BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Mercu Buana dengan data yang diambil adalah harga penutupan dari tahun , untuk IHSG. Sedangkan untuk tingkat suku bunga SBI, tingkat inflasi dan nilai tukar data diambil berdasarkan laporan publikasi di dan untuk produk domestik bruto data diambil berdasarkan laporan publikasi di B. Deskripsi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat 5 (lima) variabel yang akan dianalisis, dimana kelima variabel tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu variabel dependen yang digunakan adalah IHSG; dan variabel independen yang digunakan adalah Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar (Kurs), dan PDB. 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menurut Samsul (2006:179), indeks harga saham adalah harga saham yang dinyatakan dalam angka indeks. Widoatmojo (2008), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek. Secara 80

2 81 matematis, historical volatility untuk setiap saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Parkinson, 1980): σpv = 1 Ht 1n ( n Lt ) Keterangan : PV 1n n Hi Li : High Low Volatility Estimator : logaritma natural : jumlah observasi : Intraday High Price : Intraday Low Price Perkembangan IHSG di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut. 6,000 GAMBAR 4.1 GRAFIK PERKEMBANGAN IHSG IHSG 5,000 Point 4,000 3,000 2,000 1, Periode Sumber: Data yang diolah

3 82 Seiring dengan perkembangan yang terjadi di pasar modal, pergerakan IHSG mengalami periode naik dan turun. Berdasarkan gambar 4.1 yang tersaji diatas dapat dilihat bahwa volatilitas yang tinggi terjadi pada tahun 2013 dan tahun 2015 di akhir-akhir bulan. Menurut Hamid (2009), pergerakan harga saham merupakan suatu yang dinamis, dimana perubahannya dipengaruhi oleh banyak faktor internal maupun eksternal. Kemampuan dalam memilih waktu yang tepat, baik dalam membeli maupun menjual saham tentunya sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Prinsip dasar dari transaksi perdagangan yang menguntungkan ialah membeli pada harga yang rendah dan menjual pada harga yang tinggi (buy low sell high), karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi harga saham, maka tentu sulit untuk menilai apakah harga saham saat ini rendah atau tinggi, terutama untuk memprediksi harga saham untuk waktu yang akan datang. 2. Tingkat Inflasi Syamsudin (2009:125) mengemukakan bahwa inflasi adalah peningkatan harga-harga yang mencakup seluruh barang dan jasa. Dua teori inflasi yang dikemukakannya mencakup teori kuantitas uang dan teori permintaan dan penawaran inflasi. Teori kuantitas uang menyangkut suatu peningkatan kuantitas uang sebagai penyebab, walaupun tidak selamanya peningkatan kuantitas uang selalu

4 83 menyebabkan inflasi. Teori permintaan dan penawaran inflasi yaitu membedakan antara pasar komoditas dengan pasar faktor yang samasama pentingnya. Menurut Waluyo (2009:160), ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur inflasi, diantaranya: a. General Price Cara umum yang digunakan untuk menghitung inflasi adalah dengan angka-angka harga umum (general price). Dalam banyak penelitian empiris, khususnya di negara berkembang, pengamat ekonomi sering dihadapkan pada suatu kesulitan untuk mendapatkan angka-angka harga umum. Berbagai cara untuk mendapatkan taksiran harga umum dan laju inflasi telah banyak dicoba, walaupun penafsiran yang satu dengan yang lain menghasilkan angka dan pengaruh yang berbeda. b. Angka Deflator Produk Nasional Bruto (GNP Deflator) Kelemahan dari cara ini adalah sulitnya diperoleh angka deflator PNB bulanan, triwulanan, semesteran. Sehingga hanya mempunyai angka deflator dan laju inflasi tahunan. c. Indeks Harga Konsumen Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan dalam menghitung inflasi. Hal ini disebabkan data Indeks Harga Konsumen dapat diperoleh dalam bentuk bulanan, triwulan ataupun tahunan. Untuk indonesia data Indeks Harga

5 84 Konsumen cukup mudah diperoleh baik dari laporan BPS, BI atau lembaga lainnya. Model dari Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah sebagai berikut: Dimana: LI = Laju Inflasi pada periode t LI = IHK IHK IHK 100 IHK = Indeks Harga Konsumen periode t IHK = Indeks Harga Konsumen periode t-1 d. Atas Harga Yang Diharapkan Cara ini menitik beratkan pada perhitungan harga dan laju inflasi pada periode yang berlaku, dan yang ditonjolkan adalah peranan harga yang diharapkan pada periode yang akan datang. Masalah yang dihadapi dalam penentuan atas harga pengharapan adalah kesulitan untuk mengamati perilaku masyarakat dan pemerintah dalam perekonomian. e. Indeks Harga Dalam Negeri dan Luar Negeri Kesulitan dalam hal ini adalah menentukan Indeks Harga Dalam Negeri dan proporsinya terhadap Indeks Harga Umum. Sejauh ini, biasanya Indeks Harga Ekspor dipakai sebagai pendekatan terhadap Indeks Harga Luar Negeri, akan tetapi tidak diketahui proporsinya terhadap Indeks Harga Umum. Laju inflasi merupakan suatu indikator yang sangat menentukan perekonomian makro disuatu negara. Jika inflasi

6 85 bermasalah akan menyebabkan ketidakstabilan suatu perekonomian yang akhirnya akan memperburuk kinerja perekonomian suatu negara. Oleh sebab itu, pemerintah disudutkan agar segera menangani masalah yang terjadi pada inflasi (Widodo, 2011). 3. Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Prastowo (2011:9), mendefinisikan suku bunga sebagai tingkat pengembalian aset yang mempunyai risiko mendekati nol. Menurut Case dan Fair (2007:635), suku bunga merupakan pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Suku bunga dalam pengertian Sertifikat Bank Indonesia atau BI rate, dimana BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Peningkatan suku bunga membuat nilai imbal hasil dari deposito dan obligasi menjadi lebih menarik, sehingga banyak investor pasar modal yang mengalihkan portofolio sahamnya. Meningkatnya aksi jual dan minimnya permintaan akan menurunkan harga saham dan sebaliknya. 4. Nilai Tukar (Kurs) Menurut Madura (2007:86) menyatakan bahwa kurs merupakan perbandingan nilai antara dua mata uang. Kurs atau nilai

7 86 tukar adalah harga-harga dari mata uang luar negeri (Dornbusch, 2008:46). Kurs berubah atau bergerak setiap saat, kondisi ini memaksa para pemegang mata uang asing memperoleh kesempatan untuk mendapatkan keuntungan maupun kerugian akibat perubahan tersebut. 5. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Berdasarkan Badan Pusat Statistik, salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada dasarnya, PDB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi akan diukur melalui perkembangan PDB yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Adapun cara perhitungannya, sebagai berikut: PDB = PDBx PDB (x 1) PDB (x 1) 100% Dimana : PDB = Pertumbuhan ekonomi (rate of growth) PDB = Produk domestik bruto x 1 = Tahun sebelum

8 87 C. Analisis Stasioneritas Data 1. Uji Stasioneritas Dalam pengujian ini akan dilihat apakah data yang ada terkena akar unit atau tidak. Hipotesis akan dirumuskan sebagai berikut: H : y = 0, artinya terdapat unit root (data tidak stasioner) H : y 0, artinya tidak terdapat unit root (data stasioner) Tabel 4.1 Uji Akar Unit Augmented Dickey Fuller (ADF) test pada tingkat Level Variabel Level ADF test CV 5% Prob.* Ho = Tidak Stasioner Ha = Stasioner IHSG Menerima Ho INF Menolak Ho SBI Menerima Ho KURS Menerima Ho PDB Menerima Ho Sumber: Data yang diolah, Lampiran 2 Pada hasil uji di tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa data dari ke empat variabel (IHSG, INF, KURS, dan PDB) menujukkan ketidakstasioneran sedangkan pada variabel SBI menunjukkan data yang stasioner, pada tingkat level. Hal tersebut mengacu pada syarat yang telah ditentukan jika nilai PP-test lebih kecil daril nilai Critical Value 5% (PPtest < CV 5%) maka data dianggap tidak stasioner begitupun sebaliknya. Maka kesimpulan yang diambil adalah diterimanya Ho pada variabel IHSG, INF, KURS, dan PDB; sedangkan pada variabel SBI Ho ditolak yang artinya data sudah stasioner. Dalam hal ini, langkah selanjutnya yang

