BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP"

Transkripsi

1 BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP 4.1. Pengantar Pada Bab IV ini penulis akan mengunakan teori-teori yang sudah dikemukakan dalam Bab II untuk meninjau permasalahan yang terjadi dalam proses mutasi pendeta. Permasalahan yang terjadi dalam proses mutasi pendeta akan di lihat dari latar belakang permasalahan, fungsi-fungsi manajemen dan selain itu juga untuk memberi penilaian terhadap landasan teologis dan manajemen mutasi pendeta di GKPB. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka yang akan di bahas dalam Bab IV ini adalah melakukan tinjau kristis terhadap mutasi pendeta di GKPB Alasan Yang Melatarbelakangi Mutasi Pendeta Dari segi pemahaman pengalaman mutasi di GKPB, para pendeta cenderung memahami mutasi bertolak dari pengembangan diri pendeta. Mutasi merupakan sarana pengembangan diri dalam rangka membina dan mengembangkan profesi. 66 Hal itu lebih menunjukan pada pembinaan karier pendeta sebagai upaya memperdayakan mutasi sumber daya manusia. Karier adalah perkembangan kemampuan untuk mencapai prestasi pribadi, sehingga lebih menunjukan pada pengembangan pribadi saja. Perkembangan kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan seorang pendeta dapat dilihat sebagai suatu pengembangan karier, sehingga dapat menjadi suatu sarana untuk membina dan mengembangkan profesi. Sebagai refleksi atas pelayanan pembinaan karier pendeta dalam hubungan dengan penggembangan jemaat bisa menjadi positif bagi mutasi dengan tujuan untuk membina dan ## %&'&() * *+%) ),+' *+%' "

2 mengembangkan profesi sebagai pendeta dan meningkatkan pelayanan jemaat. Dengan demikian pemahaman para pendeta memberikan suatu gambaran yang positif mengenai pengalaman mutasi pendeta di GKPB. Permasalahan sangat mungkin terjadi di GKPB yang telah mengemban visi dan misi damai sejahtera. Hal ini mengacu kepada pemahaman bahwa permasalahan muncul karena adanya perbedaan persepsi mengenai kepentingan-kepentingan yang terjadi ketika tidak adanya alternatif yang dapat memuaskan aspirasi kedua belah pihak. Ternyata perbedaan pemahaman mengenai tugas panggilan sebagai pelayan Tuhan dapat menimbulkan suatu permasalahan bagi pendeta dan jemaat. Apabila ada tujuan-tujuan yang berbeda dalam tubuh tim mutasi pendeta GKPB, sehingga muncul pertentangan ketika pihak-pihak ini ingin mencapai tujuan masing-masing. Dalam komunitas Kristen ada juga pertemuan kepentingan-kepentingan, baik yang bersifat interpersonal maupun sosial, sehingga munculnya konflik yang dinilai sebagai sesuatu yang wajar dalam kehidupan manusia. Tim mutasi pendeta merupakan salah satu bagian dalam Sinode GKPB, yang di dalamnya sering terjadi pertemuan kepentingan personal, sehingga hal itu dapat menimbulkan suatu petentangans. Tim mutasi pendeta adalah tim yang dibentuk dan dipercayai oleh Sinode untuk mengurusi proses mutasi pendeta dan vikaris. Oleh sebab itu proses mutasi pendeta harus mempunyai suatu landasan dasar, supaya memperkuat visi, misi, dan tujuan yang hendak di capai. Landasan dasar merupakan suatu hal yang sangat penting karena itu merupakan pondasi utama dalam mendirikan suatu organisasi/lembaga dalam gereja demikian juga dalam manajemen baik itu organisasi, lembaga 67. Jika landasan dasar yang dibangun kuat, maka organisasi pun dapat berdiri dengan tegap. Namum pada kenyataannya dalam proses mutasi pendeta di GKPB tidak mempunyai landasan dasar yang pasti. Mengapa, karena #$ Gibson, Donnelly & Ivancevich, Manajemen Edisi Kesembilan (Jakarta: Erlangga, 1997), 173. "

3 penulis melihat dari beberapa pendeta mempunyai landasan dasar masing-masing dan ini menyebabkan tidak adanya kesatuan dalam tubuh tim mutasi pendeta. Hal inilah yang membuat para hamba Tuhan sering salah mengartikan tugas pelayanan mereka. Permasalahan yang sering terjadi dalam proses mutasi pendeta adalah permasalahan internal, yaitu kurangnya komunikasi antara sinode, pendeta, dan jemaat. 68 Dalam menjalankan suatu manajemen maka diperlukan suatu komunikasi antara anggotanya. Jadi dengan berkomunikasi kita dapat mengetahui apa yang hendak disampaikan, sedangkan komunikasi dalam persekutuan Kristen merupakan alat untuk menggabungkan setiap anggota menjadi kelompok. 69 Komunikasi yang kurang menyebabkan orang bisa salah paham terhadap maksud dan tujuan dari orang yang bersangkutan. Selain komunikasi kebutuhan dari sumber daya manusia juga harus terpenuhi dengan demikian manajemen dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau jemaat. 70 Hal yang sama juga terjadi dalam proses mutasi pendeta di GKPB mengapa, karena seringkali sinode, pendeta, dan jemaat kurang tegas dalam menyampaikan maksudnya sehingga terjadi kesalahan presepsi. Hal inilah yang melatar belakangi terjadinya masalah pemulangan pendeta, dan perselisihan antara jemaat dengan pendeta Proses Mutasi Pendeta Dilihat Dari Fungsi-fungsi Manajemen Dalam proses mutasi pendeta sebaiknya ada kesepakatan antara ke tiga pihak, yaitu pendeta yang akan dimutasikan, majelis jemaat yang akan menerima penempatan pendeta dan Majelis Sinode. Setelah adanya suatu kesepakatan baru diputuskan oleh Majelis Sinode # Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-Dasar Manajemen Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), Edgar Wals, Bagaimana Mengelola Gereja Anda?:pedoman bagi pendeta dan pengurus awan (Diterjemahkan oleh S.M. Siahaan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), Eugene Mckenna dan Nic Beech, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Andi 2000), 6. "!

4 untuk memutasikan pendeta tersebut. Apabila ada yang tidak sepakat, maka Majelis Sinode yang memutuskan tentang pemutasian pendeta tersebut. Bertolak dari pemahaman di atas, perencanaan sanggat diperlukan dalam suatu organisasi supaya arah tujuan yang hendak dicapi menjadi jelas. Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan dan pemilihan tujuan terlebih dahulu serta merumuskan tindakan-tindakan atau tugas-tugas yang dianggap perlu untuk mencapainya. 71 Dalam hal ini perencanaan yang dilakukan oleh tim mutasi pendeta GKPB sudah baik, namun perlu adanya suatu landasan yang kuat untuk mendasari suatu perencanaan dalam proses mutasi pendeta. Dengan adanya landasan teologis dalam proses mutasi pendeta diharapkan perencanaan menjadi lebih matang. Dalam suatu organisasi tidak hanya memerlukan suatu perencanaan saja, tetapi juga memerlukan suatu pengorganisasian. Pengorganisasian adalah mengelompokan kegiatan yang diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut. 72 Dalam manajemen pengorganisasian berfungsi untuk mencapai usaha terkoordinasi melalui pendesainan struktur hubungan tugas dan wewenang: dua konsep pokok adalah desain dan struktur. Desain, dalam konteks ini, mengimplikasikan bahwa manajer melakukan suatu upaya untuk lebih dulu menetapkan cara karyawan melakukan pekerjaan, struktur menunjukan kepada pertalian yang relatif stabil dalam aspek organisasi. 73 Kalau dilihat pembagian kerja dalam mutasi pendeta, maka individu-individu dan kelompok-kelompok dalam proses mutasi pendeta hanya merupakan bagian dari organisasi yang masing-masing mempunyai fungsi dan tujuan sendiri-sendiri. Namum, tujuan tersebut harus diarahkan guna mencapai tujuan dari tim mutasi pendeta yang telah ditetapkan. $ James A.F. Stoner, Manajemen (Jakarta:Erlangga, 1991), M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), Gibson, Donnelly & Ivancevich, Manajemen Edisi Kesembilan, ""

5 Bertolak dari permasalahan tersebut, maka pengorganisasian dalam proses mutasi pendeta harus memenuhi syarat-syarat dalam pengorganisasian yaitu, melakukan hubungan langsung, merumuskan tugas, wewenang, tanggung jawab dan kreteria keberhasilan yang jelas pada setiap individu dan bagian organisasi, ciptakan sistem komunikasi dan informasi yang efektif dalam organisasi, melakukan kontrol yang efektif terhadap pelaksanaan mutasi dan sesuaikan dengan perkembangan atau perubahan yang terjadi. 74 Setelah itu tim mutasi pendeta akan mengadakan percakapan segitiga dengan majelis jemaat dan pendeta yang akan dimutasikan. Hasil percakapan disampaikan Majelis Sinode untuk diputuskan dan ditetapkan. Tim mutasi ini juga bertugas untuk mengadakan percakapan dan pengawasan bagi pendeta GKPB yang bermasalah dalam jemaat. Hasil percakapan disampaikan kepada Majelis Sinode GKPB untuk diputuskan dan ditetapkan. Dengan demikian tim mutasi pendeta GKPB dapat lebih mudah mengatur pendeta A cocok dengan kategori jemaat yang mana dan seterusnya. GKPB atau tim mutasi pendeta telah melakukan percakapan segitiga antara pendeta yang bersangkutan, majelis jemaat yang bersangkutan dan Majelis Sinode yang diwakili oleh Majelis Sinode Harian sebagai badan yang akan menetapkan. Tetapi percakapan tersebut dilakukan secara menyeluruh maksudnya, semua pendeta di hadirkan dalam percakapan segitiga tersebut. Yang diharapkan pada percakapan segitiga dilakukan secara individu antara Majeli Sinode Harian, Majelis Jemaat dan pendeta yang bersangkutan beserta keluarga, buka secara menyeluruh. Walaupun tim mutasi pendeta sudah mengadakan percakapan segitiga, tetapi masih ada permasalahan yang sering terjadi dalam proses mutasi pendeta. Permasalahan tersebut muncul bukan diakibatkan oleh proses mutasi pendeta tetapi permasalahan yang terjadi datang dari pihak keluarga, pribadi dari pendeta itu sendiri, masalah perekonomia dalam keluarga, pendidikan anak, dan lingkungan. Dengan demikian dibutuhkan suatu konseling baik itu bagi pendeta itu sendiri maupun keluarganya, supaya $! Manullang, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, 75. "#

6 permasalahanya yang terjadi dalam keluarga pendeta tidak berulang kembali. Sebaiknya tim konseling bagi pendeta dan keluarga pendeta yang bermasalah ini independen yang terdiri dari orang-orang yang propesional dalam bidangya, status tim sebaiknya tetap sebagai pengawai GKPB, agar penanganan berbagai masalah pendeta dapat diselesaikan dengan tuntas. Dengan demikian diperlukan suatu konseling bagi keluarga pendeta Kalau dilihat dari fungsi manajemen yang ada maka diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam proses mutasi supaya memungkinkan kegiatan-kegiatan berikutnya dapat berjalan dengan baik. Dalam manajemen gereja ada beberapa petunjuk yang dapat dijadikan dasar dalam membuat rencana atau melakukan kegiatan rencana, diantaranya, perencanaan akan menentukan keberhasilan semua kegiatan operasional organisasi, dalam membuat rencanan harus beralaskan pada kehendak Tuhan, dalam menyusun rencana perlu melakukan analisa terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang akan di hadapi, dan biarakan Tuhan ikut bekerja dalam membuat perencanaan yang sedang disusun. 75 Dengan demikian perencanaan yang baik sanggat diperlukan dalam proses pemutasian pendeta di GKPB. Proses penempatan pendeta sudah diatur sedemikian rupa oleh tim mutasi pendeta yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika dilihat dari data yang ada khususnya dalam perjalanan pelayanan pendeta-pendeta di GKPB ada beberapa pendeta yang berulang-ulang ditempatkan di desa. Kalau dilihat dari tingkat pendidikan pendeta yang ditempatkan di desa sama dengan tingkat pendidikan pendeta yang ditempatkan di kota dan hal ini mengakibatkan adanya suatu kecemburuan di kalangan pendeta. Controlling adalah usaha untuk dapat mencegah kemungkinan-kemungkinan penyimpangan dari pada rencana-rencana, instruksi-instruksi, menilai, mengoreksi, saran- 75 Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-Dasar Manajemen Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 21. "$

7 saran dan sebagainya yang telah ditetapkan. 76 Dengan adanya pengawasan diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat di tekan, sehingga kemungkinan timbulnya suatu permasalahan yang besar dapat dihilangkan atau setidaknya dapat di perkecil. Hal ini berarti dengan adanya suatu pengawasan yang baik, akan dapat lebih diharapkan tujuan yang telah ditetapkan akan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efesien. Bilamana tidak ada pengawasan atau pengawasan yang dilakukan kurang baik sehingga timbul penyimpangan, maka keadaan yang paling parah adalah apabila tujuan organisasi yang telah ditetapkan tersebut tidak tercapai. Dengan tidak tercapainya tujuan tersebut dapat mengalami suatu masalah yang cukup besar dan bahkan mungkin kegagalan. Proses mutasi pendeta memerlukan suatu pengawasan yang lebih baik supaya hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan semula. Dan seandainya gereja tidak mengalami suatu kegagalan, tapi gereja akan mengalami permasalahan yang cukup besar, yang hal ini berarti akan mengganggu kelancaran pelayanan gereja terkhususnya tim mutasi pendeta. Oleh karena penyimpangan yang terjadi dapat menimbulkan masalah bahkan kegagalan baik bagi gereja, pendeta, jemaat dan tidak hanya karena adanya peyimpangan dalam proses mutasi pendeta dan pada pendeta itu sendiri, maka setiap kegiatan yang bilamana terjadi penyimpangan dapat menimbulkan masalah serta perlu diadakan pengawasan yang baik. Jikalau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses mutasi pendeta dapat dinamai sebagai suatu penyakit, maka di sini usaha untuk mencegah kemungkinan sakit (penyimpangan-penyimpangan) adalah merupakan tindakan yang lebih utama dari pada mengobati penyakit tersebut. Meskipun demikian apabila penyakit (penyimpanganpenyimpangan) menyerang maka kita harus dapat mengobati. Demikian pula dalam $# %&,+&- '%&- $ $ "

8 pengawasan, maka usaha untuk melakukan pengcegahan adalah lebih baik dari pada usaha untuk menghentikan penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi. Pengarahan merupakan bagian dalam fungsi manajemen yang berfungsi untuk memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau intruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benarbenar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula. Dalam hal pengarahan haruslah diberikan kepada orang yang tepat, jelas, satu per satu, dan dapat di mengerti oleh orang yang akan melaksanakan. Fungsi pengarahan dalam manajemen mutasi pendeta sudah baik. pengarahan dan bimbingan perlu ditingkatkan supaya sesuai dengan tujuan semula. Pengkoordinasian berarti mengikat, mempersatukan, dan menyelaraskan semua aktifitas dan usaha. 77 Pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan itu, antara lain dengan memberikan intruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan, bimbingan atau nasihat coaching (pelatihan) dan bila perlu memberi teguran. Di sini penulis melihat bahwa pengkoordinasian dalam proses mutasi sudah baik hanya perlu ditingkatkan. Setiap fungsi yang sudah dijalankan perlu diadakan evaluasi, supaya sesuai dengan yang diharapkan Upaya Penyelesaian Masalah Yang Timbul Dari Proses Mutasi Pendeta Tujuan utama GKPB adalah menjadikan semua bangsa murid-nya dan visinya: Bumi Bersukacita Dalam Damai Sejahtera. Dengan demikian diharapkan gereja mampun membawa damai sejahtera untuk semua orang. Untuk dapat memberitakan kabar sukacita 77 Sugiyanto, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, 9. "

9 dan membawa damai bagi setiap orang, maka sinode atau gereja mengutus para pelayannya untuk dapat memberitakan damai sejahtera pada semua mahkluk yang ada di bumi. Pendeta adalah salah satu alat yang dipakai oleh Tuhan untuk dapat memberitakan kabar keselamatan supaya mahluk di bumi memperoleh damai sejahtera. 78 Untuk mencapai hal tersebut, maka sinode membentuk sebuah tim mutasi pendeta yang bertujuan untuk memberitakan kabar keselamatan bagi umat-nya. Sesuai dengan Peraturan Pengawai no 06, pasal 8, tim mutasi pendeta ini ditugaskan untuk menempatkan pendeta di wilayah-wilayah pelayanan. Dengan tujuan kabar keselamatan dapat diwartakan dengan baik dan pendeta maupun jemaat mendapatkan suatu penyegaran rohani. Sinode mengharapkan mutasi pendeta ini dapat menjawab kebutuhan jemaat. Dengan waktu empat tahun diharapkan pendeta mampu memimpin, mendidik, dan dapat membangun jemaat baik itu dalam bidang rohani maupun jasmani. Selama masa tugas empat tahun ini pendeta diberikan wewenang untuk memimpin jemaat yang di dukung oleh majelis dan jemaat yang bersangkutan. Akan tetapi ketika tujuan mereka berbeda, maka disinilah mulai munculnya suatu permasalahan. Permasalahan mengenai mutasi pendeta bukanlah disebabkan kerena mutasi pendeta itu sendiri, melainkan karena hakekat pelayanan dan tujuan yang hendak dicapai oleh tim mutasi pendeta berbeda dengan tujuan yang hendak di capai oleh sinode. GKPB melihat kurang adanya komunikasi dan koordinasi antara pendeta dengan jemaat, sehingga menyebabkan salah pengertian. Menurut GKPB dan sinode pemulangan pendeta oleh jemaat disebabkan karena pendeta yang bersangkutan telah melakukan penyimpangan dalam proses mutasi pendeta. Seperti halnya pendeta yang secara diam-diam menikahkan tamu asing di sebuah hotel, pendeta yang hanya mementingkan dirinya sendiri, dan sebagainya. 78 Strauch, Kepenatuaan Atau Kependetaan, 2 #

10 Oleh sebab itu sinode maupun gereja mengambil suatu keputusan untuk melaksanakan mutasi pendeta. Tujuan sinode melaksanakan mutasi pendeta untuk membantu pendeta yang bersangkutan keluar dari permasalahan yang di hadapi dalam jemaat. Semuanya itu kembali lagi kepada komitmen pelayanan dari masing-masing pendeta. Dalam manajemen Kristiani yang menjadi faktor penyebab timbulnya permasalahan adalah harta atau milik, ada pihak atau orang yang membuat tipu muslihat dan merencanakan kejahatan, adanya saksi dusta atau bohong, kebencian, keangkuhan, pemarah, menekan kemarahan, dan mencari-cari persoalan yang bodoh dan tidak layak. 79 Masalah mutasi pendeta disebabkan kerena dari masing-masing anggota masih mementingkan diri sendiri. Pengarahan sangat diperlukan dalam proses mutasi pendeta agar pendeta mengetahui wewenang mereka sebagai pemimpim jemaat. Dengan demikian permasalahan yang terjadi dapat dihindarkan, ketika setiap orang yang terlibat di dalamnya mengetahui posisi mereka masing-masing. Dengan demikian setiap persoalan yang terjadi dalam lingkungan gereja harus diselesaikan secara damai, sehingga tidak menimbulkan masalah yang berkepanjangan. Bertolak dari pemahaman di atas, penyelesaian masalah tidak harus melalui mutasi, tetapi proses pembentukan diri pendeta melalui percakapan pengembalaan harus di tempuh. Sebagai pimpinan gereja, Majelis Sinode GKPB bertanggung jawab dalam proses pengembalaan. Hasil pengembalaan dipercakapkan dengan majelis jemaat, agar memahami segala persoalannya dan dapat menerimanya kembali dalam pelayan dan kesaksian jemaat, maka pendeta yang bersangkutan harus tetap melaksanakan tugas panggilannya sebagai pejabat gereja. Sampai dipandang telah memenuhi tugas panggilan gereja sebagai kreterian untuk mutasi pendeta. Ketika pelayan tetap menjadi kendala dan hambatan bagi kesaksian jemaat, apalagi membuat jemaat menjadi tersandung karena persoalannya itu sekalipun telah 79 Wiryoputro, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, 131. #

11 digembalakan, seyoginya pendeta yang bersangkutan di mutasikan. Alasannya jika tidak dimutasikan akan merusak pemahaman dan penghanyatan pendeta tersebut terhadap panggilanya sebagai pejabat gereja dan citranya dihadapan jemaat. Selain itu, akan berdampak buruk bagi pengembangan pelayanan selanjutnya dalam jemaat. Dalam kerangka berfikir demikian, mutasi dilaksanakan bukan dalam rangka pegembalaan atau sebagai suatu hukuman jabatan tetapi harus di pahami sebagai pembaharuan panggilan bagi pendeta yang bersangkutan. Beberapa pendeta berpendapat bahwa manajemen mengenai mutasi pendeta di GKPB perlu di perbaharui kembali, karena masih banyak terjadi kesalahan dalam proses penempatan pendeta. Manajemen suatu proses untuk menggerakan tindakan-tindakan dalam usaha kerjasama manusia sehingga tujuan yang telah ditentukan benar-benar tercapai. Lemahnya manajemen mutasi pendeta membuat Majelis Sinode tidak mengetahui kebutuhan jemaat-jemaat yang akan menerima penempatan pendeta dan kualitas para pendeta GKPB yang akan dimutasikan. Ketidaktahuan itu, mengakibatkan Majelis Sinode tidak pernah mengadakan percakapan atau berkonsultasi dengan para pendeta yang akan dimutasikan secara individu. Bertitik tolak dari pemahaman diatas, maka perlu adanya suatu pengkoordinasian untuk mengikat, mempersatukan, dan menyelaraskan semua aktifitas dan usaha serta memberikan intruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan, dan memberikan bimbingan kepada semua pihak yang ikut terlibat di dalamnya. 80 #

12 4.5. Penutup Manajemen adalah suatu ilmu dan seni dari suatu proses usahan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian kegiatan penggunaan sumber daya manusia serta benda dalam suatu oraganisasi agar tercapai tujuan oraganisasi secara efektif dan efisien. Dalam manajemen mutasi pendeta perlu adanya suatu kesatuan dalam tubuh tim mutasi supaya setiap fungsi yang ada dapat berjalan seimbang. Dengan demikian tim mutasi pendeta dapat menjawab kebutuhan jemaat atau sumber daya manusia yang ada sesuai dengan kemampuan dan tingkat pendidikan dari pendeta. Namum permasalahan tetap muncul di dalamnya karena kurang adanya komunikasi, perencanaan yang matang, dan kurangnya pengawasan. Perencanaan yang kurang matang membuat pendeta salah memahami tugas dan tanggung jawab sehingga tujuan yang hendak di capai berbeda dengan tujuan semula. Selain itu permasalahan juga muncul dari pribadi pendeta itu sendiri, keluarga, keuangan dan lingkungan. Konseling pastoral dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi bagi pendeta yang bermasalahan dan keluarga pendeta yang bermasalah dan seharusnya konseling dilakuka pada setiap pendeta berserta keluarga yang akan dimutasikan supaya dapat mengurangi permasalahan yang ada dalam mutasi pendeta. #

BAB II PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MANAJEMEN GEREJAWI

BAB II PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MANAJEMEN GEREJAWI BAB II PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MANAJEMEN GEREJAWI 2.1. Pendahuluan Dalam Bab II ini penulis akan memaparkan teori mengenai manajemen, mutasi pendeta dan pengelolaan sumber daya manusia. Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) merupakan organisasi agama (Religious Organization) yang resmi terbentuk dengan badan hukum 214 LN. No 8 Tgl 11 Agustus 1949

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM. Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM. Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang menunjukan bahwa Sinode GPM terdapat 32 klasis dengan jumlah keseluruhan jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam gereja ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 1 Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN Persembahan identik secara formal dengan memberikan sesuatu untuk Tuhan. Berkaitan dengan itu, maka dari penelitian dalam bab tiga, dapat disimpulkan bahwa, pemahaman

Lebih terperinci

MUTASI PENDETA-PENDETA DI GKPB DITINJAU DARI MANAJEMEN GEREJAWI

MUTASI PENDETA-PENDETA DI GKPB DITINJAU DARI MANAJEMEN GEREJAWI MUTASI PENDETA-PENDETA DI GKPB DITINJAU DARI MANAJEMEN GEREJAWI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teologi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi (S. Si. Teol)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat menjangkau seluruh jemaatnya agar dapat merasakan kehadiran Allah ditengahtengah kehidupannya. Dengan itu maka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misinya. Karena itu organisasi mempunyai sistem dan mekanisme yang diterapkan sebagai upaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

BAB I. A. Latar belakang permasalahan BAB I A. Latar belakang permasalahan Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia mendambakan dirinya selalu sehat agar bisa melakukan segala aktivitasnya tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh

Lebih terperinci

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Bab ini merupakan pembahasan mengenai analisa suatu studi tentang peranan penatalayanan gereja di dalam usaha pencapaian kemandirian gereja dalam bidang dana di GPIB Kasih Karunia

Lebih terperinci

BAB 4. Refleksi Teologis. dan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya tidak terkecuali anak-anak yang adalah

BAB 4. Refleksi Teologis. dan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya tidak terkecuali anak-anak yang adalah BAB 4 Refleksi Teologis Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius 28:19-20). Mandat ini

Lebih terperinci

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

I.1. PERMASALAHAN I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. PERMASALAHAN I.1.1. Latar Belakang Masalah Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. AjaranNya tidak hanya untuk diucapkan, melainkan juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta adalah seorang pemimpin jemaat, khususnya dalam hal moral dan spiritual. Oleh karena itu, dia harus dapat menjadi teladan bagi jemaatnya yang nampak

Lebih terperinci

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran BAB V Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran I. Refleksi Kehadiran saksi Yehova di tengah masyarakat Kelurahan Kawua yang merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKST, pada akhirnya telah melahirkan tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem yang digunakan untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut berupa informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan, yang hadir bersama dengan pluralitas agama, adalah konteks kehidupan gerejagereja di Indonesia secara umum, dan gereja-gereja di Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. Salah satu asset yang paling berharga bagi perusahaan adalah Sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. Salah satu asset yang paling berharga bagi perusahaan adalah Sumber BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Salah satu asset yang paling berharga bagi perusahaan adalah Sumber Daya Manusia. Dan apabila Sumber Daya Manusia itu diperhatikan

Lebih terperinci

IMAN YANG HIDUP (Yakobus 2:14-26) Hendro Lim

IMAN YANG HIDUP (Yakobus 2:14-26) Hendro Lim Naskah Khotbah IMAN YANG HIDUP (Yakobus 2:14-26) Hendro Lim Yakobus 2:14-26 merupakan bagian surat Yakobus yang dipandang paling penting secara teologis, tetapi juga paling kontroversial. Ketika membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam segala bidang, tidak terkecuali dalam bidang politik. Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam segala bidang, tidak terkecuali dalam bidang politik. Keputusan BAB I PENDAHULUAN 1. Latarbelakang Permasalahan Peristiwa penting dalam kehidupan politik 1 di Indonesia terjadi pada tanggal 21 Mei 1998 2. Pergantian kepemimpinan nasional dalam era reformasi mengagendakan

Lebih terperinci

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani Surat Paulus kepada Titus 1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba Allah dan rasul Kristus

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Gereja ada dan eksis di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri, juga bukan atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk melaksanakan misi-nya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA BERBASIS STRUKTUR ORGANISASI

PEDOMAN KERJA BERBASIS STRUKTUR ORGANISASI PEDOMAN KERJA BERBASIS STRUKTUR ORGANISASI Hanny Siagian STIE Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 hanny@mikroskil.ac.id Abstrak Kehadiran struktur organisasi mutlak ada didalam suatu kegiatan

Lebih terperinci

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10 MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10 Satu jemaat diorganisasi oleh seorang pendeta yang diurapi atas rekomendasi komite eksekutif konferens.

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

Spiritualitas Penatalayanan

Spiritualitas Penatalayanan Spiritualitas Penatalayanan Oleh: Pnt. Virgo Tri Septo A. Lokakarya Penatalayanan Majelis dan Badan Pelayanan Jemaat GKI Madiun Minggu, 24 September 2017 Apa itu Penatalayanan? Penatalayanan adalah segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. 5.1 Kesimpulan 1. Tidak dapat dipungkiri persoalan dalam kehidupan

Lebih terperinci

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi

Lebih terperinci

Dalam Galatia 5: 13-15, Paulus memperingatkan orang-orang Galatia supaya mereka jangan menggunakan kemerdekaan di dalam Kristus dengan tidak sopan.

Dalam Galatia 5: 13-15, Paulus memperingatkan orang-orang Galatia supaya mereka jangan menggunakan kemerdekaan di dalam Kristus dengan tidak sopan. Lesson 12 for September 16, 2017 Dalam Galatia 5: 13-15, Paulus memperingatkan orang-orang Galatia supaya mereka jangan menggunakan kemerdekaan di dalam Kristus dengan tidak sopan. Persoalan itu mungkin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi. Proses manajemen terdiri

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon.

BAB 4 PENUTUP. pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon. BAB 4 PENUTUP Pada bab ini akan di tulis kesimpulan dan saran untuk Gereja, para Medis, pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon. 4.1 KESIMPULAN 1. Sterilisasi dipilih oleh kebanyakan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah Bab I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Gereja Kristen Protestan Indonesia atau yang sering disingkat dengan nama GKPI adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di dunia ini. Sebagai bagian

Lebih terperinci

Surat Paulus kepada Titus

Surat Paulus kepada Titus Titus 1:1-4 1 Titus 1:6 Surat Paulus kepada Titus 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan BAB V PENUTUP Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil kemudian menjadi dasar penyusunan implikasi baik dari aspek teoritis maupun praktis. 5.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,

BAB 1 Pendahuluan.  1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News, 1 BAB 1 Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 berkekuatan 5,9 Skala Richter pada kedalaman 17,1 km dengan lokasi pusat gempa terletak di dekat pantai pada koordinat

Lebih terperinci

Salah Satu Sub-Judul dalam buku Pedoman. KRISTIANI SEBAGAI KARUNIA ROH, dari KWI, Bab V: Roh Terus menerus Membarui Kita lewat :

Salah Satu Sub-Judul dalam buku Pedoman. KRISTIANI SEBAGAI KARUNIA ROH, dari KWI, Bab V: Roh Terus menerus Membarui Kita lewat : DISCRETIO SPIRITUUM Salah Satu Sub-Judul dalam buku Pedoman Pembaruan Kharismatik - PEMBARUAN HIDUP KRISTIANI SEBAGAI KARUNIA ROH, dari KWI, 1995. Bab V: Roh Terus menerus Membarui Kita lewat : A. Discretio

Lebih terperinci

SAUDARA MEMPUNYAI PENOLONG

SAUDARA MEMPUNYAI PENOLONG SAUDARA MEMPUNYAI PENOLONG Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Roh Kudus adalah Penolong Saudara Buah Roh Kudus Berjalan di dalam Roh Kuasa Roh Kudus di dalam Saudara Karunia-karunia Roh Roh Kudus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Pada masa sekarang ini, manajemen bukan lagi merupakan istilah yang asing bagi kita. Istilah manajemen telah digunakan sejak dulu, berasal dari bahasa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

Fari Handhina Kirana Rabu, 8 November 2017 DELEGATION

Fari Handhina Kirana Rabu, 8 November 2017 DELEGATION Fari Handhina Kirana Rabu, 8 November 2017 Kecakapan Pribadi SIFO A / 17082010005 DELEGATION Definisi Delegasi Delegasi adalah perwakilan atau utusan dengan proses penunjukan secara langsung maupun secara

Lebih terperinci

Bab VI Tata Kerja, Sistem Kerja, Hubungan Kerja, dan Kepemimpinan

Bab VI Tata Kerja, Sistem Kerja, Hubungan Kerja, dan Kepemimpinan Bab VI Tata Kerja, Sistem Kerja, Hubungan Kerja, dan Kepemimpinan Sinopsis: Bab ini menyediakan pengetahuan tentang tata kerja, prosedur kerja, dan sistem kerja yang mencakup pengertiannya, asas-asas,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi

Lebih terperinci

BAB III. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Dari Mutasi Dan. Permasalahan.

BAB III. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Dari Mutasi Dan. Permasalahan. BAB III Gambaran Umum Wilayah Penelitian Dari Mutasi Dan Permasalahan. 3.1. Pengantar Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai latar belakang Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB), struktur organisasinya,

Lebih terperinci

1. LATAR BELAKANG MASALAH

1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan,

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok merupakan kesatuan unit yang terkecil dalam masyarakat. Individu merupakan kesatuan dari kelompok tersebut. Anggota kelompok tersebut merupakan individu-individu

Lebih terperinci

Pikiran untuk menderita

Pikiran untuk menderita Ketika saya bertanya ke teman saya yang bekerja di divisi HRD sebuah bank terkenal tentang bagaimana bank tersebut mengelola karyawannya. Ia menjawab bahwa cara berpikir karyawan adalah menghindari penderitaan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN PELAJARAN

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN PELAJARAN Jenjang : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen. Kelas/Semester : IX / II Bentuk Soal : Pilihan Ganda Jumlah Soal : 50 Kurikulum Acuan : KTSP 1 KISI-KISI PENULISAN ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran seorang pendeta sangat penting di dalam kehidupan sebuah gereja. Demikian juga halnya di Greja Kristen Jawi Wetan (selanjutnya disingkat GKJW). Pendeta dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP)

BAB I PENDAHULUAN. Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP) mulai disebut sebagai suatu gereja mandiri yaitu melalui sidang sinode umum yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Evaluasi kinerja sumber daya manusia berupa penilaian terhadap kinerja pegawai dalam suatu waktu tertentu. Penilaian kinerja

Lebih terperinci

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS BAB V REFLEKSI TEOLOGIS Menurut Kejadian 1:27, 1 pada dasarnya laki-laki dan perempuan diciptakan dengan keunikan masing-masing. Baik laki-laki dan perempuan tidak hanya diberikan kewajiban saja, namun

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Kerja Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen berhubungan dengan suatu usaha untuk mencapai sasaransaran tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia dengan sebaik-baiknya,

Lebih terperinci

BAB 4 TINJAUAN EKKLESIOLOGIS TERHADAP MODEL HUGH F. HALVERSTADT. mempertahankan keutuhan sebagai sebuah komunitas.

BAB 4 TINJAUAN EKKLESIOLOGIS TERHADAP MODEL HUGH F. HALVERSTADT. mempertahankan keutuhan sebagai sebuah komunitas. BAB 4 TINJAUAN EKKLESIOLOGIS TERHADAP MODEL HUGH F. HALVERSTADT 4. 1. Pendahuluan Kehidupan para murid (gereja mula-mula) bukan hanya menunjukkan tentang bagaimana perjuangan mereka melawan penaniayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja tidak bisa lepas dari proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti modernisasi dan sekularisasi. Perubahan akan menimbulkan permasalahan dan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal Paul Suparno, S.J.

KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Peduliata oleh kongregasinya diberi tugas menjadi pimpinan asrama siswi-siswi SMA. Suster Peduliata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia hanya akan terselenggara dengan efisien

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia hanya akan terselenggara dengan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen sumber daya manusia hanya akan terselenggara dengan efisien dan efektif apabila dalam seluruh proses manajemen tersebut terjadi interaksi positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.

Lebih terperinci