Rapat Koordinasi Pengembangan Ketenagalistrikan Nasional
|
|
- Yulia Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Rapat Koordinasi Pengembangan Ketenagalistrikan Nasional Direktorat Energi, Telekomunikasi dan Informatika Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Palangkaraya, Agustus
2 I. PENGANTAR II. KEBIJAKAN NASIONAL III. KALTENG IV. PENUTUP 2
3 Hubungan Perencanaan PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERENCANAAN TATA RUANG PERENCANAAN SEKTORAL Nasional RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJMN) RENCANA TATA RUANG NASIONAL JARINGAN INFRASTRUKTUR ANTARPULAU DAN ANTAR- PROVINSI RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) (KEN & RUEN) (RUKN & RUPTL) Provinsi RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJPD) RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJMD) RENCANA TATA RUANG PROVINSI JARINGAN INFRASTRUKTUR ANTARKABUPATEN ANTARKOTA RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKPD) (RUED) (RUKD DAN RUPTL) Kabupaten/ Kota RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJPD) RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJMD) RENCANA TATA RUANG KABUPATEN/KOTA JARINGAN INFRASTRUKTUR ANTARKECAMATAN RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKPD) 3
4 Tahapan Sasaran RPJMN dalam RPJPN RPJM 4 ( ) RPJM 1 ( ) Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. RPJM 2 ( ) Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian RPJM 3 ( ) Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan iptek Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif. 4
5 Landasan Hukum Kebijakan Sektor 1. Landasan Konstitusional UUD 1945 PASAL 33 Ayat (2), Ayat (3), dan Ayat (5) 2. Landasan Kebijakan Nasional UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Landasan Operasional UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara UU No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Migas*) UU No.27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden Peraturan Menteri**) PP 79/ KEN PP 14/2012 jo 23/2014 Usaha Penyediaan TL PP 42/2012 Jual Beli Listrik Lintas Negara PP 62/2012- Usaha Jasa Penunjang 5
6 Trisakti dan Nawacita VISI: TERWUJUDNYA INDONESIA YG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKERIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG 7 MISI Keamanan nasional yg mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dg mengamankan SD maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. Masyarakat maju, berkeimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum. Politik LN bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim Kualitas hidup manusian Indonesia yg tinggi, maju dan sejahtera Bangsa berdaya saing Indonesia menjadi negara maritim yg mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional Masyarakat yg berkepribadian dalam kebudayaan. NAWACITA 9 agenda prioritas Akan menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberi rasa aman pada seluruh WN Akan membuat Pemerintah tidak absen dg membangun tata kelola Pem. yg bersih, efektif, demokratis dan terpercaya Akan membangun Indonesia dari pinggiran dg memperkuat daerah-daerah dan desa dlm kerangka Negara Kesatuan Akan menolak Negara lemah dengan melalukan reformasi sistem penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. Akan mening-katkan kuali-tas hidup manusia Indonesia melalui: Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera Akan mening-katkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional Akan mewujudkan kemandirian ekonomi dg menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik Akan melakuka n revolusi karakter bangsa Akan memperteguh Kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial. BERDAULAT DALAM BIDANG POLITIK (12 program aksi-) BERDIKARI DALAM BIDANG EKONOMI (16 program aksi) BERKEPRIBADIAN DALAM BIDANG KEBUDAYAAN (3 program aksi) 1.Membangun wibawa politik LN dan mereposisi peran Indonesia dalam isu-isu global (4) 2.Menguatkan sistem pertahanan negara (4) 3.Membangun politik keamanan dan ketertiban masyarakat (8) 4.Mewujudkan profesionalitas intelijen negara (7) 5. Membangun keterbukaan informasi dan komunikasi publik (7) 6.Mereformasi sistem dan kelembagaan demokrasi (6) 7.Memperkuat politik desentralisasi dan otda (11) 8.Mendedikasikan diri untuk memberdayakan desa (8) 9. Melindungi dan memajukan hakhak masyarakat adat (6) 10. Pemberda-yaan Perempuan dalam politik dan pembangunan (7) 11. Mewujudkan sistem dan penegakan hukum yang berkeadilan (42) 12. Menjalankan reformasi birokrasi dan pelayanan publik (5) 1. Dedikasikan pembangunan kualitas SDM 2. Membangun ke-daulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan 3. Mendedikasikan program u/ membangun daulat energi berbasis kepentingan nas. 4. Untuk pengua-saan SDA melalui 7 langkah & mem-bangun regulasi mewajibkan CSR &/atau saham u/ masyarakat lokal/ sekitar tambang, penguatan kapa-sitas pengusaha nasional (trmsuk penambang rakyat) dlm penge-lolaan tambang berkelanjutan. 5. Membangun pemberdayaan buruh 6.Membangun sektor keuangan berbasis nasional 7.Penguatan investasi domestik 8.Membangun penguatan kapasitas fiskal negara 9.Membangun infrastruktur 10. Membangun ekonomi maritim 11. Penguatan sektor kehutanan 12. Membangun tata ruang dan lingkungan berkelanjutan 13.Membangun perimbangan pembangunan kawasan 14.Membangun karakter dan potensi wisata 15.Mengembangkan kapasitas perdagangan nasional 16.Pengembangan industri manufaktur 1. Berkomitmen mewujudkan pendidikan sbg pembentuk karakter bangsa 2. Akan memperteguh kebhinekaan Indonesia dan memperkuat restorasi sosial 3. Akan membang un jiwa bangsa melalui pemberd ayaan pemuda dan olah raga Slide 6-6
