BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik merupakan salah satu variable yang menjadi ukuran
|
|
- Liani Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa pemerintahan terdiri atas pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang diatur oleh undang-undang. Desentralisasi dimaknai sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahanya.sejak diberlakukannya otonomi daerah pelayanan publik menjadi ramai diperbincangkan karena pelayanan publik merupakan salah satu variable yang menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan penerapan sistem desentralisasi, pelayanan publik akhir-akhir ini menjadi diskusi yang hangat dan menjadi perhatian dikalangan masyarakat. Sebelumnya pelayanan publik kurang menjadi perhatian karena berkembang asumsi bahwa pelayanan publik itu hanyalah urusan pemerintah saja, mulai dari proses perumusan, kebijakan, implementasi sampai dengan evaluasi masyarakat seringkali tidak bisa mengakses segala informasi yang berkaitan dengan pelayanan publik ini. Pelayanan yang diberikan cenderung 1
2 berbelit-belit karena mengikuti prosedur yang ada.selain itu, faktor-faktor seperti banyaknya biaya pungutan, dan waktu yang cukup lama, sehingga pelayanan yang diberikan cenderung tidak efektif dan efisien.pelayanan yang diberikan lebih didasarkan pada peraturan yang sangat kaku, dan tidak fleksibel, sehingga aparatur terbelenggu untuk melakukan daya inovasi dan kreasi dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.keadaan yang demikian membuat masyarakat sebagai pengguna pelayanan publik menjadi tidak terpuaskan, sehingga masyarakat enggan mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan birokrasi pemerintah. Terdapat beberapa hal yang membuat masyarakat berasumsi bahwa kualitas pelayanan publik buruk seperti adanya sejumlah budaya negatif di dalam lingkungan organisasi pemerintah yang merugikan kepentingan publik seperti mendahulukan kepentingan pribadi, golongan atau kelompok, termasuk kepentingan atasannya ketimbang kepentingan publik, adanya perilaku malas dalam mengambil inisiatif diluar peraturan, masih kuatnya kecenderungan untuk menunggu petunjuk atasan, sikap acuh terhadap keluhan masyarakat, lamban dalam memberikan pelayanan, kurang berminat dalam melakukan sosialisasi berbagai peraturan kepada masyarakat. Hal tersebut dapat ditelusuri dari banyaknya keluhan yang disampaikan masyarakat berkaitan dengan buruknya kinerja pelayanan publik. 2
3 Realitas tersebut semakin melemahkan harapan dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sebagai pelaksana kontrak yang bermuara pada munculnya krisis legitimasi pemerintah.harapan, kepercayaan dan legitimasi itu semakin melemah mengingat terbatasnya kapasitas pemerintah dalam merespon aspirasi masyarakat yang justru semakin kompleks dan variatif. Selama ini terlihat bahwa layanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada warga masyarakat, sering menimbulkan ketidakpuasan. Hal ini tampak dari banyaknya keluhan masyarakat itu sendiri atau melalui media massa yang ditujukan kepada pemerintah, seperti dalam berbagai jenis perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota atau kabupaten. Perijinan termasuk layanan publik karena orang yang memanfaatkan layanan tersebut harus membayar sesuai tarif yang ditetapkan oleh pemerintah. Perijinan yang merupakan jasa publik harus sesuai dengan aturan hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah kota atau kabupaten selaku penyelenggara pemerintahan daerah. Sehingga apa yang akan dilaksanakan menjadi legal atau resmi dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dalam aktivitasnya seharihari dalam memenuhi kebutuhannya tidak mengganggu ketertiban dan kenyamanan. 3
4 Di setiap pemerintah kabupaten yang ada di Indonesia memiliki suatu badan atau unit yang menangani pelayanan publik yang terpadu, nama badan atau unit di masing-masing daerah tidak sama, menyesuaikan dengan keperluan masing-masing daerah. Mengenai pelaksanaan pelayanan ini telah dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu. Pelaksanaan pemberian pelayanan perjinanan khususnya ijin reklame di daerah masing-masing berbeda, disesuaikan dengan produk hukum daerah masing-masing yang mengatur mengenai pajak reklame. Besarnya biaya, rumitnya prosedur yang ditempuh, kecepatan waktu dalam pengurusan perijinanan disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan daerah dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakatnya. Dan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja dan Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu pada Pemerintah Kota Cirebon, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 telah dibentuk Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Kota Cirebon guna mengurusi urusan mengenai perijinan dan permodalan. Dalam pelayanan perijinan di Kota Cirebon terdapat berbagai macam jenis perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain : ijin gangguan, ijin mendirikan bangunan, ijin rumah sakit kelas C, ijin optikal, ijin reklame, 4
5 dan lain-lain. Namun dalam hal ini penulis hanya membahas pelayanan publik ijin reklame. Ijin pemasangan reklame merupakan salah satu jenis layanan perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota Cirebon. Hal ini perlu ada perijinan atau perlu diatur dikarenakan banyak reklame-reklame liar yang tanpa ijin. Reklame-reklame liar tersebut terpasang di jalan-jalan, baik jalan raya maupun jalan-jalan yang bukan jalan raya seperti di pinggir kota. Reklame yang dipajang misalnya di area seputar lampu merah, jalan perempatan, maupun dipinggiran jalan membuat lingkungan menjadi seperti kumuh. Tindakan pemasangan reklame liar tersebut salah satu penyebabnya adalah karena pajak reklame yang harus dibayarkan kepada pemerintah kabupaten oleh pihak yang akan memasang reklame begitu besar. Selain itu juga dapat dilihat dari panjangnya prosedur kerja yang harus dilalui, sehingga memerlukan waktu yang terlalu lama, persoalan yang seharusnya mudah diselesaikan menjadi sangat sulit, jalur hirarki yang terlalu panjang, kurangnya koordinasi antara unit atau bagian, dan juga pembagian kerja yang kurang jelas. Disamping itu, jumlah pegawai atau aparatur pemerintah yang ada sangat besar tetapi dengan kemampuan yang terbatas, sehingga sulit untuk dilakukan pembinaan secara efektif. Untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Kota Cirebon 5
6 seharusnya dapat memberikan pelayanan perijinan yang mudah bagi pihakpihak yang akan memasang reklame. Sehingga berkaitan dengan perijinan khususnya ijin reklame maka pemerintah telah memberikan kemudahan bagi masyarakat atau pihak-pihak terkait yang akan mengajukan perijinan yaitu dengan adanya pelayanan satu pintu (one stop service) sebagai fasilitas perijinan yang cepat, mudah, murah dan transparan. Persaingan yang terjadi antar perusahaan akan menjadi indikator besar dalam proses membuat image kota menjadi semakin buruk dengan strategi marketingnya untuk membuat suatu iklan cetak besar atau yang selanjutnya disebut reklame. Reklame adalah benda alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar dari suatu tempat umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah. 1 Reklame jarang memuat tulisan panjang lebar. Biasanya pada reklame hanya dituliskan slogan atau kalimat sederhana yang dapat memikat atau menarik perhatian masyarakat yang dibubuhi dengan gambar-gambar imajinatif yang cukup menarik. 1 Peraturan Daerah No.3 tahun
7 Guna ketertiban administrasi reklame di Kota Cirebon maka Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Kota Cirebon harus memaksimalkan pelayanan dalam proses perijinan agar tidak sampai terjadi pemasangan reklame ilegal yang akan merugikan Pemerintah Kota Cirebon, karena dengan upaya peningkatan pelayanan itulah setiap individu atau kelompok kepentingan pemohon pemasangan reklame dapat dengan mudah mendapatkan ijin mendirikan reklame tanpa harus berhadapan dengan birokrasi yang lebih kompleks. Hal ini dilakukan karena semakin hari seiring dengan makin meningkatnya bidang usaha yang semakin pesat dan saling bersaing antara usaha yang satu dengan yang lainnya, sehingga kebutuhan akan pelayanan perijinan akan periklanan secara langsung juga akan meningkat. Semakin meningkatnya jumlah usaha yang ada di masyarakat ini merupakan potensi yang sangat besar dari sisi sektor penerimaan pajak ijin reklame, oleh sebab itu maka Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Kota Cirebon diharapkan tanggap akan hal tersebut dengan mengupayakan proses pelayanan perijinan reklame kepada pengusaha dan masyarakat dengan memberikan pelayanan yang terbaik, sehingga diharapkan pengusaha dan masyarakat akan semakin sadar dengan kewajibannya untuk membayar atas apa yang menjadi kewajibannya. Pemberian pelayanan perijinan yang efektif dan efisien akan menumbuhkan kembali asumsi-asumsi positif mengenai pelayanan publik. 7
8 Berbagai jenis pelayanan publik khususnya dalam proses ijin reklame di Kota Cirebon sangat perlu ditingkatkan kualitasnya mengingat Kota Cirebon sebagai daerah otonomi yang sedang berkembang dan berpenduduk padat sehingga Kota Cirebon sangat strategis untuk dijadikan tempat promosi yang berbentuk (reklame) selain itu Kota Cirebon terletak pada jalur perlintasan Jawa Barat dan Jawa Tengah memberikan kelebihan tersendiri yaitu sebagai kota transit dan daerah tujuan wisata dan bisnis. Tabel 1. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Kota Cirebon Tahun Sumber: BPS Kota Cirebon Perekonomi Kota Cirebon dipengaruhi oleh letak geografis yang strategis dan karakteristik sumberdaya alam sehingga struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor 8
9 perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa. Kota Cirebon memiliki 12 kompleks ruko, 13 bangunan plaza dan mall serta 12 pasar tradisional. Pada triwulan I 2010, Kota Cirebon mengalami laju inflasi tertinggi dibandingkan dengan kota lainnya di Jawa Barat. Faktor pendorong kenaikan laju inflasi terutama berasal dari kelompok transpor, komunikasi dan jasa, keuangan serta pendidikan, Pariwisata, dan olahraga. Kajian mengenai reklame menarik untuk dibahas karena reklame merupakan salah satu media periklanan yang banyak diminati oleh perusahaan atau individu dalam melakukan promosi kepada masyarakat. Reklame sekarang dan dulu berbeda, dulu masyarakat lebih memilih media informasi melalui siaran radio agar dapat didengarkan oleh masyarakat. Sedangkan saat ini reklame sangat diminati karena bentuk reklame yang dapat dibuat semenarik mungkin dan dengan gaya tulisan kalimat yang unik sehingga dapat menarik perhatian masyarakat yang melihatnya. Hampir disetiap sudut Kota Cirebon dijumpai papan reklame dalam ukuran besar dan kecil. Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar perusahaan ataupun individu di Kota Cirebon lebih memilih menggunakan reklame untuk media promosi, kemudian kebutuhan akan perijinan pun meningkat dengan adanya pemilihan media informasi reklame yang banyak digunakan oleh warga Kota Cirebon. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan perijinan harus ditunjang 9
10 dengan kualitas pelayanan perijinan reklame di Kota Cirebon. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulisanya memfokuskan penelitian dengan mengambil judul: PELAYANAN PERIJINAN REKLAME DI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIJINAN (BPMPP) KOTA CIREBON B. Rumusan Masalah Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang akan dibahas serta untuk lebih mengarahkan pembahasan, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut : - Bagaimana kualitas pelayanan perijinan reklame di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Kota Cirebon? - Faktor apa saja yang menghambat pelayanan perijinan reklame di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Kota Cirebon? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan susunan rancangan dan prosedur atau strategi yang harus dijalani oleh peneliti. Tujuan penelitian tidak lepas dari permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya pada rumusan masalah, maka dapat di ambil kesimpulan tentang tujuan penelitian yaitu : 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui kualitas pelayanan perijinan reklame di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Kota Cirebon. 10
11 b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menghambat pelayanan perijinan reklame di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Kota Cirebon. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam penyusunan penelitian. b. Untuk memperluas dan mengembangkan wawasan berpikir menambah kemampuan penulis. D. Manfaat Penelitian Adanya suatu penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi bidang ilmu Manajemen Kebijakan Publik. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi Pemerintah Kota Cirebon untuk dapat meningkatkan lagi kualitas pelayanan perijinan reklame Kota Cirebon. 2. Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan pemerintah Kota Cirebon lebih serius lagi menanggapi masalah ijin reklame, sehingga dapat meminimalisir keberadaan reklame illegal dengan mengajak turut serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pelayanan ijin reklame. 11
12 3. Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan BPMPP Kota Cirebon dapat lebih berinovasi lagi merencanakan program-program strategis yang dapat meningkatkan responsivitas dan kualitas pelayanan ijin reklame. 4. Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan pegawai BPMPP Kota Cirebon lebih memahami tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara ijin reklame. 12
BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga keuntungan selisih nilai tukar rupiah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu sumber keuangan daerah yang juga merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom. Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak positif dari reformasi total di Indonesia, telah melahirkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Hampir semua pendapatan Negara saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Hampir semua pendapatan Negara saat ini bersumber dari pajak. Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik bagi pengusaha untuk mempromosikan barang dan jasa mereka dengan menggunakan berbagai aneka ragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Daerah merupakan bagian dari Pembangunan Nasional yang dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32 Tahun 2004
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak bergulirnya era reformasi telah terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem pemerintahan di daerah. Perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan perubahan sering ditujukan kepada aparatur pemerintah menyangkut pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat. Satu hal yang hingga saat ini seringkali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat (pelayanan. demokratis sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah meletakkan titik berat otonomi pada daerah kabupaten dan daerah kota dengan tujuan untuk lebih mendekatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan daerah merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan suatu bangsa. Dalam rangka pembiayaan pembangunan, potensi dan peranan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH
BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang berkualitas dan terus meningkat dari waktu ke waktu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah sebagai daerah yang otonom mempunyai kebebasan yang luas untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya untuk mendapatkan pelayanan publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM DISHUBKOMINFO SURAKARTA. a. Sejarah Dishubkominfo Surakarta
BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM DISHUBKOMINFO SURAKARTA a. Sejarah Dishubkominfo Surakarta Sejarah berdirinya Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Organisasi LLAJR sudah ada sejak jaman penjajahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai sektor. Sektorsektor ekonomi di Indonesia terbagi atas sembilan sektor, salah satu diantaranya adalah sektor perdagangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Guna mewujudkan hal itu, peningkatan potensi di daerah merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Otonomi daerah adalah salah satu bentuk nyata dari praktek demokrasi. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan penyerahan kewenangan yang disebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Image building merupakan halyang menjadi perhatian penting dalam suatu instansi. Sebab, image ataupun citra positif dapat menjadi magnet untuk menarik pelanggan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kota pada hakikatnya adalah suatu tempat yang akan berkembang terus-menerus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota pada hakikatnya adalah suatu tempat yang akan berkembang terus-menerus sesuai dengan perkembangan zaman dan potensi yang dimilikinya. Dalam perkembangannya, segala
Lebih terperinciBAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU
BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tersebut, aktivitas atau perbuatan itu dibedakan menjadi dua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbuatan Pemerintah menurut Van Poelje merupakan tindakan hukum publik yang tindakan-tindakan hukum tersebut dilakukan oleh penguasan dalam menjalankan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keindahan alam Indonesia dengan beranekaragam etnik dan kebudayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dulu menjadi perhatian dan daya tarik wisatawan mancanegara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang lain bekerja dalam waktu yang singkat. tingginya tuntutan biaya hidup di zaman saat sekarang ini.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pedagang kaki lima merupakan salah satu bentuk kesempatan kerja sektor informal yang dirumuskan sebagai pedagang kecil yang mempunyai peranan sebagai penyalur
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai pelayanan publik bidang
VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan mengenai pelayanan publik bidang perizinan pada Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Metro yang dianalisis dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewajiban pemerintah terhadap perbaikan pelayanan publik termasuk dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelayanan pemerintah terhadap masyarakat merupakan ujung tombak pemerintah terhadap kemauan masyarakat, hal inilah yang juga menjadi kewajiban pemerintah terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat, terutama kepada institusi birokrasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pembukaan UUD adalah salah satu kewajiban utama dari pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum ditempatkan sebagai aturan main dalam penyelenggaraan kenegaran dan pemerintahan untuk menata masyarakat yang damai, adil dan bermakna. Oleh karena itu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah kewenangan yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengurus rumah tangga daerah serta pengelolaan sumber daya yang dimiliki dengan potensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Supriyanto, 2011). (Supadmi, 2009).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, dengan kekayaan alam yang dimiliki tersebut seharusnya Indonesia dapat menjadi negara yang maju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab memerlukan adanya kemampuan yang besar untuk menggali sumber keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berpotensi untuk dijadikan objek pariwisata. Perkembangan industri pariwisata Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur dengan melalui peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dan dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Kualitas Pelayanan Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada untuk melayani rakyat, dengan kata lain pemerintah adalah "pelayan rakyat". Pelayanan publik (public
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan atau pangan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar dan suatu kebutuhan primer manusia untuk mempertahankan hidupnya. Seiring dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk melayani masyarakat. Hal tersebut senada dengan Surjadi (2012:7), bahwa pelayanan publik merupakan
Lebih terperinciSumber :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Bangsa indonesia telah melaksanakan pembangunan yang pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang memberikan hak kepada setiap warganya untuk ikut berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut asas Desentralisasi. Desentralisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan yang perlu diberdayakan karena selain sebagai sumber penerimaan daerah kota Bogor serta pengembangan dan pelestarian seni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah tujuan wisata di kawasan Provinsi NTB dan merupakan daerah yang diberikan hak otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri baik
Lebih terperinciBAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA
BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Permasalahan sarana prasarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun
17 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini banyak muncul industri-industri yang menawarkan serta memasarkan sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun terakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, menuntut masyarakat,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, menuntut masyarakat, terutama yang hidup di daerah perkotaan untuk dapat mengetahui berbagai macam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : ( berada pada nilai interval 1,76-2,50 mutu pelayanan C ) yang berarti
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kinerja pelayanan publik pada Dinas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan dimana masing-masing pulau dan daerahnya mempunyai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang bersaing dengan negara maju dan negara berkembang lainnya. Indonesia juga merupakan negara kepulauan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan dapat diandalkan. Pembangunan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab
106 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Pedoman dalam memberikan kesimpulan, maka data-data yang dipergunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang merdeka dan berdaulat. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan, yaitu makanan dan minuman merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk mempertahankan hidupnya selain kebutuhan sandang dan papan. Hal ini berarti merupakan
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA UTARA
GUBERNUR SUMATERA UTARA PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PELAYANAN PERIJINAN KEPADA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata
BAB V PEMBAHASAN Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis yang menghasilkan nilai serta tingkat kesiapan masing-masing komponen wisata kreatif di JKP. Pada bab ini akan membahas lebih lanjut mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, baik di sektor publik maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990). Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang telah menjadi suatu industri dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota Bandung. Kota Bandung
Lebih terperinciBOKS RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ONE STOP SERVICE (OSS) TERHADAP PENINGKATAN INVESTASI DI JAWA TENGAH
BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ONE STOP SERVICE (OSS) TERHADAP PENINGKATAN INVESTASI DI JAWA TENGAH Sejak UU Otonomi Daerah diberlakukan tahun 1999, pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan di daerah tersebut. Tinggi-rendahnya aktivitas perdagangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stabilitas perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari aktivitas perdagangan di daerah tersebut. Tinggi-rendahnya aktivitas perdagangan dapat diketahui dari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.
127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan, dapat diambil kesimpulan umum yaitu secara garis besar, Badan Penanaman Modal dan Perizinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten Bekasi merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya berbagai krisis kawasan yang tidak lepas dari kegagalan mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini salah satu kebutuhan remaja adalah sosialisasi diri dalam pergaulan sebayanya. Maka tidak jarang rumah makan dan cafe menjadi tempat-tempat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah yang sedang berlangsung saat ini merupakan suatu hal yang baru bagi setiap daerah di Indonesia, oleh karena otonomi yang dicanangkan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah realisasi atas tujuan akhir dari integrasi ekonomi sebagaimana telah disertakan dalam visi 2020 yang berdasarkan atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan informasi dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan tersebut
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Agribisnis merupakan suatu cara lain untuk melihat pertanian sebagai suatu
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Agribisnis merupakan suatu cara lain untuk melihat pertanian sebagai suatu sistem bisnis yang terdiri atas subsitem-subsistem
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh penerimaan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung selama tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak hukum di Indonesia harus ditegakkan dengan sebaik mungkin. Hukum di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak wilayah potensi parawisata (Bridatul J, 2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak wilayah potensi parawisata (Bridatul J, 2014). Untuk memperkenalkan suatu daerah obyek wisata di berbagai wilayah Indonesia, maka pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia kuliner khususnya Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Kuliner tidak hanya sebatas pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil menurut data yang diperoleh dari International Monetary Fund (IMF). Berikut adalah grafik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya kesenjangan ekonomi di masyarakat. Banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemiskinan, pengangguran dan lingkungan hidup merupakan masalah yang umum terjadi di Negara berkembang seperti Indonesia. Permasalah disebabkan karena adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah di Indonesia memasuki babak baru dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara sekaligus kota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara sekaligus kota terbesar di Pulau Sumatera. Karena letak kota Medan yang strategis dilintasi oleh jalan raya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaksa untuk keperluan negara yang diatur oleh undang-undang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), setiap daerah mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan pungutan kepada masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan ekonomi nasional adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pembangunan ekonomi saat ini yang meliputi segala bidang sedang mengalami perhatian yang sangat serius, baik dari pihak pemerintah maupun dari pihak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan adalah kebutuhan pokok bagi manusia, bahkan dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PERHITUNGAN NILAI SEWA REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PERHITUNGAN NILAI SEWA REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga investasi pada hakekatnya merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan
19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan alamnya dari masa ke masa. Berbagai lingkungan mempunyai tatanan masing masing sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih tinggi. Seperti yang dituangkan dalam GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1999), pembangunan nasional merupakan usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah usaha yang terus menerus untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, baik secara materiil maupun spiritual yang lebih tinggi. Seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri dan namos yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi hubungan antara pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan salah satu upaya guna menciptakan keteraturan dan kesinambungan dalam sistem tata pemerintahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata dewasa ini adalah sebuah mega bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat menjanjikan dalam meraih devisa Negara. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus sebagai peluang
Lebih terperinciBUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN
BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan Sumber Daya Alam (SDA) yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak potensi dan Sumber Daya Alam (SDA) yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya adalah pada sektor pariwisata. Untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Negara wajib melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinci