Takdir Kota-Kota Penyangga. Arie Putra

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Takdir Kota-Kota Penyangga. Arie Putra"

Transkripsi

1 Takdir Kota-Kota Penyangga Arie Putra Memperhatikan pertumbuhan kota sudah menjadi tradisi dari pakar-pakar sejak ratusan tahun yang lalu. Kitab Muqaddimah karya Ibn Khaldun menjelaskan bahwa pertumbuhan peradaban ditopang oleh pertumbuhan kota-kota. Sampai ke masa moderen ini, berbagai pakar terus mengamini pendapat dari zaman baheula tersebut. Sebut saja, ahli marketing ternama macam Philip Kotler menganggap pertumbuhan sebuah bangsa berhubungan dengan pertumbuhan kota-kota, dimana aktivitas produksi dan konsumsi dilakukan. Hal ini sebenarnya tidak mengherankan karena kota sudah menjadi tempat hidup dari kebanyakan populasi dunia. Ulasan mengenai isu perkotaan di Indonesia juga sudah banyak dilakukan oleh ahli-ahli dari dalam maupun luar negeri. Di tengah diskusi tersebut, barangkali kemunculan kota-kota yang menjadi penyangga dari gejolak ekonomi Jakarta merupakan yang paling unik. Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang Selatan terbagi menjadi lahan-lahan hunian yang begitu besar dari total luas keseluruhan wilayahnya jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Sebagai contoh, Kota Bekasi memiliki sekitar Ha daerah hunian, yang meliputi hampir 75% dari total wilayahnya. Dibandingkan dengan Kota Serang misalnya, 75% dari total wilayahnya adalah area pertanian, sementara kawasan perumahannya hanya sekitar 13%, yaitu sekitar 3500 Ha atau seperempat dari total daerah perumahan di Bekasi. Kota Depok, Bekasi, Bogor, dan Tangerang Selatan hadir sebagai imbas dari gejolak ekonomi nasional yang terpusat di Jakarta. Kota ini tumbuh tanpa rekayasa-rekayasa sosial dari negara, melainkan lebih kepada dorongan dari permintaan Ibu Kota yang begitu memuncak. Bisnis perumahan dan apartemen begitu pesat berkembang sebagai sebuah mekanisme pasar yang alamiah. Jaringan Jakarta dengan kota-kota penyangga ini membentuk hubungan yang saling membutuhkan, bahkan cenderung posesif. Banyak warga kota-kota penyangga yang memaki-maki pemerintah Jakarta jika kemacetan tidak dapat diselesaikan oleh Gubernur DKI Jakarta. Di sisi lain, Gubernur Jakarta juga selalu memberikan hibah untuk kota-kota penyangga di setiap tahunnya. Tidak mengherankan, pertarungan politik di kota-kota ini memiliki tensi yang sangat kuat. Lihat saja, semua partai politik hendak mengusung tokohtokoh nasional yang mereka miliki untuk menanggapi Pilkada Depok. Setelah terpilih, kepala-kepala daerah tersebut tentunya akan menikmati berbagai sumber daya yang dimiliki oleh daerah-daerah yang dijuluki sebagai "Jakarta KW Super in. Misalnya, infrastruktur yang sudah sangat baik terutama di wilayah-wilayah yang berbatasan langsung dengan Jakarta, 1

2 tingkat konsumsi (permintaan) yang begitu tinggi dengan jumlah kelas menengah yang begitu besar, dan potensi penanaman modal yang juga menggiurkan bagi banyak orang kaya. Tiga alasan ini saja sebenarnya sudah cukup untuk dijadikan pendorong pertumbuhan ekonomi dari sebuah kota. Merumuskan Kembali Konsep Pembangunan Kota Konektivitas antar kota di sekitar Jakarta membuat pertumbuhan ekonomi hadir menyerupai takdir, sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak. Jika menganggap pertumbuhan ekonomi kota dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tinggi sebagai sebuah prestasi yang harus dibanggakan, kepala daerah dari kota-kota penyangga ini tidak ada ubahnya dengan salah seorang raja Mataram Kuno, yang menganggap badai dan topan yang merusak istananya adalah akibat dari suasana hatinya yang sedih. Dari segi pemasukan, tidak adil membandingkan Kota Bekasi dan kota-kota penyangga ini dengan kota-kota lain di Indonesia. Meskipun tidak mencapai target, Kota Bekasi mampu mencapai angka 2 triliun untuk PAD pada tahun 2013, sedangkan kota lain di Indonesia, sebut saja Bukittinggi, sangat kesulitan mencapai 2,5 persen dari angka yang sudah dicapai oleh Kota Bekasi. Padahal, dua kota ini sama-sama berstatus daerah tingkat II. Bahkan, PAD dari kota-kota penyangga ini dapat menyamai atau tidak terlalu jauh dari pemasukan ibu-ibu kota provinsi di Indonesia. Jika ada perlombaan pemasukan terbanyak antar daerah tingkat II, walikota daerah-daerah ini akan selalu mendominasi perlombaan tersebut secara bergantian. Lalu, pertanyaan yang muncul adalah apa fungsi pemimpin dan birokrasi dalam mengurusi daerah-daerah penyangga ini, jika memang peran mereka tidak terlalu signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemasukan kota. Tentunya, mereka masih memiliki posisi yang sangat strategis di dalam pembangunan kota-kota tersebut. Tanpa pemerintah daerah, kota dapat menjadi sebuah arena pertarungan tanpa hukum, yang satu akan memakan yang lain dalam wujud yang begitu primitif. Ketika membicarakan kota, kapitalisme harus dapat diterima sebagai sebuah cara paling baik untuk mendorong pertumbuhan karena hanya para kapitalis yang sanggup membayar pajak dalam jumlah yang besar. Bagi banyak pemikir dari gagasan liberalisme seperti John Rawls misalnya, hal ini merupakan sebuah bentuk refleksi dari kebebasan individu atau justice as fairness. Dengan demikian, berbagai bentuk kompetisi yang terjadi adalah hal yang begitu lumrah untuk daerah-daerah perkotaan. Selama ini, kepala daerah-daerah penyangga Jakarta tersebut tidak membangun identitas kota yang benar-benar berkaitan dengan fungsi dan potensi dari daerahnya. Seperti yang sudah banyak diketahui, ada jutaan 2

3 pekerja Jakarta hidup dan menetap di daerah-daerah ini. Tentunya, tidak ada hubungannya standar kota hunian yang layak dengan jargon Makanlah dengan Tangan Kanan, One Day No Rice, bahkan Kota Belimbing, yang begitu bertebaran di Kota Depok. Di sisi lain, salah satu contoh pembangunan kota yang baik dan tepat sasaran dapat dilihat dari Kota Bandung. Pemerintah kota begitu sadar dengan arti penting kotanya sebagai wilayah berlibur warga Jakarta. Pembentukan identitas sebagai kota yang nyaman, pedagang kecil yang inovatif, dan keberadaan komunitas yang begitu variatif merupakan potensi yang ditonjolkan sebagai landasan merumuskan identitas kota. Kota Depok, Sebuah Contoh Kasus Belakangan ini, beberapa kasus kejahatan perampasan paksa motor di jalan, yang di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut dengan istilah begal motor, terjadi di beberapa titik di Kota Depok pada 30 Januari 2015 di Limo Depok, dan 25 Januari 2015 di Jalan Margonda Raya, dan dua minggu sebelumnya di Jalan Juanda. Dua orang korban tewas dan seorang ibu harus merasakan dinginnya air sungai di pagi hari akibat dorongan pelaku kejahatan. Selain itu, kompas.com pada 11 februari 2014 juga melaporkan bahwa seorang satpam yang turut menjadi korban. Pembentukan Tim Jaguar oleh aparat kepolisian di akhir bulan Januari untuk menumpas praktek begal ternyata tidak terlalu berpengaruh. Setelah dibentuknya tim ini, polisi mengklaim sudah menembak mati pelaku begal ini. Keberhasilan tersebut tidak membuat praktek pembegalan berhenti begitu saja. Bahkan, pelaku pembegalan mampu mengembangkan modusmodus baru. Misalnya dengan menggunakan benang pancing yang diikatkan ke pohon untuk menghentikan laju kendaraan calon korban. Kriminalitas tidak dapat berhenti begitu saja dengan dibentuknya tim keamanan khusus. Ketika konsep pembangunan kota masih bermasalah, kasus-kasus selanjutnya akan terus bermunculan. Setelah kasus pemerkosaan di atas angkot mulai dilupakan warga, pembegalan hadir sebagai sebuah teror baru yang sangat meresahkan di Kota Depok. Keberadaan para pelaku kriminal yang mengambil kesempatan di tengah riuhnya kota pada saat senja menjelang tidak dapat dihindari. Mereka menjadi orang-orang yang pergi mencari nafkah di tengah pekerja-pekerja Jakarta yang baru pulang untuk melepas penat. Pemerintah Kota Depok tidak pernah benar-benar menyadari posisi daerahnya sebagai kasur besar pekerja Jakarta. Hal ini membuat kebijakan mengenai standar kota hunian yang layak tidak pernah direncanakan dengan serius. Sebut saja, lampu jalan di beberapa jalur- jalur utama di Kota ini belum dapat dikatakan layak, terutama sebelum jatuhnya dua korban 3

4 meninggal. Selain itu, pos-pos keamanan juga tidak bekerja dengan maksimal, seperti di Jalan Juanda Depok, dimana ada sedikitnya enam perumahan yang dibangun di atas area yang begitu luas, hanya terdapat 1-2 pos polisi yang benar-benar tampak di sisi jalan. Izin mendirikan pos polisi sepertinya lebih sulit daripada membangun apartemen atau perumahan di Kota Depok. Ironis! Jumlah personil keamanan yang berpatroli di malam hari pada sebuah kota hunian tidak dapat disamakan dengan kota-kota yang menjadi basis produksi. Di Jakarta, keamanan di malam hari dapat diserahkan kepada pengelola masing-masing gedung. Biaya mahal siap mereka keluarkan untuk itu. Sementara di jalanan Kota Depok dan penyangga lainnya, tidak mungkin untuk meminta warga membayar jasa petugas keamanan untuk menjamin keselamatannya. Kajian-kajian mengenai kota hunian layak, terutama dalam perspektif kelayakan keamanan begitu minim dilibatkan dalam rancangan pembangunan kota ini. Padahal, Depok juga bisa dikatakan Kota Gudang Ilmu, dimana banyak ahli-ahli dari berbagai disiplin yang bermukim di sana. Selain itu, setidaknya ada dua universitas ternama dibangun di atas tanah kota ini. Pembangunan kota ini hanya menuruti nafsu pemerintah daerah yang amatiran. Menggenjot pertumbuhan melalui pembangunan property (apartemen dan mall), di mana pada tahun 2010 saja ada tiga ratus perumahan yang mendapat izin pembangunan, lalu tiga tahun kemudian Kota Depok sudah memiliki lebih dari bangunan rumah. Pada tahun 2015, sekurangnya ada tujuh bangunan apartemen dan lebih dari enam pusat perbelanjaan yang dilewati oleh Jalan Margonda sebagai jalur utama Kota Depok. Berbagai izin usaha begitu mudah dikeluarkan oleh pemerintah kota ini, namun tidak memikirkan standar-standar operasional yang handal untuk mengantisipasi berbagai dampak pertumbuhan tersebut, mulai dari persoalan kemacetan yang tak kunjung usai, hingga kriminalitas yang semakin meresahkan. PAD yang sangat besar tidak dapat dipandang sebagai sebuah prestasi bagi pengelolaan daerah-daerah penyangga karena mereka dapat menikmati rembesan (spillover) dari gejolak ekonomi nasional secara alamiah, di mana posisinya yang bersentuhan langsung dengan Jakarta membuat hal ini tidak dapat ditolak atau direncanakan untuk terjadi. Sebagai sebuah solusi jangka pendek, pemerintah pusat perlu memerintahkan kepala-kepala daerah kotakota penyangga untuk merumuskan peraturan daerah mengenai kota hunian yang layak dan aman. Tidak boleh lagi ada korban karena pengelolaan kota yang salah urus! Arie Putra adalah alumni Departemen Sosiologi FISIP UI. Ia juga menjadi associate di Universitas Indonesia Liberal and Democracy Study Club (UILDSC). Bisa dihubungi via dan twitter: 4

5 @arieptr. 5

BAB I PENDAHULUAN. nyawa korbannya. Kasus perampasan kendaraan ini diawali dari kota Depok

BAB I PENDAHULUAN. nyawa korbannya. Kasus perampasan kendaraan ini diawali dari kota Depok BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tahun 2015 diawali dengan merebaknya kasus perampasan secara sadis yang tidak hanya merampas kendaraan bermotor tetapi juga seringkali merenggut nyawa korbannya.

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Isu Kejahatan di Ruang Publik Tingkat Kejahatan di Kabupaten Sleman

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Isu Kejahatan di Ruang Publik Tingkat Kejahatan di Kabupaten Sleman BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ruang jalan merupakan elemen penting dalam sebuah kota yang berfungsi untuk menghubungkan tempat satu ke tempat yang lain dengan menggunakan berbagai moda transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kota tersibuk yang ada di Indonesia adalah Jakarta (Toppa, 2015), ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kota tersibuk yang ada di Indonesia adalah Jakarta (Toppa, 2015), ibu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kota tersibuk yang ada di Indonesia adalah Jakarta (Toppa, 2015), ibu kota yang sudah berganti nama selama 6 kali dimulai dari Sunda Kelapa (1527), Jayakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya tingkat urbanisasi sangat berperan besar dalam meningkatnya jumlah penduduk di kota-kota besar. DKI Jakarta, sebagai provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan di segala bidang, maka konsekuensinya Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan di segala bidang, maka konsekuensinya Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, salah satu kewajiban daerah adalah berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini, masyarakat kita disuguhi berulang-ulang berita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini, masyarakat kita disuguhi berulang-ulang berita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini, masyarakat kita disuguhi berulang-ulang berita pembegalan yang dilakukan oleh beberapa kelompok lewat pemberitaan di media massa. Media saling bergantian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin modern suatu masyarakat, semakin banyak bidang-bidang kehidupan yang di atur oleh hukum. Hal ini terutama disebabkan oleh karena suatu masyarakat modern

Lebih terperinci

Silaturahmi: Cara Efektif Mencari Solusi Bersama Senin, 21 November 2016

Silaturahmi: Cara Efektif Mencari Solusi Bersama Senin, 21 November 2016 Silaturahmi: Cara Efektif Mencari Solusi Bersama Senin, 21 November 2016 Pertemuan Jokowi dengan Megawati Soekarnoputri Joko Widodo sangat serius mengenai sikapnya yang ingin mentradisikan budaya silaturahmi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era modern seperti sekarang ini, alat transportasi merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil menurut data yang diperoleh dari International Monetary Fund (IMF). Berikut adalah grafik yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data dari Badan pusat statistik tahun 2010, populasi penduduk Jakarta 9,607,787

BAB 1 PENDAHULUAN. Data dari Badan pusat statistik tahun 2010, populasi penduduk Jakarta 9,607,787 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data dari Badan pusat statistik tahun 2010, populasi penduduk Jakarta 9,607,787 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 1.41%. Maka dengan wilayah Jakarta seluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kota Baru Parahyangan merupakan sebuah kota mandiri yang berada di kabupaten Bandung Barat. Luas Kota Baru Parahyangan mencapai 1000 hektar tanah dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa setiap pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek

Lebih terperinci

: Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar)

: Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar) Kota Kekerabatan Maja dan Masa Depan Oleh : Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar) Persoalan perumahan masih menjadi salah satu issue penting dalam pembangunan ekonomi mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota tujuan wisata belanja orang-orang dari luar daerah. Banyak pengunjung didominasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu kota dapat dilihat dari tingginya aktivitas perekonomian, aktivitas perkotaan tersebut perlu didukung dengan adanya transportasi. Konsep transportasi

Lebih terperinci

tapi Tidak Bagi Warga

tapi Tidak Bagi Warga Ketika Relokasi ke Rusun Menjadi Solusi Bagi Pemerintah, Kamis, 28 April 2016 09:39 tapi Tidak Bagi Warga http://jambi.tribunnews.com/2016/04/28/ketika-relokasi-ke-rusun-menjadi-solusi-bagi-pemerintah-tapi-tidak-bagi-warga

Lebih terperinci

Jenderal Aktif TNI AD dan Polri di Pilkada 2018

Jenderal Aktif TNI AD dan Polri di Pilkada 2018 Drama dan Jenderal Aktif TNI AD dan Polri di Pilkada 2018 http://nasional.kompas.com/read/2018/01/08/06070091/drama-dan-jenderal-aktif-tni-ad-dan-polri-di-pilkada-2018- Aiman Witjaksono Kompas.com - 08/01/2018,

Lebih terperinci

Warga Kalijodo Keluhkan Lambatnya Proses Pemindahan. Ke Rusunawa Marunda

Warga Kalijodo Keluhkan Lambatnya Proses Pemindahan. Ke Rusunawa Marunda Warga Kalijodo Keluhkan Lambatnya Proses Pemindahan Ke Rusunawa Marunda Selasa, 23 Februari 2016 12:33 Kawasan Kalijodo, Jakarta, Jumat (19/2). Pemprov DKI telah melakukan sosialisasi sebelum melakukan

Lebih terperinci

KOMUTER DKI JAKARTA TAHUN 2014

KOMUTER DKI JAKARTA TAHUN 2014 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.12/02/31/Th.XVII, 16 Februari 2015 KOMUTER DKI JAKARTA TAHUN 2014 PENDUDUK MALAM JAKARTA (PROYEKSI PENDUDUK 2014) : 10 075 310 orang KOMUTER BODETABEK BERKEGIATAN DI JAKARTA

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 2. Peraturan Pemerintah 32 Tahun 2011 tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Ma

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 2. Peraturan Pemerintah 32 Tahun 2011 tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Ma BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.297, 2017 KEMENHUB. Analisis Dampak Lalu Lintas. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia properti semakin ketat. berkualitas dan terjangkau ikut mempengaruhi banyaknya

Bab I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia properti semakin ketat. berkualitas dan terjangkau ikut mempengaruhi banyaknya Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini persaingan dalam dunia properti semakin ketat. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal yang berkualitas dan terjangkau ikut mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas melakukan segala macam

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DEPOK JAWA BARAT KOTA DEPOK ADMINISTRASI Profil Wilayah Salah satu penyebab Kota ini berkembang pesat seperti sekarang adalah setelah adanya keputusan untuk memindahkan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan hal yang sangat mutlak dibutuhkan terutama oleh negara yang sedang berkembang. Karena transportasi menjadi nadi perkembangan suatu negara,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN Salah satu permasalahan kota Jakarta yang hingga kini masih belum terpecahkan adalah kemacetan lalu lintas yang belakangan makin parah kondisinya. Ini terlihat dari sebaran lokasi kemacetan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Masalah Depok adalah sebuah Kotamadya di provinsi Jawa Barat. Luas wilayahnya 275 km² dengan populasi 1.369.461 jiwa. Terdapat enam Kecamatan di Kotamadya Depok yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Manusia sebagai Makhluk Mobile Pada dasarnya manusia memiliki sifat nomaden atau berpindah tempat. Banyak komunitas masyarakat yang suka berpindah-pindah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, batasan kegiatan yang mendefinisikan ruang lingkup penelitian tugas akhir serta metodologi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN 6 BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN 2.1. Latar Belakang Kemacetan lalu lintas adalah salah satu gambaran kondisi transportasi Jakarta yang hingga kini masih belum bisa dipecahkan secara tuntas.

Lebih terperinci

1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive

1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perpustakaan, Pelajar, dan Masyarakat Perpustakaan merupakan suatu tempat yang mempunyai fungsi mengumpulkan, menyimpan,dan memelihara koleksi pustaka apapun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Ibu kota dari Indonesia Jakarta adalah kota yang sangat berkembang dan memiliki kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang dan sector, mulai dari pemerintahan,

Lebih terperinci

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan hunian sudah menjadi hal yang pokok dalam menjalankan kehidupan, terlebih lagi dengan adanya prinsip sandang, pangan, dan papan. Kehidupan seseorang

Lebih terperinci

RENTAL OFFICE DI DEPOK

RENTAL OFFICE DI DEPOK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RENTAL OFFICE DI DEPOK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : Devy Renita Aninda L2B

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sepeda dianggap menjadi salah satu solusi alternatif transportasi bagi warga dunia, yaitu untuk mengurangi kemacetan yang mencapai titik parah dan mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kemiskinan di daerah perkotaan adalah dampak dari urbanisasi dan kekeliruan dalam menangani ledakan jumlah penduduk. Ketersediaan lapangan kerja yang terbatas

Lebih terperinci

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan bahwa, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN No : 005/IMI - JABAR/SK-JUKLAK ADV. MOTOR/WIS/A/I/2014 Tentang

SURAT KEPUTUSAN No : 005/IMI - JABAR/SK-JUKLAK ADV. MOTOR/WIS/A/I/2014 Tentang SURAT KEPUTUSAN No : 005/IMI - JABAR/SK-JUKLAK ADV. MOTOR/WIS/A/I/2014 Tentang PERATURAN PENYELENGGARAAN EVENT ADVENTURE MOTOR RAPAT KERJA PROVINSI 2013 IKATAN MOTOR INDONESIA JAWA BARAT BAB I PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif MINGGU 7 Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan : a. Permasalahan tata guna lahan b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif Permasalahan Tata Guna Lahan Tingkat urbanisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri BAB V KESIMPULAN Perkembangan fisik Kota Bekasi paling besar terjadi akibat Industrialisasi dan juga Konsepsi Jabotabek. Pada awal pemerintahan Orde Baru melalui program Pelita yang salah satu tujuannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan kota tidak akan terlepas dari perkembangan kegiatan ekonomi. Perkembangan kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat kota untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampung kota adalah suatu bentuk pemukiman di wilayah perkotaan yang khas Indonesia dengan ciri antara lain: penduduk masih membawa sifat dan prilaku kehidupan pedesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia adalah pusat bisnis dan pusat pemerintahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 mencapai 10,08 juta orang dan kepadatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gaya hidup masyarakat Kota Jakarta terus berubah dan meningkat mengikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. Gaya hidup masyarakat Kota Jakarta terus berubah dan meningkat mengikuti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Kota Jakarta terus berubah dan meningkat mengikuti perkembangan zaman yang bergerak secara globalisasi. Melihat masyarakat Jakarta yang tinggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang tingkat penduduknya sangat padat, kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang beredar

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa setiap kegiatan usaha dapat menimbulkan bahaya

Lebih terperinci

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Macet adalah keadaan yang hampir setiap saat dialami masyarakat Jakarta. Sebelumnya, macet hanya dialami, saat jam berangkat kantor atau jam pulang kantor. Namun kini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jakarta sebagai ibukota negara dan sebagai tempat perputaran ekonomi terbesar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jakarta sebagai ibukota negara dan sebagai tempat perputaran ekonomi terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota negara dan sebagai tempat perputaran ekonomi terbesar di Indonesia, Menjadikan Jakarta sebagai tempat tujuan untuk mendapatkan peruntungan

Lebih terperinci

^ Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 99 ayat (1) dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang

^ Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 99 ayat (1) dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang 0 GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR ft TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN - 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pergerakan manusia, seperti pergerakan dari rumah (asal) sekolah, tempat kerja, dan lain-lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak akan terlepas dari manusia yang mendiami kota itu sendiri. Kota dengan

I. PENDAHULUAN. tidak akan terlepas dari manusia yang mendiami kota itu sendiri. Kota dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena perkotaan merupakan hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Sebagai suatu lingkungan binaan, kota selalu diisi oleh manusia dengan berbagai kepentingan

Lebih terperinci

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak hukum di Indonesia harus ditegakkan dengan sebaik mungkin. Hukum di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 pun tidak lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan ketahanan wilayah karena dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa Izin

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan 3. Perspektif Wilayah dan Permintaan Perjalanan Masa Mendatang 3.1 Perspektif Wilayah Jabodetabek Masa Mendatang Jabodetabekpunjur 2018 merupakan konsolidasi rencana pengembangan tata ruang yang memberikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media cetak. Adapun tema berita yang kami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara tanpa memiliki aparat yang melaksanakan fungsi keamanan dan ketertiban masyarakat, maka negara tersebut tidak akan mampu bertahan lama, karena pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia yang dikelilingi beberapa wilayah di sekitarnya sebagai kota penyangga yang terdiri dari Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah ibukota Negara Indonesia sebagai pusat dari pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan. Kota Jakarta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut 5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut Ruang urban Depok terutama jalan Margonda Raya sangat ramai dan berbahaya. Pada pagi hari pukul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dalam. tunai atau angsuran, hibah atau dengan cara lain yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dalam. tunai atau angsuran, hibah atau dengan cara lain yang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar (home needs) bagi manusia setelah pangan dan sandang. Setiap individu manusia akan mengutamakan pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang sedang banyak digemari oleh masyarakat di indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah pengendara sepeda motor mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Republik Indonesia memiliki peran penting dalam tonggak perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi hukum, mulai dari pengamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2008, dari: 1 Mengurai Kemacetan Lalu Lintas Ibu Kota, Kompas, 16 Desember 2004.

BAB I PENDAHULUAN. 2008, dari:  1 Mengurai Kemacetan Lalu Lintas Ibu Kota, Kompas, 16 Desember 2004. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap hari puluhan ribu manusia yang berada di lingkaran ibu kota baik dari Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang melangkahkan kakinya ke Ibu Kota Jakarta untuk

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: WINDRA PAHLEVI L2D

TUGAS AKHIR. Oleh: WINDRA PAHLEVI L2D STUDI PENERAPAN CPTED (CRIME PREVENTION THROUGH ENVIRONMENTAL DESIGN) PADA KAMPUNG KOTA DAN KOMPLEKS PERUMAHAN DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN PERILAKU TUGAS AKHIR Oleh: WINDRA PAHLEVI L2D 306 027 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Berdasarkan sensus, Jakarta merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat yaitu 8.509.170 jiwa (Dinas Kependudukan dan catatan Sipil 2008). Tingginya tingkat

Lebih terperinci

Jokowi, SBY, dan Infrastruktur

Jokowi, SBY, dan Infrastruktur Jokowi, SBY, dan Infrastruktur http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/03/22/060000726/jokowi.sby.dan.infrastruktur Abror/presidenri.go.idPresiden keenam SBY dan Presiden Joko Widodo memberikan keterangan

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan II I - 2008 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Penambahan pasokan baru properti komersial pada triwulan II-2008 terjadi pada subsektor ritel,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. saat ini membutuhkan kendaraan dengan tujuan untuk mempermudah segala akses

I. PENDAHULUAN. saat ini membutuhkan kendaraan dengan tujuan untuk mempermudah segala akses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung adalah daerah yang sangat luas wilayahnya. Perkembangan teknologi serta kebutuhan akan kendaraan juga semakin meningkat, lampung adalah daerah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, 130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk

Lebih terperinci

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN OPERASI KETUPAT 2014 TANGGAL 21 JULI 2014

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN OPERASI KETUPAT 2014 TANGGAL 21 JULI 2014 KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN OPERASI KETUPAT 2014 TANGGAL 21 JULI 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian. Yang saya hormati : Segenap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Di pasar kita dapat berbelanja sayuran, daging, sembako, bumbu dapur, buahbuahan, pakaian,

Lebih terperinci

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO, Menimbang : a. bahwa pembangunan pusat kegiatan, pemukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik merupakan salah satu variable yang menjadi ukuran

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik merupakan salah satu variable yang menjadi ukuran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa pemerintahan terdiri atas pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang diatur oleh undang-undang.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW.

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media cetak. Adapun tema berita yang kami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Pasar Sejak jaman dulu, pasar tradisional mempunyai peranan penting dalam penggerakan ekonomi rakyat. Pasar tradisional selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pedestrian merupakan permukaan perkerasan jalan yang dibuat untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Di mana orang-orang dapat tetap berpindah

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA DENGAN PENENKANAN DESAIN MODERN-GREEN Sevi Maulani, 2014 BAB I PENDAHULUAN

RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA DENGAN PENENKANAN DESAIN MODERN-GREEN Sevi Maulani, 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengapa rumah susun? Kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan primer manusia. Berbagai macam upaya pemenuh kebutuhan ini terwujud dengan semakin banyaknya proyek-proyek

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan penduduk ini menjadi ancaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Data Proyek 3.1.1 Data Umum Proyek DATA SITE Lokasi Selatan : Jl. Raya Pasar Jum at, Kel. Lebak Bulus, Kec. Cilandak, Jakarta Luas Lahan : ± 22.000 m² KDB : 60% KLB : 2,0

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Koridor jalan Seturan Raya merupakan kawasan yang memiliki resiko tindakan kejahatan yang relatif tinggi, terutama pada malam hari.catatan dalam dua tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

Lebih terperinci