POLIISOPREN. Oleh : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian BRAWIJAYA UNIVERSITY
|
|
- Hendri Sumadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 POLIISOPREN 1 Oleh : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian BRAWIJAYA UNIVERSITY
2 SEJARAH PRODUK ELASTOMER The chemistry of vulcanization is a combination of organic (rubber) and inorganic (crosslinking). We will not well on this other than to note it was "simultaneously" discovered by Charles Goodyear (1839) in America and Thomas Hancock (1852) In England. The chemistry of the rubbery polymer, on the other hand, is relatively straightforward and a brief review of the alkane, alkene and diene hydrocarbon structures is informative. 2 10/17/2013 Poliisopren/SUG/2012
3 BEBERAPA CONTOH MONOMER SINTETIS 10/17/2013 Poliisopren/SUG/2012 3
4 LATEX Cairan hasil penyadapan kulit pohon karet; Sistem emulsi isopren dalam air dengan stabilisator protein dan asam lemak; Kadar isopren mencapai 25-40%; Sistem emulsi tidak stabil mudah rusak oleh keseimbangan asam dan basa pada protein, debu dan getaran (sama halnya dengan air susu) Globular isopren pada latex (getah karet) 4
5 KOMPOSISI SENYAWA KIMIA PADA LATEK 5
6 RUMUS BANGUN POLIISOPREN 6
7 JENIS TANAMAN KARET BUDIDAYA Karet klon GT 1 Karet klon PB 260 Karet klon RRIC 100 7
8 LIMA KRITERIA YANG HARUS DIMILIKI OLEH KLON UNGGUL Mempunyai pertumbuhan awal yang cepat sehingga mampu berkompetisi dengan gulma dan tanaman lain; Mampu beradaptasi dengan keadaan lahan terutama padang alang alang dan lahan gundul; Mempunyai pertumbuhan batang besar, lurus dan mutu kayu baik; Mampu memproduksi lateks yang tinggi, dan Tidak sensitive terhadap penyadapan dan perubahan lingkungan fisik atau biologis. 8
9 JENIS JENIS KLON YANG MEMENUHI DALAM KRITERIA UNGGUL Avros 2037 BPM 1 BPM 107 RRIM 712 RRIC 100 RRIC 102 RRIC 110 RRIC 120 IAN 873 dan TM 8. Karet Klon BPM1 9
10 Karet klon IRR 39 Karet klon BPM4 Karet klon RRIM
11 KLON LAIN YANG ADA DI INDONESIA AVROS = Algemene Vereniging Rubber Planters Oostkust Sumatra BPM = Balai Penelitian Medan PB = Prang Besar GT = Gondang Tapen PR = Proefstation voor Rubber IRR = Indonesian Rubber Research RRIC = Rubber Research Institute of Ceylon RRIT = Rubber Research Intititute of Thailand RRIM = Rubber Research Institute of Malaysia RRII = Rubber Research Institute of India Tjir = Tjirandji WR = Wangon Redjo 11
12 PENYADAPAN LATEX Dilakukan pada malam hari, semakin tidak ada cahaya matahari semakin deras aliran latek. Kemiringan bidang sadapan 45o. Pengambilan latek dilakukan jam , untuk diolah jadi smoked rubber sheet. 12
13 Pohon Industri Karet 13
14 Aplikasi Industri 14
15 CONTOH PRODUK ELASTIS Elastisitas Tinggi Elastisitas Rendah 15
16 A. PRODUK OLAHAN KEBUN 1. Lump mangkok Gumpalan latek pada mangkok penyadap. Sengaja digumpalkan dengan penambahan asam formiat, cuka. Bisa juga terjadi tak sengaja akibat kontaminasi dengan kotoran atau guncangan. 16
17 2. SLEB TIPIS DAN SLEB GILING Dalam bentuk sleb tipis dan giling cara pembuatan yang umum dilakukan adalah dengan mencampurkan lateks dengan lump mangkok kemudian dibekukan. Pembekuan dilakukan dengan asam formiat/semut didalam bak pembeku yang berukuran 60cm x 40 cm x 6 cm tanpa perlakuan penggilingan, Bahan olahan ini lebih disukai karena mutu yang dihasilkan seragam dengan Kadar Karet Kering (KKK) sekitar 50%, tidak ada resiko penurunan mutu serta mudah didalam pengangkutan. 17
18 3. BLANKET Sleb tipis dapat diolah menjadi blanket melalui penggiling- an dengan mesin mini Creper. Proses penggilingan dilakukan sebanyak 4 6 kali sambil disemprot air untuk menghilangkan kotoran yang terdapat didalam sleb. Blanket mempunyai ketebalan sekitar 0,6 cm 1 cm, dengan KKK sekitar 65% - 75%. 10/17/2013 Poliisopren/SUG/
19 4. SIT ANGIN (UNSMOKED SHEET/USS) Sit angin adalah lembaran karet hasil bekuan lateks yang digiling dan dikering anginkan sehingga memiliki KKK %. Proses pembuatn sit angin terdiri dari penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, pembekuan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan, dan pengeringan. Karena tidak ada proses pengasapan, kemungkinan ditumbuhi jamur lebih tinggi dibandingkan smoked rubber sheet /17/2013 Poliisopren/SUG/2012
20 5. SIT ASAP (RIBBED SMOKED SHEET/RSS ) Proses pengolahan Sit Asap dengan pembeku asam formiat/semut hampir sama dengansit angin, bedanya terletak pada proses pengeringan, yaitu pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40 o 60 o C selama 4 hari. Klasifikasi Sit Asap menjadi RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan cutting dilakukan setelah proses pengeringan. Keuntungan yang diperoleh RSS dapat langsung diekspor atau sebagai bahan baku industri barang jadi karet, Mutu produk seragam dan konsisten, harga paling tinggi dibandingkan jenis bokar yang lain. Tidak mudah ditumbuhi jamur, karena adanya senyawa fenol asap yang melindungi RSS pak. 20
21 Lembaran RSS yang sedang diasapi selama 4 hari Karet RSS yang telah dicetak (dibal) siap diekspor 21
22 B. PRODUK OLAHAN PABRIK 1. Karet Remah (crumb) Crumb rubber merupakan karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Dilakukan penghancuran lump dengan mesin penghancur (shrader). Crumb Rubber dipak dalam bongkah-bongkah kecil, berat dan ukuran seragam, ada sertifikat uji laboratorium, dan ditutup dengan lembaran plastik polythene. Produk disebut Standard Indonesian Rubber (SIR 20) 22
23 SIR adalah Karet bongkah (Karet Remah) yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet alam SIR-20 berasal dari koagulum (lateks yang sudah digumpalkan) atau hasil olahan seperti lum, sit angin, getah keeping sisa, yang diperoleh dari perkebunan rakyat dengan asal bahan baku yang sama dengan koagulum. Tahapan Pembuatan SIR 20 : Sortasi bahan baku Pembersihan dan pencampuran makro Peremahan Pengeringan Pengempaan bandela Pengemasan 23
24 PERBEDAAN SIR 5, SIR 10 DAN SIR 20 Pada standar spesifikasi mutu kadar kotoran, kadar abu dan kadar zat menguap. Langkah proses pengolahan karet alam SIR 20 bahan baku koagulum (lum mangkok, sleb, sit angin, getah sisa). Disortasi dan dilakukan pembersihan dan pencampuran mikro, pengeringan gantung selama 10 hari sampai 20 hari, peremahan, pengeringan, pengempaan bandela. Standar Kualitas SIR 20 : Kadar kotoran maks 0,2 % Kadar abu maks. 1,0 % Kadar zat atsiri maks 1,0 % PRI minimum 40 % Plastisitas-Po minim 30 Kode warna merah 24
25 2. CREPE RUBBER Merupakan hasil olahan lumb mangkok produksi petani yang digiling menggunakan roll creper, sehingga menjadi lembaran karet. Dapat juga dibuat dari latek secara langsung sehingga dihasilkan kualitas yang baik. Urutan proses pengolahan : penyaringan, pencampuran dan pengenceran lateks, pembekuan, penggilingan, pengeringan, sortasi, serta pembungkusan. 25
26 3. KARET VULKANISASI Dilakukan proses penguatan dengan penambahan sulfur sebagai penguat. Penambahan bahan antioksida untuk memperawet daya pakai 26
27 4. Hard Rubber o Disebut juga ebonit o Karet keras yang dibuat dengan penambahan senyawa belerang, o Digunakan untuk roll mesin tik dll. 27
28 5. Chlorinated Rubber Penambahkan clorin hingga mencapai 65 %. Produk sangat resisten terhadap bahan kimia untuk wadah bahan kimia dll. Banyak digunakan untuk cat tahan asam, pernish dan lacquer kaleng. 28
29 6. Karet Oksidasi Kadar oksigen mencapai 0,25-1 atom oksigen/ molekul isoprene. Sifat isolator baik banyak digunakan pembungkus kabel 29
30 7. Cyclized Rubber Treatmen dengan asam sulfat, asam sulfonat, asam klorostanat. Karet tidak elastis banyak digunakan untuk sol sepatu, karet bantalan logam dll. 30
31 8. KARET REKLIM (RECLIMED RUBBER) Karet reklim merupakan karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas, terutama ban-ban mobil bekas. Karet reklim biasanya digunakan sebagai bahan campuran, karena mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga baik. Pemakaian karet reklim memungkinkan pengunyahan (mastication) dan pencampuran yang lebih cepat. Produk yang dihasilkan juga lebih kukuh dan lebih tahan lama dipakai. Kelemahan dari karet reklim adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai karet daur ulang, oki kerat reklim kurang baik digunakan untuk membuat ban /17/2013 Poliisopren/SUG/2012
32 Aneka Video Teknologi 32
TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
II. TINJAUAN PUSTAKA Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama mendapatkan hasil olah karet yang baik. Penurunan mutu biasanya disebab terjadinya prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk
48 IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA 4.1. Gambaran Umum Karet Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk dari emulsi kesusuan yang dikenal sebagai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional Suatu Negara membutuhkan negara lain dan saling menjalin hubungan perdagangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Hubungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Karet di Propinsi Lampung Perkebunan karet di Provinsi Lampung menurut status pengusahaanya dibedakan menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara
Lebih terperinciTanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Saat ini Asia menjadi sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas
13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia, Karena, banyak terdapat kegunaan dari tanaman ini, contohnya tanaman menghasilkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang keberadaannya sangat penting dan dibutuhkan di Indonesia. Tanaman karet sangat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. KARET ALAM DAN KARET ALAM PADAT (SIR 20) Karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan melalui penggumpalan getah dari hasil penyadapan tanaman tertentu. Getah tersebut
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan
59 IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA A. Perekonomian Karet Indonesia Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan memburuknya kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke tiga di dunia setelah Thailand dan Malaysia. Karet spesifikasi teknis (Technically Specified Rubber)
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENINGKATAN MUTU BAHAN OLAH KARET MELALUI PENATAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DENGAN
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks dikenal
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karet Alam Karet alam adalah komoditi homogen yang cukup baik. Karet mempunyai daya lentur yang sangat tinggi, kekuatan tarik dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah, daya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)
A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan tanaman tahunan dengan bentuk pohon batang lurus. Bagian yang dipanen dari tanaman karet adalah getah atau lateks. Lateks tanaman karet banyak digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila jatuh dari suatu tempat. Peningkatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR
No.393, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH
Lebih terperinciPENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar
PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang Penentuan Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks karet telah dilakukan. Kedalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar di Indonesia. Lampung adalah salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia. Luas areal
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH KOMODITI EKSPOR STANDARD INDONESIAN RUBBER YANG DIPERDAGANGKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciChart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha
Chart Title Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Data statistic Ditjen perkebunan tahun 2007, hanya 9 dari 33 propinsi yang tidak ditemukan pohon karet yaitu : DKI-Jakarta, Nusa Tenggara Barat,
Lebih terperinciPENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar
PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS Oleh Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang perbandingan asam asetat dengan asam formiat sebagai bahan penggumpal
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kebun Batang Serangan dibuka pada tahun 1910 yang dikelola oleh pemerintahan Belanda dengan nama perusahaan NV.BDM (Breningde Deli Maatscappinjen).
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional
Standar Nasional Indonesia Bahan olah karet ICS Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Standar Nasional Indonesia...i No...4 Parameter...4 No...5 Parameter...5 i Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses
Lebih terperinciAplikasi Energi Surya Dalam Pengolahan Ribbed Smoke Sit (RSS) Dengan Menggunakan Asap Cair Sebagai Pengumpulan dan Pengawet Karet SIT di Palembang
logo lembaga PKPP-54 (F.78) Aplikasi Energi Surya Dalam Pengolahan Ribbed Smoke Sit (RSS) Dengan Menggunakan Asap Cair Sebagai Pengumpulan dan Pengawet Karet SIT di Palembang Koordinator/ PU Sutopo BALAI
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Produksi Ribbed Smoked Sheet dan Estate Brown Crepe Lateks hasil sadapan dari kebun diangkut ke tiap afdeling. Lateks dikumpulkan disebuah bak yang ada tiap afdeling yang
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indo
No.1194, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. BOKARSIR. Pengawasan Mutu. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-DAG/PER/7/2016 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH KARET SPESIFIKASI
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. Khususnya Indonesia kontribusi sebesar 26 persen dan total produksi karet alam dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciI. METODOLOGI PENELITIAN
I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mutu Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Aagrobisnis Perkebunan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Karet di Provinsi Lampung Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian penting di lingkungan Internasional dan juga Indonesia. Di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik dan keistimewaan dari suatu produk atau jasa yang dihasilkan dari kemampuan produk atau jasa untuk memuaskan sebagian atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Tanaman Karet Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai iklim dan hawa yang sama panasnya dengan negeri kita, karena itu karet mudah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam yang ada di Indonesia digunakan dalam berbagai hal, seperti: sumber energi (bahan
Lebih terperinciKEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16
Karet alam merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya dalam perekonomin Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pendorong pertumbuhan
Lebih terperinciKOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK
KOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK Dr. Sinung Hendratno Pusat Penelitian Karet Kegiatan Pertemuan Teknis Komoditas tentang Paparan Komoditas Karet untuk PBK/SRG/PL Biro Analisis
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang pertama kali menemukan dan menyelidiki karet atau elastic gum ialah Pietro
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Karet Karet dikenal di Eropa sejak ditemukannya Amerika oleh Columbus. Orang Eropa yang pertama kali menemukan dan menyelidiki karet atau elastic gum ialah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia merupakan produsen karet nomor dua terbesar di dunia dengan produksi sebesar 2,55 juta ton pada tahun 2007 setelah Thailand (2,97 juta ton).
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR)
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN. Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet
TINJAUAN PUSTAKA Klon Tanaman Karet PB 260 dan IRR 118 Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan
Lebih terperinci4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Agroindustri Karet Alam
4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Sistem agroindustri karet alam merupakan rangkaian industri dari hulu ke hilir yang membentuk struktur rantai pasok guna menghasilkan berbagai barang pada industri
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS Januar Arif Fatkhurrahman 1 dan Ikha Rasti Julia Sari 1
Lebih terperinciKAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT.
7= / 7-14 ( qci7 ax2 ' KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT Oleh z NUR BERLIAN VENUS ALI F 25, 0717 1993
Lebih terperinciKAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT.
7= / 7-14 ( qci7 ax2 ' KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT Oleh z NUR BERLIAN VENUS ALI F 25, 0717 1993
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran
Lebih terperinciPETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS
Anjloknya harga karet Indonesia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan kualitas bokar (bahan olah karet) yang diproduksi oleh petani, dimana dalam pengolahan bokar-nya masih banyak petani karet yang mempergunakan
Lebih terperinciProduksi Bersih. Proses: Dampak: Peningkatan efisiensi Peningkatan kinerja lingkungan Peningkatan keunggulan kompetitif
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Produksi Bersih dan Penerapannya Produksi bersih didefinisikan sebagai penerapan secara kontinyu dari strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif pada proses produksi,
Lebih terperinciTeknologi Pengolahan Bokar Bersih
Teknologi Pengolahan Bokar Bersih Afrizal Vachlepi disampaikan pada Bimbingan Teknis Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Berbasis GMP Direktorat Jenderal Perkebunan Pusat Penelitian Karet 23-27 Mei 2016
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan adalah satuan unit operasi yang berfungsi untuk memisahkan kandungan air dari suatu bahan dengan menggunakan panas. Kandungan air di dalam bahan yang
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Karet
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Karet Tanaman karet (Havea Brasiliensis) berasal dari Brazil, Amerika Selatan, tumbuh secara liar di lembah-lembah Amazon. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGOLAHAN, PEMASARAN DAN PENGAWASAN BAHAN OLAH KARET BERSIH YANG DIPERDAGANGKAN DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMulai. Studi pustaka. Pengumpulan d. Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab. - Po - PRI. Apakah control chart. terkendali?
Lampiran 1. Bagan alir penelitian Mulai Studi pustaka Pengumpulan d Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab - Po - PRI Ya Apakah control chart terkendali? Tidak Menetapkan spesifikasi konsumen Penelusuran
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periode ini. Beberapa bukti maupun catatan telah memperkuat bahwa karet alam
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Karet Alam Karet alam pertama kali ditemukan oleh Christopher Columbus pada tahun 1493 ketika melihat seorang anak penduduk asli pulau Haiti sedang bermain bola berwarna
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produksi karet alam dunia 8,307 juta ton. Diprediksi produk karet alam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai tahun 2004, produksi karet alam Indonesia 1,905 juta ton, masih menempati nomor 2 setelah Thailand sebesar 2,848 juta ton dari produksi karet alam dunia 8,307
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perdagangan merupakan proses pembelian dan penjualan barang yang dilakukan pada suatu tempat. Perdagangan telah dilakukan oleh orang-orang terdahulu
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU. PT. Riau Crumb Rubber Factory (RICRY) merupakan Perusahaan Modal
BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU A. Sejarah PT. Riau Crumb Rubber Factory PT. Riau Crumb Rubber Factory (RICRY) merupakan Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) yang bergerak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sandang sehari-hari, keperluan industri dan kegiatan lainnya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini sangat pesat dan dibutuhkan. Semua lapisan masyarakat pada masa sekarang ini sangat membutuhkan karet karena kesehariannya
Lebih terperinciPENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS
M-2 PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS Mili Purbaya 1), Tuti Indah Sari 2), Chessa Ayu Saputri 2), Mutia Tama Fajriaty
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet
3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Karet Karet (Havea brasiliensis) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter mencapai 40 m dan 35 cm
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian [16 Juli 2010]
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Karet Alam Olahan Getah karet atau lateks diperoleh secara teknis melalui penyadapan pada kulit batang karet. 5 Penyadapan ini memerlukan teknik yang khusus untuk mendapat
Lebih terperincipennasalahan-permasalahan yang diteliti.
3.1. Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1. Lokasi ~enelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan cara pengumpulan data di dalam negeri maupun di luar negeri dari berbagai sumber yang diduga dapat memberikan jawaban
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) adalah tanaman yang tumbuh subur
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lateks Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) adalah tanaman yang tumbuh subur padaiklimtropis. Tanaman ini dapat tumbuh subur pada temperatur rata-rata 80 o F (27 o C) dan mengalami
Lebih terperinciDOK.KTI 721. Proceeding of. Second Added Value Of Energy Resources. 2 nd AvoER Palembang, Juli 2009
DOK.KTI 721 Proceeding of Second Added Value Of Energy Resources 2 nd AvoER 2009 Palembang, 29 30 Juli 2009 PENINGKATAN EFISIENSI KAPASITAS KAMAR PENGERING SIT ASAP DENGAN PEMANFAATAN SINAR MATAHARI Mili
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Karet Alam Sesuai dengan namanya, karet alam berasal dari alam, yakni terbuat dari getah tanaman karet, baik spesies Ficus elastica maupun Hevea brasiliensis. Sifatsifat atau kelebihan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarah yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarah
Lebih terperinciPENGUJIAN MUTU KRITEX SP SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS
Jurnal Penelitian Karet, 2012, 30 (2) : 108-116 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2012, 30 (2) : 108-116 PENGUJIAN MUTU KRITEX SP SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS Quality Test of Kritex SP as a Latex Coagulant Mauritz
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Produk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tentang Benih Pada Tanaman Karet Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagian tanaman
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan. PT. Hadi Baru didirikan tanggal 1 Agustus 1964 di hadapan notaris, Roesli SH, di Medan dengan akte No. 97/HB/1/1961 tertanggal 17 Januari 1961 dengan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lateks Segar. Bahan baku Brown Crepe (Compo) Lump mangkok Lump busa Scraps Serpihan sisa pengolahan RSS (Slab Basah) Penerimaan.
LAMPIRAN Lateks Segar Penerimaan Pengenceran Bahan baku Brown Crepe (Compo) Lump mangkok Lump busa Scraps Serpihan sisa pengolahan RSS (Slab Basah) Pembekuan Penerimaan bahan baku Pencucian bahan baku
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet adalah daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi tanaman karet Tanaman karet adalah daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15 0 LS dan 15 0 LU. Bila di tanam di luar zone tersebut,
Lebih terperinciAnalisis Pengendalian Kualitas Produk SIR 3L di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu
Jurnal Agro Industri Perkebunan Analisis Pengendalian Kualitas Produk SIR 3L di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu (Analysis of Quality Control SIR 3L Product on PT Perkebunan Nusantara
Lebih terperinciLaporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks. oleh: Faranita Lutfia Normasari
Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks oleh: Faranita Lutfia Normasari 131710101029 Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember 2014
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA
IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA 4.1 Sejarah Singkat Karet Alam Tahun 1943 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN KAJIAN FASILITASI PRODUKSI DAN HARGA KARET DI KABUPATEN BALANGAN
LAPORAN PENELITIAN KAJIAN FASILITASI PRODUKSI DAN HARGA KARET DI KABUPATEN BALANGAN KERJASAMA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH (BALITBANGDA) KABUPATEN BALANGAN DENGAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. atas Karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL)
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini hingga selesai. Laporan ini dapat disusun
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PENGOLAHAN KARET REMAH/CRUMB RUBBER SIR 20 DI PT. INSAN BONAFIDE BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN
1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PENGOLAHAN KARET REMAH/CRUMB RUBBER SIR 20 DI PT. INSAN BONAFIDE BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN Oleh DEWI MAWAR NIM. 050 500 027 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL
Lebih terperinci5 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
26 Pasar dikatakan tidak ada hubungan/tidak terintegrasi pada jangka pendek jika IMC tinggi dan pada jangka panjang jika nilai sangat mendekati 0. Jika terjadi integrasi maka perubahan harga yang terjadi
Lebih terperinciPengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis])
Jurnal Agro Industri Perkebunan Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis]) Maryanti 1)* dan Rachmad
Lebih terperinciBuletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXII, Nomor 2, Oktober 2014
Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) dan Penentuan Kadar Karet Kering (KKK) dengan Variasi Temperatur Pengovenan di PT. Djambi Waras Jujuhan Kabupaten Bungo, Jambi Dewi Pusari*, Sri Haryanti*
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karet Alam Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai lateks) digetah beberapa jenis tumbuhan tetapi dapat juga diproduksi secara
Lebih terperinciKARYA ILMIAH FREDDY WAHYUDI
PENGARUH KOMBINASI KOMPOSISI BAHAN OLAH KARET TERHADAP TINGKAT KONSISTENSI PLASTISITAS RETENSION INDEKS (PRI) KARET REMAH SIR 20 DI PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR KARYA ILMIAH FREDDY
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarah yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, emansipasi wanita bukanlah hal asing untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak menjadi kendala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar kedua didunia setelah Thailand. Produksi karet alam pada tahun 2012 di Indonesia mencapai 3,27 juta ton. Indonesia
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN KONSENTRASI ZAT MENGUAP DALAM CRUMB RUBBER MUTU SIR 20 DAN CRUMB RUBBER MUTU SIR 3WF KARYA ILMIAH YUNITA HANDAYANI
ANALISA PERBANDINGAN KONSENTRASI ZAT MENGUAP DALAM CRUMB RUBBER MUTU SIR 20 DAN CRUMB RUBBER MUTU SIR 3WF KARYA ILMIAH YUNITA HANDAYANI 052409030 DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN AGROINDUSTRI KARET DI KABUPATEN MESUJI PROVINSI LAMPUNG (TESIS) Oleh ARIF ARIANTO
ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN AGROINDUSTRI KARET DI KABUPATEN MESUJI PROVINSI LAMPUNG (TESIS) Oleh ARIF ARIANTO PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat, spesial karakteristik dan harga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet sintetik berkembang pesat sejak berakhirnya perang dunia kedua tahun 1945. Saat ini lebih dari 20 jenis karet sintetik terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat,
Lebih terperinciPENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET ALAM
Jurnal Penelitian Karet, 2014, 32 (1) : 74-80 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2014, 32 (1) : 74-80 PENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET ALAM Effect of Various
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38/KPTS/KB.020/6/2016 PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN KARET
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38/KPTS/KB.020/6/2016 PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN KARET Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan
Lebih terperinci