7 STRATEGI PEMBANGUNAN NORMA PEMBANGUNAN 1) Membangun untuk manusia dan masyarakat; 2) Upaya peningkatan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar; 3) Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan. 4) Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem 3 DIMENSI PEMBANGUNAN DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA Pendidikan Kesehatan Perumahan Mental / Karakter DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Kedaulatan Pangan Kedaulatan Energi & Ketenagalistrikan Kemaritiman dan Kelautan Pariwisata dan Industri KONDISI PERLU DIMENSI PEMERATAAN & KEWILAYAHAN Antarkelompok Pendapatan Antarwilayah: (1) Desa, (2) Pinggiran, (3) Luar Jawa, (4) Kawasan Timur Kepastian dan Penegakan Hukum Keamanan dan Ketertiban Politik & Demokrasi Tata Kelola & RB QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA 7
8 Sasaran/Target Peran PDRB per Wilayah No. Wilayah Peran PDRB Wilayah (%) Tahun 2013 Peran PDRB Wilayah (%) Tahun Sumatera 23, Jawa 58,0 55,1 3 Kalimantan 8,7 9,6 4 Sulawesi 4,8 5,2 5 Bali Nustra 2,5 2,6 6 Maluku Papua 2,2 2,9 Nasional 100,0 100,0 Keterangan : Asumsi target pertumbuhan PDB Nasional 5,8-8% tahun Perhitungan proyeksi masih menggunakan atas dasar harga konstan tahun Perhitungan proyeksi dapat berubah dengan adanya perubahan harga konstan tahun dasar
9 Sistem Ketenagalistrikan Regulated Tarrif Customers 100% PLN 100% PLN Sumber: PT. PLN Yang terdiri dari 7 sistem interkoneksi listrik dan lebih dari 500 sistem kecil yang terpisah. 9
10 Struktur Industri Ketenagalistrikan Walaupun UU 30/2009 telah membuka kesempatan bagi non-pln untuk berperan serta dalam penyediaan listrik namun sampai saat: masih sentralistik dengan rentang kendali (span of control) yang terlalu luas sehingga mempengaruhi kecepatan implementasi pembangunan. Industry Structure Comparison 10
11 Belajar dari PLN Batam PT Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam) dengan status sebagai anak perusahaan PT PLN (Persero) merupakan perusahaan swasta yang memiliki kewajiban menyediakan tenaga listrik untuk kepentingan umum dari hulu sampai hilir khusus di Batam mulai tahun PLN Batam hampir 100% sahamnya dimiliki oleh PT PLN. Sebagai wilayah usaha tersendiri, tarif yang disediakan oleh PT PLN Batam tidak mengikuti TDL nasional dengan tanpa adanya subsidi dari pemerintah pusat. Fuel mix PLN Batam: 70% gas bumi dan 30% batubara. Dengan rasio elektrifikasi yang mencapai sekitar 90%.
12 Kondisi Umum Total Kapasitas Terpasang Pembangkit (2014) MW (PLN: MW, IPP: MW, PPU: MW, IO Non BBM: MW) MALAYSIA (2012) JAPAN (2012) Konsumsi Energi Listrik (2014) 199 TWh Produksi Tenaga Listrik (2014) *) 228 TWh Pangsa BBM pada Energi Mix untuk Pembangkit Tenaga Listrik 11,65 % : - 122,12 TWh kwh/kapita : - 988,92 TWh kwh/kapita Rasio Elektrifikasi Nasional (2014) 84,35% : 99,4% : 100% Sumber: KESDM * Hanya dari PLN dan IPP 12
13 Perkembangan Rasio Elektrifikasi Sumber: DJK, KESDM 13
14 Energy Policy National Energy Policy ---- Government Regulation No. 79 Year
15 Sasaran dan Kebijakan Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional Peningkatan pelayanan ketenagalistrikan nasional termasuk wilayah perdesaan, terpencil dan perbatasan melalui peningkatan kapasitas (availability), jangkauan (accessibility), dan kualitas (acceptability) pasokan tenaga listrik serta dengan memperbesar peran badan usaha. 2. Peningkatan optimalisasi bauran energi untuk ketenagalistrikan: kebijakan Domestic Market Obligation (DMO ) terutama produksi gas dan batubara nasional untuk ketenagalistrikan. pemanfaatan energi terbarukan. 3. Kebijakan harga yang tepat dengan pengalihan subsidi energi (listrik) yang konsumtif ke sektor produktif untuk percepatan infrastruktur dan kesejahteraan rakyat. 15
16 1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan kualitas pasokan ( 1) a) Perkiraan kebutuhan peningkatan kapasitas daya listrik per wilayah tahun Wilayah Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Sumatera Jawa-Bali Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Wilayah Penambahan Kapasitas (GW) * Sumatera 0,45 0,95 1,60 2,50 3,50 9,00 Jawa-Bali 1,00 2,21 3,91 5,79 8,00 20,1 Nusa Tenggara 0,02 0,07 0,12 0,19 0,28 0,68 Kalimantan 0,07 0,20 0,35 0,53 0,75 1,90 Sulawesi 0,14 0,30 0,51 0,75 1,00 2,70 Maluku 0,02 0,03 0,05 0,07 0,11 0,28 Papua 0,02 0,04 0,07 0,10 0,13 0,36 *) = Kebutuhan peningkatan kapasitas daya listrik sekitar 35,8 GW (Bila termasuk yang on going mencapai sekitar 42 GW). 16
17 1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan kualitas pasokan (2) b) Perkiraan kebutuhan peningkatan kapasitas daya listrik per wilayah tahun Sumatera: PLN : 1,1 GW IPP : 7,9 GW Total 9,0 GW Kalimantan: PLN : 0,9 GW IPP : 1.0 GW Total : 1.9 GW Sulawesi: PLN 2,0 GW IPP 0,7 GW Total 2,7 GW Maluku: PLN : 0,26 GW IPP : 0,02 GW Total : 0,28 GW Papua: PLN : 0,22 GW IPP : 0,12 GW Total : 0,41 GW Sumatera Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Java-Bali Nusa Tenggara Jawa-Bali: PLN : 5,0 GW IPP : 16,9 GW Total : 20,9 GW Nusa Tenggara: PLN : 0,67 GW IPP : 0,03 GW Total : 0,70 GW Indonesia: PLN : 10,2 GW IPP : 25,7 GW Total : 35.9 GW Sumber: PT. PLN 17
18 1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan kualitas pasokan ( 3) c) Percepatan pembangunan pembangkit listrik MW Kapasitas Pembangkit 2014 adalah 50,7 GW* Rasio Elektrifikasi 81,5 Persen* Konsumsi Listrik Per Kapita 843 kwh Pertumbuhan Ekonomi 6-7 persen 2019 Kapasitas pembangkit sekitar 85,7-93,6 GW Rasio Elektrifikasi 96,6 persen Konsumsi Listrik Per Kapita 1200 kwh Tambahan Infrastruktur: Pembangkit: 42,9 GW Tahap Rencana Tahap Konstruksi Transmisi: ±46,6 ribu kms Gardu Induk: 105 GVA : 35,5 GW : 7,4 GW Perkiraan Kebutuhan Investasi: TOTAL : Rp1,189 T PLN : Rp609 T Swasta : Rp580 T *) = Perkiraan pertengahan tahun 2014, Rasio Elektrifikasi adalah sebesar 81,5 %, realisasi setelah disurvey ulang awal tahun 2015 telah mencapai 84,35 %, dan untuk pembangkit perkiraan awal 50,7 GW, hasil survey tahun awal tahun 2015 telah mencapai 53,4 GW 18
19 1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan kualitas pasokan ( 4) c) Percepatan pembangunan pembangkit listrik MW (cont d) Kebutuhan Pendanaan PT PLN Ketersediaan Pendanaan PT PLN Saat Ini Pinjaman langsung dengan Jaminan Gap Pendanaan: Rp352,1 T Margin Gap Rp352,1 T Pinjaman Komersial PMN Baru Kebutuhan vs Ketersediaan * PMN: Penyertaan Modal Negara ** Margin untuk PSO sebesar 7%, dengan perkiraan cash inflow sebesar Rp1854 T (termasuk subsidi) Pilihan Sumber Pendanaan 19
20 1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan kualitas pasokan (5) d) Peningkatan Peran Swasta Partisipasi pengembang swasta dalam peningkatan pelayanan ketenagalistrikan nasional akan terus meningkat. Dalam program percepatan 35 GW, sekitar 25 GW (71%) merupakan proyek pengembang swasta. Permasalahan umum yang terjadi dalam pengembangan listrik swasta diantaranya adalah pembebasan lahan, financial close, penjaminan pemerintah (government guarantee). Khusus untuk pembangunan pembangkit dengan skema KPS terdapat empat proyek yang saat ini sedang berjalan. 20
21 1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan kualitas pasokan (6) d) Peningkatan Peran Swasta (cont d) Untuk mendorong peningkatan peran serta swasta, Pemerintah melalui Permen ESDM No.3 tahun 2015 menetapkan harga patokan tertinggi untuk swasta/ipp (Independent Power Producer) dan Excess Power. Dengan demikian, diharapkan negosiasi harga antara PLN dengan IPP menjadi lebih mudah, dan tidak memerlukan persetujuan Menteri ESDM. 21
22 1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan kualitas pasokan (7) d) Peningkatan Peran Swasta (cont d) Investasi peran badan usaha tidak hanya di sisi hulu (pembangkitan) namun dapat juga di sisi hilir (distribusi) seiring dengan telah keluarnya Permen ESDM No. 1 tahun 2015 tentang pemanfaatan bersama jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik. Skema pemanfaatan bersama: PT A SKEMA 2 SKEMA 4 SKEMA 3 PT X Pabrik PT X 22
23 2. Peningkatan optimalisasi bauran energi (1) a) Kebijakan pemanfaatan energi primer dalam negeri (batubara dan gas bumi) INDIKATOR 2014 (baseline) 2019* Peningkatan Produksi Sumberdaya Energi: - Minyak Bumi (ribu BM/hari) Gas Bumi (ribu SBM/hari) Batubara (Juta Ton) Penggunaan Dalam Negeri (DMO): - Gas bumi DN 53% 64% - Batubara DN 24% (101 juta ton) 60% (240 juta ton) Kebutuhan Batubara untuk pembangkit listrik rata-rata adalah sekitar ton/tahun/mw. Pada tahun 2014 produksi batubara nasional diperkirakan mencapai sekitar 421 juta ton/tahun dan sekitar 90 juta ton/tahun untuk 25,3 GW PLTU (54 % dari total pembangkit). Dengan tambahan PLTU sekitar 25 GW (dari total 42 GW) pada kurun , maka kebutuhan batubara untuk PLTU menjadi sekitar 176 juta ton/tahun (dari total produksi 240 juta ton/tahun). Sisanya sebesar 64 juta/tahun untuk kebutuhan lainnya (selain pembangkit listrik) 23
24 2. Peningkatan optimalisasi bauran energi (2) a) Kebijakan pemanfaatan energi primer dalam negeri (batubara dan gas bumi) Pemanfaatan gas bumi untuk pembangkit listrik memiliki dua arti penting: menyehatkan bauran energi nasional mengurangi subsidi listrik Melalui kebijakan domestic market obligation, porsi pemanfaatan gas bumi dalam negeri terus meningkat. Pada tahun 2013, porsi gas bumi untuk domestik telah lebih banyak daripada porsi untuk ekspor. Pada akhir tahun 2019 diharapkan 64% produksi gas bumi nasional dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri. Permasalahan klasik untuk memanfaatkan gas bumi bagi kepentingan domestik adalah (i) kontrak jangka panjang; (ii) keterbatasan infrastruktur gas DN. 24
25 2. Peningkatan optimalisasi bauran energi (3) b. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan Kapasitas terpasang pembangkit listrik dari sumber energi baru terbarukan (EBT) sampai saat ini masih terbatas yaitu sekitar 4500 MW. Dalam lima tahun ke depan diharapkan kapasitas tersebut akan meningkat menjadi sebesar 7500 MW terutama melalui pemanfaatan panasbumi, hidro, dan surya. Sampah kota merupakan salah satu sumber energi terbarukan sebagaimana dalam Permen ESDM No. 19 Tahun
26 2. Peningkatan optimalisasi bauran energi (4) b. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan (cont d) FiT in untuk Tariff Solar PV FiT untuk PLTA FiT untuk Biomassa No. Energi Harga Pembelian Tegangan Menengah 1. Biomassa Rp. 975,- / kwh X F 2. Biogas Rp. 975,- / kwh X F Tegangan Rendah 1 Biomassa Rp ,- / kwh X F 2 Biogas Rp ,- / kwh X F Faktor insentif (F): Wilayah Jawa, Bali, Sumatera : F = 1 Wilayah Kalimantan, Sulawesi, NTB dan NTT : F = 1,2 Wilayah Maluku dan Papua : F = 1,3 26
27 3. Pengalihan Subsidi Energi (Listrik) Subsidi listrik dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2014 subsidi listrik diperkirakan akan mencapai Rp. 107,1 triliun. Angka tersebut merupakan peningkatan sebesar 900% lebih dari subsidi tahun 2005 (jangka waktu hanya ± 10 tahun). Faktor yang mempengaruhi Subsidi Listrik secara garis besar dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor, yaitu (i) BPP+Margin dan (ii) Pendapatan. Faktor BPP dipengaruhi oleh dua faktor dominan, yaitu besarnya biaya penyediaan energi primer dan komposisi energy mix pada pembangkitan. Langkah-langkah utama untuk mengurangi subsidi: (i) pengurangan losses non-teknis; (ii) pengurangan pemakaian BBM; dan (iii) upaya penghematan pemakaian listrik. Mulai Mei 2014 pemerintah melakukan menyesuaikan tarif listrik melalui Permen ESDM No. 9/2014 dengan kenaikan bertahap (setiap dua bulan sekali). Selain itu, diperkenalkan juga mekanisme tariff adjustment setiap bulan untuk golongan tarif R-3/TR, B-2/TR, B-3/TM, dan P-1/TR. 27
28 Isu-Isu Penting 1 Debottlenecking 1. Percepatan Pengadaan 2. Terkait dengan penyediaan lahan. 3. Kemudahan perijinan misal izin untuk, penggunaan kawasan, dan IMB. 4. Fasilitasi penyediaan energi primer (terutama gas) untuk pembangkit listrik 5. Isu kriminalisasi pelaksana proyek. 6. Koordinasi lintas sektor*. 2 Kebijakan Harga 1. Penetapan tarif listrik yang lebih tepat, transparan, dan berkelanjutan. 2. Kebijakan subsidi listrik yang lebih tepat sasaran 3. Feed-in tariff yang lebih menarik untuk mendorong EBT 3 Pendanaan dan Resiko 1. Kebutuhan fasilitasi untuk penjaminan pemerintah 2. Penyertaan modal pemerintah untuk menyehatkan keuangan BUMN 3. Pembagian resiko yang lebih setara terutama resiko hulu di sektor energi (misal untuk eksplorasi panasbumi) 4. Regulasi yang mendorong pinjaman langsung (direct lending) ke BUMN. * bahkan untuk membangun kabel listrik bawah tanah yang melintasi jalur KA masih menjadi hambatan besar 28
29 Peran Pemerintah Daerah Pemerintah daerah memiliki peran yang sangat penting untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan. Berbagai izin yang merupakan kewenangan dari pemerintah daerah masih dirasakan terlalu lama dan banyak. Misalnya: 1. Izin prinsip dari Pemda 2. Izin lokasi/penetapan lokasi dari Pemda 3. Rekomendasi pembangunan jetty (untuk PLTU) 4. Izin lingkungan dari Pemda (BPLHD) 5. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) 6. Izin Pemanfaatan/Penggunaan Sempadan Pantai 7. Izin Pengambilan Air Permukaan/Mata Air (IPAP/MA) 8. Izin Ganguan / HO 9. Izin MendirikanBangunan 10. Izin Tempat Usaha 11. Izin Usaha Industri 29
30 Sistem Ketenagalistrikan Kalimantan (1) Sumber: PT. PLN 30 30
31 Sistem Ketenagalistrikan Kalimantan (2) 31
32 Kondisi dan Rencana Pembangunan di Kalteng *) Sumber : RUPTL
33 PENUTUP Sampai saat ini tingkat layanan ketenagalistrikan masih belum memadai yang ditandai dengan krisis listrik di berbagai daerah. Pemerintah terus mengupayakan terpenuhinya kebutuhan listrik masyarakat dengan melakukan upaya percepatan pembangunan pembangkit beserta jaringan transmisi dan distribusinya, penetapan kebijakan harga yang tepat, mendorong bauran energi yang lebih sehat, dan mengikutsertakan peranserta masyarakat. Kehandalan sistem ketenagalistrikan Kalimantan Tengah masih perlu ditingkatkan karena belum tersedianya kapasitas pasokan yang mencukupi baik untuk kebutuhan individu maupun dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi regional. Penyediaan listrik di Kalimantan Tengah perlu untuk memanfaatkan energi setempat yang tersedia terutama untuk menjangkau wilayah-wilayah yang masih terpencil (distributed generation) untuk melengkapi sistem interkoneksi yang masih terbatas. Perlu upaya perkuatan kelembagaan daerah (Pemkot dan Pemprov) karena memiliki peran yang dominan dan penting. Seperti: (1) Penyusunan perencanaan pembangunan ketenagalistrikan daerah; (2) Penyusunan regulasi pembangunan ketenagalistrikan daerah; dan (3) Intervensi pendanaan pemerintah daerah. Model wilayah usaha khusus seperti PLN Batam & Tarakan dapat menjadi alternatif untuk perluasan jangkauan ketenagalistrikan di Kalimantan Tengah. 33
34 Terima Kasih Directorate of Energi, Telecommunication and Informatics 4 th Floor, Main Building, BAPPENAS Jl. Taman Suropati No.2, Menteng, Jakarta Tel/Fax: (021) yusuf.suryanto@bappenas.go.id when you talk, you re repeating what you already know, but if you listen, you may learn something new 34
35 PT Dwi Maharani-Nadi Kuasa Bersekutu Sdn. Bhd. Joint Venture - Desa Semelinang Tebing, Kec. Peranap, Kab. Inhu, Riau WILAYAH USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (s.d. Februari 2015) PTPN III - Kawasan KEK Sei Mangke, Kabupaten Simalungun PT Mabar Elektrindo - Kawasan Industri Medan PT Soma Dya Utama - Kawasan Pulau Karimun Zona I, Kabupaten Karimun PT Karimun Power Plant - Kawasan Pulau Karimun Zona II, Kabupaten Karimun PT Kariangau Power - Kawasan Industri Kariangau, Kota Balikpapan PT PLN Tarakan - Kota Tarakan PT Sumber Alam Sekurau Area Pertambangan PT Pesona Khatulistiwa Nusantara, Kabupaten Bulungan PT Bakrie Power Kawasan Industri Kimia PT Batuta Chemical Industrial Park Kabupaten Kutai Timur Sudah Operasi Belum Operasi PT Panbil Utilitas Sentosa - Kawasan Industri Panbil, Kota Batam PT Tunas Energi - Kawasan Industri Tunas, Kota Batam PT Batamindo Investment Cakrawala - Kawasan Industri Batamindo Kota Batam PT Krakatau Posco Energy - Kawasan Krakatau Posco, Kota Cilegon PT PLN Batam - Pulau Batam dan sekitarnya, kecuali yang ditetapkan Pemerintah sebagai wilayah usaha bagi badan usaha lainnya atau koperasi PT Tatajabar Sejahtera - Kawasan Industri Kota Bukit Indah, Kabupatn Karawang dan Kabupaten Purwakarta PT Makmur Sejahtera Wisesa - Kawasan Operasional PT Adaro Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan PT United Power - Kawasan Industri Kaliwungu, Kabupaten Kendal PT Krakatau Daya Listrik - Kawasan Industri Krakatau, Kota Cilegon PT Dian Swastatika Sentosa Serang Mill - Wilayah Pabrik PT Indah Kiat Pulp & Paper di Kabupaten Serang PT Dian Swastatika Sentosa Tangerang Mill - Wilayah Pabrik PT Indah Kiat Pulp & Paper di Kota Tangerang Selatan PT Bekasi Power - Wilayah PT Gerbang Teknologi Cikarang di Kabupaten Bekasi PT Cikarang Listrindo - Kawasan Industri Jababeka Tahap I, II, dan III di Kabupaten Bekasi Selainnya adalah Wilayah Usaha PT PLN (Persero). Penetapan Wilayah Usaha tercantum pada IUPL No /20/600.3/2011 tgl. 30 September
36 Tarif Tenaga Listrik * Sumber: KESDM : penyesuaian tarif tenaga listrik 2014 : penerapan tariff adjsutment tahun 2014 : rencana penerapan tariff adjsutment tahun
37 Pengembangan Pembangkit 35,5 GW + 7,4 GW ( ) Sumatera: Kalimantan: Sulawesi: Maluku: PLN : 2,3 GW PLN : 1,8 GW PLN : 2.,4 GW PLN : 0,31 GW IPP : 8,7 GW IPP : 1,0 GW IPP : 0,8 GW IPP : 0,02 GW Total 11,1 GW Total : 2.8 GW Total : 3.2 GW Total : 0,33 GW Papua: PLN : 0,29 MW IPP : 0,12 MW Total : 0,41 MW Sumatera Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Java-Bali Nusa Tenggara Jawa-Bali: PLN : 5,6 GW IPP : 18,3 GW Total : 23,9 GW Nusa Tenggara: PLN : 0,87 GW IPP : 0,11 GW Total : 0,98 GW Indonesia: PLN : 13,5 GW IPP : 29,1 GW Total : 42.7 GW 37
38 Status Pembangunan Pembangkit 35,5 GW+ 7,4 GW * Sumber: KESDM 38
39 Penyertaan Modal Negara (PMN) Peraturan Pemerintah (PP) No. 44/2005 Tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas. Pengertian: Penyertaan Modal Negara (PMN) adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi. Aturan-Aturan Pokok: Penyertaan Modal Negara ke dalam BUMN dan Perseroan Terbatas bersumber dari: (a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; (b) kapitalisasi cadangan; dan / atau (c) sumber lainnya. Sumber yang berasal dari APBN: (a) dana segar; (b) proyek-proyek yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; (c) piutang negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas; dan/atau (d) aset-aset negara lainnya. PMN diusulkan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri dan Menteri Teknis. Rencana PMN dapat dilakukan atas inisiatif: (a) Menteri Keuangan, (b) Menteri BUMN; atau (c) Menteri Teknis. Pengkajian bersama atas rencana PMN dikoordinasikan oleh Menteri Keuangan dengan mengikutsertakan menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang dianggap perlu atau menggunakan konsultan independen. Pelaksanaan penambahan PMN setelah diterbitkannya peraturan pemerintah. 39
KEBIJAKAN PEMERINTAH PENUNTASAN PERMUKIMAN KUMUH
KEBIJAKAN PEMERINTAH PENUNTASAN PERMUKIMAN KUMUH 2015-2019 Oleh: Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jakarta, 18 Februari 2016 1
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung
Lebih terperincidadang-solihin.blogspot.com 2
dadang-solihin.blogspot.com 2 dadang-solihin.blogspot.com 3 Materi Siklus Manajemen Pembangunan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional UU 25/2004 RPJMN 2015-2019 Peran Strategis Bappenas dadang-solihin.blogspot.com
Lebih terperinciMateri Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya
Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional
Lebih terperinciRPJMN dan RENSTRA BPOM
RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS
REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN
Lebih terperinciDRAFT JULI 2015 RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN NASIONAL
DRAFT JULI 2015 RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN NASIONAL 2015-2034 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JAKARTA, 2015 SAMBUTAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Sesuai amanat Pasal 5 ayat (1)
Lebih terperinciFGD Pembahasan Draft Roadmap Teknologi Energi
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN () FGD Pembahasan Draft Roadmap Teknologi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta,
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi
Lebih terperinciMateri Paparan Menteri ESDM
Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan
Lebih terperinciPROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Tahun 2017 Makassar, 28 Februari 2017 PENGUATAN PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Lebih terperinciSTRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL
STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS GIZI: Magnitude dalam Membanguan Manusia dan Masyarakat Permasalahan gizi merupakan permasalahan sangat mendasar bagi manusia Bagi Indonesia, permasalahan ini sangat
Lebih terperinciPERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL
PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Diskusi Panel National Integration of the Centre of Excellence Jakarta, 8 Oktober 2015 1 Daftar Isi 1. Membangun Kedaulatan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah
EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi
Lebih terperinciPEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM
REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI
Lebih terperinciBAPPEDA Planning for a better Babel
DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD
Lebih terperinciSINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI
SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERSPEKTIF PEMERINTAHAN JOKOWI DAN JK 2015-2019 ( 9 AGENDA PRIORITAS ) Nomor PRIORITAS 1 Perlindungan
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI
KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada). Visi Kepala
Lebih terperinciKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral #Energi Berkeadilan Disampaikan pada Pekan Pertambangan Jakarta, 26 September 2017 1 #EnergiBerkeadilan Untuk Kesejahteraan Rakyat, Iklim Usaha dan Pertumbuhan
Lebih terperinciPAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI
Lebih terperinciMENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR KEP.55/M.PPN/HK/04/2015 TENTANG RENCANA PEMANFAATAN PINJAMAN LUAR NEGERI TAHUN 2015-2019
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PERCEPATAN AKSES ENERGI DI INDONESIA: OPSI PELUANG DAN TANTANGANNYA Jakarta, 4 Februari 2016 OUTLINE 1 PENDAHULUAN 2 KONDISI
Lebih terperinciRENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Arief Sugiyanto
RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) 2015-2024 DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT 35.000 MW Arief Sugiyanto Divisi Perencanaan Sistem, PT PLN (Persero) arief.sugiyanto@pln.co.id S A R I Pembangunan
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana Panel Discussion Time To Act : Accelerate The Implementation Of Renewable
Lebih terperinciINSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI
MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI
Lebih terperinciHASIL PEMERIKSAAN BPK RI TERKAIT INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN TAHUN 2009 S.D Prof. Dr. Rizal Djalil
HASIL PEMERIKSAAN BPK RI TERKAIT INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN TAHUN 2009 S.D. 2014 Prof. Dr. Rizal Djalil DEPOK, 30 MARET 2015 LANDASAN HUKUM PERENCANAAN BIDANG ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN UU 30/2007 (Energi)
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH Sebagai upaya mewujudkan suatu dokumen perencanaan pembangunan sebagai satu kesatuan yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN ENERGI
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN ENERGI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Temu Konsultasi Triwulanan I - 2017 Bappenas dengan Bappeda Provinsi
Lebih terperinciBAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015
BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan
Lebih terperinciRANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas
Lebih terperinciINFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN
INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Jl. Raya Palima Pakupatan, Curug Serang; Telp / Fax : 0254
Lebih terperinciPENGESAHAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO)
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN PENGESAHAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO) 2017-2026 disampaikan oleh: Alihuddin Sitompul
Lebih terperinciKEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA
KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA Dr. Ir. Anwar Sunari, MP Plt. Kasubdit Pangan/Kasubdit Peternakan DIREKTORAT PANGAN DAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No. 19 Tahun 2017) Direktur Pembinaan
Lebih terperinciPERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
1 PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara PPN/Bappenas Workshop Sinkronisasi Program Pembangunan Bidang Geologi: Optimalisasi Peran
Lebih terperinciRencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi
Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU
LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian
Lebih terperinciPemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia
Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung
Lebih terperinciDaya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Dan Misi Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral VISI Memasuki era pembangunan lima tahun ketiga, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi
Lebih terperinciDisampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat
Lebih terperinciKebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan
Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan
Lebih terperinciPROGRAM MW DALAM RUPTL PERKUAT SISTEM KELISTRIKAN NASIONAL. Pandu Satria Jati B S.IP
PROGRAM 35.000 MW DALAM RUPTL 2015-2024 PERKUAT SISTEM KELISTRIKAN NASIONAL Pandu Satria Jati B S.IP Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan pandu@djk.esdm.go.id S A R I Kondisi kelistrikan di Indonesia
Lebih terperinciMendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan
Lebih terperinciDr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 1 Pendahuluan Energi Primer Kelistrikan 3 Energy Resources Proven Reserve Coal 21,131.84 million tons Oil Natural Gas (as of 2010) 3,70
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2015
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2015 Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam Pembukaan Acara:
Lebih terperinciCoffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN () Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan Ruang Samaun Samadikun Lt.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah..
No.427, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah.. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)
KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Pengawasan Peningkatan Kapasitas Pengendalian
Lebih terperinciDisampaikan pada: Komunikasi Nasional Jogjakarta, 5 Desember 2007 Persero) Electricity For A Better Life
Disampaikan pada: Seminar Nasional Energi dan Kelistrikan serta Teknologi Informasi Komunikasi Nasional Jogjakarta, 5 Desember 2007 Oleh : Eddie Widiono Msc. - Dirut PT PLN (Persero( Persero) 1 PT PLN
Lebih terperinciTahun terakhir RPJMN
1 2 3 4 2 1 DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA Nawacita 5 Revolusi Mental Nawacita 8 & 9 Pendidikan Kesehatan Perumahan (Nawacita 4) Kepastian dan Penegakan Hukum RKP 2015*) Melanjutkan Reformasi bagi Percepatan
Lebih terperinciDEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL
RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Dasar Hukum RUEN UU No. 30/2007 Energi UU No.22/2001 Minyak dan Gas Bumi UU No.30/2009 Ketenagalistrikan PP No. 79/2014 Kebijakan Energi Nasional Perbaikan bauran
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER
Lebih terperinciDEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI
MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG DIWAKILI OLEH: ROES ARYAWIJAYA DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI Kondisi Pengelolaan Energi, Ketenagalistrikan
Lebih terperinciRencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017
Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 Pengembangan Energi Nasional Prioritas pengembangan Energi nasional
Lebih terperinciBERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
No.127, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG HARGA PEMBELIAN TENAGA LISTRIK OLEH PT PLN (PERSERO) DARI PEMBANGKIT
Lebih terperinciRPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.
Lebih terperinciMenteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional POKOK-POKOK PENJELASAN PERS MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
Lebih terperinciPADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN Drs. REYDONNYZAR MOENEK, M. Devt.M
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 Disampaikan oleh: DIREKTUR JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH Drs. REYDONNYZAR MOENEK, M. Devt.M Samarinda,
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BAHAN SOSIALISASI PERMEN ESDM NOMOR 38 TAHUN 206 TENTANG PERCEPATAN ELEKTRIFIKASI DI PERDESAAN BELUM BERKEMBANG, TERPENCIL, PERBATASAN DAN
Lebih terperinciRANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,
Lebih terperinciRencana Kegiatan Pembinaan Penyusunan RUED
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Rencana Kegiatan Pembinaan Penyusunan RUED Workshop Nasional Kick Off Penyusunan RUED 13 Maret 2017 1 1 Landasan Perencanaan Energi Nasional
Lebih terperinciPEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciPADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA
PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI Amalia Adininggar Widyasanti Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama
Lebih terperinciOleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan
Oleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan www.wbh.or.id Penjaringan Aspirasi Masyarakat Sebagai Masukan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 di Gedung Serbaguna Pasca Sarjana Universitas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012
[Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan
Lebih terperinciUPDATE INFRASTRUKTUR BIDANG KETENAGALISTRIKAN
UPDATE INFRASTRUKTUR BIDANG KETENAGALISTRIKAN Oleh : Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Pada acara : Executive Briefing: Updates on Infrastructure Service Development in Indonesia (Sektor Energi Ketenagalistrikan)
Lebih terperinciDisampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Yogyakarta, 7 Maret 2016
Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI Yogyakarta, 7 Maret 2016 ARTI PENTING FORUM MUSRENBANG RKPD TAHUN 2017 Partisipasi seluruh pemangku kepentingan Kesejahteraan
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi
Lebih terperinciSinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025
Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025 Disajikan oleh: Roy Bandoro Swandaru A. Pendahuluan Pemerintah telah berkomitmen
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD
Lebih terperinciBAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi
BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGANGGARAN TUNJANGAN PROFESI GURU Oleh : Kasubbag Renkeu Kanwil Kemenag
KEBIJAKAN PENGANGGARAN TUNJANGAN PROFESI GURU 2016 Oleh : Kasubbag Renkeu Kanwil Kemenag VISI: TERWUJUDNYA INDONESIA YG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKERIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG Keamanan nasional
Lebih terperinciKEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014 Disampaikan oleh: Dwi Hary Soeryadi Anggota Dewan Energi Nasional BANJARMASIN, 8 SEPTEMBER 2015 STRUKTUR ORGANISASI DEWAN ENERGI NASIONAL PIMPINAN Ketua
Lebih terperinciPERAN DAN DUKUNGAN KEJAKSAAN RI TERHADAP PRIORITAS RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) T.A 2018
PERAN DAN DUKUNGAN KEJAKSAAN RI TERHADAP PRIORITAS RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) T.A 2018 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan pada Rapat
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2015
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 Oleh : KEPALA BAPPEDA PROVINSI SULAWESI UTARA Ir. ROYKE O. RORING, MSi Disampaikan Pada Acara : Penilaian Tahap III Anugerah Pangripta
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO
Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO Hotel Grand Sahid Jaya - Jakarta, 11 Maret 2016 ABSOLUT 1. PERTAHANAN 2. KEAMANAN 3. AGAMA 4. YUSTISI 5. POLITIK LUAR NEGERI 6. MONETER & FISKAL 1. PENDIDIKAN 2. KESEHATAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL KETENAGALISTRIKAN, JARMAN. DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN LAKIN 2015 i
LAPORAN KINERJA KATA PENGANTAR Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya kami Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan dapat menyelesaikan Laporan
Lebih terperinci- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI
- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI
Lebih terperinciOLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011
KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBAGIAN URUSAN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL: IMPLIKASI PERUBAHAN UU PEMERINTAH DAERAH (UU NO. 23 TAHUN 2014)
KEBIJAKAN PEMBAGIAN URUSAN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL: IMPLIKASI PERUBAHAN UU PEMERINTAH DAERAH (UU NO. 23 TAHUN 2014) Aryawan Soetiarso Poetro Direktur Otonomi Daerah Bali, 25 Agustus 2016
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga
Lebih terperinciSAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016
MENTERI DALAM NEGERI SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 Disampaikan oleh : MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jambi, 7 April
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300,
No.43, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Rencana Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali Indonesia pun kena
Lebih terperinci2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T
No.713, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Tenaga Listrik. Uap Panas bumi. PLTP. Pembelian. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
Lebih terperinciOleh : Iman Sugema. Membangun Ekonomi Mandiri & Merata
Oleh : Iman Sugema Membangun Ekonomi Mandiri & Merata Pertumbuhan melambat, ketimpangan melebar, & kalah dagang GDP Growth 7.00 6.81 6.50 6.00 5.99 6.29 5.81 6.44 6.58 6.49 6.44 6.33 6.34 6.21 6.18 6.03
Lebih terperinciPerkembangan Kelistrikan Indonesia dan Kebutuhan Sarjana Teknik Elektro
Perkembangan Kelistrikan Indonesia dan Kebutuhan Sarjana Teknik Elektro Dr. HERMAN DARNEL IBRAHIM Direktur Transmisi dan Distribusi PLN I MADE RO SAKYA Ahli Operasi Sistem - PLN Electricity For A Better
Lebih terperinciHASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)
HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) Pendahuluan Dalam delapan tahun terakhir (2005-2012) rata-rata proporsi subsidi listrik terhadap
Lebih terperinciKEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL JAKARTA, 28 JANUARI 2015 MASALAH PENGELOLAAN ENERGI 1. Ketergantungan pada energi fosil yang sebagian besar di impor Harga energi fosil masih disubsidi Terbatasnya kilang dalam
Lebih terperinciMATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)
LAMPIRAN II MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin) Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu Jaminan pasokan energi Terjaminnya pasokan
Lebih terperinci