KRISIS GLOBAL, VARIABEL MONETER, DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA. Oleh: Chenny Seftarita, S.E, M.Si Jul Fahmi, S.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KRISIS GLOBAL, VARIABEL MONETER, DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA. Oleh: Chenny Seftarita, S.E, M.Si Jul Fahmi, S."

Transkripsi

1 KRISIS GLOBAL, VARIABEL MONETER, DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA Oleh: Chenny Seftarita, S.E, M.Si Jul Fahmi, S.E Abstract-This paper investigated the impact of Financial Crisis in U.S and Indonesian monetary variables on Indonesian Composite Index (IHSG) from The methodological approach used is based on the Engle Grenger (1987) co-integration analysis and the Vector Error Correction Model (VECM). Four variables have been considered; BI rate (BIRATE), exchange rate (KURS), and Dummy variable (DUMMY) as financial crisis variabel. The Result of analysis indicates that in the long run relationships, BIRATE and DUMMY variables are significant and related to IHSG Indonesia. Keywords: Indonesian Composite Index (IHSG), BI Rate, Exchange Rate, and Financial Crisis in U.S. Pendahuluan Berbagai perbedaan sumber daya yang dimiliki tiap negara, baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun sumber daya modal mengakibatkan suatu negara tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi seluruh kebutuhan negaranya, sehingga perekonomian suatu negara berhubungan dengan perekonomian negara lainnya di dunia. Kondisi perekonomian suatu negara akan berpengaruh pada keadaan perekonomian negara lainnya yang pada selanjutnya akan mempengaruhi keadaan perekonomian secara global, terlebih lagi jika negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang besar seperti negara Amerika Serikat, China, India, dan Jepang mengalami keterpurukan perekonomian. Dalam era globalisasi ini kegiatan perekonomian sudah sangat maju sehingga selain kegiatan ekspor dan impor barang atau jasa, modal juga dapat berpindah dari satu negara ke negara lain tanpa terkendala batasan jarak. Kegiatan perpindahan modal ini dikenal dengan istilah investasi di pasar modal, yaitu seseorang yang memiliki modal dapat berinvestasi terhadap suatu perusahaan dengan cara membeli saham diperusahaan tersebut dipasar modal baik dalam maupun luar negeri. Sehingga tidak mengherankan jika

2 kondisi perekonomian suatu negara maupun global sangat berpengaruh terhadap harga saham. Berkembang atau tidaknya pasar modal dapat dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang memberikan informasi pergerakan harga saham. Beberapa literatur memperlihatkan beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan berspekulasi dipasar modal dengan membeli surat-surat berharga seperti obligasi dan saham. Salah satunya yaitu teori permintaan uang yang dikemukakan oleh J.M. Keynes yang kemudian dikembangkan lagi oleh Prof James Tobin. Teori ini memperlihatkan bagaimana peran tingkat bunga terhadap permintaan uang untuk berspekulasi. Lebih dalam menurut Aditya (2011), kenaikan tingkat suku bunga dapat meningkatkan beban perusahaan (emiten) sehingga dapat menurunkan harga saham. Kenaikan ini juga potensial mendorong investor mengalihkan dananya ke pasar uang atau tabungan maupun deposito sehingga investasi di lantai bursa turun dan selanjutnya dapat menurunkan harga saham. Lebih jauh, analisis berkembang pada isu-isu stabilitas ekonomi yang berpengaruh besar terhadap pasar modal. Krisis ekonomi kerap kali menjadi penyebab lesunya pasar modal yang diukur dengan lesunya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Studi tentang pengaruh krisis global dan beberapa indikator moneter terhadap krisis dalam mempengaruhi IHSG dapat dilihat dari pengertian krisis keuangan. Menurut Manurung (2009 : 123), krisis keuangan adalah penurunan secara drastis harga aset dan merupakan kegagalan sistem lembaga keuangan dan perusahaan. Fungsi pasar keuangan terganggu, intermediasi dan transformasi aset keuangan menjadi tidak lancar, transakasi keuangan dan aktivitas ekonomi macet dan akhirnya menyebabkan kontraksi ekonomi secara menyeluruh. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makro ekonomi secara umum. Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1998 merupakan awal runtuhnya pilar - pilar perekonomian nasional Indonesia. Badai krisis ini mengakibatkan inflasi yang tinggi sehingga berakibat runtuhnya sektor ekonomi terutama pada pasar modal terlihat dari merosotnya nilai IHSG saat itu (Depkeu RI, 2003). Secara global, krisis keuangan global juga sangat berpengaruh pada pasar modal dalam negeri. Krisis keuangan Amerika Serikat yang disebabkan oleh macetnya kredit properti yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia, menyebabkan hampir semua sektor perekonomian negara negara di dunia

3 mengalami guncangan yang cukup besar. Perokonomian dunia turut mengalami kemunduran ekonomi termasuk Indonesia. Rata-rata indeks harga saham gabungan (IHSG) didunia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Indonesia dinilai tidak terlalu parah terkena imbas krisis global, terbukti dengan relatif masih baiknya variabel-variabel ekonomi makro. Bahkan dilihat dari perkembangan IHSG pasca krisis global tahun 2008, IHSG kembali meningkat seiring dengan semakin baiknya beberapa indikator moneter seperti BI rate dan Kurs yang sangat berperan dalam fluktuasi IHSG. Tabel 1. Perkembangan IHSG dan Indikator moneter Pra dan pasca krisis Global 2008 Tahun Kurs IHSG (bps) BI Rate (%) (Rp/USD) ,64 12, ,52 9, ,83 8, ,41 9, ,36 6, ,51 6, ,99 6, ,69 5, Sumber : yahoo finance.com (diolah), 2013 Pada tabel 1 terlihat bahwa krisis global tahun 2008 variabel moneter seperti tingkat bunga BI (BI rate) mengalami peningkatan menjadi 9,25% yang diikuti melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar menjadi Rp /USD. IHSG tercatat menurun tajam mendekati -100% yaitu menjadi 1.355,41 bps. Pasca tahun 2008 indikator moneter yaitu BI rate dan Kurs semakin membaik seiring dengan peningkatan kembali IHSG. Fenomena ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang melihat bagaimana peran variabel-variabel diatas terhadap IHSG. Maryatmo (2010) meneliti tentang pengaruh jangka pendek dan jangka panjang perubahan kurs dan suku bunga terhadap harga saham dengan menggunakan model Error Correction Model (ECM). Dari hasil analisis mengungkapkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara harga saham dan variabel independen tingkat bunga dan nilai tukar. Pengaruh tingkat bunga pada harga saham adalah negatif, baik

4 dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hasil temuan ini benar- benar berbeda dari hasil penlitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terhadap hubungan positif antara suku bunga dan harga saham. Hal ini mungkin dapat dijelaskan oleh pengaruh dominan dari arus modal jangka pendek. Pengaruh jangka panjang dan jangka pendek dari tingkat suku bunga terhadap harga saham memiliki tanda negatif. Dampak perubahan kurs terhadap harga saham memiliki tanda negatif pada jangka pendek dan memiliki efek positif dalam jangka panjang. Adisetiawan (2009) melakukan penelitian mengenai Hubungan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, Dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan dari penelitian tersebut menunjukkan terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara inflasi dengan suku bungan SBI, namun tidak terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara inflasi dan IHSG. Lebih dalam Prasetiono (2010) meneliti mengenai pengaruh fundamental ekonomi makro dan harga minyak terhadap saham LQ45 dalam jangka pendek dan jangka panjang dengan menggunakan model analisis Error Correction Model. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa dalam jangka pendek variabel pertumbuhan ekonomi dan harga minyak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap saham LQ45, tetapi tidak untuk variabel suku bunga SBI dan kurs yang tidak signifikan. Dalam jangka panjang semua variabel bebas yang digunakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap saham LQ45. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melihat bagaimana variabel moneter seperti BI rate dan nilai tukar dapat mempengaruhi IHSG, dengan memuat variabel krisis global tahun 2008 sebagai variabel dummy. Penelitian ini menggunakan pendekatan VECM atau Vector Error Correction Model untuk melihat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek antar variabel. Metodologi Penelitian Ruang lingkup penelitian membahas dampak krisis global 2008, indikator moneter, serta pengaruhnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia.Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berbentuk times series dari bulan Juni 2005 sampai dengan Desember 2012 dan diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, jurnal jurnal ekonomi dan sumber lainnya yang dibutuhkan.

5 Model analisis yang digunakan dalam penelitian adalah bersifat kuantitatif dengan menggunakan Vector Error Correction Model (VECM). Penggunaan metode analisis ini didasarkan kemampuan metode tersebut untuk menganalisis hubungan antar variabel dalam jangka panjang dan jangka pendek. Bentuk umum dari Vector Error Correction Model (VECM) dengan menggunakan dummy dalam penelitian ini adalah (Hutapea, 2007:30) : ΔY t = β 0 + β 1 ΔX 1t + β 2 ΔX 2t + β 3 D KG + β 4 ΔY t-1 + β 5 ΔX 1 t-1 + β 6 ΔX 2 t-1 + ε t...(1) Untuk memudahkan dalam menganalisis pengaruh krisis keuangan global 2008, variabel nilai tukar, dan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) terhadap IHSG di Indonesia, penulis mentransformasikan model tersebut ke dalam bentuk sebagai berikut : ΔIHSG t = β 0 + β 1 ΔKURS t + β 2 ΔBIRATE t + β 3 DUMMY + β 4 ΔIHSG t-1 + β 3 ΔKURS t-1 + β 3 ΔBIRATE t-1...(2) Dimana IHSG adalah Indeks harga saham gabungan, KURS adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar US, BIRATE adalah tingkat bunga BI atau BI rate, dan DUMMY adalah variabel boneka (dummy variabel) mewakili krisis global tahun 2008, dimana 0 untuk sebelum (pra) krisis tahun 2008, dan 1 krisis dan pasca krisis tahun Sebelum dilakukan uji VECM, akan ditentukan lag optimal sehingga menghindari masalah misspesifikasi dalam model. Data time series kemudian akan diuji dengan uji akar-akar unit dengan menggunakan pendekatan Augmented Dickey Fuller. Pengujian dilakukan untuk melihat apakah data stasioner atau tidak. Selanjutnya pengujian dilanjutkan dengan uji kointegrasi menggunakan pendekatan uji kointegrasi Johansen (Johansen Cointegration Test). Pengujian ini untuk melihat apakah variabel residu adalah stasioner, jika stasioner maka terdapat hubungan keseimbangan antar variabel dalam jangka panjang. Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan pengujian lebih lanjut, sebelumnya akan ditentukan lag optimal untuk menghindari masalah misspesifikasi dalam model. Uji lag dapat dilihat pada tabel 2. Terlihat bahwa lag

6 optimal ada pada lag tiga (3). Pada lag 3 direkomendasikan dengan terlihat lebih banyak bintang dibanding lag sebelumnya. Berikut hasil uji lag optimal. Tabel 2. Uji lag optimal Lag LogL LR FPE AIC SC HQ NA 2.59e e * e * * 9.16e-12* * e Sumber : Hasil Olah data dengan Eviews 7 Tahapan selanjutnya yaitu uji akar-akar unit untuk melihat stasioner atau tidak data yang digunakan untuk penelitian ini. Uji akar unit dilakukan untuk setiap variabel dalam penelitian, baik itu variabel dependen dalam penelitian yaitu IHSG maupun variabel independen nilai tukar (KURS), BI Rate dan DUMMY. Uji akar - akar unit dilakukan dengan pendekatan Augmented Dickey - Fuller (ADF). Berikut merupakan hasil uji akar-akar unit dari variabel-variabel dalam penelitian ini. Tabel.3 Hasil Uji Akar-akar Unit (Unit Roots Test) Dengan Pendekatan Augmented Dickey Fuller (ADF) Level First Difference Variabel ADF Critical Value Variabel ADF Critical Value LnIHSG DLnIHSG* LnKurs DLnKurs* LnBirate DLnBirate* Dummy DDummy* Sumber : Hasil olah data dengan Eviews 7, 2013 (diolah), * signifikansi 0.05

7 Dari tabel 3 di atas dapat terlihat bahwa IHSG, nilai tukar, BI Rate, dan Dummy tidak stasioner pada tingkat level. Ketidakstasioneran seluruh variabel tersebut dapat terlihat dari nilai ADF lebih besar ( > )dari nilai critical value. Karena semua variabel tidak stasioner pada tingkat level, maka ketiga variabel tersebut diuji kembali di tingkat first difference untuk mendapatkan hasil yang stasioner. Dari hasil pengujian pada tingkat first difference ketiga variabel tersebut stasioner, dapat dibuktikan dengan melihat nilai ADF dari seluruh variabel lebih kecil (<) dari nilai critical value, dengan demikian data yang digunakan adalah data pada First difference. Dalam penelitian ini, uji kointegrasi yang digunakan adalah Johansen Cointegration Test. Hubungan kointegrasi dapat terlihat dari besarnya nilai Trace Statistic dan Max Eigen Statistic dibandingkan dengan nilai critical value pada tingkat kepercayaan 1-10 persen. Tabel.4 Uji Kointegrasi Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05 No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * At most 1 * At most 2 * At most 3 * Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05 No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * At most 1 * At most 2 * At most 3 * *Berkointegrasi pada tingkat signifikansi 0,05 Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa nilai Trace Statistic dan Max- Eigen Statistic lebih besar dari nilai Critical Value pada tingkat kepercayaan 1-5 persen Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam jangka panjang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Kurs, dummy dan BI Rate mempunyai hubungan

8 keseimbangan dalam jangka panjang (hubungan kointegrasi). Dengan demikian terbukti bahwa terdapat kointegrasi dalam model sehingga permodelan Vector Error Correction Model (VECM) dapat dilanjutkan. Meskipun dengan melakukan uji kointegrasi menunjukkan terdapat hubungan keseimbangan dalam jangka panjang, namun kita tidak melihat bagaimana pengaruh secara spesifik variabel independen yaitu BIRATE, KURS, dan DUMMY terhadap variabel dependen IHSG dalam jangka panjang tersebut. Dengan uji VECM secara spesifik dapat dilihat pengaruhnya dalam jangka panjang serta dapat pula melihat pengaruh jangka pendek. Dalam jangka pendek, variabel tersebut belum tentu saling mempengaruhi. Model Vector Error Correction digunakan untuk mengestimasi model jangka panjang dan jangka pendek dalam penelitian. Berikut hasil uji VECM. Tabel.5. Hasil Uji VECM dengan Variabel Dependen IHSG Error Correction Term (ECT) Coefficient Std. Error t-statistic Prob. DKURS DBIRATE* DDUMMY* Nilai ECT dapat dilihat dari nilai C(1) pada pengujian t statistik, * signifikan 0,05 Pada tabel diatas berdasarkan uji t statistik terlihat bahwa variabel BIRATE dan Dummy signifikan mempengaruhi IHSG, terlihat nilai ECT yang negatif dan signifikan yang berarti IHSG dapat merespons fluktuasi BIRATE dan Dummy dalam jangka panjang. Variabel KURS terlihat tidak signifikan artinya tidak mempengaruhi IHSG dalam jangka panjang. Hubungan antara BI rate dan IHSG mengindikasikan bahwa kebijakan moneter yang dilakukan BI dengan menaikkan atau menurunkan tingkat bunga dalam jangka panjang berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Secara teoritis, terdapat hubungan negatif antara tingkat bunga dan keputusan seseorang dalam berinvestasi dipasar modal dengan membeli obligasi atau saham. Jika tingkat bunga naik maka seseorang cenderung berinvestasi diperbankan dalam bentuk deposito atau tabungan. Sebaliknya jika tingkat bunga turun maka seseorang lebih memilih berinvestasi dipasar modal dengan membeli surat-surat berharga (seperti dalam teori permintaan uang Keynes).

9 Signifikannya variabel Dummy mengindikasikan bahwa dalam jangka panjang krisis global berpengaruh terhadap IHSG Indonesia. Kita memahami bahwa pemulihan krisis keuangan tahun 2008 di Amerika Serikat masih berlanjut hingga sekarang. Turunnya perekonomian negara-negara lain akibat krisis tersebut juga cukup menyita waktu yang lama dalam proses pemulihannya. Indonesia termasuk salah satu negara yang tidak terlalu parah terkena imbas krisis tersebut. Bahkan jika kita lihat perkembangan IHSG, pasca krisis global IHSG kita mengalami pertumbuhan yang tinggi bahkan beberapa waktu lalu sempat mencapai rekor tertinggi di ASIA. Perkembangan IHSG ini merupakan wujud sentimen negatif para spekulan dunia terhadap perekonomian Amerika Serikat dan negara maju lainnya yang dinilai masih berisiko tinggi. Selain itu jika dilihat stabilitas makro yang cukup baik, Indonesia menjadi pilihan investasi yang aman pada periode ini. Untuk melihat pengaruh jangka pendek, pengujian dilanjutkan dengan uji Wald test untuk melihat pengaruh variabel dalam jangka pendek. Pengujian ini dapat dilihat dari hasil uji F-statistik dan Chi Square pada tingkat signifikansi 5%. Berikut hasil uji Wald Test. Tabel. 6 Uji Wald Test Tabel.6.1 Equation: DIHSG DBIRATE Test Statistic Value df Probability F-statistic (2, 81) Chi-square * signifikan pada 0,05 Tabel.6.2 Equation: DIHSG DKURS Test Statistic Value df Probability F-statistic (2, 81) Chi-square * signifikan pada 0,05 Tabel. 6.3 Equation: DIHSG DDUMMY Test Statistic Value df Probability F-statistic* (2, 81) Chi-square* * signifikan pada 0,05

10 Dari tabel diatas terlihat bahwa berdasarkan uji Wald test, hanya variabel Dummy yang memiliki nilai F statistik dan Chi-square yang signifikan. Artinya variabel Dummy dalam jangka pendek mempengaruhi IHSG. Variabel BIRATE dan KURS dalam jangka pendek tidak mempengaruhi IHSG terlihat dari nilai F-statistik dan Chi-square yang tidak signifikan pada tingkat 5 %. Dalam jangka pendek terlihat bahwa BIRATE dan KURS tidak berpengaruh terhadap IHSG. Hasil ini memperlihatkan bahwa variabel moneter atau kebijakan moneter dalam jangka pendek tidak direspons oleh pergerakan IHSG. Dalam kasus krisis global, variabel Dummy memiliki tingkat signifikansi kuat mempengaruhi IHSG dalam jangka pendek. Relatif stabilnya perekonomian Indonesia dibandingkan negara-negara lain yang terkena imbas krisis global menyebabkan Indonesia menjadi target investasi negara-negara lain. Bisa dibilang kita mendapatkan berkah positif dari krisis global jika dilihat dari investasi dipasar modal. Hal ini terlihat dari meningkatnya IHSG pada level yang cukup dramatis. Selain dari relatif stabilnya ekonomi makro, Pengaruh psikologis investor berupa sentimen negatif terhadap perekonomian Amerika Serikat dan negara maju lainnya yang terkena imbas krisis juga menjadi penyebab meningkatnya IHSG. Kesimpulan Dan Saran Dari hasil uji kointegrasi terlihat bahwa dalam jangka panjang semua variabel memiliki hubungan keseimbangan dalam jangka panjang. Lebih spesifik, hasil uji VECM memperlihatkan bahwa variabel BI Rate dan variabel Dummy yang mewakili krisis global di U.S. tahun 2008 mempengaruhi IHSG dalam jangka panjang. Hal ini terlihat dari nilai ECT yang negatif dan signifikan pada kepercayaan 5 %. Dalam jangka pendek, hanya variabel Dummy yang berpengaruh terhadap IHSG. Hasil ini memperkuat beberapa temuan sebelumnya yang memperlihatkan bahwa krisis dalam suatu negara dapat mempengaruhi negara lain. Dari hasil penelitian tersebut disarankan bahwa kebijakan moneter dengan tingkat bunga efektif mempengaruhi IHSG di Indonesia. Otoritas moneter hendaknya menjaga stabilitas tingkat bunga sehingga fluktuasi IHSG juga relatif stabil (berfluktuasi tidak terlalu tajam) bahkan terus mengalami peningkatan. Hendaknya pemerintah terus menjaga stabilitas ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi, nilai tukar,

11 inflasi, dan lain-lain karena akan berpengaruh terhadap psikologis investor yang sedang dan mau berinvestasi di Indonesia. Krisis Amerika Serikat terbukti memberikan berkah positif bagi Indonesia dilihat dari perkembangan IHSG pasca tahun Adanya sentimen negatif pada perekonomian Amerika Serikat menyebabkan investor mencari alternatif substitusi salah satunya berinvestasi di pasar modal Indonesia.

12 DAFTAR KEPUSTAKAAN Adisetiawan. (2009). Hubungan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, Dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 13, No. 1, Izzati dan Agung, Robby Suryawan. (2011). Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat Inflasi Terhadap Perubahan Harga Saham Sub Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia. PESAT, Vol. 4 Anoraga, Pandji dan Pakarti, Piji. (2006). Pengantar Pasar Modal, edisi revisi, Rineka Cipta, Jakarta. Bank Indonesia. (2008), Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Jakarta Fahmi, Jul. (2013), Pengaruh Krisis Global 2008 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Indonesia, Skripsi, Universitas Syiahkuala. Gujarati, Damodar N. (2010). Dasar dasar Ekonometrika, Edisi Kelima. Salemba Empat. Jakarta Bursa Efek Indonesia, diakses pada tanggal 29 Januari 2013 melalui google. Indeks Harga Saham Gabungan, diakses pada 14 Januari 2013 melalui google. Badan Pusat Statistik Indonesia, diakses pada tanggal 29 Januari 2013 melalui google. wikipedia, diakses pada tanggal 24 Februari 2013 melalui google. oneter/. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, diakses pada tanggal 24 Februari 2013 melalui google. diakses pada tanggal 1 Mei 2013 melaui google. diakses pada tanggal 2 September 2013 melalui google. diakses pada 9 september 2013 melalui google. Kasmir. (2007). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Raja Grafindo. Jakarta Kewal, Suramaya Suci. (2012). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs Dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia, Vol. 8, No. 1 Mahmud, Syamsuddin. (2004). Teori Moneter dan Ekonomi Indonesia. Badan Penerbit Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Manurung, Mandala dan Pratama Rahardja. (2008). Teori Ekonomi Makro. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Manurung, Mandala dan Pratama Rahardja. (2004). Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

13 Manurung, Jonni dan A.H. Manurung. (2009). Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter. Salemba Empat. Jakarta Martalena, dan Malinda Maya. (2011). Pengantar Pasar Modal. ANDI. Yogyakarta. Maryatmo, Rogatianus. (2010). Pengaruh Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Perubahan Suku Bunga Dan Kurs Rupiah Terhadap Harga Saham : Studi Empiris Di Indonesia (200:1 2010:4) JEJAK, Vol. 3, No. 1 Miskhin, Frederic S. (2011). Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Salemba Empat. Jakarta Novianto, Aditya. (2011). Analisis Pengaruh Nilai Tukar (KURS) Dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp), Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Skripsi. UNDIP: Semarang. Prasetiono, Dwi Wahyu. (2010). Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi Makro dan Harga Minyak Terhadap Saham LQ45 Dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang. Journal Of Indonesian Applied Economics, Vol. 4 No. 1: Seftarita, Chenny. (2005). Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter, dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Suad, Husnan. (2003). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuitas, Yogyakarta : UPP-AMP YPKN Sunariyah. (2006). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, edisi kelima, UPP-STIM YPKN Yogyakarta Thobarry, Achmad Ath. (2009). Analisis Pengaruh Nilai Tukar,Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Hrga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun ). Tesis. UNDIP: Semarang. Tim Studi Market Maker (2003). Studi Tentang Market Marketer Di Pasar Modal Departemen Keuangan Republik Indonesia. Jakarta. Indonesia. Triandaru, Sigit dan Budisantoso, Totok. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta

14 Lampiran 1. Data Nominal Penelitian LAMPIRAN - LAMPIRAN Observasi IHSG Kurs BI Rate Dummy 2005M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , ,75 1

15 2009M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , , M , ,75 1 Keterangan : IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan (bps) Kurs : Nilai Tukar (Rp/USD) BI Rate : Suku Bunga Bank Indonesia (%)

16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Mercu Buana dengan data yang diambil adalah harga penutupan dari tahun 2009-2015, untuk

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner)

BAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner) BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil estimasi berdasarkan metode penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dan pembahasan analisis hasil estimasi tersebut. Pembahasan dilakukan secara

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract

KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : ibal.2911@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Analisis Bank Indonesia Rate Bank Indonesia rate atau yang disebut dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) merupakan kebijakan moneter (keuangan) yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan 1997, kinerja pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan diantaranya mengalami kerugian. Kondisi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Akar Unit (Stasionaritas) Data deret waktu dikatakan stasioner jika menunjukkan pola yang konstan dari waktu kewaktu. Adapun uji akar unit

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji stasioneritas dengan uji akar-akar unit (unit roots test).

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji stasioneritas dengan uji akar-akar unit (unit roots test). BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Stasioner Uji Stasioner dilakukan untuk menguji apakah data atau variabel yang dianalisis dalam penelitian ini stasioner

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri ( capital flight)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri ( capital flight) 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah cerminan kegiatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah cerminan kegiatan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah cerminan kegiatan pasar modal secara umum. IHSG menggambarkan suatu rangkain informasi historis mengenai pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga mengandung resiko. Besar kecilnya resiko di pasar modal sangat dipengaruhi oleh keadaan negara khususnya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengujian Pra Estimasi 5.1.1. Uji Kestasioneran Data Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, untuk melihat ada atau tidaknya unit root

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract

KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: Mirza.winanda38@gmail.com 2)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Berikut ringkasan beberapa

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif 4.1.1. Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia Laju inflasi tahunan Indonesia selama kurun waktu 2000 hingga 2011 masih menunjukkan fluktuasi seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Data Penelitian Bab ini menjelaskan tentang analisis data dan hasil pengolahan data. Jenis data yang digunakan penulis adalah data time series dengan kurun waktu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar Modal merupakan salah satu tempat (media) yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Oleh karena itu, arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian suatu negara merupakan salah satu hal yang penting bagi keberlangsungan negara tersebut. Sebuah negara yang berkembang pasti menghadapi berbagai masalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kualitas Instrumen 1. Hasil Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) Uji stasioneritas data menggunakan metode pengujian ADF (Augmented Dickey Fuller)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obligasi serta indikator makroekonomi (Fatmawati & Beik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. obligasi serta indikator makroekonomi (Fatmawati & Beik, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal dalam Negara Indonesia menjadi sesuatu yang penting di era globalisasi ini, dan semakin berkembang serta membuktikan bahwa pasar modal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain (Amin, 2012). Untuk

PENDAHULUAN. seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain (Amin, 2012). Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki dua fungsi dalam perekonomian suatu Negara, yang pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting terutama terkait dengan arus permodalan dan pertumbuhan ekonomi. Pasar modal merupakan indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran aktif lembaga pasar modal sangat diperlukan dalam membangun perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang strategis dalam perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN 2003.1 2005.12 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Pada fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman era globalisasi ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman era globalisasi ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman era globalisasi ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan investasi. Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian 55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Variabel Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data runtut waktu (time series) yang berfungsi sebagai bahan analisis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini pasar modal merupakan instrumen penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang terjadi saat ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk meningkatkan performa terbaiknya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Stasioner Data / Uji Akar (Unit Root Test) Suatu data atau variabel dapat dikatakan stasioner apabila nilai rata-rata dan memiliki varians yang konstan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat terjadi akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui apakah data yang dipakai sudah stationary dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui apakah data yang dipakai sudah stationary dalam penelitian ini 42 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Unit Root Untuk mengetahui apakah data yang dipakai sudah stationary dalam penelitian ini diuji dengan uji unit roots yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF VENNY SYAHMER,

RINGKASAN EKSEKUTIF VENNY SYAHMER, RINGKASAN EKSEKUTIF VENNY SYAHMER, 2010. Keterkaitan Nilai Tukar Rupiah Dengan Indeks Saham di Bursa Efek Indonesia. Di bawah bimbingan NOER AZAM ACHSANI dan TRIAS ANDATI. Stabilitas terhadap nilai tukar

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Jumlah Uang Beredar dengan Pendekatan Error Correction Model (ECM)

Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Jumlah Uang Beredar dengan Pendekatan Error Correction Model (ECM) Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Jumlah Uang Beredar dengan Pendekatan Error Correction Model (ECM) Ni Putu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi. Pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa III. METODELOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham di Indonesia (Periode 2005:T1 2014:T3) variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan tempat di perdagangkannya saham-saham dari berbagai macam perusahaan yang go public. Menurut Undang-undang No.8 Tahun 1995 menyatakan bahwa pasar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tidak dipengaruhi oleh nilai kurs valuta asing dan laju inflasi. 2. Hasil Estimasi VAR First Difference menunjukkan bahwa:

BAB V PENUTUP. tidak dipengaruhi oleh nilai kurs valuta asing dan laju inflasi. 2. Hasil Estimasi VAR First Difference menunjukkan bahwa: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian hubungan Kausalitas Granger menunjukkan bahwa: Pada hasil pengujian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saham merupakan bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, yaitu penelitian yang mengukur suatu variabel, sehingga lebih mudah dipahami secara

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. a. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi terhadap IHSG

BAB V PEMBAHASAN. a. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi terhadap IHSG BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh Simultan a. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi terhadap IHSG Berdasarkan hasil dari analisa regresi uji F didapat nilai signifikansi sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN EKSPOR NON MIGAS DI INDONESIA

VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN EKSPOR NON MIGAS DI INDONESIA VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN EKSPOR NON MIGAS DI INDONESIA Oleh: Chenny Seftarita, S.E, M.Si (penulis adalah dosen Fakultas Ekonomi UNSYIAH) (Email: chennyseftarita@yahoo.co.id) Abstract-This paper investigated

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh inflasi, suku

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dunia investasi selalu mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pasar modal menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. dari pasar modal menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal pada dasarnya merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau surat-surat berharga jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk utang

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA BI RATE DENGAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA BI RATE DENGAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA ANALISIS KAUSALITAS ANTARA BI RATE DENGAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA Maria Alvyonita Paidi Hidayat Abstract : This research has a purpose to analyze causality relationship between BI Rate and money

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan dan perekonomian suatu negara, Sirait dan D. Siagian

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan dan perekonomian suatu negara, Sirait dan D. Siagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu unsur yang memegang peran penting dalam sistem keuangan dan perekonomian suatu negara, Sirait dan D. Siagian (2002). Semenjak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan arus perdagangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima untuk tiap investor. Tujuan utama dari aktivitas pasar modal adalah

BAB I PENDAHULUAN. diterima untuk tiap investor. Tujuan utama dari aktivitas pasar modal adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan laba oleh investor dapat ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya dengan berinvestasi pada pasar modal. Kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLATILITAS INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN Periode Tahun SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLATILITAS INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN Periode Tahun SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLATILITAS INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN Periode Tahun 2009-2015 SKRIPSI Nama : Dewi Junita Sari NIM : 43113010177 Program Studi Manajemen FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTARA INFLASI, NILAI TUKAR, DAN RETURN

ANALISIS KETERKAITAN ANTARA INFLASI, NILAI TUKAR, DAN RETURN ANALISIS KETERKAITAN ANTARA INFLASI, NILAI TUKAR, DAN RETURN SAHAM (Studi pada Sektor Barang Konsumsi yang Listing di BEI dan yang Termasuk pada Indeks LQ-45) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Anindita Ajeng

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi 53 BAB 1V 4.1 Diskripsi Data Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat di Indonesia tahun 1995-2014 dengan model error correction

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini 43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat guna menunjang pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perekonomian suatu negara dituntut untuk dapat memiliki sumber daya yang memenuhi setiap kebutuhan dari negara tersebut. Bukan hanya sumber daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA Leo Tumpak Pardosi 1 leopard_xl@yahoo.co.id Quinci Fransiska

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Pengolahan Data Pada bab ini akan dibahas mengenai proses dan hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang akan dilakukan. Data yang telah didapatkan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana untuk menghubungkan investor (pemodal) dengan perusahaan atau institusi pemerintah. Investor merupakan pihak yang mempunyai kelebihan dana,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi ini, negara-negara besar telah menaruh perhatian besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi ini, negara-negara besar telah menaruh perhatian besar terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan alternatif bagi para investor untuk melakukan penanaman modal (investasi) selain bank dan lembaga keuangan non bank. Di era globalisasi

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif dan instrumen lainnya. Pasar modal merupakan salah

Lebih terperinci

Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir

Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir seluruh aspek dalam perekonomian; itulah sebabnya proses kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian yang pesat selalu diiringi dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di dunia. Suatu negara dengan tingkat pertumbuhan industri yang tinggi menandakan tingkat

Lebih terperinci