Pengaruh Konsentrasi Infusa Daun Sirih (Piper betle Linn.).. Chairunnisa Saumi Aripin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Konsentrasi Infusa Daun Sirih (Piper betle Linn.).. Chairunnisa Saumi Aripin"

Transkripsi

1 PENGARUH KONSENTRASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle Linn.) PADA PENCELUPAN TELUR ITIK TERHADAP DAYA TETAS DAN KEMATIAN EMBRIO THE EFFECT OF INFUSA BETEL LEAF (Piper betle Linn.) CONCENTRATION BY DYEING THE DUCK EGGS ON THE HATCHABILITY AND EMBRYOS MORTALITY Chairunnisa Saumi Aripin* Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun nisa_guard@yahoo.com atau chairunnisa170490@gmail.com ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Bapak Daep Peternak Penetasan, Kampung Rajadesa, Desa Cipaku, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung mulai tanggal 20 September sampai dengan 17 Oktober 2012, bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi infusa daun sirih pada pencelupan telur itik terhadap daya tetas dan kematian embrio. Percobaan menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat lima jenis perlakuan (t 0 = 0%, t 1 = 10%, t 2 = 20%, t 3 = 30% dan t 4 = 40% tingkat konsentrasi infusa daun sirih) dengan empat ulangan. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh bahwa tingkat konsentrasi infusa daun sirih sampai dengan 40% tidak berpengaruh terhadap daya tetas dan kematian embrio pada telur itik. Presentasi daya tetas tertinggi 82,50% dengan presentasi kematian embrio terendah 17,50% dihasilkan dari perlakuan konsentrasi 30%. Kondisi kerabang telur itik yang tebal dapat menimbulkan eksistensi infusa daun sirih sampai dengan 40 persen belum menampakkan signifikansi. Kata kunci : Daya tetas, infusa daun sirih, kematian embrio, pencelupan ABSTRACT The research was conducted in the hatchery farmer of Mr. Daep, Rajadesa quarter, Cipaku village, subdistrict of Paseh, residence of Bandung from 20 September until 17 October and the purposed of this research is to know the concentration effect of infusa betel leaf by dyeing the duck eggs on the hatchability and embryos mortality. This research used experimental methods with Completely Randomized Design (CRD). There are five types of treatment (t 0 = 0%, t 1 = 10%, t 2 = 20%, t 3 = 30% and t 4 = 40% concentration level of infusa betel leaf) with four replications. Based on the statistics result found that the concentration level infusa betel leaf up to 40% were not significantly different on the hatchability and embryos mortality of duck eggs. The highest percentage hatchability 82,50% with the lowest percentage of embryos mortality 17,50% resulting from concentration treatment 30%. Conditions duck egg shell ticker coused the eggs of less influence by disinfectant material dyeing. Key words : Dyeing, embryos, hatchability, infusa betel leaf, mortality

2 PENDAHULUAN Bangsa itik domestik yang dikenal sekarang, tidak lagi memiliki sifat mengeram. Hilangnya sifat mengeram sebab proses domestikasi dan terjadinya mutasi-mutasi alamiah dari sifat-sifat mengeram. Karena itu, untuk pengembangan itik perlu campur tangan manusia baik dengan bantuan unggas lain maupun menggunakan mesin penetas (inkubator). Mengingat realita di lapangan bahwa tidak memungkinkan telur itik dalam jumlah banyak ditetaskan secara alami, maka sebaiknya menggunakan mesin tetas. Mesin tetas diciptakan sebagai pengganti induk dan agar telur dapat menetas dalam jumlah banyak pada waktu bersamaan. Prinsip kerja mesin tetas yaitu menciptakan situasi dan kondisi yang sama pada saat telur dierami oleh induk melalui pengaturan temperatur dan kelembaban ruangan. Temperatur dan kelembaban memegang peranan penting dalam berhasil tidaknya telur-telur fertil yang ditetaskan. Temperatur sebaiknya antara 35 sampai 38 0 C, dan kelembaban dipertahankan di atas 60% (Bambang Srigandono, 1997). Dalam pelaksanaan penetasan telur menggunakan mesin harus diperhatikan kebersihan telur maupun mesin tetasnya. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam proses penetasan adalah kebersihan kerabang telur, mengingat kerabang mengandung kotoran terutama feses merupakan sumber bakteri dan jamur sehingga dapat menyerang embrio. Kebersihan telur akan semakin baik jika kerabang telur dalam keadaan bersih dan tidak terkontaminasi kotoran apapun. Kontaminasi pada telur dapat terjadi sejak telur masih berada dalam tubuh induk dan udara luar setelah telur berada di udara terbuka. Bagian dalam dan bagian luar telur tetas sama-sama memengaruhi hasil penetasan (Rasyaf, 2008). Selain itu, selaput renang di antara jari-jari itik dapat mengotori telur saat mengeram. Pori-pori kerabang telur itik yang lebih besar dibanding telur ayam dapat memengaruhi evaporasi telur sewaktu ditetaskan (Setioko, 1998). Sebelum telur tetas dimasukkan ke dalam mesin tetas, diperlukan usaha untuk menghilangkan bibit penyakit yang menempel pada kerabang, agar bibit penyakit tidak mencemari isi telur dan unit penetasan (Rasyaf, 1984). Selama proses penetasan harus diusahakan seminim mungkin adanya mikroorganisme. Program desinfeksi terkadang dapat menimbulkan kematian embrio, mengingat penggunaan jenis desinfektan kurang tepat, atau dosisnya terlalu tinggi maupun pelaksanaannya yang tidak benar. Sanitasi atau pembersihan terhadap telur dan peralatan penetasan dapat dilakukan dengan pencelupan. Sanitasi tingkat rendah tidak membunuh bakteri dan bibit penyakit, serta sanitasi terlalu tinggi dapat membunuh embrio telur. Oleh sebab itu, diharuskan memakai ukuran secara tepat terhadap bahan kimia yang akan digunakan dalam melakukan pencelupan.

3 Sanitasi dengan gas formaldehyde dengan konsentrasi gas, kelembaban dan waktu yang sangat terbatas, serta daya terobosnya yang lemah, menyebabkan cara tersebut hanya efektif sebagai pembersih kulit telur. Penggunaan yang berlebihan juga menimbulkan dampak buruk terhadap daya tetas telur. Selain itu, mengingat formalin banyak disalahgunakan, bentuk perdagangannya diatur dan diawasi dengan ketat, sehingga tidak mudah mendapatkannya. Kalaupun ada dipasaran, harganya menjadi mahal dan jumlah pembeliannya sangat dibatasi (Mahfudz, 2004). Atas dasar hal demikian dikemukakan salah satu bahan organik yang belum diteliti, yaitu daun sirih. Mekanisme kerja senyawa polyfenol atau C 6 H 5 OH yaitu mendenaturasi protein dan merusak membran sel mikroorganisme dengan cara melarutkan lemak yang terdapat pada dinding sel (Fardiaz, 1992). Daun sirih juga mengandung zat penyamak berupa tanin atau pirokatekin. Reaksi penyamakan kerabang telur oleh tanin dapat menimbulkan koagulasi lapisan kutikula kulit telur yang tersusun dari protein. Kulit telur tersamak dapat berubah sifatnya ke arah impermebel atau tidak bisa ditembus air dan gas. Berarti keluarnya air dan gas-gas dalam telur dapat di cegah (Nurwantoro dan Resmisari, 2004). Hasil penelitian ekstrak daun sirih yang dipakai sebagai antiseptik pada kadar ekstrak 15 persen, jumlah pertumbuhan koloni bakteri berkurang sampai dengan 50 persen. Pemakaian kadar 25 persen menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroorganisme pada media (Retno Sari dan Dewi Iadiartuti, 2008). Oleh karena itu, ekstrak daun sirih dapat dijadikan sebagai antimikroba. Daun sirih adalah salah satu bahan yang dapat digunakan untuk kepentingan fumigasi, karena mengandung zat anti mikroorganisme dan zat penyamak. Zat anti mikroorganisme berupa polyfenol yaitu kavibetol dan kavikol (Bambang Sarwono, 1996). Kavikol memberikan bau khas pada daun sirih dan memiliki daya bunuh bakteri lima kali lipat lebih tinggi daripada fenol biasa. Kavibetol merupakan fenol yang khas dari minyak atsiri dan biasa disebut dengan betelfenol, selain itu kavibetol juga berkhasiat mensucikan kuman (Heyne, 1987). Hasil penelitian lain diketahui bahwa ekstrak daun sirih dapat menekan jumlah mikroorganisme pada putih dan kuning telur itik. Perendaman telur itik dalam ekstrak daun sirih dalam konsentrasi 40 persen dapat menurunkan jumlah mikroorganisme pada putih telur dan kuning telur dibandingkan telur tanpa perendaman maupun perendaman pada konsentrasi lebih rendah (10%, 20%, dan 30%) (Nurwantoro dan Resmisari, 2004). Minyak atsiri daun sirih memiliki kandungan penting dan memberikan bau aromatik dan rasa pedas yang khas

4 (Darwis, 1991). Komponen penyusun minyak atsiri terdiri atas 82,8% senyawa fenol dan 18,2% senyawa bukan fenol (Koesmiati, 1996). Senyawa antimikroba merupakan senyawa kimia atau biologis yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba (Pelezar dan Reid, 1979). Senyawa fenol adalah komponen utama sampai 60 persen dari minyak atsiri diprediksi berperan dalam menghambat pertumbuhan mikroba (Pelezar dan Chan, 1988). Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi infusa daun sirih pada pencelupan telur itik terhadap daya tetas dan kematian embrio, serta untuk mengetahui pada tingkat konsentrasi berapa persen yang paling tepat dalam menghasilkan daya tetas tinggi diikuti dengan mortalitas embrio rendah. BAHAN DAN METODE Telur itik yang digunakan sebanyak 600 butir, dipilih berdasarkan umur induk, umur telur dan keseragaman berat telur. Telur itik tetas dihasilkan dari jenis itik pajajaran diperoleh dari Kelompok Tani Ternak Itik Family Batujajar, Kabupaten Bandung Barat. Cara membuat infusa daun sirih : 1. Daun sirih yang sudah dikumpulkan lalu dicuci bersih dipotong kecil-kecil. 2. Masukan ke dalam air dengan tingkat konsentrasi sebagai berikut: (1) Konsentrasi 0% (2) Konsentrasi 10% = 200 gram daun sirih ml air (3) Konsentrasi 20% = 400 gram daun sirih ml air (4) Konsentrasi 30% = 600 gram daun sirih ml air (5) Konsentrasi 40% = 800 gram daun sirih ml air 3. Panaskan air dan daun sirih selama 15 menit pada suhu C. 4. Saring hasil pemanasan kemudian ampasnya dibuang. (Djoko Hargono, 1986) Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Telur itik sebanyak 600 butir diberi tanda satu demi satu dengan menggunakan pensil sesuai dengan perlakuan, ulangan, dan unit percobaan yang dilakukan, sehingga didapat 120 butir telur pada setiap perlakuan, dengan 30 butir telur pada setiap ulangannya.

