pt, MP. Dr. Ir. Yuli Astuti Hidayati, MP. Ir. Wowon Juanda, MS.

Lebih terperinci

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar ISSN : 2443 1141 P E N E L I T I A N Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar Haderiah 1 *, Sulasmi 2, Novi 3 Abstract Rumah makan adalah suatu tempat umum dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG Volume 1, Nomor 2, Tahun 212, Halaman 147-153 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG * ) Alumnus FKM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Karakteristik peternak pemasok susu segar industri keju yang digambarkan dalam penelitian ini meliputi pendidikan, lama beternak, umur, dan pengalaman penyuluhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Hasil analisis sifat fisik susu kambing segar. 9,70±0,10 8,37 10,45 3) Minimal 8,0

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Hasil analisis sifat fisik susu kambing segar. 9,70±0,10 8,37 10,45 3) Minimal 8,0 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Karakterisasi sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi susu kambing segar Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA Siti Fatimah1, Yuliana Prasetyaningsih2, Meditamaya Fitriani Intan Sari 3 1,2,3 Prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji. Breed (jumlah sel somatis/ml) No Kuartir IPB-1

Lampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji. Breed (jumlah sel somatis/ml) No Kuartir IPB-1 LAMPIRAN 25 26 Lampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji mastitis IPB-1 No Kuartir IPB-1 Breed (jumlah sel somatis/ml) 1 Kanan depan 1+ 400 000 2 kanan belakang - 440 000

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kawasan peternakan sapi perah rakyat Kebon Pedes berada di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor dengan jarak tempuh ke pusat pemerintahan kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli

BAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli banteng dan telah mengalami proses domestikasi. Sapi bali telah tersebar di seluruh wilayah

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

IV. ANALISIS DAN SINTESIS IV. ANALISIS DAN SINTESIS 4.1. Analisis Masalah 4.1.1. Industri Pengolahan Susu (IPS) Industri Pengolahan Susu (IPS) merupakan asosiasi produsen susu besar di Indonesia, terdiri atas PT Nestle Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut SNI 01-3719-1995, minuman sari buah ( fruit juice) adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan

Lebih terperinci

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI)

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI) STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI) Elok Zubaidah *, Joni Kusnadi *, dan Pendik Setiawan ** Staf Pengajar Jur. Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH)

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein (FH) Sapi perah FH berasal dari Belanda dengan ciri-ciri khas yaitu warna bulu hitam dengan bercak-bercak putih pada umumnya, namun ada yang berwarna coklat ataupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Susu sangat berperan sebagai asupan untuk kesehatan, kecerdasan dan pertumbuhan manusia.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Mikroorganisme Jumlah rata-rata mikroorganisme pada sampel susu yang diperiksa adalah 2 087 731.0 + 3 666 559.0 cfu/ml pada sampel susu pagi dan 1 928 889 + 14 559

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006 PENERAPAN HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) PADA PROSES PEMERAHAN SUSU SAPI DI TINGKAT PETERNAK (KASUS KOPERASI SUSU SARWAMUKTI KEC. CISARUA KAB. BANDUNG TAHUN 2005) (Application of Hazard

Lebih terperinci

Analisa Mikroorganisme

Analisa Mikroorganisme 19 Analisa Mikroorganisme Pemeriksaan awal terhadap 36 sampel daging ayam dan 24 sampel daging sapi adalah pemeriksaan jumlah mikroorganisme. Hasil yang diperoleh untuk rataan jumlah mikroorganisme daging

Lebih terperinci

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN Jur. Tek. Industri Pertanian FTP-UB Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium Teknologi Pascapanen dan Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Seseorang pada umur produktif, susu dapat membantu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo. 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo. Waktu dalam kurun waktu 2 bulan, yang dimulai di awal bulan April dan selesai pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang diduga memiliki khasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es batu merupakan bahan pelengkap yang berasal dari air yang dibekukan di dalam lemari pendingin. Pembekuan es batu melalui proses pendinginan air dibawah suhu 0 0 C.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan

I. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang banyak dijumpai dan penyebab signifikan menurunnya produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Rumus kimia air

BAB I PENDAHULUAN. atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Rumus kimia air 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian, industri,

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.006.01 MENERAPKAN HIGIENE SANITASI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Setelah dilakukan penelitian sampel air bersih sebanyak 20 sarana sumur gali yang jarak sumur dengan jamban kurang dari 10 meter, dinding sumur kurang dari 3 meter,

Lebih terperinci

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan BAB 5 : PEMBAHASAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Kejadian Diare pada Balita Hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari separoh responden (59,1%) mengalami kejadian diare. Beberapa penelitian terdahulu

Lebih terperinci