BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Isu Kejahatan di Ruang Publik Tingkat Kejahatan di Kabupaten Sleman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Isu Kejahatan di Ruang Publik Tingkat Kejahatan di Kabupaten Sleman"

Transkripsi

1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ruang jalan merupakan elemen penting dalam sebuah kota yang berfungsi untuk menghubungkan tempat satu ke tempat yang lain dengan menggunakan berbagai moda transportasi ataupun tidak menggunakan moda transportasi. Ruang jalan merupakan ruang publik yang dapat digunakan siapa saja dan untuk kegiatan apa saja baik itu kegiatan positif atau negatif berupa tindak kejahatan. Kejahatan adalah hal yang normal di dalam masyarakat, dengan kata lain masyarakat tidak akan mungkin dapat terlepas dari tindak kejahatan karena kejahatan itu sendiri terus berkembang sesuai dengan kedinamisan masyarakat, namun tindak kejahatan merupakan sesuatu yang harus dicegah baik itu sudah terjadi ataupun belum terjadi, sehingga masyarakat tidak merasa takut saat beraktivitas Isu Kejahatan di Ruang Publik Maraknya aksi pembegalan beberapa waktu lalu cukup membuat resah masyarakat, sehingga warga takut beraktivitas pada malam hari karena khawatir menjadi korban pembegalan. Media Online Vivanews mengatakan Aksi pembegalan ini telah marak di beberapa kota di Indonesia, seperti : Lampung, Pandeglang, Depok, Bekasi, Karawang dan Bogor. Dalam kasus ini pembegal mengincar wilayah-wilayah yang penerangan jalannya minim, pos polisi yang tidak ada, dan jalanan yang sepi lalu lintas, Ada pun Jam-jam rawan aksi pembegalan itu rata-rata jam pulang kerja pada malam sampai dini hari, antara pukul 12 malam sampai pukul 5 pagi (2015) Tingkat Kejahatan di Kabupaten Sleman Berdasarkan Antara news, kasus kejahatan di Yogyakarta pada tahun 2013 tercatat telah mengalami peningkatan 2,3% dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan Harian Jogja, pada tahun 2015 peristiwa kriminalitas berbagai jenis terjadi secara tidak terkendali di seluruh wilayah DIY dan tercatat angka kriminalitas selama setahun meningkat 1

2 tajam dibanding dengan tahun 2014, total peristiwa gangguan kamtibmas atau kriminalitas selama tahun 2015 menembus angka peristiwa. Naik sebanyak 940 kasus atau 16,55% dari 2014 sebanyak kasus. Dari banyaknya peristiwa itu, kasus ditangani Polres Sleman, kasus Polresta Jogja, kasus ditangani Polda DIY, 893 kasus oleh Bantul, 429 kasus di Kulonprogo dan 343 kasus di Gunungkidul. Wilayah Sleman menjadi peringkat pertama soal kerawanan kriminalitas pada tahun Pertumbuhan dan Tingkat Kejahatan di Kecamatan Depok Terdapat tidak kurang 23 perguruan tinggi berada di Kecamatan Depok beberapa diantaranya yaitu : STMIK AMIKOM Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Universitas Islam Indonesia, Universitas Sanata Dharma (USD), Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dan STIE YKPN. Keberadaan berbagai perguruan tinggi tersebut menghadirkan ribuan mahasiswa dan pendatang yang berdomisili di daerah ini. Selain menjadi kawasan yang tumbuhan Kecamatan Depok adanya juga memiliki angka kriminalitas tertinggi di Kabupaten Sleman, bahkan hampir 3/4 kasus kriminalitas di Kabupaten Sleman terjadi di wilayah ini. Berdasarkan Harian Jogja (2013) Polres Sleman masih menempatkan Kecamatan Depok sebagai daerah dengan angka kerawanan KAMTIBMAS (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) paling tinggi. Salah satu yang perlu diantisipasi yakni bentrok antarwarga serta tindakan kriminalitas. Diduga kerawanan di Kecamatan Depok terjadi karena wilayah itu dihuni masyarakat dengan latar belakang heterogen. Selain itu Depok termasuk kecamatan menuju metropolitan yang berbatasan langsung dengan Kota Jogja 2

3 Jalan Selokan Mataram Selokan Mataram merupakan salah satu peninggalan sejarah khususnya bagi warga Yogyakarta pada masa perlawanan melawan kerja paksa romusha yang dilakukan oleh Jepang. Sebelum selokan Mataram dibuat Yogyakarta adalah wilayah pertanian yang gersang dengan hasil pertanian yang sangat minim. Pengairan lahan pertanian di masa itu hanya mengandalkan air hujan karena minimnya sumber air alami. Sungai dan kali ada seperti sungai Code, sungai Winongo dan sungai Gajah Wong tidak bisa diandalkan untuk irigasi karena posisi aliran air berada di dasar jurang, padahal kawasan dataran yang memungkinkan untuk dijadikan lahan pertanian berada jauh di atas aliran sungai tersebut. Perkembangan jaman dan pembangunan serta perubahan sosial budaya masyarakat yang berada di tepian selokan Mataram tentunya tidak bisa disamakan antara daerah hulu, tengah dan hilir sepanjang aliran irigasi pertanian ini. Perubahan yang sangat mencolok di sepanjang aliran selokan Mataram di mulai dari daerah Desa Sinduadi Mlati hingga Desa Caturtunggal Depok Sleman. Selain itu jalan selokan Mataram yang berada persis di sisi selokan Mataram awalnya merupakan jalan inspeksi yang tidak difasilitasi dengan jalan yang lebar, namun pada tahun 2011 pemerintah kabupaten Sleman memprioritas pembangunan peningkatan dan penataan Jalan Inspeksi Selokan Mataram. Perubahan ini sebagai bentuk konsekuensi pengembangan wilayah pendidikan yang lebih mengarah di Yogyakarta bagian utara dan belahan selatan Kabupaten Sleman. Paska pemindahan Universitas Gadjah Mada dari Kraton menuju kawasan Bulak sumur menjadi titik awal dibangunnya beberapa perguruan tinggi yang berada tidak jauh dari daerah aliran sungai Selokan Mataram. Keberadaan kampus-kampus tersebut ikut merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui penyediaan berbagai barang dan jasa dengan sasaran mahasiswa. 3

4 Penggal Jalan Affandi/ Gejayan hingga Jalan Nangka III Ruang jalan Selokan Mataram penggal jalan Affandi/ Gejayan hingga jalan Nangka III merupakan ruang jalan yang berada Kecamatan Depok yang memiliki angka kriminalitas paling tinggi di Kabupaten Sleman dan merupakan ruang jalan yang mengalami perubahan-perubahan penggunaan fungsi lahan yang awalnya berupa lahan pertanian dan perkebunan kini menjadi bangunan hunian maupun komersial, dan perubahan fungsi bangunan yang awalnya berupa rumah tinggal kini menjadi ruang-ruang yang disewakan menjadi ruang usaha yang dilatar belakangi oleh keberadaan perguruan tinggi. Pertumbuhan yang terjadi di ruang jalan Selokan Mataram penggal jalan Affandi/ Gejayan hingga jalan Nangka III, tidak sepenuhnya memberikan dampak yang baik untuk ruang jalan ini, karena kenyataannya pertumbuhan di jalan ini lebih cepat dibandingkan dengan perencanaannya, hal tersebut dapat dilihat di ruang jalan Selokan Mataram penggal jalan Affandi/ Gejayan hingga jalan Nangka III yang tidak memiliki fasilitas ruang jalan yang baik. Berkaitan dengan isu-isu kejahatan di ruang jalan dan tidak meratanya pengaruh perkembangan kawasan terhadap Ruang jalan Selokan Mataram penggal jalan Affandi/ Gejayan hingga jalan Nangka III, dan juga jalan ini cukup diminati pengguna sebagai jalan pintas sehingga cukup ramai, sejatinya ruang jalan yang baik merupakan ruang jalan dapat menjamin penggunanya merasa aman. Hal ini menjadikan ruang jalan ini perlu dikaji dan diharapkan dapat mengetahui pengaruh elemen pendukung keamanan ruang jalan terhadap rasa aman pengguna pada tindak kejahatan serta penataan ruang jalan yang efektif sehingga ruang jalan dapat memberi jaminan rasa aman kepada penggunanya. 4

5 Dalam hal ini pengguna yang menjadi sasaran adalah mahasiswa karena mahasiswa merupakan pengguna dari perguruan tinggi yang menjadi pemicu perkembangan kawasan sekitar. 1.2.Rumusan Permasalahan Ruang jalan merupakan elemen penting dalam sebuah kota yang berfungsi untuk menghubungkan tempat satu ke tempat yang lain dengan menggunakan berbagai moda transportasi ataupun tidak menggunakan moda transportasi, yang dapat digunakan siapa saja dan untuk kegiatan apa saja baik itu kegiatan positif atau negatif berupa tindak kejahatan. Bercampurnya semua kegiatan di ruang jalan tentunya berpeluang terjadinya tindak kejahatan, ditambah dengan tidak meratanya pertumbuhan yang terjadi di ruang jalan Selokan Mataram penggal jalan Affandi/ Gejayan hingga jalan Nangka III, mengingat jalan ini memiliki tingkat kepadatan yang cenderung ramai. Dari rumusan permasalahan di atas dapat ditarik pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana pengaruh elemen pendukung keamanan tindak kejahatan di jalan Selokan Mataram penggal jalan Affandi/ Gejayan hingga jalan Nangka III terhadap rasa aman pengguna? 2. Bagaimana penataan ruang jalan yang efektif sehingga ruang jalan Selokan Mataram penggal jalan Affandi/ Gejayan hingga jalan Nangka III dapat memberi jaminan rasa aman kepada penggunanya? 1.3.Tujuan Penelitian 1. Pengaruh elemen pendukung keamanan tindak kejahatan di jalan Selokan Mataram penggal jalan Affandi/ Gejayan hingga jalan Nangka III terhadap rasa aman pengguna 2. Memberi arahan penataan ruang jalan yang efektif sehingga ruang jalan Selokan Mataram penggal jalan Affandi/ Gejayan hingga jalan Nangka III dapat memberi jaminan rasa aman kepada penggunanya. 1

6 1.4.Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat menilai secara kritis fenomena yang terjadi di jalan amatan penelitian sehingga dari hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi dan arahan yang tepat untuk penataan jalan amatan penelitian. 2

7 2.1.Keaslian Penelitian Tabel Keaslian penelitian No Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil Mengetahui konflik apa saja dan faktor-faktor Kualitatif Vinca yang mempengaruhi konflik di ruang jalan Penataan Ruang Jalan Di Kawasan Wawancara Yulintania kawasan Ampel Surabaya 1 Ampel Dengan Konsep Livable Kuesioner Konflik yang terjadi di ruang jalan dan penataan jalan yang livable (2013), Thesis Mendapatkan arahan pemanfaatan ruang jalan Street S2 Placed senter yang livable dan dapat menampung kebutuhan mapping pengguna jalan Ria Roida Minarta (2013), Tugas Akhir S1 Jati Pramono (2013), Tugas Akhir S1 Zakiah Hidayati (2011), Thesis Fabiola C K Analisa (2015), Thesis Konsep Daya Hidup Jalan (Livable Street) Pada Jalan Gajah Mada Dan Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pengaruh Penataan Ruang Kota Terhadap Tindak Kriminal Malam Hari di Jalan Jalan Seturan Raya Yogyakarta Hubungan Layout Perumahan dan Faktor Kriminalitas di Perumnas Air Putih Samarinda Arahan desain elemen fisik yang antisipatif terhadap aktivitas kriminal pada malam hari di kawasan Kota Lama Semarang Memverifikasi konsep daya hidup jalan (livable street) pada jalan gajah mada dan Hayam Wuruk Jakarta Menilai sejauh apa daya hidup (livability) jalan gajah mada dan Hayam Wuruk Jakarta Mengidentifikasi ruang-ruang dalam malam hari yang memiliki tindakan kriminal. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan kriminal pada pengguna ruang pada malam hari. Analisis hubungan antara layout perumahan dan faktor kriminalitas Hubungan desain lingkungan fisik dan aktivitas kriminal di Kota Lama Semarang dengan lingkup karakter elemen fisik ruang jalan yang mempengaruhi aktivitas kriminal Deduktif kualitatif - kuantitatif Deduktif kualitatif Kualitatif Deduktif kualitatif Dari hasil memverifikasi, dapat disimpulkan jalan tersebut sudah memiliki daya hidup namun belum Mencapai 100%, yang dinilai dari : Jalur pedestrian Ruang bagi pengendara umum Namun tidak memiliki jalur sepeda Hubungan antara pemanfaatan ruang pada malam hari dengan resiko tindakan kejahatan perkelahian, pencurian penjambretan dan perusakan di pengaruhi oleh beberapa faktor: Keragaman aktivitas aksesibilitas pencahayaan dan pengawasan Hubungan paling erat antara layout perumahan dan faktor kriminalitas: Keterhubungan langsung antara rumah dengan akses keluar masuk perumnas air putih dan kedalaman ruang. Index axial connectivity jalan. Fungsi bangunan sebagai fungsi hunian saja hunian & komersial komersial saja Perletakan fasilitas dengan hunian dalam satu area (mixed-use) Area rawan aktivitas kriminal di kawasan Kota Lama Semarang, elemen fisik yang berpengaruh dan hubungan dengan aktivitas kriminal di kawasan Kota Lama Semarang 3

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Koridor jalan Seturan Raya merupakan kawasan yang memiliki resiko tindakan kejahatan yang relatif tinggi, terutama pada malam hari.catatan dalam dua tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB 6 : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 6 : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 6 : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: 1) Pengaruh elemen pendukung

Lebih terperinci

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual 2. Geometri jalan lebar, terdapat trotoar yang lebar dan jalur sepeda. Kualitas penghubung akan kuat ketika jalurnya linear dan didukung enclosure serta merupakan konektor dari dua tujuan (Caliandro, 1978)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan permasalahan bagi perencana maupun pengelola kota, dan akan menjadi lebih semakin berkembang karena

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdiri dari empat kabupaten dan satu kota dengan 78 kecamatan dan 438 kelurahan/desa: 1. Kabupaten Kulonprogo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya, jalan merupakan sebuah prasarana transportasi darat yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu daerah. Hal ini pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai kota yang menyandang predikat kota pelajar dan juga yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai kota yang menyandang predikat kota pelajar dan juga yang sekarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai kota yang menyandang predikat kota pelajar dan juga yang sekarang ini sudah menjadi salah satu kota tujuan wisata, Yogyakarta masih merupakan kota yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Obyek Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan dengan masa lalu atau sejarah terbentuknya kota serta berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman Jalan merupakan salah satu ruang publik dalam suatu kawasan yang memiliki peran penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1.1.1. Jalan sebagai Ruang Terbuka Publik yang Berfungsi sebagai Media Reklame Luar Ruangan Ruang terbuka merupakan elemen solid dan void yang membentuk struktur visual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota senantiasa mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Pada perkembangannya, kota dapat mengalami perubahan baik dalam segi fungsi maupun spasial. Transformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berjalan kaki merupakan salah satu aktivitas fisik yang juga bertindak sebagai salah satu jenis moda transportasi, khususnya jenis moda transportasi aktif (Ackerson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan pertumbuhan yang kini sedang dirasakan sebagian besar kotakota di Indonesia salah satunya adalah pertumbuhan permukiman informal di kawasan pusat kota,

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan terbesar terjadi di tahun 2012, sedangkan pada tahun 2013 hingga

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan terbesar terjadi di tahun 2012, sedangkan pada tahun 2013 hingga Persentase Jumlah Penduduk BAB I PENDAHULUAN..Latar Belakang Berdasarkan gambar., jumlah penduduk Kabupaten Sleman mengalami peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Namun jika dilihat dalam persentase

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

1.3 Tujuan Penelitian

1.3 Tujuan Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencurian merupakan suatu tindakan kejahatan yang seringkali terjadi di masyarakat dengan target berupa bangunan, seperti rumah, kantor, atau tempat umum lainnya. Maraknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Selain dikenal sebagai kota wisata budaya, Yogyakarta juga dikenal sebagai kota pelajar. Tidak heran apabila Yogyakarta dibanjiri warga pendatang yang berasal dari

Lebih terperinci

KONDISI LIVABILITAS KORIDOR JALAN

KONDISI LIVABILITAS KORIDOR JALAN KONDISI LIVABILITAS KORIDOR JALAN Studi Kasus: Koridor Jalan Selokan Mataram pada Penggal Jalan Affandi sampai Jalan Seturan Raya, Yogyakarta Yustina Banon Wismarani Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap karakteristik setting fisik dan non fisik (aktivitas) di kawasan penelitian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Terkait dengan pertanyaan penelitian akan kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi walkability menjadi acuan dalam proses menganalisa dan pembahasan,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan berisi pembahasan tentang posisi hasil penelitian terhadap teori yang digunakan sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pembahasan akan secara kritis dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: WINDRA PAHLEVI L2D

TUGAS AKHIR. Oleh: WINDRA PAHLEVI L2D STUDI PENERAPAN CPTED (CRIME PREVENTION THROUGH ENVIRONMENTAL DESIGN) PADA KAMPUNG KOTA DAN KOMPLEKS PERUMAHAN DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN PERILAKU TUGAS AKHIR Oleh: WINDRA PAHLEVI L2D 306 027 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di Kota Yogyakarta dan banyaknya juga obyek wisata, menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. berada di Kota Yogyakarta dan banyaknya juga obyek wisata, menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota pelajar dan kota wisata, selain itu kekayaan budaya yang dimiliki oleh kota yang dipimpin raja itu menjadikan Kota Yogyakarta kota istimewa.

Lebih terperinci

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan penumpang yang telah berkembang sangat dinamis serta berperan di dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta yang menyandang predikat sebagai kota pelajar, serta Universitas Gadjah Mada sebagai salah satu perguruan tinggi negeri terbesar di Indonesia tentu akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pedestrian merupakan permukaan perkerasan jalan yang dibuat untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Di mana orang-orang dapat tetap berpindah

Lebih terperinci

sumber: roshvisual.wordpress.com

sumber: roshvisual.wordpress.com sumber: roshvisual.wordpress.com informasi tentang bangunan bersejarah di Yogyakarta juga tergolong mudah. Ada papan yang memuat informasi lebih lanjut mengenai bangunan tersebut. Terlepas dari bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya Kota Surakarta merupakan pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai peran

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan negara merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah dalam rangka menyejahterakan warga negaranya. Pembangunan negara baik secara fisik maupun non-fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad XXI, bersamaan dengan evaluasi 5 (lima) tahunan dari

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad XXI, bersamaan dengan evaluasi 5 (lima) tahunan dari BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Memasuki abad XXI, bersamaan dengan evaluasi 5 (lima) tahunan dari pelaksanaan The Habitat Agenda (Istanbul+5), masyarakat dunia sepakat bahwa dunia bukan saja makin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang What attracts people most it would appear, is other people, kalimat ini dikutip dari William H. Whyte (1985). Salah satu indikasi suksesnya ruang publik adalah banyak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Studi Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah masalah perkotaan yang sangat kompleks. Salah satu ciri negara berkembang adalah pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, sehingga memiliki potensi sumber daya air yang besar. Sebagai salah satu sumber daya air, sungai memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN Salah satu permasalahan kota Jakarta yang hingga kini masih belum terpecahkan adalah kemacetan lalu lintas yang belakangan makin parah kondisinya. Ini terlihat dari sebaran lokasi kemacetan

Lebih terperinci

Takdir Kota-Kota Penyangga. Arie Putra

Takdir Kota-Kota Penyangga. Arie Putra Takdir Kota-Kota Penyangga Arie Putra Memperhatikan pertumbuhan kota sudah menjadi tradisi dari pakar-pakar sejak ratusan tahun yang lalu. Kitab Muqaddimah karya Ibn Khaldun menjelaskan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fasilitas umum merupakan sebuah sarana yang dibangun oleh pemerintah. Fasilitas ini dibangun untuk masyarakat. Tujuan dari pembangunan fasilitas umum ini tentu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, pertambahan populasi menyebabkan kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang tetap dan terbatas.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Pertumbuhan Kawasan Kota dan Permasalahannya Kawasan perkotaan di Indonesia dewasa ini cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat

Lebih terperinci

UKDW. Pengertian Rusunawa Apartemen sejahtera Bentuk bangunan rusunawa Rusunawa Juminahan Konstruksi bangunan Rusunawa Sanitasi bangunan rusunawa

UKDW. Pengertian Rusunawa Apartemen sejahtera Bentuk bangunan rusunawa Rusunawa Juminahan Konstruksi bangunan Rusunawa Sanitasi bangunan rusunawa KERANGKA BERPIKIR Banyak pendatang yang melakukan migrasi dan tingkat kelahiran yang tinggi di kecamatan Mlati. Merancang hunian yang layak dan ramah lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan akomodasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 105 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1. Kesimpulan Penelitian ini memfokuskan kepada upaya untuk memahami persepsi dan strategi petani di dalam menjalankan usaha tanaman kayu rakyat. Pemahaman terhadap aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang transportasi merupakan yang penting, karena setiap orang membutuhkan transportasi untuk berpindah tempat baik dari rumah ke kantor dan sebagainya. Bidang transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN DALAM RANGKA OPERASI LILIN 2014 TANGGAL 23 DESEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian Yang Saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada dasarnya sebuah kota terbentuk dan berkembang secara bertahap dan tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di dalamnya, di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu kota dapat dilihat dari tingginya aktivitas perekonomian, aktivitas perkotaan tersebut perlu didukung dengan adanya transportasi. Konsep transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah

I. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah banyak dilakukan dengan fokus pada beragam jenis kejahatan. Mengenai hal ini Hale dalam (Gadd

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang menyebabkan banyak orang merasa takut dan hidupnya tidak nyaman. Tindak kriminal terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi

TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Fear Of Crime 1. Pengertian Fear Of Crime Salah satu masalah sosial yang muncul di tengah masyarakat adalah timbulnya tindak kejahatan. Berbagai tindak kejahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, Laju pertumbuhan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, Laju pertumbuhan penduduk dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, Laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya jumah kepemilikan kendaraan tak dapat dibatasi sehingga semakin banyak pula kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN BENCANA SITU GINTUNG DARI SUDUT PANDANG PENATAAN RUANG

TINJAUAN BENCANA SITU GINTUNG DARI SUDUT PANDANG PENATAAN RUANG TINJAUAN BENCANA SITU GINTUNG DARI SUDUT PANDANG PENATAAN RUANG Oleh : Ir. Firman M. Hutapea, MUM Kasubdit Pembinaan Perencanaan Tata Ruang Perkotaan dan Metropolitan Wilayah II (Jawa Bali) Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 pun tidak lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan ketahanan wilayah karena dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas dan hubungan antara setting fisik dan aktivitas, maka didapatkan beberapa hasil temuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan perilaku manusia di tengah masyarakat, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Penelitian Kesimpulan dari penelitian ini merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian berdasarkan hasil observasi, pemaparan, identifikasi, dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran sungai di Yogyakarta yang terjadi beberapa tahun belakangan ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan. Adanya masukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang memiliki peran sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, bisnis, industri,

Lebih terperinci

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN DAN SIMPANG UNTUK PERSIAPAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR TIMUR - BARAT SURABAYA (STUDI KASUS JL.KERTAJAYA INDAH S/D JL.KERTAJAYA) Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan identik dengan fungsi sebagai tempat pelayanan, baik perdagangan maupun jasa. Hal ini membuat perkotaan menjadi tempat utama masyarakat beraktivitas setiap

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. bantaran sungai Bengawan Solo ini seringkali diidentikkan dengan kelompok

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. bantaran sungai Bengawan Solo ini seringkali diidentikkan dengan kelompok 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perumahan relokasi yang di Surakarta merupakan perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar bantaran sungai Bengawan Solo. Perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penggunaan Lahan Kecamatan Depok 5.1.1. Interpretasi Penggunaan Lahan dari Citra Quickbird Hasil interpretasi penggunaan lahan dari Citra Quickbird Kecamatan Depok adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kendaraan merupakan alat yang digunakan untuk bermobilitas setiap orang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kendaraan itu sendiri bermacam ragamnya

Lebih terperinci

STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR

STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR Oleh: DIAN RETNO ASTUTI L2D 004 306 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN

STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN Pemerintah Daerah DIY Disampaikan dalam Lokakarya Nasional Diseminasi Kebijakan dan Strategi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang merupakan wadah atau setting yang dapat mempengaruhi pelaku atau pengguna. Ruang sebagai salah satu komponen arsitektur menjadi sangat penting dalam hubungan

Lebih terperinci

EVALUASI ALTERNATIF LOKASI PASAR INDUK SAYUR DI KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR. Oleh: YANUAR RISTANTYO L2D

EVALUASI ALTERNATIF LOKASI PASAR INDUK SAYUR DI KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR. Oleh: YANUAR RISTANTYO L2D EVALUASI ALTERNATIF LOKASI PASAR INDUK SAYUR DI KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR Oleh: YANUAR RISTANTYO L2D 097 486 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata. 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah lebih dari satu dasawarsa reformasi dijalani bangsa Indonesia kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara cenderung mengalami kemunduran kualitas, meskipun sistem

Lebih terperinci

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya Alfiani Rahmawati Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, Institut Teknologi

Lebih terperinci

pengaduan, kritik dan saran secara online demi terciptanya Polri yang Profesional dalam melaksanakan tugas pokoknya.

pengaduan, kritik dan saran secara online demi terciptanya Polri yang Profesional dalam melaksanakan tugas pokoknya. Kepolisian Resor Gunungkidul berkedudukan di Jl. MGR Sugiyopranoto No. 15 Wonosari, Gunungkidul, merupakan Institusi Polri yang mempunyai tugas pokok Polri Sebagai pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat

Lebih terperinci

FUNGSI SELOKAN MATARAM BAGI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

FUNGSI SELOKAN MATARAM BAGI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati FUNGSI SELOKAN MATARAM BAGI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Latar Belakang Karakter suatu lingkungan dapat dinyatakan dalam empat komponen yang meliputi tatanan alamiah (natural setting),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era modern seperti sekarang ini, alat transportasi merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Identitas penting bagi perkembangan kota. Sebagaimana identitas manusia, Heidari dan Mirzaii (2013) mengatakan bahwa identitas kota terkait erat dengan eksistensi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Pencurian Kendaraan Bermotor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Pencurian Kendaraan Bermotor BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Pencurian Kendaraan Bermotor di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung letaknya sangat strategis karena menjadi pintu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY

BAB I PENDAHULUAN STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Rumah tinggal pada dasarnya merupakan suatu wadah dasar manusia ataupun keluarga untuk melangsungkan hidup yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi pemandangan sehari-hari bila jalan protokol di Jakarta dipadati

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi pemandangan sehari-hari bila jalan protokol di Jakarta dipadati BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sudah menjadi pemandangan sehari-hari bila jalan protokol di Jakarta dipadati oleh kendaraan bermotor. Kondisi menjadi lebih padat menjelang waktu bekerja di pagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan hal yang sangat mutlak dibutuhkan terutama oleh negara yang sedang berkembang. Karena transportasi menjadi nadi perkembangan suatu negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dalam sebuah kota, maupun pendapatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dalam sebuah kota, maupun pendapatan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mobilitas yang tinggi menjadikan transportasi sebagai prasarana yang sangat penting dalam aktivitas sehari-hari. Transportasi terus berkembang seiring dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak hukum di Indonesia harus ditegakkan dengan sebaik mungkin. Hukum di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. waktu. Kota tidak bersifat statis, akan tetapi selalu bergerak, berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. waktu. Kota tidak bersifat statis, akan tetapi selalu bergerak, berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu mengalami perkembangan fisik seiring dengan perubahan waktu. Kota tidak bersifat statis, akan tetapi selalu bergerak, berkembang dan berubah. Seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Transportasi juga sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan permukiman padat huni di tepian sungai perkotaan merupakan bagian dari struktur kota yang menjadi komponen penting kawasan. Menurunnya kualitas ruang sering

Lebih terperinci

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH (Studi Kasus: Kelurahan Tanjungmas, Kec. Semarang Utara Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: INDRI NOVITANINGTYAS L2D

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pusat kota masih menjadi daya tarik yang cukup kuat bagi penduduk dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Pusat kota menjadi pusat aktivitas penduduk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian manusia semakin banyak. Selain itu tingkat kesadaran yang rendah serta mudahnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota Jawa Tengah dan merupakan kota terbesar dengan jumlah penduduk sampai dengan akhir Desember tahun 2011 sebesar : 1.544.358 jiwa, terdiri

Lebih terperinci

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilewati oleh garis katulistiwa di apit oleh dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan

Lebih terperinci