5 2. Telur itik lalu dicelup dengan menggunakan infusa daun sirih yang dicampur aquadest selama 10 detik dengan tingkat konsentrasi 10%, 20%, 30%, dan 40%, dan pada konsentrasi 0% tidak dilakukan pencelupan karena tidak menggunakan aquadest. 3. Telur yang sudah dicelup disimpan pada egg tray sebelum dimasukkan kedalam mesin tetas, ± 10 menit. 4. Setelah 3 hari telur di candling dengan asumsi 70% fertil sehingga didapat 400 butir telur dengan 80 butir pada setiap perlakuan dan 20 butir pada setiap ulangan. 5. Pengamatan penetasan telur dilakukan candling pada hari ke-3, ke-10, dan ke-20 untuk memisahkan telur tidak fertil serta mengamati embrio yang mati. 6. Pengamatan dihentikan setelah telur menetas Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan Rancang Acak Lengkap (RAL) dengan 5 macam perlakuan. Dosis infusa daun sirih sebagai bahan fumigasi, yaitu t 0, t 1 (10%), t 2 (20%), t 3 (30%), t 4 (40%) dan setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali, sehingga didapat 20 unit percobaan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya Tetas Telur Itik Data hasil penelitian pengaruh konsentrasi Infusa Daun Sirih pada pencelupan telur itik terhadap daya tetas disajikan dalam Tabel 1, sebagai berikut : Tabel 1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya Tetas Ulangan Perlakuan t 0 t 1 t 2 t 3 t 4...% ,71 75,00 64,71 76,47 65,00 91,67 87,50 76,47 90,00 85,00 80,00 70,00 95,00 90,00 80,00 65,00 75,00 73,68 80,00 62,50 Jumlah 280,89 320,64 325,00 330,00 291,18 Rataan 70,22 80,16 81,25 82,50 72,80

6 Keterangan : t 0 = Tanpa penggunaan infusa daun sirih t 1 = Penggunaan infusa daun sirih sebanyak 10% t 2 = Penggunaan infusa daun sirih sebanyak 20% t 3 = Penggunaan infusa daun sirih sebanyak 30% t 4 = Penggunaan infusa daun sirih sebanyak 40% Rataan daya tetas telur itik dengan pencelupan infusa daun sirih tertinggi sebesar 82,50 persen dihasilkan dari perlakuan konsentrasi 30 persen dan rataan daya tetas terendah sebesar 70,22 persen dari perlakuan tanpa penggunaan infusa daun sirih. Hasil analisis statistik membuktikan bahwa dengan adanya pencelupan telur itik melalui infusa daun sirih sampai dengan 40 persen tidak berpengaruh nyata satu sama lain. Kondisi kerabang telur itik yang terlalu tebal dan memiliki sedikit pori-pori menyebabkan sulitnya desinfektan masuk ke dalam kerabang, sehingga desinfektan pada bahan sanitasi kurang berpengaruh. Selain itu, kulit telur juga sebagai pertukaran oksigen dan karbondioksida. Oksigen diperlukan embrio selama penetasan, sedangkan karbondioksida dikeluarkan sebagai hasil proses pernafasan embrio. Lalu lintas pernafasan tersebut terjadi melalui pori-pori yang terdapat pada kerabang telur. Akan tetapi, melalui pori-pori kerabang telur bibit penyakit dapat masuk ke dalam telur dan mengakibatkan telur tidak menetas (Farry, 2004). Desinfeksi pada proses penetasan telur merupakan rangkaian sistem sanitasi dan memiliki peran yang sangat penting untuk menekan perkembangan mikroorganisme dan meningkatkan daya tetas telur. Hal tersebut karena desinfektan secara aktif dapat menekan jumlah mikroorganisme seperti bakteri, jamur, protozoa dan virus selaku penyebab daya tetas. Bertitik tolak dari hasil penelitian, terbukti berbagai referensi yang di anut sebagai acuan yaitu telur tetas ayam tidak berlaku sama pada telur tetas itik. Guna memperjelas tingkatan daya tetas telur itik pada pencelupan konsentrasi 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40% dapat dilihat pada Ilustrasi 1.

7 Ilustrasi 1. Diagram batang pengaruh konsentrasi infusa daun sirih pada pencelupan telur itik terhadap daya tetas dari masing-masing perlakuan. 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kematian Embrio Telur Itik Data hasil penelitian pengaruh konsentrasi Infusa Daun Sirih pada pencelupan telur itik terhadap kematian embrio disajikan dalam Tabel 2, sebagai berikut : Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kematian Embrio Ulangan Perlakuan t 0 t 1 t 2 t 3 t 4...%... 35,29 25,00 35,29 23,53 35,00 8,33 12,50 23,53 10,00 15,00 20,00 30,00 5,00 10,00 20,00 35,00 25,00 26,32 20,00 37,50 Jumlah 119,11 79,36 75,00 70,00 108,82 Rataan 29,78 19,84 18,75 17,50 27,21 Keterangan : t 0 = Tanpa penggunaan infusa daun sirih t 1 = Penggunaan infusa daun sirih sebanyak 10% t 2 = Penggunaan infusa daun sirih sebanyak 20% t 3 = Penggunaan infusa daun sirih sebanyak 30% t 4 = Penggunaan infusa daun sirih sebanyak 40%

8 Rataan kematian embrio telur itik melalui pencelupan infusa daun sirih tertinggi sebesar 29,78 persen dihasilkan dari perlakuan tanpa pencelupan infusa daun sirih, dan kematian embrio terendah sebesar 17,50 persen dari perlakuan konsentrasi 30 persen. Hasil analisis statistik membuktikan bahwa dengan adanya pencelupan telur itik menggunakan infusa daun sirih sampai dengan 40 persen tidak berpengaruh nyata satu sama lain. Guna memperjelas tingkatan kematian embrio telur itik pada pencelupan konsentrasi 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40% dapat dilihat pada Ilustrasi 2. Ilustrasi 2. Diagram batang pengaruh konsentrasi infusa daun sirih pada pencelupan telur itik terhadap kematian embrio dari masing-masing perlakuan. Hasil penelitian sanitasi pencelupan telur itik menggunakan infusa daun sirih tidak menimbulkan pengaruh nyata terhadap tingkat kematian embrio. Telur kotor yang dicuci mengakibatkan hilangnya selaput pelindung pada kulit telur, kemudian membuka peluang lebih besar bagi penetrasi bakteri ke dalam telur serta dehidrasi atau penguapan lebih cepat. Kedua hal tersebut lebih cepat menurunkan kualitas telur sebagai telur tetas, bahkan mematikan embrio di dalamnya (Bambang Srigandono, 1997). Ketebalan kerabang telur juga dapat memengaruhi kematian embrio di dalamnya, karena berpengaruh terhadap keefektifan masuknya bahan fumigasi yang digunakan ke dalam telur. Kurangnya kelembaban juga dapat menyebabkan terjadinya penguapan air yang terlalu banyak dari dalam telur, sehingga dapat menimbulkan kematian embrio (Farry, 2004).

9 Tingkat kematian embrio tertinggi dihasilkan dari telur itik tanpa penggunaan infusa daun sirih (29,78 %). Hal tersebut karena telur kotor mengandung kuman penyakit atau organisme lain yang dapat masuk kedalam telur melalui pori-pori kulit telur, sehingga embrio di dalamnya dirusak oleh bakteri atau mikroorganisme lain termasuk kematian (Farry, 2004). Telur yang tidak mendapatkan perlakuan sanitasi pencelupan menggunakan infusa daun sirih, tidak memiliki zat antimikroba yang dapat menghambat mikroorganisme. Oleh karena itu mikroorganisme di dalam telur lebih mudah berkembang hingga menyebabkan kematian embrio. Tingkat kematian embrio terendah dihasilkan dari telur itik dengan penggunaan infusa daun sirih 30 persen (17,50 %). Hal tersebut karena infusa daun sirih mengandung senyawa anti-mikroba yang merupakan senyawa kimia atau biologis sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba (Pelezar dan Reid, 1979). Mekanisme berlangsung dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel (Robinson, 1991). Penggunaan infusa daun sirih sampai dengan konsentrasi 40 persen belum memberikan hasil optimal, karena tingkat konsentrasi yang digunakan belum efektif terhadap daya tetas tinggi. Penggunaan infusa daun sirih sampai dengan konsentrasi 40 persen terlalu pekat, sehingga terjadi kematian embrio sampai 27,21 persen. Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan infusa daun sirih sebagai bahan sanitasi pencelupan telur itik belum optimal dalam mengeleminir mikroorganisme penyebab kematian embrio. Perkembangan embrio di dalam telur tidak hanya dipengaruhi oleh bahan sanitasi, tetapi juga oleh suhu dan kelembaban mesin. Embrio di dalam telur unggas cepat berkembang selama suhu telur berada pada kondisi yang sesuai dan berhenti berkembang jika suhunya kurang dari yang diperlukan. Kelembaban juga memengaruhi proses metabolisme kalsium pada embrio. Saat kelembaban tinggi, perpindahan kalsium dari kerabang telur ke tulang-tulang dalam perkembangan embrio lebih banyak. Selain itu, kelembaban yang tinggi juga mencegah terjadinya penguapan air dari dalam telur. Sementara kelembaban yang terlalu rendah dapat menyebabkan terjadinya penguapan air yang terlalu banyak dari dalam telur sehingga terjadi kematian embrio (Farry, 2004). Telur itik yang ditetaskan harus bersih dari berbagai kotoran yang melekat pada kerabang telur. Telur-telur yang kotor mudah terkontaminasi oleh bakteri yang masuk melalui pori-pori pada kerabang telur yang menyebabkan kematian embrio. Kerusakan telur tetas umumnya terjadi beberapa jam setelah ditelurkan, karena perubahan suhu telur dari suhu tubuh (37 C) ke suhu kamar yang lebih rendah sehingga terjadi penyusutan isi telur. Bakteri

10 dengan mudah dapat masuk melalui pori-pori telur, dan ketika sudah ada di dalam telur sulit sekali untuk dibunuh tanpa membunuh embrio yang ada. Bakteri yang diinkubasi bersamasama dengan telur dapat membunuh embrio itik apabila mencapai konsentrasi yang tinggi (Setioko, 1998). Pelaksanaan sanitasi dengan pencelupan diharapkan dapat menghambat pertumbuhan mikroba pada telur sehingga mendapatkan tingkat kematian embrio yang rendah. Namun program desinfeksi kadang juga dapat menyebabkan kematian embrio. Hal tersebut karena jenis desinfektan yang kurang tepat, atau dosisnya terlalu tinggi, maupun pelaksanaan desinfeksi tidak benar (Mahfudz, 2004). Daun sirih adalah salah satu bahan yang dapat digunakan untuk kepentingan fumigasi, karena mengandung zat anti mikroorganisme dan zat penyamak. Zat anti mikroorganisme berupa polyfenol yaitu kavibetol dan kavikol (Bambang Sarwono, 1996). Senyawa antimikroba adalah senyawa kimia atau biologis yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba (Pelezar dan Reid, 1979). Senyawa fenol yang merupakan komponen utama minyak atsiri berperan dalam menghambat pertumbuhan mikroba (Pelezar dan Chan, 1988). Kegagalan dalam penetasan banyak terjadi pada periode kritis yaitu tiga hari pertama sejak telur dieramkan dan tiga hari terakhir menjelang menetas (Farry, 2004). Faktor yang dapat menyebabkan kematian embrio diantaranya genetik, umur telur tetas, penanganan telur sebelum ditetaskan, suhu dan kelembaban yang kurang tepat, serta kesalahan sanitasi. Sanitasi tingkat rendah tidak membunuh bakteri dan bibit penyakit dan sanitasi yang terlalu tinggi dapat membunuh embrio telur. Oleh karena itu, sebaiknya memakai ukuran secara tepat terhadap bahan kimia yang akan digunakan dalam melakukan pencelupan. SIMPULAN Penggunaan infusa daun sirih sampai dengan konsentrasi 40 persen belum mampu memperbaiki daya tetas dan kematian embrio itik. Kendatipun demikian, dengan konsentrasi 30 persen daya tetas optimal dicapai sebesar 82,50 persen dan kematian embrio 17,50 persen.

11 UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu baik dalam membimbing, mengarahkan, dan selalu mendoakan hingga terselesaikannya artikel ilmiah ini. Secara khusus disampaikan rasa terima kasih kepada Endang Sujana S.Pt., MP. dosen pembimbing utama, dan Prof. Dr. Ir. Sjafril Darana, SU. dosen pembimbing anggota yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya. Kepada Ir. Wiwin Tanwiriah, MP., Ir. Wowon Juanda MS. dan Dr. Dudi S.Pt, M.Si., penguji yang bersedia memeriksa dan membahas artikel ilmiah penulis. Kepada Ir. Wowon Juanda MS. dosen wali yang telah memberikan arahan, dan bantuan selama masa perkuliahan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dekan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran dan segenap civitas akademika yang senantiasa memberi semangat, bantuan serta doanya. Penulis sampaikan terimakasih kepada Ibunda Rochaeni dan Ayahanda Aripin yang dengan penuh kasih sayang, ikhlas dan sabar dalam membesarkan, mendidik serta memberikan motivasi dan iringan doa yang tiada terputus. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran angkatan 2008 yang selalu mendukung dan menyemangati. DAFTAR PUSTAKA Bambang Sarwono Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Penebar Swadaya. Bambang Srigandono Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Darwis, S.N Potensi Sirih (Piper Betle Linn) Sebagai Tanaman Obat. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 1 (1): 9-11 Djoko Hargono Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Fardiaz, S Mikrobiologi Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Farry B. P Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya. Jakarta. Heyne, K Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Litbang Kehutanan Jakarta: Koesmiati, S Daun Sirih (Piper Betle Linn) Sebagai Desinfektan. Skripsi. Departemen Farmasi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

12 Mahfudz, L.D Hidrogen Peroksida Sebagai Desinfektan Pengganti Gas Formaldehyde pada Penetasan Telur Ayam. Karya Ilmiah Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro. Semarang Nurwantoro, Y.B dan Resmisari Pengaruh Perendaman Jus Daun Sirih (Piper Betle LINN) Terhadap Jumlah Bakteri Pada Telur Itik. Journal Indonesia Tropic Animal Agriculture, Vol 3. Hal : Pelezar, M.J., and E. S. C. Chan Dasar-dasar Mikrobiologi. Terjemahan Elements of Microbiology. UI-Press. Jakarta Pelezar, M.J., and R. D. Reid Microbiology. Tata Mc Graw Hill Publ. Co. Ltd. New York Rasyaf, M Pengelolaan Penetasan. Kanisius. Yogyakarta Panduan Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta. Retno Sari dan Dewi Iadiartuti Studi Evektivitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan. Jurnal UGM, Yogyakarta. Robinson, T Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. ITB. Bandung. Setioko, A.R Penetasan Telur Itik Di Indonesia. Balai Penelitian Ternak. Bogor

PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA PADA FUMIGASI TELUR ITIK TERHADAP DAYA TETAS DAN KEMATIAN EMBRIO

PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA PADA FUMIGASI TELUR ITIK TERHADAP DAYA TETAS DAN KEMATIAN EMBRIO PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA PADA FUMIGASI TELUR ITIK TERHADAP DAYA TETAS DAN KEMATIAN EMBRIO Whulan Dhari Fujiawati, Endang Sujana, Sjafril Darana Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild

I. PENDAHULUAN. Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild Mallard (itik liar) yang secara naluriah masih memiliki sifat-sifat mengeram untuk menetaskan telurnya.

Lebih terperinci

D. Septiyani, H. Prakoso, Warnoto

D. Septiyani, H. Prakoso, Warnoto Pengaruh Sanitasi dengan Metode Pengelapan pada Penetasan Telur Itik Menggunakan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Daya Tetas dan Mortalitas Embrio Effect of Sanitation by Wiping Method on Duck

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penetasan Penetasan merupakan suatu proses perkembangan embrio di dalam telur hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan terbagi dua yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Penetasan Bangunan penetasan adalah suatu tempat yang dibangun dengan konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan penetasan harus terpisah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan

Lebih terperinci

Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU Pengaruh Frekuensi Pemutaran Telur terhadap Daya Tetas dan Bobot Badan DOC Ayam Kampung (The Effect of Egg Centrifugation Frequency on Hatchability and Body Weight DOC of Free-range Chicken) Irawati Bachari,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha peternakan unggas di Indonesia semakin berkembang seiring dengan banyaknya kebutuhan protein hewani terutama itik lokal. Itik mulai digemari oleh masyarakat terutama

Lebih terperinci

Pengaruh penggunaan ekstrak daun sirih (Piper betle linn.) pada pencelupan telur tetas itik Mojosari terhadap daya tetas dan mortalitas embrio

Pengaruh penggunaan ekstrak daun sirih (Piper betle linn.) pada pencelupan telur tetas itik Mojosari terhadap daya tetas dan mortalitas embrio Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (1): 16-23 ISSN: 0852-3581 E-ISSN: 9772443D76DD3 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Pengaruh penggunaan ekstrak daun sirih (Piper betle linn.) pada pencelupan

Lebih terperinci

Pengaruh ekstrak daun kersen terhadap daya tetas dan mortalitas telur itik hibrida

Pengaruh ekstrak daun kersen terhadap daya tetas dan mortalitas telur itik hibrida ISSN: 0852-3681 E-ISSN: 2443-0765 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Pengaruh ekstrak daun kersen terhadap daya tetas dan mortalitas telur itik hibrida Fatikhatul Huda Alkhakim, Muhammad Ngalaul

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam

PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik merupakan salah satu ternak unggas yang memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam jenis itik lokal dengan karakteristik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam kelas aves, ordo Anseriformes, Family Anatiade, Subfamily Anatinae, Tribus Anatini dan Genus Anas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penetasan Penetasan merupakan upaya dalam mempertahankan populasi maupun memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta dapat menghasilkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air TINJAUAN PUSTAKA Telur Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang paling baik, karena memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infeksi mikroba. Mekanisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan

I. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan permintaan terhadap produk hasil ternak. Produk hasil unggas merupakan produk yang lebih

Lebih terperinci

Nurwantoro, Y. B. Pramono, dan Resmisari Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Nurwantoro, Y. B. Pramono, dan Resmisari Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK PENGARUH PERENDAMAN JUS DAUN SIRIH (Piper betle LINN) TERHADAP JUMLAH BAKTERI PADA TELUR ITIK (The Treatment Effect of Betle Leaf Juice (Pipper betle LINN) soaking on Total Bacteria in Ducks s Egg ) Nurwantoro,

Lebih terperinci

THE EFFECT OF USING PLUCHEA INDICA LEAF EXTRACT IN IMMERSION MOJOSARI DUCK EGGS AGAINIST HATCHABILITY AND EMBRYO MORTALITY

THE EFFECT OF USING PLUCHEA INDICA LEAF EXTRACT IN IMMERSION MOJOSARI DUCK EGGS AGAINIST HATCHABILITY AND EMBRYO MORTALITY THE EFFECT OF USING PLUCHEA INDICA LEAF EXTRACT IN IMMERSION MOJOSARI DUCK EGGS AGAINIST HATCHABILITY AND EMBRYO MORTALITY Sugma Primatama Zamzamy (1), Edhy Sudjarwo (2) and Adelina Ari Hamiyanti (2) (1)

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya telur yang menetas dibagi dengan banyaknya telur yang fertil.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya telur yang menetas dibagi dengan banyaknya telur yang fertil. 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya Tetas Daya tetas merupakan banyaknya telur yang menetas dari sejumlah telur yang fertil. Data daya tetas pada penelitian ini dihitung dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelompok Ternak Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.

Lebih terperinci

Pengaruh Umur dan Pengelapan Telur terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

Pengaruh Umur dan Pengelapan Telur terhadap Fertilitas dan Daya Tetas Pengaruh Umur dan Pengelapan Telur terhadap Fertilitas dan Daya Tetas (Influence of age wiping Eggs for fertility and hatchability) oleh : Zasmeli Suhaemi 1), PN. Jefri 1) dan Ermansyah 2) 1) Prodi Peternakan

Lebih terperinci

HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE OF INCUBATOR HUMIDITY SETTING AT HATCHER PERIOD

HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE OF INCUBATOR HUMIDITY SETTING AT HATCHER PERIOD LAMA MENETAS DAN BOBOT TETAS TELUR ITIK LOKAL (Anas sp.) BERDASARKAN PERBEDAAN KELEMBABAN MESIN TETAS PADA PERIODE HATCHER HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE

Lebih terperinci

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK SUGENG WIDODO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, BOGOR 16002 RINGKASAN Dengan melaksanakan tatalaksana penetasan telur itik secara baik akan didapatkan hasil yang maksimal.

Lebih terperinci

Struktur Telur. Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman

Struktur Telur. Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman Struktur Telur Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman Struktur dan komposisi telur 1.Kuning telur (yolk) 2.Putih telur (albumen) 3.Membrane shell 4.Kerabang telur Kuning Telur (31%): 1. Latebra : Pertautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat dan merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR... i HALAMAN SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. RIWAYAT HIDUP... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMAKASIH... Error! Bookmark not

Lebih terperinci

Penyiapan Mesin Tetas

Penyiapan Mesin Tetas Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,

Lebih terperinci

POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : INDRA MIFTAHUL HUDA A 420 090 023 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unggas di Sumatera Barat, salah satunya adalah peternakan Itik. Di Nagari Pitalah,

I. PENDAHULUAN. unggas di Sumatera Barat, salah satunya adalah peternakan Itik. Di Nagari Pitalah, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu sentra pengembangan ternak unggas di Sumatera Barat, salah satunya adalah peternakan Itik. Di Nagari Pitalah, Kec. Batipuh,

Lebih terperinci

KUALITAS INTERIOR TELUR AYAM RAS DENGAN PENGGUNAAN LARUTAN DAUN SIRIH (Piper betle L.) SEBAGAI BAHAN PENGAWET

KUALITAS INTERIOR TELUR AYAM RAS DENGAN PENGGUNAAN LARUTAN DAUN SIRIH (Piper betle L.) SEBAGAI BAHAN PENGAWET KUALITAS INTERIOR TELUR AYAM RAS DENGAN PENGGUNAAN LARUTAN DAUN SIRIH (Piper betle L.) SEBAGAI BAHAN PENGAWET (Interior Quality of Chicken Eggs by Soaking using Betel Leaf (Piper betle L.) as Preservative)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten 30 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan pada April--Mei 2015. B. Alat dan Bahan 1) Alat yang digunakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen), 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Struktur Telur Secara rinci struktur telur terbagi atas: kulit telur, lapisan kulit telur (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen), membran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan industri peternakan yang semakin pesat menuntut teknologi yang baik dan menunjang. Salah satu industri peternakan yang paling berkembang adalah industri

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Susut Telur Selama proses inkubasi, telur akan mengalami penyusutan yang dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO METIONIN DAN LISIN DALAM RANSUM TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN MORTALITAS TELUR BURUNG PUYUH

PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO METIONIN DAN LISIN DALAM RANSUM TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN MORTALITAS TELUR BURUNG PUYUH PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO METIONIN DAN LISIN DALAM RANSUM TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN MORTALITAS TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) RAJA MP SIREGAR 020306042 IPT DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRIH (Pipper Betle.L) SEBAGAI PERENDAM TELUR AYAM RAS KONSUMSI TERHADAP DAYA AWET PADA PENYIMPANAN SUHU RUANG.

PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRIH (Pipper Betle.L) SEBAGAI PERENDAM TELUR AYAM RAS KONSUMSI TERHADAP DAYA AWET PADA PENYIMPANAN SUHU RUANG. PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRIH (Pipper Betle.L) SEBAGAI PERENDAM TELUR AYAM RAS KONSUMSI TERHADAP DAYA AWET PADA PENYIMPANAN SUHU RUANG Eka Wulandari 1 ), Obin Rachmawan 2 ),Ahmad Tafik 3 ), Nono Suwarno

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein dan dikonsumsi oleh manusia sejak beberapa abad yang lalu. Ikan banyak dikenal karena termasuk lauk pauk

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Telur itik Pajajaran sebanyak 600 butir. Berasal dari itik berumur 25 35

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Telur itik Pajajaran sebanyak 600 butir. Berasal dari itik berumur 25 35 26 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 1. Telur itik Pajajaran sebanyak 600 butir. Berasal dari itik berumur 25 35 minggu, 36 55 minggu dan 56 65 minggu yang diambil dari Peternakan Itik

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA

PENGARUH PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA PENGARUH PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) TERHADAP JUMLAH TOTAL BAKTERI, DAYA AWET DAN WARNA DAGING SAPI Rizka Zahrarianti, Kusmajadi Suradi,

Lebih terperinci

[Pemanenan Ternak Unggas]

[Pemanenan Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL THE EFFECT OF TOFU WASTE MEAL IN RATIONS ON SLAUGHTER WEIGHTS, CARCASS WEIGHTS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang tumbuh di lapisan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telur adalah bahan pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Telur yang dikonsumsi dapat berasal dari berbagai unggas, umumnya yaitu ayam, itik dan puyuh. Telur

Lebih terperinci

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L. Less) TERHADAP ZONA HAMBAT BAKTERI Escherichia coli patogen SECARA IN VITRO Oleh: Ilma Bayu Septiana 1), Euis Erlin 2), Taupik Sopyan 3) 1) Alumni Prodi.Pend.Biologi

Lebih terperinci

DAYA TETAS, HASIL TETAS DAN LAMA MENETAS TELUR ITIK YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA

DAYA TETAS, HASIL TETAS DAN LAMA MENETAS TELUR ITIK YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA SKRIPSI DAYA TETAS, HASIL TETAS DAN LAMA MENETAS TELUR ITIK YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA UIN SUSKA RIAU Oleh : Ali Muhajirin 11081102429 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dapat diolah menjadi berbagai macam menu dan masakan 1.Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. karena dapat diolah menjadi berbagai macam menu dan masakan 1.Selain itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu merupakan produk makanan olahan kedelai yangbanyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Seperti tempe, tahu juga dikenal sebagai makanan rakyat karena harganya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan

PENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia berjalan semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya permintaan telur konsumsi maupun

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013 bertempat di Peternakan Kalkun Mitra Alam, Pekon Sukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak digunakan selama beberapa tahun terakhir. Bahan cetak ini memiliki kelebihan antara lain mudah pada manipulasi,

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai 22 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mesin tetas tipe elektronik digital kapasitas 600 butir sebanyak 1 buah

Lebih terperinci

(The Effect of Using Various Concentration of Extract Red Galangal (Alpinia Purpurata k. schum) Againts the Sustainable of Broilers)

(The Effect of Using Various Concentration of Extract Red Galangal (Alpinia Purpurata k. schum) Againts the Sustainable of Broilers) PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK LENGKUAS MERAH (Alpinia purpurata k. schum) TERHADAP DAYA AWET DAGING AYAM BROILER (The Effect of Using Various Concentration of Extract Red Galangal (Alpinia

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2012. Pengamatan berat telur, indeks bentuk telur, kedalaman kantung udara, ketebalan kerabang, berat kerabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam,

Lebih terperinci

EVALUASI TELUR TETAS ITIK CRp (CIHATEUP X RAMBON) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI MINIM AIR SELAMA PROSES PENETASAN

EVALUASI TELUR TETAS ITIK CRp (CIHATEUP X RAMBON) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI MINIM AIR SELAMA PROSES PENETASAN EVALUASI TELUR TETAS ITIK CRp (CIHATEUP X RAMBON) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI MINIM AIR SELAMA PROSES PENETASAN EVALUATION OF HATCHING EGG OF CRp (CIHATEUP X RAMBON) DUCK RAISED ON MINIMUM WATER CONDITIONS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus Anatinae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus Anatinae 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Itik Tegal Itik merupakan jenis unggas air (water fowls) yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus Anatinae dan genus

Lebih terperinci

Penggunaan Ekstrak Kulit Manggis Hasil Ekstraksi Alkohol Untuk Pengawetan Telur

Penggunaan Ekstrak Kulit Manggis Hasil Ekstraksi Alkohol Untuk Pengawetan Telur Jurnal Gradien Vol. 12 No. 2 Juli 2016: 1209-1215 Penggunaan Ekstrak Kulit Manggis Hasil Ekstraksi Alkohol Untuk Pengawetan Telur Bambang Trihadi *, Deni Agus Triawan *corresponding author. Email: bb3hadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, Family Anatidae, Sub family Anatinae, Tribus anatini dan Genus Anas

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, KADAR NaCl DAN AROMA PADA TELUR ASIN DENGAN PENAMBAHAN JAHE (Zingiber officinale Roscoe) SEBAGAI PERISA ALAMI SKRIPSI.

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, KADAR NaCl DAN AROMA PADA TELUR ASIN DENGAN PENAMBAHAN JAHE (Zingiber officinale Roscoe) SEBAGAI PERISA ALAMI SKRIPSI. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, KADAR NaCl DAN AROMA PADA TELUR ASIN DENGAN PENAMBAHAN JAHE (Zingiber officinale Roscoe) SEBAGAI PERISA ALAMI SKRIPSI Oleh : BRIYAN PRATAMA PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan sebuah cedera pada tubuh akibat penetrasi pada sebagian atau seluruh lapisan kulit dan meluas kedalam jaringan yang ada didasarnya. Luka seperti itu

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, tempat dan waktu penelitian.

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN TEMPAT AIR DAN LETAK TELUR DI DALAM MESIN TETAS YANG BERPEMANAS LISTRIK PADA PENETASAN ITIK TEGAL Subiharta dan Dian Maharsa Yuwana Assessment Institute for Agricultural Technology

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012. Persiapan telur tetas dan penetasan dilaksanakan di Laboratorium Penetasan Telur, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TELUR TETAS PERSILANGAN ITIK TEGAL DAN MOJOSARI DENGAN PENETASAN KOMBINASI TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA

PENGARUH UMUR TELUR TETAS PERSILANGAN ITIK TEGAL DAN MOJOSARI DENGAN PENETASAN KOMBINASI TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA PENGARUH UMUR TELUR TETAS PERSILANGAN ITIK TEGAL DAN MOJOSARI DENGAN PENETASAN KOMBINASI TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA The Effect of Hatched Egg Age of Tegal and Mojosari Duck Crossing with Combination

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk salah satu penyakit infeksi bakteri yang banyak ditemukan di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi yang ditularkan melalui

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan ayam yang sudah beradaptasi dan hidup dalam jangka waktu yang lama di Indonesia. Ayam lokal disebut juga ayam buras (bukan ras) yang penyebarannya

Lebih terperinci

PENURUNAN TOTAL KOLONI BAKTERI DAGING AYAM PEDAGING

PENURUNAN TOTAL KOLONI BAKTERI DAGING AYAM PEDAGING PENURUNAN TOTAL KOLONI BAKTERI DAGING AYAM PEDAGING (Gallus domesticus) DI PASAR PAGESANGAN, KOTA MATARAM DENGAN PERLAKUAN INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) Ziana Warsani 1, Suhirman 2 dan Dwi Wahyudiati

Lebih terperinci

Densitas = Jumlah koloni/cawan x 60m/30m x Luas cawan

Densitas = Jumlah koloni/cawan x 60m/30m x Luas cawan VI. PEMBAHASAN Mikroorganisme berdasarkan pengaruh hidupnya terhadap kehidupan manusia terbagi menjadi dua yaitu mikroorganisme pathogen dan mikroorganisme non- pathogen. Mikroorganisme pathogen adalah

Lebih terperinci

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin PENGOLAHAN TELUR Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin Materi 8 TATAP MUKA KE-8 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai

Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai menguntungkan bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi bervariasi jenisnya yaitu bahan cetak yang bersifat elastis dan non-elastis. Salah satu bahan cetak elastis yang banyak digunakan

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPECIFIC GRAVITY TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS EMBRIO

PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPECIFIC GRAVITY TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS EMBRIO PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPECIFIC GRAVITY TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS EMBRIO THE EFFECT OF HEN AGE AND SPECIFIC GRAVITY ON HATCHABILITY AND EMBRYO MORTALITY M. Reza Ardian*, Dani Garnida**,

Lebih terperinci

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar PERFORMA PRODUKSI PUYUH PETELUR (Coturnix-coturnix Japonica) HASIL PERSILANGAN WARNA BULU HITAM DAN COKLAT THE PRODUCTION PERFORMANCE OF LAYING QUAIL (Coturnix-coturnix Japonica) COME FROM BLACK AND BROWN

Lebih terperinci

[Pengelolaan Penetasan Telur]

[Pengelolaan Penetasan Telur] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan Penetasan Telur] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SUSU, TELUR DAN DAGING PASCA PANEN

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SUSU, TELUR DAN DAGING PASCA PANEN PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SUSU, TELUR DAN DAGING PASCA PANEN Pertemuan Minggu ke 6 Kelas B Juni Sumarmono & Kusuma Widayaka ILMU PASCAPANEN PETERNAKAN 2017 Kualitas Baik Edible (dapat dimakan)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Broiler Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan untuk ditetaskan menjadi DOC (Suprijatna dkk., 2005). Ayam pembibit menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan dan plak, terutama pada daerah sayap bukal atau bagian-bagian yang sukar dibersihkan (David dan MacGregor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kenaikan permintaan komoditas peternakan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berpacu dengan adanya pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, serta meningkatnya

Lebih terperinci

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si Pendahuluan Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya IPA yang makin

Lebih terperinci

I MADE ADITYA SASTRAWAN

I MADE ADITYA SASTRAWAN PENGARUH BAHAN PEMBERSIH KULIT TELUR DAN LAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM KONSUMSI DITINJAU DARI KEKENTALAN PUTIH TELUR, WARNA KUNING TELUR, DAN GRADE TELUR SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi pemenuhan

I. PENDAHULUAN. peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi pemenuhan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana produk hasil pertanian dan peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan bahan pokok serta peningkatan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP KETEBALAN KERABANG DAN PENYUSUTAN BERAT TELUR ITIK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP KETEBALAN KERABANG DAN PENYUSUTAN BERAT TELUR ITIK 179 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP KETEBALAN KERABANG DAN PENYUSUTAN BERAT TELUR ITIK (The Influence of Concentration and Soaking Length of

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TELUR TETAS ITIK TEGAL TERHADAP BOBOT TELUR, BOBOT TETAS DAN DAYA HIDUP DOD. Oleh RINAH YULIANAH

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TELUR TETAS ITIK TEGAL TERHADAP BOBOT TELUR, BOBOT TETAS DAN DAYA HIDUP DOD. Oleh RINAH YULIANAH PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TELUR TETAS ITIK TEGAL TERHADAP BOBOT TELUR, BOBOT TETAS DAN DAYA HIDUP DOD Oleh RINAH YULIANAH 23010112120001 Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan Pada

Lebih terperinci

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Pengaruh Penggunaan Talas (Colocasia esculenta) Terhadap Kualitas Telur Itik Talang Benih The Effect of Taro (Colocasia esculenta) in Feed on Talang Benih Duck Egg Quality Kususiyah, Urip Santoso, dan

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES PENGGARAMAN TRADISIONAL TERHADAP RASIO KEKERASAN DAN KEMASIRAN TELUR ASIN

PENGARUH PROSES PENGGARAMAN TRADISIONAL TERHADAP RASIO KEKERASAN DAN KEMASIRAN TELUR ASIN PENGARUH PROSES PENGGARAMAN TRADISIONAL TERHADAP RASIO KEKERASAN DAN KEMASIRAN TELUR ASIN Azzahra Aulia Hanifah *, Hardiyanti Amalia, Mira Nurhayani, Indah Hartati, Bella Paramaeshela Jurusan Teknik Kimia

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP (Baeckea frustescens L) DENGAN PENYULINGAN METODE PEREBUSAN The Influence of Growing Site and duration distillation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap pangan asal hewan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro (Influence of using Urea in pod cacao amoniation for dry matter and organic digestibility

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian obat kumur ekstrak etanol tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus acidophilus secara in vitro merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak merupakan bahan yang digunakan untuk membuat replika atau cetakan yang akurat dari jaringan keras maupun jaringan lunak rongga mulut. 1 Salah satu bahan

Lebih terperinci