V. ANALISIS DAN SINTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. ANALISIS DAN SINTESIS"

Transkripsi

1 V. ANALISIS DAN SINTESIS Data inventarisasi yang diperoleh selanjutnya dianalisis dan disintesis untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada pada tapak serta berbagai tindakan untuk mengoptimalkan potensi dan meminimalisir maupun mengatasi kendala yang ada. Setiap tindakan pemecahan masalah didasarkan kepada fungsi dan tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan tapak yaitu fungsi pendidikan, fungsi budidaya, fungsi rekreasi, fungsi konservasi, dan fungsi ekonomi. Tujuan yang ingin dicapai adalah tercipta lanskap laboratorium lapang yang secara fungsional berdaya guna dan secara estetik bernilai indah untuk menyediakan elemen lanskap yang mendukung aktivitas pertanian, peternakan, perikanan, konservasi dan usaha-usaha produktif yang juga digunakan sebagai media pendidikan bagi santri, dengan mempertimbangkan keharmonisan hubungan dengan lingkungannya Aspek Fisik Letak, Luas dan Aksesibilitas Tapak Dilihat dari letak tapak PPDF yang berada di pinggiran kota dengan jarak 13 km dari pusat kota dan berfungsi sebagai lahan produksi PPDF yang akan dikembangkan, maka tapak memiliki potensi untuk pengembangan agrowisata dengan pengoptimalan lahan yang ada serta tidak mengganggu kegiatan praktikum santri. Sedangkan jika ditinjau dari lokasi, dapat dikatakan cukup mudah untuk menuju tapak karena lokasi tapak yang berada 1 km dari jalan propinsi yaitu Jalan Raya Bogor-Ciampea KM 12 Bogor, sehingga tapak memiliki potensi untuk pengembangan agrowisata karena mudah dicapai, serta jauh dari kebisingan dan didominasi oleh lahan pertanian. Sektor II PPDF ini sangat mencukupi untuk melakukan kegiatan wisata pertanian beserta pengembangannya. Hal ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut : 1. Tapak membutuhkan lahan yang luas, 2. Terdapat lima fungsi yang diterapkan dalam perencanaan laboratorium lapang sebagai tempat wisata pertanian ini, yaitu fungsi pendidikan,

2 71 fungsi budidaya, fungsi rekreasi, fungsi konservasi, dan fungsi ekonomi. 3. Sektor II PPDF ini tidak seluruhnya dilakukan perencanaan ulang. Lahan yang telah sesuai dengan karakteristiknya tetap dipertahankan. Aksesibilitas menuju tapak PPDF juga cukup mudah dijangkau oleh pengunjung baik dari dalam kota maupun luar kota, karena didukung oleh jalur transportasi yang baik serta ditunjang dengan adanya sarana transportasi menuju kawasan untuk memudahkan pengunjung yang ingin berwisata yaitu kendaraan pribadi maupun kendaraan umum seperti angkutan antar kota dan ojek. Aksesibilitas melalui jalur pintu utama yaitu melewati sektor I PPDF lebih sering dan lebih mudah ditempuh karena kondisi jalannya baik (diaspal). Dengan lebar 4,4 meter dan tanpa pedestrian, jalan ini dapat dilewati dengan dua buah mobil dari arah yang berlawanan walaupun dengan pengurangan kecepatan, karena jalannya relatif sempit untuk dilewati dua mobil dari arah berlawanan dalam waktu bersamaan, begitu juga dengan bis. Jalur ini hanya cukup untuk dilewati satu bis saja. Tempat wisata memerlukan jalur sirkulasi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung akan akses transportasi. Menurut Harris dan Dines (1988) jalan yang sesuai untuk wisata disesuaikan dengan kebutuhan yang memiliki lebar jalan 5,5-6,5 meter, apabila dibandingkan dengan kondisi eksisting tapak maka perlu meningkatkan kuntitas jalan dengan cara pelebaran jalan untuk mempermudah akses masuk ke dalam tapak. Oleh sebab itu perlu penyesuaian kondisi jalan melalui pembentukan tanah (cut and fill). Pengguna tapak PPDF biasanya berjalan pada jalur kendaraan karena belum terdapat jalur trotoar sehingga akan mengganggu kendaraan yang akan melintas. Penyediaan pedestrian untuk memfasilitasi kebutuhan pejalan kaki akan memberikan kenyamanan dan keamanan pengguna jalan. Sedangkan untuk jalur masuk alternatif di sebelah tenggara tapak yang melalui perkampungan penduduk, lebar jalan relatif lebih sempit jika dibandingkan dengan jalur masuk utama yaitu kurang lebih 3,3 meter kemudian mulai menyempit setelah memasuki perkampungan penduduk. Jalur ini dibangun untuk menghubungkan tapak dengan lingkungan sekitar (perkampungan

3 72 penduduk), namun karena penduduk lebih sering memakai jalur ini untuk kepentingan sendiri dan justru sering mengganggu aktivitas di tapak serta keamanan yang kurang terjaga, maka pihak pesantren menutup jalur masuk dari sebelah tenggara tapak ini dengan portal. Dan untuk kepentingan wisata, jalur masuk alternatif ini ditutup agar keamanan di tapak lebih optimal. Tempat wisata memerlukan penanda yang letaknya strategis agar dapat dilihat oleh masyarakat sebagai salah satu alat promosi akan keberadaan tempat wisata itu sendiri. Penanda yang paling utama berupa papan nama yang diletakkan di sebelah Jalan Ciampea Raya KM 12 yang akan masuk ke arah Kampung Gunung Leutik. Papan nama PPDF pada eksisting sudah ada, dan penambahan papan nama Sektor II PPDF yang dikembangkan sebagai tempat wisata pertanian sangat penting untuk memberitahukan kepada masyarakat. Jembatan yang menghubungkan sektor I dengan sektor II hanya dapat dilalui oleh satu mobil sehingga jika ada kendaraan dari arah berlawanan yang akan masuk ke tapak harus menunggu di seberang jembatan. Dan apabila jumlah kendaraan yang akan melewati tapak ini tinggi, maka akan terjadi penumpukan kendaraan. Hal ini tidak efisien apabila tapak ini akan dikembangkan sebagai tempat wisata karena akan terjadi kemacetan saat terjadi penumpukan kendaraan, sehingga waktu berwisata akan terhambat. Oleh sebab itu diperlukan pelebaran jembatan untuk memfasilitasi kendaraan-kendaraan yang akan masuk ke tapak. Kondisi jembatan yang hanya diberi pembatas berupa tiang besi setinggi 40 cm kurang aman untuk membatasi jembatan. Kontruksi jembatan pun perlu diperkokoh lagi dengan beton apabila ingin dilewati oleh bis maupun beberapa kendaraan agar memperkuat safety. Penggunaan tanaman di sepanjang jalur utama dapat memberikan nilai keindahan sekaligus nilai fungsional serta memperkuat konsep perencanaan dengan pemilihan tanaman yang tepat. Beberapa fungsi tanaman sebagai soft scape di antaranya adalah untuk menyerap polusi udara dari kendaraan bermotor dan juga dapat bertindak sebagai peredam kebisingan pada tanaman dengan massa daun yang lebat dan padat. Serta dapat menciptakan kesan jalan yang tidak silau, teduh, sejuk dan dengan bunga yang beraneka ragam dapat memberikan efek fisiologis yang menyehatkan dan menyegarkan serta efek psikologis yang