9 88 harus diambil adalah melakukan uji Derajat Integrasi, agar semua variabel data yang diuji mengalami kestasioneran pada tingkat yang sama. 2. Uji Derajat Integrasi Pada uji akar unit ADF-test, menghasilkan bahwa ke empat data yang diolah menujukkan hasil ketidakstasioneran, maka hal selanjutnya yang dilakukukan adalah proses diferensiasi data. Uji data yang mengalami proses diferensiasi disebut dengan uji derajat integrasi. Tabel 4.2 Uji Akar Unit Augmented Dickey Fuller (ADF) test pada tingkat First Difference Variabel First Difference Ho = Tidak Stasioner ADF-test CV 5% Prob.* Ha = Stasioner IHSG Menolak Ho INF Menolak Ho SBI Menolak Ho KURS Menolak Ho PDB Menolak Ho Sumber: Lampiran 3 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa data yang diuji pada semua variabel sudah stasioner pada first difference. Hal tersebut mengacu pada syarat yang telah ditentukan jika nilai PP-test lebih besar daril nilai Critical Value 5% (ADF-test < CV 5%) maka data dianggap telah stasioner. Maka kesimpulan yang diambil adalah diterimanya Ho pada semua data yang telah diolah yang artinya kesemua data sudah stasioner

10 89 pada first difference. Sehingga pengujian dapat dilanjutkan ketahap selanjutnya yaitu menentukan lag optimal. D. Penentuan Lag Optimal Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas adalah menentukan lag optimal. Jika lag yang dimasukkan terlalu sedikit maka residual dari regresi akan menampilkan proses white noise sehingga model tidak dapat mengestimasi error yang sebenarnya secara tepat. Namun sebaliknya, jika dimasukkan lag yang terlalu banyak, maka kemampuan untuk menolak Ho akan berkurang karena penambahan parameter yang terlalu banyak akan mengurangi derajat bebas. Tahap pertama yang dilakukan adalah dengan melihat panjang lag maksimum agar sistem VAR berada dalam kondisi stabil, apabila sistem VAR stabil maka seluruh roots memiliki modulus lebih kecil dari satu. Begitu pun sebaliknya, jika nilai modulus lebih besar dari satu maka hal tersebut menunjukkan adanya ketidakstabilan. Sistem VAR yang berada dalam keadaan stabil ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut:

11 90 TABEL 4.3 PENGUJIAN KESTABILAN SISTEM VAR Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: D(IHSG) D(INF) D(SBI) D(KURS) D(PDB) Exogenous variables: C Lag specification: 1 10 Root Modulus i i i i i i i,, dst ,, dst No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition. Sumber: Data yang diolah, Lampiran 4 Dari tabel diatas terlihat lag specification berada pada Lag 10 dengan nilai modulus yang lebih kecil dari satu sehingga sistem VAR berada pada keadaan stabil. Pemilihan lag specification yang melebihi lag 10 akan menghasilkan nilai modulus yang bernilai melebihi satu sehingga kondisi kestabilan pada VAR tidak terpenuhi. Setelah mendapatkan lag maksimum hingga lag 10, maka selanjutnya akan dipilih lag optimal diantara lag 1 hingga lag 10. Dalam menentukan lag optimal, dapat digunakan kriteria yang mempunyai final prediction error correction (FPE) atau jumlah dari AIC, SIC, HQ yang paling kecil diantara lag lain yang diajukan. Hasil penentuan lag optimal terlihat pada gambar 4.2 berikut:

12 91 GAMBAR 4.2 HASIL PENGUJIAN LAG OPTIMAL Sumber: Data yang diolah Dari hasil pengolahan data pada gambar diatas dapat dilihat bahwa dalam pengujian lag optimal pada Indeks Harga Saham Gabungan, kandidat yang disarankan (bertanda bintang) adalah lag 0 dan lag 1. Dimana kriteria LR, FPE, AIC berada pada lag 1 sedangkan kriteria SC dan HQ berada pada lag 1. Karena Lag 0 tidak dapat dimasukkan sebagai lag optimal, maka lag yang akan diambil sebagai lag optimal adalah lag 1. E. Uji Kointegrasi Multivariat : Johansen Test Keberadaan variabel yang stasioner pada derajat yang sama dapat mengindikasikan adanya hubungan jangka panjang dari variabel-variabel

13 92 tersebut. Oleh karena itu, dilakukan pengujian kointegrasi (Johansen Cointegration). Uji ini berdasarkan pada kerangka model VAR dengan memasukkan komponen error-correction untuk membuktikan keberadaan kointegrasi yang biasanya disebut Vector Error Correction Model (VECM). Sebelum melakukan uji kointegrasi, tentukan terlebih dahulu asumsi deterministic yang paling tepat untuk digunakan dalam pengujian kointegrasi. Hasil output penentuan asumsi deterministic terlihat sebagai berikut: GAMBAR 4.3 PENENTUAN ASUMSI PADA UJI KOINTEGRASI Sumber: Data yang diolah

14 93 Dari kelima asumsi yang ada, terlihat pada gambar 4.3 output Johansen Cointegration Test diperoleh asumsi 4. Dimana y tidak memiliki trend dan persamaan kointegrasi memiliki intercept dan tidak ada trend. Dalam pengujian kointegrasi, ada atau tidaknya keseimbangan jangka panjang antar variabel diidentifikasikan dengan cara membandingkan antara nilai estimasi trace statistic dengan nilai kritisnya (critical value) dengan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai estimasi trace statistic lebih besar daripada nilai kritisnya pada tingkat signifikansi 5%, maka disimpulkan bahwa vektor kointegrasi pada tingkat signifikan 5%. dibawah ini. Hasil analisis uji kointegrasi Johansen di tunjukkan pada tabel 4.4 TABEL 4.4 HASIL DARI JOHANSEN COINTEGRATION TEST Hypothesized 0.05 Trace Statistic No. Of CE(s) Critical Value Prob.** None * At most At most At most At most Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Sumber : Data yang diolah, Lampiran Dari hasil uji kointegrasi pada tabel 4.4 di atas, terdapat 1 vektor yang mempunyai nilai trace statistic lebih besar dibandingkan nilai kritisnya pada

15 94 tingkat signifikan 5%. Hal ini menunjukkan adanya kointegrasi (hubungan keseimbangan jangka panjang) antara IHSG dengan variabel makroekonomi yang diuji. Walaupun terdapat keseimbangan jangka panjang, dalam jangka pendek mungkin saja antara variabel-variabel yang diuji tidak mencapai keseimbangan. Dalam hal ini, keinginan jangka pendek pelaku ekonomi belum tentu sama dengan apa yang terjadi sebenarnya. Karena adanya ketidaksamaan tersebut maka diperlukan suatu penyesuain (adjusment). Model yang memasukkan penyesuaian untuk melakukan koreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang dalam Johansen test disebut dengan Vector Error Correction Model (VECM). Maka, untuk menentukan apakah variabel bebas berpengaruh atau tidaknya terhadap variabel terikat, diperlukan model VECM untuk dijadikan kesimpulannya. F. Model VECM (Vector Error Correction Model) Hasil dari pengolahan pada uji VECM didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara variabel dependen (IHSG) dengan variabel independen (INF, SBI, KURS, dan PDB). Berdasarkan lag optimal yang didapat yaitu dengan menggunakan lag 1, maka hasil model VECM secara jangka panjang terlihat dalam tabel 4.5 dibawah ini:

16 95 TABEL 4.5 MODEL VECM JANGKA PANJANG Jangka Panjang Variabel Koefisien T-Statistik Keterangan LNIHSG(-1) INF(-1) Signifikan SBI(-1) Tidak Signifikan LNKURS(-1) Signifikan PDB(-1) Tidak Signifikan C Sumber : Data yang diolah, Lampiran Ketentuannya: α = 5% : ± (Signifikan) Pada tabel 4.5 diatas merupakan hasil analisis VECM yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel yang signifikan dalam jangka panjang. Kesimpulannya adalah variabel Inflasi (INF) dan Nilai Tukar (KURS) berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG yang dimasing-masing variabel tersebut memiliki nilai t-statistik yang signifikan yaitu lebih besar dari nilai t- tabel ( ). Dimana nilai t-statistik inflasi sebesar dengan nilai koefisiennya sebesar Tanda negatif pada nilai koefisien diartikan sebagai adanya pengaruh yang berlawanan arah antar variabel. Jika nilai inflasi mengalami kenaikan sebesar 1% maka IHSG akan mengalami penurunan sebesar point. Dan untuk variabel nilai tukar nilai t- stastistiknya sebesar dengan nilai koefisien sebesar Tanda positif pada nilai koefisien diartikan bila terjadi kenaikan pada nilai tukar sebesar Rp 1, maka juga akan menyebabkan kenaikan pada IHSG sebesar

17 96 Sedangkan untuk variabel Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Pertumbuhan Produk Domestic Bruto (PDB) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG, dimana masing-masing variabel memiliki nilai t-statistik yang lebih kecil dari nilai t-tabelnya dengan taraf signifikansi 5%, dimana nilai t-statistik untuk variabel suku bunga SBI sebesar dan untuk pertumbuhan PDB sebesar Maka, persamaan yang dihasilkan dari VECM tersebut adalah: LNIHSG = *INF(-1) *SBI(-1) *LNKURS(-1) *PDB(-1) Berdasarkan persamaan VECM yang telah terbentuk diatas, maka disimpulkan bahwa secara jangka panjang variabel inflasi memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap IHSG. Dan variabel nilai tukar memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap IHSG. TABEL 4.6 MODEL VECM JANGKA PENDEK Jangka Pendek Variabel Koefisien T-Statistik Keterangan CointEq Signifikan D(LNIHSG(-1)) Tidak Signifikan D(INF(-1) Signifikan D(SBI(-1) Signifikan D(LNKURS(-1)) Tidak Signifikan D(PDB(-1) Tidak Signifikan R-squared Adj. R-squared Sumber: Data yang diolah, Lampiran Ketentuannya: α = 5% : ± (Signifikan)

18 97 Pada tabel 4.6 diatas merupakan hasil analisis VECM yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel yang signifikan dalam jangka pendek. Kesimpulan yang didapatkan bahwa variabel inflasi dan suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap IHSG, dimana masing-masing variabel tersebut memiliki nilai t-statistik yang lebih besar dibandingkan nilai t-tabelnya. Dimana, nilai t-statistik variabel inflasi sebesar dengan nilai koefisiennya sebesar Tanda negatif pada koefisien diartikan jika tingkat inflasi mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan berpengaruh pada menurunnya IHSG sebesar point. Dan untuk variabel suku bunga SBI nilai t-statistiknya sebesar dengan nilai koefisien sebesar Tanda negatif pada koefisien diartikan sebagai adanya pengaruh yang berlawanan arah antara suku bunga SBI dengan IHSG. Jika tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan sebesar 1% maka nilai IHSG akan mengalami penurunan sebesar point. Sedangkan untuk variabel nilai tukar dan Pertumbuhan Produk Domestic Bruto (PDB) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG, dimana masing-masing variabel memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai t-tabelnya dengan taraf signifikansi 5%, dimana nilai t-statistik untuk variabel nilai tukar sebesar dan untuk pertumbuhan PDB sebesar Maka, persamaan yang dihasilkan dari VECM tersebut adalah:

19 98 LNIHSG = *D(INF(-1)) *D(SBI(-1)) *D(LNKURS(-1)) *D(PDB(-1)) *CointEq1 Berdasarkan persamaan VECM yang telah terbentuk diatas, maka disimpulkan bahwa secara jangka pendek antara variabel inflasi dan nilai tukar memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap IHSG. G. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh Inflasi (INF) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) a) Jangka Pendek Hasil estimasi jangka pendek pada variabel inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Dimana, hasil ini membuktikan bahwa adanya perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tatom (2002) dan Murni (2010), dimana pada hasil penelitiannya menjabarkan bahwa faktor inflasi berpengaruh secara positif terhadap indeks harga saham. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya hubungan inflasi dengan kemampuan daya beli masyarakat, dimana jika tingkat inflasi mengalami kenaikan maka akan membuat kemampuan daya beli masyarakat yang menurun sehingga akan membuat para investor menilai rendah pada investasi di pasar modal. Sehingga inflasi yang

20 99 meningkat akan membuat indeks harga saham gabungan menjadi turun. b) Jangka Panjang Hasil estimasi jangka panjang pun menunjukkan hasil yang sama, yaitu variabel inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa para investor tidak akan tertarik dengan kegiatan berinvestasi di pasar modal jika tingkat inflasi yang ada mengalami kenaikan. Maka, kesimpulannya baik secara jangka pendek maupun jangka panjang inflasi akan berpengaruh secara negatif terhadap IHSG. Selain itu, hasil ini membuktikan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Sukadani (2015) sesuai dan memiliki hasil estimasi yang sama dengan penelitian ini. 2. Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) a) Jangka Pendek Hasil estimasi jangka pendek pada variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Dimana, hasil tersebut sesuai dengan teori yang telah dijabarkan oleh Keynes dan Nopirin (1997), yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan penurunan pada nilai harga saham di bursa efek,

21 100 begitu pun sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan pihak investor akan lebih tertarik untuk menginvestasikan modalnya ke dalam bentuk saham jika tingkat suku bunga SBI yang berlaku mengalami penurunan, sehingga keuntungan yang didapat oleh investor akan lebih besar. Serta, dalam hasil ini telah memberikan implikasi teoritis bahwa secara impiris semakin meningkatnya suku bunga SBI akan memberikan pengaruh yang negatif (berlawanan arah) terhadap IHSG. b) Jangka Panjang Hasil estimasi jangka panjang pada variabel suku bunga SBI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Hal ini membuktikan bahwa dalam jangka panjang investor tidak ingin menginvestasikan dananya dalam kegiatan investasi manapun yang akan membuat tingkat risiko menjadi lebih tinggi. Selain itu, investor akan enggan melakukan kegiatan investasi jika tidak adanya kepastian mendapatkan keuntungan timbal balik yang besar dalam jangka panjang. 3. Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) a) Jangka Pendek Hasil estimasi jangka pendek pada variabel nilai tukar tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham

22 101 gabungan. Hal ini membuktikan bahwa dalam jangka pendek para investor lebih memperhitungkan faktor spekulasi lainnya, sehingga nilai tukar tidak terlalu mempengaruhinya. b) Jangka Panjang Hasil estimasi jangka pendek pada variabel nilai tukar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Hal ini membuktikan bahwa dalam jangka panjang perusahaan-perusahaan mampu mengatasi dampak positif akibat apresiasi Rupiah. Sehingga perusahaan yang berorientasi pada ekspor akan mengalami kenaikan pada harga sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Serta hasil ini membuktikan bahwa perekonomian yang meningkat di Indonesia membuat kepercayaan para investor untuk menginvestasikan dananya ke pasar modal Indonesia akan ikut meningkat. 4. Pengaruh Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) a) Jangka Pendek Hasil estimasi jangka pendek pada variabel pertumbuhan PDB tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Hal tersebut dapat terjadi karena pada dasarnya motif-motif spekulasi masih banyak mendominasi sehingga faktor

23 102 faktor fundamental, seperti PDB tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap indeks harga saham gabungan. b) Jangka Panjang Hasil estimasi jangka panjang pada variabel pertumbuhan PDB juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Dalam hal peningkatan PDB dalam suatu negara mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat di negara tersebut. Adanya peningkatan tersebut akan mendorong masyarakat untuk melakukan konsumsi barang dan jasa sehingga memperluas perkembangan investasi dalam sektor riil (Kewal, 2012). Tetapi dalam hasil penelitian ini adanya sektor riil tidak diikuti dengan adanya peningkatan investasi di pasar modal. Maka, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah pemerataan kesejahteraan masyarakat. Karena meningkatnya PDB belum tentu akan meningkatkan pendapatan per kapita setiap individu sehingga pola investasi di pasar modal tidak terpengaruhi oleh adanya peningkatan PDB.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penjualan dan Pasokan Bulan January 2005 2006 2007 Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan 293.57 291.82 325.64 546.955 359.88 762.063 February 297.05 291.82 341.45

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kualitas Instrumen 1. Hasil Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) Uji stasioneritas data menggunakan metode pengujian ADF (Augmented Dickey Fuller)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Analisis Bank Indonesia Rate Bank Indonesia rate atau yang disebut dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) merupakan kebijakan moneter (keuangan) yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Data Penelitian Bab ini menjelaskan tentang analisis data dan hasil pengolahan data. Jenis data yang digunakan penulis adalah data time series dengan kurun waktu

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner)

BAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner) BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil estimasi berdasarkan metode penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dan pembahasan analisis hasil estimasi tersebut. Pembahasan dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA 81 BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA Pembahasan pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil regresi yang dimulai dari tahap awal hingga terakhir, sehingga nantinya dapat diketahui bagaimana penerapan model

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi 53 BAB 1V 4.1 Diskripsi Data Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat di Indonesia tahun 1995-2014 dengan model error correction

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (IHSG) di Bursa Efek Indonesia tahun kuantitatif dan sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara

BAB III METODE PENELITIAN. (IHSG) di Bursa Efek Indonesia tahun kuantitatif dan sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara 54 BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek/obyek penilitian Objek/subjek penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2015 B. Jenis data Data yang digunakan dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLATILITAS INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN Periode Tahun SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLATILITAS INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN Periode Tahun SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLATILITAS INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN Periode Tahun 2009-2015 SKRIPSI Nama : Dewi Junita Sari NIM : 43113010177 Program Studi Manajemen FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Pengolahan Data Pada bab ini akan dibahas mengenai proses dan hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang akan dilakukan. Data yang telah didapatkan akan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini 43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Deskripsi Data Penelitian Semua data yang digunkana dalam analisis ini merupakan data sekunder mulai tahun 1995 sampai tahun 2014 di Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa III. METODELOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham di Indonesia (Periode 2005:T1 2014:T3) variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif 4.1.1. Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia Laju inflasi tahunan Indonesia selama kurun waktu 2000 hingga 2011 masih menunjukkan fluktuasi seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu (timeseries) bulanan dari periode 2008:04 2013:12 yang diperoleh dari laporan Bank

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji stasioneritas dengan uji akar-akar unit (unit roots test).

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji stasioneritas dengan uji akar-akar unit (unit roots test). BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Stasioner Uji Stasioner dilakukan untuk menguji apakah data atau variabel yang dianalisis dalam penelitian ini stasioner

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, yaitu penelitian yang mengukur suatu variabel, sehingga lebih mudah dipahami secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Akar Unit (Stasionaritas) Data deret waktu dikatakan stasioner jika menunjukkan pola yang konstan dari waktu kewaktu. Adapun uji akar unit

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh ProdukDomestikBruto (PDB),

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh ProdukDomestikBruto (PDB), III. METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh ProdukDomestikBruto (PDB), SukuBunga Deposito, Inflasi, dan Obligasi PemerintahTerhadap Simpanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Berdasarkan data pada lampiran 1 maka analisis deskriptif sebagai berikut.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Berdasarkan data pada lampiran 1 maka analisis deskriptif sebagai berikut. 45 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Deskripsi Data Berdasarkan data pada lampiran 1 maka analisis deskriptif sebagai berikut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series)

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) 48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang didapat dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun waktu (timeseries) yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS EKONOMI LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE DOI: /medstat

KAJIAN AKTIVITAS EKONOMI LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE DOI: /medstat p-issn 1979 3693 e-issn 2477 0647 MEDIA STATISTIKA 9(2) 2016: 119-132 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/media_statistika KAJIAN AKTIVITAS EKONOMI LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak 46 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu berupa data tahunan yang berbentuk angka dan dapat diukur/dihitung. Sumber

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account III. METODELOGI PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account sebagai variabel terikat dan nilai tukar, inflasi, PDB, dan aktiva luar negeri

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 70 BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melambat ditandai dengan meningkatnya angka inflasi dan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. yang melambat ditandai dengan meningkatnya angka inflasi dan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di dasari oleh dua indikator ekonomi makro yaitu tingkat bunga (BI Rate) dan inflasi. Pertumbuhan ekonomi yang melambat ditandai dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 25 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Kestasioneran data merupakan hal yang sangat penting dalam analisis data time series. Hal ini karena penggunaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Stasioner Data / Uji Akar (Unit Root Test) Suatu data atau variabel dapat dikatakan stasioner apabila nilai rata-rata dan memiliki varians yang konstan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Input Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan Foreign Direct Investment ((FDI). Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Stasioneritas Dalam meneliti data time series, yang pertama harus dilakukan adalah dengan menggunakan uji stasioneritas. Uji stasioneritas yang digunakan

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied I. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied Descriptive Reasearch), yaitu penelitian yang dilakukan dengan maksud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah nilai tukar rupiah, sedangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam III. METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bulanan yang mencakup periode Tahun 2009.01-2014.08.Data yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

KRISIS GLOBAL, VARIABEL MONETER, DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA. Oleh: Chenny Seftarita, S.E, M.Si Jul Fahmi, S.

KRISIS GLOBAL, VARIABEL MONETER, DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA. Oleh: Chenny Seftarita, S.E, M.Si Jul Fahmi, S. KRISIS GLOBAL, VARIABEL MONETER, DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA Oleh: Chenny Seftarita, S.E, M.Si Jul Fahmi, S.E Abstract-This paper investigated the impact of Financial Crisis in

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif deskripstif merupakan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN

BAB III METODE PENILITIAN 44 BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi antara lain Bank

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas 5.1.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test ) Tahap pertama dalam metode VAR yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setipa masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL DAN ANALISIS

BAB 1V HASIL DAN ANALISIS BAB 1V HASIL DAN ANALISIS 4.1 Diskripsi Data Penelitian 4.1.1 Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar adalah harga suatu mata uang suatu Negara dalam satuan mata uang asing, yang mana jumlah mata uang asing tersebut

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ANALISIS Pengujian vektor autoregresi pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi perangkat lunak Eviews versi 6 yang dikembangkan dan didistribusikan oleh Quantitative

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah Perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia terlihat semakin pesat. Fenomena perbankan syariah di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari www.bps.go.id dan www.bi.go.id. Data yang

Lebih terperinci

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM 1 analisis regresi dengan pendekatan VECM BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI, SE., M.SI MODEL VECM 10. Pengertian VECM VECM (atau Vector Error Correction Model) merupakan metode turunan dari VAR.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang terdiri dari nilai tukar Rupiah terhadap Dolar yang bergerak dari

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian 55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Variabel Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data runtut waktu (time series) yang berfungsi sebagai bahan analisis.

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI BAHAN AJAR APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI MODEL VAR Pengertian VAR AGUS TRI BASUKI Dosen Fakultas Ekonomi Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Vector Autoregression atau VAR merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci