ANALISIS PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK DAN PROSPEK USAHA AYAM RAS PEDAGING (Studi Kasus di Peternakan X, Kabupaten Pandeglang) SKRIPSI ELI SAFITRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK DAN PROSPEK USAHA AYAM RAS PEDAGING (Studi Kasus di Peternakan X, Kabupaten Pandeglang) SKRIPSI ELI SAFITRI"

Transkripsi

1 ANALISIS PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK DAN PROSPEK USAHA AYAM RAS PEDAGING (Studi Kasus di Peternakan X, Kabupaten Pandeglang) SKRIPSI ELI SAFITRI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN ELI SAFITRI. D Analisis Perencanaan Laba Jangka Pendek dan Prospek Usaha Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus di Peternakan X, Kabupaten Pandeglang). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. H. Zulfikar Moesa, MS. Pembimbing Anggota : Alla Asmara, S.Pt. MSi. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis struktur biaya dan penerimaan Peternakan X, (2) menganalisis perencanaan laba jangka pendek Peternakan X dan (3) menganalisis prospek usaha peternakan X dimasa mendatang. Penelitian berlangsung mulai bulan Maret April 2006 di Peternakan X, Desa Citalahab Pandeglang. Penelitian ini didesain sebagai studi kasus yang bersifat deskriptif analitis. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis peramalan komponen anggaran, analisis perencanaan laba jangka pendek dan analisis sensitifitas. Hasil penelitian menunjukan metode terbaik untuk peramalan produksi, harga pakan dan harga jual ayam broiler yaitu metode rata-rata bergerak linear, sedangkan harga DOC dengan menggunakan metode pemulusan eksponensial tunggal pada α = 0,7, kemudian dilanjutkan dengan metode smoothing (pemulusan) eksponensial linear dari Brown. Pemilihan metode tersebut didasarkan pada pola data dari periode sebelumnya, nilai MSE (Mean Square Error) dan nilai MAE (Mean Absolut Error) yang terkecil. Analisis struktur biaya dan penerimaan dilakukan dengan metode variable costing. Peternakan X memiliki struktur biaya variabel yang lebih tinggi dari biaya tetapnya hal tersebut terjadi karena penggunaan biaya pakan yang tinggi yaitu sebesar 73,09% dan biaya DOC sebesar 20,63% dari total biaya variabelnya. Penerimaan Peternakan X terdiri dari penjualan output utama berupa ayam broiler dan output sampingan berupa penjualan litter, penjualan karung dan pendapatan tambahan yang terdiri dari insentif mortalitas dan insentif FCR. Laporan rugi laba yang diproyeksikan pada Peternakan X terdiri dari biaya dan penerimaan. Biaya total memiliki kontribusi rata-rata sebesar 88,67 % terhadap penerimaan dan total laba yang diperoleh sebesar 11,33 %. Dari laporan proyeksi rugi laba tersebut diperoleh nilai titik impas terendah pada periode 15 sebesar Rp ,90, nilai titik penutupan usaha tertinggi pada periode 18 sebesar Rp ,80, nilai batas keamanan usaha tertinggi pada periode 15 sebesar 88,27 %, nilai pengungkit laba sebesar 1,10 1,11 kali pada setiap periodenya dan nilai margin kontribusi tertinggi pada periode 15 sebesar Rp ,00. Analisis sensitifitas dilakukan hanya pada perubahan volume produksi, harga pakan, harga DOC dan harga jual. Proyeksi produksi untuk empat periode yang akan datang yaitu sebesar kg. Nilai penurunan produksi dan harga jual merupakan nilai yang sensitif terjadi di Peternakan X karena pada periode sebelumnya penurunan tersebut pernah terjadi. Nilai kenaikan pakan tersebut sangat sensitif dan pernah terjadi di Peternakan X, sedangkan kenaikan biaya DOC tidak sensitif karena belum pernah terjadi di Peternakan X.

3 Peternakan X memiliki struktur biaya variabel yang lebih tinggi dari biaya tetapnya. Dalam jangka pendek, Peternakan X mengalami penurunan laba. Hal ini terjadi karena kenaikan biaya variabel lebih tinggi daripada harga penjualan. Berdasarkan perhitungan parameter perencanaan laba jangka pendek, Peternakan X memiliki prospek usaha yang baik, karena nilai perhitungan tersebut selalu berada dibawah penerimaan yang pernah terjadi di Peternakan X. Kata kunci : perencanaan laba jangka pendek, struktur biaya, sensitifitas

4 ABSTRACT Short Term Profit Planning Analysis and Business Prospect of Broiler (Case Study in Peternakan X, Pandeglang District) Safitri E., Z. Moesa, A. Asmara The entrepreneur of broiler business has to realize the opportunity and threat of the future. Known the fix cost and variable cost which will give the impact to output volume is necessary. These information are for business analysis and future profit orientation. The aims of this research are: (1) To analyze cost structure and revenue of Peternakan X, (2) To analyze short term profit planning of Peternakan X, (3) To analyze business prospect of Peternakan X in the future. This research was carried out at Citalahab Pandeglang District during March until April Data analysis are consist of budget forcasting analysis, short term profit planning analysis and sensitivity analysis. Peternakan X has variable cost structure which higher than fix cost. It is caused by the use of feed cost reaches 73,089% from total variable cost. The revenue of Peternakan X is comes from broiler, chaff and bag sock sales also mortality and FCR incentives. The result of short term profit planning shows: (1) The lowest break even point value is occurred on period 15, that is Rp ,90 (2) The highest margin of safety is occurred on period 15, that is 88,27% (3) The highest shut down point is occurred on period 18, that is Rp ,80 (4) Degree of operating leverage is 1,1 times, (5) The highest contribution margin is occurred on period 15, that is Rp ,00. That value is very small if it is compared to the amount of revenue which has happened in Peternakan X. This situation shows good business opportunity to the future. Key word : short term profit planning, cost structure, sensitivity.

5 ANALISIS PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK DAN PROSPEK USAHA AYAM RAS PEDAGING (Studi Kasus di Peternakan X, Kabupaten Pandeglang) ELI SAFITRI D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

6 ANALISIS PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK DAN PROSPEK USAHA AYAM RAS PEDAGING (Studi Kasus di Peternakan X, Kabupaten Pandeglang) Oleh ELI SAFITRI D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisis Ujian Lisan pada tanggal 12 September 2006 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Ir. H. Zulfikar Moesa, MS. Alla Asmara, S.Pt. MSi. NIP NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc. NIP

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pandeglang pada tanggal 10 Juni Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, terlahir dari pasangan Bapak H. Syafei Sastra, SS. dan Hj. Maryamah. Penulis mengecap pendidikan formal pertamakali pada Sekolah Dasar Negeri Carita 2 ( ). Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan di SLTPN 1 Labuan ( ) dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan di MAN Pandeglang ( ). Penulis melanjutkan masa pendidikannya di Bogor sebagai mahasiswa Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang diperoleh penulis melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa, Penulis pernah aktif dalam kegiatan kemahasiswaan diantaranya HIMASEIP (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan), FAMM AL ANAM dan KMB (Kumpulan Mahasiswa Banten). Penulis juga pernah aktif dalam berbagai kepanitiaan dalam kampus.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillahhirobbillalamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia yang telah Allah titipkan kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Perencanaan Laba Jangka Pendek dan Prospek Usaha Ayam Ras Pedaging (Kasus di Peternakan X, Kabupaten Pandeglang). Tidak lupa juga semoga selawat serta salam selalu tercurah kepada jungjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meraih keuntungan sebesarbesarnya guna menjaga eksistensi usahanya. Tetapi seringkali usaha yang dilakukan hanya berdasarkan kecenderungan pelaku usaha terutama pelaku usaha ternak rakyat, sehingga tak jarang peternak mengalami kerugian. Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan laba agar peternak dapat dengan mudah melakukan kontrol terhadap perolehan laba usahanya. Perencanaan laba jangka pendek akan lebih bermanfaat bagi manajemen jika menggunakan pendekatan rugi laba yang diproyeksikan berdasarkan metode variable costing. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan gambaran kepada pelaku usaha peternakan mengenai pentingnya perencanaan laba. Demikian skripsi ini ditulis dengan semua kekurangan dan kelebihannya. Penulis meyakini bahwa kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu Penulis mengharapkan saran, kritik dan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan bagi orang yang bersungguh-sungguh ingin menimba ilmu dan menambah wawasannya. Amiiin. Bogor, September 2006 Penulis

9 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 3 Tujuan Penelitian... 4 Kegunaan Penelitian... 4 KERANGKA PEMIKIRAN... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 8 Usahaternak Ayam Ras Pedaging... 8 Karakteristik Ayam Ras Pedaging... 9 Konsep Biaya... 9 Konsep Penerimaan Penganggaran Peramalan Komponen Anggaran Metode Rata-rata Bergerak (Moving Averages) Metode Rata-rata Bergerak Linear Metode Penghalusan Eksponensial Tunggal Metode Penghalusan Eksponensial Linear Brown Pemilihan Metode Peramalan Horison Waktu (Time Horizon) Pola dari Data Jenis dari Model Biaya Ketepatan (Accuracy) Mudah Tidaknya Penggunaan atau Aplikasi Perencanaan Laba Jangka Pendek Analisis Perencanaan Laba Jangka pendek Analisis Marjin Kontribusi Analisis Titik Impas Analisis Marjin Pengaman Analisis Titik Penutupan Usaha Analisis Tingkat Pengungkit Laba i iii vi v vi ix xi xii

10 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Data dan Sumber Data Lokasi dan Waktu Analisis Data Model Rata-rata Bergerak Model Rata-rata Bergerak Linear Model Penghalusan Eksponensial Tunggal Model Penghalusan Eksponensial Linear dari Brown Analisis Perencanaan Laba Jangka Pendek Analisis Sensitifitas Analisis Deskriptif Definisi Istilah GAMBARAN UMUM PETERNAKAN X Kondisi Peternakan/Lokasi Kondisi Kandang Struktur Organisasi Produksi Pemasaran Manajemen dan Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Biaya dan Penerimaan Peramalan Komponen Anggaran Perkiraan Produksi Perkiraan Harga Pakan Perkiraan Harga DOC Perkiraan Harga Penjualan Laporan Rugi Laba yang Diproyeksikan Analisis Perencanaan Laba Jangka Pendek Margin Kontribusi (Contribution Margin) Titik Impas (Break Even Point) Batas Keamanan Usaha (Margin of Safety) Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point) Pengungkit Laba (Degree of Operating Leverage) Analisis Sensitifitas Analisis Sensitifitas Berdasarkan Penurunan Volume Produksi. 49 Analisis Sensitifitas Berdasarkan Kenaikan Harga Pakan Analisis Sensitifitas Berdasarkan Kenaikan Harga DOC Analisis Sensitifitas Berdasarkan Penurunan Harga Jual Prospek Usaha Peternakan X Faktor-Faktor Pendukung Kelangsungan Usaha Peternakan X Faktor-faktor yang menyebabkan Penurunan Laba Peternakan X KESIMPULAN DAN SARAN... 60

11 Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 65

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Produksi Ayam Ras Pedaging dan Produksi Daging Lainnya di Kabupaten Pandeglang Tahun Penerimaan Peternakan X Empat Periode Terakhir Besarnya Penerimaan Periode April 2002 Maret Laporan Rugi Laba yang Diproyeksikan pada PT Prima Karsa di Empat Lokasi Kandang Periode April2003-Maret Komponen Perhitungan Margin of Safety Empat Lokasi Kandang pada PT Prima Karsa Periode April 2003-Maret Investasi Awal Peternakan X Produksi Ayam Peternakan X Selama Empat Periode Terakhir Laporan Rugi Laba Peternakan X Empat Periode Terakhir Standar Feed Convertion Rate (FCR), Mortalitas dan Bobot Ayam yang Digunakan Peternakan X Proyeksi Produksi Ayam Broiler Peternakan X Empat Periode yang akan Datang Proyeksi Harga Pakan Peternakan X Empat Periode yang akan Datang Proyeksi Harga DOC Peternakan X Empat Periode yang akan Datang Proyeksi Harga Jual Peternakan X Empat Periode yang akan Datang Laporan Rugi Laba Peternakan X yang Diproyeksikan pada Empat Periode yang akan Datang Komponen Perhitungan Marjin Kontribusi Peternakan X Empat Periode yang akan Datang Komponen Perhitungan Titik Impas Peternakan X Empat Periode yang akan Datang Komponen Perhitungan Batas Keamanan Usaha Peternakan X Empat Periode yang akan Datang Komponen Perhitungan Titik Penutupan Usaha Peternakan X Empat Periode yang akan Datang Komponen Perhitungan Pengungkit Laba Peternakan X Empat Periode yang akan Datang Hasil Uji Analisis Sensitifitas Penurunan Volume Produksi Hasil Uji Analisis Sensitifitas Kenaikan Harga Pakan... 52

13 22. Hasil Uji Analisis Sensitifitas Perubahan Biaya DOC Hasil Uji Analisis Sensitifitas Penurunan Harga Jual... 56

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Alur Kerangka Pemikiran Grafik Pola Produksi Peternakan X Maret 2004 April Grafik Pola Harga Pakan Peternakan X Maret 2004 April Grafik Pola Harga DOC Peternakan X Maret 2004 April Grafik Pola Harga Jual Ayam Peternakan X Maret 2004 April

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Produksi Ayam Broiler Peternakan X Maret 2004 April Harga Pakan Peternakan X Maret 2004 April Harga DOC Peternakan X Maret 2004 April Harga Jual Ayam Peternakan X Maret 2004 April Perhitungan Ramalan Produksi Peternakan X dengan Metode Rata-rata Bergerak Linier Perhitungan Ramalan Harga Pakan S10 dengan Metode Rata-rata Bergerak Linear Perhitungan Ramalan Harga Pakan S11 dengan Metode Rata-rata Bergerak Linear Perhitungan Ramalan Harga Pakan S12 dengan Metode Rata-rata Bergerak Linier Perhitungan Ramalan Harga DOC dengan Metode Pemulusan Eksponensial Tunggal Perhitungan Ramalan Harga DOC dengan Metode Pemulusan Eksponensial Linear dari Brown Perhitungan Ramalan Harga Jual Ayam Broiler dengan Metode Rata-rata Bergerak Linear... 73

