KAJIAN KINERJA RANTAI PASOKAN LETTUCE HEAD (LACTUCA SATIVA) DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Bogor)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KINERJA RANTAI PASOKAN LETTUCE HEAD (LACTUCA SATIVA) DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Bogor)"

Transkripsi

1 KAJIAN KINERJA RANTAI PASOKAN LETTUCE HEAD (LACTUCA SATIVA) DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Bogor) Oleh LULUD ADI SUBARKAH H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 ABSTRAK Lulud Adi Subarkah. H Kajian Kinerja Rantai Pasokan Komoditas Lettuce Head (Lactuca Sativa) dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Bogor). Di bawah bimbingan Heti Mulyati dan Alim Setiawan S. Pertanian terdiri dari enam sub sektor yaitu sub sektor tanaman perkebunan, tanaman pangan, hortikultura, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Salah satu sub sektor pertanian yang berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto ( PDB) yaitu hortikultura dengan nilai 21,17% pada tahun PT Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan agroindustri hortikultura, dimana sayuran lettuce head merupakan salah satu produk unggulannya. Pengukuran kinerja pada manajemen rantai pasokan bertujuan untuk mendukung tujuan, evaluasi kinerja dan penentuan aksi di masa depan pada tingkat strategi, taktik dan operasional. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis kondisi rantai pasokan sayuran lettuce head, ( 2) menganalisis nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota pada rantai pasokan komoditas lettuce head, (3) menganalisis kinerja anggota rantai pasokan dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA), (4) membandingkan perbandingan kinerja aktual PT Saung Mirwan dengan nilai indikator Supply Chain Operations Reference (SCOR). Ruang lingkup penelitian terbatas pada mitra tani dan perusahaan. Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara mendalam, observasi langsung, pengisian kuesioner, dan studi pustaka. Analisis kualitatif rantai pasokan lettuce head diperoleh dengan cara wawancara kepada perusahaan dan petani. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis nilai tambah dan pengukuran kinerja dengan menggunakan DEA yang dilakukan pada mitra tani dan produk lettuce head di PT Saung Mirwan. Rantai pasokan lettuce head terdiri dari anggota primer dan sekunder. Anggota primer terdiri dari mitra tani, PT Saung Mirwan, ritel atau restoran dan konsumen akhir. Anggota sekunder terdiri dari pihak yang menyediakan sarana untuk proses budidaya untuk petani dan pihak yang menyediakan sarana non sayur untuk PT Saung Mirwan. Produk lettuce head ada dua macam yaitu lettuce head yang dibungkus dengan plastik UV dan lettuce yang diolah menjadi lembaran- lembaran (fresh cut). PT Saung Mirwan melakukan kegiatan kemitraan dengan petani. Pasar dalam negeri lettuce head adalah supermarket dan restoran di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, dan Bandung. Kemitraan adalah strategi PT Saung Mirwan untuk mengatasi tingkat permintaan yang tinggi dan sumber daya lahan serta modal yang terbatas. Risiko yang dihadapi oleh mitra tani adalah risiko gagal panen yang diakibatkan oleh keadaan cuaca dan serangan hama penyakit. Risiko yang dihadapi PT Saung Mirwan adalah pengembalian barang dari ritel yang dikembalikan lagi kepada PT Saung Mirwan dan berkewajiban mengganti produk yang kualitasnya tidak sesuai pada pengiriman produk selanjutnya. Persentase keuntungan yang didapatkan mitra tani sebesar 46% per musim tanam dan harga pokok produksi per kg dari hasil panen sebesar Rp dengan asumsi petani menanam lettuce head sebanyak bibit per musim tanam.

3 Perhitungan nilai tambah PT Saung Mirwan menunjukkan nilai tambah pada lettuce head yang dibungkus plastik UV, pada semester 1 sebesar 59,59% dan pada semester 2 sebesar 60,41%. Sedangkan nilai tambah lettuce head fresh cut, pada semester 1 sebesar 55,03% dan pada semester 2 sebesar 49,68%. Mitra tani yang tidak efisien kinerjanya pada tahun 2008 yaitu petani 2. Efisiensi petani 2 sebesar 82,07% pada semester 1 dan sebesar 85,38% pada semester 2. Analisis perhitungan efisiensi kinerja PT Saung Mirwan pada semester satu dan dua tahun 2008 menunjukkan bahwa kinerja PT Saung Mirwan untuk produk lettuce head menunjukkan nilai 100% atau efisien. Perbandingan kinerja pada lettuce head yang dibungkus dengan plastik UV sudah menunjukkan kinerja di atas nilai pembandingnya, dimana pembandingnya berasal dari data SCOR pada perusahaan makanan. Perbandingan nilai atribut kinerja pada lettuce fresh cut sudah menunjukkan kinerja di atas nilai pembanding. Atribut kinerja yang di bawah rata-rata nilai pembandingnya yaitu, kurangnya nilai pemenuhan pesanan sebesar 3,1% pada semester 1 dan 0,1% di semester 2 pada lettuce head fresh cut.

4 KAJIAN KINERJA RANTAI PASOKAN LETTUCE HEAD (LACTUCA SATIVA) DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh Lulud Adi Subarkah H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN KAJIAN KINERJA RANTAI PASOKAN LETTUCE HEAD (LACTUCA SATIVA) DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh Lulud Adi Subarkah H Menyetujui, Juni 2009 Heti Mulyati, S.TP, MT Dosen Pembimbing I Mengetahui, Alim Setiawan S, S.TP Dosen Pembimbing II Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal lulus:

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jombang, pada tanggal 25 Desember Penulis adalah anak kedua dari pasangan Soebadi dan Sutamah. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Penulis telah menyelesaikan studi di TK Mawar PGRI pada tahun , SDN Galengdowo 1 pada tahun , SLTP Negeri 1 Ngoro pada tahun , dan SMU Negeri 1 Jombang pada tahun Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis pernah bekerja di kantor mini banking BPRS Al Salam cabang IPB Darmaga sebagai account officer dan administrasi pada tahun 2007 sampai Penulis juga ikut berpartisipasi dalam organisasi lembaga keuangan syariah Departemen Manajemen pada tahun Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi dalam kegiatan kemahasiswaan, yaitu panitia Masa Perkenalan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Masa Perkenalan Departemen Manajemen, FEM IPB, kegiatan olahraga olimpiade mahasiswa IPB, sportakuler dan kepanitiaan lainnya. i

7 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke-hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Peningkatan dan pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan di lingkungan perusahaan merupakan hal penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. Salah satu perusahaan yang telah melakukan manajemen rantai pasokan adalah PT Saung Mirwan. Komoditas unggulan dari perusahaan ini adalah lettuce head. Pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan perlu dilakukan sebagai umpan balik untuk meningkatkan daya saing. Skripsi ini berjudul Kajian Kinerja Rantai Pasokan Lettuce Head (Lactuca sativa) dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (Studi Kasus Di PT Saung Mirwan, Bogor). Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh beberapa pihak baik secara moril dan materiil. Tidak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua dan saudaraku tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa dan dukungan yang tak terbatas. 2. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT, dan Bapak Alim Setiawan S, S.TP sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, membagi ilmu, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 3. Bapak Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc atas kesediaan sebagai dosen penguji, yang telah memberikan saran dan kritik yang berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Ketua Departemen Manajemen dan seluruh dosen Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis. 5. Staf Departemen Manajemen atas bantuan selama penulis menyelesaikan perkuliahan. ii

8 6. Bapak Dudi Rusiyadi selaku Direktur Bagian Produksi PT Saung Mirwan, Bapak Ir. Adeng Permana Manajer Kebun Produksi Garut, dan Bapak Hendro Kepala Divisi Pengemasan, yang telah mengizinkan penulis untuk penelitian di PT Saung Mirwan. 7. Sahabat-sahabatku, Heni Rohaeni, Asbak, Sendi, Yogi, Umam, Levi, Tofik, Andri, Edi, Widi, Adib, Irsam, Bagus, Agung, Try, Pei, Rara, Dewi, yang telah memberikan semangat dan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 8. Rekan-rekan satu bimbingan: Patar, Desti dan Saiful, untuk kerjasama dan motivasi selama proses bimbingan dan penyusunan skripsi. 9. Sahabat-sahabat terbaik Manajemen Angkatan 42 yang selalu bersamasama membuat kenangan dan persahabatan yang indah serta ilmu kehidupan yang diberikan. Semua pihak, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Tidak ada kesempurnaan pada manusia. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekeruangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan penulis. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat memberikan dan berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan, khususnya Manajemen Produksi dan Operasi. Bogor, Juni 2009 Penulis iii

9 DAFTAR ISI ABSTRAK RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv vi vii viii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Manfaat Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Lettuce Head Manajemen Rantai Pasokan Kinerja Rantai Pasokan Indikator Kinerja Berbasis Model SCOR Konsep Nilai Tambah Data Envelopment Analysis Penelitian Terdahulu III. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Tahapan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Metode Pengumpulan Data Teknik Pengambilan Sampel Pengolahan dan Analisis Data Variabel Input dan Output IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Struktur Organisasi PT Saung Mirwan Gambaran Lokasi Penelitian Budidaya Lettuce Head Kondisi Rantai Pasokan Lettuce Head Struktur Rantai Pasokan Entitas Rantai Pasokan Manajemen Rantai Pasokan Sumber Daya Rantai Pasokan iv

10 Proses Bisnis Rantai Pasokan Analisis Nilai Tambah Nilai Keuntungan pada Mitra Tani Nilai Tambah PT Saung Mirwan Pengukuran Kinerja Mitra Tani dengan DEA Analisis Nilai Efisiensi Mitra Tani Tahun Analisis Nilai Kinerja PT Saung Mirwan Tahun Perbandingan Nilai Kinerja Terhitung dengan Nilai SCOR KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

11 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Nilai PDB berbagai sektor pada tahun Data permintaan lettuce head di PT Saung Mirwan pada tahun Kelebihan dan kelemahan metode pegukuran rantai pasokan Atribut kinerja manajemen rantai pasokan dan indikator kinerja Prosedur dan pengolahan data penelitian Prosedur perhitungan nilai tambah dengan metode hayami Daftar nilai pembanding industri makanan menurut SCOR Daftar pengertian indikator variabel input dan output Daftar konsumen komoditas lettuce head Aktivitas anggota primer rantai pasokan Daftar nama pemasok bahan baku non sayur Daftar spesifikasi lettuce head Daftar manfaat yang didapatkan dari kemitraan Daftar kewajiban PT Saung Mirwan dan petani Perbandingan nilai tambah lettuce dibungkus dengan plastik UV tahun Perbandingan nilai tambah lettuce fresh cut tahun Rekapitulasi nilai input pengukuran kinerja mitra tani tahun Rekapitulasi nilai output pengukuran kinerja mitra tani tahun Kinerja mitra tani lettuce head pada tahun Peningkatan output dan penurunan input mitra tani 2 semester Peningkatan output dan penurunan input mitra tani 2 semester Rekapitulasi nilai input pengukuran kinerja PT Saung Mirwan tahun Rekapitulasi nilai output pengukuran kinerja PT Saung Mirwan tahun Pengukuran kinerja PT Saung Mirwan dari dua jenis produk lettuce Perbandingan atribut kinerja PT Saung Mirwan untuk lettuce head yang dibungkus plastik UV tahun Perbandingan atribut kinerja PT Saung Mirwan untuk lettuce head fresh cut tahun vi

12 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Bentuk sayuran lettuce head Rancangan manajemen rantai pasokan dari pemasok awal sampai konsumen akhir Skema ruang lingkup SCOR Alur kerangka pemikiran penelitian Diagram alur penelitian Struktur organisasi PT Saung Mirwan Diagram alir budidaya lettuce head Prosedur pengadaan kebutuhan non sayur Pola aliran dalam rantai pasokan lettuce head Alur cara kerja pengolahan data pada DEA Reference comparison antara petani 2 dengan petani 3 pada semester satu tahun 2008 (dalam persen) Reference comparison antara petani 2 dengan petani 3 pada semester dua tahun 2008 (dalam persen) vii

13 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Pedoman wawancara untuk mitra tani Kuesioner untuk PT Saung Mirwan Tabel perhitungan nilai keuntungan petani lettuce head Grafik peningkatan potensi mitra tani 2 tahun viii

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduk. Karakteristik lahan, keadaan agroklimat serta wilayah yang luas di Indonesia mendukung untuk pengembangan pertanian di masa datang. Pertanian secara umum terdiri dari enam sub sektor yaitu sub sektor tanaman perkebunan, tanaman pangan, hortikultura, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Tabel 1 menunjukkan sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) berbagai sektor di Indonesia. Tabel 1. Sumbangan PDB berbagai sektor tahun (miliar rupiah) Sektor * 2008 * Industri , , ,5 Pertanian , , ,4 Hotel dan restoran , , ,8 Pertambangan , , ,8 Keuangan, bisnis dan perumahan , , ,7 Transportasi , Sumber: BPS, 2008 Angka sementara Hortikultura adalah salah satu sub sektor pertanian yang memiliki prospek di masa depan. Pada tahun 2005, sumbangan PDB sektor pertanian dari sub sektor hortikultura mencapai 21,17%. Sub sektor hortikultura menempati posisi nomor dua setelah tanaman pangan yang mencapai 40,75%. Apabila diasumsikan harga komoditas konstan, PDB komoditas hortikultura tersebut setara dengan nilai Rp. 44,196 triliun (tahun 2005). PDB hortikultura sejak tahun 2000 sampai tahun 2005 mengalami peningkatan 4,6% per tahun. Sedangkan pada tahun ditargetkan meningkat rata-rata 5,2% per tahun, atau senilai dengan Rp. 54,093 triliyun pada tahun 2009 (Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, 2007). Produk sub sektor hortikultura terdiri dari sayuran, buah-buahan, dan bunga yang berperan dalam meningkatkan volume dan nilai ekspor, peningkatan gizi masyarakat serta kesejahteraan petani.

15 2 Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi yang berasal dari sayuran telah mendorong para pelaku bisnis untuk mendirikan usaha bisnis sayuran. Peningkatan konsumsi terhadap sayuran menyebabkan permintaan komoditas sayuran terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2005 sampai tahun 2006 konsumsi sayuran per kapita di Indonesia menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2005, konsumsi sayuran meningkat sebesar 5,49%. (Susenas Badan Pusat Statistik, 2008). Salah satu komoditas hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia adalah lettuce head ( Lactuca sativa). Lettuce head, dikenal dengan sebutan selada krop mempunyai bentuk bertangkup dan membentuk krop pada saat dewasa. daun Lettuce head mempunyai keunikan yaitu berbentuk bulat seperti kubis tetapi mempunyai daun yang kriting. Lettuce head banyak digunakan untuk disisipkan di antara belahan hamburger. PT Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan yang berperan dalam memenuhi permintaan lettuce head. Rata-rata permintaan lettuce head semakin meningkat, dimana dari tahun 2004 sampai tahun 2005 terjadi peningkatan permintaan sebesar 17,9%. Pada tahun 2006 terjadi penurunan jumlah permintaan sebesar 4,7%, kemudian di tahun 2007 jumlah permintaan lettuce head meningkat sebesar 17,2% (PT Saung Mirwan, 2008). Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data permintaan PT Saung Mirwan untuk lettuce head pada tahun Tahun Permintaan sayuran (kg) Peningkatan/penurunan (%) , , ,2 Sumber: PT Saung Mirwan, 2008 Permintaan lettuce head yang meningkat merupakan peluang bagi PT Saung Mirwan untuk mengembangkan usahanya. Dalam rangka memenuhi permintaan tersebut, perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif yang tinggi sehingga dapat memberikan jaminan

16 3 produk yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen. Keunggulan kompetitif tidak hanya dilakukan oleh produsen saja, tetapi distributor dan penjual sebagai pihak yang memasok lettuce head hingga ke konsumen harus memiliki keunggulan kompetitif agar produk yang didistribusikan dapat terjaga kualitasnya, waktu pengiriman yang singkat dan kontinuitas produksi. Keunggulan kompetitif dapat dilakukan dengan kemampuan untuk memasok dan menyediakan produk lettuce head kepada konsumen dengan kualitas baik, memadai, cepat dan tepat. Oleh karena itu, penyempurnaan dan pengelolaan rantai pasokan mulai dari perusahaan penyedia benih, penyedia sarana produksi, produsen, distributor, penjual sampai ke konsumen merupakan hal yang penting. Rantai pasokan merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap produk lettuce head. Rantai pasokan tidak hanya meliputi manufaktur dan pemasok, tetapi juga transportasi, penggudangan, ritel, dan konsumen itu sendiri. Tujuan utama rantai pasokan adalah memuaskan kebutuhan pelanggan sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan. Aktivitas rantai pasokan dimulai dari permintaan konsumen dan berakhir ketika pelanggan atau konsumen telah terpuaskan (Chopra dan Meindl, 2004). Manajemen rantai pasokan merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dapat didistribusikan dengan kuantitas, tempat dan waktu yang tepat sehingga dapat memperkecil biaya dan memuaskan pelanggan. Manajemen rantai pasokan bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, minimalisasi biaya dari transportasi dan distribusi sampai persediaan bahan baku, bahan dalam proses, dan barang jadi. Beberapa pemain utama yang memiliki kepentingan dalam manajemen rantai pasokan yaitu pemasok manufaktur, distributor, ritel, dan konsumen (David et.al., 2000 dalam Indrajit dan Djokopranoto, 2006).

17 4 Sifat sayuran yang mudah rusak dapat menimbulkan risiko pada saat pengadaan bahan yaitu penyusutan produk yang diakibatkan oleh perbedaan berat timbangan, susut akibat penyimpanan terlalu lama atau pelayuan, dan kematangan produk. Oleh karena itu, diperlukan penanganan bahan yang tepat dan cepat. Rantai pasokan menjadi sangat penting untuk dikaji guna mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di sepanjang rantai pasokan, sehingga dapat dirumuskan solusi penerapan rantai pasokan yang terbaik. Gambaran kondisi rantai pasokan yang sebenarnya meliputi petani, perusahaan dan distributor. Selama ini, PT Saung Mirwan telah melakukan kemitraan dengan para petani dalam rangka menjaga rantai pasokan lettuce head. Oleh karena itu, pengukuran kinerja rantai pasokan merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena hal tersebut dapat digunakan sebagai umpan balik bagi rantai pasokan lettuce head. Sistem pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan digunakan untuk menentukan apa yang akan diukur dan dimonitor serta menciptakan kesesuaian antara strategi rantai pasokan dengan indikator pengukuran. Setiap periode pengukuran dilakukan untuk mengetahui seberapa penting ukuran yang satu relatif terhadap yang lain. Perancangan sistem pengukuran kinerja rantai pasokan menggunakan pendekatan proses, sehingga dapat mengidentifikasi masalah dari setiap proses yang terjadi. Pada akhirnya, perusahaan dapat mengambil tindakan koreksi sebelum masalah rantai pasokan tersebut meluas. Peningkatan dan pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan di lingkungan perusahaan menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. Kinerja rantai pasokan terlebih dahulu mengidentifikasi kendala dalam rantai pasokan dan melakukan evaluasi. Salah satu alat yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja rantai pasokan adalah Data Envelopment Analysis (DEA). DEA adalah suatu teknik pengukuran kinerja berbasis program linier yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif.

18 Perumusan Masalah Munculnya perusahaan-perusahaan pendatang baru, seperti PT Pacet Segar, Ken Farm, dan Bimandiri yang menawarkan produk sayuran berkualitas merupakan tantangan bagi PT Saung Mirwan untuk mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada. Kegiatan pengelolaan manajemen rantai pasokan bukan merupakan masalah yang mudah karena melibatkan organisasi bagian hulu dan organisasi bagian hilir yang terlibat. Distribusi sayuran ke supermarket, hypermart, dan restoran di daerah Bogor dan Jakarta dituntut untuk lebih efisien sehingga dapat mengurangi biaya transportasi. Kegiatan pendistribusian sayuran mempunyai keunikan tersendiri karena sifat sayuran mempunyai keunikan tersendiri yaitu sifat sayuran yang mudah rusak, busuk, dan berkurangnya kandungan gizi. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kondisi rantai pasokan sayuran lettuce head? 2. Bagaimana nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota pada rantai pasokan komoditas lettuce head? 3. Bagaimana efisiensi anggota rantai pasokan dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA)? 4. Bagaimana perbandingan kinerja aktual PT Saung Mirwan dengan nilai indikator Supply Chain Operations Reference (SCOR)? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis kondisi rantai pasokan sayuran lettuce head. 2. Menganalisis nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota pada rantai pasokan komoditas lettuce head. 3. Menganalisis efisiensi anggota rantai pasokan dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). 4. Membandingkan perbandingan kinerja aktual PT Saung Mirwan dengan nilai indikator Supply Chain Operations Reference (SCOR).

