BAB II GEREJA, PENDAMPINGAN PASTORAL DAN KONFLIK. memiliki korelasi yang signifikan antara fenomena dengan kondisi yang yang hendak peneliti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GEREJA, PENDAMPINGAN PASTORAL DAN KONFLIK. memiliki korelasi yang signifikan antara fenomena dengan kondisi yang yang hendak peneliti"

Transkripsi

1 BAB II GEREJA, PENDAMPINGAN PASTORAL DAN KONFLIK Dalam bab ini, akan di paparkan konsep-konsep teoritis yang menurut hemat peneliti memiliki korelasi yang signifikan antara fenomena dengan kondisi yang yang hendak peneliti gambarkan dan kritisi. Oleh karena fenomena yang peneliti akan kritisi berkaitan dengan pendampingan pastoral oleh pendeta dan majelis jemaat GKS Nggongi, maka beberapa teori mengenai gereja, konseling pastoral dan konflik akan dijadikan sebagai alat analisis (tools of analyse). 1.1 Gereja Ada beragam pemahaman para ahli tentang gereja itu sendiri. Ada yang melihatnya dari bangunan secara fisik, ada yang melihat anggota didalamnya dan ada pula yang melihatnya dari historisitas terminologi gereja. Soedarmo misalnya, memahami gereja dari konsep yang dipakai oleh Perjanjian Baru yakni Ekklesia yang berarti jemaat. Lebih lanjut beliau menguraikan bahwa jemaat dalam pengertian Ekklesia adalah persekutuan orangorang percaya yang berasal dari segala tempat dan gereja yang berkumpul di satu rumah untuk memuliakan Tuhan dan menjadi satu kesatuan yaitu Tubuh Kristus (Mat 26:28; Kis 5:11; Roma 16:15) 1. Dalam hal ini, Soedarmo mendefinisikan gereja berdasarkan kepemilikan. Artinya gereja tidak dipahami sebagai orang per-orang atau denominasi bahkan keyakinan. Secara tidak langsung, beliau mengakui bahwa yang disebut orang bergereja/ jemaat bukan saja anggota persekutuan suatu denominasi gereja melainkan juga mereka yang beribadah di masjid atau pura misalnya, asal memuliakan Tuhan. Beliau menegaskan bahwa, dalam ajaran Protestan gereja diartikan sebagai yang memberitakan Firman Allah secara murni dan yang melayangkan sakramen secara murni. Sakramen tidak 1 Soedarmo, Kamus Istilah Teologi (Jakarta BPK: Gunung Mulia, 2007) hal. 30 8

2 bisa tanpa Firman Allah maka gereja dapat dijadikan satu, yaitu dimana Firman Allah diberitakan secara murni. 2 Menurut Hadiwijiyono dalam tulisannya mengenai Iman Kristen dijelaskan bahwa pemahaman tentang gereja melalui sebuah kata dalam bahasa bahasa Portugis yakni Igreya. Menurut beliau, kata gereja berasal dari kata Portugis Igreya. Kata Igreya sendiri merupakan terjemahan dari kata Yunani Kuriake yang berarti menjadi milik Tuhan. Adapun yang dimaksud dengan milik Tuhan ialah orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru selamat. Jadi yang dimaksud dengan gereja adalah persekutuan orang beriman. Lebih lanjut beliau menegaskan bahwa kata Kuriake sebagai sebutan bagi persekutuan para orang yang menjadi milik Tuhan, belum terdapat dalam Perjanjian Baru. Istilah ini baru dipakai pada zaman sesudah para rasul, yaitu sebelum gereja sebagai suatu lembaga dengan segala peraturannya. 3 Mencermati pemahaman Hadiwijiyono diatas, peneliti melihat bahwa kata Igreya lebih inklusif dibandingkan kata Kuriake. Hal ini memang tidak lepas dari corak teologis pada zaman para rasul yang sangat eksklusif. Hal ini dapat dilihat dari cara hidup pengikut Kristus pada zaman itu yang sangat membenci kehidupan duniawi (piety) sampai kepada teologi yang pada waktu itu menjadi queen of science. Namun jika dilihat dari fakta yang ada sampai saat ini, harus diakui bahwa yang namanya Kuriake atau milik Kristus adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan itu adalah harga mati! Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gereja dalam pengertian secara umum adalah persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dari kegelapan (hidup lama) kepada terang (hidup baru) dan menjadi satu tubuh dalam tubuh Kristus. Gereja tidak hanya dilihat dari bangunannya secara fisik tetapi gereja lebih melihat pada orang-orang yang ada dalam gereja itu sendiri. Menurut Hadiwijiyono, gereja memiliki empat sifat yaitu antara : 1. Gereja adalah Kudus 2 ibid hal.31 3 Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta BPK: Gunung Mulia, 2007), hal

3 2. Gereja adalah Am 3. Gereja adalah persekutuan orang kudus 4. Gereja adalah satu. Berdasarkan sifat-sifat gereja diatas, maka hakekat dan tujuan dari gereja adalah menjadi alat Tuhan untuk mendatangkan kerajaannya. 4 Namun pada saat ini gereja semakin menyadari bahwa khotbah monolog di gereja, tidaklah sepenuhnya menolong jemaatnya untuk terus bertumbuh dalam iman. Beban konflik dan penyakit batin yang meletihkan, menyebabkan banyak warga gereja yang tidak dapat memberikan sumbangannya untuk pembangunan suatu iklim koinonia dalam hubungan di tengah-tengah jemaat, yang berpusat pada Roh Kudus. Kehadiran mereka justru menjadi pemecah-belah, bukan mempersatukan. Kehadiran mereka menimbulkan penyakit dan tidak menyembuhkan. Semua situasi ini, mengharuskan gereja untuk mencari sebuah cara yang efektif untuk mempersiapkan jemaat untuk menghadapi realitas yang semakin kompleks dan rumit Clinebell mengatakan bahwa: pendampingan dan konseling dapat menjadi cara mengkomunikasikan Injil, dengan cara membantu mereka mengalami kasih anugerah yang bersifat menerima (orang lain) didalam suatu hubungan manusiawi, maka kasih itu tidak dapat hidup bagi mereka. Sebelum mereka ditangkap atau dikuasai oleh penerimaan (acceptance) yang bersifat mendampingi didalam sesuatu perjumpaan dengan kehidupan, maka kabar baik dari pekabaran Kristen tidak dapat menjadi suatu realitas yang membebaskan bagi mereka. Hubungan yang bersifat menolong adalah tempat dimana perwujudan anugerah yang terbatas dan tidak lengkap dapat mentransformasikan relasi-relasi yang ada di jemaat. 5 Dapat dikatakan bahwa, dengan adanya konseling pastoral maka gereja mampu menghadapi relitas hidup yang kompleks dan rumit tersebut. Menurut Binswanger yang dikutip dari Clinebell, menjelaskan bahwa psikoterapi (dan juga konseling) dapat mempersiapkan orang sedemikian rupa menjadi orang yang berpartisipasi konstruktif didalam suatu komunitas atau koinonia yang menyembuhkan. Orang-orang yang 4 Ibid, hal Ibid, hal

4 dipersiapkan tersebut dapat mengambil bagian didalam usaha penyembuhan dari jemaat itu untuk persatuan yang lebih luas Pastoral Pengertian Pastoral Pastoral berasal dari kata Pastor dalam bahasa latin dan dalam bahasa Yunani disebut Poimen, yang artinya gembala. 7 Born-Strom mengartikan pastoral sebagai pemberitaan Firman dengan maksud untuk menguatkan manusia sehingga mampu mewujudkan imannya dalam kehidupan setiap hari. 8 Dari pemahaman inilah, istilah pastoral kemudian berkembang sebagai sebuah upaya untuk mencari dan mengunjungi anggota jemaat terutama yang sedang bergumul dengan persoalan-persoalan yang menghimpitnya. Pelayanan ditujukan kepada mereka yang mengalami pergumulan hidup. 9 Pastoral dihubungkan untuk memperdalam makna pekerjaan pendampingan, sehingga pendampingan tidak hanya memiliki aspek horizontal (Hubungan manusia dengan sesama) akan tetapi juga mewujudkan aspek vertikal (hubungan dengan Allah). 10 Dalam hubungan dengan pastoral, pendampingan tidak hanya sekedar meringankan beban penderitaan, tetapi menempatkan orang dalam relasi dengan Allah dan sesama, dalam pengertian menumbuhkan dan mengutuhkan orang dalam kehidupan spritualnya untuk membangun dan membina hubungan dengan sesamanya, mengalami penyembuhan dan pertumbuhan serta memulihkan orang dalam hubungan dengan Allah. 11 Dapat dikatakan bahwa Pendampingan Pastoral adalah suatu jawaban terhadap kebutuhan setiap orang 6 Ibid, hal Art Van Beek, Pendampingan Pastoral (Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, 2003) hal 10 8 Tulus Tu u,s, Dasar-dasar Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Andi, 2007) hal 20 9 Ibid. 10 Art Van Beek, Pendampingan Pastoral (Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, 2003) hal J.Engel, Konseling Suatu Fungsi Pastoral, (Salatiga: Tisara Grafika, 2007) hal 4 11

5 akan kehangatan, perhatian penuh, dukungan, dan pendampingan. 12 Menurut Hulme, dalam bukunya Pastoral Care & Counseling, Pendampingan Pastoral merupakan pelayanan untuk membantu dan mendekatkan orang pada mereka yang berpengalaman dan mengerti akan masalah-masalah kehidupan seperti: sakit, perawatan, ketidakmampuan, kematian dan kehilangan. 13 Pendampingan pastoral bukan hanya menjadi tanggung jawab seorang pendeta, pastor atau kaum rohaniwan, tetapi juga semua orang percaya, yang terpanggil untuk melaksanakan tugas pendampingan ini. Pendampingan pastoral berhubungan dengan manusia, tidak perduli macam kepercayaannya, kedudukan sosialnya, atau prestisenya. Pendampingan tersebut ditujukan pada kebutuhan-kebutuhan manusia dari berbagai perjalanan hidup, dari seorang tukang-batu sampai kepada insinyur bangunan, dari seorang juara olahraga sampai kepada seorang yang cacat, dari seorang anak sekolah dasar sampai kepada kakek-kakek dan nenek-nenek. Begitu pula dengan mereka yang dalam keadaan kesehatan fisik yang prima atau keadaan sakit yang tidak bisa disembuhkan, dalam keadaan sukacita atau sedih, dalam keadaan yang menggembirakan atau menggelisahkan selalu ada saja kemungkinan bahwa layanan pastoral itu dibutuhkan. Menurut Krisetya menyatakan bahwa suatu tanda dibutuhkannya pendampingan pastoral itu, dikenal melalui suatu saat dimana tekanan dan tegangan hidup ini mempengaruhi tubuh dan jiwa. Pendampingan pastoral berhubungan dengan manusia dan juga lingkungannya, tetapi memang bisanya lebih khusus dengan manusia dan lingkungannya yang bermasalah. 14 Dalam hal ini pendampingan pastoral tidak hanya sekedar belajar tehnik-tehniknya saja, namun seseorang harus juga mempelajari manusia 12 Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Kanasius, 2002) hal Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Kanasius, 2002) hal Mesach Krisetya, Diktat Konseling Pastoral, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2009), hal.5 12

6 yang terlibat dalam pendampingan pastoral dan relasi diantara mereka. Dengan demikian pendampingan pastoral itu dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keyakinan agamis tertentu, ataupun seorang gembala seorang gembala maupun majelis dan orang-orang yang terlibat dalam pendampingan pastoral harus belajar agama dengan baik, dalam hal ini Kristen, sebagaimana agama itu berfungsi didalam dan melalui orang-orang yang terlibat dalam pendampingan pastoral itu didalam relasinya satu sama lain. 15 Tidak hanya itu, mendampingi orang lain bisa juga terwujud lewat kehadiran, mendengarkan secara aktif, penuh perhatian, memiliki sifat empati sehingga dapat memahami dan menyelami apa yang dirasakan oleh mereka yang sedang bergumul. Ketika kehadiran kita menunjukan sikap yang baik bahwa kita mempunyai waktu untuk mendengarkan dan berada di situ, inilah yang disebut hadir secara fisik dan psikologis. 16 Ketika berada bersama dengan mereka yang sedang bergumul, dengan persoalan hidup berarti kita sebagai pendamping harus berkonsentrasi pada keunikan individu yang berada di hadapan kita, yang tidak bisa digantikan oleh siapapun. Kehadiran dan kepedulian kita dapat meyakinkan mereka bahwa mereka tidak sendirian, sehingga tercipta relasi yang hangat, baik dan ramah. Dengan demikian maka akan tumbuh rasa saling percaya antara kita dengan mereka yang sedang bergumul tersebut. Dengan kata lain dapat di artikan bahwa, sepanjang ada komunitas maka keberadaan seseorang akan selalu dinantikan demi sebuah sentuhan manusiawi, bagi mereka yang mengalami Krisis Kehidupan. 17 Dalam rangka mendampingi mereka yang mengalami masalah dalam kehidupannya, maka kita harus melihat secara utuh dalam keseluruhan sebagai manusia dan apa yang dibutuhkan mereka dalam menghadapi masalah tersebut. 15 Ibid, hal Mesach Krisetya, Diktat Konseling Pastoral, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2009)hal Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, (Yogyakarta: Pusat Pastoral, 2004) hal 5 13

7 Pendampingan pastoral memiliki beberapa tujuan, seperti yang di kemukakan oleh Wiryasaputra, pertama perubahan menuju pertumbuhan dimana orang yang didampingi (orang yang memiliki masalah) adalah agen utama perubahan dan orang yang mendampingi dapat disebut sebagai mitra perubahan bagi agen perubahan utama. Dalam hal ini pendamping berusaha membantu orang yang didampingi sedemikian rupa sehingga mampu menggunakan sumberdaya yang dimilikinya untuk berubah. Kedua, mencapai pemahaman diri secara penuh dan utuh untuk mencapai tujuan ini maka mereka yang bermasalah harus mengalami pengalamannya secara utuh. Ketiga, belajar berkomunikasi yang lebih sehat. Pendampingan dapat membantu orang untuk menciptakan komunikasi yang sehat dengan lingkungannya. Dengan kata lain pendampingan juga dapat dipakai sebagai media pelatihan bagi orang yang didampingi untuk berkomunikasi secara lebih sehat dengan lingkungannya Fungsi Pastoral Secara tradisional fungsi pastoral ada empat, seperti yang diuraikan oleh Clebsch dan Jaekle didalam bukunya yang berjudul Pastoral Care in Historical Perspective. Keempat fungsi pastoral itu adalah: penyembuhan (healing), penopangan (sustaining), pembimbingan (guiding) dan pendamaian (reconciling). 1. Penyembuhan adalah salah satu fungsi pastoral yang bertujuan untuk mengatasi beberapa kerusakan dengan cara mengembalikan orang itu pada suatu keutuhan dan menuntun dia ke arah yang lebih baik daripada kondisi sebelumnya. Kita perlu mengerti bahwa kasih sayang dan perhatian juga dapat menyembuhkan. Tentulah hal ini bukan dalam pengertian secara fisik, akan tetapi dalam segi mental dan spritual. Jikalau pendamping sungguh-sungguh mendengarkan keluhan dari mereka yang bermasalah maka akan mempercepat kesembuhan secara emosional. 18 Totok S. Wiryasaputra, Ready to care :pendampingan dan konseling psikologi, (Yogyakarta: Pusat Pastoral, 2004) hal

8 2. Penopangan berarti, menolong orang yang terluka untuk bertahan dan melewati suatu keadaan yang terjadi pada waktu lampau, yang didalamnya pemulihan kepada kondisi semula atau penyembuhan dari penyakitnya tidak mungkin atau tipis kemungkinannya. 3. Pembimbingan berarti membantu orang-orang yang kebingungan untuk menentukan pilihan-pilihan yang pasti diantara berbagai pikiran dan tindakan alternatif, jika pilihan-pilihan demikian dipandang sebagai yang mempengaruhi keadaan jiwanya sekarang dan yang akan datang. Ketika seseorang berada dalam kebingungan, mereka biasanya sulit untuk berpikir dengan baik. hal ini sangat mempengaruhi seseorang dalam mengambil sebuah keputusan. Disaat inilah, seorang pendamping hadir untuk membantu orang yang berada dalam kebingungan mengambil keputusan yang jelas yang dipandang mempengaruhi keadaan jiwa mereka sekarang dan pada waktu yang akan datang. 4. Pendamaian berupaya membangun ulang relasi manusia dengan sesamanya, dan antara manusia dengan Allah. Secara tradisi sejarah, pendamaian menggunakan dua bentuk, pengampunan dan displin gereja, tentunya dengan didahului oleh pengakuan. 19 Clinebell dalam bukunya Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan konseling pastoral, menambahkan fungsi kelima dari konseling pastoral, yaitu memelihara atau mengasuh (nurturing), yakni fungsi pastoral yang bertujuan untuk mengembangkan potesi-potensi yang diberikan Allah kepada mereka, disepanjang perjalanan hidup mereka dengan segala lembah-lembah, puncak-puncak dan dataran-datarannya. 20 Potensi yang dapat dilihat dalam proses tersebut adalah apa yang dapat ditumbuhkembangkan sebagai kekuatan dalam melanjutkan kehidupannya, sehingga mereka didorong ke arah pertumbuhan dan 19 Ibid, hal Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastorl, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hal

9 perkembangan secara holistik. Dengan demikian konseling pastoral melaksanakan fungsifungsi pengembalaan dengan tujuan utama adalah mengutuhkan kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya, yakni fisik, sosial, mental dan spiritualnya. 1.3 Konflik Pengertian Konflik dan manifestasinya Konflik merupakan bagian dari dinamika sosial yang biasa terjadi disetiap interaksi sosial dalam tatanan pergaulan keseharian masyarakat. 21 Konflik adalah suatu keniscayaan yang realitasnya tidak dapat dihindari. 22 Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihapus dari dunia ini oleh karena realita konflik muncul disebabkan oleh adanya perbedaan. Dengan demikian kehidupan manusia seharihari sangatlah dekat dengan konflik, apalagi pada dasarnya segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang sama. Konflik berasal dari bahasa latin fligere, yang berarti untuk menyerang. Konflik dipahami sebagai tindak menyerang secara bersama-sama, yaitu dari pihak-pihak yang bekonflik. 23 Bentuk-bentuk penyerangan yang dimaksud bisa merupakan kekerasan maupun non kekerasan, tetapi yang memiliki motivasi melalukan penyerangan terhadap suatu pihak. Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. Killman dan Thomas (1978)mendefenisikan Konflik sebagai suatu kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungan dengan 21 Agus surata dan Tuhana Taufiq Andrianto, Atasi Konflik Etnis,(Yogyakarta:Global Pustaka Utama,2001),hal 1 22 Ibid, hal 4 23 William H. Willimon, preaching Abaut Conflict In The Local Church, (Philadelphia: The Westminster Press, 1987), hal 10 16

10 orang lain. 24 Kedua pengertian ini mengarah pada pemahaman konflik sebagai situasi atau kondisi yang berlawanan oleh karena terjadinya ketidakcocokan antara dua pihak. Perbedaan-perbedaan yang kompleks dari setiap individu tidak hanya dapat menjadi pelengkap bagi individu yang lain, tetapi perbedaan itu juga dapat menimbulkan konflik. Konflik sama halnya dengan perbedaan yang tidak dapat dihindari dalam hidup ini. Apabila konflik tidak dapat dihindari, maka yang perlu dilakukan adalah mengelola konflik tersebut dan melakukan resolusi sehingga konflik tidak berkembang menjadi konflik yang baru lagi. Apabila konflik dikelola dengan baik dan tidak dibiarkan semakin memburuk, tentu konflik juga dapat menolong, misalnya memberi pelajaran, perasaan memiliki tujuan bersama, dan pertumbuhan ke arah hubungan yang lebih baik. Veeger (1985) menuliskan bahwa melalui proses tawar menawar konflik dapat membantu terciptanya tatanan baru dalam interaksi sosial sesuai dengan kesepakatan bersama. Bahkan apabila konflik dapat dikelola dengan baik sampai batas tertentu dapat juga dipakai sebagai alat perekat kehidupan bermasyarakat. 25 Setelah kita mengetahui pengertian konflik kita juga akan melihat beberapa ciriciri konflik. Pertama, ada dua atau lebih pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertegangan. Kedua, munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh kutungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab dan lain sebagainya. Ketiga, menculnya perebutan sumber-daya langka, seperti kekuasaan, harga diri, pangkat, dan lain sebagainya David Samiyono:Pluralisme dan Pengelolaan Konflik, tanggal di UKSW Salatiga. 25 Agus Surata dan Tuhana Taufiq Andrianto, Atasi Konflik Etnis, (Yogyakarta : Global Pustaka Utama, 2001) hal 1 26 David Samiyono:Pluralisme dan Pengelolaan Konflik, tanggal di UKSW Salatiga. 17

11 Secara umum konflik dapat dibedakan kedalam 3 model, yaitu: pertama model Agresor-Defender, yang menarik garis pembeda diantara kedua pihak yang berkonflik. Pihak agresor (penyerang) dianggap memiliki satu tujuan yang mengakibatkannya terlibat dalam konflik bersama pihak defender (pihak yang bertahan). Kedua, model spiral-konflik, menjelaskan bahwa peningkatan peristiwa-peristiwa yang menonjol dalam konflik merupakan hasil dari aksi dan reaksi. Taktik-taktik bertanding juga dari pihak yang lain. Ketiga, model perubahan struktural, menjelaskan bahwa konflik dan taktiktaktik yang digunakan untuk menyelesaikannya menghasilkan perubahan-perubahan yang terjadi pada pihak yang berkonflik dan masyarakat sekitarnya. 27 Dalam gereja juga ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 28 Ketika menghadapi konflik, gereja tidak dapat sepenuhnya bersikap Kristiani dengan membiarkan konflik itu terjadi dan mereda dengan sendirinya. Bagaimanapun konflik yang terjadi harus dikelola dan diselesaikan. Dengan demikian kehidupan jemaat dalam gereja tidak semakin terpuruk oleh adanya konflik. Jika konflik tidak dikelola maka beberapa hal negatif akan muncul antara lain: pertama, kerugian berupa material dan spiritual. Kedua, mengganggu harmoni sosial. Ketiga, terjadinya perpecahan kelompok. Melihat dampak dari sebuah konflik, maka sangat perlu untuk mengelola konflik sehingga konflik berdaya guna. 29 Sebuah konflik apabila dibiarkan terus-menerus tidak akan terselesaikan secara alami, butuh niat dan tindakan untuk melakukan pengelolaan yang baik dari pihak yang berkonflik maupun pihak yang ada disekitarnya. Selain itu, perlu juga diadakan reformasi struktural pasca konflik untuk menemukan akar permasalahan dari sebuah konflik dan menciptakan serta 27 Dean G. Pruitt dan Jefferey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) hal Daniel K. Listijabudi, Tragedi Kekerasan;Menelusuri akar dan Dampak dari Balada Kain- Habel,(Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1997), hal David Samiyono:Pluralisme dan Pengelolaan Konflik, tanggal di UKSW Salatiga. 18

12 mengembangkan hubungan yang baru. 30 Dengan tindakan-tindakan diatas, diharapkan konflik dapat menghambat pertumbuhan konflik, setidaknya dapat dihindari dan diselesaikan. Konflik tidak hanya dapat merugikan tetapi juga dapat bermanfaat apabila dikelola dengan baik. Hal-hal positif yang ditemui ketika konflik dikelola dengan baik adalah: pertama, membuat organisasi tetap hidup dan harmonis, masing-masing kelompok dapat melakukan adaptasi sehingga dapat terjadi perubahan perbaikan. Kedua, muncul keputusan yang inovatif. Ketiga, munculnya presepsi yang lebih kritis. Keempat, meningkatnya sikap solidaritas sosial Resolusi Konflik Nugroho dkk, (2004) menyatakan bahwa resolusi konflik bertujuan menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang lebih baik diantara kelompok-kelompok yang berkonflik. Resolusi konflik mengacu pada strategi-strategi untuk menangani konflik terbuka dengan harapan tidak hanya mencapai suatu kesepakatan untuk mengakhiri konflik, tetapi juga mencapai suatu resolusi dari berbagai perbedaan sasaran yang menjadi penyebabnya. 31 Penyelesaian konflik dapat dipahami sebagai tercapainya kesepakatan antara pihak-pihak yang bertikai yang memungkinkan mereka untuk mengakhiri konflik yang terjadi. Namun, tidak menutup kemungkinan konflik dapat muncul lagi dikemudian hari akibat sikap konflik dan kontradiksi struktural yang belum dapat ditangani dengan baik. Sedangkan resolusi konflik merupakan istilah komprehensif yang mengimplikasikan sumber konflik yang sedang berakar agar diperhatikan dan diselesaikan. Hal ini mengimplikasikan bahwa perilaku konflik tidak lagi berada dalam ketegangan dan kekerasan, sikapnya tidak lagi membahayakan, serta sturuktur konfliknya telah diubah Ibid. 31 Fera Nugroho dkk, Konflik dan kekerasan pada Aras Lokal, (Salatiga: Pustaka Percik, 2004), hal Hugh Miall, Oliver Ramsbotham, Tom Woodhouse, Resolusi Damai Konflik Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) hal

13 Meskipun pada dasarnya resolusi konflik dan penyelesaian konflik, sama-sama merupakan upaya untuk menekan atau bahkan menghilangkan terjadinya konflik namun dapat dikatakan bahwa keduanya terdapat sedikit perbedaan yaitu resolusi konflik lebih mengacu pada strategi-strategi untuk menangani konflik, sedangkan penyelesaian konflik tercapainya kesepakatan antara pihak-pihak yang bertikai. Pruitt dan Rubin mengemukakan beberapa strategi untuk menyelesaikan realita konflik yang beranekaragam. Secara umum ada lima strategi yang bisa digunakan yaitu 33 pertama, contending (pertandingan) dengan mencoba menerapkan solusi yang lebih disukai oleh satu pihak atas pihak lain. Strategi ini meliputi segala macam usaha untuk menyelesaikan konflik sesuai dengan kemauan sendiri tanpa mempedulikan kepentingan pihak lain. Kedua, yielding (mengalah) yaitu menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam strategi ini bukan berarti bahwa mengalah dan menyerah secara total, tetapi bisa saja mengalah dan mencari alternatif pemecahan masalah lain. Ketiga, problem solving (pemecahan masalah) yaitu mencari alternatif yang memuaskan kedua belah pihak. Pihak-pihak yang menggunakan strategi ini berusaha mempertahankan aspirasinya sendiri tetapi sekaligus berusaha mendapatkan cara untuk melakukan rekonsiliasi dengan pihak lain dan mencari solusi yang bisa diterima oleh kedua belah pihak. Keempat, with drawing (menarik diri) memilih meninggalkan situasi konflik secara fisik maupun psikologis. Penghentian usaha untuk mengatasi konflik ini biasanya bersifat permanen. Kelima, inaction (diam) yaitu memilih untuk diam dan tidak melakukan apa-apa ketika sedang mengalami konflik, tetapi tetap membuka kemungkinan untuk melakukan upaya penyelesaian konflik. Dari kelima strategi yang telah dikemukakan diatas, biasanya strategi problem solving lebih banyak diminati oleh pihak-pihak yang berkonflik. Ada beberapa langkah yang dapat 33 Dean G. Pruitt dan Jefferey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) hal

14 ditempuh ketika menggunakan strategi problem solving, yaitu: pertama, memastikan adanya konflik kepentingan yang secara nyata terjadi. Kedua, melakukan analisis terhadap kepentingan sendiri dan menetapkan aspirasi yang masuk akal, serta mempertahankannya. Ketiga, mencari cara untuk merekonsiliasikan aspirasi kedua belah pihak. Keempat, menurunkan aspirasi yang telah ada dan mencari beberapa aspirasi lagi. 34 Sebagai suatu strategi penyelesaian konflik, ada tahapan-tahapan yang dilalui atau cara-cara yang lasim dipakai dalam resolusi konflik, seperti mediasi, arbitrasi, dan negosiasi. Mediasi berasal dari kata latin mediatio yaitu suatu cara penyelesaian pertikaian dengan menggunakan seorang pengantara (mediator). Nugroho dkk, (2004) menyebutkan mediasi sebagai suatu proses interaksi yang dibantu oleh pihak ketiga, sehingga pihakpihak yang berkonflik menemukan penyelesaian yang mereka sepakati sendiri. Pendampingan pastoral juga merupakan cara yang sering digunakan untuk melakukan resolusi konflik dalam Gereja. Pendekatan yang diberikan biasanya dari pihak Gereja dengan tujuan supaya pihak yang berkonflik dapat menyalurkan masalah yang sedang dihadapi dan bersedia dibimbing untuk mencapai penyelesaian. Alkitab juga memberikan sumbangan mengenai cara untuk melakukan resolusi yaitu dalam Matius 18:15-17 yaitu:...apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Beberapa upaya yang harus dilakukan ketika mengetahui warga gereja melakukan hal yang tidak benar, apa lagi sampai berkonflik. Resolusi konflik yang diusulkan matius 34 Ibid, hal

15 18:15-17 dapat dijabarkan ke dalam tiga langkah penyesuaian masalah 35 yaitu pertama adalah menegur dan memberi nasehat secara pribadi atau empat mata (ayat 15). Ini merupakan panggilan kepada setiap umat Kristen untuk saling memperingatkan dan menasehati satu dengan yang lain. Menegur yang dimaksud adalah teguran yang bersifat positif dan membangun, bukan hal-hal yang bersifat memojokkan apalagi menyalahkan atau menghakimi. Kedua, apabila teguran pertama tidak diindahkan, maka penekatan selanjutnya dapat dilakukan bersama dua atau tiga orang saksi lainnya (ayat 16). Hal tersebut dapat menolong untuk memberi pendekatan dan menjadi penengah bila terjadi pertentangan antara kedua belah pihak dalam proses pendampingan. Ketiga, apabila cara kedua diatas tidak berhasil juga, maka masalah yang dihadapi dapat dibawa ke jemaat (ayat 17), yaitu terbatas hanya dalam lingkungan gereja. Gereja yang dimaksud adalah anak-anak Allah yang tidak bersikap menghakimi, tetapi memiliki kasih dan perasaan saling mengampuni. Gereja harus menyadari keberadaannya sebagai pembawa damai dan mampu bersikap lemah lembut dalam menuntun mereka yang mau bertobat. 35 David I. Santoso, Mengatasi Masalah Konflik dalam lembaga Kristen,(Salatiga: Yayasan Bina Darma, 1995), hal 72 22

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam gereja ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 1 Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

BAB II GEREJA DAN PASTORAL

BAB II GEREJA DAN PASTORAL BAB II GEREJA DAN PASTORAL 2.1. Pengertian Gereja Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada ditengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. 5.1 Kesimpulan 1. Tidak dapat dipungkiri persoalan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI Permasalahan hidup yang dihadapi oleh warga jemaat Pola Tribuana Kalabahi meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi. BAB I P E N D A H U L U A N 1. LATAR BELAKANG Konseling pastoral adalah salah satu bentuk pertolongan dalam pendampingan pastoral yang hingga kini mengalami perkembangan. Munculnya golongan kapitalis baru

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

BAB 4 TINJAUAN EKKLESIOLOGIS TERHADAP MODEL HUGH F. HALVERSTADT. mempertahankan keutuhan sebagai sebuah komunitas.

BAB 4 TINJAUAN EKKLESIOLOGIS TERHADAP MODEL HUGH F. HALVERSTADT. mempertahankan keutuhan sebagai sebuah komunitas. BAB 4 TINJAUAN EKKLESIOLOGIS TERHADAP MODEL HUGH F. HALVERSTADT 4. 1. Pendahuluan Kehidupan para murid (gereja mula-mula) bukan hanya menunjukkan tentang bagaimana perjuangan mereka melawan penaniayaan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan Pada Bab II telah dijelaskan bahwa cara pandang Jemaat Gereja terhadap

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Menurut Erik Erikson, lingkungan di mana anak hidup sangat penting untuk memberikan pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas. Dari pendekatan teori

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentunya pernah merasakan dan berada dalam keadaan sakit, baik itu sakit yang sifatnya hanya ringan-ringan saja seperti flu, batuk, pusing

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Level 2 Pelajaran 4 PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai pentingnya gereja Kristus. Saya ingin bacakan ayat dari Ibrani 10:25. Ayat itu berkata, Janganlah kita menjauhkan

Lebih terperinci

KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT?

KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT? JTA 4/6 (Maret 2002) 15-24 KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT? Agung Gunawan D i pertengahan tahun 30an, ada beberapa pemimpin gereja mulai tertarik dalam bidang konseling untuk dipakai di dalam pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 01Fakultas Psikologi GEREJA DAN HAKIKATNYA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Psikologi HAKEKAT GEREJA A.pengertian Gereja Kata Gereja berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Kuasa Persekutuan Kecil

Kuasa Persekutuan Kecil April 2010 1 Kisah Para Rasul 2:44; 5:12-16 Kuasa Persekutuan Kecil Dapat memahami tentang Care Group. Dapat hidup dalam komunitas/icare Group IFGF GISI Mukjizat dan tanda menyertai kehidupan jemaat mula-mula

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam perjalanannya akan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini dapat dikarenakan perkembangan dan pertumbuhan normal sebagai pribadi, maupun

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

Pendampingan Pastoral Holistik di Megachurch (Sebuah Studi Tentang Pendampingan Pastoral Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang)

Pendampingan Pastoral Holistik di Megachurch (Sebuah Studi Tentang Pendampingan Pastoral Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang) Pendampingan Pastoral Holistik di Megachurch (Sebuah Studi Tentang Pendampingan Pastoral Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang) Tesis Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister

Lebih terperinci

BAB IV PENTINGNYA KONSELING PASTORAL ANTARBUDAYA DI JEMAAT GMI WESLEY JAKARTA. A. Realitas Konseling Pastoral Antarbudaya di GMI Wesley

BAB IV PENTINGNYA KONSELING PASTORAL ANTARBUDAYA DI JEMAAT GMI WESLEY JAKARTA. A. Realitas Konseling Pastoral Antarbudaya di GMI Wesley BAB IV PENTINGNYA KONSELING PASTORAL ANTARBUDAYA DI JEMAAT GMI WESLEY JAKARTA A. Realitas Konseling Pastoral Antarbudaya di GMI Wesley Jakarta Dalam kehidupan bergereja, keutuhan jemaat baik individu maupun

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah BAB V PENUTUP Dari penjelasan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah Pendampingan Pastoral terhadap Pelayanan Kerohanian di

Lebih terperinci

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

Kami datang kepada-mu, kami datang kepadamu Bersyukur sebulat hati, kar na kasihmu besar

Kami datang kepada-mu, kami datang kepadamu Bersyukur sebulat hati, kar na kasihmu besar TATA IBADAH PERSIAPAN - Doa pribadi warga jemaat - Prokantor mengajarkan jemaat menyanyikan lagu-lagu baru - Para pelayan berdoa di konsistori UCAPAN SELAMAT DATANG P2 : Presbiter bertugas mengucapkan

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku, dalam bab I dan landasan teori pada bab II serta

Lebih terperinci

SAUDARA BELAJAR BERJALAN

SAUDARA BELAJAR BERJALAN SAUDARA BELAJAR BERJALAN Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Letakkan Tangan Saudara di dalam Tangan Allah Sudahkah Iblis Berusaha untuk Menjatuhkan Saudara? Apakah Saudara Menderita karena Kristus?

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN Dari Kisah 2 kita tahu bahwa ketika seseorang dibaptis, Tuhan menambahkan dia kepada gereja-nya. Nas lain yang mengajarkan

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

Baptisan. Mencuci Bersih Dosa HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Baptisan. Mencuci Bersih Dosa HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Baptisan Mencuci Bersih Dosa GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria Defenisi Gereja menurut Alkitab Di terjemahkan dari bahasa Yunani ekklesia, yang berarti dipanggil keluar. Ungkapan ini pada umumnya digunakan untuk orang yang mengadakan pertemuan apa saja. Di Perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS

BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS MAKALAH 3 BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS Oleh Herlianto herlianto@yabina.org (Depok, Indonesia) ( Ya y a s a n b in a a w a m ) *) Makalah ini disampaikan dalam rangka Seminar Pneumatologi yang diselenggarakan

Lebih terperinci

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Dalam hidup ini mungkinkah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki kebanggaan-kebanggaan yang tidak bernilai kekal? Mungkinkah orang Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

oleh Gereja 1Uhan Apa yang Dilakukan untuk Dunia Ini

oleh Gereja 1Uhan Apa yang Dilakukan untuk Dunia Ini Apa yang Dilakukan oleh Gereja 1Uhan untuk Dunia Ini Dalam pelajaran 6, kita melihat bahwa orang percaya mempunyai tanggung jawab terhadap orang-orang percaya lainnya. Semua orang percaya termasuk keluarga

Lebih terperinci

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017 Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017 h a l, 1 PERSIAPAN Doa pribadi warga jemaat Pengenalan lagu-lagu

Lebih terperinci

Mengampuni Orang Lain 1

Mengampuni Orang Lain 1 Modul 7: Mengampuni Orang Lain Mengampuni Orang Lain 1 Diterjemahkan dari Out of Darkness into Light Wholeness Prayer Basic Modules 2014, 2007, 2005, 2004 Freedom for the Captives Ministries Semua ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat

Lebih terperinci

BAB II GEREJA DAN KONSELING PASTORAL

BAB II GEREJA DAN KONSELING PASTORAL BAB II GEREJA DAN KONSELING PASTORAL 2.1. GEREJA Untuk dapat mengerti sesungguhnya apa yang dimaksud dengan gereja, lebih dahulu perlu diketahui arti kata gereja itu sendiri. Kata gereja merupakan terjemahan

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (2/6)

Seri Kedewasaan Kristen (2/6) Seri Kedewasaan Kristen (2/6) Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab dalam Hal Ibadah dan Persekutuan Kode Pelajaran : OKB-P02 DAFTAR ISI A. BERTANGGUNG

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA PERSATUAN ORANG-ORANG KRISTEN SECARA ROHANI DAN SECARA ORGANISASI

PERBEDAAN ANTARA PERSATUAN ORANG-ORANG KRISTEN SECARA ROHANI DAN SECARA ORGANISASI PERBEDAAN ANTARA PERSATUAN ORANG-ORANG KRISTEN SECARA ROHANI DAN SECARA ORGANISASI SEBUAH KARYA TULIS ILMIAH DITUJUKAN KEPADA Dr. Suhento Liauw, S.Th., M.R.E., D.R.E., Th.D DOSEN GRAPHE INTERNATIONAL THEOLOGICAL

Lebih terperinci

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD)

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD) 6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

MENGAPA KITA HARUS BERBAHASA ROH? Bagian ke-1

MENGAPA KITA HARUS BERBAHASA ROH? Bagian ke-1 MENGAPA KITA HARUS BERBAHASA ROH? Bagian ke-1 Pengantar Mengapa kita harus berbahasa roh? Bagi saya, kedengarannya seperti orang menyerepet saja. Bukankah bahasa roh itu biasanya menimbulkan masalah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

Minggu, 27 Oktober 2013

Minggu, 27 Oktober 2013 GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (GPIB) TATA IBADAH HARI MINGGU XXIII SESUDAH PENTAKOSTA NUANSA MUDA Minggu, 27 Oktober 2013 PEMBERITA FIRMAN Pukul 18.00 WIB Pendeta Johny Alexander Lontoh (Ketua

Lebih terperinci

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH Minggu ke-3, ARTI DAN HAKIKAT PENYELAMATAN ALLAH 19. Pert : Apakah yang dimaksud dengan penyelamatan Allah? Jwb : Penyelamatan Allah adalah tindakan Allah melepaskan manusia

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (6/6)

Seri Kedewasaan Kristen (6/6) Seri Kedewasaan Kristen (6/6) Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab dalam Hal Bersaksi dan Memuridkan Orang Lain Kode Pelajaran : OKB-T06 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

Gal.6:1-5. Ev. Bakti Anugrah, M.A.

Gal.6:1-5. Ev. Bakti Anugrah, M.A. Gal.6:1-5 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Kitab Galatia dituliskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat-jemaat di Galatia dengan tujuan agar mereka dapat berpegang pada Injil Kristus dan bukan pada hukum yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

Basuh Kaki. Mendapat Bagian dalam Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Basuh Kaki. Mendapat Bagian dalam Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Basuh Kaki Mendapat Bagian dalam Tuhan GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150,

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (3/6)

Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Nama Kursus   : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab untuk Hidup Benar dan Menggunakan                 Karunia-karunia

Lebih terperinci

Level 3 Pelajaran 6. RAJA DAN KERAJAAN-NYA Oleh Don Krow

Level 3 Pelajaran 6. RAJA DAN KERAJAAN-NYA Oleh Don Krow Level 3 Pelajaran 6 RAJA DAN KERAJAAN-NYA Oleh Don Krow Di Perjanjian Lama, apa yang membedakan bangsa Israel dari bangsa-bangsa lain adalah mereka merupakan sebuah teokrasi. Dengan kata lain, mereka diperintah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peribadatan dalam gereja serta perayaan sakramen-sakramen adalah jembatan bagi warga jemaat untuk mengalami persekutuan dengan Tuhan dan seluruh warga jemaat. Sehingga

Lebih terperinci

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3 Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3 Pengantar Dalam dua bagian pertama pelajaran ini, kita telah belajar pentingnya menerima Roh Kudus, membaca Alkitab, dan berkembang di mana kita ditanamkan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang paling sulit untuk dipelajari dan dimengerti dari segala makhluk di bumi. Meskipun memiliki bentuk dan organ tubuh yang sama namun sifat

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP

BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP 4.1. Pengantar Pada Bab IV ini penulis akan mengunakan teori-teori yang sudah dikemukakan dalam Bab II untuk meninjau permasalahan yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS Membandingkan bingkai pemikiran Nabeel Jabbour tentang gereja

BAB IV ANALISIS Membandingkan bingkai pemikiran Nabeel Jabbour tentang gereja BAB IV ANALISIS 4.1. Membandingkan bingkai pemikiran Nabeel Jabbour tentang gereja tidak Kasat Mata dengan John Calvin tentang Gereja yang tidak Kelihatan dalam persamaan dan perbedaannya. Nabeel Jabbour

Lebih terperinci

Gereja Memberitakan Firman

Gereja Memberitakan Firman Gereja Memberitakan Firman Gereja-gereja yang mengakui kewibawaan Firman Allah memberikan tempat terhormat dan utama kepadanya. Pendeta dalam gereja-gereja seperti ini dengan setia memberitakan Firman

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HASIL PENELITIAN

BAB IV TINJAUAN HASIL PENELITIAN BAB IV TINJAUAN HASIL PENELITIAN Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang yang dikenakan Disiplin Gereja Dalam bab ini, penulis akan meninjau hasil penelitian dalam Bab III dan menghubungkannya

Lebih terperinci

.. prosesi Alkitab dibawa masuk ke dalam ruang Ibadah diiringi instrumen... 1

.. prosesi Alkitab dibawa masuk ke dalam ruang Ibadah diiringi instrumen... 1 TATA IBADAH HARI MINGGU IX SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat menjangkau seluruh jemaatnya agar dapat merasakan kehadiran Allah ditengahtengah kehidupannya. Dengan itu maka,

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman BAGI MEREKA YANG ADA DI DALAM Kristus Yesus. Siapa yang merdeka?

Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman BAGI MEREKA YANG ADA DI DALAM Kristus Yesus. Siapa yang merdeka? Lesson 9 for December 2, 2017 Siapa yang merdeka? Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman BAGI MEREKA YANG ADA DI DALAM Kristus Yesus. (Roma 8:1) Hanya mereka yang memiliki hubungan yang erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan

Lebih terperinci

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga Hari Pertama Kamis, 25 Mei 2006 Kerajaan Kristus...dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem,

Lebih terperinci

PEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa

PEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa PEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa Tujuan: Jemaat memahami bahwa pemberian (sumber daya, ide, waktu, dana, dan materi) merupakan salah satu wujud perbuatan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Gereja ada dan eksis di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri, juga bukan atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk melaksanakan misi-nya

Lebih terperinci

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR JEMAAT BERHIMPUN

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR JEMAAT BERHIMPUN LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR PERSIAPAN - Umat bersaat teduh - Lonceng berbunyi - Penyalaan Lilin JEMAAT BERHIMPUN (Jemaat Berdiri) PANGGILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk menghadapi siklus kehidupan, salah satunya kematian. Didalamnya terdapat nilai-nilai

Lebih terperinci

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci