BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Yuliani Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan hunian sudah menjadi hal yang pokok dalam menjalankan kehidupan, terlebih lagi dengan adanya prinsip sandang, pangan, dan papan. Kehidupan seseorang dapat dikatakan layak jika ketiga hal tersebut dipenuhi. Namun dalam kenyataanya, masih banyak masyarakat yang belum memiliki hunian yang pasti, jika pun ada, masih banyak yang belum termasuk dalam kategori layak untuk dijadikan hunian. Banyak pengembang di bidang penyediaan hunian berlomba-lomba untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, namun permasalahan ini banyak diselesaikan dengan menyediakan hunian secara terkotak-kotak, artinya perumahan dibagi-bagi menjadi beberapa cluster yang akan membedakan dari segi kualitas rumahnya. Bahkan dewasa ini, ada pengembang membuat perumahan yang hanya terdiri dari satu cluster, itu pun terkadang hanya berisikan beberapa rumah saja. Dengan pembagian seperti ini, maka akan terjadi minimalnya interaksi sosial antar penghuni dan membuat pemikiran bahwa rumah hanya untuk tempat beristirahat, bukan untuk tempat hidup. Selain minimnya interaksi sosial, luas lahan terbuka akan semakin berkurang dan menjadi kurang produktif dikarenakan rumah hanya menjadi tempat singgah untuk beristirahat. Sistem cluster pada umumnya memberikan kenyamanan yang mewah, sehingga biasanya penghuni setidaknya memiliki kendaraan pribadi. Hal ini dapat menyebabkan ketergantungan terhadap kendaraan pribadi yang membuat suatu wilayah menjadi padat dan rawan kemacetan. Dengan adanya ketergantungan terhadap kendaraan pribadi ini, maka hanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari saja harus keluar menggunakan kendaraan pribadi walaupun sebenarnya tempat tersebut dapat dijangkau dengan bersepeda atau berjalan kaki. Penggunaan kendaraan pribadi yang tidak efektif dan tidak efisien dapat menyumbang dalam peningkatan polusi udara dari emisi gas kendaraan tersebut. Ada yang berkendara menuju tempat kerja juga menimbulkan kepadatan kendaraan di tempat kerja, padahal sesungguhnya dapat menggunakan fasilitas umum seperti kereta api yang sudah cukup baik. 1
2 Kota Tangerang Selatan dapat dikatakan sebagai kota yang masih muda, namun berkembang dengan pesat. Hal ini ditunjukan dengan cepatnya pembangunan infrastruktur kota seperi bangunan-bangunan baik berlantai rendah maupun berlantai menengah ke atas. Kota Tangerang Selatan, menurut peraturan daerah provinsi Banten, dijadikan kawasan budidaya untuk fungsi hunian, sehingga tidak salah jika di kota ini banyak ditemukan perumahan-perumahan dengan beraneka kelas, dari yang kelas bawah sampai kelas atas. BSD e Gambar 1.1 Peta rencana pola tata ruang Banten Sumber: Perda Banten, 2011 Sistem cluster banyak dijumpai di daerah ini, terutama pada daerah Bumi Serpong Damai (BSD) dan sekitarnya, karena rencana pembangunan BSD memang untuk menyediakan hunian dengan konsep kota mandiri, sehingga segala kebutuhan hidup dapat terpenuhi di dalam kawasan tersebut. Kota Tangerang Selatan memiliki banyak fasilitas penunjang kehidupan seperti pusat perbelanjaan, pusat kuliner, toko berskala kecil menengah, pasar tradisional dan modern, fasilitas keagamaan, fasilitas pendidikan, dan masih banyak lagi. Fasilitas mobilitas atau transportasi juga salah satu fasilitas penunjang kehidupan yang dimiliki Kota Tangerang Selatan. Hal ini yang membuat kota ini menjadi sasaran untuk dijadikan tempat tinggal ditambah lagi 2
3 lokasi yang bersebelahan dengan Jakarta dan tersedianya fasilitas mobilitas membuat banyak orang yang bekerja di Jakarta tinggal di Kota Tangerang Selatan. BSD merupakan kawasan kota satelit dari DKI Jakarta sehingga lokasinya memang berseberangan dengan provinsi tersebut. DKI Jakarta memiliki permasalahan yang sudah sangat sulit untuk ditangani yaitu tingkat urbanisasi yang tidak terkendalikan dan salah satu dikembangkannya BSD adalah untuk mengurangi tekanan penduduk yang dialami DKI Jakarta dalam hal penyediaan hunian sehingga tidak sedikit penduduk BSD bekerja di Jakarta atau di luar BSD. Hal ini didukung dengan infrastruktur akses masuk dan