19 Ruang Lingkup Penelitian ini dibatasi pada anggota rantai pasokan yaitu petani yang berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat dan perusahaan yaitu PT Saung Mirwan Ciawi, Bogor. Ruang lingkup penelitian adalah: 1. Keadaan deskriptif rantai pasokan komoditas lettuce head meliputi struktur rantai pasokan, entitas rantai pasokan, manajemen rantai pasokan, sumberdaya rantai pasokan, dan proses bisnis rantai pasokan. 2. Perhitungan nilai tambah dilakukan pada petani dan PT Saung Mirwan. 3. Pengukuran kinerja anggota rantai pasokan yaitu petani dan perusahaan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). 4. Membandingkan kinerja aktual PT Saung Mirwan dengan nilai indikator menurut SCOR pada industri makanan Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan dan membuat rencana kerja serta untuk lebih meningkatkan daya saing. 2. Bagi penelitian selanjutnya, sebagai bahan referensi dan informasi dalam melakukan penelitian lebih lanjut. 3. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan untuk memperluas wawasan dan khususnya untuk mahasiswa dapat digunakan sebagai referensi penelitian lebih lanjut.

20 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lettuce Head Tanaman lettuce berasal dari daerah iklim sedang seperti Asia Barat dan Amerika. Bentuk sayuran lettuce head dapat dilihat pada Gambar 1. Klasifikasi ilmiah dari Lettuce head, sebagai berikut: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Lactuca Spesies : L. sativa Nama Binomial : Lactuca sativa Gambar 1. Bentuk sayuran Lettuce head Lettucee head umumnya dikonsumsi sebagai lalapan atau sebagai hidangan pembuka yang dicampur dengan sayuran lainnya. Manfaat lettuce diantaranya adalah memperbaiki dan memperlancar pencernaan serta dapat berfungsi sebagai obat penyakit panas dalam (Haryanto, 2003). Tanaman lettuce mempunyai akar serabut dengan bulu-bulu akar yang menyebar dalam tanah. Daun lettuce berwarna hijau muda sampai hijau tua. Bentuk dan ukuran bermacam-macam tergantung jenisnya. Lettuce head yang umum dibudidayakan dapat dikelompokkan dalam empat macam yaitu head lettuce, cos lettuce, leaf lettuce,dan stem lettuce. Lettucee head disebut juga selada krop merupakan jenis selada yang mempunyai krop bulat dengan daun silang merapat. Daunnya yang berwarna hijau terang dan hijau gelap. Batangnya pendek dan hampir tidak

21 8 terlihat. Tanaman lettuce banyak dibudidayakan di dataran tinggi karena apabila dibudidayakan di dataran rendah maka tidak akan menghasilkan krop. Lettuce head ditanam pada akhir musim penghujan, karena tanaman ini tidak tahan pada musim penghujan. Lettuce head hanya mampu tumbuh baik pada ketinggian meter di atas permukaan laut, dengan derajat kemasaman tanah berkisar antara 6,5-7. Lettuce head dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu tipe renyah (crispy) dan tipe mentega (Haryanto, 2003) Ciri tipe crispy adalah membentuk krop dengan daun yang agak lepas dan tahan terhadap kekeringan dan kropnya lebih padat. Lettuce head tipe crispy memiliki beberapa varietas dengan ciri dan keunggulan yang berbeda. Tipe crispy, diantaranya adalah: 1. Kaisser, merupakan varietas yang berkualitas tinggi, ukurannya agak kecil, dan daunnya berwarna hijau terang 2. Ballade, memiliki pertumbuhan cepat dengan warna hijau terang. 3. Alpen, pertumbuhannya cepat, ukurannya sedang, dan berwarna hijau gelap. 4. Marina, merupakan varietas terbaru, sistem perakarannya kuat, ukurannya besar dan berwarna hijau terang. 5. Santa maria, ukuran besar, daun tebal dan berwarna gelap. 6. Avoncrisp, jenis ini tergolong tahan hama dan penyakit. Daunnya hijau segar dan keriting khas tipe crispy. Tipe ini merupakan pilihan terbaik untuk diusahakan 7. Webb s wonderful, jenis ini merupakan yang terkenal di Inggris, selain berpenampilan baik, jenis ini mudah beradaptasi diberbagai musim dan kondisi. Ciri tipe mentega adalah membentuk krop dengan daun yang agak lurus atau tidak keriting. Daunnya halus dan pertumbuhannya sangat cepat. Beberapa varietas lettuce head tipe mentega adalah: 1. Okayama salad, warnanya yang hijau tua, tahan terhadap panas, dan umurnya genjah. 2. Green mignonette, warnanya hijau terang, ukurannya kecil.

22 9 3. Mini star, merupakan varietas baru, ukurannya kecil, pertumbuhannya termasuk cepat, dapat dipanen pada umur hari setelah semai. 4. All the year round, varietas ini dapat ditanam sepanjang tahun tidak peduli musim. Ukurannya tergolong sedang dengan warna daun hijau pucat dan cukup tahan terhadap kekeringan Manajemen Rantai Pasokan Perkembangan manajemen rantai pasokan dimulai pada tahun 1982 sebagai pendekatan manajemen persediaan yang menekankan pada pasokan bahan baku. Manajemen rantai pasokan digunakan oleh para pimpinan perusahaan sebagai kebijakan strategis perusahaan. Kebijakan strategi digunakan sebagai keunggulan daya saing yang didukung oleh aliran barang dari hulu (pemasok) sampai ke hilir (pengguna akhir) secara efisien dan efektif. Beberapa tahapan yang harus dilalui oleh aliran barang dari hulu sampai hilir, yaitu pemasok, pabrik, distribusi, ritel dan konsumen akhir (Said, 2006). Rantai pasokan adalah suatu sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai pasokan merupakan jaringan yang terdiri dari berbagai organisasi-organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai hubungan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang dengan sebaikbaiknya (Indrajit dan Djokopranoto, 2006). Konsep rantai pasokan merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik sebagai persoalan internal masing-masing perusahaan dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara internal di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang (Indrajit dan Djokopranoto, 2006). Manajemen rantai pasokan merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk yang dihasilkan

23 10 dapat didistribusikan dengan kuantitas, tempat dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan pelanggan. Manajemen rantai pasokan bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, minimalisasi biaya dari transportasi dan distribusi sampai persediaan. Beberapa pemain utama yang memiliki kepentingan yaitu pemasok, manufaktur, distributor, ritel, dan konsumen (David et.al., 2000 dalam Indrajit dan Djokopranoto, 2006). Gambar 2 menunjukkan rancangan manajemen rantai pasokan dari pemasok awal sampai konsumen akhir. Gambar 2. Rancangan manajemen rantai pasokan dari pemasok awal sampai konsumen akhir ( Lambert, Cooper dan Pagh, 1998) Manajemen rantai pasokan adalah keterpaduan antara perencanaan, koordinasi, kendali seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasokan

24 11 untuk menghantarkan nilai superior dengan biaya termurah kepada konsumen. Rantai pasokan lebih ditekankan pada seri aliran bahan dan informasi, sedangkan manajemen rantai pasokan menekankan pada upaya memadukan kumpulan rantai pasokan (Chopra dan Meindl, 2004). Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2006), hubungan antara pemain utama dalam manajemen rantai pasokan yang mempunyai kepentingan sama, yaitu: 1. Rantai 1 adalah pemasok Jaringan bermula dari rantai ini, yang merupakan sumber penyedia bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama bisa berbentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, dan suku cadang. Jumlah pemasok bisa banyak atau sedikit. 2. Rantai 1-2 adalah pemasok ke manufaktur Manufaktur yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, merakit, mengkonversikan, atau menyelesaikan barang. Hubungan dengan mata rantai pertama mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak pemasok, manufaktur, dan tempat transit merupakan target penghematan. Penghematan sebesar 40-60% dapat diperoleh dengan menggunakan konsep kemitraan dengan pemasok. 3. Rantai adalah pemasok ke manufaktur ke distributor Dalam rantai ini terjadi kegiatan penyaluran barang jadi yang dihasilkan oleh perusahaan. Berbagai cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan, misalnya melalui distributor dan biasanya ditempuh dengan rantai pasokan. Barang dari pabrik melalui gudang disalurkan ke gudang distributor atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pedagang besar akan menyalurkan barang dalam jumlah yang lebih kecil kepada pengecer atau ritel. 4. Rantai adalah pemasok ke manufaktur ke distributor ke ritel outlets Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang digunakan untuk menyimpan barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Pada rantai ini dapat

25 12 dilakukan penghematan dalam bentuk persediaan dan biaya gudang, yaitu dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufaktur maupun ke toko pengecer. 5. Rantai adalah pemasok ke manufaktur ke distributor ke ritel outlets ke pelanggan. Pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan atau pembeli atau pengguna barang. Contoh pihak pengecer misalnya: toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, supermarket. Sebenarnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu pembeli akhir (karena pembeli belum tentu pengguna terakhir). Mata rantai pasokan baru berhenti ketika barang sudah pada pemakai langsung Kinerja Rantai Pasokan Sistem pengukuran manajemen rantai pasokan digunakan untuk menentukan apa yang akan diukur dan dimonitor serta menciptakan kesesuaian antara strategi rantai pasokan dengan metrik pengukuran, setiap periode pengukuran dilakukan untuk mengetahui seberapa penting ukuran yang satu relatif terhadap yang lain, siapa yang bertanggungjawab terhadap suatu ukuran tertentu adalah sebagian dari pertanyaan yang harus dijawab pada waktu mengembangkan sistem pengukuran kinerja rantai pasokan (Pujawan, 2005). Menurut Pujawan (2005), sistem pengukuran kinerja digunakan untuk: 1. Melakukan monitoring dan pengendalian. 2. Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasokan. 3. Mengetahui relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang ingin dicapai. 4. Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing. Pengukuran kinerja rantai pasokan secara menyeluruh melibatkan semua komponen anggota rantai pasokan mulai dari pemasok sampai konsumen. Model pengukuran kinerja rantai pasokan yang ada dan

26 13 diterapkan di lapangan mengacu pada kegiatan- kegiatan rantai pasokan dalam satu organisasi yang secara umum meliputi kegiatan pengadaan, perencanaan produksi, produksi, pemenuhan pesanan pelanggan, dan pengembalian (Pujawan, 2005) Pengukuran kinerja rantai pasokan bertujuan untuk mendukung tujuan, evaluasi, kinerja dan penentuan aksi di masa depan pada tingkat strategi, taktik dan operasional. Oleh karena itu, dibutuhkan studi pengukuran dan indikator dalam kontek manajemen rantai pasokan karena dua alasan yaitu : i) kurangnya pendekatan yang seimbang dan ii) kurang jelasnya perbedaan antara indikator pada level strategi, taktik dan operasional (Gunasekaran et. al., 2004). Untuk memperluas aliran barang dan informasi ada enam titik kritis yang digunakan untuk mencapai rantai pasokan yang terintegrasi, antara lain: 1) integrasi pelanggan, 2) integrasi internal, 3) integrasi pemasok, 4) integrasi teknologi dan perencanaan, 5) pengukuran integrasi, dan 6) hubungan integrasi (Bowersox et. al., 2000). Beberapa metode yang digunakan untuk pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan, yaitu balanced scorecard, data envelopment analysis, dan SCOR. Tabel 3 menunjukkan kelebihan dan kelemahan dari metode tersebut.

27 14 Tabel 3. Kelebihan dan kelemahan metode pengukuran rantai pasokan Metode Kelebihan Kelemahan Balanced scorecard Pengukuran yang seimbang antar semua aspek. Mengukur faktor finansial dan non-finansial Strategi pada manajemen puncak dan aksi pada manajemen menengah terhubung dan lebih fokus Data Envelopment Analysis Supply chain operations reference (SCOR) Sumber: Aranyam et.al., 2006 Mencakup input dan output Menghasilkan informasi yang detail tentang efisiensi perusahaan Tidak memerlukan spesifikasi parametrik dari bentuk fungsional Menilai kinerja keseluruhan dari rantai pasok Pendekatan yang seimbang Kinerja rantai pasok dalam berbagai dimensi 2.4. Indikator Kinerja Berbasis Model SCOR Implementasi yang lengkap dapat bertahap Membutuhkan dukungan data yang intensif Pendekatan deterministik Tidak secara eksplisit menempatkan pelatihan, kualitas, teknologi informasi dan administrasi Tidak menggambarkan setiap proses atau kegiatan bisnis Model Supply-Chain Operations Reference (SCOR) adalah suatu model yang dikembangkan oleh dewan rantai pasokan yang bersifat bebas dan tidak mengutamakan laba di Amerika Serikat. Model ini digunakan untuk mengukur kinerja total rantai pasokan perusahaan dan untuk meningkatkan kinerjanya secara keseluruhan. Model SCOR meliputi penilaian terhadap pengiriman dan kinerja pemenuhan permintaan, pengaturan inventaris dan aset, fleksibilitas produksi, jaminan, biaya-biaya proses, serta faktor- faktor lain yang mempengaruhi penilaian kinerja keseluruhan pada sebuah rantai pasokan (Supply Chain Council, 2008). Menurut Pujawan (2005), model SCOR mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yang berfungsi sebagai kerangka lintas fungsi dalam rantai pasokan. Ketiga elemen tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda, yaitu:

28 15 1. Rekayasa ulang proses bisnis adalah proses kompleks yang terjadi saat ini (as is) dan mendefinisikan proses yang diinginkan (to be). 2. Patok duga adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional dari perusahaan sejenis. 3. Proses perbaikan dan peningkatan (evaluasi) berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan memperbaiki proses- proses rantai pasokan. SCOR merupakan alat manajemen yang mencakup mulai dari pemasok, sampai kepada konsumen. Ruang lingkup metode SCOR tersebut disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Skema ruang lingkup SCOR (Supply Chain Council,2008) Model SCOR membagi proses rantai pasokan menjadi lima proses inti, yaitu: perencanaan (plan), pengadaan (source), produksi (make), distribusi (deliver), dan arus balik (return). Kelima proses tersebut mempunyai fungsi yang berbeda: 1. Proses Perencanaan (plan) Proses perencanaan adalah proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi dan pengiriman. 2. Proses Pengadaan (source) Proses pengadaan adalah proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses ini mencakup penjadwalan pengiriman dari pemasok, menerima, mengecek, dan memberikan otoritas pembayaran untuk barang yang dikirim pemasok, memilih pemasok, dan mengevaluasi kinerja pemasok.

29 16 3. Proses Produksi (make) Proses produksi adalah proses untuk mentranformasikan bahan baku atau komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Proses ini mencakup penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengecekan kualitas, mengelola barang setengah jadi, memelihara fasilitas produksi. 4. Proses pengiriman (deliver) Proses pengiriman adalah proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang atau jasa. Proses ini menangani pesanan dari pelanggan, memilih jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi, dan mengirim tagihan ke pelanggan. 5. Proses arus balik (return) Proses arus balik adalah proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena beberapa alasan. Proses ini mencakup identifikasi kondisi produk, menerima otorisasi, pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian. Kriteria yang digunakan dalam pengukuran kinerja rantai pasokan disebut dengan atribut kinerja yang meliputi reliabilitas rantai pasokan, responsivitas rantai pasokan, fleksibilitas rantai pasokan, biaya rantai pasokan, dan manajemen aset rantai pasokan. Masing-masing dari atribut kinerja tersebut terdiri dari satu atau lebih indikator level 1. Metrik adalah ukuran yang dapat diverifikasi, diwujudkan dalam bentuk kuantitatif ataupun kualitatif, dan didefinisikan terhadap suatu titik acuan ( reference point) tertentu. Tabel 4 menunjukkan atribut kinerja manajemen rantai pasokan beserta indikator kinerja.

30 17 Tabel 4. Atribut Kinerja Manajemen Rantai Pasokan beserta indikator Kinerja Atribut Kinerja Definisi Indikator Level 1 Reliabilitas Rantai Pasokan Responsivitas Rantai Pasokan Fleksibilitas Rantai Pasokan Biaya Rantai Pasokan Manajemen Aset Rantai Pasokan Kinerja rantai pasokan perusahaan dalam memenuhi pesanan pembeli dengan; produk, jumlah, waktu, kemasan, kondisi, dan dokumentasi yang tepat, sehingga mampu memberikan kepercayaan kepada pembeli bahwa pesanannya dapat terpenuhi dengan baik Waktu (kecepatan) rantai pasokan perusahaan dalam memenuhi pesanan konsumen Keuletan rantai pasokan perusahaan dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan pasar untuk memelihara keuntungan kompetitif rantai pasokan Biaya yang berkaitan dengan pelaksanaan proses rantai pasokan Efektifitas suatu perusahaan dalam manajemen aset untuk mendukung terpenuhinya kepuasan konsumen Sumber: SCOR Version 6.1 Supply Chain Council, 2001 Pemenuhan pesanan sempurna Kinerja pengiriman Rata- rata pengisian Waktu tunggu pemenuhan pesanan Fleksibilitas rantai pasokan Fleksibilitas produksi Biaya total manajemen rantai pasokan Biaya pokok produksi Biaya pemasaran dan administrasi Biaya garansi atau pengembalian Siklus cash to cash Persediaan harian Pergantian modal Penjelasan dari indikator level 1, adalah sebagai berikut: 1. Indikator pemenuhan pesanan sempurna adalah indikator yang menerangkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen. Pemenuhan permintaan secara sempurna meliputi ketepatan jenis produk yang dipesan, ketepatan waktu pengiriman, ketepatan jumlah pengiriman, ketepatan tempat pengiriman, dan ketepatan dokumentasi data pengiriman. 2. Indikator kinerja pengiriman adalah persentase pengiriman pesanan tepat waktu dan penuh yang sesuai dengan tanggal pesanan konsumen dan atau tanggal yang diinginkan konsumen. 3. Indikator rata-rata pengisian adalah persentase jumlah permintaan konsumen yang dipenuhi tanpa harus menunggu.

31 18 4. Indikator waktu tunggu pemenuhan pesanan adalah waktu yang dibutuhkan pelanggan memesan produk sampai pesanan tersebut diterima. 5. Indikator fleksibilitas rantai pasokan adalah waktu yang dibutuhkan untuk merespon rantai pasokan (perencanaan, mencari, membuat, dan pengiriman) yang tidak direncanakan baik penurunan atau peningkatan permintaan tanpa biaya penalti. 6. Indikator fleksibilitas produksi adalah indikator yang menerangkan kemampuan perusahaan dalam melayani peningkatan pesanan yang tidak terduga sebesar 20%. 7. Indikator biaya total manajemen rantai pasokan adalah menerangkan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan penanganan bahan mulai dari pemasok sampai ke konsumen. 8. Indikator biaya pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk, dari bahan mentah menjadi barang jadi. 9. Indikator biaya pemasaran dan administrasi adalah biaya tidak langsung dari pemasaran, administrasi dan biaya pendukung suatu produk. 10. Indikator biaya garansi atau pengembalian adalah biaya langsung dan tidak langsung yang dikembalikan karena produk rusak. 11. Indikator siklus cash to cash adalah menerangkan perputaran keuangan perusahaan mulai dari pembayaran bahan baku ke pemasok, sampai pembayaran atau pelunasan produk oleh konsumen. 12. Indikator persediaan harian ( inventory days of supply) adalah lamanya persediaan cukup untuk memenuhi kebutuhan apabila tidak ada pasokan lebih lanjut. Setelah pengukuran kinerja rantai pasokan selesai, kemudian dilanjutkan dengan menentukan target pencapaian yang dibutuhkan perusahaan untuk menghasilkan kinerja yang terbaik dan mampu memenangkan persaingan pasar. Penentuan target pencapaian tersebut dapat dilakukan dengan proses patok duga. Patok duga merupakan proses membandingkan kondisi perusahaan saat ini dengan kondisi perusahaan kompetitor yang paling maju di bidangnya. Data pembanding yang

32 19 digunakan adalah berasal dari perusahaan-perusahaan yang terbaik di kelasnya tersebut. Pada proses patok duga suatu perusahaan berusaha untuk meningkatkan atribut kinerja sampai pada titik target yang dikehendaki yang dinyatakan dalam status superior, advantage (keuntungan), dan parity (standar). Jika ditetapkan dalam status superior, maka target patok duga yang ditetapkan adalah target yang tertinggi dan merupakan kinerja yang tertinggi bagi perusahaan. Status advantage adalah target menengah yang ingin dicapai oleh perusahaan dan sudah menguntungkan bagi perusahaan. Status parity apabila kinerja yang dikehendaki adalah rata-rata diantara kompetitor, maka target patok duga adalah meningkatkan atau mempertahankan kinerja aktual (Bolstroff, 2003) Konsep Nilai Tambah Pada proses distribusi komoditas pertanian terjadi arus yang mengalir dari hulu ke hilir, yang berawal dari petani dan berakhir pada konsumen akhir. Komoditas pertanian mendapat perlakuan-perlakuan seperti pengolahan, pengawetan, dan pemindahan untuk menambah kegunaan atau menimbulkan nilai tambah. Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu dengan cara menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran (Sudiyono dalam Feifi, 2008). Pengertian nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapatkan perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai yang dikeluarkan selama proses berlangsung. Tujuan nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku bisnis dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh sistem komoditas. Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen yang dapat dinyatakan secara fungsi sebagai berikut (Sudiyono dalam Feifi, 2008). Nilai Tambah = f { K, B, T, U, H, h, L }... (1) Keterangan: K = Kapasitas produksi B = Bahan baku yang digunakan T = Tenaga kerja yang digunakan

33 20 U = Upah tenaga kerja H = Harga output h = Harga bahan baku L = Nilai input lain (nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses perlakuan untuk menambah nilai) Informasi yang dihasilkan melalui analisis nilai tambah dengan metode hayami adalah: 1. Perkiraan besarnya nilai tambah 2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan, menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk 3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerja langsung. 4. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah. 5. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha karena menanggung risiko usaha. 6. Tingkat keuntungan pengolahan terhadap nilai output, menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai tambah. 7. Marjin pengolahan (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. 8. Persentase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin. 9. Persentase keuntungan perusahaan terhadap marjin. 10. Persentase sumbangan input lain terhadap marjin Data Envelopment Analysis Data Envelopment Analysis (DEA) pertama kali diperkenalkan oleh William Charnes, Abraham Cooper, dan Edwardo Rhodes pada tahun 1978 yang merupakan pengembangan dari konsep yang menghubungkan perhitungan teknis dan efisiensi produksi yang ditemukan oleh Farrel pada tahun DEA adalah metode matematika non parametrik berdasarkan teknik pemrograman linear untuk mengevaluasi efisiensi dari masingmasing unit yang dianalisis. DEA merupakan suatu teknik pengukuran kinerja berbasis program linier yang digunakan untuk mengevaluasi

34 21 efisiensi relatif dari decision making unit (DMU) dalam perusahaan atau organisasi. DEA mengukur tingkat ketidakefisienan dengan membandingkan hasil pencapaian DMU tersebut terhadap nilai yang efisien yang terbentuk oleh DMU dengan nilai yang belum efisien. Setiap unit pengambilan keputusan diasumsikan bebas menentukan bobot untuk menentukan variabel output atau input. DEA dapat mengukur beberapa input dan output, serta mengevaluasi secara kuantitatif dan kualitatif, sehingga memungkinkan suatu perusahaan untuk membuat keputusan yang baik pada tingkat efisiensi dari unit yang dianalisis (Homepage DEA, 2007). Model yang menghitung efisiensi maksimum menurut Gofindarajan (2007), adalah:... (2) Keterangan: s1 = Unit keputusan yang akan dievaluasi Ur = Bobot dari output Vi = Bobot dari input Yrj = Nilai output Xij = Nilai input Langkah-langkah dalam proses DEA, adalah: 1. Identifikasi Decision Making Unit (DMU) atau unit yang akan diobservasi beserta input dan output pembentuknya. 2. Membentuk efficiency frontier dari data yang ada. 3. Menghitung efisiensi tiap DMU di luar efficiency frontier untuk mendapatkan target input dan output yang diperlukan untuk mencapainya. Keunggulan DEA adalah: 1. Dapat digunakan untuk menangani banyak input dan output. 2. Tidak membutuhkan asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output. 3. DMU dibandingkan secara langsung dengan sesamanya. 4. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.

35 22 Kelemahan metode DEA adalah: 1. Bersifat sample specific. 2. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran dapat berakibat fatal. 3. Hanya mengukur efisiensi relatif dari DMU bukan efisiensi absolut. 4. Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan. 5. Menggunakan perumusan linear programing terpisah untuk setiap DMU. DEA merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja decision making unit. Dari hasil DEA dapat diketahui efisiensi kinerja suatu organisasi dibandingkan dengan kinerja organisasi lainnya. Selain itu, juga dapat diketahui target-target nilai yang harus dicapai agar menghasilkan kinerja yang efisien Penelitian Terdahulu Hani (2007) melakukan penelitian mengenai analisis rantai pasokan buah kelapa dengan studi kasus di Kotamadya Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan rantai pasokan buah kelapa tua di kota Bogor serta menganalisis efisiensi rantai pasokan buah kelapa muda. Anggota rantai pasokan buah kelapa terdiri dari anggota primer dan anggota sekunder. Anggota primer terdiri dari pedagang antar wilayah (PAW), pedagang besar, pedagang eceran, konsumen serta industri. Sedangkan anggota sekunder terdiri dari lembaga jasa transportasi, pedagang kemasan, pedagang mesin pemarut dan pemeras santan, serta penyedia bahan bakar mesin. PAW yang memasok buah kelapa ke kota Bogor secara rutin berasal dari tiga wilayah yaitu, Banten, Tasikmalaya, Ciamis dan Lampung. Sistem rantai pasokan buah kelapa di kota Bogor menggunakan strategi pull. PAW hanya memasok kelapa jika diminta oleh pedagang besar. Sistem pembayaran buah kelapa kepada pihak PAW dilakukan setelah kelapa terjual kepada konsumen. Dari penelitian ada tiga aliran pasokan kelapa di Bogor, yaitu: 1. Pola I : PAW pedagang besar pedagang eceran konsumen RT 2. Pola II : PAW pedagang besar konsumen akhir

36 23 3. Pola III : PAW pedagang besar industri PAW merupakan lembaga yang memasok kelapa ke pedagang besar langsung dari wilayah asal kelapa. Untuk menganalisis besarnya margin pemasaran, maka dilihat dari saluran pemasaran, yang terdiri dari lima jenis sistem saluran pemasaran, yaitu: 1. PAW Banten pedagang besar pedagang eceran konsumen 2. PAW Tasikmalaya-Ciamis pedagang besar pedagang eceran konsumen 3. PAW Lampung pedagang besar pedagang pengecer konsumen 4. PAW Banten pedagang besar konsumen 5. PAW Tasikmalaya-Ciamis pedagang besar konsumen 6. PAW Lampung pedagang besar konsumen Berdasarkan hasil penelitian bahwa saluran ke-1 adalah saluran yang paling efisien, karena mempunyai biaya fungsional yang paling rendah dan terjadi distribusi keuntungan yang lebih adil terhadap biaya yang dikeluarkan. Saluran yang tidak melibatkan pedagang pengecer saluran ke- 5 adalah saluran yang efisien karena mempunyai biaya fungsional yang rendah. Suparno (2005) melakukan penelitian yang dilakukan pada sebuah perusahaan offset printing, yang menggunakan bahan baku utama kertas, tinta dan film. Perhitungan performansi pemasok menggunakan (DEA), yang mampu mengevaluasi tingkat efisiensi relatif sebuah Decision Making Units (DMUs), dan yang bersifat non-parametrik dan multifaktor, baik output maupun input. Kertas terdiri dari dua macam jenis yaitu coated duplex dan non coated duplex. Tinta yang digunakan perusahaan meliputi warna cyan, magenta, yellow, black, pantone, gold, silver dan blended. Perusahaan menggunakan 12 pemasok untuk kertas, 5 pemasok untuk tinta dan 7 pemasok untuk film. Penelitian ini dilakukan untuk membantu perusahaan dalam memilih supplier yang tepat bagi perusahaan, mengingat selama ini perusahaan menggunakan banyak pemasok untuk memenuhi kebutuhannya. Atribut kinerja yang akan digunakan untuk menilai pemasok adalah price, quality, delivery performance, order fulfillment, processing

37 24 time, dan technology. Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa pemasok kertas coated duplex 270 berkurang dari 12 pemasok menjadi 3 pemasok yaitu PT. Pakerin, Pura Kertas dan Dharma Abadi, untuk tinta warna cyan, pemasok yang dipilih adalah Cemani, PT. Duta Printa Sarana dan Sakata, sedangkan untuk film, pemasok yang sebaiknya dipilih oleh perusahaan adalah Dian Mas Scan, Asia Repro dan Wahidin Setting. Jaya Kertas sebaiknya meningkatkan kualitas kertas coated duplex 270 sebesar 3,68%, delivery performance sebesar 3,6%, dan order fulfilment sebesar 21,9%. Untuk PT Surya Pamenang, kualitas kertas coated duplex 270 harus ditingkatkan sebesar 8,24%, delivery performance sebesar 8,22% dan order fulfillment sebesar 33,3%. Asril (2009) melakukan penelitian untuk mengatahui indikator kinerja rantai pasokan pada komoditas brokoli. Desain indikator kinerja dibangun dengan pendekatan model SCOR, terdiri dari tingkat satu yaitu proses bisnis, tingkat dua terdiri parameter kinerja industri sayuran, tingkat tiga terdiri dari atribut kinerja, dan tingkat empat terdiri dari indikator kinerja. Proses bisnis terdiri dari perencanaan, pengadaan, budidaya, pengolahan, dan pengiriman. Faktor peningkatan kinerja terdiri dari nilai tambah, kualitas dan resiko, untuk atribut kinerja terdiri dari reliabilitas, responsibilitas, fleksibilitas atau kualitas, biaya dan aset. Indikator kinerja terdiri dari kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan sempurna, siklus pemenuhan pesanan, waktu tunggu pemenuhan pesanan, fleksibilitas pemenuhan pesanan, kesesuaian standar mutu, biaya transportasi optimal, cash to cash cycle time, dan inventory of days. Berdasarkan perhitungan analisis hirarki proses, indikator yang menjadi pilihan berdasarkan atribut kinerja adalah kesesuaian standar mutu (0,800), kinerja pengiriman (0,500), biaya transportasi optimal (1,00), cash to cash cycle time (0,750), dan waktu tunggu pemenuhan pesanan (0,667). Feifi (2008) melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja pemasok dengan metode DEA ( Data Envelopment Analysis). Dalam penelitian ini ditetapkan faktor yang digunakan sebagai input dan output untuk pengukuran kinerja. Untuk input, faktor yang digunakan adalah biaya

38 25 produksi (dalam rupiah) dan persentase jumlah reject komoditas, sedangkan output adalah pendapatan petani (dalam rupiah ), persentase pengiriman tepat waktu dan persentase pemenuhan kuantitas komoditas. Pengukuran kinerja dilakukan pada enam kelompok mitra tani yaitu daerah Pasir Muncang, Pasir Kaliki, Cijeruk, Blandongan, Bojong Murni, dan Coblong. Hasil perhitungan kinerja petani dengan DEA per bulannya menunjukkan bahwa petani Pasir Muncang merupakan petani dengan kinerja yang paling banyak menunjukkan nilai kinerja yang tidak efisien. Sementara itu, hasil perhitungan kinerja petani per semester menunjukkan bahwa pada semester satu hanya petani Blandongan dengan kinerja inefisien karena selama bulan Januari hingga Juni petani ini memiliki kalkulasi nilai pemenuhan kuantitas dan pengiriman tepat waktu yang paling rendah serta menanggung kerugian yang sangat besar, sedangkan pada semester kedua, dimana produktivitas lahan meningkat, hanya petani Cijeruk dan Bojong Murni yang menghasilkan kinerja efisien. Hal ini disebabkan karena dengan jumlah input yang lebih kecil petani Cijeruk dan Bojong bisa menghasilkan nilai output yang lebih besar dibandingkan dengan petani lainnya.

39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konsumsi sayuran dari tahun 2005 sampai tahun 2006 di Indonesia menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2005 terjadi peningkatan konsumsi sayuran sebesar 5,49% (Susenas Badan Pusat Statistik, 2008). Sayuran memiliki karakteristik yang berbeda dengan komoditas lainnya. Sifat-sifat sayuran antara lain bergantung musim, mudah busuk atau rusak (perishable), dan dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit tetapi terus-menerus. Sayuran harus dijaga dalam kondisi baik, jumlahnya sesuai, dan waktu yang tepat. Hal tersebut, membutuhkan sistem distribusi yang berkesinambungan di semua anggota rantai pasokan. Oleh karena itu, kajian rantai pasokan secara komprehensif menjadi penting untuk memberikan rekomendasi terbaik dan sesuai sehingga mewujudkan aktivitas rantai pasokan yang responsif dan berkesinambungan. Pemilihan lettuce head sebagai objek dalam penelitian karena mempunyai kompetensi yang tinggi untuk dikembangkan. Permintaan lettuce head yang meningkat menyebabkan komoditas ini perlu mendapat perhatian khusus dalam pengadaan dan distribusi. PT Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran lettuce head, dimana kurang lebih 90 persen konsumen di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Semakin berkembangnya perusahaan yang bergerak dalam bisnis lettuce head menyebabkan PT Saung Mirwan berupaya untuk memenangkan persaingan. Salah satunya dengan pengelolaan rantai pasokan yang baik agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Peningkatan dan pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan di lingkungan perusahaan menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. Kerangka pemikiran penelitian terbatas pada struktur rantai pasokan, entitas rantai pasokan, manajemen rantai pasokan, sumber daya rantai pasokan, proses bisnis rantai serta rekomendasi pengembangan yang

40 27 akan dilakukan perusahaan untuk mendapatkan manajemen rantai pasokan yang terbaik. Selain itu, mengukur besarnya nilai tambah yang dihasilkan di setiap anggota rantai pasokan. Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengukur kinerja rantai pasokan dengan menggunakan pendekatan DEA. Pengukuran kinerja diharapkan dapat menghilangkan inefisiensi dalam rantai pasokan dapat dihilangkan serta peluang-peluang perusahaan dapat dimanfaatkan melalui alokasi sumber daya yang optimal. Diagram alir kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Alur kerangka pemikiran penelitian

41 Tahapan Penelitian Penelitian terdiri dari beberapa tahapan yang diawali dengan penentuan topik sampai dengan menghasilkan kesimpulan. Tahapantahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Diagram alur penelitian

42 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April Studi kasus dilakukan pada PT Saung Mirwan yang terletak di Kampung Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor dan PT Saung Mirwan cabang Kabupaten Garut Jenis dan Metode Pengambilan Data Data yang dibutuhkan pada penelitian berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara dan penyebaran kuesioner. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan cara studi pustaka. Metode pengumpulan data terdiri dari: 1. Pengamatan langsung untuk mengidentifikasi anggota rantai pasokan dan mengetahui mekanisme rantai pasokan produk dan komoditas lettuce head yang terdiri dari struktur rantai pasokan, entitas rantai pasokan, manajemen rantai pasokan, sumberdaya rantai pasokan, dan proses bisnis rantai pasokan. 2. Wawancara dengan para petani dan PT Saung Mirwan untuk mengetahui nilai tambah. Pedoman wawancara dapat dilihat pada Lampiran Penyebaran kuesioner untuk mengetahui kondisi rantai pasokan, pengukuran kinerja mitra tani dan PT Saung Mirwan. Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran Studi literatur tentang konsep rantai pasokan, hasil-hasil penelitian terdahulu dan data-data dari PT Saung Mirwan seperti jumlah dan nama mitra tani, nama ritel dan restoran 3.5. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara untuk mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel yang benar dapat menggambarkan keadaan populasi sebenarnya. Responden yang dipilih untuk memperoleh data deskriptif tentang kondisi rantai pasokan adalah bagian kemitraan, pengadaan, produksi, dan pemasaran/distribusi. Data diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara secara mendalam, dimana

43 30 pewawancara memberikan pertanyaan yang berstruktur kepada beberapa pegawai secara perorangan. Perhitungan nilai tambah dilakukan dengan wawancara kepada mitra tani dan wawancara kepada bagian pengemasan dan bagian pemasaran PT Saung Mirwan. Pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan kepada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel, sehingga penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria mitra tani yang diukur berdasarkan kriteria petani lettuce yang terus-menerus dalam budidaya lettuce head, petani yang menanam lettuce head lebih dari bibit per musim tanam, memiliki lahan sendiri atau sebagian menyewa, serta pemilihan mitra yang didasarkan dari wawancara dengan pihak perusahaan pada bagian kemitraan. Mitra tani yang dipilih berasal dari daerah Cisurupan, Cigedug dan Cikajang. Jumlah sampel yang dipilih dalam penelitian sebanyak enam mitra tani Pengolahan dan Analisis Data Pada penelitian ini menggunakan dua macam analisis data yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Rincian prosedur dan pengolahan data penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Analisis data kualitatif untuk memperoleh gambaran secara mendalam dan objektif mengenai kondisi rantai pasokan dari produk dan komoditas lettuce head. Pengukuran kinerja rantai pasokan dilakukan pada tahun 2008 dengan cara menghitung kinerja anggota rantai pasokan setiap semesternya. Perhitungan dengan cara memaksimalkan output dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan model CCR ( constant return to scale). Bobot untuk masing-masing input dan output tersebut diperoleh melalui wawancara kepada responden yang ada di perusahaan.

44 31 Tabel 5. Prosedur dan pengolahan data penelitian Tujuan Penelitian Jenis data Metode pengumpulan data Mengetahui kondisi rantai pasokan Analisis nilai tambah dan pengukuran kinerja mitra tani Pengukuran kinerja rantai pasokan lettuce head berdasarkan kriteria input dan output yang telah ditetapkan Perbandingan nilai aktual kinerja PT Saung Mirwan dengan nilai kinerja rantai pasokan menurut SCOR Primer Primer dan sekunder Primer dan sekunder Primer dan sekunder Wawancara dan kuesioner Wawancara Wawancara pegawai perusahaan Wawancara dan data pembanding dari SCOR Alat analisa Analisis deskriptif Analisis nilai tambah menggunakan metode hayami Pengukuran kinerja rantai pasokan dengan DEA Analisis perbandingan kinerja aktual dengan nilai SCOR Pelaksanaan kegiatan Mewawancarai sumber dan mengidentifikasi proses bisnis dan kendala yang dihadapi dalam rantai pasok Mewawancarai petani untuk mendapatkan data tentang nilai tambah dan mencari data ke perusahaan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan dalam DEA Mewawancarai pihak perusahaan untuk mencari data yang berhubungan dengan kriteria pengukuran, yang terdiri dari input dan output Data yang telah dikumpulkan yaitu tentang kinerja rantai pasokan berdasarkan input dan output untuk DEA dengan nilai kinerja beberapa perusahaan makanan menurut SCOR Analisis nilai tambah diperoleh dari wawancara dengan petani dan perusahaan dan diolah dengan menggunakan metode nilai tambah hayami. Prosedur perhitungan nilai tambah pengolahan dengan metode hayami dapat dilihat pada Tabel 6.

45 32 Tabel 6. Prosedur perhitungan nilai tambah menggunakan metode hayami No Variabel Nilai Output, Input, dan Harga 1. Output (kg) (1) 2. Bahan Baku (kg) (2) 3. Tenaga Kerja Langsung (HOK) (3) 4. Faktor Konversi (4) = (1) / (2) 5. Koefisien Tenaga Kerja Langsung (HOK/kg) (5) = (3) / (2) 6. Harga Output (Rp/kg) (6) 7. Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) (7) Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) (8) 9. Harga Input lain (Rp/kg) (9) 10. Nilai Output (Rp/kg) (10) = (4) x (6) 11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) (11a) = (10) (8) (9) b. Rasio Nilai Tambah (%) (11b) = (11a) / (10) x a. Pendapatan tenaga kerja Langsung (Rp/kg) (12a) = (5) x (7) b. Pangsa tenaga kerja langsung (%) (12b) = (12a) / (11a) x a. Keuntungan (Rp/kg) (13a) = (11a) (12a) b. Tingkat Keuntungan (%) (13b) = (13a) / (10) x 100 Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin (Rp/kg) (14) = (10) (8) a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) (14a) = (12a) / (14) x 100 b. Sumbangan input lain (%) (14b) = (9) / (14) x 100 c. Keuntungan perusahaan (%) (14c) = (13a) / (14) x 100 Pengolahan DEA diselesaikan dengan bantuan software dari banxia software yaitu frontier3, dan perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel Dalam metode ini ditetapkan faktor yang digunakan sebagai input dan output. Hasil pengolahan dengan menggunakan DEA akan diperoleh kinerja petani dan perusahaan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kinerja. Kinerja rantai pasokan dibandingkan antara rantai pasokan yang efisien kinerjanya dengan rantai pasokan yang tidak efisien kinerjanya. Perbandingan kinerja PT Saung Mirwan akan dibandingkan dengan data SCOR pada target superior, dimana target superior merupakan target yang tertinggi dan merupakan kinerja yang tertinggi bagi perusahaan. Data yang digunakan adalah data pembanding pada industri makanan. Tabel 7

46 33 menunjukkan daftar nilai pembanding pada industri makanan menurut SCOR. Tabel 7. Daftar nilai pembanding pada industri makanan menurut SCOR Atribut kinerja Indikator kinerja Nilai terendah Nilai tengah Nilai tertinggi Reliabilitas Kinerja pengiriman 74,7% 85% 95% Pemenuhan per item barang 92% 95,5% 99% Pemenuhan pesanan sempurna 74% 81% 88% Responsibilita Waktu tunggu pemenuhan 10 hari 6,5 hari 3 hari s pesanan Flexibilitas Fleksibilitas rantai pasokan 60 hari 45 hari 29 hari Fleksibilitas produksi 42 hari 26 hari 10,8 hari Biaya Biaya produksi 69% 61% 53% Total biaya manajemen rantai 9,5% 6,7% 3,9% pasokan Biaya administrasi 17% 12% 7% Biaya pengembalian 1,5% 1% 0,5% Asset Siklus cash to cash 97,9 63,8 29,7 Persediaan harian Sumber: SCOR Version 6.1 Supply Chain Council, Variabel Input dan Output pada DEA Pengukuran DEA berdasarkan faktor input dan output yang dilakukan pada mitra tani dan dua jenis produk lettuce head. Variabel input adalah waktu tunggu pemenuhan, siklus pemenuhan pesanan, fleksibilitas rantai pasokan, biaya total manajemen rantai pasokan, siklus cash to cash, dan persediaan harian. Sedangkan, variabel output adalah kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan, dan kesesuaian dengan standar. Tabel 8 menunjukkan definisi indikator kinerja input dan output.

47 Tabel 8. Daftar Indikator Kinerja Pengukuran Rantai Pasokan No Atribut kinerja Indikator kinerja Input Output Satuan Cara perhitungan 1. Reliabilitas Kinerja pengiriman adalah persentase pengiriman pesanan tepat waktu yang sesuai dengan tanggal pesanan konsumen dan atau - % Pengiriman pesanan yang tepat waktu/ total pengiriman pesanan konsumen tanggal yang diinginkan konsumen Pemenuhan pesanan adalah persentase jumlah permintaan yang dipenuhi tanpa menunggu dan diukur setiap jenis produk. - % Permintaan konsumen yang dipenuhi dalam waktu dan jumlah yang sesuai&penuh/ total pesanan Kesesuaian dengan standar atau mutu - % Pengiriman yang sesuai/ jumlah 2. Kecepat tanggapan Waktu tunggu pemenuhan pesanan adalah menerangkan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen mulai dari pemasok sampai ke tangan konsumen 3. Fleksibilitas Fleksibilitas rantai pasokan adalah waktu yang dibutuhkan untuk merespon rantai pasokan apabila ada pesanan yang tak terduga baik peningkatan atau penurunan pesanan tanpa terkena biaya penalti pengiriman - Hari - Siklus pemenuhan pesanan - Hari Siklus (perencanaan+ pembuatan+ pengiriman) - Hari Jumlah dari siklus mencari barang+ siklus membuat+ siklus mengirim 4. Biaya Biaya total manajemen rantai pasokan adalah menerangkan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan penanganan bahan mulai dari pemasok sampai ke konsumen 5. Aset Siklus cash to cash adalah perputaran uang perusahaan mulai dari pembayaran bahan baku ke pemasok, sampai pembayaran atau pelunasan produk oleh konsumen. Persediaan harian adalah lamanya persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jika tidak ada pasokan lebih lanjut. - Rupiah Jumlah biaya dari (perencanaan+ pengadaan+ pembuatan+ pengiriman+ pengembalian) - Hari Rata- rata persediaan (hari)+ rata-rata konsumen membayar barang yang sudah diterima (hari)- rata-rata perusahaan membayar ke pemasok untuk barang yang sudah diterima (hari) - Hari Rata-rata persediaan/ rata-rata kebutuhan (hari) 34

48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Saung Mirwan didirikan oleh T. Hadinata yang memulai usahanya dengan menanam melon di atas lahan terbuka. Pada tahun 1985, perusahaan mulai mengembangkan usaha dengan menanam bawang putih seluas 7 Ha di Cipanas, Kabupaten Cianjur dan mempekerjakan karyawan sebanyak 100 orang. Namun, usaha tersebut kurang memberikan keuntungan karena banyak petani lain yang membudidayakan bawang putih. Akhirnya, pemilik perusahaan memutuskan untuk menanam kembali melon di sekitar Desa Sukamanah, Kabupaten Bogor. Pemilik perusahaan mencoba usaha menanan tanaman di dalam green house dengan menggunakan irigasi tetes. Hasil percobaan awal menunjukkan hasil yang sangat memuaskan sehingga T. Hadinata memutuskan untuk memperbesar usaha ini dengan tanaman melon, paprika, tomat, kyuri, dan shisito. Banyaknya relasi dan kedekatan T. Hadinata dengan pakar pertanian di Negara Belanda memberikan keuntungan bagi perusahaan. Para pakar tersebut memberikan konsultasi berbagai hal mulai dari masalah teknologi, informasi pasar, koperasi dan juga kemitraan pertanian. Pada tahun 1992, PT Saung Mirwan melakukan diversifikasi produk dengan percobaan memproduksi stek bunga krisan yang sudah berakar. Kemudian dilakukan percobaan produksi bunga pot dan bunga potong krisan. Kebutuhan sayuran yang bertambah menyebabkan perusahaan harus meningkatkan produksi sayurannya, baik dari segi kualitas, kuantitas, maupun jenisnya. Keterbatasan sumberdaya manusia dan lahan mengharuskan perusahaan mulai mencoba menerapkan sistem kemitraan. Pada awalnya kemitraan dimulai dengan petani kecil di sekitar perusahaan, kemudian diperluas sampai daerah Bandung dan Garut. Pasar lokal yang menjadi sasaran utama perusahaan adalah mencakup Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Selain itu, target pasar diperluas sampai ke Bandung, Surabaya, sampai Bali. Sedangkan pasar ekspor, dimulai pada tahun 1998 ke negara Hongkong, Taiwan, dan Jepang. Pada tahun

49 , PT Saung Mirwan bekerjasama dengan sebuah perusahaan dari Negara Belanda, Deliflor Chrysanten B.V melakukan percobaan stek krisan yang sudah berakar dengan membuka lahan produksi tambahan. Namun dengan alasan kondisi keamanan yang tidak kondusif, pihak Deliflor B.V menarik kerjasamanya tersebut. Visi PT Saung Mirwan adalah menjadi salah satu leader di bidang agribisnis dengan menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian. Sedangkan misinya, antara lain: 1. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan pasar. 2. Senantiasa meningkatkan kualitas produk, kualitas sumber daya manusia dan kualitas pelayanan untuk memberikan kepuasan pelanggan. 3. Mengembangkan sistem agribisnis melalui jaringan kemitraan. 4. Bekerjasama dengan berbagai lembaga penelitian untuk menerapkan teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk pelaku agribisnis Struktur Organisasi PT Saung Mirwan PT. Saung Mirwan dipimpin oleh seorang Direktur Utama (Dirut) sekaligus bertindak sebagai pemilik perusahaan yang bertanggung jawab atas segala aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. Bagan struktur organisasi PT. Saung Mirwan dapat dilihat pada Gambar 6. Dalam menjalankan tugasnya, Dirut dibantu oleh Sekretaris Direktur yang bertugas untuk mengurus segala keperluan direktur. Dirut mempunyai beberapa staf ahli yaitu Information Technology (IT) yang memberikan informasi serta masukan yang penting bagi Dirut dalam pengambilan keputusan, Quality Assurance (QA) yang memberikan masukan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan memenuhi standar serta Research and Development (R&D) yang bertugas untuk mengembangkan dan melakukan penelitian terhadap inovasi produk dan penelitian untuk produksi.

50 37 Gambar 6. Struktur organisasi PT Saung Mirwan Dirut PT. Saung Mirwan membawahi tiga orang direktur, yaitu Direktur Bidang Umum, Direktur Bidang Komersil, dan Direktur Bidang Produksi. Direktur Bidang Umum terbagi menjadi Divisi Keuangan Dan Accounting, Divisi Human Resources dan Divisi Umum yang terbagi dalam bagian umum, bagian mekanik, bagian logistik, bagian pengamanan perusahan dan bagian rumah tangga perusahaan. Direktur Bidang Komersial terdiri dari Divisi penjualan sayur, penjualan bunga, pengadaan, kemitraan, dan pengemasan. Bagian pengadaan bertugas untuk menyediakan segala macam kebutuhan operasional produksi baik untuk produksi sayur maupun produksi bunga. Bagian penjualan sayuran bertugas melakukan hubungan kepada para konsumen dan calon konsumen. Bagian pengemasan bertugas untuk mengemas dan menyimpan sayur. Bagian kemitraan bertugas untuk mengawasi produksi sayur, menjalin hubungan yang baik dengan para petani, dan pengawasan di lapangan. Direktur bidang produksi terdiri dari divisi Kebun Sukamanah, Kebun Lemah Nendeut, Kebun Cipanas, Kebun Lembang, dan Kebun Garut. Bagian produksi bertugas untuk melakukan produksi bunga dan sayuran yang meliputi bibit bunga ( rooted/unrooted cuttings), bunga pot, bunga potong, dan berbagai macam jenis sayuran.

51 Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di dua tempat yang berbeda, yaitu Kabupaten Garut dan Kabupaten Bogor, dimana Kabupaten Bogor merupakan kantor pusat dari PT Saung Mirwan. Lokasi yang dipilih untuk sampel mitra tani berada di Kabupaten Garut. Letak gografis Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Tenggara pada koordinat 6º56'49-7º45'00 Lintang Selatan dan 107º25'8-108º7'30 Bujur Timur. Kabupaten Garut terdiri atas 42 kecamatan, yang dibagi lagi atas 420 desa dan 19 kelurahan. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar Ha (3.065,19 km²) dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang Sebelah Timur : Kabupaten Tasikmalaya Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar dengan permukan laut sampai wilayah dataran tinggi. Wilayah yang berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut terdapat di kecamatan Cikajang, Cisurupan, dan Pamulihan. Daerah dataran tinggi ini cocok untuk produksi sayuran, misalnya kentang, wortel, kubis, brokoli, bunga kol. Wilayah yang berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut terdapat di kecamatan Pakenjeng, Banjarwangi, Malangbong. Wilayah yang terletak pada ketinggian meter di atas permukaan laut terdapat di kecamatan Cisompet, Cikelet, Cibalong, dan Bungbulang. Wilayah yang terletak di ketinggian kurang dari 100 meter di atas permukaan laut terdapat di kecamatan Mekarmukti, Cisewu, Pamaeungpeuk. PT Saung Mirwan berlokasi di Jl. Cikopo Selatan No. 134 Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi tersebut berada sekitar 670 m di atas permukaan laut pada 6-41 o LS dan 104,54 BT. PT Saung Mirwan berjarak 5 km ke arah selatan dari jalan raya Gadog dan berjarak sekitar 25 km dari kota Bogor.

52 39 Kecamatan Megamendung memiliki luas wilayah administratif sebesar 4.006,3 Ha dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Jonggol Sebelah Timur : Kecamatan Cisarua Sebelah Selatan : Kecamatan Ciawi Sebelah Barat : Kecamatan Ciawi Keadaan topografi Kecamatan Megamendung yang berbukit-bukit, datar dan miring dengan jenis tanah latosol coklat kemerahan. Desa Sukamanah memiliki curah hujan tahunan rata-rata sekitar mm, sedangkan suhu rata-rata pada siang hari berkisar antara C, sedangkan pada malam hari berkisar antara C dengan kelembaban berkisar antara 70-80%. Luas areal yang dimiliki PT Saung Mirwan adalah 11 Ha, sedangkan areal 4 Ha untuk areal greenhouse dengan konstruksi besi dilengkapi dengan peralatan yang modern dan sarana penunjang untuk kegiatan pengepakan, penyortiran, serta penyimpanan hasil produksi (cool storage). Sedangkan sisa lahan seluas 7 Ha digunakan untuk produksi sayur, areal kantor, serta rumah tempat tinggal pemilik Budidaya Lettuce Head Proses budidaya yang dilakukan mitra tani terdiri dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen. Perbedaannya terletak pada penggunaan pupuk dan pengendalian penyakit. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman dan modal yang memiliki oleh masing-masing petani. Petani yang sudah berpengalaman atau petani yang memiliki modal besar akan menggunakan pupuk dan pestisida yang sesuai standar. Budidaya lettuce head memerlukan waktu selama 55 sampai 60 hari. Penjelasan dari proses budidaya dijelaskan sebagai berikut: 1. Persiapan Lahan Lahan yang digunakan petani umumnya merupakan lahan yang telah ditanami oleh komoditas lain. Kegiatan persiapan lahan berupa pengolahan tanah pembuatan bedengan dan pemberian pupuk di atas bedengan. Tujuan utama pengolahan tanah adalah menyediakan media tumbuh yang baik bagi

53 40 tanaman. Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya. Pengolahan tanah dilakukan satu minggu atau tiga hari sebelum tanam dengan cara mencangkul tanah. Kegiatan selanjutnya adalah pembuatan bedengan. Lebar bedengan yaitu 80 cm sampai 130 cm dengan panjang disesuaikan dengan panjang lahan. Unsur hara yang tersedia dalam tanah tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman sehingga diperlukan pemupukan. Pemberian pupuk kandang dilakukan dengan cara disebar di atas bedengan. Pemberian pupuk dasar lainnya yang biasa digunakan adalah urea, ZA, SP-36, dan KCL. Kegiatan selanjutnya adalah pemasangan mulsa yang berguna untuk melindungi tanaman, meminimalisasi gulma yang tumbuh dan dapat menjaga kelembaban tanah. Pemasangan mulsa dipasang dengan menutup permukaan bedengan. Bagian ujung dipatok agar mulsa tidak lepas. Mulsa selanjutnya dilubangi untuk penanaman dengan diameter sekitar 10 cm. 2. Penanaman Kegiatan penanaman dilakukan setelah pemasangan mulsa plastik dan pembuatan lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan yaitu 30x30 cm dengan kedalaman penugalan umumnya sama yaitu 1,5 cm. Bibit yang akan ditanam dilakukan seleksi terlebih dahulu yaitu bibit yang pertumbuhannya baik dan tidak terserang penyakit. Cara penanaman yaitu bibit dikeluarkan dari plastik dengan tanah yang masih menempel pada akar. Kemudian bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam yang sudah dibuat. 3. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan terdiri dari penyiangan gulma, penyiraman, pemupukan, dan penyemprotan terhadap hama tanaman. Pada musim kemarau, air yang digunakan untuk penyiraman diambil dari saluran air yang dibuat di sekitar lahan. Intensitas pengairan di musim kemarau disesuaikan dengan keadaan lahan yaitu 1-2 minggu sekali. Gulma merupakan saingan tanaman dalam kebutuhan air, unsur hara, sinar matahari dan juga kemungkinan menjadi tanaman inang hama sehingga perlu dilakukan penyiangan. Penyiangan mulai dilakukan pada tanaman umur 20 hari setelah tanam atau berumur tiga minggu. Penyiangan dilakukan dengan mencabuti rumput tanaman liar yang tumbuh diantara tanaman. Pemupukan susulan dilakukan pada saat tiga minggu setelah

54 41 tanam. Pupuk tambahan yang biasa digunakan adalah urea atau ZA. Pemberian pupuk susulan dikenal petani dengan menyuntik. Pemberian nama menyuntik karena dengan cara membuat lubang didekat tanaman menggunakan tugal, kemudian pupuk dimasukkan. Serangan penyakit biasanya pada musim hujan cukup berbahaya, sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan secara intensif. Penyemprotan dilakukan satu minggu sekali sehingga dalam satu musim tanam sebanyak 4-7 kali penyemprotan. Hama yang biasa menyerang tanaman lettuce yaitu ulat, belalang dan kutu daun. Penyakit yang biasa menyerang yaitu kutu busuk daun, busuk rhizoctonia, bercak daun dan penyakit tepung yang disebabkan oleh jamur. Pestisida dan fungisida yang biasa digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit yaitu Decis, Dithane, Matador, Curacron, Simbus, Antracol, dan Daconil. Pemberian pupuk daun atau penggunaan zat pengatur tumbuh dilakukan bersamaan dengan penyemprotan pestisida dengan mencampurkan larutan pupuk tambahan tersebut ke dalam campuran pestisida dengan mencampurkan larutan pupuk tambahan ke dalam campuran pestisida atau fungisida. 4. Panen Tanaman dapat dipanen sekitar hari. Tanaman yang dapat dipanen jika krop sudah penuh. Cara panen lettuce ada dua cara yaitu dipanen bersamaan dengan cara dicabut atau dengan cara memotong lettuce di atas permukaan tanah dengan menggunakan pisau. Waktu panen yaitu pagi hari agar tetap segar dan dapat langsung dikirim ke perusahaan. Tanaman yang dipanen dipilih sesuai dengan kriteria panen. Gambar 7 menunjukkan diagram alir proses budidaya lettuce head dengan asumsi luas lahan m 2.

55 Gambar 7. Diagram Alir Proses Budidaya Lettuce Head No Tahapan budidaya Lambang Bahan yang dipakai/ m Lama waktu Waktu (minggu ke-) 1. Pengolahan tanah - 5 hari -3 sebelum tanam 2. Pemberian dolomit 120 kg 1 hari -3 sebelum tanam 3. Pemberian pupuk kandang kg 2 hari -2 sebelum tanam 4. Pemasangan mulsa 1,25 rol 1 hari -2 sebelum tanam 5. Mengambil bibit pohon 1 hari -2 sebelum tanam 6. Penyemprotan pestisida 0,84 liter 1 hari -1 sebelum tanam Keterangan Mengolah tanah menjadi gembur dan membuat bedengan dengan lebar 80 cm Menaburi permukaan tanah dengan dolomit agar tetap terjaga keasamannya Memberi pupuk kandang di atas bedengan Menutup bedengan dengan mulsa dan memasang patok bambu di ujungnya Mengambil bibit dari perusahaan kemudian ditaruh di lahan terbuka agar adaptasi Menyemprotkan ke tanah untuk mengusir ulat grayak 7. Penanaman pohon 4 hari Minggu tanam Menanam bibit ke dalam lubang tanam 8. Penyiangan 1-3 hari 1 setelah tanam Menyiangi rumput yang ada di dalam lubang tanam dan penyulaman 9. Penyemprotan 1 0,84 liter 1 hari 1 setelah tanam Menyemprot tanaman untuk mengusir hama dan menyemprot pupuk daun 10. Pemupukan 1 43 kg 2 hari 2 setelah tanam Memberi pupuk Phonska, NPK, ZA ke lubang tanam 11. Penyiangan 2-3 hari 4 setelah Menyiangi rumput tanam 12. Penyemprotan 2 0,84 liter 1 hari 4 setelah tanam Menyemprot tanaman untuk mengusir hama dan menyemprot pupuk daun 13. Pemupukan 2 43 kg 2 hari 5 setelah Memberi pupuk Phonska ke lubang tanam tanam 14. Penyemprotan 3 0,90 1 hari 7 setelah Menyemprot pupuk daun 42

56 tanam 15. Pemanenan - 2 hari 7-8 setelah tanam 16. Pengiriman - 2 hari 7-8 setelah tanam Keterangan: = Proses = Pemeriksaan = Penyimpanan = Pengangkutan = Penundaan = Proses gabungan Memanen tanaman yang sudah cukup umur Mengirim hasil panen ke PT Saung Mirwan 43

57 Kondisi Rantai Pasokan Lettuce Head Kondisi rantai pasokan yang dibahas terdiri dari struktur rantai pasokan, entitas rantai pasokan, manajemen rantai pasokan, sumber daya rantai pasokan, dan proses bisnis rantai pasokan Struktur Rantai Pasokan A. Anggota Rantai Pasokan Dalam sebuah rantai pasokan suatu komoditas terdapat dua jenis anggota yaitu anggota primer dan anggota sekunder. Anggota primer adalah pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam kegiatan bisnis rantai pasokan. Anggota sekunder adalah anggota rantai pasokan yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan produksi namun memiliki pengaruh dalam kegiatan bisnis. A.1. Anggota Primer Rantai Pasokan Anggota primer pada rantai pasokan komoditas lettuce head adalah petani lettuce head sebagai pemasok, perusahaan atau PT Saung Mirwan sebagai pengolah, ritel dan restoran sebagai konsumen. Koordinasi antar anggota didasari oleh kesadaran bahwa kuatnya rantai pasokan tergantung pada kekuatan seluruh elemen yang ada di dalamnya. 1. Pemasok (petani) Pemasok PT Saung Mirwan adalah para petani yang berada di sekitar areal perkebunan milik perusahaan. Petani yang menjual hasil panen ke perusahaan atau petani yang terikat kerjasama dengan perusahaan lebih dikenal sebagai mitra tani dan mitra beli. Mitra tani yaitu bentuk kerja sama antara PT Saung Mirwan dengan petani yang berlokasi di sekitar perusahaan yang terletak di Bogor, Lembang dan Garut. Mitra beli adalah bentuk kerja sama antara PT Saung Mirwan dengan petani, dimana petani memproduksi sayuran dengan modal sendiri tanpa bantuan benih dari PT Saung Mirwan. Petani menyediakan sarana produksi tanaman seperti pupuk, pestisida, obat tanaman, dan tenaga kerja. Kewajiban petani adalah harus mematuhi semua peraturan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dan keseluruhan hasil panen yang memenuhi standar kualitas harus dibeli oleh perusahaan. Selain itu, petani dilarang untuk menjual hasil panen ke perusahaan lain. Mitra tani lettuce head

58 45 tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Garut, diantaranya adalah Kecamatan Cisurupan, Cikajang dan Cigedug. 2. Perusahaan Perusahaaan yang terdapat dalam rantai pasokan lettuce head adalah PT Saung Mirwan. PT Saung Mirwan terletak di Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung, Bogor. Lettuce head yang dihasilkan oleh PT Saung Mirwan berasal dari Kabupaten Garut dan daerah Lembang, Bandung. Sebelum lettuce head diolah di PT Saung Mirwan Bogor, terlebih dahulu dilakukan sortasi dan triming. Kegiatan sortasi adalah kegiatan untuk memisahkan sayuran yang berkualitas kurang baik, seperti cacat, luka, busuk, dan bentuknya tidak normal dengan sayuran yang berkualitas baik. Triming adalah kegiatan untuk membuang sebagian lembaran pada bagian terluar lettuce head yang rusak atau busuk. 3. Konsumen (ritel dan restoran) Kegiatan pemasaran menjadi hal yang penting dalam sebuah perusahaan. PT Saung Mirwan telah menjalin kerjasama dengan beberapa ritel dan restoran yang memasarkan komoditas lettuce head. Tabel 9 menunjukkan daftar konsumen PT Saung Mirwan untuk komoditas lettuce head. Tabel 9. Daftar Konsumen Komoditas Lettuce Head Nama Konsumen Alamat Rata- rata pemesanan/hari Burger King Kelapa Gading, Jakarta Utara 10 kg Senayan City, Jakarta Pusat 10 kg Plasa Grand Indonesia, Jakarta Pusat 10 kg Thamrin, Jakarta pusat 10 kg Cilandak Town Squre, Jakarta Timur 10 kg Carefour MT. Haryono, Cawang 10 kg TAMIN 1, Taman Mini Indonesia 10 kg Lebak Bulus, Jakarta Selatan 10 kg Diamond Fatmawati, Jakarta 10 kg Arta Gading, Jakarta Utara 10 kg Matahari 90% matahari di Jakarta 10 kg Farmer Kelapa Gading, Jakarta Utara 10 kg Serpong, Tangerang 10 kg Mc Donald Gudang pusat di Pulo Gadung 100 kg Sumber: Divisi Pemasaran Sayuran PT Saung Mirwan, 2009

59 46 4. Aktivitas Anggota Rantai Pasokan Petani melakukan pembelian sarana produksi tanaman seperti pupuk, pestisida, obat tanaman dari toko pertanian terdekat. Petani juga membeli bibit dari PT Saung Mirwan dengan sistem kredit atau meminjam bibit artinya bibit yang dipinjam akan dibayarkan setelah hasil panen dikirim ke perusahaan. Petani tidak melakukan sortasi dan triming terlebih dahulu, tetapi PT Saung Mirwan yang melakukan sortasi dan triming. Komoditas yang tidak sesuai standar kualitas dikembalikan ke petani dan biaya bibit akan dibayar pada periode selanjutnya jika petani tersebut masih menanam lettuce head. Informasi pasar atau harga tidak terbuka bagi seluruh mitra tani. Mitra tani hanya mengetahui harga jual lettuce head yang diberlakukan sama untuk semua mitra tani lainnya. Keterbukan PT Saung Mirwan sangat diharapakan oleh petani. Hal ini diperlukan untuk menjaga loyalitas petani agar mereka mengetahui harga jual lettuce head kepada ritel dan restoran sehingga petani tidak dirugikan. Selama proses kemitraan harga beli dari petani tidak bertambah, sedangkan petani harus membeli sarana produksi tanaman yang semakin mahal. PT Saung Mirwan sebagai procesor melakukan aktivitas pembelian dan penjualan. Aktivitas pembelian antara lain perusahaan membeli benih untuk produksi lettuce head, membeli bahan kemasan dari pemasok non sayur. Aktivitas penjualan berhubungan dengan konsumen yaitu ritel dan restoran. Aktivitas fisik yang dilakukan PT Saung Mirwan adalah pengangkutan lettuce head, baik mengangkut hasil panen dari petani maupun pengiriman produk ke ritel dan restoran. Pengemasan lettuce head dilakukan dengan mengemas produk sebelum dikirim ke ritel dan restoran dalam bentuk krop dan fresh cut. PT Saung Mirwan juga melakukan penyimpanan produk setelah produk dikemas dan sebelum didistribusikan kepada ritel dan restoran. Kegiatan sortasi lettuce head yang baru diterima dari petani disesuaikan dengan standar kualitas dan permintaan konsumen. PT Saung Mirwan melakukan aktivitas pada pengemasan karena lettuce head yang dijual dalam bentuk fresh cut dan melakukan pengolahan dengan cara merajang lettuce head menjadi bentuk lembaran-lembaran. Produk fresh cut dibuat untuk mempermudah konsumen

60 47 dalam mengonsumsi seperti disisipkan dalam hamburger dan disajikan sebagai pelengkap makanan lainnya. Ritel dan restoran merupakan konsumen PT Saung Mirwan melakukan aktivitas pembelian dan penjualan. Para ritel dan restoran tidak melakukan aktivitas pengemasan karena produk yang diterima dari PT Saung Mirwan langsung dipasarkan. Restoran yang menjual humbarger tidak perlu merajang lagi daunnya karena ukurannya telah disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan. Pihak ritel juga melakukan sortasi terhadap produk yang diterima. Tabel 10 menunjukkan ringkasan kegiatan yang dilakukan oleh anggota primer pada rantai pasokan lettuce head. Tabel 10. Aktivitas Anggota Primer Rantai Pasokan Lettuce Head Aktivitas Anggota Primer Rantai Pasok Petani PT Saung Mirwan Ritel dan restoran Pertukaran Penjualan x x x Pembelian x x x Fisik Budidaya x - - Pengangkutan x/- x x Pengemasan - x x Penyimpanan - x x Fasilitas Sortasi - x x Triming - x - Informasi pasar - x x Keterangan: (x) : dilakukan (-) : tidak dilakukan (x/-) : dilakukan oleh sebagian anggota petani A.2. Anggota Sekunder Rantai Pasokan Anggota sekunder adalah pihak yang memperlancar kegiatan rantai pasokan dalam menyediakan bahan baku yang dibutuhkan mulai dari kebutuhan budidaya, pengemasan sampai kebutuhan kantor. Bahan baku untuk budidaya meliputi benih, pupuk, pestisida, dan peralatan pertanian. Bahan baku untuk pengemasan yang dibutuhkan yaitu bahan pengemasan, plastik, cetakan kardus, tryfoam, dan plastik UV. Hubungan PT Saung Mirwan dengan beberapa pemasok bahan non sayur adalah hubungan sebagai konsumen biasa atau tidak ada hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Sistem

61 48 pembayaran yang dilakukan PT Saung Mirwan dengan cara membayarnya setelah 1 bulan barang tersebut sampai di perusahaan. Gambar 8 menunjukkan prosedur pengadaan kebutuhan non sayur. Gambar 8. Prosedur pengadaan kebutuhan non sayur Prosedur pengadaan bahan baku non sayur dimulai dari setiap divisi yang membutuhkan bahan ke bagian pengadaan umum. Bagian pengadaan akan membeli bahan langsung kepada pemasok bahan non sayur dengan mengajukan purchasing order (PO) terlebih dahulu. Setelah PO disetujui oleh perusahaan pemasok, bahan atau barang langsung dapat diambil atau dikirim ke gudang PT Saung Mirwan. Barang yang ada di gudang dapat diambil oleh setiap divisi setelah mendapat persetujuan dari bagian pengadaan. Benih yang sudah dibeli akan dibagi kepada bagian penyuluh sesuai dengan kebutuhan setiap petani mitra. Tabel 11 menunjukkan pemasok non sayur di PT Saung Mirwan.

62 49 Tabel 11. Daftar Nama Pemasok Bahan Baku Non Sayur PT Saung Mirwan Jenis Barang Nama dan Alamat Pemesanan/ bulan Plastik film 30cm PT Adi Unisindo 36 rol Jl. Bandengan utara no.81, Jakarta Trayfoam PT Adi Unisindo buah Jl. Bandengan Utara no.81, Jakarta Selotip PT Adi Unisindo 12 kaleng Jl. Bandengan Utara no.81, Jakarta Karton PT Trier Jaya Purnama, Tangerang lmb PT Paramitra Gunakarya Cemerlang, Sentul lmb Plastik ukuran 25x40PE PT Sumber Plastik kg Jl.Surya Kencana, Bogor Press label PT ABC, Jl.Surya Kencana, Bogor 320 rol Stereofoam box PT Dinar Makmur, Cibinong 75 buah PT Akrilik, Tangerang Krat Happy Plastik, Jembatan 3, Jakarta 74 buah Benih PT Iswestseed Indonesia, Purwakarta 250 gram Humus (pitmos) Usaha Kecil di Ciamis 176 karung Sekam bakar Usaha Kecil di Cikajang 88 karung Sumber: Divisi Pengadaan PT Saung Mirwan, 2009 B. Pola Aliran Dalam Rantai Pasokan Menurut Pujawan (2005), pada suatu rantai pasokan biasanya ada tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama aliran barang yang mengalir dari hulu ( upstream) ke hilir ( downstream). Kedua aliran uang (finansial) yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya. Model rantai pasokan pada komoditas letuce head terdiri atas petani, perusahaan, restoran atau ritel dan konsumen akhir. Gambar 9 menunjukkan pola aliran dalam rantai pasokan lettuce head. Aliran komoditas lettuce head dimulai dari petani sebagai mitra tani. Semua hasil panen yang dihasilkan oleh mitra tani akan ditampung oleh perusahaan. Apabila target produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan tidak dipenuhi oleh mitra tani, maka perusahaan membeli lettuce head kepada mitra beli yang berada di daerah Lembang, Bandung. Harga beli yang ditetapkan oleh mitra beli lebih tinggi dibandingkan dengan harga dari mitra tani yaitu sebesar Rp /kg. Perusahaan berusaha meningkatkan produktivitas mitra tani agar meminimalkan pembelian komoditas dari mitra

63 50 beli. Hasil panen dari petani yang lokasi lahannya jauh dari perusahaan akan diambil oleh PT Saung Mirwan sendiri. Sedangkan hasil panen dari lokasi lahan yang dekat dengan perusahaan akan diangkut sendiri oleh petani. Gambar 9. Pola aliran dalam rantai pasokan lettuce head Setelah proses sortasi dan triming selesai, lettuce head disimpan sementara di ruang penyimpanan yang dilengkapi alat pendingin, sehingga penyusutan produk tidak berlebihan. Alat transportasi yang digunakan oleh PT Saung Mirwan untuk mendistribusikan lettuce head kepada ritel dan restoran menggunakan truk (mobil box) yang dilengkapi dengan alat pendingin untuk mencegah kerusakan produk sebelum sampai ke tangan konsumen. Aliran finansial pada rantai pasokan lettuce head terjadi dari konsumen, ritel atau restoran, PT Saung Mirwan dan petani. Retel membayar secara kredit kepada perusahaan yang dibayarkan setelah satu bulan komoditas tersebut dikirimkan. Petani akan menerima pembayaran dari PT Saung Mirwan sesuai dengan jumlah hasil panen yang telah disortasi dan triming. Jumlah hasil yang sesuai kriteria dikalikan dengan harga sesuai dengan grade, kemudian dikurangi jumlah bibit yang harus dibayar kepada pihak perusahaan. Sistem komunikasi sudah terintegrasi antara anggota primer dalam rantai pasokan. Aliran informasi terjadi pada konsumen akhir, ritel, restoran, perusahaan dan petani atau sebaliknya. Informasi dari perusahaan ke petani berhubungan dengan kapasitas perusahaan, status pengiriman dan berapa pesanan komoditas lettuce head yang harus dikirim ke ritel. Komunikasi antara

64 51 petani dengan perusahaan menggunakan telepon atau bagian penyuluh PT Saung Mirwan melakukan kunjungan ke petani untuk memberikan informasi terkait dengan kesepakatan harga dan keadaan pasar. Petani yang tidak memiliki sarana komunikasi menjadikan kendala untuk PT Saung Mirwan terutama dalam hal pengontrolan. Komunikasi antara PT Saung Mirwan dengan konsumen dilakukan dengan telepon dan faximile. Sedangkan antara PT Saung Mirwan dengan pemasok bahan-bahan non sayur dilakukan melalui faximile untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam pemesanan jumlah dan jenis barang Entitas Rantai Pasokan Lettuce head Entitas rantai pasokan lettuce head terdiri dari produk, pasar dan pemangku kepentingan. Penjelasan masing-masing entitas rantai pasokan sebagai berikut : 1. Produk Lettuce head merupakan salah satu sayuran eksotik dataran tinggi di Indonesia dan banyak dibudidayakan di daerah dataran tinggi, seperti di daerah Lembang (Bandung), Cianjur, dan Garut. Tanaman ini membutuhkan tempat dengan ketinggian meter di atas permukaan air laut dan tanah yang subur agar dapat membentuk krop. Budidaya lettuce head memerlukan kondisi iklim yang tepat dan perawatan yang teliti, karena tanaman ini tidak boleh memerlukan banyak air agar krop yang dibentuk tidak cepat busuk. Lettuce head merupakan sayuran yang masih baru untuk dikenal oleh masyarakat secara luas. Hal ini terbukti bahwa belum adanya penjualan yang dilakukan di pasar tradisional dan budidaya sayuran ini belum memasyarakat. Kualitas lettuce head dikelompokkan menjadi dua yaitu grade A dan B. Grade A akan dijual ke ritel dan restoran. PT Saung Mirwan hanya melakukan pengemasan untuk lettuce head yang mempunyai grade A. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan plastik UV. Lettuce head dengan grade B dilakukan pengolahan terlebih dahulu oleh PT Saung Mirwan menjadi fresh cut untuk disisipkan di antara belahan daging dan roti pada produk hamburger. Setelah produk dirajang menjadi lembaran- lembaran ( fresh cut). Produk dibungkus dalam kemasan khusus dengan berat sebesar 1 kg. Fresh cut

65 52 merupakan salah satu inovasi produk yang juga produk unggulan sehingga mampu meningkatkan pendapatan. Produk yang dihasilkan oleh PT Saung Mirwan berbeda dengan produsen sayuran lainnya. Produk PT Saung Mirwan mempunyai label berwarna hijau. PT Saung Mirwan mencantumkan tanggal kadaluarsa dan dikemas dengan plastik khusus untuk produk fresh cut. Produk fresh cut akan dijual ke restoran yang menjual humburger seperti, Burger King, MC Donald, KFC, serta restoran-restoran yang berada di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang. Tabel 12 menunjukkan kriteria kualitas komoditas lettuce head. Tabel 12. Spesifikasi kriteria (grade) Lettuce Head Kualitas Spesifikasi Tujuan pasar Harga beli (Rp/kg) Grade A Warna hijau Supermarket Bentuk krop sempurna (bulat) dan restoran Berat g Tidak ada kerusakan akibat serangan hama Tidak ada kerusakan memar, fisik Helaian daun tidak pecah Grade B 2. Pasar Warna hijau Bentuk krop lonjong Berat kurang dari 350 g Ada lubang pada helaian daun Kerusakan memar dan krop tidak terlalu padat Mc Donald, Berger King, dan KFC Sumber : Divisi Pengemasan PT Saung Mirwan, 2009 Harga jual (Rp/kg) Pasar lettuce head berbeda dengan jenis sayuran lainnya, bahkan banyak orang awam yang tidak mengenal lettuce head. Hal ini dikarenakan, sayuran lettuce head termasuk sayuran eksotik dan jenis sayuran yang hanya dibudidayakan di dataran tinggi. Sayuran lettuce head tidak diekspor ke luar negeri, karena tidak ada kelebihan komoditas untuk permintaan dalam negeri atau permintaan dalam negeri belum terpenuhi secara maksimal. Pasar dalam negeri untuk lettuce head adalah di supermarket dan restoran di daerah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, dan Bandung. Transaksi jual beli lettuce head di pasar domestik sangat sederhana. Para pelanggan mengirimkan data permintaan melalui faximile kepada PT Saung Mirwan.

66 53 3. Pemangku Kepentingan Anggota yang terlibat dalam rantai pasokan lettuce head atau yang disebut juga dengan pemangku kepentingan (stakeholder) pada dasarnya termasuk anggota rantai pasokan baik anggota primer maupun anggota sekunder. Setiap pemangku kepentingan memiliki peran masing- masing dalam rantai pasokan, yaitu sub sistem produksi (budidaya), pascapanen, distribusi, dan pemasaran. Kelancaran rantai pasokan lettuce head memerlukan koordinasi secara intensif dan efisien yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan rantai pasokan Manajemen Rantai Pasokan 1. Struktur Manajemen Struktur manajemen menjelaskan tentang aspek-aspek tindakan pada setiap tingkatan manajemen dalam anggota rantai pasokan. Tindakan tersebut menjelaskan langkah yang diambil oleh anggota rantai pasokan dalam menindaklanjuti setiap tingkat manajemen yang terdiri dari strategi, koordinasi/kolaborasi, perencanaan, evaluasi, transaksi, dan kemitraan. Petani bertindak sebagai produsen yang bertugas untuk membudidayakan lettuce head. PT Saung Mirwan membeli hasil panen lettuce head dari petani, perusahaan melakukan proses sortasi, triming, grading, pengemasan, penjadwalan tanam kepada petani, melakukan pendampingan atau penyuluhan proses budidaya dan mengevaluasi para petani. Struktur organisasi PT Saung Mirwan sudah mempunyai suatu divisi khusus yang menangani masalah distribusi, sehingga masalah distribusi dapat diatasi dengan baik. Perencanaan dan strategi yang baik dibutuhkan untuk mendukung kegiatan rantai pasokan, sehingga akan menghasilkan optimalisasi rantai pasokan. 2. Kesepakatan Kontraktual Kesepakatan kontraktual yang digunakan oleh PT Saung Mirwan kepada petani yaitu mitra tani wajib membayar kebutuhan bibit sesuai dengan luas lahan, membiayai biaya operasional, menyediakan tenaga kerja sesuai kebutuhan, mengikuti petunjuk dari penyuluh lapangan tentang teknik budidaya, mengikuti program tanam dan panen yang ditentukan pihak

67 54 perusahaan, menjual seluruh hasil produksi yang memenuhi standar kualitas yang ditentukan. Sedangkan kesepakatan antara mitra tani dengan PT Saung Mirwan adalah membantu teknik budidaya, membeli semua produk yang dihasilkan oleh pihak kedua yang memenuhi standar kualitas. Kesepakatan kontraktual antara PT Saung Mirwan dengan ritel dan restoran berupa bentuk kesepakatan tentang pembayaran dan kualitas komoditas sesuai dengan pesanan. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh para konsumen (pihak restoran dan ritel) dengan cara membayar setelah satu bulan lettuce head tersebut dikirimkan. 3. Sistem Transaksi Petani yang lokasi lahannya tidak jauh atau disekitar perusahaan maka petani mengantar sendiri hasil panennya ke PT Saung Mirwan. Hasil panen tersebut selanjutnya disortir dan kemudian diangkut ke PT Saung Mirwan untuk dilakukan proses pasca penen. Rentang harga yang dibuat oleh manajer untuk grade A Rp /kg dan grade B Rp /kg. Rencana perubahan harga langsung diinformasikan kepada petani satu minggu sebelum perubahan harga ditetapkan. Pembayaran hasil panen petani dilakukan dua minggu setelah panen setelah dilakukan sortasi dan triming. Pendapatan petani yang didapatkan dari PT Saung Mirwan berasal dari jumlah produk petani yang masuk akan dikalikan dengan harga sesuai dengan grade, kemudian dikurangi dengan bibit yang harus dibayar kepada pihak perusahaan. Pembayaran yang dilakukan oleh supermarket dan restoran dibayarkan setelah satu bulan komoditas tersebut dijual kepada konsumen akhir. 4. Kemitraan Salah satu strategi PT Saung Mirwan untuk mengatasi tingkat permintaan yang tinggi dan sumber daya lahan serta modal yang terbatas adalah mengembangkan program kemitraan dengan petani. Syarat berhasilnya suatu kerjasama dalam suatu sistem jaringan kemitraan antara lain: saling menguntungkan, saling membutuhkan, jujur dan keterbukaan. Kemitraan yang dilakukan PT Saung Mirwan berupa transfer pengalaman dan ilmu kepada petani untuk kemajuan bidang pertanian. Mekanisme untuk bergabung menjadi mitra diatur oleh bagian kemitraan

68 55 dengan memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya adalah mengisi formulir perjanjian kemitraan dan menyerahkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP). Proses kemitraan terdapat perjanjian antara pihak perusahaan dan pihak petani. Surat perjanjian berisi pasal dan identitas kedua belah pihak yang bermitra. Dalam surat perjanjian terdapat pasal yang memuat luas areal tanam petani, lokasi atau daerah penanaman. Standar kualitas tinggi diterapkan ketika produk melimpah, tetapi ketika kekurangan produksi standar kualitas lebih rendah juga diterapkan. Petani yang ingin menanam lettuce harus mengajukan permintaan jumlah bibit kepada perusahaan melalui pihak penyuluh. Perjanjian kemitraan berlaku untuk waktu yang tidak terbatas. Kerjasama dapat berakhir karena terjadi masalah atau pihak petani mengundurkan diri dari program kemitraan. Petani yang sudah resmi menjadi mitra akan melakukan penanaman dan diwajibkan melakukan pendaftaran ulang kepada Manajer Kemitraan. Manfaat yang didapat dari sistem kemitraan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Daftar manfaat yang didapat dari sistem kemitraan No Manfaat untuk perusahaan Manfaat untuk petani 1. Pendelegasian proses produksi Terkonsentrasi hanya pada bidang produksi 2. Investasi pada lahan berkurang Petani menjadi spesialis dalam beberapa produk tertentu 3. Keamanan produk di lahan Produk akan dibeli perusahaan 4. Risiko usaha terbagi Tidak terbebani masalah pemasaran dan pengangkutan 5. Terbebas dari konflik isu Pertumbuhan usaha cepat perburuhan 6. Merubah pesaing menjadi mitra Fluktuasi harga bukan merupakan masalah Alokasi penanaman diprioritaskan untuk petani yang selalu berhasil dalam budidaya. Petani yang telah disetujui melakukan penanaman akan diberikan bibit sesuai jumlah pengajuannya. Petani mitra juga dapat melakukan budidaya lebih dari satu komoditas sebagai sistem tumpang sari atas pemanfaatan lahan. Kewajiban PT Saung Mirwan dengan petani dapat dilihat pada Tabel 14.

69 56 Tabel 14. Kewajiban PT Saung Mirwan dan petani No Kewajiban perusahaan Kewajiban petani 1. Membuat rencana tanam untuk petani Menanam sayuran sesuai mitra dengan program tanam yang telah ditetapkan 2. Memberikan kegiatan penyuluhan Mengikuti dan melaksanakan secara kepada mitra tani 3. Membantu menyediakan bibit yang dibutuhkan oleh mitra tani 4. Membuat kesepakatan harga oleh kedua belah pihak 5. Semua hasil panen yang memenuhi standard kualitas harus ditampung dan dibeli petunjuk penyuluhan lapangan Menjual seluruh hasil panen yang memenuhi standar kualitas, sesuai dengan kesepakatan harga Sarana produksi dikembalikan bersamaan dengan hasil panen Contoh pengembangan kegiatan kemitraan misalnya dalam waktu satu minggu Bagian Kemitraan harus bisa menanam lettuce head sebanyak Cara ini dapat dilakukan dengan mencari mitra baru atau dengan memperbesar kapasitas penanaman lettuce head kepada setiap petani. Permasalahan kemitraan yang sering dihadapi oleh PT Saung Mirwan adalah masalah pembayaran dan spesifikasi hasil panen. Lamanya pembayaran yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan membuat sebagian petani sulit untuk melakukan budidaya lagi. Hal ini dikarenakan petani tersebut tidak mempunyai modal untuk melakukan budidaya. Petani yang menanam lettuce secara berkelanjutan tidak terpengaruh oleh adanya sistem pembayaran, karena mereka akan mendapatkan uang secara bergantian atas hasil panennya. Perbedaan persepsi tentang grade hasil panen antara mitra tani dengan PT Saung Mirwan karena petani menginginkan semua hasil panennya dapat diterima oleh PT Saung Mirwan dengan grade A, tetapi kenyataannya tidak semua hasil panennya memenuhi grade A. PT Saung Mirwan memberlakukan grade secara selektif, apabila barang yang dihasilkan oleh petani banyak sekali Sumber Daya Rantai Pasokan 1. Sumber Daya Fisik Sumber daya fisik rantai pasokan lettuce head meliputi, lahan pertanian di dataran tinggi, kondisi jalan transportasi, sarana dan prasarana

70 57 pengangkutan. Kabupaten Garut merupakan penghasil lettuce head terbesar di Jawa Barat. Lettuce head hanya membutuhkan lahan pada dataran yang tinggi yaitu pada ketinggian meter diatas permukaan laut, dengan derajat kemasaman tanah berkisar antara 6,5-7. Semakin tinggi letak lahan tersebut pertumbuhan lettuce head semakin sempurna. Luas lahan yang digunakan untuk budidaya lettuce head yaitu m 2, yang terbagi oleh 20 orang mitra tani. Sumber daya fisik yang perlu mendapat perhatian adalah kondisi jalan transportasi. Hanya ada satu jalan propinsi yang menuju ke Kabupaten Garut atau ke arah luar Kabupaten Garut, sehingga sangat memprihatinkan apabila jalan rusak atau longsor maka jalur distribusi sayuran ke Bogor sangat terganggu. Kondisi jalan yang sempit dan jumlah kendaraan yang padat, sehingga menimbulkan kemacetan. Hal ini mengganggu kelancaran distribusi lettuce head. Transportasi yang digunakan oleh PT Saung Mirwan untuk mengangkut lettuce head dari petani adalah mobil box yang dilengkapi dengan alat pendingin untuk mencegah kerusakan produk sebelum sampai ke tangan ritel atau konsumen. Kapasitas alat angkut adalah 75 krat per mobil. Saat ini, PT Saung Mirwan memiliki 12 armada truk. 2. Sumber Daya Teknologi Pembibitan dilakukan di greenhouse karena pada tahap ini rawan serangan hama sehingga dibutuhkan tempat khusus. Sistem irigasi yang dilakukan pada pembenihan dengan sistem penyiraman dengan menggunakan sprinkle. Petani masih menggunakan cara tradisional dalam budidaya lettuce head. Keterbatasan modal yang dimiliki, serta keterbatasan pengetahuan mengenai teknologi budidaya menyebabkan petani belum menggunakan teknologi yang canggih. Seperti menggunakan mesin-mesin otomatis, penyiraman tanaman dengan menggunakan sistem tetes. Contoh penggunaan teknologi dalam kegiatan budidaya lettuce head, misalnya pengendalian hama dengan sprayer, mesin pompa untuk memompa air pada musim kemarau dan menggunakan standar pupuk dan obat-obatan untuk pengendalian hama dan penyakit.

71 58 3. Sumber Daya Manusia Sumberdaya manusia yang terlibat dalam rantai pasokan lettuce head jumlahnya cukup banyak. Mitra tani yang terdapat di kabupaten Garut mencapai 50 petani. PT Saung Mirwan di Garut juga mempunyai karyawan sebanyak 20 orang. Jam kerja karyawan harian di bagian produksi dimulai pada pukul WIB sampai WIB. Karyawan bulanan di bagian kantor, jam kerja dimulai pukul WIB sampai WIB dengan istirahat sebanyak satu jam yaitu pukul WIB sampai WIB. Karyawan borongan tidak ada jam tetap, karena gaji mereka berdasarkan hasil kerja. Karyawan borongan hanya masuk apabila ada pekerjaan yang banyak dan membutuhkan karyawan yang lebih banyak. Petani juga didorong untuk berinisiatif untuk mengembangkan budidaya lettuce head secara intensif dan lebih maju untuk meningkatkan kondisi perekonomian daerah. 4. Sumber Daya Permodalan Pembiayaan khususnya di sektor pertanian masih cukup sulit karena pihak perbankan menilai pertanian merupakan sektor yang berisiko tinggi (high risk) dan tingkat turn over yang relatif rendah. Petani menggunakan modal sendiri dalam melakukan budidaya lettuce head yaitu sebesar Rp , tetapi petani sering meminjam modal dari sesama petani lettuce. Alasan petani tidak melakukan pinjaman modal ke lembaga keuangan karena sulitnya persyaratan yang diajukan oleh pihak bank dan kebanyakan petani tidak mempunyai agunan sebagai jaminan atas pinjamannya. PT Saung Mirwan tidak memberikan pinjaman berupa uang kepada petani. Perusahaan hanya menyediakan sarana bibit lettuce head. Penyediaan bibit hanya sebagai pinjaman, artinya petani harus melakukan pembayaran atas bibit yang telah digunakan Proses Bisnis Rantai Pasokan 1. Hubungan Kegiatan Bisnis Rantai Pasokan Hubungan antara petani lettuce head dengan PT Saung Mirwan bersifat saling ketergantungan. Para petani membutuhkan bibit yang diperoleh dari PT Saung Mirwan, sedangkan PT Saung Mirwan membutuhkan hasil panen untuk memenuhi permintaan. Keuntungan yang didapat petani adalah

72 59 kemudahan untuk mendapatkan bibit dan hasil panen langsung dibeli oleh PT Saung Mirwan, sedangkan perusahaan mendapatkan kemudahan dalam memenuhi permintaan pembeli. Hubungan bisnis antara PT Saung Mirwan dengan ritel dan restoran bersifat saling ketergantungan. Para ritel dan restoran membutuhkan lettuce head untuk memenuhi kebutuhan konsumen. 2. Pola Distribusi Pola distribusi tergantung pada jenis produk lettuce head yang dihasilkan. Lettuce head yang dibungkus plastik UV langsung dikirim ke ritel langsung tanpa melalui gudang primer terlebih dahulu atau langsung dikirim ke gudang masing-masing tempat ritel. Fresh cut didistribusikan menurut konsumennya, untuk konsumen Mc Donald dikirim ke gudang induk milik Mc Donald, kemudian pihak Mc Donald sendiri yang mendistribusikan ke masingmasing toko atau outlet. Konsumen Burger King langsung dikirim ke outlet masing- masing tanpa barang tersebut transit di gudang induknya. 3. Pendukung Anggota Rantai Pasokan a. Penyuluhan Salah satu bentuk dukungan yang diberikan PT Saung Mirwan kepada petani adalah pemberian penyuluhan tentang teknik budidaya yang baik, pengiriman hasil panen yang baik, cara untuk mendapatkan pinjaman modal dari lembaga keuangan, serta cara mengelola keuangan setiap petani mendapatkan uang dari PT Saung Mirwan. Penyuluhan diberikan secara langsung oleh penyuluh dari PT Saung Mirwan kepada mitra tani. Penyuluhan dilakukan setiap penyuluh datang bertemu dengan petani di sawah dengan periode selama dua minggu sekali. b. Distribusi Informasi Pasar Informasi mengenai pasar dan harga merupakan salah satu aspek yang penting. Distribusi informasi mengenai peluang pasar dimulai dari para ritel dan restoran yang mengetahui permintaan konsumen yang meningkat kemudian diteruskan kepada PT Saung Mirwan. Distribusi informasi harus lancar sehingga petani dapat mengambil peluang dan sebagai upaya meningkatkan jaringan pasar para petani. Informasi tersebut harus aktif dicari

73 60 oleh anggota rantai pasokan yang disediakan oleh Dirjen Tanaman Hortikultura dan pihak restoran serta para ritel. 4. Perencanaan Kolaboratif Perencanaan kolaboratif adalah kesatuan kerjasama dan penyelarasan informasi antara satu anggota rantai pasokan dengan anggota lainnya dalam melakukan perencanaan rantai pasokan. PT Saung Mirwan melakukan perencanaan kolaboratif dengan para mitra taninya. Para konsumen memberikan informasi mengenai jumlah permintaan lettuce head. PT Saung Mirwan melakukan perencanaan dengan cara menargetkan sebanyak bibit lettuce head yang harus ditanam setiap minggunya. Target penanaman pada minggu tanam berdasarkan pada peramalan permintaan delapan minggu ke depan. Sistem pemanenan tidak dilakukan secara bersama-sama oleh semua mitra tani, tetapi pada bagian kemitraan yang menentukan petani mana yang akan panen pada minggu tersebut. 5. Penelitian Kolaboratif PT Panah Merah selaku produsen benih lettuce head di Indonesia juga bekerjasama dengan PT Saung Mirwan untuk menghasilkan lettuce head yang berkualitas. Penelitian ini dilakukan oleh PT Saung Mirwan dengan cara mencoba varietas baru dari lettuce head untuk ditanam di lahan terbuka. Penelitian ini mencakup ketahanan varietas baru terhadap serangan hama, iklim, dan kondisi cuaca yang paling buruk. 6. Aspek Risiko Risiko yang diterima pada setiap anggota rantai pasokan berbedabeda. Risiko yang diterima petani terutama adalah gagal panen yang disebabkan oleh keadaan alam, misalnya adanya hujan yang terus menerus di pagi hari maka lettuce head akan membusuk. Saat ini risiko gagal panen sepenuhnya masih ditanggung oleh petani. Selain gagal panen, risiko yang lain adalah pengembalian hasil panen karena komoditas yang dihasilkan tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh perusahaan. Risiko yang diterima oleh PT Saung Mirwan lebih banyak daripada yang diterima oleh petani. Sistem kemitraan menyebabkan perusahaan berkewajiban membeli semua hasil panen dari petani sesuai dengan jumlah

74 61 benih yang diberikan. Jika keseluruhan petani memiliki produktivitas hasil yang baik, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi kelebihan hasil panen dari petani yang menyebabkan kelebihan persediaan. Perusahaan juga dapat mengalami kekurangan persediaan lettuce head yang diakibatkan produktivitas petani yang rendah. Kekurangan persediaan menyebabkan PT Saung Mirwan harus membeli lettuce head dari mitra beli lettuce head yang ada di Lembang, Bandung. Produk lettuce head yang dikirim kepada konsumen tidak seluruhnya diterima oleh mereka. Sortasi juga dilakukan di gudang ritel sehingga apabila lettuce head yang dikirim tidak sesuai dengan standar akan dikembalikan ke PT Saung Mirwan dan PT Saung Mirwan berkewajiban mengganti produk tersebut pada pengiriman selanjutnya. 7. Proses Trust Building Proses trust building merupakan proses untuk menumbuhkembangkan saling kepercayaan antara anggota rantai pasokan. Hubungan kepercayaan yang lemah dapat menyebabkan keengganan untuk menjalin kerjasama, distribusi informasi menjadi terhambat, karena ada aspek ketidakpercayaan sehingga salah satu pihak berusaha untuk mendapatkan keuntungan sendiri. PT Saung Mirwan telah membangun kepercayaan dengan tani mitra yang tumbuh ketika sudah diikat dengan kesepakatan kontraktual. PT Saung Mirwan melakukan kerjasama dengan mitra taninya. Kewajiban mitra tani adalah membayar kebutuhan benih sesuai dengan kebutuhan lahan, membiayai biaya operasional, menyediakan tenaga kerja sesuai kebutuhan, mengikuti petunjuk dari penyuluh lapangan tentang teknis budidaya, mengikuti program tanam dan panen yang ditentukan pihak perusahaan, menjual seluruh hasil produksi yang memenuhi standar kualitas yang ditentukan Analisis Nilai Tambah Komoditas pertanian mendapat perlakuan-perlakuan seperti pengolahan, pengawetan, dan pemindahan untuk menambah kegunaan atau menimbulkan nilai tambah. Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu dengan cara menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran. Nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapatkan perlakuan pada tahap tertentu

75 62 dengan nilai korban yang digunakan selama proses berlangsung. Tujuan dari nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku sistem dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh sistem komoditas Nilai Keuntungan pada Mitra Tani Mitra tani lettuce head tidak melakukan kegiatan apapun setelah melakukan panen. Hasil panen yang dihasilkan langsung dibawa ke perusahaan, sehingga dalam rantai pasokan petani tidak melakukan pengolahan atau pengemasan terhadap produk. Besarnya pendapatan yang diperoleh oleh petani adalah menghitung jumlah pengeluaran untuk memproduksi lettuce head dikurangi dengan pendapatan hasil panen. Ratarata petani mendapatkan keuntungan sebesar 46% per musim tanam, serta harga pokok produksi per kilogram dari hasil panen sebesar Rp dengan asumsi bahwa petani menanam lettuce head sebanyak bibit per musim tanam. Apabila petani menanam lettuce head sebanyak bibit, maka petani akan menghasilkan kg lettuce head yang terbagi menjadi grade A dan B. Perhitungan keuntungan mitra tani dapat dilihat pada Lampiran 3. Pendapatan petani yang didapatkan berbeda-beda tergantung, pada banyaknya lettuce head yang ditanam, luasnya lahan yang dimiliki oleh petani, dan kepandaian petani dalam memproduksi lettuce head. Peran penyuluh dari PT Saung Mirwan sangat dibutuhkan para petani mitra agar dapat meningkatkan jumlah produksinya Nilai Tambah PT Saung Mirwan Analisis nilai tambah dilakukan pada dua jenis produk lettuce head pada semester satu dan dua tahun Produk pertama adalah lettuce head yang dikemas dalam plastik UV dan produk kedua adalah lettuce head yang dijual dalam bentuk lembaran- lembaran (fresh cut) yang dibungkus dengan kemasan khusus. Analisis nilai tambah pada PT Saung Mirwan dapat dilihat pada Tabel 15 nilai tambah letuce head pada semester 1 dan 2 tahun Harga produk lettuce head sebesar Rp per kilogram merupakan nilai yang diterima oleh perusahaan dari penjualan lettuce head.

76 63 Nilai output merupakan hasil dari perkalian antara faktor konversi dengan harga produk per kilogram. Besarnya nilai produk Rp , artinya nilai lettuce head yang dihasilkan setiap satu kilogram adalah Rp Pengolahan lettuce head menghasilkan nilai tambah sebesar Rp , dengan rasio nilai tambah terhadap nilai produk sebesar 59,56%. Artinya untuk setiap Rp. 100, nilai output akan diperoleh nilai tambah sebesar 59,56%. Tabel 15. Perbandingan Nilai Tambah Letuce Head yang dikemas plastik UV Tahun 2008 No Ouput, Input dan Harga Satuan Semester 1 Semester 2 1. Output kg/ hari Input bahan baku kg/ hari ,5 3. Tenaga Kerja Langsung Jam/ hari Faktor Konversi % 0,99 1,00 5. Koefisien Tenaga Kerja Langsung HOK/hari 0,04 0,04 6. Harga Output Rp/kg Upah Tenaga Kerja Langsung Rp/jam Penerimaan Keuntungan 8. Harga bahan baku Rp/kg Harga input lain Rp/kg Nilai output Rp/kg a. Nilai tambah Rp/kg b. Rasio nilai tambah % 59,56 60, a. Pendapatan tenaga kerja langsung Rp/kg 60,4 57,1 b. Pangsa tenaga kerja langsung % 1,04 0, a. Keuntungan Rp/kg b. Tingkat keuntungan % 58,94 59,84 Keterangan: HOK= Hari Orang Kerja Berdasarkan analisis nilai tambah, besarnya keuntungan yang diperoleh dari pengolahan satu kilogram lettuce head menjadi lettuce head yang siap dijual sebesar Rp dengan bagian keuntungan sebesar 58,94% dari nilai tambah. Besarnya nilai tambah antara semester 1 dengan semester 2 menunjukkan bahwa pada semester 2 nilai tambah lettuce head yang dibungkus UV keuntungan dan persentase nilai tambah meningkat. Hal ini disebabkan oleh, meningkatkan output pada semester 1 sebesar 180 kg naik menjadi 192 kg di semester 2, dan turunnya harga input lain dari Rp /kg turun menjadi Rp. 988/kg.

77 64 Harga produk lettuce head sebesar Rp per kilogram merupakan nilai yang diterima oleh perusahaan dari penjualan lettuce head. Besarnya nilai produk Rp , artinya nilai lettuce head yang dihasilkan setiap satu kilogram adalah Rp Pengolahan lettuce head menjadi fresh cut menghasilkan nilai tambah sebesar Rp , dengan rasio nilai tambah terhadap nilai produk sebesar 49,68%. Tabel 16. Perbandingan Nilai Tambah lettuce head fresh cut pada Semester 1 dan 2 Tahun 2008 No Ouput, Input dan Harga Satuan Semester 1 Semester 2 1. Output kg/ hari Input bahan baku kg/ hari Tenaga Kerja Langsung Jam/ hari Faktor Konversi % 0,49 0,43 5. Koefisien Tenaga Kerja Langsung HOK/hari 0,02 0,02 6. Harga Output Rp/kg Upah Tenaga Kerja Langsung Rp/jam Penerimaan Keuntungan 8. Harga bahan baku Rp/kg Harga input lain Rp/kg Nilai output Rp/kg a. Nilai tambah Rp/kg b. Rasio nilai tambah % 55,03 49, a. Pendapatan tenaga kerja langsung Rp/kg 23,7 25,9 b. Pangsa tenaga kerja langsung % 0,59 0, a. Keuntungan Rp/kg b. Tingkat keuntungan % 54,71 49,28 Keterangan: HOK= Hari Orang Kerja Berdasarkan analisis nilai tambah, besarnya keuntungan yang diperoleh dari pengolahan satu kilogram lettuce head menjadi lettuce head fresh cut sebesar Rp dengan bagian keuntungan sebesar 49,28% dari nilai tambah. Berdasarkan hasil analisis tersebut nilai tambah yang paling besar untuk dua jenis produk lettuce head adalah lettuce yang dibungkus dengan plastik UV. Nilai tambah tersebut sebesar Rp dengan persentase nilai tambah sebesar 60,41%, yaitu pada semester dua. Penyebab besarnya nilai tambah ini karena bahan yang digunakan lebih murah yaitu hanya dibungkus dengan plastik UV dan selotip. Berbeda dengan produk fresh cut, dimana produk ini membutuhkan penanganan bahan yang banyak, yaitu:

78 65 penggunaan tenaga kerja untuk memilih dan menyortir sayuran yang baik, pencucian lembaran-lembaran sayur, perajangan, pengemasan, memasukkan ke dalam kardus, dan pelabelan. Begitu juga dengan bahan pendukung yang terdiri dari plastik khusus untuk kemasan, dan kardus untuk membungkus. Pendapatan lettuce head yang dibungkus dengan plastik UV sangat tinggi, sehingga PT Saung Mirwan dapat meningkatkan penjualannya. Tingginya sumbangan nilai tambah tersebut diikuti dengan tinginya tingkat pengembalian produk dari supermarket. Hal ini dikarenakan lettuce head yang dibungkus dengan plastik UV tidak tahan lama, mudah mengalami kerusakan dan cepat layu. Tingginya tingkat pengembalian ini dapat diatasi dengan mengurangi jumlah persediaan produk dalam ruang pendingin, menjaga produk agar tidak terkena tekanan dari benda lain, dan disimpan di ruang pendingin. Barang yang dikembalikan oleh supermarket akan diganti oleh PT Saung Mirwan, biaya pengembalian produk sebesar Rp /kg Pengukuran Kinerja Mitra Tani dengan DEA Analisis Nilai Efisiensi Mitra Tani Tahun 2008 Asril (2009) melakukan penelitian untuk mengatahui indikator kinerja rantai pasokan pada komoditas brokoli, dimana terdapat indikator kinerja rantai pasokan terdiri dari kinerja pengiriman (0,5), pemenuhan pesanan sempurna (0,5), siklus pemenuhan pesanan (0,333), waktu tunggu pemenuhan pesanan (0,667), fleksibilitas pemenuhan pesanan (0,2), kesesuaian standar mutu (0,8), biaya transportasi optimal (1), cash to cash cycle time (0,750), dan persediaan harian (0,250). Gambar 10 menunjukkan cara kerja pada DEA. Gambar 10. Alur cara kerja pengolahan data pada DEA

79 66 Pengukuran kinerja petani dilakukan untuk membandingkan kinerja antara petani yang tidak efisien dengan petani yang efisien. Dalam pengukuran kinerja petani dapat diketahui mitra tani mana saja yang harus ditingkatkan kinerjanya Tabel 17 menunjukkan daftar nilai input pengukuran kinerja mitra tani sedangkan Tabel 18 menunjukkan rekapitulasi nilai output pengukuran kinerja mitra tani pada tahun Tabel 17. Rekapitulasi Nilai Input Pengukuran Kinerja Mitra Tani Tahun 2008 SEMESTER 1 No Indikator Petani 1 Petani 2 Petani 3 Petani 4 Petani 5 Petani 6 1. Waktu tunggu pemenuhan pesanan (hari) Siklus pemenuhan pesanan (hari) 3. Fleksibilitas rantai pasokan (hari) 4. Biaya total rantai pasokan (Rp/kg) 5. Siklus cash to cash (hari) Persediaan harian SEMESTER 2 1. Waktu tunggu pemenuhan pesanan (hari) Siklus pemenuhan pesanan (hari) 3. Fleksibilitas rantai pasokan (hari) 4. Biaya total rantai pasokan (Rp/kg) 5. Siklus cash to cash(hari) Persediaan harian Tabel 18. Rekapitulasi Nilai Otuput Pengukuran Kinerja Mitra Tani Tahun 2008 SEMESTER 1 No Indikator Petani 1 Petani 2 Petani 3 Petani 4 Petani 5 Petani 6 1. Kinerja pengiriman (%) 36, ,39 44, ,9 2. Pemenuhan pesanan (%) 65,21 118,94 378,06 77,95 92,82 147,03 3. Kesesuaian dengan standar (%) 31,51 33,01 65,67 40,42 61,30 72,47 SEMESTER 2 1. Kinerja pengiriman (%) ,71 24, ,21 2. Pemenuhan pesanan (%) 131,77 105,60 139,51 150,29 134,10 106,77 3. Kesesuaian dengan standar (%) 47,35 30,87 46,16 47,35 50,94 53,51

80 67 Waktu tunggu pemenuhan pesanan selama 55 hari pada semester 1 dan 58 hari pada semester 2 yang disebabkan mitra tani yang memanen lettuce head sebelum jadwal panen yang telah ditetapkan, sehingga kualitas dan kuantitasnya tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh PT Saung Mirwan. Siklus pemenuhan pesanan selama 59 hari pada semester 1 dan 60 hari pada semester 2 karena pendeknya umur lettuce head yang dipanen dan proses pemanenannya selama 1 sampai 2 hari. Rendahnya biaya total rantai pasokan sebesar Rp pada semester 1 dan Rp pada semester 2, disebabkan oleh pupuk dan obat-obatan yang digunakan oleh setiap petani berbeda-beda. Tingginya biaya rantai pasokan disebabkan pengeluaran yang digunakan membeli obat-obatan untuk menghilangkan hama penyakit yang mengganggu tanaman. Selain itu juga, adanya musim penghujan yang menyebabkan pemborosan obat-obatan karena 80% obatobatan yang disemprotkan ke tanaman akan terbawa oleh air hujan. Siklus cash to cash yang semakin pendek karena pihak PT Saung Mirwan membayarkan hasil panen ke petani lebih cepat yaitu selama hari. Perhitungan pada fleksibilitas rantai pasokan dan persediaan harian tidak dapat dihitung pada tingkat mitra tani karena petani tidak mempunyai pesediaan hasil panen, petani tidak bisa memenuhi kenaikan pesanan yang mendadak, dan sifat sayuran lettuce head yang tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Tingginya kinerja pengiriman sebesar 44,44% pada semester 1 dan 25,71% pada semester 2, disebabkan oleh mitra tani telah mengirim hasil panennya sesuai dengan yang ditetapkan oleh perusahaan. Pemenuhan pesanan sebesar 378,06% pada semester 1 dan 150,29% pada semester 2 karena hasil panen mitra tani melebihi dari batas yang diprediksikan oleh PT Saung Mirwan. Banyaknya hasil panen dari mitra tani disebabkan oleh keadaan cuaca yang baik, pemeliharaan tanaman yang sesuai dengan standar dan waktu panen yang sesuai dengan waktu budidaya. Tingkat kesesuaian dengan standar yang mencapai 72,47% pada semester 1 dan 53,51% pada semester 2, karena mitra tani tersebut sudah menerapkan standar budidaya yang baik dan pengalaman yang dimiliki untuk menanam lettuce head.

81 68 Data yang dimasukkan ke dalam program merupakan rata-rata nilai dari masing-masing input dan output yang diperoleh pada dua semester di tahun Tabel 19 menunjukkan hasil perhitungan kinerja mitra tani lettuce head pada dua semester di tahun Tabel 19. Kinerja Mitra Tani Lettuce Head pada 2008 (dalam persen) Semester Petani 1 Petani 2 Petani 3 Petani 4 Petani 5 Petani 6 Semester 1 93,90 82,07 100,00 100,00 100,00 100,00 Semester 2 99,97 85,38 100,00 100,00 100,00 100,00 Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi kinerja pada semester satu tahun 2008 di atas ini dapat diketahui bahwa terdapat dua mitra tani yang kinerjanya tidak efisien yang tidak menunjukkan nilai 100% yaitu petani 1 dan petani 2. Efisiensi petani 2 sebesar 82,07% pada semester 1 dan 85,38% pada semester 2. Rendahnya kinerja petani 2 ini dipengaruhi oleh keadaan lahan yang kurang subur, kurangnya kontrol petani terhadap tanaman, dan lamanya waktu panen. Berdasarkan analisis data yang dihasilkan dari perhitungan data envelopment analysis, agar dapat meningkatkan kinerja petani hingga 100%, maka petani melakukan peningkatan nilai pada faktor output dan penurunan atau peningkatan nilai pada input. Tabel 20 menunjukkan peningkatan nilai pada faktor output dan penurunan nilai input pada petani petani 2 di semester satu tahun Tabel 20. Peningkatan output dan penurunan/peningkatan input mitra tani 2 semester 1 tahun 2008 Sebelum Peningkatan Sesudah Input Siklus cash to cash (hari) 14-12,41 12 Biaya total rantai pasokan (Rp/kg) , Siklus pemenuhan pesanan (hari) 64-1,7 63 Waktu tunggu pemenuhan (hari) 60 0,04 60 Output Kesesuaian dengan standar (%) 33,01 35,79 44,83 Pemenuhan pesanan (%) 118,94 21,81 144,88 Kinerja pengiriman (%) 30 21,81 36,54 Keterangan: (-) Penurunan Petani 2 adalah petani yang nilai efisiennya paling rendah di semester 1. Hal yang dilakukan agar kinerjanya menjadi 100% adalah

82 69 dengan menurunkan input yang meliputi siklus cash to cash diturunkan menjadi 12 hari. Hal yang dilakukan adalah perusahaan membayar pendapatan hasil panen lebih cepat. Biaya total rantai pasokan turun menjadi Rp /kg yaitu dengan cara petani harus melakukan budidaya sesuai dengan standar yaitu menggunakan pupuk dan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan agar biaya untuk membeli obat-obatan tidak besar. Selain itu juga, penurunan siklus pemenuhan pesanan menjadi 63 hari. Peningkatan output yang terdiri dari, kesesuaian dengan standar menjadi 44,82%, pemenuhan pesanan menjadi 114,88%, dan kinerja pengiriman hasil panen menjadi 36,54%. Gambar 11. Reference comparison antara petani 2 dengan petani 3 pada semester satu tahun 2008 (dalam %) Grafik reference comparison menunjukkan bahwa perbandingan nilai antara input dan output pada petani yang memiliki kinerja terendah dengan petani yang berkinerja 100%. Gambar 11 menunjukkan reference comparison antara petani 2 dengan petani 3 pada semester satu tahun Pemilihan petani 3 sebagai pembanding adalah kinerja petani 3 lebih baik dibandingkan dengan petani yang lainnya, letak lahan yang saling berdekatan antara petani 2 dengan petani 3, dan petani 3 menunjukkan kinerja yang efisien. Grafik tersebut menunjukkan bahwa petani 3 mempunyai nilai input yang lebih rendah pada biaya total rantai pasokan, pendeknya siklus pemenuhan pesanan, dan kinerja pengiriman. Petani 3

83 70 juga bisa menghasilkan nilai output yang lebih besar, yaitu dari segi persentase kesesuain dengan standar dan persentase pemenuhan pesanan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh para mitra tani yang kinerjanya belum mencapai, maka harus meningkatkan nilai outputnya dan menurunkan atau meningkatkan nilai inputnya. Tabel 21 menunjukkan peningkatan nilai pada faktor output dan penurunan atau peningkatan nilai input pada petani 2 di semester dua tahun Tabel 21. Peningkatan output dan penurunan/peningkatan input mitra tani semester 2 tahun 2008 Sebelum Peningkatan Sesudah Input Siklus cash to cash (hari) 13 0,07 13 Biaya total rantai pasokan (Rp/kg) , Siklus pemenuhan pesanan (hari) 60 0,06 60 Waktu tunggu pemenuhan (hari) 58-1,34 57 Output Kesesuaian dengan standar (%) 30,87 42,38 43,95 Pemenuhan pesanan (%) 105,6 29,23 136,47 Kinerja pengiriman (%) 20 17,02 23,4 Keterangan: (-) Penurunan Petani 2 adalah petani yang nilai efisiennya paling rendah di semester 2. Hal yang dilakukan agar kinerjanya menjadi 100% adalah dengan menurunkan atau mempertahankan input yang meliputi siklus cash to cash dipertahankan pada 13 hari, biaya total rantai pasokan turun menjadi Rp /kg, dan mempertahankan siklus pemenuhan pesanan pada 60 hari. Sedangkan, peningkatan output yang terdiri dari, kesesuain dengan standar menjadi 43,95%, pemenuhan pesanan menjadi 136,56%, dan kinerja pengiriman hasil panen menjadi 23,44%.

84 71 Gambar 12. Reference comparison antara petani 2 dengan petani 3 pada semester dua tahun 2008 (dalam persen) Gambar 12 menunjukkan reference comparison antara petani 2 dengan petani 3 pada semester dua tahun Grafik tersebut menunjukkan bahwa petani 3 mempunyai nilai input yang lebih rendah pada biaya total rantai pasokan. Petani 3 juga bisa menghasilkan nilai output yang lebih besar, yaitu dari segi siklus pemenuhan pesanan, siklus cash to cash, waktu tunggu pemenuhan pesanan, persentase kesesuain dengan standar, persentase pemenuhan pesanan dan persentase kinerja pengiriman. Kinerja petani 2 menunjukkan penurunan pada tahun 2008, yaitu pada semester 1 efisiensinya sebesar 82,07% turun menjadi 85,38%. Penurunan efisiensi dikarenakan oleh serangan hama penyakit, keadaan cuaca yang buruk, petani melakukan budidaya belum sesuai dengan standar, dan keadaan tanah yang kurang subur. Keadaan tersebut dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen. Hal yang dapat dilakukan oleh petani 2 agar mempunyai kinerja yang efisien, salah satunya dengan meningkatkan pemenuhan kuantitas hasil panen dan kesesuaian dengan standar yang ditetapkan oleh PT Saung Mirwan.

85 72 Peningkatan pemenuhan kuantitas ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: a. Mengoptimalkan kondisi lahan, misalnya dengan mengukur keasaman tanah dan memberikan sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan serta pestisida yang sesuai dengan standar diberikan oleh perusahaan kepada petani. b. Melakukan penyemprotan tanaman secara maksimal apabila kondisi cuaca yang buruk, karena sekitar 80% obat-obatan yang telah disemprotkan akan hilang yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kelembaban udara. c. Memilih tanaman rotasi atau tumpang sari yang tepat agar unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tetap terjaga. d. Mengontrol tanaman secara rutin dan teratur agar dapat memperkirakan pencapaian hasil panen yang optimal dan waktu panen yang tepat. Peningkatan kesesuaian standar yang ditetapkan oleh PT Saung Mirwan dapat dilakukan dengan cara: a. Menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit tanaman yang dapat menurunkan kualitas. b. Melakukan pemanenan tepat pada waktunya agar warna produk sesuai dengan syarat kualitas dari perusahaan. c. Mengusahakan pengiriman lettuce ke perusahaan dilakukan dengan cara yang tepat agar sampai di perusahaan kesegaran komoditas tetap terjaga, tidak pecah kropnya dan tetap renyah Analisis Nilai Kinerja PT Saung Mirwan Tahun 2008 Tabel 22 menunjukkan daftar nilai input pengukuran kinerja PT Saung Mirwan sedangkan Tabel 23 menunjukkan rekap nilai output pengukuran kinerja PT Saung Mirwan pada tahun 2008.

86 73 Tabel 22. Rekapitulasi nilai input pengukuran kinerja PT Saung Mirwan tahun 2008 SEMESTER 1 No Indikator Lettuce dibungkus Fresh cut plastik UV 1. Waktu tunggu pemenuhan pesanan (hari) Siklus pemenuhan pesanan (hari) Fleksibilitas rantai pasokan (hari) Biaya total rantai pasokan (Rp/kg) Siklus cash to cash (hari) Persediaan harian (hari) 7 2 SEMESTER 2 1. Waktu tunggu pemenuhan pesanan (hari) Siklus pemenuhan pesanan (hari) Fleksibilitas rantai pasokan (hari) Biaya total rantai pasokan (Rp/kg) Siklus cash to cash(hari) Persediaan harian (hari) 7 2 Tabel 23. Rekapitulasi nilai output pengukuran kinerja PT Saung Mirwan tahun 2008 SEMESTER 1 No Indikator Lettuce dibungkus plastik UV Fresh cut 1. Kinerja pengiriman (%) Pemenuhan pesanan (%) Kesesuaian dengan standar (%) SEMESTER 2 1. Kinerja pengiriman (%) Pemenuhan pesanan (%) Kesesuaian dengan standar (%) Tabel 24 menunjukkan hasil perhitungan kinerja PT Saung Mirwan untuk dua jenis produk lettuce head pada dua semester di tahun Tabel 24. Hasil Pengukuran Kinerja PT Saung Mirwan Dilihat dari Dua Jenis Produk Lettuce Head Tahun 2008 No Jenis produk Semester 1 Semester 2 1. Fresh cut 100,00 100,00 2. Lettuce head dibungkus plastik UV 100,00 100,00 Dari hasil perhitungan efisiensi kinerja pada semester satu dan dua tahun 2008 di atas dapat diketahui bahwa kinerja PT Saung Mirwan untuk produk lettuce head menunjukkan nilai 100% atau efisien. Kinerja PT Saung Mirwan sudah mencapai sempurna, artinya dengan melihat faktor input dan output tidak ada permasalahan. Kinerja PT Saung Mirwan dilihat dari jenis

87 74 produk fresh cut sudah efisien. Pengurangan nilai input dengan cara memperpendek waktu tunggu pemesanan menjadi 1 hari yaitu dengan cara mendapatkan bahan mentah dari mitra beli. Pembelian langsung sayuran lettuce head dapat dilakukan dalam waktu satu hari, sehingga bisa mengurangi fleksibilitas rantai pasokan. Tetapi, pembelian lettuce head ke mitra tani akan menambah biaya rantai pasokan dan sebaiknya PT Saung Mirwan mengoptimalkan hasil dari mitra tani lettuce head. Pengurangan persediaan harian dikurangi menjadi tiga kwintal atau tidak ada persediaan barang. Semakin banyak persediaan barang dan lamanya waktu sayuran berada di gudang, maka akan mengurangi kualitas produk. Rendahnya kualitas barang yang dikirim ke konsumen, akan menyebabkan pengembalian sayuran. Pengembalian lettuce head banyak terjadi pada produk lettuce yang dibungkus dengan plastik UV. Hal ini dikarenakan, sifat sayuran yang mudah mengalami penguapan, suhu ruangan yang tidak sesuai, dan memar yang diakibatkan tekanan dari benda lain. Kualitas lettuce head yang baik dapat dilihat dari kerenyahan, ringan dan mempunyai bentuk krop yang bulat tetapi tidak padat. Nilai output kinerja PT Saung Mirwan sudah baik, tetapi yang perlu ditingkatkan adalah pemenuhan pesanan untuk produk fresh cut. Kurangnya pemenuhan pesanan ini karena bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan fresh cut kurang. Selain itu juga, tingginya permintaan konsumen yang tidak dapat dipenuhi oleh PT Saung Mirwan. Kinerja rantai pasokan di PT Saung Mirwan sudah efisien. Kinerja yang efisien disebabkan oleh PT Saung Mirwan sudah melakukan strategi kemitraan dengan mitra tani. Kemitraan membantu perusahaan untuk mendapatkan lettuce head secara kontinuitas, sesuai dengan standar, pengiriman hasil panen tepat waktu. Sehingga rantai pasokan tidak mengalami kendala dalam hal penyaluran bahan baku. Kegiatan kemitraan dilakukan dengan cara PT Saung Mirwan memberikan bantuan bibit lettuce kepada mitra tani. Kegiatan pemasaran lettuce head di PT Saung Mirwan dengan cara mengirimkan produknya ke ritel dan restoran yang sudah menjalin kerjasama.

88 75 Kerjasama ini membantu PT Saung Mirwan dalam memasarkan produknya, sehingga aliran barang berjalan baik. Kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan dan kesesuain dengan standar yang ditetapkan oleh konsumen dapat dipenuhi oleh PT Saung Mirwan dengan tepat, sehingga rantai pasokan berjalan secara kontinu Perbandingan Nilai Kinerja Terhitung dengan Nilai SCOR Perbandingan nilai kinerja dapat dilakukan dengan mencari data pembanding dari perusahaan kompetitor yang terbaik di bidangnya. Dari data pembanding tersebut, diharapkan perusahaan dapat meniru, menyamai, atau bahkan melebihi dari praktek terbaik yang diterapkan oleh perusahaan kompetitor tersebut. Dalam penelitian ini, proses perbandingan di PT Saung Mirwan tidak menggunakan data pembanding dari perusahaan kompetitor, melainkan menggunakan data dari Supply-Chain Operations Reference pada industri makanan. Analisis perbandingan nilai pada PT Saung Mirwan dengan melihat kinerja rantai pasokan yang terdiri dari variabel input dan output untuk perhitungan DEA PT Saung Mirwan. Tabel 25 menunjukkan perbandingan atribut kinerja PT Saung Mirwan untuk lettuce head yang dibungkus plastik UV pada tahun Sedangkan, Tabel 26 menunjukkan perbandingan atribut kinerja PT Saung Mirwan untuk produk fresh cut pada tahun 2008.

89 76 Tabel 25. Perbandingan Atribut Kinerja PT Saung Mirwan untuk Lettuce Head dengan plastik UV Tahun 2008 No Atribut Kinerja Semester 1 Semester 2 Nilai Selisih 1 Selisih 2 (a) (b) Superior (c) 1. Kinerja pengiriman 100 % 98,6% 95,0% + 5% + 3,6% (%). 2. Pemenuhan pesanan (%). 139, 7% 109,9% 88,0% + 51,7% + 21,9% 3. Sesuai dengan 99 % 98% standar (%). 4. Waktu tunggu 2 hari 2 hari 3 hari + 1 hari + 1 hari pemenuhan pesanan (hari). 5. Siklus pemenuhan 4 hari 4 hari pemesanan (hari). 6. Fleksibilitas rantai 3 hari 3 hari 29 hari +26 hari +26 hari pasokan (hari). 7. Biaya total SCM (Rp/kg) 8. Siklus Cash to cash ,7 + 6,7 + 8,7 9. Persediaan harian Tabel 26. Perbandingan Atribut Kinerja PT Saung Mirwan Untuk Lettuce head Fresh Cut tahun 2008 No Atribut Kinerja Semester 1 Semester 2 Nilai Selisih 1 Selisih 2 (a) (b) Superior (c) 1. Kinerja pengiriman 99,3 % 99,3 % 95,0% + 4,3 % + 4,3 % (%). 2. Pemenuhan pesanan (%). 84,9% 87,9 % 88,0% - 3,1 % - 0,1 % 3. Sesuai dengan 94 % 95,3 % standar (%). 4. Waktu tunggu 2 hari 2 hari 3 hari + 1 hari + 1 hari pemenuhan pesanan (hari). 5. Siklus pemenuhan 3 hari 4 hari pemesanan (hari). 6. Fleksibilitas rantai 4 hari 3 hari 29 hari +25 hari +26 hari pasokan (hari). 7. Biaya total SCM (Rp/kg). 8. Siklus Cash to cash ,7 + 10,7 + 13,7 9. Persediaan harian

90 77 Perbandingan kinerja pada lettuce head yang dibungkus dengan plastik UV sudah menunjukkan kinerja yang di atas pembandingnya. Kinerja pengiriman yang melebihi superior sebesar 5% (pada semester 1) dan 3,6% (di semester 2) dan pemenuhan pesanan sebesar 51,7% (di semester 1) dan 21,9% (di semester 2) yang berada di atas nilai perusahaan pembandingnya ( superior) yang membuat perusahaan menjadi dipercaya oleh konsumen karena barang yang mereka pesan sesuai dengan permintaan. Kinerja pengiriman yang tinggi menunjukkan PT Saung Mirwan telah memenuhi permintaan dari konsumen. Atibut kinerja waktu pemenuhan pesanan dan fleksibilitas rantai pasokan di atas nilai pembanding sebesar 26 hari sehingga apabila ada perubahan pesanan yang mendadak untuk naik atau turun PT Saung Mirwan tidak mengalami kesulitan. Selain itu juga, apabila konsumen memesan sayuran kemudian konsumen tersebut menurunkan jumlah permintaannya, PT Saung Mirwan tidak dikenakan biaya denda kepada konsumen tersebut. Atribut kinerja siklus cash to cash yang semakin pendek maka semakin baik. Siklus cash to cash berguna untuk mengukur keuangan rantai pasokan. Siklus cash to cash pada produk lettuce yang dibungkus plastik UV nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pembandingnya. PT Saung Mirwan dapat memperpendek siklus cash to cash dengan melakukan negosiasi jangka waktu pembayaran ke mitra tani (agar lebih lama) dan melakukan negosiasi ke konsumen tentang jangka waktu pembayaran (agar lebih cepat). Persediaan harian lettuce head bentuk krop sangat tinggi bisa mencapai kg per hari. Persediaan yang banyak dapat menyebabkan kerusakan produk sehingga menyebabkan pengembalian lettuce head. Perbandingan nilai atribut kinerja pada lettuce head fresh cut sudah menunjukkan kinerja di atas nilai pembanding. Kinerja pengiriman yang melebihi superior sebesar 4,3% (pada semester 1 dan 2) menunjukkan PT Saung Mirwan telah menangkap permintaan pasar. Kurangnya nilai pemenuhan pesanan sebesar 3,1% pada semester 1 dan 0,1% di semester 2 pada lettuce head fresh cut dikarenakan keterlambatan jadwal, jumlah

91 78 barang yang dikirim kurang dari yang dipesan, tingginya permintaan, dan keterbatasan bahan yang akan diolah. Akibat pembatalan pesanan tersebut, perusahaan mengalami kerugian. Selain itu, pesanan yang sering tidak terpenuhi dengan baik dapat menimbulkan citra buruk untuk PT Saung Mirwan yang pada akhirnya dapat menyebabkan perginya pelanggan atau berkurangnya pangsa pasar yang dimiliki PT Saung Mirwan. Atibut kinerja waktu pemenuhan pesanan sebesar satu hari di atas rata-rata. dan fleksibilitas rantai pasokan di atas nilai pembanding sebesar 25 hari (semester 1) dan 26 hari (semester 2) sehingga apabila ada perubahan pesanan yang mendadak untuk naik atau turun PT Saung Mirwan tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi pesanan. Atribut kinerja siklus cash to cash menunjukkan kesehatan keuangan rantai pasokan. Atribut kinerja persediaan harian menunjukkan lamanya suatu perusahaan dapat bertahan dengan jumlah persediaan lettuce head fresh cut yang dimiliki. Semakin kecil persediaan harian perusahaan dapat menghemat biaya persediaan, mengurangi tingkat pengembalian barang karena apabila fresh cut yang lama disimpan dalam gudang akan mengalami penyusutan dan kualitasnya akan menurun.

92 KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Anggota primer rantai pasokan lettuce head terdiri dari mitra tani, PT Saung Mirwan, ritel/ restoran dan konsumen akhir. Anggota sekunder terdiri dari pihak-pihak penyedia faktor produksi seperti bahan kemasan, sarana produksi, dan benih lettuce head. Pola aliran produk dan komoditas dimulai dari mitra tani petani, PT Saung Mirwan, ritel atau restoran dan konsumen akhir. Produk lettuce head ada dua macam yaitu lettuce head yang dikemas dengan plastik UV dan lettuce yang diolah menjadi lembaran-lembaran (fresh cut). Pasar dalam negeri lettuce head adalah supermarket dan restoran di ( Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, dan Bandung). Risiko yang dihadapi PT Saung Mirwan bahwa pengembalian barang akan dikembalikan lagi kepada PT Saung Mirwan dan berkewajiban mengganti produk yang kualitasnya tidak sesuai pada pengiriman produk selanjutnya. 2. Keuntungan mitra tani sebesar 46% per musim tanam, dengan harga pokok produksi per kg dari hasil panen sebesar Rp dengan asumsi petani menanam lettuce head sebanyak bibit per musim tanam. Perhitungan nilai tambah PT Saung Mirwan menunjukkan nilai tambah pada lettuce head yang dibungkus plastik UV, pada semester 1 sebesar 59,59% dan pada semester 2 sebesar 60,41%. Sedangkan nilai tambah lettuce head fresh cut, pada semester 1 sebesar 55,03% dan pada semester 2 sebesar 49,68%. 3. Nilai efisiensi kinerja mitra tani pada semester 1 dan semester 2 tahun 2008 menunjukkan dua mitra tani yang kinerjanya tidak efisien yaitu petani 2. Efisiensi petani 2 sebesar 82,07% pada semester 1 dan sebesar 85,38% pada semester 2. Efisiensi kinerja PT Saung Mirwan pada semester 1 dan 2 tahun 2008 menunjukkan nilai 100% dan sudah efisien. 4. Perbandingan kinerja pada lettuce head yang dibungkus dengan plastik UV menunjukkan kinerja yang di atas pembandingnya. Ada atribut kinerja yang di bawah rata-rata nilai pembandingnya yaitu, kurangnya nilai pemenuhan pesanan sebesar 3,1% pada semester 1 dan 0,1% di semester 2 pada lettuce head fresh cut. 42

93 80 B. SARAN 1. Pelaksanaan manajemen rantai pasokan lettuce head memerlukan adanya pembagian keuntungan dan risiko yang adil pada setiap anggota agar tercipta kerjasama yang saling menguntungkan. 2. Penelitian lanjutan untuk pengukuran kinerja rantai pasokan secara menyeluruh pada rantai pasokan lettuce head menggunakan faktor lainnya, misalnya harga, pendapatan dan kerugian. Selain itu, penelitian mengenai analisis risiko pada setiap anggota rantai pasokan agar kesejahteraan petani dapat ditingkatkan. 3. Penelitian lanjutan dengan mengukur kinerja seluruh mitra tani lettuce head dan membandingkan kinerja mitra tani dengan mitra beli lettuce head.

94 DAFTAR PUSTAKA Aramyan, L.H.; Ondersteijn, C.J.M.; Kooten, O. van; Oude Lansink, A.G.J.M Performance indicators in agri-food production chains. In: Quantifying the agri-food supply: pp Asril, Z Analisis Kondisi dan Desain Indikator Kinerja Rantai Pasokan Brokoli (Brassica Olerecea) di Sentra Hortikultura Cipanas-Cianjur, Jawa Barat. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bolstroff, P dan Robert Rosenbaum Supply Chain Excellence: A Handbook for Dramatic Improvement Using the SCOR Model. AMACOM. Bowersox, D. J., Closs, D. J., Stank, T. P Ten Mega-Trends That Wil Revolutionize Supply Chain Logistics. Journal of Business Logistics, 21(2): pp Chen, Frank. F., Dong Ming The impacts of component commonality on integrated supply chain network performance: a state and resource-based simulation study. International Journal Advantages Manufacture Technology (27): pp Chopra, S dan P. Meindl Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operation. Pearson Prentice Hall, United States of America. Feifi, D Kajian Manajemen Rantai Pasokan pada Produk dan Komoditas Kedelai Edamame (studi kasus PT Saung Mirwan, Bogor). Skripsi pada Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gunasekaran, A., Patel, C. dan Mc Gaughey, R.E A framework for supply chain performance measurement. International Journal of Production Economics, 87 (3):pp Govindarajan, R Supplier Evaluation Using Data Envelopment Analysis. Working Paper Hani Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (studi kasus rantai pasokan buah kelapa tua di kotamadya Bogor). Skripsi pada Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Haryanto, E Sawi & Selada Edisi Revisi. Penebar swadaya, Jakarta. Indrajit, R. E dan R. Djokopranoto Konsep Manajemen Supply Chain Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Grasindo, Jakarta. Marliana Analisis Manfaat dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce di PT Saung Mirwan. Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nasution, N Manajemen Mutu Terpadu (edisi revisi). Ghalia Indonesia. Bogor. 42

95 82 Pujawan, I.N Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya. Riduwan Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Alfabeta. Bandung. Said, A. I Produktivitas dan Efisiensi dengan Supply Chain Management. Penerbit PPM, Jakarta. Suparno dan Siswanto, N Penerapan Data Envelopment Analysis dalam Pemilihan Supplier dan Perbaikan Performansi Supplier. Prosiding seminar nasional manajemen teknologi ke-8, 2 Agustus Surabaya: magister manajemen teknologi, ITS. Zhang, He, Li, Xiu, dan Liu, Wenhuang An AHP/DEA Methodology for 3PL Vendor Selection in 4PL. lncs 3865:pp

96 83

BAB VIII. PENGUKUFUN KINERJA FUNTAI PASOK SAYURAN LETTUCE HEAD DENGAN PENDEKATAN DEA

BAB VIII. PENGUKUFUN KINERJA FUNTAI PASOK SAYURAN LETTUCE HEAD DENGAN PENDEKATAN DEA BAB VIII. PENGUKUFUN KINERJA FUNTAI PASOK SAYURAN LETTUCE HEAD DENGAN PENDEKATAN DEA 8.1. Metrik pengukuran kinerja rantai pasok Lettuce head Pengukuran manajemen rantai pasokan digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan 41 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu pengamatan yang bersifat spesifik dan

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Supply Chain Management Pembahasan yang berkaitan tentang Supply Chain Management sudah banyak diangkat dalam penulisan penulisan sebelumnya. Menurut Fortune Megazine (artikel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura memegang peran penting dan strategis karena perannya sebagai komponen utama pada pola pangan harapan. Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu produk pertanian Indonesia adalah produk holtikultura. Salah satu produk holtikultura adalah sayur-sayuran. Sayuran merupakan sebutan umum bagi hasil pertanian

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh SITI CHOERIAH H

PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh SITI CHOERIAH H PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Oleh SITI CHOERIAH H24104026 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hortikultura tergolong sebagai komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi (high value commodity). Kontribusi sub sektor hortikultura pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 57 V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 5.1. Parameter Pengukuran Kinerja Pelaku Rantai Pasok Pengukuran kinerja dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Supply Chain Management Pada saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis, dituntut untuk menghasilkan suatu produk

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE. Oleh NISAA MARDHIYYAH H

KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE. Oleh NISAA MARDHIYYAH H KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE Oleh NISAA MARDHIYYAH H24103115 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, dari 110.804.042

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambahkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain MANAJEMEN OPERASIONAL BAB VI Supply Chain Pengertian Supply Chain Supply chain adalah jaringan perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, distribusi dan logistik telah memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perdagangan dunia. Terlebih lagi persaingan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rantai Pasokan Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), rantai pasokan adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan yang meningkat pada masyarakat Indonesia diikuti peningkatan kesadaran akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi secara legalitas berdiri pada tanggal 25 Januari 1997 sesuai dengan akta pendirian perseroan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A14103687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang semakin pesat di Indonesia membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini menunjukan perubahan

Lebih terperinci

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA. Oleh PATAR NAIBAHO H

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA. Oleh PATAR NAIBAHO H KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA Oleh PATAR NAIBAHO H24050116 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK Patar Naibaho H24050116. Kajian Perencanaan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #5

Pembahasan Materi #5 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. subsistem agribisnis hulu peternakan (upstream agribusiness) yakni kegiatan

I. PENDAHULUAN. subsistem agribisnis hulu peternakan (upstream agribusiness) yakni kegiatan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan yang mampu memberikan peningkatan pendapatan peternak rakyat yang relatif tinggi dan menciptakan daya saing global produk peternakan adalah paradigma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal mengenai penelitian yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi, serta sistematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan-perusahaan sangat ketat dalam era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini,

Lebih terperinci

ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI. Oleh TRI LESTARI H

ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI. Oleh TRI LESTARI H ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI Oleh TRI LESTARI H24052006 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini berisi mengenai metodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjamin tercapainya kepuasan konsumen akan produk akhir yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. menjamin tercapainya kepuasan konsumen akan produk akhir yang berkualitas, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha yang semakin ketat menuntut adanya perubahan pola kerja dari setiap pelaku. Pelaku usaha dituntut dapat memenuhi pesanan dan permintaan konsumen secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin berkembangnya jumlah permintaan produk pangan, semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi perusahaan untuk memproduksi pangan

Lebih terperinci

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H 1 ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H24051975 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sepuluh tahun terakhir, industri alat berat Indonesia berkembang sangat pesat. Bahkan, untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan industri

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR. Oleh : YULI HERNANTO H

PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR. Oleh : YULI HERNANTO H PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR Oleh : YULI HERNANTO H 24076139 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Tingginya persaingan bisnis di berbagai bidang industri, telah meningkatkan daya saing perusahaan menjadi penting dalam hal efektifitas dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr. wb.,

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr. wb., KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb., Pemikiran sistem dapat dipandang sebagai dorongan terhadap kepiawaian ilmu pengetahuan dalam menghadapi permasalahan yang kompleks dan dinamis yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

KAJIAN PEMILIHAN PEMASOK BUAH-BUAHAN DENGAN PROSES HIRARKI ANALITIS. Oleh IKLIMA PUTRI BUNGSU H

KAJIAN PEMILIHAN PEMASOK BUAH-BUAHAN DENGAN PROSES HIRARKI ANALITIS. Oleh IKLIMA PUTRI BUNGSU H KAJIAN PEMILIHAN PEMASOK BUAH-BUAHAN DENGAN PROSES HIRARKI ANALITIS (Studi Kasus : Divisi Produce, Giant Hypermarket Botani Square Bogor) Oleh IKLIMA PUTRI BUNGSU H 24076055 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H24053163 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan Menurut Heizer dan Render (2001), rantai pasokan mencakup interaksi di antara pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan. Rantai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, pengusaha akan dihadapkan pada resiko

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA Oleh AIDI RAHMAN H 24066055 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan, dimana memiliki sumber daya perikanan yang besar, baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Sektor kelautan dan perikanan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia masih terus berupaya untuk meningkatkan kegiatan perekonomian. Hal ini dapat berdampak bagi kemajuan ekonomi Indonesia yang dapat dilihat dari semakin berkembangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Usaha perdagangan produk logam kuningan sudah ditekuni oleh pemilik perusahan semenjak tahun 2001, dimana pada saat itu hanya melayani penjualan

Lebih terperinci

KINERJA PROSES INTI RANTAI PASOK AGROINDUSTRI DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) PENDAHULUAN

KINERJA PROSES INTI RANTAI PASOK AGROINDUSTRI DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 319 KINERJA PROSES INTI RANTAI PASOK AGROINDUSTRI DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) Abdul Wahib Muhaimin, Djoko Koestiono, Destyana Ellingga Pratiwi, Silvana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Ananda Oktaria 1,Marlinda Apriyani 2, Cholid Fatih 3 Mahasiswa 1, Dosen Politeknik Negeri Lampung 1 2, Dosen Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK 69 adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio

Lebih terperinci

MEMPELAJARI SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MI INSTAN DI PT JAKARANA TAMA. Oleh : JULIET RESISCA H

MEMPELAJARI SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MI INSTAN DI PT JAKARANA TAMA. Oleh : JULIET RESISCA H MEMPELAJARI SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MI INSTAN DI PT JAKARANA TAMA Oleh : JULIET RESISCA H24052526 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi bisnis, diperlukan kemampuan untuk mengakomodasikan ketidakpastian internal maupun eksternal dalam mengambil keputusan. Ketidakpastian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, bisnis kian berfluktuasi dan persaingan bisnis semakin ketat. Fluktuasi bisnis ini disebabkan oleh ketidakpastian lingkungan bisnis dan stabilitas perekonomian.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SEPATU (Studi Kasus UKM Hunter, Depok) Oleh EDI WINARTO H

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SEPATU (Studi Kasus UKM Hunter, Depok) Oleh EDI WINARTO H ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SEPATU (Studi Kasus UKM Hunter, Depok) Oleh EDI WINARTO H24053894 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK Edi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat. Dengan semakin majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai asupan gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. ANALISIS TEKNIK PENENTUAN UKURAN LOT PEMESANAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. BOEHRINGER INGELHEIM INDONESIA, BOGOR Oleh : LUTHFAN LUTHFIR RAHMAN H24052637 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci