BAB VI STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN BADAN PENGAWAS PROVINSI RIAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN BADAN PENGAWAS PROVINSI RIAU"

Transkripsi

1 BAB VI STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN BADAN PENGAWAS PROVINSI RIAU Dalam bab ini akan dijelaskan analisis tentang implementasi strategi lembaga dalam memperkuat peran terhadap lembaga pemerintah yang lain dalam perspektif Tupoksi. Dalam kajian politik teoritis, lembaga pengawas seharusnya memiliki peran dan posisi yang lebih kuat daripada lembaga lain yang diawasinya. Namun, dalam penguatan tersebut, perlu adanya strategi dan program yang baik, sehingga dengan kemampuan SDM yang telah ada, maka tujuan organisasi dalam aspek penguatan peran dapat tercapai dengan target tertentu Kondisi Lingkungan Internal dan Eksternal Pemerintah Provinsi Riau sebagai salah satu organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks dan penuh dengan ketidak pastian Badan Pengawas Provinsi Riau sebagai salah satu perangkat Pemerintah Provinsi Riau tidak luput dari kompleksitas lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki dan dihadapinya. Setelah dilakukan identifikasi lingkungan strategis pada Badan Pengawas Provinsi Riau, maka diperoleh tiga komponen lingkungan strategi internal dan tiga komponen lingkungan strategi eksternal yaitu : Kondisi Lingkungan Internal meliputi : 1) Kekuatan (Strenghts) terdiri dari : a) Kewenangan sebagai Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP): b) Adanya kerjasama dengan lembaga pengawas lainnya(internal dan eksternal) c) Adanya Komitmen pimpinan dan staf. 2) Kelemahan (Weaknesses), terdiri dari : a) Terbatasnya sumberdaya manusia. b) Masih terbatasnya anggaran: c) Belum maksimalnya dukungan sarana dan prasarana Lingkungan Eksternal, meliputi : 1) Peluang (Oppourtunities), terdiri dari :

2 a) Komitmen Pemerintah mewujudkan good governance: b) Pelaksanaan diklat/bintek. c) Banyak organisasi massa, LSM, Mahasiswa yang melakukan social control 2) Ancaman (Threats), terdiri dari : a) Isu sentral adanya KKN di lingkungan birokrasi pemerintah. b) Image negatif terhadap Bawasprop: c) Rendahnya tingkat penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan. Tabel 18. Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Internal Lingkungan Strategis Eksternal Kekuatan (Strenghts) Peluang (Opportunities) 1. Kewenangan Sebagai APIP 2. Adanya Kerjasama dengan lembaga pengawas lainnya 3. Adanya Komitmen Pimpinan dan Staf Kelemahan (Weakness) 1. TerbatasnyaSumberdaya Manusia 2. Masih terbatasnya anggaran. 3. Belum maksimalnya dukungan sarana dan prasarana. Sumber: Diolah 1. Pelaksanaan Diklat / Bimtek. 2. Komitmen pemerintah untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) 3. Banyak organisasi massa, LSM, Mahasiswa yang melakukan sosial control Ancaman (Threat) 1. Isu sentral adanya KKN di lingkungan birokrasi pemerintah. 2. Adanya Image negatif terhadap institusi pengawasan 3. Masih rendahnya tingkat penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan 6.2. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal (SWOT) Perumusan strategi sebuah organisasi berawal dari analisis situasi. Analisis situasi mengharuskan para manajer puncak untuk menemukan sinergitas (kesesuaian) strategis antara kekuatan internal yang dimiliki dengan peluang-peluang eksternal disamping memperhatikan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal yang dimiliki dan dihadapi oleh organisasi. SWOT itu sendiri merupakan akronim untuk Strenghts, Weaknesses, Opportunities,

3 dan trheats dari suatu organisasi, yang semuanya merupakan faktor-faktor strategis. Analisis SWOT pada hakikatnya adalah suatu proses mengidentifikasi kompetensi suatu organisasi dengan mengkombinasikan keahlian, sumberdaya yang dimiliki dan cara atau metoda yang digunakan dalam mencapai tujuan organisasi Kekuatan (Strengths) Kekuatan merupakan suatu kompetensi yang digunakan untuk dapat menangani peluang dan ancaman yang dihadapi oleh suatu organisasi (Rangkuti, 1997). Keberhasilan yang ditunjukkan oleh penguatan peran Badan Pengawasan Provinsi Riau tidak terlepas dari kekuatankekuatan yang dimiliki. Kekuatan-kekuatan yang memiliki korelasi yang signifikan dalam rangka penguatan peran Badan Pengawas Provinsi Riau adalah : 1) Kewenangan Sebagai APIP Badan Pengawas Provinsi Riau dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 24 Tahun 2001 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Provinsi Riau. Pasal 3 menyebutkan Badan Pengawas Provinsi Riau mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahaan Daerah dalam upaya pembinaan terhadap aparat pemerintah baik di lingkup Pemerintah Provinsi maupun Peemrintah Kabupaten/Kota. Sebagai Aparat Pengawas Internal (APIP) Badan Pengawas Provinsi Riau adalah satu-satunya SKPD yang mempunyai kewenangan melakukan pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah baik di lingkup Pemerintah Provinsi Riau maupun Pemerintah Kabupaten dan Kota se Provinsi Riau. 2) Adanya Kerjasama dengan Lembaga Pengawas Lainnya Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Badan Pengawas Provinsi Riau telah melakukan kerjasama dengan eksternal Auditor dalam hal: 1) Review Laporan Keuangan Pemprop 2) penyusunan LAKIP Pemerintah Provinsi Riau dan pelaksanaan audit gabungan, serta sebagai Koordinator dalam penyelesaian tindaklanjut hasil pemeriksaan BPKP Perwakilan Provinsi Riau, Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri dan

4 Inspektorat Jenderal Departemen teknis. BPK Perwakilan Riau dan Pemerintah Kabupaten/Kota se Provinsi Riau. 3) Adanya Komitmen Pimpinan dan Staf Pimpinan dan Staf di lingkup Badan Pengawas Provinsi Riau memiliki komitmen dalam upaya mewujudkan visi dan misi Badan Pengawas Provinsi Riau yaitu Terwujudnya Kepemerintahan Berbudaya Melayu Melalui Pengawasan Yang Profesional. Komitmen ini terlihat dari upaya peningkastan kapasitas sumberdaya manusia melalui alokasi anggaran pendidikan dan latihan, peningkatan sarana dan prasarana dan peningkatan anggaran setiap tahunnya Kelemahan (Weaknesses) Kelemahan yang ada di dalam organisasi harus segera diatasi untuk menangani peluang dan ancaman yang datang (Rangkuti, 1997) Adapun kelemahan yang dimiliki oleh Badan Pengawas Provinsi Riau adalah : 1) Terbatasnya Sumber Daya Manusia. Dalam rangka menyelenggarakan tugas pokok dan fungsinya, Badan Pengawas Provinsi Riau perlu didukungt oleh sumberdaya manusia yang handal baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Jumlah Pegawai Badan Pengawas Provinsi Riau selama tiga tahun terakhir (tahun ) adalah 68 orang pada tahun 2006, bertambah menjadi 75 orang pada tahun 2006 dan bertambah lagi menjadi 76 orang pada tahun Dari jumlah ini yang melakukan tugas pemeriksaan adalah 36 orang. Jika ditinjau dari beban kerja yang diemban oleh Badan Pengawas yaitu harus melakukan pemeriksaan reguler, pemeriksaan khusus, kasus terhadap objek pemeriksaan yaitu 30 SKPD yang berada dalam lingkup Pemerintah Provinsi Riau dan 11 Kabupaten/Kota (masing-masing kabupaten/kota 7 objek pemeriksaan) yang ada di Provinsi Riau yang harus dilaksanakan dalam satu tahun anggaran, terlihat jelas sekali bahwa peningkatan jumlah personil sangat tidak proporsional jika dibandingkan dengan beban kerja yang harus diemban. Jika dibuat perbandingannya adalah jumlah objek pemeriksaan berbanding jumlah pemeriksa yaitu 107 : 36.= 3 : 1 Hal ini berarti bahwa tiga objek

5 pemeriksaan berbanding satu personil pemeriksa. suatu jumlah yang dirasa sangat tidak memadai dengan jumlah personil yang ada, karena aspek yang diperiksa meliputi empat aspek yaitu aspek pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, aspek pengelolaan kepegawaian/sdm, aspek pengelolaan aset/sarana prasarana dan aspek pengelolaan keuangan. Jumlah pegawai Badan Pengawas Provinsi Riau menurut jenjang pendidikan formal tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat dalam Tabel 19. Tabel 11. Jumlah pegawai Badan Pengawas Provinsi Riau menurut Jenjang Pendidikan Formal tahun No Jenjang Pendidikan Tahun/Jumlah (Orang) Formal Sekolah Dasar SLTP SLTA Diploma III Sarjana (Strata 1) Strata Strata Jumlah Sumber : Badan Pengawas Provinsi Riau, 2008 Dari Tabel 19 diperoleh gambaran bahwa jumlah pegawai selama tiga tahun tidak mengalami penambahan yang signifikan dan untuk mengetahui dari jumlah pegawai tersebut diatas yang melakukan tugas pemeriksaan berjumlah 36 orang. Dari 36 orang tersebut yang telah mempunyai sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor terdapat 9 orang. Sebagaimana terlihat dalam Tabel 20. Tabel 20. Jumlah Pegawai Badan Pengawas Provinsi Riau yang Berkualifikasi Auditor Tahun (orang) Tahun Pejabat Pemeriksa Mengikuti JFA Lulus Sertifikasi JFA Persentase Pemeriksa yg Berkualifikasi Auditor

6 ,38 % ,65 % ,99 % Sumber : Badan Pengawas Provinsi Riau, 2008 Dengan memperhatikan Tabel 12 terjadi peningkatan dalam jumlah pemeriksa yang berkualifikasi sebagai Auditor, namun Secara totalitas peningkatan jumlah tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan minimal terhadap tenaga pemeriksa yang berkualifikasi sebagai auditor. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan dalam melakukan pemeriksaan oleh Badan Pengawas Provinsi Riau. Terbatasnya SDM Badan Pengawas baik secara kuantitas maupun kualitas, disebabkan tidak adanya kewenangan Badan Pengawas untuk melakukan pengadaan (requitment) pegawai, mutasi dan promosi sesuai dengan kebutuhannya. Dalam rangka meningkatkan profesionalisme secara kontiniu dan berjenjang selama Tahun 2007 Badan Pengawas Daerah Provinsi Riau disamping melaksanakan in House training juga mengirimkan pegawai/pejabat Badan Pengawas Daerah Provinsi Riau untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan yang dilaksanakan oleh Depdagri, Diklat BADP Provinsi Riau dan Lembaga Pendidikan lainnya dalam rangka peningkatan SDM, seperti : Bimtek Penyusunan LAKIP. Workshop Pemantauan Impelmentasi Penetapan Kinerja dan Kinerja Instansi Pemerintah. Diklat TOT Diklat Teknik Komputer Diklat Bahasa Inggris Diklat TOC (Training Officers Course Perhitungan Angka Kredit ) Bimtek Pertanggungjawaban Pengendalian Pengawasan serta Pemeriksa Keuangan Daerah ( Pemda dan DPRD). Workshop Pemantapan Implementasi Penerapan Kinerja dan Evaluasi Kinerja Instansi Auditor Pemerintah. JFA Tingkat Auditor Ahli

7 Diklat Pengembangan Ketua Tim Diklat Pengelolaan Barang Daerah Bimtek Nasional Sertifikasi Keahlian Pengadaan barang dan Jasa. Pelatihan E. Goverment Angkatan II Diklat Tata Cara Pengawasan dan Perlindungan Ketanagakerjaan. Diklat Manajemen Auditor Keuangan. Bimtek ABK. Diklat Managerial Pengawasan (DMP) Diklat/Bimtek Pemeriksaan Pilkada Keadaan Bimtek ini melebihi dari target yang ditetapkan, yaitu 10 (sepuluh) Kegiatan Bimtek, sedangkan realisasinya 19 bimbingan teknis. Terkait dengan masalah perbaikan sumberdaya manusia, salah Kepala Bidang di BADP Provinsi Riau, Nuralam, menyatakan bahwa: Secara prinsip, kami telah memberikan program yang layak dan sesuai dengan peraturan dan modulasi dari Pemerintah Pusat. Namun apabila terkait dengan kemampuan aparat dalam aspek teknis pemeriksaan, biasanya kami harus bekerja sama dengan instansi terkait, misalnya dengan Kepala Bawasda, karena mereka yang tahu persis apa kebutuhannya. Kami hanya fasilitasi saja. Sedangkan Kepala Bawasda, Sidiq menambahkan, bahwa: Untuk usaha memperbaiki kemampuan pegawai dalam konteks keahlian pemeriksaan internal, kami secara rutin telah mengadakan banyak sekali Bimtek yang periodik, dengan harapan Bimbingan teknis tersebut akan memperbaiki kualitas SDM kami. Semoga tidak kurang. 2) Terbatasnya Anggaran

8 Aspek pembiayaan yang terbatas merupakan kendala utama bagi Bawasda, dalam meningkatkan intensitas pengawasannya. Anggaran yang ada saat ini untuk melakukan pemeriksaan dirasa sangat minim. Yaitu sangat sedikitnya anggaran yang tersedia perjalanan dinas untuk melakukan pemeriksaan, akibatnya hasil yang diperolehpun tidak maksimum. Ditilik dari jumlah anggaran yang tersedia di Badan Pengawas Provinsi Riau selama tiga tahun kebelakang, dimana pada tahun 2005 anggaran yang tersedia hanya Rp 10,34 Milyar kemudian tahun 2006 hanya Rp12,22 Milyar dan pada tahun 2007 Rp.14,04 Milyar Kemudian jika dibandingkan jumlah APBD Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 14 berikut : Tabel 21. Jumlah Anggaran Badan Pengawas Provinsi Riau tahun (Rp Milyar) No. Tahun Anggaran Jumlah APBD Prop Riau Alokasi Dana Bawasprop Riau % Sumber: APBD Prop.Riau, Dari data tersebut terlihat dengan jelas bahwa anggaran yang dialokasikan Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Riau, relatif masih relatif rendah (belum mencapai 0.5 %) dari APBD Provinsi Riau secara keseluruhan. Hal ini mengakibatkan tugas pokok dan fungsi Badan Pengawas tidak dapat dilaksanakan secara optimal dan ada yang tidak dapat dilaksanakan sama sekali. Mekanisme penyusunan anggaran, mulai dari usulan yang disampaikan dibahas pada Musrenbang di Bappeda, kemudian dibahas dengan Team Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD), kemudian dengan DPRD dalam hal ini dengan komisi A (komisi yang membidangi pemerintahan). 3) Belum maksimalnya dukungan sarana dan prasarana

9 Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung penguatan peran Badan Pengawas Daerah. Sarana dan prasarana merupakan media yang digunakan dalam menunjang tugas-tugas pokok dan fungsi dari Badan Pengawas. Saat ini sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Badan Pengawas Provinsi Riau adalah Tabel 22. Sarana dan Prasarana Badan Pengawas Provinsi Riau Tahun Nomor Nama Barang Tahun/Unit Mobil Operasional 2. Komputer printer 3. Note Book Kamera Handycam Alat Perekam Alat Ukur Jalan GPS Alat Ukur ketebalan Aspal 10. Alat Ukur kualitas Dinding Sumber : Badan Pengawas Provinsi Riau 2007 Dari Tabel 22 terlihat bahwa Badan Pengawas Provinsi Riau belum didukung oleh peralatan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, seperti alat-alat ukur keteknikan contohnya : GPS, Alat ukur ketebalan Aspal, alat ukur kualitas beton, alat pengukur jalan dan lain-lain. Peralatan tersebut di atas sangat mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Permasalahan mobil operasional untuk melakukan pemeriksaan reguler dan pemeriksaan khusus di Kabupaten/Kota, karena pengadaannya dilaksanakan oleh Biro Perlengkapan Provinsi Riau Peluang (Opportunity)

10 Peluang merupakan salah satu unsur eksternal yang berpotensi menguntungkan apabila mampu memanfaatkan peluang tersebut (Tripomo, 2005). Peluang-peluang Badan Pengawas antara lain: 1) Komitmen pemerintah untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance) Dalam upaya mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance) dalam penyelenggaraan pemerintahan, semenjak tahun 1998 telah digulirkan serangkaian Ketentuan/Peraturan Perundang-undangan yang mencerminkan komitmen pemerintah terhadap terwujudnya kepemerintahan yang baik (good governance) yaitu : a) Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/98 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN: b) Undang-undang Nomor31 tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi: c) Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa Pemerintah: d) Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah: e) Inpres Nomor 5 tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan korupsi: 2) Adanya Tawaran Diklat dari Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pendidkan dan pelatihan teknis fungsional sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan kompetensi SDM pengawasan guna mewujudkan profesionalisme dalam pelaksanaan tugas. Pendidikan dan pelatihan yang urgen dalam rangka peningkatan kompetensi Auditor meliputi : a) Diklat teknis pengawasan untuk kebuuthan sertifikasi sebagai Auditor: b) Diklat teknis pengelolaan keuangan daerah: c) Diklat teknis manajemen pengadaan barang dan jasa isntansi pemerintah: d) Diklat teknis pengelolaan barang daerah. Pendidikan dan pelatihan tersebut di atas diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendiidkan dan pelatihan profesional antara lain Lembaga Administrasi Negara (LAN), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Diklat Departemen

11 Dalam Negeridan Universitas. tdalam upaya meningkatkan kompetensi Auditor, lembaga-lembaga diklat tersebut di atas setiap tahunnya memberikan kesempatan kepada Badan Pengawas Provinsi Riau untuk mengikuti Diklat-Diklat yang mereka selenggarakan. 3) Banyaknya Organisasi Massa, LSM dan Mahasiswa yang melakukan social control. Tata pemerintahan yang baik (good governance) akan terwujud apabila terciptanya hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Sebuah Pemerintahan terbentuk dari hasil pemilihan umum baik untuk pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah. Pemerintahan yang terbentuk dari hasil pemilihan umum adalah pihak yang diberi amanah atau mandat oleh rakyat (stakeholders) selaku pemberi amanah untuk menyelenggarakan pemerintahan. Rakyat (publik) selaku pemberi amanah mempunyai hak untuk ikut mengawasi/melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Jika semakin banyak elemen masyarakat baik perorangan maupun yang terhimpun dalam organisasi seperti LSM, Mahasiswa yang melakukan pengawasan (kontrol) terhadap penyelenggaraan pemerintahan, menunjukkan terjadinya krisis kepercayaan terhadap pemerintah yang berkuasa termasuk institusi pengawasan bentukan pemerintah. Masyarakat kurang percaya terhadap pengawasan yang dilakukan oleh institusi pengawasan bentukan pemerintah. Krisis kepercayaan tersebut dapat menjadi ancaman bagi Badan Pengawas Provinsi Riau dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Ancaman (Threats) 1) Isu sentral adanya KKN di lingkungan birokrasi pemerintah. Anggapan sebahagian masyarakat terhadap sistem birokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah masih dipenuhi dengan praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) sehingga menimbulkan rasa ketidakpercayaan masyarakat dan keyakinan atas kinerja pemerintah. 2) Adanya image Negatif Terhadap Badan Pengawas Provinsi Riau Adanya image negatif terhadap Badan Pengawas Provinsi Riau disebabkan oleh :

12 a. Badan Pengawas sebagai perpanjangtanganan Gubernur yang tidak independen. b. Kualitas hasil pemeriksaan yang tergambar dari materi temuan-temuan hasil pemeriksaan dengan rekomendasi yang terlalu menonjolkan aspek hukuman, dan adakalanya sulit untuk ditindaklanjuti: c. Temuan hasil pemeriksaan yang berulang. 3) Masih rendahnya tingkat penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan Output sebuah laporan hasil pemeriksaan adalah tindaklanjut hasil pemeriksaan. Pelaksanaan tindaklanjut hasil pemeriksaan sepenuhnya merupakan tugas dan tanggungjawab satuan kerja yang diperiksa. Kewenangan Badan Pengawas Provinsi Riau hanya sebatas membuat penegasan pelaksanaan tindaklanjut atas hasil peemriksaan. Berikut ini disajikan perkembangan penyeleseian pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan Badan Pengawas Provinsi Riau Tahun pada Tabel 23. Pada Tabel 23 diatas terlihat bahwa penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan Badan Pengawas Provinsi Riau oleh satuan kerja yang diperiksa masih relatif rendah. Hal ini terbukti pada tahun 2005 dan 2006 masih terdapat saran hasil pemeriksaan (temuan) belum ditindak lanjuti dimana untuk tahun 2005 masih tersisa 28 saran (11 %) dan tahun 2006 terdapat 65 saran (26 %). Tabel 23. Perkembangan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pengawas Provinsi Riau Tahun Jumlah Jumlah Tindak Lanjut No Tahun Temuan Saran S % D % B % Keterangan : S = Selesai, D = Dalam proses, B = Belum Sumber : Badan Pengawas Provinsi Riau 6.3 PENILAIAN/SKOR FAKTOR FAKTOR SWOT. Kekuatan/Strengths (S)

13 S1 : Kewenangan sebagai aparat pengawas internal pemerintah (APIP) S2 : Adanya kerjasama dengan lembaga pengawasan lainnya (internal/eksternal) S3 : Adanya komitmen pimpinan dan staf Kelemahan/Weaknesses (W) W1 : Terbatasnya sumberdaya manusia W2 : Masih terbatasnya anggaran W3 : Belum maksimalnya dukungan sarana dan prasarana. Peluang/Opportunities (O) O1 : Komitmen Pemerintah untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik. O2 : Adanya tawaran Bimtek/Diklat O3 : Banyaknya organisasi massa, LSM dan Mahasiswa.(sosial kontrol) Ancaman/Threats (T) T1 : Isu sentral KKN di lingkungan birokrasi pemerintah T2 : Adanya image negatif terhadap Badan Pengawas Provinsi Riau T3 : Rendahnya tingkat penyelesaiaan tindak lanjut hasil pemeriksaan Berdasarkan komponen-komponen/uraian unsur-unsur SWOT tersebut, maka dapat ditentukan empat kelompok alternatif strategi yang merupakan kombinasi dari masingmasing unsur, sebagai berikut: Tabel 23. Penilaian Faktor-faktor SWOT Kekuatan (S) Kelemahan (W) Peluang (O) Ancaman (T) Komponen Nilai Komponen Nilai Komponen Nilai Komponen Nilai S1 5 W1 5 O1 5 T1 5 S2 4 W2 4 O2 5 T2 4 S3 4 W3 3 O3 3 T3 3 Untuk mengetahui skor yang dimiliki oleh masing-masing faktor SWOT penguatan peran Badan Pengawas dapat dilihat pada Tabel 24.

14 Tabel 24. Analisis Faktor Internal FAKTOR INTERNAL BOBOT URGENSI SKOR KEKUATAN : 1. Kewenangan Sebagai APIP Adanya Kerjasama dengan pengawas lainnya 0,15 4 0,60 3. Adanya Komitmen Pimpinan dan Staf 0,10 4 0,40 KELEMAHAN 1. Terbatasnya Sumberdaya Manusia 0,25 5 1,25 2. Masih terbatasnya anggaran. 0,15 4 0,60 3. Belum maksimalnya dukungan sarana dan prasarana. 0,10 3 0,30 TOTAL ,40 Dari Tabel 24, dapat diketahui bahwa diantara enam faktor internal yang paling tinggi bobot urgensinya adalah kewenangan sebagai aparat internal pengawas pemerintah (APIP) dan terbatasnya sumberdaya manusia yaitu dengan skor masing-masing 1.25 Hal ini berarti kedua faktor diatas sangat menentukan untuk penguatan peran Badan Pengawas. Tabel 25. Analisis Faktor Eksternal Faktor Internal Bobot Urgensi Skor PELUANG : 1. Adanya pelaksanaan Diklat / Bimtek Komitmen pemerintah untuk 0,20 5 1,00 mewujudkan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) 3. Banyak organisasi massa, LSM, 0,20 3 0,60 Mahasiswa yang melakukan sosial control ANCAMAN: 1. Isu sentral adanya KKN di lingkungan 0,15 5 0,75 birokrasi pemerintah. 2. Adanya Image negatif terhadap 0,10 4 0,40 institusi pengawasan 3. Masih rendahnya tingkat penyelesaian 0,10 3 0,30 tindak lanjut hasil pemeriksaan TOTAL

15 Pada Tabel 25, dapat dilihat bahwa diantara enam faktor eksternal, yang paling tinggi bobot urgensinya adalah adanya pelaksanaan diklat/bimtek bagi pegawai Badan Pengawas yaitu dengan skor 1.25 Hal ini berarti Badan Pengawas harus dapat memanfaatkan peluang bagi pegawai/aparatur untuk mengikuti diklat/bimtek sebaik mungkin, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan kemampuan pegawai Badan Pengawas. Tabel 26. Matriks SWOT Penguatan Peran Badan Pengawas Daerah Eksternal Internal kekuatan (Strengts) 2.25 Kelemahan (Weakness) 2.15 Peluang (Opportunities) 2.85 Ancaman (Threat) 1.45 S-O (5.10) S-T (3.70) W-O (5) W-T (3.60) Berdasarkan penjumlahan skor dari masing-masing faktor SWOT, sebagaimana terlihat dalam Tabel 19 matrik SWOT diatas ternyata strategi yang memiliki skor paling tinggi adalah S-O yaitu 5.10 (skor S=2.25 dan skor O=2.85) dan W-O yaitu 5 (skor W = 2.15 dan O = 2.85) 6.4. Perumusan Strategi Faktor-faktor internal yang dimiliki dan faktor-faktor eksternal yang dihadapi oleh Badan Pengawas Daerah Provinsi Riau disusun berdasarkan skor yang diperoleh dari analisis lingkungan internal dan eksternal dalam matriks Analisis SWOT. Kemudian dilakukan perumusan strategi yang mengaitkan faktor-faktor tersebut, sehingga diperoleh empat kelompok strategi, yaitu : Kekuatan-Peluang (S-O) Kekuatan yang sudah dimiliki, memanfaatkan peluang yang muncul dengan strategi : S-O1. Mengoptimalkan kewenangan yang ada sebagai apararat pengawas internal pemerintah (APIP) untuk mendukung tekad pemerintah dalam mewujudkan good governance.

16 S-O2. Mengikutsertakan pegawai pada setiap kesempatan diklat/bimtek baik yang dilaksanakan sendiri maupun dilaksanakan oleh lembaga lainnya. S-O3. Meningkatkan kerjasama yang selama ini sudah terjadi dengan lembaga pengawas lainnya. S-O4. Memanfaatkan hubungan kerja yang sinergis dengan organisasi massa (LSM/Mahasiswa) untuk mengatasi volume kerja yang semakin meningkat Kekuatan-Ancaman (S-T) Dengan bekal kekuatan yang ada, mengatasi ancaman yang dihadapi maka perlu strategi : S-T1. Mengoptimalkan program kerja pemeriksan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat. S-T2. Meningkatkan profesionalisme hasil pemeriksaan. S-T3. Mengoptimalkan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan Kelemahan-Peluang (W-O) Mengatasi kelemahan untuk dapat memanfaatkan peluang yang ada, dengan strategi : W-O1. Mengusulkan penambahan pegawai kepada Gubernur sesuai disiplin ilmu yang dibutuhkan. W-O2. Meningkatkan jumlah anggaran untuk diklat/bimtek bagi pegawai melalui musrenbang Provinsi. W-O3. Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas pemeriksaan melalui musrenbang Provinsi Kelemahan-Ancaman (W-T) W-T1. Mengoptimalkan sumberdaya yang ada (SDM,Sarana/Prasarana). W-T2. Mengedepankan peraturan perundang-undangan yang berlaku. W-T3. Mempertahankan agar pegawai yang sudah ada terlatih dibidang pengawasan. Sedangkan analisis dan scoring adalah sebagai berikut: A. Hasil kombinasi SWOT antara Strategi (S) dan Peluang (O) adalah:

17 1. SO1 (S1+O2) = 1,25+1,00 = 2,25 2. SO2 (S3+O1) = 0,40+1,25 = 1,65 3. SO3 (S2+O2) = 0,60+1,00 = 1,60 4. SO4 (S2+O3) = 0,60+0,60 = 1,20 B. Hasil kombinasi SWOT antara Strategi (S) dan Ancaman (T) adalah: 1. ST1 (S1+T2) = 1,25+0,75 = 2,00 2. ST1 (S1+T2) = 0,40+0,40 = 0,80 3. ST1 (S1+T3) = 0,60+0,40 = 0,90 Tabel 20. Analisis Kombinasi SWOT Eksternal Internal Kekuatan-(Strenghts) 1. Kewenangan sebagai APIP 2. Kerjasama dengan lembaga pengawas lainnya. 3. Adanya Komitmen pimpinan dan staf Kelemahan-(Weakness) (1). Terbatasnya sumberdaya manusia (2). Terbatasnya Anggaran. (3). Belum maksimalnya dukungan sarana dan prasarana Peluang-O 1. Pelaksanaan diklat/bimtek 2. Tekad pemerintah dalam mewujudkan good governance 3. Banyak organisasi massa, LSM, dalam social control Strategi SO 1. Mengoptimalkan kewenangan yang ada sebagai apararat pengawas internal pemerintah (APIP) untuk mendukung tekad pemerintah dalam mewujudkan good governance 2. Mengikutsertakan pegawai pada setiap kesempatan diklat/bimtek baik yang dilaksanakan sendiri maupun Strategi WO 1. Mengusulkan penambahan pegawai kepada Gubernur sesuai disiplin ilmu yang dibutuhkan 2. Meningkatkan jumlah anggaran untuk diklat/bimtek bagi pegawai melalui musrenbang Provinsi 3. Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas

18 dilaksanakan oleh pemeriksaan melalui lembaga lainnya. musrenbang Provinsi. 3. Meningkatkan kerjasama yang selama ini sudah terjadi dengan lembaga pengawas lainnya. 4. Memanfaatkan hubungan kerja yang sinergis dengan organisasi massa (LSM/Mahasiswa) untuk mengatasi volume kerja yang semakin meningkat Ancaman-T Strategi ST Strategi WT 1. Isu sentral KKN di 1. Mengoptimalkan program 1. Mengoptimalkan sumber lingkungan birokrasi kerja pemeriksan untuk daya yang ada 2. Adanya pemnilaian negatif terhadap Bawaprop Riau meningkatkan kepercayaan masyarakat (SDM,Sarana/Prasarana). 2. Mengedepankan peraturan 3. Masih rendahnya tingkat 2. Meningkatkan perundang-undangan yang penyelesaian tindak lanjut profesionalisme hasil berlaku. hasil pemeriksaan. pemeriksaan 3. Mempertahankan agar 3. Mengoptimalkan pegawai yang sudah penyelesaian tindak lanjut terlatih dibidang hasil pemeriksaan pengawasan. C. Hasil kombinasi SWOT antara Kelemahan (W) dan Peluang (O) adalah: 1. WO1 (W1+O2) = 1,25+1,00 = 2,25 2. WO1 (W1+O1) = 0,60+1,25 = 1,85 3. WO1 (W1+O2) = 0,30+1,00 = 1,30 D. Hasil kombinasi SWOT antara Kelemahan (W) dan Ancaman (T) adalah: 1. WT1 (W1+T2) = 1,25+0,40 = 1,65 2. WT2 (W1+T1) = 1,25+0,75 = 2,00 3. WT3 (W1+T3) = 1,25+0,40 = 1,65 Dari hasil scoring kombinasi SWOT tersebut, maka diperoleh 14 strategy point yang terdiri dari SO = 4 strategi, ST = 3 strategi, WO = 3 strategi, dan WT = 3 buah strategi. Sedangkan strategi yang mempunyai scoring paling tinggi adalah SO 1 dengan jumlah score 2,25, sehingga strategi SO 1 (Mengoptimalkan kewenangan yang ada sebagai aparat pengawas internal pemerintah

19 (APIP) untuk mendukung tekad pemerintah dalam mewujudkan good governance) yang akan diterapkan untuk implementasi penguatan Badan Pengawas Perumusan Program Setelah melihat kembali (review) strategi dan implementasi program selama tahun 2007, maka dapat diperoleh beberapa poin penting yang dapat menjadi acuan perencanaan program yang lebih baik. Berikut ini adalah beberapa program yang diturunkan dari strategi yang terpilih: 1. Program Implementasi Berbasis Pengawasan Internal Program ini bertujuan untuk meningkatkan lebih memberdayakan pengawasan internal yang oleh Badan Pengawas Provinsi Riau sendiri. Kegitan dari program ini terdiri dari: a) Penanganan kasus pengaduan masyarakat. b) Penanganan kasus di Kabupaten/Kota c) Inventarisasi Temuan Pengawasan. d) Tindak lanjut hasil temuan. e) Evaluasi berkala. 2. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan, program ini ditujukan untuk pengembangan capacity building dari aparat Badan Pengawasan Provinsi Riau. Program ini dapat dibagi menjadi beberapa kegiatan pelatihan, yaitu: a) Pelatihan dan pengembangan SDM. b) Pelatihan penilaian akuntabilitas kinerja 3. Program Penataan Kebijakan Sistemik, dengan program penyusunan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan. Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan cara bekerja sesuai dengan standar yang telah ditentukan, contoh dari program ini adalah pembuatan standard operational procedure (SOP) dan etika pengaawasan.

20 4. Program Intensifikasi Penanganan Pengaduan Program ini bertujuan untuk menindaklanjuti setiap pengaduan yang diterima dengan melakukan pemeriksaan khusus atau kasus. Beberapa kegitan yang diturunkan dari program ini adalah: a) Pembentukan unit khusus penanganan pengaduan masyarakat. b) Pelaksanaan Pemeriksaan Khusus. Dengan demikian, optimalisasi pengawasan internal dapat tercapai apabila seluruh komponen pengawasan, yaitu kualitas SDM, sarana dan prasarana, suprastruktur yang berbentuk strategi dan program mempunyai nilai bobot yang tinggi. Dalam upaya pencapaian good governance, Bawasda sebagai lembaga pengawas internal pemerintah harus mempunyai program utama sebagai referensi baku untuk optimalisasi implementasi. Dalam pengawasan, SDM mempunyai peran sentral dalam pencapaian hasil pemeriksaan. Semakin baik kualitas SDM, maka semakin baik juga hasil pemeriksaan. Dalam pemerintahan yang moderen, fungsi pengawas internal justru lebih pada upaya pencegahan. Dengan demikian, maka kualitas SDM yang tinggi akan mempunyai peran ganda dengan memberikan penyuluhan dan arahan kepada aparat SKPD agar terhindar dari penyalahgunaan anggaran. Maka, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah Provinsi Riau adalah bahwa perlu adanya upaya Bawasda untuk mengikutsertakan aparat pengawas dalam pelatihan dan pendidikan teknis maupun pengembangan tenaga pemeriksaan (auditor). Hal tersebut disebabkan karena Bawasada harus dapat meningkatkan kualitas SDM terkait dengan pelaksanaan Tupoksi. Selain itu, dalam konteks kerjasama dengan pihak lain, Bawasda harus mempunyai konsep kerjasama yang baik dengan pihak lain. Terkait dengan masalah keterlibatan dengan publik, Bawasda juga harus mempunyai tim Konsultasi dan Narasumber untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ada agar laporan Bawasda dapat diterima oleh stakeholders.

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN. Kerangka Pemikiran Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2012 PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2012 INSPEKTORAT KABUPATEN MINAHASA UTARA AIRMADIDI TAHUN 2012 Hal. 1 PENGANTAR Pengawasan dan pemeriksaan yang komprehensif dan didukung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 30 Tahun 2005 tanggal 16 Nopember 2005, maka Nomenklatur Badan Pengawas Daerah Kabupaten Banyuasin

Lebih terperinci

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Untuk mencapai terselenggaranya manajemen pemerintahan yang efisien dan efektif menuju terwujudnya kepemerintahan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA PAGARALAM PEMERINTAH KOTA PAGARALAM JL. LASKAR WANITA MINTARJO KOMPLEK PERKANTORAN GUNUNG GARE iii KATA PENGANTAR Segala puja dan puji hanya untuk Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG U ntuk mewujudkan penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang baik (Good Governance) dan bersih (Clean Government) juga untuk memenuhi tuntutan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah merupakan dasar untuk terselenggaranya Good Governance yang artinya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung

Lebih terperinci

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses B A B I P E N D A H U L UA N A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional pada bab XIV salah satu agenda pembangunan nasional

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 INSPEKTORAT KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Daftar Isi DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi i ii Bab I Pendahuluan o Dasar Pembentukan Oganisasi 1 o

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA SKPD TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA SKPD TAHUN LALU 13 BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA SKPD TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Rencana Kerja Perangkat Daerah Tahun Lalu dan Capaian Rencana Strategis (RENSTRA) Perangkat Daerah. Rencana Kerja

Lebih terperinci

DRAFT BAB I PENDAHULUAN

DRAFT BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peraturan dan perundangan di era desentralisasi memperlihatkan komitmen politik pemerintah untuk menata kembali sistem, prosedur dan proses perencanaan hingga penganggaran

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : /KEP.GUB/BAPPEDA-2/2012 TANGGAL : 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sebagai titik tolak pembenahan sistem sosial politik di tanah air semakin

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana instansi atau organisasi harus dibawa agar tetap eksis, antisipatif dan inovatif.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 5 Tahun 004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah beberapa

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN

INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN RENCANA KERJA INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2014 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Inspektorat Kabupaten Tanah Bumbu Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Inspektorat Kabupaten Tanah Bumbu Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah, perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru

KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-NYA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Inspektorat Kabupaten Barru Tahun 2013 telah selesai

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui

Lebih terperinci

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Perencanaan pembangunan merupakan upaya untuk menyelaraskan layanan SKPD dengan lingkungan dan pengguna layanan. Oleh karena itu, perhatian kepada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PASAMAN BARAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PEMERINTAH KABUPATEN PASAMAN BARAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMERINTAH KABUPATEN PASAMAN BARAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) INSPEKTORAT TAHUN 2011-2015 SIMPANG EMPAT, JANUARI TAHUN 2011 BAB PENDAHULUAN I 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tuntutan reformasi birokrasi, pemerintah berusaha mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui penerapan prinsip akuntabilitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja diterapkan dengan menggunakan prinsip penganggaran terpadu yaltu penganggaran yang

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN KINERJA BAGIAN SEKRETARIAT PADA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANGGAI

ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN KINERJA BAGIAN SEKRETARIAT PADA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANGGAI ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN KINERJA BAGIAN SEKRETARIAT PADA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANGGAI 7 Oleh: Rahmawati Halim 17 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV VISI MISI SASARAN DAN TUJUAN

BAB IV VISI MISI SASARAN DAN TUJUAN BAB IV VISI MISI SASARAN DAN TUJUAN 4.1. VISI DAN MISI Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, yang mencerminkan harapan yang ingin dicapai dilandasi oleh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH I N S P E K T O R A T KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH I N S P E K T O R A T KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH I N S P E K T O R A T KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG JANUARI 2013 KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim, Puji dan syukur

Lebih terperinci

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM INTERNAL AUDIT (INTERNAL AUDIT CHARTER) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA INSPEKTORAT DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA SAMARINDA I N S P E K T O R A T

RENCANA KERJA INSPEKTORAT DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA SAMARINDA I N S P E K T O R A T RENCANA KERJA INSPEKTORAT DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA SAMARINDA I N S P E K T O R A T Jalan Dahlia No. 9 RT. 04 Telp/Fax : (0541) 741003 Kel. Bugis PEMERINTAH KOTA SAMARINDA INSPEKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-nya sehingga Laporan Inspektorat Kota Bandung Tahun 2015 ini dapat tersusun Laporan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENJA INSPEKTORAT KABUPATEN GRESIK 2018

BAB I PENDAHULUAN RENJA INSPEKTORAT KABUPATEN GRESIK 2018 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peraturan dan perundangan di era desentralisasi memperlihatkan komitmen politik pemerintah untuk menata kembali sistem, prosedur dan proses perencanaan hingga penganggaran

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN INSPEKTORAT KABUPATEN CIAMIS 2.1. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Terbitnya Undang undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

BAB II GAMBARAN PELAYANAN INSPEKTORAT KABUPATEN CIAMIS 2.1. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Terbitnya Undang undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang BAB II GAMBARAN PELAYANAN INSPEKTORAT KABUPATEN CIAMIS 2.1. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Terbitnya Undang undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang undang Nomor 32 Tahun 2004

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT KOTA BLITAR TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT KOTA BLITAR TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT KOTA BLITAR TAHUN 2015 PEMERINTAH KOTA BLITAR INSPEKTORAT Jalan Imam Bonjol Nomor 9 Blitar KATA PENGANTAR Sebagai bentuk telah terlaksananya suatu capaian

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH. KATA PENGANTAR Penyusunan Renstra (Rencana Strategis) Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI Tahun 200 204, dimaksudkan guna mencapai tujuan dan sasaran strategis dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan

Lebih terperinci

User [Pick the date]

User [Pick the date] RENCANA KERJA KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG TAHUN 2016 User [Pick the date] KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG Jl babakan sari no.177 Bandung telepon (022) 7271101 2015 Rencana Kerja Kecamatan Kiaracondong

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah NOMOR: LAKIP - 023 /PW18/1/2014 TANGGAL 21 JANUARI 2014 Ringkasan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung tersusunnya Revisi Renstra ini.

KATA PENGANTAR. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung tersusunnya Revisi Renstra ini. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-nya, Inspektorat Kabupaten Tanah Bumbu telah menyusun rencana strategis (Renstra) untuk tahun 2016-2021 sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan zaman. APIP diharapkan menjadi agen perubahan

Lebih terperinci

KATA PENGNTAR RKT INSPEKTORAT

KATA PENGNTAR RKT INSPEKTORAT KATA PENGNTAR Dengan rahmat Allah,SWT, Rencana Kerja Tahunan (RKT) Inspektorat Kabupaten Lingga Tahun 2017 ini selain berisi tentang Struktur, Tugas dan Fungsi Inspektorat, Program dan Kegiatan, Rencana

Lebih terperinci

I n s p e k t u r, H. Wafdin Ahsan, SH Pembina Tk. I (IV/b) NIP KATA PENGANTAR

I n s p e k t u r, H. Wafdin Ahsan, SH Pembina Tk. I (IV/b) NIP KATA PENGANTAR 1 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan hidayahnya sehingga dapat menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), sesuai yang diatur

Lebih terperinci

INSPEKTORAT KOTA BLITAR TAHUN 2016

INSPEKTORAT KOTA BLITAR TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT KOTA BLITAR TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA BLITAR INSPEKTORAT DAERAH Jalan Imam Bonjol Nomor 9 Blitar KATA PENGANTAR Sebagai bentuk telah terlaksananya suatu

Lebih terperinci

VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pengembangan kapasitas pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan dan pemberdayaan publik pada UPT Provinsi Riau disusun bersasarkan hasil analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa

Lebih terperinci

Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Banyuasin Sekojo Telepon (0711) Website:

Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Banyuasin Sekojo Telepon (0711) Website: Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Banyuasin Sekojo Telepon (0711) 7061910 Website: www.inspektorat.banyuasin.go.id email: inspektorat@banyuasinkab.go.id LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BANYUASIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum BAB I PENDAHULUAN A. Pandangan Umum Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap tingkatan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan pertanian bukan hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Inspektorat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2018 merupakan dokumen penting program dan komitmen Gubernur Sumatera Selatan

Lebih terperinci

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG INSPEKTORAT KOTA BANDUNG RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Inspektorat Kota Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penentu arah dan pedoman kegiatan organisasi. 2 Tahun 2005 tentang Perencanaan Pembangunan Daerah, Satuan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. penentu arah dan pedoman kegiatan organisasi. 2 Tahun 2005 tentang Perencanaan Pembangunan Daerah, Satuan Kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inspektorat Kabupaten Wonogiri sebagai sebuah organisasi perlu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam menjalankan aktifitasnya agar tujuan organisasi dapat dicapai

Lebih terperinci

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

B A B III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

B A B III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI B A B III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sulawesi Utara Untuk mengidentifikasi permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI BPMPD KABUPATEN SIAK Visi merupakan gambaran tentang keadaan yang ingin diwujudkan pada masa yang akan datang atau dengan

Lebih terperinci

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta Rencana Strategis 2010-2014 Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi DIY tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut: Visi : Auditor Presiden yang responsif,

Lebih terperinci

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA POLICY BRIEF PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Penguatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Pasca UU Administrasi Pemerintahan LATAR BELAKANG Disahkannya UU No.

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berkaitan dengan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional yang dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi Inspektorat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2017 D A F T A R I S I KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kinerja Inspektorat Kota Bandar Lampung belum optimal

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIK a. VISI DAN MISI Visi yang tercantum dalam Rencana Strategis, yaitu : Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Bandung yang BERMARTABAT melalui

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN A. Latar Belakang B. Norma dan Dasar Hukum C. Definisi Global dan Detail Standar D. Maksud dan Tujuan E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana G.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD Identifikasi permasalahan dilakukan untuk melihat kompleksitas permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1.1. Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD) merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, 2015 Kepala Perwakilan BPK Provinsi Riau. Drs. Widiyatmantoro NIP

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, 2015 Kepala Perwakilan BPK Provinsi Riau. Drs. Widiyatmantoro NIP Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) BPK Perwakilan Provinsi Riau KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas rahmat dan hidayah-nya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berkaitan dengan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional yang dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi Inspektorat

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang adalah merupakan institusi pengawasan internal di lingkungan Pemerintah Kota, memiliki peran penting dalam mewujudkan visi Walikota Tahun 2013-2018 yaitu

Lebih terperinci

RENCANA AKSI INSPEKTORAT KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016

RENCANA AKSI INSPEKTORAT KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 RENCANA AKSI INSPEKTORAT KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 1. LATAR BELAKANG Dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N 2 0 1 5 Puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT, atas Rahmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan dapat diketahui apakah suatu instansi pemerintah telah

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014 BAB I Pendahuluan Bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued yang sedang dihadapi organisasi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BLITAR I N S P E K T O R A T Jl. Merdeka No. 105 Blitar Telp (0342) Pesawat 156 &

PEMERINTAH KOTA BLITAR I N S P E K T O R A T Jl. Merdeka No. 105 Blitar Telp (0342) Pesawat 156 & PEMERINTAH KOTA BLITAR I N S P E K T O R A T Jl. Merdeka No. 105 Blitar Telp (0342) 801171 Pesawat 156 & 157 Email: inspektorat@blitarkota.go.id B L I T A R KEPUTUSAN INSPEKTUR KOTA BLITAR NOMOR : 188/883/410.203/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah yang kemudian fokus menjadi pertanyaan penelitian, serta tujuan dilakukannya penelitian. Selain itu

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016 II - 1. Inspektorat Kabupaten Lingga

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016 II - 1. Inspektorat Kabupaten Lingga II - 1 Inspektorat Kabupaten Lingga Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, berkat Rahmat dan Inayah-NYA Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Inspektorat Kabupaten Lingga Tahun 2016 telah

Lebih terperinci

LAKIP 2015 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

LAKIP 2015 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan disusun dengan mengacu pada Renstra Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Sulawesi Selatan 2013-2018, Renstra

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN INSPEKTORAT KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN INSPEKTORAT KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN INSPEKTORAT KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU

Lebih terperinci