keluar BSD yang mudah seperti jalur tol Serpong - Jakarta, jalur kereta rel listrik (KRL), serta adanya bandara internasional Soekarno - Hatta. BSD diharapkan menjadi kota baru yang menjadi tempat alternatif untuk bermukim, bekerja, rekreasi, dengan semua kebutuhan dapat terpenuhi di dalamnya atau dalam kata lain selain menjadi kota satelit Jakarta, juga sebagai kota mandiri. Selain menjadi solusi terhadap urbanisasi Jakarta dan kota mandiri, BSD juga bertujuan untuk menjadi kawasan terencana dan terintegrasi dengan kawasan sekitarnya serta memperhatikan wawasan lingkungan. Kawasan BSD sebagian besar berfungsi untuk hunian dan di dalamnya terdapat fasilitas penunjang kehidupan lainnya seperti adanya kawasan komersial berupa perdagangan dan jasa, kawasan industri dan pergudangan, serta kawasan rekreasi. Dari semua fungsi yang ada di dalamnya, fungsi dominan adalah hunian dikarenakan memang BSD bertujuan untuk tempat alternatif bermukim dari Jakarta yang sudah tertekan dengan peningkatan jumlah penduduk akibat arus urbanisasi yang tidak terkendalikan Gambar 1.2 Peta rencana tahap pengembangan kawasan BSD Sumber: PT. BSD 3
4 Pengembangan kawasan BSD dibagi dalam tiga tahap, tahap pertama yang merupakan tahap persiapan dengan luas ha diselesaikan pada tahun Tahap kedua adalah akselerasi dengan luas ha diselesaikan pada tahun 2012 dan tahap tiga masih dalam pengembangan dengan total ha. Letak BSD secara geografis di tengah-tengah antara permukiman yang padat dan tidak padat sehingga arah pengembangan kawasan BSD cenderung ke arah barat yang masih belum terlalu padat. Secara administratif, saat pengembangan awal BSD, termasuk dalam Kabupaten Tangerang, namun dalam seiring berjalannya waktu, Kota Tangerang Selatan terbentuk dan merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Kedua wilayah ini dipisahkan oleh Sungai Cisadane dan sungai ini juga membelah kawasan pengembangan BSD. Pada pengembangan tahap 1 seluruhnya termasuk dalam Kota Tangerang Selatan sedangkan untuk pengembangan tahap 2 dan 3 termasuk dalam Kabupaten Tangerang. Pada bagian Kabupaten Tangerang, terutama Kecamatan Cisauk, masih dalam tahap perkembangan dan jika dibandingkan dengan Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan hampir menyusul perkembangan Kabupaten Tangerang dan bisa saja akan melampaui dari perkembangan Kabupaten Tangerang. Kecamatan Cisauk ini masih dalam perkembangan untuk sebagai kawasan hunian namun karena permukaan tanah yang dominan dengan tanah merah, kerap kali membuat daerah sekitar jalan raya menjadi berdebu. Untuk hunian yang tepat dipinggir jalan raya akan merasa terganggu dengan debu ini, ditambah lagi dengan kendaraan besar seperti truk yang hampir selalu melewati kawasan ini. Gambar 1.3 Letak BSD di antara kawasan padat dan tidak padat serta dibagi oleh Sungai Cisadane Sumber: Google Map 4
5 Pengembangan BSD yang cenderung ke arah barat atau daerah yang belum padat ternyata terdapat beberapa masalah di dalamnya, salah satunya adalah terjepitnya permukiman yang sebelumnya sudah ada oleh pembangunan hunian baru yang dikembangkan BSD, hal ini akan mempersulit akses bagi penghuni lama untuk keluar maupun masuk. Ditambah lagi dengan adanya dinding tinggi yang membatasi antara hunian lama dengan baru sehingga hunian lama terasa dikekang oleh dinding tersebut dan adanya kesenjangan antara penghuni lama dengan penghuni baru. Mungkin hal yang dipermasalahkan adalah penghuni lama tidak mau pindah dari tanahnya dengan suatu alasan. Gambar 1.4 Warna kuning merupakan hunian lama atau eksisting Sumber: Google Map Dikarenakan letak BSD berada di dua kecamatan yaitu Kecamatan Serpong dalam Kota Tangerang Selatan dan Kecamatan Cisauk dalam Kabupaten Tangerang, maka perlu ditinjau kependudukan yang berada pada kedua wilayah tersebut untuk mengetahui karakteristik karakteristik masyarakat pada daerah tersebut. Karakteristik karakterisik ini akan menjadi acuan desain selanjutnya dimana sebagian besar pengguna dari fungsi bangunan yang akan didesain adalah masyarakat sekitar, namun tidak menutup kemungkinan masyarakt luar dari daerah tersebut untuk menggunakan fungsi bangunan yang akan didesain nantinya. Justru dengan adanya hal tersebut, akan ada interaksi antara masyarakat dalam dengan masyarakat luar. 5