4 73 menyenangkan. Beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah faktor keamanan bagi pemakai jalan. Tanaman yang tumbuh di tepi jalan harus tergolong jenis tanaman yang tidak mudah patah dan juga tidak mudah tumbang serta memiliki perakaran yang kuat dan akarnya menghunjam masuk ke dalam tanah, tidak menyebar di atas permukaan saja (Dahlan, 2004) Geologi dan Jenis Tanah Geologi pada tapak menurut peta Geologi lembar Bogor Direktorat Geologi (1998) daerah yang direncanakan termasuk batuan endapan permukaan yaitu kipas aluvium (Qva). Bahannya berupa bahan endapan volkanik andesitis dari komplek Gunung Salak dan Gunung Gede berupa pasir, debu, liat. Jika dihubungkan dengan jenis tanah latosol dengan horizon yang normal yaitu terdiri dari bahan induk, solum dan top soil yang dapat dilihat di pinggir sungai, maka tidak ada masalah untuk membangun kontruksi bangunan di tanah tersebut. Jenis tanah pada tapak perencanaan tergolong latosol coklat kemerahan bertekstur halus dan berdrainase sedang dengan bahan induk berupa tuf andesit (Peta Tanah Semi Detail Daerah Parung-Depok-Bogor-Ciawi tahun 1979). Sifat latosol coklat kemerahan menurut Soepardi (1983) memiliki solum yang dalam (> 1,5 m) maka tanah ini sesuai untuk tanaman yang mempunyai perakaran dalam seperti tanaman perkebunan, kehutanan dan buah-buahan; tekstur liat, dengan struktur remah, tingkat kemasaman masam hingga agak masam, berkadar bahan organik lemah, kejenuhan basa rendah hingga sedang (< 35 %) dengan KTK liat < 24 me/100 gr. Keadaan hara sedang hingga rendah, permeabilitas baik, aktivitas biologi baik serta tahan erosi. Tanah tersebut masih memerlukan pupuk untuk meningkatkan produksi tanaman dan kesuburan tanah. Seperti permasalahan yang ada pada tapak yaitu pertumbuhan pohon sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) di bukit Darul Fallah tidak normal, dalam hal ini ketinggian pohon tidak maksimal. Untuk pertumbuhan tanaman diperlukan ph tanah yang cocok yaitu antara 6-7. Berdasarkan data inventarisasi, ph tanah pada tapak yaitu 5-7, maka tanah tersebut merupakan tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman dan tidak ada masalah dengan ph tanah. Kerapatan pohon perlu diperhatikan agar tidak terjadi perebutan unsur hara antar tanaman. Oleh sebab itu penanaman dengan jarak tanam yang sesuai sangat perlu diperhatikan. Selain itu tingkat

5 74 kesuburan tanah juga perlu diperhatikan, untuk meningkatkan kesuburan tanah dapat dilakukan melalui perbaikan sistem drainase pada tapak agar tata air yang ada lebih efektif dan terkelola dengan baik. Menurut Laporan Akhir: Daerah Parung-Depok-Bogor-Ciawi (1980) Tanah latosol coklat kemerahan tergolong tanah yang sudah lanjut perkembangannya dan terbentuk dari bahan tufa volkan andesitis sampai basaltis (di beberapa tempat berbatu). Untuk tanah latosol yang disawahkan, lapisan bawahnya (sub soil) lebih padat dan daya merembeskan air lebih lambat. Potensi tanahnya cukup baik bagi pertanian tanaman pangan dan tanaman keras (tahunan). Pada daerah yang lerengnya curam lebih cocok untuk tanaman keras. Golongan latosol coklat kemerahan memiliki tingkat kesesuaian wilayah S-1 atau sangat sesuai untuk penanaman tanaman semusim, tanaman tahunan dan padi sawah. Hal ini sangat mendukung pengembangan tapak sebagai lokasi agrowisata. Oleh sebab itu daerah yang berupa semak belukar dan belum dimanfaatkan perlu dikembangkan untuk aktivitas pertanian, sebagai objek dan atraksi utama kawasan agrowisata Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Lahan Tapak berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut, maka penggunaan vegetasi menyesuaikan dengan kondisi geografis tapak. Vegetasi yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi geografis tapak adalah vegetasi dataran rendah. Vegetasi eksisting yang terdapat di tapak sudah sesuai dengan kondisi geografis tapak dan tanaman yang dapat ditanam di dataran rendah biasanya toleran ditanam di dataran tinggi namun tidak untuk sebaliknya sehingga pemilihan vegetasi untuk dataran rendah lebih bervariasi. Ketinggian tempat dari permukaan laut sangat menentukan pembungaan tanaman oleh sebab itu tanaman buah yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi. Pemilihan vegetasi yang tepat dengan memperhatikan pertumbuhan tanaman diperlukan untuk mengetahui musim panen buah. Sektor II PPDF ini berbukit dengan topografi beraneka ragam sehingga memberi kesan dinamis serta tidak membosankan. Perbedaan ketinggian pada

6 75 tapak ini dapat memberikan arah pandang yang lebih luas dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah. Tapak didominasi oleh lahan dengan kemiringan lereng agak curam (8-25%) sebesar 70,45% dari luas total tapak dengan luasan 11,92 Ha. Menurut Laurie (1990), kelandaian di atas 25 % dianggap terlalu curam untuk setiap penggunaan bangunan. Oleh sebab itu perlu penataan lahan agar tidak menyebabkan tanah longsor dan erosi dengan cara menanam vegetasi penutup berupa ground cover, semak, perdu atau pohon yang dapat menguatkan struktur tanah pada lahan yang curam. Selain itu pembuatan teras bangku yang dibangun dan diletakkan sesuai dengan bentang alam digunakan untuk mematahkan kemiringan lereng yang panjang dan memperlambat aliran limpasan serta memantapkan vegetasi (Chiara dan Koppelman, 1990). Serta penggunaan metode cut and fill yaitu memindahkan volume tanah karena kemiringan lahan untuk mengurangi kecuraman lahan dan mendirikan fasilitas pendukung agrowisata. Sedangkan untuk penggunaan lahan di area kehutanan yang didominasi oleh lereng yang relatif curam maka daerah ini dimanfaatkan sebagai area konservasi. Chiara dan Koppelman (1990) menyatakan bahwa bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi suatu tapak merupakan sumberdaya visual dan estetika yang sangat mempengaruhi lokasi dari berbagai tata guna tanah serta fungsi rekreasi interpretatif dan sebagainya. Sehingga pemahaman tentang struktur topografi tidak hanya memberi petunjuk terhadap pemilihan lokasi untuk jalan dan rute lintas alam misalnya, tetapi juga menyatakan susunan keruangan dari tapak yang akan dimanfaatkan sebagai agrowisata Iklim Iklim merupakan kebiasaan alam yang digerakkan oleh gabungan beberapa unsur, yaitu radiasi matahari, temperatur, kelembaban, awan, presifikasi, evaporasi, tekanan udara, dan angin (Kartasapoetra, 2006). Namun yang akan dibahas dalam analisis iklim ini adalah intensitas penyinaran, suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin. Karena perencanaan ini bertujuan untuk membuat agrowisata oleh sebab itu kesesuaian iklim dengan tanaman perlu diperhatikan agar dapat menampilkan obyek wisata yang menarik.

7 76 - Suhu Udara Suhu udara merupakan salah satu unsur iklim mikro yang mempengaruhi kenyamanan manusia. Kisaran suhu udara ideal untuk kenyamanan manusia adalah 10 0 C-26,6 0 C (Laurie, 1990). Menurut Laurie (1985, dalam Purnama, 2007), nilai indeks kenyamanan (THI) kurang dari 27 dikategorikan sebagai suhu yang nyaman bagi manusia. Nilai untuk menghitung THI (Temperatur Humidity Index) adalah sebagai berikut: THI = 0,8 T + RH x T 500 Keterangan: THI = Temperatur Humidity Index T = Suhu rata-rata ( 0 C) RH = Kelembaban (%) Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus THI, dengan memasukkan nilai tertinggi sebesar 33,4 0 C dan terendah 30 0 C pada suhu maksimum. Dan nilai tertinggi sebesar 22,6 0 C dan terendah 21 0 C pada suhu minimum, serta dengan memasukkan nilai kelembaban 79 89,5%, maka diperoleh nilai THI sebesar 20,1 hingga 32 (Tabel 9). Tabel 9. Nilai THI Tapak pada Suhu Maksimum dan Minimum Suhu ( 0 C) Kelembaban (%) THI Keterangan 33, THI > ,5 29,4 22,6 85,5 22 THI < ,1 Dilihat dari hasil perhitungan THI maka suhu yang ada di tapak tergolong tidak nyaman bagi pengunjung. Untuk mengatasi suhu udara yang tinggi dapat diatasi dengan menggunakan sarana peneduh baik alami maupun buatan. Lahan konservasi di bukit Darul Fallah dan badan air berupa kolam di area perikanan serta sungai Cinangneng bertindak sebagai buffer terhadap suhu yang tinggi yang dapat memberikan kesejukan untuk menurunkan suhu udara dan juga sebagai pengatur iklim mikro. Selain itu suhu udara pada daerah berpepohonan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi pohon. Dan tumbuhan yang tinggi serta luasannya cukup dapat mengurangi efek pemanasan (Dahlan, 2004).

8 77 - Intensitas Penyinaran Intensitas penyinaran matahari pada tapak perencanaan rata-rata adalah 64,9% dengan kisaran 27,5%-86,5%. Dengan demikian sepanjang tahun sinar matahari yang berguna untuk pertumbuhan tanaman menjadi cukup tersedia. Penyinaran matahari pada siang hari terasa terik dan cukup menyengat terutama pada tempat yang tidak ternaungi. Untuk itu diperlukan sarana peneduh baik berupa soft material ataupun dengan hard material berupa shelter, gazebo atau saung yang dapat menaungi dari sinar matahari. Tanaman memerlukan intensitas penyinaran yang berbeda-beda, tanaman tertentu membutuhkan sinar matahari dengan intensitas tinggi, sedangkan tanaman lain memerlukan intensitas penyinaran matahari yang rendah. Lama penyinaran matahari juga mempengaruhi pembentukan bunga dan buah. Untuk itu diperlukan pengaturan sinar matahari yang masuk dengan penggunaan net-net, rumah kaca, atau bahan lainnya yang dapat mengatur banyaknya sinar yang masuk. - Curah Hujan Klasifikasi iklim yang digunakan terutama untuk keperluan pertanian di Indonesia yaitu klasifikasi iklim Oldeman yang memakai unsur curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim serta adanya bulan basah yang berturut-turut dan bulan kering yang berturut-turut juga. Kedua bulan ini dihubungkan dengan kebutuhan tanaman padi di sawah serta tanaman palawija terhadap air (Kartasapoetra, 2006). Berdasarkan data iklim rata-rata pada tahun 2002 hingga 2008 menurut klasifikasi iklim Oldeman, tapak PPDF termasuk tipe iklim A1 yaitu bulan lembab (BL) sebanyak dua bulan dan bulan basah (BB) sebanyak sepuluh bulan. Pada tipe iklim A1 ini tersedia air sepanjang tahun karena hujan terjadi hampir sepanjang tahun. Pengamatan klasifikasi iklim ini dilihat dari bulan basah dan bulan kering secara berturut-turut yang dikaitkan dengan pertanian untuk daerahdaerah tertentu. Maka penggolongan iklimnya dikenal dengan nama zona agroklimat (agro-climatic classification). Namun curah hujan yang tergolong tinggi ini tidak menjamin tersedianya air yang dapat mencukupi keperluan yang ada di tapak. Oleh sebab itu perlu suatu usaha perbaikan sistem supply air agar dapat mengatasi pada saat kekurangan air.

9 78 Pada saat hari hujan akan menjadi kendala dalam aktivitas rekreasi dan mengurangi kenyaman pengunjung. Untuk itu perlu adanya sarana peneduh yang dapat digunakan oleh pengunjung pada saat musim penghujan maupun pada saat panas matahari. Yang perlu diperhatikan juga adalah pemilihan struktur perkerasan kedap air pada jalan setapak agar menghindari becek pada saat musim penghujan. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan erosi tanah dan run off (aliran permukaan) bila tidak terdapat penutup tanah. Oleh sebab itu diperlukan saluran drainase buatan (parit) menuju sungai tanpa menimbulkan erosi tanah. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi adanya run off adalah penanaman vegetasi yang dapat meresapkan air hujan (penutup tanah) dan melindungi permukaan tanah dengan pemulsaan, yaitu menutupi permukaan tanah dengan jerami, sisa-sisa tanaman, kompos, atau bahan lainnya (Kartasapoetra, 2006). - Kelembaban Udara Kelembaban udara pada tapak perencanaan adalah 79%-89,5% tergolong tinggi karena menciptakan kondisi yang tidak nyaman bagi manusia. Disebabkan oleh kurangnya pengaliran udara akibat penutupan jalur angin oleh semak maupun pepohonan sehingga banyak uap air terkumpul di udara. Kisaran kelembaban udara yang nyaman bagi manusia, menurut Laurie (1990) adalah sekitar 40-75%. Kelembaban udara yang tinggi menimbulkan ketidak nyamanan karena dapat membuat pengguna tapak akan cepat merasa lelah dalam beraktifitas. Sedangkan untuk tanaman, di daerah tropis yang kelembaban udaranya besar mengakibatkan masalah bagi tanaman terutama untuk hasil sayuran akan cepat membusuk (Kartasapoetra, 2006). Untuk mengurangi kelembaban tersebut diatasi dengan pemilihan struktur vegetasi yang memiliki percabangan jarang serta penempatan vegetasi sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam tapak. - Kecepatan Angin Kecepatan angin di tapak perencanaan yang berkisar antara 1,9 km/jam- 2,8 km/jam. Menurut kelas Beaufort yang disusun berdasarkan kerusakan yang diakibatkan angin dan kecepatan angin tersebut adalah tergolong angin sepoisepoi yang cukup nyaman bagi pengguna tapak melalui penurunan suhu udara dan

10 79 bukan merupakan faktor yang membahayakan pertumbuhan tanaman, arah angin ini terlihat pada arah asap. Arah angin bertiup dari arah Timur Laut (April-September) dan dari arah Tenggara, Barat dan Barat Laut pada bulan Oktober-Maret. Dengan mengetahui arah angin maka pengaturan vegetasi dan letak fasilitas dapat lebih mudah dilakukan. Hal ini digunakan untuk mengurangi turbulensi udara. Penahan angin berupa kisi-kisi padat, pemagaran, atau bangunan, cenderung menimbulkan turbulensi udara pada sisi yang terlindung dari arah datangnya angin. Sedangkan penahan angin yang tersusun dari pepohonan, angin masih dapat menembus tirai dedaunan sehingga turbulensi udara hanya sedikit (Laurie, 1990). Angin juga merupakan media penyebaran bau dan kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor maupun bau dari area peternakan. Hal ini dapat diatasi dengan pemilihan vegetasi beraroma dan penempatan screening berupa soft material pada area yang dekat dengan kendala angin tersebut Hidrologi dan Drainase Unsur air pada tapak tidak hanya dilihat dari segi estetikanya saja namun segi ekologis perlu diperhatikan untuk merencanakan kawasan yang berkelanjutan. Sistem pengairan juga sangat penting dalam pelaksanaan usaha tani. Oleh sebab itu karakteristik dan ketersediaan air pada tapak harus diperhitungkan dalam analisis aspek hidrologi ini. Aspek hidrologi pada sektor II PPDF ini cukup kritis karena sumber mata air yang tidak memadai dalam memenuhi kebutuhan tapak maka diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Bentuk badan air pada tapak berdasarkan sistem aliran airnya berupa selokan, sungai (termasuk sistem lotik) dan kolam (sistem lentik). Sungai dan selokan sebagai batas terluar sebelah barat dan selatan dari tapak sedangkan kolam mempunyai luasan 2132,6 m 2. Sumber air untuk kolam ini didapat melalui selokan yang terdapat di selatan tapak kemudian dialirkan untuk mengisi kolam, sedangkan untuk kebutuhan peternakan air didapat dari pompa hydram yang sumbernya berasal dari selokan yang dialirkan melalui pipa. Dilihat dari penggunaannya, berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 24/LA-18/1981 melalui Departemen Kesehatan yang menetapkan standar kualitas nasional yang

11 80 membagi air menurut kegunaannya, selokan ini termasuk ke dalam golongan C yaitu air baku yang baik untuk kepentingan perikanan dan peternakan serta masih dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk keperluan golongan A dan B. Sungai Cinangneng yang berbatasan dengan tapak merupakan sumber air yang ditarik oleh pompa alkon dengan menggunakan bahan bakar bensin kemudian disaring dengan penyaringan alami yaitu memakai pohon bambu yang ada di tapak. Jadi air yang ditarik dengan pompa alkon tersebut disimpan di belakang bambu, kemudian air akan masuk ke perakaran bambu setelah keluar dari perakaran bambu air akan menjadi jernih. Air dari pompa alkon ini digunakan untuk mengisi bak mandi yang ada di kantor PT. DaFa serta penyiraman untuk tanaman nilam. Sehingga untuk saat ini masalah air pada tapak diatasi dengan cara penyedotan air dari pompa alkon yang ditempatkan di titik tertentu untuk memenuhi kebutuhan pengguna tapak. Oleh sebab itu kawasan sempadan sungai yang melintasi tapak ini harus dilindungi untuk menjaga kelestarian kualitas air sungai. Debit air sungai terkecil biasanya terjadi pada bulan Juli-Agustus maka perlu penanganan lain untuk menutupi kekurangan air di tapak pada bulan defisit air tersebut. Oleh sebab itu menjaga kualitas air sungai sangat diperlukan dengan cara mengambil sampah yang tersangkut di sungai maupun pengadaan tempat sampah di beberapa titik tertentu agar menghindari pengguna tapak untuk membuang sampah ke sungai. Serta badan air di tapak yang digunakan sebagai sumber air perlu dikonservasi agar penurunan kualitas air dapat dikurangi. Maka perlu penanaman vegetasi dengan jarak lima meter dari badan air sehingga kegiatan aktif tidak dapat dilakukan di area konservasi air ini. Hal yang lain untuk pengembangan tempat wisata, dalam mengatasi masalah hidrologi di tapak adalah pemanfaatan air tanah dalam yang digunakan untuk keperluan agrowisata, dilakukan dengan pengeboran air tanah dalam, kemudian dipompa dan ditampung di reservoir air yang terdapat pada area peternakan lalu dialirkan ke tempat-tempat yang membutuhkan air seperti toilet melalui pipa-pipa. Letak reservoir air yang terdapat di titik kedua tertinggi pada tapak memudahkan penyaluran air ke tempat-tempat terendah yang membutuhkan

12 81 air. Perluasan bangunan reservoir air untuk mengoptimalisasi penyimpanan air diperlukan agar sumber daya di tapak dapat terpenuhi kebutuhannya. Reservoir air ini dihubungkan dengan saluran pembagi yang menuju ke lahan pertanian. Optimalisasi penggunaan sumur resapan atau sumur timba di titik tertentu yang tidak jauh dari bangunan juga perlu dilakukan, hal ini berguna untuk menampung air untuk kebutuhan di tapak perencanaan. Dalam menentukan sistem pengairan pada lahan-lahan pertanian harus memperhatikan slope association of land atau asosiasi lereng yang terdiri dari arah, derajat, dan keseragaman kemiringan tanah atau lereng. Apabila lereng itu tidak beraturan, untuk mengatasi keperluan airnya dapat dilakukan dengan cara sprinkle irrigation system yaitu memancarkan air (Kartasapoetra, 2006). Hal ini dapat diterapkan di tapak yang memiliki lereng yang tidak beraturan untuk efektifitas tenaga dan sumberdaya. Hal ini juga digunakan pada tanaman yang letaknya jauh dari sumber air dengan cara penyaluran air melalui pipa-pipa. Lahan dengan drainase cepat pada tapak terutama di daerah yang curam dapat dihindari dengan usaha pengurangan laju erosi, yaitu dengan pembuatan terassering, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah. Penyediaan saluran pembuangan air yang baik juga perlu diperhatikan agar sampah tidak dibuang ke dalamnya serta mampu dimanfaatkan secara maksimal yaitu mengumpulkan dan menyalurkan air hujan dengan baik. Saluran pembuangan air di atas tanah ini dapat dibuat secara tertutup dengan penutup beton ataupun grill besi di sepanjang saluran atau jalur lintasan manusia Vegetasi dan Satwa Pengembangan agrowisata sangat erat kaitannya dengan kondisi vegetasi yang ada pada tapak. Pencatatan jenis-jenis tanaman pada tapak merupakan faktor penting di dalam mempertimbangkan jenis tanaman yang tidak dan perlu dilestarikan. Dengan analisis bahwa tanaman-tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di tapak memberikan suatu petunjuk bagi pemilihan jenis tanaman baru dalam perencanaan tapak. Secara spasial tapak perencanaan didominasi oleh bambu betung (Dendrocalamus asper), sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielse), karet (Havea brasiliensis). Tanaman ini sangat penting untuk konservasi air tanah sehingga keberadaannya perlu dipertahankan, namun penempatannya

13 82 harus memperhatikan fungsi dan estetika agar tidak mengganggu tema dari agrowisata itu sendiri. Kemampuan pengendalian terhadap erosi yang terdapat pada vegetasi yang ada penting dalam menjaga kestabilan permukaan tanahnya. Jenis vegetasi yang ada dan topografi menjadi sangat penting di dalam penegasan kualitas tapak dan perhubungan ruangnya (Laurie,1990). Tanaman nilam (Pogostemon cablin) yang ditanam di tapak mempunyai luas m 2. Namun dalam penataannya sangat perlu diperhatikan apakah telah sesuai dengan karakteristik yang ada pada tapak. Tanaman nilam merupakan tanaman atsiri penghasil minyak, yaitu minyak nilam. Untuk menghasilkan minyak nilam yang sesuai dengan standar mutu minyak nilam yang telah ditetapkan maka memerlukan teknologi pengolahan yang berkualitas agar mempunyai daya saing yang kuat. Pembuatan pabrik pengeringan dan penyulingan nilam memerlukan kebun nilam sekurang-kurangnya 40 Ha agar hasil yang dicapai maksimal. Oleh sebab itu apabila luasan nilam yang dibudidayakan sedikit maka hasil yang akan dicapai juga tidak optimal. Kondisi tanaman nilam itu sendiri yang sebagian besar berada di bagian barat tapak saat ini telah mengering, oleh sebab itu perlu penggantian tata guna lahan yang sesuai perencanaan yang akan dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik tapak menjadi area perkemahan karena dilihat dari karakteristik lahannya yang dominan landai. Satwa yang terdapat pada tapak terdiri dari satwa liar dan satwa ternak. Keberadaan satwa liar yang cukup mengganggu, diusahakan semaksimal mungkin untuk tidak bersarang di sekitar PPDF. Hal ini diatasi dengan cara penataan tanaman yang tidak mengundang kehadiran satwa liar tersebut serta pemeliharaan tanaman secara berkala. Sedangkan satwa liar yang tidak mengganggu berupa burung perlu dilestarikan dengan cara mempertahankan habitatnya seperti tidak membuang vegetasi yang menjadi sumber makanan, tempat bertelur, dan tempat berlindung bagi burung dan satwa lain yang tidak mengganggu. Satwa ternak yang ada di tapak perencanaan adalah sapi potong, sapi perah, dan kambing. Peternakan sapi dan kambing ini dapat menimbulkan bau di lingkungan sekitarnya, oleh sebab itu perlu penanaman vegetasi yang dapat

14 83 mereduksi aroma tidak sedap dan penghalang angin agar dapat mengurangi bau tersebut Visual, Akustik, dan Aroma Laurie (1990) menyatakan analisis visual menunjukkan di mana kualitas pemandangan yang terdapat sebagian besar berupa cakrawala. Maka zona cakrawala tersebut kemudian digambarkan sebagai daerah-daerah yang harus dilindungi dari tataguna lahan seperti bangunan-bangunan yang akan merubah bentuk karakternya. Oleh sebab itu perlu pertimbangan untuk menempatkan suatu fasilitas pendukung agrowisata agar tidak merusak karakter tapak yang telah ada. Seperti terlihat pada bagian tenggara tapak perencanaan, nuansa pedesaan terasa kental di daerah ini. Terdapat kolam ikan serta sawah milik penduduk sekitar yang menghampar dengan jajaran pohon kelapa sebagai pembatasnya. Dengan latar belakang gunung kapur maka karakter ruang yang terbentuk merupakan satu kesatuan yang membentuk ruang dengan nuansa pedesaan. Sumberdaya estetika sangat berperan dalam penentuan tapak untuk rekreasi. Sumberdaya ini ditentukan oleh keragaman bentuk permukaan tanah, pola vegetasi dan air permukaan. Begitu juga dengan efek keruangan seperti vista pemandangan maupun citra yang timbul dari ciri tersebut (Chiara dan Koppelman, 1990). Peletakkan tempat duduk atau saung pada lokasi tertentu dilakukan untuk memfasilitasi wisatawan agar dapat menikmati potensi visual yang terdapat di dalam tapak. Pada lahan konservasi di bukit Darul Fallah dapat dimanfaatkan potensi sumberdaya alam agar dapat melihat pemandangan yang menarik dengan cara pemberian enfranment (pembingkaian) untuk mengarahkan pengunjung ke suatu titik pandang tertentu yang memusatkan pandangannya ke objek yang dimaksud, dengan pembuatan fasilitas seperti menara pandang sebagai tempat melihat view tersebut. Bad view pada tapak yaitu terdapat sampah di dekat selokan maupun sungai Cinangneng oleh sebab itu perlu adanya penanganan yang tepat untuk mengatasi sampah ini agar tidak terjadi penumpukan yang mempengaruhi kondisi fisik tapak. Pengambilan sampah yang tersangkut serta pengadaan tempat sampah

15 84 di beberapa titik agar tidak mempengaruhi pengguna untuk membuang sampah sembarangan. Noise pada tapak yang disebabkan oleh suara kendaraan yang lewat menyebabkan pencemaran berupa kebisingan. Hasil-hasil penyelidikan memperlihatkan bahwa pepohonan dan semak-semak memiliki daya penyerapan bunyi yang tinggi. Penempatan relatif tabir penahan kebisingan di antara sumber suara dengan daerah yang dilindungi merupakan hal yang paling penting, yaitu sebuah tabir yang ditempatkan relatif dekat dengan sumber kebisingan lebih efektif daripada tabir tersebut diletakkan dekat dengan daerah yang perlu dilindungi (Laurie, 1990). Hal ini dapat diterapkan di sepanjang jalur sirkulasi kendaraan pada tapak untuk mereduksi kebisingan. Apabila berhenti pada suatu titik dekat pepohonan akan terdengar sayupsayup suara kicauan burung, selain itu bila berada di dekat sungai Cinangneng akan terdengar suara aliran sungai. Keadaan ini dapat dimanfaatkan untuk menarik minat wisatawan dalam pengembangan agrowisata dalam bentuk kegiatan yang bersifat pasif (hanya melihat). Aroma yang mengganggu dari area peternakan yang disebabkan oleh kotoran ternak baik sapi maupun kambing diatasi dengan pemilihan tanaman yang dapat mereduksi bau serta penghalang angin agar dapat mengurangi bau tersebut Pola Penggunaan Lahan Tapak perencanaan telah memiliki daya tarik pertanian yang sedang dikembangkan sehingga hal ini dapat memberi nilai tambah dalam pengembangan agrowisata. Pola penggunaan lahan di tapak ini dibagi menjadi lahan perkebunan, lahan pertanian, lahan peternakan, lahan perikanan, lahan kehutanan, dan laboratorium kultur jaringan. Untuk jalur sirkulasi, dalam pemilihan jalur tempuh, daerah-daerah yang berjarak pendek pada lahan yang bernilai tinggi harus dikorbankan demi jarak. Sistem pada kendala yang membebani menunjukkan bahwa jalur tempuh harus mengikuti jalan yang memiliki hambatan paling kecil. Dilihat dari sudut pandang konservasi, jalur jalan tersebut harus dihindarkan memotong lahan pertanian kelas 1 atau kelas 2 (Laurie, 1990). Pada tapak, jalur sirkulasi dibuat sesuai dengan

16 85 fungsinya untuk menghubungkan satu tempat dengan tempat lain yang ada di tapak dengan mempertimbangkan karakeristik lahan. - Kebun Nilam Tanaman aromatik yang telah diusahakan di tapak adalah nilam (Pogostemon cablin) seluas m 2. Namun lahan nilam yang terdapat di bagian barat tapak seluas 7546 m 2 saat ini telah mengalami kekeringan oleh sebab itu perlu dilakukan pergantian fungsi ruang, yang sebelumnya area ini untuk tanaman aromatik maka dikonversi menjadi lahan untuk perkemahan. Dengan pertimbangan bahwa lahan ini didominasi oleh kemiringan yang landai sehingga sesuai untuk dijadikan tempat perkemahan tanpa harus melakukan grading dan dibuat sebagai lawn area untuk penempatan-penempatan kemah, sedangkan kebun nilam yang berada di bagian utara tapak penanamannya tidak sesuai dengan kemiringan lerengnya yaitu lebih dari 25%, dengan ketinggian tanaman nilam kurang dari satu meter dan tanamannya berbentuk semak maka tidak cocok untuk kemiringan lereng yang curam karena kurang dapat mengatasi erosi dengan baik. Oleh sebab itu perlu penggantian tanaman yang dapat mengatasi erosi di lereng yang curam seperti penanaman pohon yang tidak hanya dapat mengurangi bahaya erosi namun juga bermanfaat seperti pohon buah namun dengan penambahan jalur sirkulasi menggunakan teknik cut and fill karena karakteristik lahannya, yaitu lereng yang curam perlu dilakukan rekayasa lanskap untuk penambahan fasilitas wisata. - Lahan Pakan Hijauan Ternak Tanaman yang diusahakan di Darul Fallah adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach var King grass) seluas m 2. Hasil dari penanaman rumput gajah ini akan dialokasikan untuk pakan ternak. Perhitungan kebutuhan hijauan untuk pakan sapi perah, sapi potong dan kambing dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Kebutuhan Hijauan Ternak di Area Peternakan PPDF Kebutuhan minimal Hijuan dari bobot badan Sapi Potong Sapi Perah Kambing 0,5-0,8 % bahan kering 60 % bahan kering (75 % rumput alam dan 25 % rumput unggul) 3 % bahan kering atau % bahan segar

17 86 Kebutuhan Hijauan/hari/ekor Kebutuhan Hijauan seluruhnya Total Sapi Potong Sapi Perah Kambing 7,56 kg/hari/ekor 7,5 kg/hari/ekor 6,7 kg/hari/ekor kg/hari 150 kg/hari 167,5 kg/hari 3.341,5 kg/hari Sumber: Siregar (2008), Departemen Pertanian ( Hasil pengkajian Siregar dan Sajimin (1992) yang disitasi oleh Adiati (1994) dalam Prasetyo (2004) melaporkan bahwa produksi rumput gajah pada agroekosistem lahan kering bisa mencapai 226,9 ton/ha/tahun. Apabila dalam setahun rumput gajah mampu panen sebanyak 6 kali, maka pembagian lahan menjadi 6 petak untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi dan kambing. Dengan diasumsikan, petak pertama untuk memenuhi kebutuhan selama waktu panen pertama dan seterusnya. Maka setiap satu kali panen rumput gajah mampu menghasilkan 37,8 ton untuk luasan 1 Ha. Dengan luas lahan hijauan untuk pakan ternak yang ada saat ini, kebutuhannya tidak mencukupi bagi semua ternak oleh sebab itu pakan ternak dipasok juga dari luar Darul Fallah. Sehingga lahan yang sebelumnya digunakan untuk penanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) dapat dikonversi sebagian untuk fungsi ruang lain yang dapat mendukung agrowisata ini. Pemilihan letak lahan Pakan Hijauan Ternak ini berdasarkan letak yang berdekatan dengan area peternakan sehingga efisiensi tenaga dan sumber daya dapat tercapai. Selain itu dengan pertimbangan pada aspek kemiringan lereng yang ada, menurut Kartasapoetra (2006), kelerengan mulai dari 25-35% maka berdasarkan hasil penelitian tanah, lapisan permukaannya telah tererosi hebat, rendah kandungan kelembabannya serta sangat dipengaruhi angin kencang, tetapi masih mampu untuk ditanami dalam batas-batas tertentu, misalnya tanaman yang tumbuhnya rapat, rumput-rumputan, atau sejenis makanan ternak yang dapat berkembang sepanjang tahun sehingga lapisan permukaannya (top soil) akan terbentuk kembali. Dan lahan yang tetap dipertahankan sebagai lahan pakan hijauan ternak adalah lahan di bagian timur tapak di belakang kandang sapi potong seluas m 2. Maka manfaat yang didapat tidak hanya untuk ternak saja namun peningkatan kualitas lingkungan juga dapat tercapai.

18 87 - Pertanian Pertanian yang ada di tapak dibatasi hanya untuk pertanian lahan kering sesuai dengan karakteristik tapak. Sehingga tanaman yang dibudidayakan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan tapak seperti jenis-jenis tanaman hortikultura dan tanaman herbal yang sesuai dengan karakteristik lahan. Lahan pertanian ini akan ditempatkan di beberapa tempat belum dimanfaatkan dengan maksimal. Penempatan lahan pertanian organik pada tapak eksisting perlu dipindah karena berdekatan dengan jalur sirkulasi utama yang lahannya sesuai untuk dijadikan tempat parkir karena relatif datar dan lahan yang ada memenuhi kebutuhan wisata. - Peternakan Unit Usaha peternakan yang ada pada tapak harus mampu memfasilitasi kegiatan peternakan yang telah diprogramkan. Fasilitas yang ada mencakup kandang kambing, kandang sapi perah, kandang sapi potong, reservoir air, instalasi biogas, tempat pengolahan susu, gudang pakan, tempat pengolahan kotoran menjadi kompos, kantor dan lab. lapang serta rumah karyawan. Menurut Siregar (2008), pembuatan kandang pada suatu lokasi tidaklah terlepas dari pertimbangan lingkungan. Penentuan lokasi kandang hendaknya memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. Tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk ataupun bangunan umum seperti sekolah, masjid, rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya. 2. Tidak ada rasa keberatan dari pihak tetangga apabila pembangunan kandang terpaksa harus dilakukan pada lokasi yang berdekatan dengan perumahan penduduk. 3. Pembuangan air limbah dan kotoran harus tersalurkan dengan baik. 4. Persediaan air bersih cukup. 5. Jarak kandang dari rumah penduduk adalah sekitar 10 meter. 6. Letak areal kandang ataupun lantai kandang adalah sekitar am lebih tinggi dari permukaan lahan sekitarnya. 7. Areal yang ada masih memungkinkan untuk perluasan kandang. 8. Lokasi kandang agak jauh dari tempat keramaian atau lalu lintas manusia dan kendaraan.

19 88 Letak kandang dengan radius 85 meter dari pemukiman penduduk serta areal di sekitarnya yang masih memungkinkan untuk perluasan kandang dan lokasi kandang yang jauh dari tempat keramaian atau lalu lintas kendaraan, membuat areal peternakan sesuai ditempatkan di titik ini. Areal peternakan ini terletak pada titik kedua tertinggi dari tapak, hal ini agar memudahkan untuk penyaluran limbah ternak ke daerah di sekitarnya sehingga akan lebih efisien dalam penggunaan sumberdaya. Namun peletakkan kandang kambing, rumah penjaganya dan tempat pembuatan kompos perlu dipindahkan di sebelah kandang sapi perah untuk efisiensi tempat dan agar terlihat oleh wisatawan tanpa perlu masuk ke dalam kandang sapi perah seperti pada eksisting tapak. Tipe kandang sapi perah dan sapi potong yang terdapat di peternakan ini adalah tipe ganda (penempatan sapi dilakukan pada dua baris) dengan luas 31,6x60 meter untuk sapi potong dan 11x40 meter untuk sapi perah. Menurut Siregar (2008), ukuran kandang untuk satu ekor sapi dewasa adalah 2,1x1,45 meter untuk sapi lokal dan 2,1x1,5 untuk sapi perah. Maka dilihat dari daya dukung kandang dengan 400 ekor sapi potong dan 20 ekor sapi perah yang terdapat di peternakan ini mencukupi kebutuhan sapi. Namun untuk kebutuhan wisata perlu diperhatikan sanitasi dan kebersihan kandang agar pengunjung nyaman dalam melakukan aktivitas wisata di area ini. Sedangkan tipe kandang kambing juga dibuat dengan tipe ganda namun kandang ini dibuat berbentuk panggung karena untuk kambing jenis etawa bisa dikatakan hampir tidak pernah keluar kandang. Jika tidak dibuatkan kandang berbentuk panggung maka kandang akan menjadi lembab, becek, kotor dan menimbulkan penyakit. Oleh sebab itu jarak antara tanah dengan lantai kandang sebaiknya setinggi cm dan bentuk atap kandang yang miring diharapkan agar sistem sirkulasi udara dapat berlangsung secara kontinyu dan cepat. Serta diusahakan agar kandang kambing dapat terkena sinar matahari langsung sehingga bibit penyakit yang akan berkembang biak dapat diminimalisir sekecil mungkin. Pada prinsipnya bentuk, bahan dan konstruksi kandang kambing berukuran 1,5 m² untuk induk secara individu. Sedangkan untuk pejantan dipisahkan dengan ukuran kandang 2 m², dan untuk anak lepas sapih disatukan (umur 3 bulan) dengan

20 89 ukuran 1 m/ekor. Untuk tinggi penyekat 1,5-2 kali tinggi ternak ( Sapi maupun kambing mempunyai keterbatasan dalam mengonsumsi pakan. Hijauan ataupun rumput-rumputan yang tumbuh di daerah tropis relatif cepat tumbuh tetapi kandungan gizinya relatif rendah. Oleh sebab itu perlu penambahan konsentrat agar pertambahan bobot badan maksimal dengan cara pemberian hijauan berupa campuran rumput-rumputan dan daun leguminosa dengan tambahan konsentrat. Karena lahan yang ada tidak mencukupi maka kebutuhan pakan dipasok dari luar Darul Fallah. Jenis rumput gajah yang ditanam untuk memenuhi sebagian kebutuhan pakan ternak di tapak ini termasuk rumput unggul dan merupakan hijauan berkualitas tinggi jika ditambahkan dengan konsentrat dalam bentuk bahan kering (Siregar, 2008). Kebutuhan minum ternak juga perlu diperhatikan, untuk sapi kebutuhan minum perharinya 30 liter sedangkan kambing memerlukan air minum 2 liter per hari. Maka seluruh sapi memerlukan liter dan seluruh kambing memerlukan 50 liter sehingga total untuk kebutuhan minum ternak adalah liter. Apabila dibandingkan dengan hasil dari pompa hydram yaitu 18 liter per menit atau satu jam menghasilkan liter, maka kebutuhan minum ternak dapat terpenuhi dalam waktu 11 jam 42 menit. Tempat pengolahan hasil ternak tetap ditempatkan di sebelah pintu alternatif Sektor II PPDF namun dengan penambahan fasilitas dan penataan sesuai dengan kebutuhan ruang. Daya tarik peternakan (kambing, sapi potong dan sapi perah) yang dapat ditawarkan di tapak adalah kegiatan mempelajari pola dan cara berternak sapi dan kambing serta mempelajari budidaya hewan ternak, pemerahan susu dan pemberian makan sapi dan kambing, pengolahan pupuk kandang serta melihat dan membuat pengolahan hasil peternakan seperti susu pasturisasi (kambing dan sapi) dan yogurt dari susu sapi, kemudian pemasaran hasil peternakan dengan cara distribusi ke konsumen maupun sebagai oleh-oleh bagi wisatawan. - Perikanan Unit Usaha Perikanan di tapak perencanaan mencakup kolam ikan seluas 2132,6 m 2. Area ini berada dekat dengan selokan sehingga memudahkan untuk

21 90 pengairan kolam. Untuk pengembangan lahan budidaya kolam ikan perlu diperhatikan beberapa aspek fisik di antaranya, sumber air dan kualitasnya; topografi; iklim dan sifat tanah. Kolam ikan yang ada pada tapak sebagian dapat dikonversi menjadi lahan percobaan berupa sawah karena areanya berdekatan dengan sumber air. Namun penempatan lahan percobaan berupa sawah dan kolam ini harus disesuaikan dengan ketinggian tempat, sehingga lahan percobaan berupa sawah ini memiliki ketinggian yang efektif bagi pengguna dan tidak memerlukan rekayasa lanskap. Penempatan sawah berdasarkan ketinggian tempat ini berada di kolam ikan yang berdekatan dengan sumber air sehingga arah aliran air perlu diperhatikan agar air yang mengalir ke kolam ikan masih dalam keadaan belum terkontaminasi. Air yang dialirkan ke sawah dan air yang dialirkan ke kolam ikan perlu dibedakan dengan pembuatan pipa yang mengalirkan air dari sumber air ke kolam ikan dan ke sawah. Kolam ikan yang tersisa dibagi menjadi dua fungsi yaitu dua petak kolam ikan digunakan untuk kolam pemancingan seluas 527 m 2 dan dua petak kolam ikan lainnya digunakan untuk budidaya seluas 533 m 2. Air merupakan media untuk kehidupan ikan dan tempat pertumbuhan plankton yang merupakan salah satu sumber makanan ikan. Sumber air kolam ikan ini berasal dari selokan yang mengalir di selatan tapak. Kecerahan air mencerminkan jumlah plankton yang ada dalam air, sedangkan warna air biasanya berkaitan dengan warna plankton yang dominan. Jika dilihat dari warna air kolam di tapak yang berwarna hijau kecoklatan mencerminkan dominasi Diatomae dari kelas Bacilariophyta (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Letak kolam ikan dan sawah memerlukan topografi yang tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah, karena akan menyulitkan dalam pengelolaan air. Letak kolam ikan pada tapak didominasi oleh kemiringan yang landai serta bukan merupakan daerah terendah maupun tertinggi pada tapak sehingga memudahkan pengelolaan. Pengeringan kolam ikan secara berkala sangat penting dilakukan, untuk mempertahankan kesuburan dan kondisi fisiknya. Namun luasan area perikanan ini tidak memungkinkan untuk penambahan fasilitas penunjang wisata oleh sebab itu perlu menggunakan teknik cut and fill untuk mengatasi kendala ini sehingga penambahan fasilitas penunjang wisata dapat dilakukan. Cut and fill

22 91 dilakukan mulai dari sebagian jalan masuk ke area perikanan pada eksisting tapak agar mendapatkan daerah yang datar sehingga penambahan fasilitas dapat dilakukan dengan mudah. - Kehutanan Laurie (1990) menyatakan kesesuaian lahan untuk kehutanan yang ekonomis tergantung pada kelandaian lahan, curah hujan (rumpun yang berlainan memiliki optimum yang berlainan pula), tanah (rumpun yang berlainan tumbuh subur pada jenis tanah yang berbeda), dan ketinggian permukaan (suhu yang lebih dingin mempengaruhi pertumbuhan rumpun tertentu). Pada sektor II PPDF, lahan di atas bukit dijadikan sebagai tempat konservasi karena didominasi oleh lereng lebih dari 25%. Kelandaian di atas 25% dianggap terlalu curam untuk setiap penggunaan bangunan. Berdasarkan penilaian faktor fisik lingkungan kawasan hutan menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), dari skala 1 sampai 5, bukit yang dijadikan tempat konservasi mempunyai faktor lereng dengan kelas 4 (curam) yaitu lereng dengan kemiringan 25-40%. Faktor kepekaan tanah terhadap erosi termasuk kelas 2 (jenis tanah latosol) yaitu agak peka. Dan faktor Intensitas hujan harian termasuk kelas 1 (1-13,6 mm/hari) dengan intensitas sangat rendah. Oleh sebab itu daerah yang merupakan titik tertinggi di tapak ini sangat potensial untuk dijadikan lahan kehutanan dengan menggunakan pohon berkayu yang dapat dipanen dan juga sebagai tempat konservasi. Hasil panen kayu tersebut dapat menambah pemasukan bagi pesantren, sekaligus tempat pendidikan kehutanan, yaitu memberikan pengetahuan tentang tanaman kehutanan dan meningkatkan pemahaman wisatawan tentang konservasi dan lingkungan hidup sehingga dapat menimbulkan kesadaran tentang pentingnya melestarikan kawasan hutan serta pengenalan tumbuhan-tumbuhan kehutanan yang ada di area kehutanan ini beserta manfaatnya. Selain itu area kehutanan ini dapat dimanfaatkan untuk melihat view di sekeliling tapak maka penempatan menara pandang perlu dilakukan. Semak-semak yang tumbuh liar dan tidak teratur sebaiknya dipangkas sehingga kelembaban dapat diminimalisir pada daerah ini. - Laboratorium Kultur Jaringan Lokasi laboratorium kultur jaringan hendaknya jauh dari sumber polusi serta dekat dengan sumber tenaga listrik dan air. Untuk menghemat tenaga

23 92 listrik, ada baiknya bila laboratorium kultur jaringan ditempatkan di daerah tinggi, agar suhu ruangan tetap rendah. Letak laboratorium kultur jaringan milik PT. DaFa ini sudah cukup potensial karena dekat dengan sumber air dan tenaga listrik, namun area parkir pada eksisting tapak yang berada di sebelah barat laboratorium ini sebaiknya dipindahkan ke satu lokasi agar polusi di sekitarnya dapat diminimalisir. Laboratorium kultur jaringan milik PT. DaFa yang mempunyai fasilitasfasilitas yang cukup lengkap untuk memproduksi berbagai bibit tanaman hortikultura, kehutanan dan perkebunan. Namun perlu penataan kembali pada bagian fasilitas yang rusak ataupun yang tidak tertata rapih untuk pengembangan agrowisata demi kenyamanan pengguna dan pengunjung. Penataan ruangan dalam laboratorium, dikaitkan dengan langkah-langkah dalam prosedur kultur jaringan dan alat-alat yang diperlukan. Kegiatan kultur jaringan di dalam laboratorium, dibagi dalam 3 kelompok yaitu : (1) Persiapan media dan bahan tanaman. (2) Isolasi dan penanaman. (3) Inkubasi dan penyinaran kultur. Masing-masing kegiatan harus terpisah satu dengan lainnya, dengan peralatan yang tersendiri karena kegiatan-kegiatan tersebut, maka ruangan yang dibutuhkan adalah : 1. Ruang persiapan dan ruang stok 2. Ruang isolasi dan penanaman 3. Ruang kultur 4. Ruang kantor 5. Ruang mikroskop atau ruang analisa. Ruang kultur biasanya merupakan ruang yang terbesar dari ruang laboratorium dan harus dipikirkan kemungkinan perluasan. Ruang persiapan dan ruang transfer tergantung dari jumlah dan besar alat-alat, sedangkan ruang stok merupakan ruangan terkecil dan tergantung dari macam pekerjaan, kadang-kadang dibutuhkan ruang mikroskop dan/atau ruang analisa. Ukuran tiap ruangan sangat tergantung dari: A. Alat-alat yang dipergunakan;

24 93 B. Jumlah personalisa yang terlibat; C. Tujuan pekerjaan; D. kapasitas produksi; E. Biaya yang tersedia. Ruangan laboratorium harus dijaga tetap bersih, serta bebas dari hewan kecil seperti tikus dan insek (lalat, semut, kecoa dan lain-lain). Sarana dasar seperti aliran listrik yang cukup, air yang lancar, dan gas, merupakan perlengkapan yang dapat dikatakan harus dimiliki. Ruang ini merupakan bagian pusat kegiatan laboratories yang sebagian besar aktifitas kegiatan dikerjakan di ruang ini. Aktifitas yang dikerjakan di sini antara lain mempersiapkan media kultur dan bahan tanaman yang akan dipergunakan, sebagai tempat mencuci alat-alat laboratorium dan tempat menyimpan alat-alat gelas. Fasilitas yang dibutuhkan dalam ruangan ini adalah meja tempat meletakkan alat-alat pemanas, meja untuk alat timbang, meja untuk bekerja dan tempat mencuci. Persiapan media meliputi penimbangan bahan, pengenceran media, penuangan ke dalam wadah kultur dan sterilisasi. Persiapan bahan tanaman meliputi pencucian kotoran dari lapangan, pembuangan dan pemotongan bagian yang tidak diperlukan serta perlakuan awal untuk mengurangi sumber kontaminasi yang ada pada permukaan bahan tanaman. Peralatan yang diletakkan dalam ruangan ini terdiri dari : 1. Timbangan analitik timbangan makro. 2. Refrigerator, freezer dan desikator. 3. Hot plate yang dilengkapi stirrer atau kompor gas 4. Stirrer dengan magnetic stirrer. 5. Autoklaf vertical atau horizontal. 6. Microwave oven. 7. ph meter. 8. agar dispenser. 9. Oven. 10. Destiltor 11. Water bath yang dilengkapi pengatur temperatur

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk, terutama manusia. Dua pertiga wilayah bumi terdiri dari lautan

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. perancangan. Inventarisasi dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan

III. BAHAN DAN METODE. perancangan. Inventarisasi dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap inventarisasi tapak dan tahap perancangan. Inventarisasi dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan

Lebih terperinci

LOGO Potens i Guna Lahan

LOGO Potens i Guna Lahan LOGO Potensi Guna Lahan AY 11 Contents 1 Land Capability 2 Land Suitability 3 4 Ukuran Guna Lahan Pengantar Proses Perencanaan Guna Lahan Land Capability Pemanfaatan Suatu lahan untuk suatu peruntukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Boyolali 3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 22'

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman

BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman 84 BAB V ANALISIS V.1 Fisik Lahan Permukiman V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman Lahan Permukiman Dusun Ngentak berada diatas lahan yang memiliki kemiringan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 TEMA PENGEMBANGAN DESAIN Proses merancang bangunan untuk mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik, meningkatkan kenyamanan manusia dengan peningkatan efisiensi, mengurangi

Lebih terperinci

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Citra ALOS AVNIR Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR tahun 2006 seperti yang tampak pada Gambar 13. Adapun kombinasi band yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR R Rodlyan Ghufrona, Deviyanti, dan Syampadzi Nurroh Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Situ

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Opsi bagi Petani Kecil: Prinsip- prinsip Rancangan Tata Kelola Air

Opsi bagi Petani Kecil: Prinsip- prinsip Rancangan Tata Kelola Air Echo Asia Notes, Issue 26 December 2015 Gundukan, Tandon Air dan Model Sawah Opsi bagi Petani Kecil: Prinsip- prinsip Rancangan Tata Kelola Air Dicetak ulang dengan seijin Natural Farming Journal, September

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu produk pertanian hortikultura yang banyak diusahakan oleh petani. Hal ini dikarenakan cabai merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk PENGANTAR Latar Belakang Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yang berbasis pada keragaman bahan pangan asal ternak dan potensi sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumber daya yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanah menjadi media utama manusia mendapatkan pangan, sandang, papan, tambang, dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Deskripsi Lokasi Lokasi usaha peternakan sapi perah PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos terletak di Jalan Veteran 3 Kp. Tapos Desa Citapen Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 1. Penanaman pohon bakau di pinggir pantai berguna untuk mencegah.. Abrasi Erosi Banjir Tanah longsor Jawaban a Sudah

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) 8 Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) (Sumber: Bapeda Kota Semarang 2010) 4.1.2 Iklim Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Semarang tahun 2010-2015, Kota

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V. ANALISIS DAN SINTESIS V. ANALISIS DAN SINTESIS Hasil dari tahapan inventarisasi data kondisi umum, biofisik, dan sosial berupa deskripsi data dan gambar-gambar inventarisasi. Selanjutnya, data dan gambar-gambar hasil inventarisasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Karakteristik Biofisik 4.1.1 Letak Geografis Lokasi penelitian terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, Kabupaten Bogor yang terletak antara 6⁰37 10

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam perancangaan Hotel Resort ini saya menggunakan kosep dasar adalah Arsitektur Hijau dimana bangunan ini hemat energi, minim menimbulkan dampak negatif

Lebih terperinci