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dihadapkan pada suatu tantangan untuk menyediakan bahan pangan yang berkualitas dan memadai sesuai kebutuhan masyarakat. Ketersediaan pangan dengan kandungan gizi yang seimbang sangat penting karena turut menentukan kualitas sumberdaya manusia dalam suatu negara. Salah satu sasaran penting dalam pembangunan nasional adalah menyediakan jumlah pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk dan dapat meningkatkan gizi mereka. Dewasa ini kebutuhan protein hewani dalam negeri terus meningkat sejalan dengan peningkatan pola hidup masyarakat. Selain itu adanya program pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak juga meningkatkan konsumsi protein. Ayam ras pedaging sebagai penghasil protein hewani yang relatif murah dan bergizi sangat diminati masyarakat dari kalangan manapun. Melihat keadaan tersebut budidaya ayam ras pedaging dapat memberikan keuntungan jika dikelola secara intensif dan terpadu. Berdasarkan informasi Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, pada tahun 2003 telah diadakan pembinaan usaha tani yang meliputi inventarisasi usaha peternakan ayam ras pedaging berdasarkan klasifikasi usaha, baik yang melaksanakan kerjasama (kemitraan) atau usaha mandiri. Perkembangan produksi agribisnis peternakan ayam ras pedaging dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Produksi Ayam Ras Pedaging dan Produksi Daging Lainnya di Kabupaten Pandeglang Tahun Tahun Ayam Ras Pedaging (ton) Daging Lainnya (ton) Total Produksi (ton) , , , , , , , , , , , , , , ,92 Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, 2006

17 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi ayam ras pedaging berfluktuasi dari tahun ketahun, begitu juga produksi daging lainnya. Produksi ayam ras pedaging memberikan kontribusi rata-rata 26,46% per tahun dari produksi daging secara keseluruhan. Akan tetapi jumlah produksi tersebut belum mencukupi konsumsi daging ayam ras di Pandeglang mencapai ,00 ton per tahun. Dengan demikian pemerintah Kabupaten Pandeglang masih mendatangkan daging ayam ras dari luar Kabupaten Pandeglang guna mencukupi kebutuhan konsumsi daging ayam ras tersebut. Tingginya konsumsi daging ayam ras merupakan peluang bisnis yang cukup baik bagi perusahaan peternakan ayam broiler. Pelaku-pelaku agribisnis yang terjun di bidang usaha peternakan, khususnya peternakan ayam broiler harus menyadari peluang dan tantangan yang dihadapi di masa yang akan datang. Pemanfaatan sumberdaya perusahaan dengan optimal dalam lingkungan yang tidak pasti dan berubah-ubah merupakan langkah yang tepat dalam mengelola suatu usaha. Menetapkan perencanaan laba merupakan salah satu strategi agar usahanya tetap berkembang. Perencanaan laba tersebut berguna bagi pelaku agribisnis sebagai pihak pengambil keputusan untuk mendapatkan informasi mengenai biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabel dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi. Informasi tersebut diperlukan sebagai alat analisis bisnis, untuk menyiapkan skenario masa depan dalam pencapaian tujuan usaha. Berkaitan dengan perencanaan laba jangka pendek, penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai laporan rugi laba dengan cara mengukur parameter, titik impas, batas keamanan, titik penutupan usaha, pengungkit laba dan marjin kontribusi. Dengan demikian hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan pengambilan kebijakan oleh pihak pelaku usaha ternak ayam broiler dalam mengembangkan usahanya.

18 Perumusan Masalah Peternakan X merupakan salah satu perusahaan peternakan ayam ras pedaging yang cukup besar di Kabupaten Pandeglang. Dalam menjalankan usahanya Peternakan X mempunyai tujuan untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya guna menjaga eksistensi usahanya. Akan tetapi Peternakan X selalu dihadapkan pada masalah, diantaranya masalah keuangan yang berkaitan dengan laba perusahaan. Tabel 2. Penerimaan Peternakan X Empat Periode Terakhir Uraian Periode 10 Periode 11 Periode 12 Periode 13 Penerimaan (Rp) , , , ,00 Biaya Produksi (Rp) , , , ,00 Laba bersih (Rp) , , , ,00 Sumber : Peternakan X Khususnya Peternakan X, penerimaan yang diperoleh selama empat periode terakhir ini mengalami penurunan seperti yang terlihat pada Tabel 2. Penurunan penerimaan ini secara langsung akan berpengaruh terhadap laba Peternakan X. Penurunan penerimaan ini dikarenakan usaha yang dijalankan hanya berdasarkan kecenderungan pelaku usaha. Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan laba agar peternak dapat dengan mudah melakukan kontrol terhadap perolehan laba usahanya. Perencanaan laba jangka pendek akan lebih bermanfaat bagi manajemen jika menggunakan pendekatan rugi laba yang diproyeksikan berdasarkan metode variable costing. Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka masalah-masalah yang dirasa perlu diteliti lebih lanjut adalah : 1. Bagaimana struktur biaya dan penerimaan yang terjadi di Peternakan X? 2. Bagaimana perencanaan laba jangka pendek Peternakan X dapat diproyeksikan? 3. Bagaimana prospek usaha Peternakan X dimasa mendatang?

19 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis struktur biaya dan penerimaan Peternakan X. 2. Menganalisis perencanaan laba jangka pendek Peternakan X. 3. Menganalisis prospek usaha Peternakan X dimasa mendatang. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan Penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Bahan informasi dan pengetahuan bagi Peternakan X untuk mengambil keputusan dalam hubungannya dengan perencanaan laba. 2. Bahan informasi dan pengetahuan bagi pihak yang ingin mengembangkan usaha yang sama. 3. Bahan perbandingan dalam penelitian selanjutnya. 4. Penulis khususnya dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah.

20 KERANGKA PEMIKIRAN Setiap perusahaan mempunyai perencanaan yang strategis sebagai kontrol agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Salah satu perencanaan strategis yang dilakukan perusahaan adalah perencanaan laba jangka pendek. Perencanaan laba jangka pendek berbeda-beda pada setiap perusahaan. Ada yang melakukan untuk waktu setengah tahun ada juga untuk waktu satu tahun tergantung pada kebijakan yang diterapkan perusahaan. Namun yang pasti perencanaan harus tersusun dan berkaitan antara satu dan yang lainnya. Perencanaan laba terutama dipengaruhi oleh 3 faktor : (1) volume produk yang dijual, (2) harga jual produk dan (3) biaya. Tiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Dalam perencanaan laba jangka pendek, hubungan antara biaya, volume dan laba memegang peranan yang sangat penting. Dalam pemilihan alternatif tindakan dan perumusan kebijakan untuk masa yang akan datang, manajemen memerlukan informasi untuk menilai berbagai macam kemungkinan yang berakibat terhadap laba yang akan datang ( Mulyadi, 2001). Volume produk, harga jual, dan biaya merupakan variabel yang fluktuatif. Perusahaan dihadapkan pada tiga pilihan dalam merencanakan anggaran. Oleh karena ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan. Dengan analisis biaya-volume-laba pihak manajemen dapat segera mengetahui akibat dari perencanaan perubahan harga, biaya, dan volume. Baik salah satu faktor tersebut atau keseluruhan. Dengan demikian pelaku usaha dapat membuat rencana anggaran dengan tepat dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap laba jangka pendek. Perencanaan laba jangka pendek dapat dilakukan dengan cara mengestimasi ketiga faktor tersebut diatas. Sebelum menggunakan metode analisis titik impas, batas keamanan, titik penutupan usaha, pengungkit laba dan marjin kontribusi. Dilakukan terlebih dahulu variable costing, yaitu memisahkan biaya yang digunakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Variable costing dilakukan untuk mempermudah penggunaan metode analisis tersebut. Hasil dari kelima metode tersebut, pihak manajerial mendapatkan informasi berapa banyak volume produksi yang harus terealisasi agar usaha yang dijalankan tetap mendapatkan keuntungan. Perusahaan harus berproduksi di atas titik impas agar

21 perusahaan mendapatkan keuntungan. Dalam jangka pendek biaya tetap tidak berubah, akan tetapi biaya variabel berubah sesuai dengan volume kegiatan produksi. Selain itu perusahaan dapat tetap menjaga produksi pada batas yang aman. Berapa biaya minimal yang harus digunakan perusahaan agar produksi berjalan optimal sehingga tidak berakibat terhadap tingginya harga, tetapi perusahaan tetap mendapatkan keuntungan. Secara garis besar, kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

22 Peternakan X Input ~ Pakan ~ Tenaga Kerja ~ Kandang ~ DOC, dsb. Output ~ Ayam siap potong ~ Feces ~ Sekam ~ Biaya Tetap ~ Biaya Variabel Volume Penjualan Penerimaan Laporan Laba Rugi Peternakan X Metode Variable Costing Analisis Struktur Biaya dan Penerimaan Penganggaran Laporan Laba Rugi yang Diproyeksikan Parameter yang Digunakan : Dalam analisis perencanaan laba jangka pendek 1. Titik impas 2. Marjin pengaman 3. Titik penutupan usaha 4. Pengungkit laba 5. Margin kontribusi Prospek Usaha Peternakan X Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran

23 TINJAUAN PUSTAKA Usahaternak Ayam Ras Pedaging SK Menteri Pertanian No. 404/Kpts/OT.210/6/2002 menyebutkan bahwa perusahaan budidaya ayam ras adalah usaha menengah dan besar, dibidang usaha budidaya ayam ras yang jumlahnya lebih besar dari ekor induk ayam petelur atau ekor produksi ayam pedaging per siklus. Menurut Abidin (2002), usaha peternakan adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial. Widjaya dan Abdullah (2003) menyebutkan bisnis ayam ras pedaging relatif lebih menarik dibandingkan bisnis ayam petelur. Perputaran modal yang cepat merupakan perangsang yang kuat dan sumberdaya yang dibutuhkan tidak harus dibayar langsung. Selanjutnya Widjaya dan Abdullah (2003) menyebutkan pembayaran tidak langsung tersebut disebabkan oleh banyaknya pabrik makanan ternak, bibit, obat-obatan dan sumberdaya lainnya yang tersedia untuk dipakai selama 5-6 minggu dan baru dibayar setelah panen, sehingga banyak pihak yang tertarik untuk terjun dalam bisnis ayam ras pedaging. Suharno (2003) menyatakan agar manajemen dapat mencapai tujuan yang diharapkan diperlukan sarana-sarana pendukung, yaitu men (tenaga kerja manusia), money (uang atau modal yang diperlukan untuk kegiatan agribisnis), methods (metode atau cara untuk mencapai tujuan), material (bahan yang diperlukan) dan market (pasar sebagai tempat menjual hasil produksi). Rasyaf (2002) menyatakan pengelolaan usaha mencakup beberapa aspek, mulai dari aspek perencanaan, aspek pengelolaan peternakan, aspek pemasaran hasil dan evaluasi usaha. Lebih lanjut Rasyaf (2002) menyebutkan barang-barang modal usaha peternakan ayam meliputi ayam, kandang, pakan, alat peternakan, obat-obatan dan lain-lain. Selanjutnya dikatakan bahwa standar produksi bagi ayam pedaging bertumpu pada pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan, sebagai pegangan produksi atau sasaran produksi adalah mortalitas, konsumsi pakan dan pertambahan produksi dengan cara membandingkan atau memeriksa kenaikan dan penurunan mana yang tajam dari semua kelompok ayam yang dibudidayakan. Nurdiastati (2003) dalam penelitiannya menyebutkan sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh PT. Prima Karsa adalah all in all out. Selanjutnya disebutkan

24 tatalaksana pemeliharaan ayam broiler pada PT. Prima Karsa dibagi menjadi empat tahap, yaitu : (1) persiapan kandang, (2) penerimaan DOC, (3) masa pemeliharaan dan (4) seleksi dan pemanenan. Karakteristik Ayam Ras Pedaging Menurut Cahyono (2002), ayam ras pedaging adalah ayam yang mempunyai pertumbuhan yang cepat dengan perolehan timbangan tinggi dalam waktu yang relatif pendek, yaitu pada umur 5-6 minggu dengan berat 1,3-1,8 kg. Selanjutnya Rasyaf (2002) menyatakan bahwa di Indonesia ayam ras pedaging sudah dapat dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,3-1,4 kg walaupun laju pertumbuhan belum maksimal, karena dengan tatalaksana pemeliharaan yang baik ayam ras pedaging tersebut masih dapat mencapai bobot badan yang lebih besar dengan umur pemeliharaan yang lebih lama. Namun demikian kebanyakan masyarakat di Indonesia lebih menyukai daging ayam broiler yang tidak begitu besar terutama untuk konsumsi rumah makan dan pasar-pasar tradisional. Biaya Menurut Niswonger et al., (1990), biaya adalah besarnya kas yang dibayar atau hutang yang terjadi untuk suatu komoditi atau jasa. Hartanto (1981), menyebutkan biaya variabel adalah biaya yang sebagai keseluruhannya ikut berubah dengan perubahan volume (produksi atau penjualan). Biaya konstan atau tetap (fixed cost) adalah biaya yang sebagai keseluruhan tidak berubah dengan perubahan volume. Selanjutnya Hartanto (1981) menyebutkan biaya semi-variabel adalah biaya yang sebagai keseluruhan ikut berubah dengan perubahan volume tetapi perubahannya tidak sejauh seperti biaya variabel, biaya ini biasanya merupakan campuran dari biaya tetap dan biaya variabel, contohnya reparasi dan perawatan mesin. Yulius (2004) dalam penelitiannya pada CV. Morinda House menunjukkan bahwa biaya produksi memiliki proporsi terbesar dalam menentukan biaya variabel total yaitu sebesar 89,7 %, dimana komponen biaya yang sangat berpengaruh besar adalah biaya bahan baku. Riyanto (1997) menyebutkan bahwa yang termasuk golongan biaya variabel pada umumnya adalah bahan mentah, upah buruh langsung (direct labor) dan komisi penjualan. Selanjutnya disebutkan yang termasuk biaya

25 tetap pada umumnya adalah depresiasi aktiva tetap, sewa, bunga utang, gaji pegawai, gaji pimpinan, gaji staf peneliti dan biaya kantor. Nurdiastati (2003) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa biaya tetap pada perusahaan ayam broiler adalah biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja tetap. Selanjutnya disebutkan yang termasuk kedalam biaya variabel adalah biaya sewa kandang, pakan, Day Old Chick (DOC), sekam, minyak tanah, tenaga kerja, vaksin, vitamin dan obat-obatan. Penerimaan Rasyaf (2002) menyatakan bahwa penerimaan merupakan hasil perkalian antara total hasil dengan harga. Selanjutnya disebutkan penerimaan merupakan penjualan hasil ternak berupa ayam broiler dan tinja. Boediono (1990) menyebutkan penerimaan sering diartikan sama dengan nilai penjualan. Jumlah penerimaan dari suatu proses produksi dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk tersebut. Setriani (2005) dalam hasil penelitiannya menyebutkan penerimaan yang diperoleh peternak ayam broiler (plasma) berasal dari penjualan ayam, penjualan pupuk dan penjualan karung. Besarnya penerimaan yang diterima peternak pada setiap bulan berbeda-beda tergantung pada jumlah kilogram ayam yang dihasilkan dan harga jual yang berlaku dipasar. Penerimaan terbesar diperoleh peternak plasma pada bulan November sampai Desember karena harga jual ayam cukup tinggi yaitu Rp 9.100,00 per ekor. Tabel 3. Besarnya Penerimaan Periode April 2002 Maret 2003 Lokasi Jumlah (Rp) Cipinang Rumpin Cibeureum Cisarua Total Penerimaan Sumber : Nurdiastati, 2003 Nurdiastati (2003) dalam penelitiannya menyebutkan penerimaan yang diterima oleh perusahaan peternakan ayam broiler PT. Prima Karsa adalah semua hasil penjualan output utama berupa ayam broiler hidup dan output sampingan berupa litter dan kotoran ayam. Selanjutnya disebutkan penerimaan pada setiap lokasi kandang berbeda, karena jumlah produksi pada setiap kandang tersebut

26 berbeda. Besarnya penerimaan perusahaan untuk empat lokasi kandang selama periode April 2002 hingga Maret 2003 dapat dilihat pada Tabel 3. Penganggaran Menurut Niswonger (1990), penganggaran adalah (1) pembentukan sasaransasaran (goals) yang khusus untuk kegiatan dimasa depan, dan (2) perbandingan secara periodik antara hasil yang sesungguhnya dengan sasaran-sasaran tersebut. sedangkan anggaran (budget) adalah pernyataan resmi yang tertulis dari rencana manajemen untuk masa depan yang diungkapkan dalam konotasi keuangan. Menurut Garrison (1997), anggaran adalah rencana rinci yang menguraikan perihal pengadaan dan penggunaan sumberdaya keuangan dan sumberdaya lainlainnya selama suatu jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan suatu rencana masa depan yang dinyatakan dalam bentuk angka tersusun. Tindakan untuk menyusun anggaran disebut penganggaran. Penggunaan anggaran untuk mengawasi atau mengendalikan kegiatan sebuah perusahaan dikenal sebagai pengawasan atau pengendalian berdasarkan anggaran. Garrison (1997) mengatakan bahwa anggaran induk adalah rangkuman seluruh tahap rencana dan tujuan perusahaan untuk masa mendatang. Anggaran induk menetapkan sasaran tertentu bagi kegiatan penjualan, pemabrikan, distribusi, dan pembiayaan, dan umumnya mencapai puncak pada ikhtisar laba-rugi yang direncanakan dan ikhtisar kedudukan kas yang diperkirakan untuk masa mendatang. Anggaran induk merupakan pernyataan yang menyeluruh mengenai rencana pimpinan untuk waktu mendatang dan bagaimana rencana itu harus dilaksanakan. Menurut Hongren et al., (1993), periode anggaran bisa bermacam-macam,ada anggaran yang mempunyai periode satu minggu, bulan atau tahun. Perusahaan terkadang menggunakan anggaran kas harian untuk melihat apakah perusahaan tersebut mempunyai kas yang cukup untuk memenuhi kegiatan operasi mereka sehari-hari. Anggaran yang bersifat jangka panjang biasanya mempunyai periode 5 tahun, tetapi periode-periode seperti 2, 3 atau 10 tahun juga sering digunakan. Proses penyusunan anggaran akan menimbulkan keuntungan sebagai berikut : (1) Memberikan arah. Sistem anggaran akan memaksa manajer untuk menetapkan tujuan masa depan yang realistis. (2) Memberikan motivasi pada pegawai. Anggaran akan memberikan motivasi kepada pegawai perusahaan disemua tingkat untuk mencapai

27 tujuan perusahaan. (3) Mengkoordinasikan aktivitas. Anggaran akan mengkoordinasikan semua aktivitas perusahaan. Koordinasi sangat penting, karena anggaran untuk satu bagian akan mempengaruhi anggaran bagian yang lain. (4) Membantu dalam melakukan evaluasi pelaksanaan. Suatu sistem anggaran akan membantu perusahaan dalam melakukan evaluasi apakah tujuan perusahaan yang ditetapkan telah dicapai atau belum, dengan melakukan perbandingan antara jumlah biaya atau penerimaan yang dianggarkan dengan yang dicapai. Peramalan Komponen Anggaran Peramalan adalah suatu usaha untuk meramalkan suatu keadaan dimasa mendatang melalui pengujian keadaan dimasa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa di waktu yang akan datang atas dasar pola-pola diwaktu yang lalu dan penggunaan kebijakan terhadap proyeksi-proyeksi dengan pola-pola diwaktu yang lalu. Peramalan memerlukan kebijakan, sedangkan proyeksiproyeksi adalah fungsi mekanikal (Handoko, 1999). Menurut Assauri (1984), dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam : (1) peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya lebih dari satu setengah tahun atau tiga semester. Peramalan seperti ini biasanya diperlukan dalam penyusunan rencana pembangunan suatu negara atau daerah, corporate planning, rencana investasi atau rencana ekspansi dari suatu perusahaan. (2) peramalan jangka pendek, peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu yang kurang dari satu setengah tahun. Peramalan seperti ini diperlukan dalam penyusunan rencana tahunan, rencana kerja operasional dan anggaran, contoh : penyusunan rencana produksi, rencana penjualan, rencana pengadaan, rencana persediaan, anggaran produksi, anggaran pemasaran dan anggaran perusahaan. Assauri (1984) menyebutkan bahwa berdasarkan sifat ramalan yang disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu : (1) peramalan kualitatif, yaitu peramalan yang didasarkan pada data kualitatif pada masa lalu. Peramalan ditentukan berdasarkan intuisi dari penulis, judgement atau pendapat, pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya. Contoh penelitian bentuk atau morphological. (2) peramalan kuantitatif, peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa

28 lalu. Baik tidaknya metode yang digunakan sangat ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil ramalan degan kenyataan yang terjadi. Selanjutnya menyebutkan peramalan kuantitatif digunakan apabila terdapat kondisi berikut : (1) adanya informasi tentang keadaan yang lain. (2) informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data dan (3) dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang. Assauri (1984) menyebutkan peramalan kuantitatif dibedakan menjadi : (1) Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu, yang merupakan deret waktu (time series). (2) Metode peramalan yang didasarkan atas penggunanan analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhinya (bukan waktu), yang disebut metode korelasi atau sebab akibat. Metode-metode peramalan dengan menggunakan analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu atau analisa deret waktu diantaranya adalah metode smoothing, yang mencakup metode data yang lalu (past data), metode rata-rata kumulatif, metode rata-rata bergerak (moving averages) dan metode smoothing (penghalusan) eksponensial (Assauri,1984). Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average) Handoko (1999) menyebutkan bahwa rata-rata bergerak diperoleh melalui penjumlahan dan pencarian nilai rata-rata dari sejumlah periode tertentu, setiap kali menghilangkan nilai terlama dan menambah nilai baru. Handoko (1999) mengemukakan bahwa perhitungan rata-rata dilakukan dengan bergerak ke depan untuk memperkirakan penjualan periode yang akan datang dan dicatat dalam posisi terpusat pada data rata-ratanya. Disebutkan juga bahwa rata-rata bergerak secara efektif meratakan atau menghaluskan fluktuasi pola data yang ada. Rata-rata bergerak dapat diterapkan pada jenis data apapun juga, apakah data sesuai dengan suatu kurva matematik atau tidak. Tujuan utama dari pengunaan rata-rata bergerak adalah untuk menghilangkan atau mengurangi acakan (randomness) dalam deret waktu. Tujuan ini dapat dicapai dengan merata-ratakan beberapa nilai data bersama-sama, dengan cara mana kesalahan-kesalahan positif dan negatif yang mungkin terjadi dapat dikeluarkan atau

29 dihilangkan. Rata-rata dilakukan terhadap seluruh angka konstanta dari observasi (Assauri, 1984). Metode Rata-rata Bergerak Linear Makridakis et al., (1995) menyebutkan metode rata-rata bergerak linear digunakan untuk mengurangi kesalahan sistematis yang terjadi bila rata-rata bergerak dipakai pada data yang berkecenderungan. Dasar metode ini adalah menghitung ratarata bergerak yang kedua. Disebutkan juga bahwa prosedur peramalan rata-rata bergerak linear meliputi tiga aspek : (1) Penggunaan rata-rata bergerak tunggal pada waktu t (ditulis S t), (2) Penyesuaian, yang merupakan perbedaan antara rata-rata bergerak tunggal dan ganda pada waktu t ( ditulis S t - S t) dan (3) Penyesuaian untuk kecenderungan dari periode t ke periode t + 1. Metode Penghalusan Eksponensial Tunggal Metode ini mempunyai kebaikan secara nyata dengan mengurangi masalah penyimpanan (storage) data, karena tidak dibutuhkan penyimpanan lebih lama untuk data historis. Dalam metode ini hanyalah data observasi yang paling mutakhir dan nilai ramalan yang terakhir yang harus disimpan (Assauri, 1994). Metode ini cocok untuk data yang bersifat stasioner (Makridakis et al., 1995). Penghalusan eksponensial adalah suatu tipe teknik peramalan rata-rata bergerak yang melakukan penimbangan terhadap data masa lalu dengan cara eksponensial sehingga data paling akhir mempunyai bobot yang lebih besar dalam rata-rata bergerak (Handoko, 1999). Metode Penghalusan Eksponensial Linear Brown Makridakis et al., (1995) menyebutkan metode penghalusan eksponensial linear dari Brown digunakan jika datanya menunjukan suatu trend linear. Tetapi jika datanya musiman metode ini tidak dapat mengatasi masalah tersebut dengan baik. Disebutkan juga bahwa dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial linear dari Brown adalah serupa dengan rata-rata bergerak linier. Pemilihan Metode Peramalan Enam faktor utama yang dapat diidentifikasikan sebagai teknik peramalan menurut Assauri (1984), yaitu : Horison Waktu (Time Horizon)

30 Ada dua aspek dari horison waktu yang berhubungan dengan masing-masing metode peramalan. Pertama adalah cakupan waktu dimasa yang akan datang, dimana perbedaan dari metode peramalan yang digunakannya sebaiknya disesuaikan. Aspek kedua adalah jumlah periode untuk ramalan yang diinginkan. Beberapa teknik dan metode hanya sesuai untuk peramalan satu atau dua periode di muka, sedangkan teknik dan metode lain dapat dipergunakan untuk peramalan periode dimasa depan. Pola dari Data Dasar utama dari metode peramalan adalah anggapan bahwa jenis pola dalam data yang diramalkan akan berkelanjutan. Sebagai contoh, beberapa deret yang melukiskan suatu pola musiman, demikian halnya juga dengan pola trend. Metode peramalan yang lain mungkin lebih sederhana, terdiri dari suatu nilai rata-rata, dengan fluktuasi yang acakan atau random yang terkandung. Oleh karena adanya perbedaan kemampuan metode peramalan untuk mengidentifikasikan pola-pola data, maka perlu adanya usaha penyesuaian antara pola data yang telah diperkirakan terlebih dahulu dengan teknik dan metode peramalan yang akan digunakan. Jenis dari Model Anggapan beberapa pola dasar yang penting dalam data sebagai tambahan perlu diperhatikan. Banyak metode peramalan telah menganggap adanya beberapa model dari keadaan yang diramalkan. Model-model ini merupakan suatu deret dimana waktu digambarkan sebagai unsur yang penting untuk menentukan perubahan-perubahan dalam pola, yang mungkin secara sistimatik dapat dijelaskan dengan analisa regresi atau korelasi. Model yang lain adalah model sebab akibat atau causal model, yang menggambarkan bahwa ramalan yang dilakukan sangat tergantung pada terjadinya sejumlah peristiwa yang lain, atau sifatnya merupakan campuran dari model-model yang telah disebutkan di atas. Model-model tersebut sangat penting diperhatikan, karena masing-masing model tersebut mempunyai kemampuan yang berbeda dalam analisa keadaan untuk pengambilan keputusan. Biaya Umumnya ada empat unsur biaya yang tercakup dalam penggunaan suatu prosedur ramalan, yaitu biaya-biaya pengembangan, penyimpanan data, operasi pelaksanaan dan kesempatan dalam penggunaan teknik-teknik dan metode lainnya.

31 adanya perbedaan yang nyata dalam jumlah biaya, mempunyai pengaruh atas menarik tidaknya penggunaan metode tertentu untuk suatu keadaan yang dihadapi. Ketepatan (Accuracy) Tingkat ketepatan yang dibutuhkan sangat erat hubungannya dengan tingkat perincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan. Ketepatan model dapat dilihat juga dari nilai Mean Absolute Error (MAE) dan Mean Square Error (MSE) yang terkecil. Berikut rumus matematis dari MAE dan MSE. 1. Mean Absolute Error (MAE) n ei i= MAE = 1 n 2. Mean Square Error (MSE) MSE = n i= 1 e 2 i / n Mudah Tidaknya Penggunaan atau Aplikasinya Satu prinsip umum dalam penggunaan metode ilmiah dari peramalan untuk manajemen dan analisa adalah metode-metode yang dapat dimengerti dan mudah diaplikasikan, karena metode tersebut akan dipergunakan dalam pengambilan keputusan dan analisa. Metode peramalan yang dapat disesuaikan dengan kemampuan dari manager atau analis yang akan menggunakan metode ramalan tersebut. Perencanaan Laba Jangka Pendek Niswonger et al., (1990) menyebutkan bahwa perencanaan adalah proses memilih tujuan perusahaan yang secara nyata dapat dicapai dan merumuskan kebijakan umum dan pengarahan tertentu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuantujuan tersebut. beberapa alasan tentang pentingnya perencanaan, yaitu : (1) menyatukan tindakan, (2) mengurangi resiko, (3) menekankan tercapainya tujuan, (4) menyederhanakan koordinasi, (5) mempermudah pengendalian, (6) menciptakan kesempatan baru dan (7) menggairahkan organisasi (Wijayanto, 1985). Kam dalam Triyuwono dan As udi (2001) menyebutkan bahwa laba mempunyai 3 unsur penting yaitu nilai (value), modal (capital) dan skala (scale). Nilai (value) berkaitan dengan konsep ekonomis, dimana preferensi seseorang

32 terhadap suatu komoditas berlainan dengan orang lain karena adanya harapan akan adanya keuntungan pada masa yang akan datang. Modal (capital) merupakan aktiva bersih yang merupakan selisih antara seluruh aktiva dengan seluruh kewajiban. Modal itu sendiri mempunyai dua arti, yaitu modal uang dan modal fisik. Skala (scale) diperlukan dalam proses pengukuran agar dapat memberikan arti atas objek yang diukur. Harahap (1993) menyebutkan laba akuntansi adalah perbedaan antara penerimaan yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Nurdiastati (2003) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa laba bersih yang diproyeksikan PT. Prima Karsa pada periode produksi April 2003 Maret 2004 yaitu sebesar Rp ,00. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, penentuan kebijakan pembayaran deviden, pedoman investasi, pengambilan keputusan dan unsur prediksi kinerja perusahaan. Laba dipandang sebagai suatu alat prediksi yang dapat membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomik yang akan datang, terbukti bahwa nilai laba masa lalu yang didasarkan atas nilai historis dan nilai berjalan, berguna untuk meramalkan nilai mendatang dari kedua versi laba (Triyuwono dan As udi, 2001). Hansen (1997) menyebutkan bahwa laba operasi (operating income) adalah istilah untuk menunjukan laba sebelum pajak penghasilan. Laba operasi hanya mencakup pendapatan dan beban dari operasi normal perusahaan, sedangkan istilah laba bersih (net income) untuk menyatakan laba operasi dikurangi pajak penghasilan. Selanjutnya disebutkan pendapatan penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang terjual, dan total biaya variabel adalah biaya variabel per unit dikali jumlah unit yang terjual. Nurdiastati (2003) dalam penelitiannya pada PT. Prima Karsa menyebutkan laporan rugi laba perusahaan yang diproyeksikan dapat dilihat pada Tabel 4. Proyeksi rugi laba keempat lokasi kandang pada PT. Prima Karsa disusun untuk tahun anggaran 2003/2004, yaitu mulai bulan April 2003 hingga Maret Periode tersebut merupakan periode jangka pendek pada PT. Prima Karsa. Proyeksi rugi laba pada PT. Prima Karsa mengasumsikan bahwa penerimaan perusahaan peternakan

33 ayam broiler PT. Prima Karsa merupakan hasil dari penjualan ayam broiler hidup. Pada periode tahun perusahaan mentargetkan kematian ayam sebesar 3 persen dengan bobot badan panen rata-rata sebesar 1,67 kilogram. Tabel 4. Laporan Rugi Laba yang Diproyeksikan pada PT. Prima Karsa di Empat Lokasi Kandang Periode April2003-Maret 2004 Uaraian Nilai (Rp) Nilai (Rp) Penerimaan ,00 Biaya Variabel ,00 Sewa kandang ,00 DOC ,00 Pakan ,00 Bonus Tenaga Kerja ,00 Sekam ,00 Minyak Tanah ,00 Obat-obatan, Vaksin dan Vitamin ,00 Listrik dan Telepon ,00 Operasional dan lain-lain ,00 Marjin Kotor ,00 Biaya Tetap ,00 Penyusutan Peralatan Kandang ,00 Tenaga kerja ,00 Laba Bersih ,00 Sumber : Nurdiastati, 2003 Jangka pendek adalah jangka waktu dimana jumlah input tertentu yang tidak berubah dinamakan faktor tetap dan tidak dapat ditambah. Faktor tetap biasanya merupakan elemen dari modal (seperti mesin pabrik dan peralatannya), tetapi mungkin juga berupa tanah, jasa manajemen atau bahkan pasokan tenaga kerja terampil. Input yang dapat berubah dalam jangka pendek dinamakan faktor variabel. Jangka pendek tidak berkaitan dengan jumlah bulan atau tahun tertentu. Pada beberapa industri, jangka ini dapat mencakup beberapa tahun, pada industri lain mungkin hanya beberapa bulan atau minggu saja (Lipsey et al.,1995). Analisis Perencanaan Laba Jangka Pendek Analisis perencanaan laba jangka pendek terdiri dari analisis titik impas (Break Even Point), analisis marjin pengaman (Margin of Safety), analisis titik penutupan usaha (Shut Down Point), analisis tingkat pengungkit laba (Degree of Operating Leverage) dan analisis marjin kontribusi (Contribution Margin) Hubungan antara biaya, volume dan laba dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu : (1) harga jual per satuan, (2) volume penjualan, (3) komposisi produk yang dijual, (4) biaya variabel per satuan dan (5) total biaya tetap. Dalam penyusunan anggaran,

34 berbagai kemungkinan pilihan tersebut selalu dihadapi oleh manajemen, dengan analisis biaya-volume-laba, manajemen akan mudah mengetahui dampak perubahan harga jual, volume penjualan dan biaya terhadap laba bersih perusahaan (Mulyadi,2001). Margin Kontribusi (Contribution Margin) Handoko (1999) menyebutkan kontribusi laba yaitu jumlah kelebihan atau selisih harga jual per unit di atas biaya variabel per unit (atau penghasilan total melebihi biaya variabel total). Marjin kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari penghasilan penjualan setelah biaya variabel dikurangkan, yang dapat digunakan untuk membantu menutup biaya tetap dan kemudian mendapatkan laba untuk periode yang bersangkutan (Garrison, 1997). Hansen (1997) menyebutkan marjin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel. Pada titik impas, marjin kontribusi sama dengan beban tetap. Yulius (2004) dalam penelitiannya pada CV. Morinda House mengemukakan bahwa nilai marjin kontribusi pada CV. Morinda adalah sebesar 46,4 % dari nilai penjualan per unit. Hal ini berarti bahwa bagi setiap rupiah kenaikan penjualan, marjin kontribusi total akan naik sebesar 46,4 satu satuan setiap kenaikan penjualan satu rupiah. Margin kontribusi pertama-tama digunakan untuk menutup biaya tetap organisasi, dan bahwa potensi kerugian yang ditunjukan oleh biaya tetap ini akan terus berkurang oleh marjin kontribusi bagi setiap satuan tambahan yang terjual sampai ke titik impas. Setelah tercapai titik impas, maka laba bersih keseluruhan naik sebesar marjin kontribusi per satuan bagi setiap satuan tambahan yang terjual setelah titik impas itu. Analisis Titik Impas (Break Even Point) Menurut Hansen (1997), titik impas adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, yaitu titik dimana laba sama dengan nol. Analisis titik impas digunakan untuk menentukan berapa jumlah produk (dalam rupiah atau unit keluaran) yang harus dihasilkan, agar perusahaan minimal tidak menderita rugi. Analisis titik impas menunjukan berapa besar laba perusahaan yang akan diperoleh atau rugi yang akan diderita pada berbagai tingkat volume yang berbeda-beda di atas dan dibawah titik impas.

ANALISIS PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK DAN PROSPEK USAHA AYAM RAS PEDAGING (Studi Kasus di Peternakan X, Kabupaten Pandeglang) SKRIPSI ELI SAFITRI

ANALISIS PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK DAN PROSPEK USAHA AYAM RAS PEDAGING (Studi Kasus di Peternakan X, Kabupaten Pandeglang) SKRIPSI ELI SAFITRI ANALISIS PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK DAN PROSPEK USAHA AYAM RAS PEDAGING (Studi Kasus di Peternakan X, Kabupaten Pandeglang) SKRIPSI ELI SAFITRI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara

ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara SKRIPSI FERI ANDRIASTUTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor) ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor) SKRIPSI FAJAR MUTAQIEN PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian terhadap populasi yang sangat besar, kita perlu melakukan suatu penarikan sampel. Hal ini dikarenakan tidak selamanya kita dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi jahe

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA RUMAH POTONG AYAM TRADISIONAL X KELURAHAN KEBON PEDES KOTA BOGOR SKRIPSI

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA RUMAH POTONG AYAM TRADISIONAL X KELURAHAN KEBON PEDES KOTA BOGOR SKRIPSI ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA RUMAH POTONG AYAM TRADISIONAL X KELURAHAN KEBON PEDES KOTA BOGOR SKRIPSI PIPIN SOPIAH DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba Analisis Biaya-Volume-Laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeritan Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Hasibuan (2011:2), manajemen adalah ilmu seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Cost Volume Profit a. Pengertian Analisis Cost Volume Profit Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit analysis)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER)

PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER) PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER) PROFIT PLANNING WITH BREAK EVEN POINT METHOD (CASE STUDY ON POULTRY HUSBANDRY

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

ANALISA BREAK EVENT POINT

ANALISA BREAK EVENT POINT MANAJEMEN KEUANGAN II ANALISA BREAK EVENT POINT Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 10 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail dot com ANALISA BREAK EVENT POINT Pengertian Analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Laba Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba optimal. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Adanya waktu tenggang (lead time) merupakan alasan utama bagi perencanaan dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Adanya waktu tenggang (lead time) merupakan alasan utama bagi perencanaan dan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Adanya waktu tenggang (lead time) merupakan alasan utama bagi perencanaan dan peramalan. Jika waktu tenggang ini nol atau sangat kecil, maka perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam pemenuhan keinginan, manusia selalu disertai oleh pengorbanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu yang dijadikan peneliti sebagai bahan pertimbangan pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ade Zulfikar Abraham Iqbal

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI HESTI INDRAWASIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan sering dipandang sebagai seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian dan Peranan Peramalan Aktivitas manajerial khususnya dalam proses perencanaan, seringkali membutuhkan pengetahuan tentang kondisi yang akan datang. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya Menurut Perilaku Biaya Biaya merupakan unsur yang digunakan dalam melakukan analisis Break Even Point. Untuk dapat menentukan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan dapat diartikan sebagai berikut: a. Perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya kesenjaan waktu

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) DISUSUN OLEH : 043061211001 GISKA TETIANA 043061211002 RAHMI ZAHRA RAHMATILLAH 043061211004 NIDA RIFQIA 043061211005 RISA NAFILAH 043061211006

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa. situasi dan kondisi di masa yang akan datang.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa. situasi dan kondisi di masa yang akan datang. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan ramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Permintaan III KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks pula masalah yang akan dihadapi. Untuk dapat menghadapi masalah tersebut diperlukan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. PengertianPeramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam usaha mengetahui atau melihat perkembangan di masa depan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan 2.1.1 Pengertian Perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan pada periode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Kedelai Dalam ketersediaan kedelai sangat diperlukan diberbagai penjuru masyarakat dimana produksi kedelai merupakan suatu hasil dari bercocok tanam dimana dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Harga Harga yang terjadi di pasar merupakan nilai yang harus dibayarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkannya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR SIMPAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, NILAI HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL PADA SUHU RUANG SKRIPSI ROSIDAH

HUBUNGAN UMUR SIMPAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, NILAI HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL PADA SUHU RUANG SKRIPSI ROSIDAH HUBUNGAN UMUR SIMPAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, NILAI HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL PADA SUHU RUANG SKRIPSI ROSIDAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA Muhammad Sujudi 1) Dhyvhy29@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Enok Sumarsih 2) sumarsihenok@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Analisa Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENYIMPANAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA SUHU RUANG SKRIPSI SAMSUDIN

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENYIMPANAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA SUHU RUANG SKRIPSI SAMSUDIN HUBUNGAN ANTARA LAMA PENYIMPANAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA SUHU RUANG SKRIPSI SAMSUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA PRODUKSI

ANALISA BIAYA PRODUKSI ANALISA BIAYA PRODUKSI Pengertian Biaya Biaya adalah pengeluaran ekonomis yang diperlukan untuk perhitungan proses produksi. Biaya ini didasarkan pada harga pasar yang berlaku dan pada saat proses ini

Lebih terperinci

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat ABSTRAK Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu biaya, harga jual serta volume penjualan. Analisis Cost-Volume-Profit

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Biaya, Biaya Penjualan, Harga dan Laba 2.1.1 Definisi Biaya Menurut Mulyadi (Buku Sistem Akutansi. 2001:8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Pemisahan Biaya Semi variabel Dalam menerapkan analisa break even point terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya ke dalam unsur tetap dan unsur variabel, untuk biaya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DI PT. BURSA EFEK INDONESIA (Periode Januari Desember 2007)

ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DI PT. BURSA EFEK INDONESIA (Periode Januari Desember 2007) ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DI PT. BURSA EFEK INDONESIA (Periode Januari 2003 - Desember 2007) SKRIPSI GALIH MEITANUL IMAN PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Agribisnis Semester : IV Pertemuan Ke : 6 Pokok Bahasan : Keputusan Perencanaan Laba dan Dosen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL 1 ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL Profitability Analysis of Livestock Broiler Business with Partnership Pattern in the

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pabrik Margahayu Jaya Indah Plastik adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan kantong klip plastik. Sama seperti perusahaan komersil lainnya, tujuan utama perusahaan didirikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu PT X dalam. perencanaan dan pencapaian laba melalui pendekatan analisis Break Even pada

ABSTRAK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu PT X dalam. perencanaan dan pencapaian laba melalui pendekatan analisis Break Even pada ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu PT X dalam perencanaan dan pencapaian laba melalui pendekatan analisis Break Even pada PT X. Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah PT X yang

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto 18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Dalam menghitung pendapatan regional, dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan

Lebih terperinci

Analisis Biaya, Volume Penjualan dan Laba Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek pada Toko Pempek SAUDARA. Oleh : Meta Bina Sabila

Analisis Biaya, Volume Penjualan dan Laba Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek pada Toko Pempek SAUDARA. Oleh : Meta Bina Sabila Analisis Biaya, Volume Penjualan dan Laba Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek pada Toko Pempek SAUDARA Oleh : Meta Bina Sabila 28211811 PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap usaha yang didirikan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even ( titik impas ) Break even point atau titik impas sampai saat ini belum bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara pasti. Hal ini dikarenakan belum

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Cost-Volume-Profit Analysis, short term profit planning, Contribution Margin, Break Even Point, what if analysis

ABSTRACT. Keywords: Cost-Volume-Profit Analysis, short term profit planning, Contribution Margin, Break Even Point, what if analysis ABSTRACT A good company is measured by its short term profit planning and management. To decide the company s strategy for short term profit planning, managers will be pressed on how to decrease operational

Lebih terperinci

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu Petunjuk Sitasi: Ardianwiliandri, R., Tantrika, C. F., & Arum, N. M. (2017). Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a) Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional. sedang kotorannya dipakai sebagai pupuk.

BAB I PENDAHULUAN. a) Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional. sedang kotorannya dipakai sebagai pupuk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebutan hewan sebagai ternak tergantung pada jenis hewan tersebut dalam menimbulkan manfaat bagi manusia pemeliharanya. Ternak sudah mempunyai dampak yang jauh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang

Lebih terperinci