6 Tabel 1.1 Tabel Kependudukan di Kecamatan Serpong dan Kecamatan Cisauk Serpong Cisauk Jumlah Penduduk (orang) Luas Wilayah (km 2 ) 24,04 24,04 27,77 27,77 Kepadatan Penduduk (orang/km 2 ) Pertumbuhan Kepadatan Sumber: BPS Kabupaten Tangerang & BPS Kota Tangerang Selatan, 2015 Pertumbuhan penduduk di daerah Kecamatan Serpong ternyata memiliki nilai yang lebih tinggi dibadingkan dengan Kecamatan Cisauk bahkan Kecamatan Serpong memiliki pertumbuhan penduduk lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan Kecamatan Cisauk. Hal ini mungkin disebabkan karena letak Kecamatan Serpong lebih dekat dengan kawasan DKI Jakarta, sehingga orang yang bekerja di Jakarta namun tinggal di luar Jakarta lebih memilih kecamatan ini. Perkembangan kawasan BSD semakin ke arah barat juga disebabkan karena jumlah perumbuhan penduduk pada Kecamatan Cisauk masih lebih kecil dibanding dengan Kecamatan Serpong, sehingga wilayah ini memiliki potensi untuk dikembangkan lagi. Dari segi fasilitas transportasi umum berbasis rel, BSD memiliki tiga stasiun kereta api, yaitu Stasiun Rawa Buntu, Stasiun Serpong dan Stasiun Cisauk. Dari ketiga stasiun tersebut, Stasiun Serpong yang paling berkembang. Hal ini dikarenakan stasiun ini merupakan titik awal dan titik akhir jalur kereta rel listrik (KRL) dari Stasiun Tanah Abang yang merupakan stasiun pusat menuju ke segala stasiun di sekitar Jakarta. Hal ini mendukung untuk mobilitas penghuni BSD yang bekerja di Jakarta yang tidak memiliki kendaraan pribadi maupun yang lebih memilih untuk menggunakan kereta api sebagai transportasi menuju tempat kerja. Stasiun selanjutnya yang berkembang adalah Stasiun Rawa Buntu dikarenakan stasiun ini dilewati oleh jalur kereta Serpong - Tanah Abang. Stasiun Cisauk baru mulai berkembang dikarenakan jalur KRL diperpanjang melewati stasiun ini, sehingga Stasiun Cisauk sudah mulai ramai. Setelah Stasiun Rawa Buntu dikembangkan oleh pihak BSD, selanjutnya adalah Stasiun Cisauk direncanakan akan dikembangkan juga 6
7 oleh pihak BSD. Namun sayangnya dengan pengembangan stasiun ini, kemacetan di sekitar stasiun menjadi semakin jelas, bahkan kemacetan di sekitar Stasiun Cisauk cukup panjang, hal ini bisa saja diakibatkan calon pengguna kereta yang meningkat. Sehingga Stasiun Cisauk yang lebih memiliki urgensi daripada kedua stasiun lainnya. Gambar 1.5 Tiga stasiun kereta api di dalam kawasan BSD Sumber: Google Map Gambar 1.6 Rencana pembangunan mall & apartemen serta universitas di dekat Stasiun Cisauk Sumber: Google Map Hunian dan sebuah universitas rencananya akan dibangun di sekitar Stasiun Cisauk yang mungkin bisa menambah calon pengguna Stasiun Cisauk seperti mahasiswa, maupun penghuni hunian tersebut. Pihak pengembang BSD yaitu Sinar Mas Land mengadakan sayembara desain mengenai mall dan apartemen tersebut pada tahun 2015 dan pada tahun sebelumnya juga melaksanakan hal yang sama. Hasil pada sayembara tahun lalu cukup menarik namun terlihat bahwa sasaran utamanya adalah golongan atas sehingga bagi golongan menengah, yang merupakan golongan dominan di BSD, akan sulit untuk mendapatkan hunian tersebut. Selain pembangunan mall dan apartemen serta universitas, pengembangan ini juga ingin 7
8 melibatkan transportasi umum lainnya yaitu dengan adanya distrik intermoda yang mungkin saja terintegrasi dengan Stasiun Cisauk. Sistem pembangunan dengan adanya integrasi dengan stasiun sering disebut Transit Oriented Development (TOD) dan pembangunan BSD nantinya akan mengarah kepada hal tersebut. Tabel 1.2 Tabel Jumlah Penumpang Pada Stasiun di BSD Cisauk Serpong Rawa Buntu Penumpang Berangkat (orang/hari) Penumpang Datang (orang/hari) Datang : Berangkat 1 : 2,3 Sumber: Mayarakat Transportasi Indonesia (MTI), 2015 Pada tabel di atas, terlihat bahwa jumlah penumpang yang berangkat dan datang pada Stasiun Cisauk jauh berbeda dengan kedua stasiun lainnya di BSD yaitu Stasiun Serpong dan Stasiun Rawa Buntu, padahal Stasiun Cisauk dan Stasiun Rawa Buntu sama sama merupakan stasiun kecil. Maka Stasiun Cisauk ini masih berpotensi untuk dikembangkan pada sektor hunian. Perbandingan penumpang berangkat dan penumpang datang pada ketiga stasiun ini memiliki angka yang sama. Dapat diasumsikan bahwa perkiraan jumlah komuter yang merupakan penumpang berangkat dan penumpang datang mendekati angka penumpang datang. Hunian yang terintegrasi pada fasilitas transportasi umum seperti stasiun bisa saja menjadi salah satu jalan keluar untuk mengurangi kepadatan jalan raya sekaligus membiasakan gaya hidup sehat dengan berjalan kaki setiap hari, apalagi hal ini didukung dengan wilayah pengembangan TOD yang akan datang. Terintegrasinya hunian dengan stasiun ini akam mempermudah komuter untuk melakukan aktifitas sehari-harinya dimana dari hunian menuju tempat kerja atau aktifitas selain berhuni membutuhkan sarana transportasi umum dan hal ini dilakukan sehari-hari. 8
9 1.2 Permasalahan Permasalahan Umum Bagaimana merancang rusunami yang sesuai dengan karakteristik komuter dan dapat memenuhi kebutuhan komuter? Permasalahan Khusus Bagaimana mengintegrasikan rusunami komuter dengan Stasiun Cisauk dan sekitarnya pada kawasan TOD? 1.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan Pembahasan Mengetahui alternatif konsep mengenai penyelesaian hal hal yang mempengaruhi dalam bangunan rumah susun sebagai suatu hasil desain yang selain memenuhi kebutuhan akan hunian, juga dapat terpenuhinya kebutuhan penunjang lainnya dari segi zonasi privat-publik, karakteristik pengguna hunian, tata massa bangunan, tata ruang dalam maupun luar serta terintegrasinya dengan fasilitas di sekitarnya. Selain itu juha mendapatkan prinsip prinsip desain rusunami untuk komuter yang terintegrasi dengan kawasan TOD Stasiun Cisauk di Bumi Serpong Damai (BSD) Sasaran Pembahasan Menghasilkan suatu konsep desain rumah susun yang selain dapat menyelesaikan permasalahan hunian, juga menjawab permasalahan lingkungan melalui perubahan perilaku dari penghuninya sehingga tercipta kehidupan yang lebih efisien dan kualitas lingkungan yang meningkat. 1.4 Lingkup Pembahasan Pembahasan secara non-arsitekural dilakukan dengan pendekatan asumsi dan logika serta dari data data yang bersumber dari pihak yang dapat dipercaya sehingga potensi tapak dan kawasan sekitar dapat dimaksimalkan. Sedangkan 9
10 pembahasan secara arsitektural diarahkan pada masalah dalam bangunan itu sendiri dan kawasan di sekitar bangunan tersebut yang memiliki sangkut paut dengan bangunan rumah susun. Penataan yang tepat beberapa fungsi yang berbeda dalam satu tapak tercipta suatu integrasi antar fungsi tersebut tanpa mengganggu performa fungsi fungsi lainnya. 1.5 Metode Pembahasan Metode Pengumpulan Data - Studi Pustaka Mempelajari bahan pustaka mengenai rumah susun dan mengenai Transit Oriented Development (TOD) baik berupa referensi buku, hasil penelitian, hasil tulisan maupun data data dari pihak pemerintahan untuk mendapatkan data pendukung yang berkaitan dengan tema yang diambil. - Pengamatan Langsung Pengamatan terhadap lokasi secara langsung baik pengamatan pada satu waktu maupun pengamatan secara jangka panjang yang dilakukan lama sebelumnya. - Pengumpulan Data dari Studi Kasus Mengumpulkan data data dari berbagai contoh baik dalam fungsi bangunan yaitu rumah susun maupun contoh penerapan TOD itu sendiri yang sudah terbangun dan masih dalam perencanaan sebagai acuan untuk proses selanjutnya Metode Pengolahan Data - Analisis Merupakan tinjauan mengenai hal hal yang berkaitan dengan rumah susun maupun TOD secara baik dan benar. - Sintesis Sintesis data dilakukan terhadap data kondisi yang ada di kawasan dalam maupun luar pengembangan, isu isu pada kota yang sedang berkembang, data kasus pembanding serta teori dan prinsip yang dapat dijadikan dasar dalam perencanaan konsep perancangan. 10
11 - Penyusunan Konsep Adanya suatu dialog antara data yang diperoleh dari analisis data dan tahap sintesis data menjadikan dasar untuk menyusun konsep awal perancangan sebagai dasar proses mendesain selanjutnya. 1.6 Keaslian Penulisan Selama penulisan ditemukan contoh penulisan lain dengan tema yang hampir sama. Terdapat contoh penulisan yang mengambil studi kasus hunian yang lebih tepatnya adalah rusunami dan ada yang mengambil studi kasus dengan pendekatan TOD. Untuk menunjukan keaslian penulisan dari laporan ini, maka perlu ada perbandingan dari beberapa penulisan yang berkaitan dengan tema yang diangkat dalam penulisan ini, yaitu: Rusunami - Dedy Indarat Mada (2008), Rusunami dengan Pendekatan Berbasis pada Pola Penghunian dan Pengelolaan, JUTA-FT UGM. - Astungkara Handayan Adhyatmakasukha (2009), Rusunami di Pondok Bambu dengan Pendekatan Ecodesign, JUTA-FT UGM. TOD - Alyass Abibawa Widita (2011), Apartemen Dosen UGM di Prambanan Penekanan pada Integrasi Fungsi Apartemen dengan Stasiun Prambanan sebagai Proyeksi Transit Oriented Development, JUTA-FT UGM. - Rahmat Petra Seto Utomo (2014), Stasiun Kereta Api Sudriman dan Transit- Oriented Development Dukuh Atas, JUTA-FT UGM. 1.7 Sistematika Penulisan - Bab 1: Pendahuluan Berisi mengenai isu isu secara makro maupun mikro, arah dan lingkup pembahasan, dan format sistem dan metodologi penulisan yang digunakan. - Bab 2: Tinjauan Pustaka 11
12 Berisi tinjauan teori bangunan rumah susun secara umum, tinjauan mengenai TOD serta sedikit tinjauan mengenai mixed use, serta beberapa studi kasus dari bidang hunian maupun TOD. - Bab 3: Tinjauan Lokasi Berisi hasil analisis alternatif lokasi sehingga mendapatkan lokasi terpilih dan data data terkait lokasi terpilih. - Bab 4 : Pendekatan Konsep Perancangan Berisi mengenai prinsip prinsip dari hunian maupun TOD yang dapat menjadi titik acuan dalam pembuatan konsep desain. - Bab 5: Konsep Perancangan Berisi mengenai respon terhadap tapak dan sekitar, serta konsep konsep mikro yang didapat dari pengolahan prinsip prinsip pada pendekatan konsep perancangan. 12
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kepadatan penduduknya dengan berada ditingkat keempat. Angka kepadatan penduduk yang terus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Klaten merupakan Kabupaten yang terletak di antara dua kota besar,yaitu Yogyakarta dan Surakarta. Hal ini menjadikan Klaten menjadi persimpangan jalur transportasi
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Transportasi Kota Pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini disertai
Lebih terperinciBSD INTERMODAL TRANSPORT FACILITY M. BARRY BUDI PRIMA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BSD INTERMODAL TRANSPORT FACILITY 1.1 Latar Belakang Bumi Serpong Damai (BSD) atau BSD city merupakan sebuah kota satelit yang terbentuk dari pesatnya perkembangan kota metropolitan ibukota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb);
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat bagi seluruh kegiatan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak-pihak yang berkepentingan di Indonesiamenempatkan kantor utama
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Transportasi kota Jakarta berkembang sangat pesat dikarenakan mobilitas yang tinggi dan masyarakatnya yang membutuhkan kendaraan. Semakin meningkatnya populasi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu keberlanjutan (sustainability) merupakan isu yang kian melekat dengan proses perencanaan dan perancangan lingkungan binaan. Dengan semakin rumitnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transit oriented development (TOD) merupakan konsep yang banyak digunakan negara-negara maju dalam kawasan transitnya, seperti stasiun kereta api, halte MRT, halte
Lebih terperinciBab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -
Lebih terperinciGambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...
Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 114 Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 115 Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kawasan transit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan dan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan perdagangan merupakan unsur utama dalam perkembangan kota Pematangsiantar. Keadaan ini juga
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API SOLO- BALAPAN DENGAN FASILITAS PENDUKUNG SHOPPING MALL DAN HOTEL BINTANG TIGA DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota sebagai pusat pertumbuhan menyebabkan timbulnya daya tarik yang tinggi terhadap perekonomian sehingga menjadi daerah tujuan untuk migrasi. Dengan daya tarik suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN Salah satu permasalahan kota Jakarta yang hingga kini masih belum terpecahkan adalah kemacetan lalu lintas yang belakangan makin parah kondisinya. Ini terlihat dari sebaran lokasi kemacetan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah
Lebih terperinci: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif
MINGGU 7 Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan : a. Permasalahan tata guna lahan b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif Permasalahan Tata Guna Lahan Tingkat urbanisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia adalah pusat bisnis dan pusat pemerintahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 mencapai 10,08 juta orang dan kepadatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Latar belakang permasalahan merupakan beberapa isu yang membutuhkan solusi melalui perancagan sebuah fasilitas bangunan untuk memecahkan masalah tersbut.
Lebih terperinciL E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan Jakarta sebagai Ibukota negara Indonesia sudah sepantasnya sejajar dengan berbagai kota-kota lain di dunia dengan indeks pertumbuhan penduduk dan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Koordinatnya
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD)
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD) Pada tahun 1993 Peter Calthorpe menawarkan sebuah sistem mengenai Konsep Transit Oriented Development ( TOD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang proses kehidupan manusia sebagai penunjang media perpindahan arus barang, orang, jasa serta informasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua orang di dunia bergantung pada transportasi untuk melangsungkan hidupnya, seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia yaitu 215,8 juta jiwa(tahun 2003). Sebuah negara yang memiliki penduduk padat tersebut
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Perkembangan suatu wilayah dapat dilihat dari pertumbuhan secara fisik, soasial, ekonomi, dan aktivitas di dalamnya. Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Angkutan umum memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian, untuk menuju keberlajutan angkutan umum memerlukan penanganan serius. Angkutan merupakan elemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta, selain sebagai pusat pemerintahan Indonesia, adalah pusat ekonomi dan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Perkembangan ekonomi Jakarta menarik
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu
15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Obyek Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan dengan masa lalu atau sejarah terbentuknya kota serta berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek Di ibukota Jakarta, penduduknya lebih banyak adalah para pendatang dari luar daerah Jakarta untuk mencari pekerjaan. Mereka berasal dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sustainable Transport merupakan suatu sistem yang dapat mengkomodasi aksesibilitas semaksimal mungkin dengan dampak negatif seminimal mungkin. Aksesibilitas dapat diupayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketergantungan masyarakat Jakarta dengan kendaraan pribadi sudah sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemacetan merupakan isu paling besar di Jakarta. Banyak sekali isu-isu soal kemacetan yang bermunculan di Jakarta, seperti Tahun 2014 Jakarta akan Macet Total, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stasiun KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta Penekanan Desain High Tech Architecture
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta atau Soekarno-Hatta International Airport (SHIA) merupakan bandara terbesar dan utama Indonesia. Secara administratif bandara
Lebih terperinciDUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019 Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : TINGGA PRADANA
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.
Lebih terperinciCitra Maja Raya, Perumahan 100 Jutaan Dekat Stasiun Kereta
, Perumahan 100 Jutaan Dekat Stasiun Kereta An Integrated New Town. Ciputra Group kembali dengan proyek kawasan berskala kota di Maja dengan nama. Launching dengan harga jual rumah Citra Rp. 100 jutaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak
Lebih terperinciDukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertambahan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi industri dan perdagangan merupakan unsur utama perkembangan kota. Kota Jakarta merupakan pusat pemerintahan, perekonomian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.
Lebih terperinciKAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN
LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN MAHASISWA: AMELIA LESTARI (NIM: 41211010044) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN DESAIN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi, khususnya kemacetan, sudah menjadi permasalahan utama di wilayah Jabodetabek. Kemacetan umumnya terjadi ketika jam puncak, yaitu ketika pagi
Lebih terperinciMenilik Peluang Investasi Kota Baru di Selatan Jakarta
Menilik Peluang Investasi Kota Baru di Selatan Jakarta Seumpama anak yang baru genap 4 tahun, pasti umur-umur sekian sedang gemar-gemarnya si anak mengeksplor kemampuan yang ada pada dirinya. Demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagai salah satu kota metropolitan dunia, Jakarta telah memiliki insfrastruktur penunjang berupa jalan, listrik, telekomunikasi, air bersih, gas, serat optik, dan
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG Disusun Oleh : Nadhila Hastrina 21020113130074 Dosen Koordinator Ir. B. Adji Murtomo, MSA Dosen Pembimbing I Septana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan yang terletak di pusat kota berfungsi sebagai pendukung dan penghubung fasilitasfasilitas di sekitarnya, seperti perkantoran,
Lebih terperinciSTASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota Jakarta sebagai ibu kota dan pusat perekonomian di Indonesia sudah seharusnya sejajar dengan kota-kota di dunia. Dengan
Lebih terperinciPengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini, akan dibahas mengenai, pengertian dan esensi judul, latar belakang munculnya gagasan atau ide dan judul, tujuan dan sasaran perencanaan dan perancangan, permasalahan
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecamatan Senen termasuk wilayah Kotamadya Jakarta Pusat memiliki luas wilayah 422 ha. Menurut data statistik 2004, peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan
Lebih terperinciSUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN
SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN Oleh : Puti Laras Kinanti Hadita, Indriastjario,Agung Dwiyanto Stasiun Sudimara (SDM) adalah stasiun kereta api kelas III yang terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang atau orang yang dapat mendukung dinamika pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan seiring laju pesat pertumbuhan pembangunan dalam segala bidang serta mobilitas yang cukup tinggi untuk melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari, menuntut
Lebih terperinciStudi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan
3. Perspektif Wilayah dan Permintaan Perjalanan Masa Mendatang 3.1 Perspektif Wilayah Jabodetabek Masa Mendatang Jabodetabekpunjur 2018 merupakan konsolidasi rencana pengembangan tata ruang yang memberikan
Lebih terperinciSTASIUN BESAR CIKARANG dengan KONSEP PARK and RIDE BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan yang pesat pada daerah ibu kota di suatu negara merupakan suatu kebanggaan bagi negara itu sendiri yang melambangkan kemajuan negara. Begitu pun dengan
Lebih terperinci2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung telah mengalami perkembangan pesat sebagai kota dengan berbagai aktivitas yang dapat menunjang pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN
63 BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV ini akan disajikan secara berturut-turut mengenai analisa dan hasil penelitian meliputi : 4.1. Perekonomian Pulau Jawa saat ini 4.2. Pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
163 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Menjawab Pertanyaan Penelitian dan Sasaran Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dihasilkan pengetahuan yang dapat menjawab
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemukiman sering menjadi masalah bagi setiap individu karena individu membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan pemberi ketentraman hidup.
Lebih terperincilib.archiplan.ugm.ac.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang 1.1.1 Transportasi Udara sebagai Pilihan Moda Transportasi yang Paling Efektif di Indonesia Indonesia merupakan negara kepulauan yang area daratannya dipisahkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota budaya dan pariwisata, diikuti dengan kemajuan pesat khususnya bidang perekonomian membuat
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PROYEK
38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Relokasi Stasiun Merak 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dalam jumlah pelayanan kepada masyarakat, terutama tranportasi darat. Kereta api merupakan transportasi darat
Lebih terperinciEVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR
EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : MANDA MACHYUS L2D 002 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciREDESAIN STASIUN KERETA API TEBING TINGGI BAB I PENDAHULUAN BAB I. Universitas Sumatera Utara 4. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN BAB I 4 PENDAHULUAN REDESAIN STASIUN KERETA API TEBING TINGGI 1.1 Latar Belakang Stasiun adalah salah satu tempat perpindahan moda, dimana dalam jumlah besar manusia dan kendaraan berkumpul
Lebih terperinciBab III Tinjauan Karakteristik Kawasan Dukuh Atas
Bab III Tinjauan Karakteristik Kawasan Dukuh Atas III.1 Tautan Makro Kawasan Dukuh Atas memiliki peranan yang penting bagi lingkup regional DKI Jakarta. Hal ini dilandasai oleh direncanakannya kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Pasar bunga di Surabaya Kebutuhan bunga dalam masyarakat kini semakin meningkat seiring berubahnya gaya hidup masyarakat. Dapat dikatakan bahwa bunga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran dan terutama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan merupakan Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai daerah otonom dan memiliki status sebagai Kota Metropolitan, pembangunan Kota Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam mendistribusikan penumpang dan barang antar suatu tempat. Kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan
Lebih terperinciBAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN
6 BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN 2.1. Latar Belakang Kemacetan lalu lintas adalah salah satu gambaran kondisi transportasi Jakarta yang hingga kini masih belum bisa dipecahkan secara tuntas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan tempat kosentrasi kegiatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, meliputi kegiatan industri, perkantoran, hingga hunian. Perkembangan kegiatan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN STASIUN TERPADU PASAR SENEN
LAPORAN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN STASIUN TERPADU PASAR SENEN Perancang: FACHRY MUHAMMAD RACHMAD (NIM: 41211010010) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA TAHUN 2015 PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses pembangunan di Indonesia terus bergulir dan ekspansi pemanfaatan ruang terus berlanjut. Sejalan dengan ini maka pengembangan lahan terus terjadi dan akan berhadapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Isu Perkembangan Properti di DIY Jogjakarta semakin istimewa. Kekuatan brand Jogja di industri properti merupakan salah satu kota atau daerah paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang menyediakan jasa transportasi bagi manusia dan barang. Sejalan dengan pembangunan yang semakin pesat dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia sedang memasuki era globalisasi, dimana pada era ini tidak lagi memandang batas-batas kawasan, dan diharapkan semua sektor pembangunan dapat bersaing dengan
Lebih terperinciBAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI 2.1.1 Pengertian Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur, dengan kata lain sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Palmerah merupakan salah satu pasar tradisional di Jakarta Pusat yang terletak di kawasan ramai dengan fungsi sebagai titik transit moda angkutan umum dari sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya perkembangan kota dipengaruhi oleh faktor daya tarik kota yang kemudian menyebabkan pertambahan penduduk dan akhirnya bermuara pada perubahan fisik dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Rumah (papan) adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain makanan (pangan), dan pakaian (sandang). Ketersediaan lahan untuk
Lebih terperinciADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang sering terjadi di suatu negara yang tingkat pembangunannya tidak merata. Fenomena urbanisasi menyebabkan timbulnya pemukimanpemukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membangun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha sadar yang sengaja dilakukan oleh manusia untuk memperbaiki kondisi masyarakat pada suatu region dengan berbagai perencanaan dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 TUGAS AKHIR PERENCANAAN FLY OVER PERLINTASAN JALAN RAYA DAN JALAN REL DI BENDAN PEKALONGAN
PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan aktifitas akan menyebabkan terjadinya kebutuhan ruang yang semakin bertambah. Hal ini sering menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN
GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang
Lebih terperinci