4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Agroindustri Karet Alam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Agroindustri Karet Alam"

Transkripsi

1 4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Sistem agroindustri karet alam merupakan rangkaian industri dari hulu ke hilir yang membentuk struktur rantai pasok guna menghasilkan berbagai barang pada industri hilir. Produk yang dihasilkan agroindustri karet alam sebagai hasil pengolahan bahan baku dari kebun dikelompokkan menjadi produk 1) karet untuk bahan baku industri barang jadi karet padat seperti ban dan komponen 2) lateks untuk bahan baku industri barang jadi lateks seperti sarung tangan. Agroindustri karet alam berdasarkan kepemilikan dikelompokan atas atas 1) perkebunan besar milik negara, 2) perkebunan besar milik swasta dan 3) perkebunan rakyat. Perkebunan besar umumnya memiliki pabrik dengan fasilitas produksi yang mampu menghasilkan komoditas primer berbentuk lateks pekat, dan karet jenis sheet, creepe dan karet spesifikasi teknis. Pada penelitian ini agroindustri yang menjadi fokus penelitian adalah agroindustri perkebunan besar milik negara yaitu PT Perkebunan Nusantara VIII dan PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. sebagai perkebunan besar swasta. Untuk mendapatkan gambaran kondisi agroindustri karet spesifikasi teknis secara lebih komprehensif, pada sub bab selanjutnya dipaparkan beberapa aspek yang terkait dengan objek yang dikaji pada penelitian ini Agroindustri Karet Alam Agroindustri karet alam merupakan industri yang mengolah lateks atau koagulum menjadi berbagai produk primer karet alam. Bahan baku untuk memproduksi karet alam diperoleh dari getah hasil penyadapan batang tanaman Hevea Brasiliensis. Getah yang terdapat terdapat pada lapisan kambiun batang karet disadap untuk menghasilkan cairan segar bewarna putih sampai kekuningan yang disebut dengan lateks. Komponen utama lateks adalah senyawa hidrokarbon dan sejumlah kecil bagian bukan karet seperti lemak, glikolipida, fosfolipida, protein, karbohidrat, bahan anorganik. Kadar karet kering lateks berkisar 35 % yang dipengaruhi oleh faktor umur tanaman, musim dan tenggang waktu penyadapan (Tanaka, 1998 dalam Utama, 2003)

2 48 Lateks hasil sadapan diolah menjadi berbagai jenis barang yang dapat dikelompokkan menjadi barang jadi karet dan barang jadi lateks. Pemekatan lateks hasil sadapan menghasilkan lateks pekat dan lateks dadih yang dijadikan sebagai bahan baku barang jadi lateks seperti karet busa, sarung tangan dan lainlain. Selain untuk menghasilkan lateks pekat concentrate latex), cairan lateks merupakan bahan baku untuk menghasilkan karet berkualitas tinggi seperti Ribbed Smoked Shee (RSS), Standar Indonesian Rubber (SIR) bermutu tinggi seperti SIR- 3CV, SIR-3L dan lainnya. Lateks yang telah menggumpal pada umumnya digunakan untuk membuat SIR berkualitas rendah seperti SIR-10, SIR-20 dan beberapa jenis karet lain. Pohon industri karet yang menggambarkan pemanfaatan hasil tanaman karet dapat dilihat pada Gambar 15. Agroindustri karet alam sebagai pemasok bahan baku untuk berbagai keperluan industri tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan total ekspor karet alam (Tabel 2) menunjukan peningkatan dari tahun 2005 sampai 2008, namun mengalami penurunan pada tahun 2009 karena dampak krisis keuangan global. Pada tahun 2010 kembali terjadi peningkatan ekspor seiring membaiknya perekonomian dunia. Tabel 2 Ekspor karet alam Indonesia tahun (metrik ton) Sumber : Gapkindo (2011)

3 Gambar 15 Pohon industri karet (BPTK, 2002 dalam Utama,2003) 49

4 50 Penurunan total ekspor pada tahun 2009 sebesar 13,25% merupakan dampak krisis global pada tahun 2008, yang mengakibatkan penurunan kinerja industri dari negara pengimpor karet alam seperti Amerika Serikat. Setelah tahun 2009 sejalan dengan membaiknya krisis ekonomi, terjadi peningkatan ekspor karet alam. Pada tahun tahun 2010 ekspor karet alam Indonesia meningkat sebesar 18,11% atau senilai metrik ton dibanding nilai ekspor tahun Sumbangan ekspor terbesar adalah jenis karet spesifikasi teknis yang dikenal dengan Standar Indonesian Rubber (SIR) dengan jenis mutu SIR 3L, SIR 3CV, SIR 10 dan SIR 20. Grafik perbandingan ekspor setiap jenis mutu SIR disajikan pada Gambar 16. Ekspor Karet Alam Indonesia Volume Export (Metric Ton) 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, , Latex Concentrate Ribbed smoked sheet *) Standard Indoesian Rubber Gambar 16 Ekspor karet alam Indonesia ( Gapkindo 2011) Jenis karet spesifikasi teknis yang memiliki nilai ekspor tertinggi adalah SIR 20 mencapai ton atau 92% dari keseluruhan total ekspor karet. Volume permintaan negara pengimpor terhadap TSR 20 meningkat seiring dengan pertumbuhan industri otomotif. Menurut Honggokusumo (2011), tahun 2010 produksi kendaraan bermotor dunia mencapai unit dan meningkat menjadi unit pada tahun Peningkatan sebesar 21% didorong oleh meningkatnya daya beli masyarakat setelah krisis pada tahun Peningkatan produksi kendaraan bermotor, mendorong peningkatan kebutuhan industri ban terhadap TSR 20, sehingga mendorong pergerakan harga TSR 20 mendekati harga komoditas sheet (RSS 3) seperti disajikan pada Gambar 17.

5 51 Gambar 17 Perkembangan harga karet, minyak mentah dan nilai tukar JPY/USD (Honggokusumo, 2011) Karet Spesifikasi Teknis Karet Spesifikasi Teknis (Technically Specified Rubber, TSR) adalah jenis karet alam, yang dalam perdagangan Internasional dikenal dengan nama block rubber. TSR merupakan karet alam dalam bentuk balok yang berasal dari lateks segar maupun koagulum lapang. Di Indonesia karet spesfikasi teknis sering disebut sebagai karet remah (crumb rubber). Berbeda dengan di Indonesia dalam perdagangan karet Internasional crumb rubber adalah karet alam yang berasal dari hasil pencacahan barang bekas yang berasal dari berbagai produk hilir karet alam seperti ban bekas. Karet spesifikasi teknis dalam perdagangan karet di Indonesia dikenal juga dengan nama Standard Indonesian Rubber (SIR). Indonesia sebagai penghasil karet nomor dua dunia, sejak tahun 1969 memiliki skema Standard Indonesian Rubber yang disingkat dengan SIR. Skema SIR memiliki tingkat mutu dengan parameter mutu sesuai dengan ketetapan

6 52 Standar Nasional Indonesia, yang disajikan pada Tabel 3. Parameter mutu yang utama sebagai pembeda setiap jenis SIR adalah kadar kotoran dan indeks yang plastisitas (PRI). Tabel 3. Skema Standard Indonesian Rubber (SIR) (SNI ) SKEMA Lateks Kebun Koagulum Lateks Tipis a) Koagulum Lapangan b) Kadar kotoran, % maks.(b/b) Kadar abu, % maks.(b/b) SIR 3CV SIR 3L SIR 3WF SIR 5 SIR 10 SIR Zat menguap, % maks.(b/b) PRI, minimum Po, minimum Nitrogen, % aks..(b/b) Visk.ASHT maks.,wallace VM, ML(1+4) *) C Warna, Lovibond Curing Characteristic **) **) **) Warna lambang Hijau Hijau Hijau Hijau garis Coklat Merah pada kemasan coklat Warna palstik Transparan Transparan Transparan Transparan Transparan Transparan pembungkus Tebal plastik, mm Titik leleh plastik, min. C Warna pita plastik Jingga Transparan Putih susu Putih susu Putih susu Putih susu Keterangan : *) CV-50 : 45-55, CV-60 : 55-65, CV-70 : **) Disertakan rheograph dari karakteristik vulkanisasinya a) Koagulum lateks tipis adalah lateks segar yang digumpalkan dengan asam fomiat, kemudian digiling dengan ketebalan cm b) Koagulum lapangan adalah jenis-jenis bahan olah karet, baik dari perkebunan rakyat maupun perkebunan besar yang tercantum dalam Standar Pertanian Indonesia yaitu sit angin, slab tipis, lump mangkok dan gumpalan lainnya berupa getah sadap, getah pohon yang selama penyimpanannya tidak boleh direndam dengan air atau terkena sinar matahari langsung. PRI= Plasticity Retention Index Po= Initial Plasticity SIR=Standard Indonesian Rubber

7 53 Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar dunia, dibandingkan dengan negara penghasil karet utama seperti Malaysia dan Thailand (Tabel 4). Besarnya nilai ekspor TSR Indonesia adalah sumbangan dari perkebunan rakyat yang sebagian besar menghasilkan koagulum sebagai bahan baku karet spesifikasi teknis kualitas rendah seperti SIR 10 dan SIR 20. Berbeda dengan Thailand yang mengembangkan RSS sebagai produk unggulan, sehingga menjadikan Thailand sebagai negara penghasil karet terbesar di dunia. Tabel 4 Ekspor TSR dari Indonesia, Malaysia dan Thailand (ribu ton) Tahun Indonesia Malaysia Thailand ,4 849,4 912, , ,1 998, , , , , , , ,3 952, , ,5 861, , ,0 617,4 950,6 Sumber : IRSG (2010) Berdasarkan perkembangan tahun , jumlah ekspor TSR yang dihasilkan oleh tiga negara penghasil karet (Indonesia, Malaysia dan Thailand) mengalami peningkatan yang signifikan (Gambar 18). Sumbangan ekspor TSR Indonesia merupakan hasil pengolahan dari perkebunan rakyat. 2, ,000.0 ekspor (metrik ton) 1, , Indonesia Malaysia Thailand Gambar 18 Grafik perbandingan ekspor karet spesifikasi teknis (IRSG, 2010)

8 54 Nilai ekspor terbesar dari jenis SIR adalah SIR 20 yang banyak digunakan dalam industri ban dan industri komponen karet. Grafik perbandingan ekspor setiap jenis SIR mengacu kepada perkembangan ekspor karet alam Indonesia (Tabel 2) ditunjukkan pada Gambar 19. Porsi ekspor SIR 20 sekitar 83% dari keseluruhan nilai ekspor karet alam Volume Ekspor Standard Indonesian Rubber Volume Export ( Ton) SIR 3L SIR 3CV SIR 10 SIR 20 Others SIR *) Gambar 19 Ekspor karet alam jenis SIR (Gapkindo, 2011) Tingginya kebutuhan industri hilir terhadap karet spesifikasi teknis mendorong pergerakan harga baik dalam pasar fisik maupun pasar berjangka. Karet spesifikasi teknis sebagai salah satu komoditi yang diperdagangkan dalam pasar komoditi mengkibatkan adanya fluktuasi harga yang mendorong dinamika pertumbuhan permintaan dunia. Perkembangan harga terbaru dari TSR 20 dengan mengacu pada data statistik yang dikeluarkan oleh IRCo (International Rubber Consortium Limited) dalam portal yang diakses pada bulan Januari 2012, ditampilkan pada Tabel 5. IRCo adalah lembaga yang dibentuk oleh konsorsium tiga negara penghasil karet yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand yang melakukan fungsi kordinasi pasokan karet alam dari ketiga negara tersebut dan berlokasi di Thailand. Harga jenis TSR 20 di pasar fisik untuk produksi Indonesia dengan jenis SIR 20 secara rata-rata lebih rendah 1,24 US cent/kg dibanding produksi Malaysia

9 55 Tabel 5 Harga beberapa jenis karet bulan Desember 2011 (US cent/kg) Tanggal Pasar Fisik SICOM SIR 20 SMR 20 TSR 20 RSS ,20 340,00 336,20 341, ,90 335,00 336,90 342, ,50 342,00 338,50 344, ,80 345,00 338,80 346, ,30 347,00 351,30 365, ,00 355,00 350,00 360, ,80 348,00 342,80 347, ,50 344,00 337,50 344, ,30 338,00 336,30 341, ,90 340,00 336,90 338, ,70 337,00 327,70 333, ,00 340,00 333,00 340, ,00 336,00 330,50 332, ,00 336,00 334,00 336, ,00 342,00 338,50 342, ,00 340,00 337,20 341, ,00 341,00 339,20 345, ,00 340,00 333,80 338, ,00 335,00 331,80 334, ,00 327,00 327,00 328, ,00 326,00 324,30 329,70 Rata-rata 338,47 339,71 336,30 341,66 Tertinggi 351,30 355,00 351,30 365,10 Terendah 327,70 326,00 324,30 328,00 Sumber IRCo.biz, (2012) yang dikenal dengan Standard Malaysia Rubber (SMR) 20. Perbedaan harga selain disebabkan perbedaan parameter mutu juga adanya unsur spekulasi pasar. Jika dibandingkan harga rata-rata RSS 3 dan TSR 20 di pasar berjangka SICOM lebih tinggi 5,36 US cent/kg. Faktor lebih tingginya harga RSS 3 ini, menjadi pendorong bagi agroindustri karet alam berskala besar untuk memproduksi RSS 3 lebih banyak dibanding dengan TSR 20. Perkembangan produksi terbaik untuk RSS 3 di dunia adalah negara Thailand. Harga komoditas karet di pasar fisik dan bursa komoditas memiliki perbedaan yang relatif besar, karena mekanisme ke dua pasar ini memiliki sistem yang berbeda. Transaksi jual beli secara forward menyebabkan harga di pasar

10 56 komoditas relatif lebuh tinggi dibanding harga pasar fisik. Perbandingan harga untuk TSR 20 dan RSS3 sepanjang bulan Desember tahun 2011 berdasarkan data yang diolah dari portal IRCo. biz ditampilkan pada Gambar 20. Harga TSR 20 dan RSS 3 di Pasar Fisik dan Bursa SICOM (USD cent/kg) TSR 20 (Fisik) RSS 3 (Fisik) TSR 20 (Berjangka) RSS 3 (Berjangka) Gambar 20 Perkembangan harga TSR 20 dan RSS3 di pasar fisik dan bursa SICOM pada Bulan Desember 2011 (IRCo.biz, 2012) Selain faktor harga, faktor lain yang mendorong permintaan dan harga karet spesifikasi teknis adalah harga minyak mentah. Dampak kenaikan harga minyak mentah secara langsung mengakibatkan kenaikan harga karet sintetis yang menggunakan minyak mentah sebagai bahan baku, sehingga harga karet sintetis menjadi lebih tinggi. Tingginya harga karet sintetis akan mendorong peningkatan permintaan karet alam. Perkembangan impor dari negara industri sebagai pengimpor karet dunia secara umum meningkat dari tahun 2003 sampai Akibat perlambatan pertumbuhan industri sebagai dampak krisis global pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah impor karet alam negara pengimpor, kecuali impor oleh negara China tetap tumbuh seiring menguatnya industri di negara tersebut. Jumlah impor karet alam oleh negara pengimpor utama berdasarkan data IRSG (2010) disajikan pada Tabel 6.

11 57 Tabel 6 Jumlah impor karet alam oleh negara pengimpor utama (metrik ton) Tahun USA Jepang China Singapura Korea Jerman ,8 791, ,6 140,1 342,2 283, ,2 800, ,9 145,8 352,3 270, ,7 848, ,4 148,6 370,5 282, ,6 885, ,3 181,7 364,7 295, ,5 850, ,6 156,0 378,0 330, ,3 849, ,9 157,3 359,1 281, ,8 596, ,2 111,2 332,1 229,8 Sumber : IRSG (2010) China adalah negara pengimpor karet alam terbesar di dunia, dengan permintaan mencapai 2,46 juta ton pada tahun Berbeda dengan Amerika Serikat sebagai pengimpor kedua terbesar, dan negara industri sebagai pengimpor utama lainnya pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah impor karena dampak krisis ekonomi di negara tersebut. IMPOR KARET ALAM 2, , , , USA Jepang China Singapura Korea Jerman Gambar 21 Perkembangan jumlah impor negara pengimpor utama (IRSG, 2010) Bahan baku dan Proses Produksi Karet Spesifikasi Teknis Bahan baku karet spesifikasi teknis dapat berupa lateks kebun atau koagulum. Lateks kebun dapat diolah menjadi karet spesifikasi teknis bermutu tinggi dengan jenis mutu SIR 3L, SIR 3CV, SIR 3WF, sedang koagulum lapangan seperti slab, lump dan ojol diolah menjadi SIR 10 dan SIR 20 yang memiliki mutu rendah. Lateks dapat dihasilkan dari kebun sendiri dengan tetap

12 58 menjaga kestabilan molekul-molekul sehingga tidak terjadi koagulasi. Kemampuan kebun karet untuk menghasilkan lateks dipengaruhi beberapa faktor diantaranya : 1. Kegiatan Sadap Karet Penyadapan dilakukan dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Sistem penyadapan diharapkan mampu menghasilkan lateks dalam jumlah banyak, dengan biaya rendah, dan tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman. Jumlah lateks yang keluar kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan turgor sel. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, dan akan menurun bila hari semakin siang. Oleh karena itu penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin setelah penyadap dapat melihat tanaman dengan jelas, yaitu jam pagi. 2. Penentuan Matang Sadap Langkah awal untuk dapat melakukan kegiatan penyadapan karet adalah menentukan tingkat matang sadap kebun. Kebun dikatakan matang sadap kebun apabila jumlah tanaman yang sudah matang sadap pohon sudah mencapi 60% atau lebih. Pada kebun yang terpelihara dengan baik, jumlah tanaman yang matang sadap pohon biasanya telah mencapai 60-70% pada umur 4-5 tahun. Faktor penentu kamatangan sadap yang lainnya adalah : a. Umur Tanaman. Penyadapan dapat dilakukan sekitar umur tahun tergantung pada klon dan lingkungan. Secara rata-rata pohon karet dapat menghasilkan getah sampai umur 25 tahun. b. Pengukuran lilit batang Lilit batang telah disepakati sebagai pedoman untuk mengetahui pertumbuhan tanaman karet, karena hasil tanaman karet berupa lateks diperoleh dari batangnya (kulit batang). Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih, ketinggian 100 cm dpo (di atas pertautan okulasi), tebal kulit 0,6 0,8 cm dan kondisi pohon sehat ditandai warna daun hijau mengkilat.

13 59 c. Iklim dan cuaca Produksi lateks kebun menurun pada musim hujan karena terhambatnya proses penyadapan. Tetesan air hujan mengandung ion-ion dapat menggumpalkan karet membentuk lump. Pada saat kemarau tanaman karet mengalami gugur daun yang juga mempengaruhi jumlah hasil sadapan lateks. Pengaruh iklim pada produktifitas penyadapan karet sangat dipengaruhi musim. Secara umum musim kemarau berlangsung dari bulan April sampai September dan musim hujan dari Oktober sampai Maret. Selain penyimpangan iklim di Indonesia adalah adanya fenomena ENSO ( El Nino and Southern Oscillation), dimana El Nino biasanya berasosiasi dengan terjadinya kemarau panjang sedangkan La Nina berasosiasi dengan kejadian banjir (Boer, 2003). Untuk menghasilkan karet spesifikasi teknis dengan bahan baku lateks kebun atau dengan koagulum lapang melalui beberapa tahapan proses yang dilakukan pada mesin-mesin pemrosesan. Tahapan proses produksi yang berasal dari koagulum yang dihasilkan dari petani umumnya diproses mengikuti tahapan pembersihan dilanjutkan dengan pengecilan ukuran bahan baku, penggilingan, peremahan, pengeringan dan pengempaan sampai dihasilkan bongkahan karet kering. Proses produksi yang menggunakan bahan baku dari kebun sendiri umumnya memiliki proses yang lebih pendek karena proses penyadapan mengikuti syarat mutu yang diinginkan. (Maspanger dan Honggokusumo, 2004 dalam Utomo 2008). Diagram alir proses pengolahan karet spesifikasi teknis ditampilkan pada Gambar 22. Produksi karet spesifikasi teknis secara komersial di Indonesia mulai tahun 1968 dengan skema SIR. Teknologi pengolahan karet remah dan skema SIR terus berkembang sejalan dengan upaya peningkatan efisiensi dan mutu serta kondisi bahan olah karet rakyat yang berasal dari petani. (Suparto et al. 2002). Beberapa alasan berkembangnya karet alam jenis SIR 20 di Indonesia, diantaranya : 1. Perkebunan rakyat dengan luas mencapai 80 % dari total area tanam karet Indonesia, sulit untuk menjaga kestabilan lateks cair. Hasil sadap dari tanaman karet langsung membeku secara alami maupun setelah penambahan koagulan sehingga langsung menjadi koagulum yang hanya bisa menghasilkan karet spesifikasi teknis bermutu rendah.

14 60 2. Permintaan karet spesifikasi teknis SIR 20 relatif tinggi, sehingga rakyat cenderung menghasilkan koagulum karena tingginya permintaan bahan baku. Lateks Kebun lump/slab Penambahan HNS (SIR 3CV), SMBS (SIR 3L) Penerimaan, penyaringan, pengenceran, koagulasi Sortasi (slicer, preblending) Cougulum Crusher pembersihan (washing tank) Macerator/creper Macerator/creper Hammer Mill Shredder Dryer Dryer Pengempaan & pengemasan Pengempaan & pengemasan SIR 3, SIR 10, SIR 20 Gambar 22 Proses pengolahan karet spesifikasi teknis (BPTK, 2002 dalam Utama, 2008) Sistem Rantai Pasokan Karet Spesifikasi Teknis Agroindustri karet spesifikasi teknis memiliki peran penting sebagai pemasok bahan baku bagi industri hilir. Struktur dari rantai pasok agroindustri

15 61 karet spesifikasi teknis jika digambarkan mengikuti pohon industrinya dari paling hulu sampai hilir membentuk rantai yang bercabang dan kompleks. Agroindustri karet spesifikasi teknis dapat dikelompokkan menjadi; 1) karet spesifikasi teknis yang diproduksi secara terintegrasi dalam satu unit usaha yang meliputi perkebunan karet, unit produksi dan pengumpulan lateks kebun, proses pengolahan lateks menjadi karet spesifikasi teknis dan 2) karet spesifikasi teknis yang diproduksi tanpa adanya integrasi antar pelaku yang melibatkan petani sebagai penghasil bahan baku, pedagang perantara dan kelembagaan petani sebagai pengumpul bokar dan pabrik karet sebagai pengolah. Penelitian untuk mempelajari rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis dilakukan pada PTPN VIII dan PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. Pertimbangan untuk memilih perkebunan besar negara dan swasta adalah ; 1) memiliki unit yang terintegrasi dari kebun sebagai pemasok, pabrik sebagai pengolah, 2) pemasaran dilakukan oleh unit usaha terpisah, 3) pernah memiliki kerjasama dalam pasokan bahan baku dengan petani karet yang berada di sekitar lokasi dan, 4) memiliki unit pabrik pengolahan karet spesifikasi teknis yang beroperasi di bawah kapasitas terpasang. Sistem rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis terdiri atas rantai pemasok bahan baku, produksi,distributor,industri pengguna dan konsumen sebagaimana ditampilkan pada Gambar 23. Kebun Sendiri Factory Petani Pedagang Pengumpul Warehouse Distributor Konsumen Akhir Industri Pengguna Pasar Ekspor Konsumen Lokal Gambar 23 Rantai pasok karet alam pada PTPN VIII

16 62 Untuk peningkatan produksi karet spesifikasi teknis dalam rangka pemanfaatan kapasitas terpasang pada lantai produksi maka perlu dirancang suatu sistem manajemen ahli untuk perencanaan produksi sehingga jumlah kebutuhan pasokan bahan baku dapat direncanakan. Selain pasokan berupa lateks yang berasal dari kebun sendiri, pasokan bahan baku juga diperoleh dari petani karet dalam bentuk bokar (bahan olah karet). Petani tidak secara langsung memasok bahan olah karet ke agroindustri karet spesifikasi teknis. Secara spasial petani terpisah dengan jarak yang relatif jauh dengan pusat pengolahan karet spesifikasi teknis, kondisi ini mengakibatkan suatu struktur pasar bahan olah karet yang kompleks. PTPN VIII sebagai salah satu badan usaha milik negara merupakan penghasil berbagai jenis karet alam yang terdiri dari karet lateks pekat, ribbed smoked sheet (RSS) dan karet spesifikasi teknis (SIR). Keragaman hasil produksi tahun 2009 dari PTPN VIII disajikan pada Gambar 24, komposisi terbesar dibandingkan total ekspor adalah jenis RSS mencapai 71%, sedangkan untuk SIR 10 sebesar 20% dan SIR 10 hanya 4%. Perkebunan karet yang dikelola oleh PTPN VIII seluas hektar yang tersebar di 14 kebun karet. Jumlah pabrik yang menghasilkan RSS ada 13 pabrik dengan 2 pabrik pengolah TPC, 3 pabrik concentrated latex dengan kapasitas terpasang ton. Hasil produksi karet spesifikasi teknis pada PTPN pada umumnya relatif rendah dibanding produksi RSS (lampiran 1-4), karena harga RSS lebih tinggi dibanding SIR 20. Perkembangan harga SIR relatif meningkat dibanding harga RSS, sehingga perlu dilakukan kajian perubahan strategi produksi sehingga mengikuti pola permintaaan TSR dunia yang cenderung meningkat, mengikuti pertumbuhan industri pengguna terutama industri otomotif. Harga karet spesifikasi teknis relatif murah dibanding dengan harga RSS, namun dengan besarnya volume penjualan SIR 20 secara keseluruhan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi PTPN VIII dengan volume penjualan sebagai faktor kali peningkatan pendapatan. Pemanfaatan kapasitas pengolahan pabrik karet spesifikasi teknis diharapkan akan mendorong penyerapan bokar yang dihasilkan petani karet yang berada disekitar pabrik, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan produktifitas kebun yang dimiliki oleh petani.

17 63 SIR 5; SIR 20; SIR 3WF; SIR 10; SIR 3L; RSS ; TPC; Gambar 24 Komposisi jumlah ekspor karet alam (kg) produksi PTPN VIII Selain di PTPN VIII penelitian juga dilakukan di PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (PT BSP). Sedikit berbeda dalam struktur rantai pasok PT. BSP dengan PTPN VIII fungsi distribusi dilakukan secara langsung melalui bursa komoditas juga dengan pelelangan langsung di perusahaan. Pola produksi dilakukan dengan gabungan make to stock dan make to order. Strategi berproduksi berdasarkan pesanan merupakan upaya untuk memenuhi kontrak yang diperoleh dari perdagangan terutama berdasarkan transaksi di pasar komoditas. Hasil produksi dari strategi make to stock merupakan upaya untuk memanfaatkan kelebihan jumlah pasokan bahan baku dari jenis high grade atau pasokan koagulum yang berasal dari petani. Jenis karet yang diproduksi juga beragam dan yang paling banyak adalah jenis lateks pekat (Lampiran 8-10). Secara umum perbandingan antara komposisi jenis karet yang diproduksi memiliki kecendrungan berimbang dengan jumlah terbesar yang diproduksi adalah lateks pekat mencapai 27%, SIR 3CV sebesar 24 %, sedangkan SIR 10/20 sebesar 23% dengan teta[ mempertimbangkan pergerakan harga dari jenis karet. Lateks pekat memiliki harga relatif tinggi dibanding produk lainnya, namun jika ditinjau dari jumlah permintaan dan kenaikan harga maka karet jenis SIR 20 mengalami pertumbuhan yang relatif signifikan.

18 Pendekatan Sistem Sistem adalah kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisir untuk mencapai suatu atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan sintesa untuk memperoleh harmonisasi konflik kebutuhan antar pelaku sistem sehingga memberikan penyelesaian masalah secara sistematis untuk menghasilkan suatu operasi sistem yang dianggap efektif. Tahapan yang dilakukan dalam pendekatan sistem dimulai dengan analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan sistem, validasi model dan implementasi model (Eriyatno, 1999). Kajian sistem rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis pada penelitian ini, dimulai dengan membahas aspek yang berkaitan dengan analisis kebutuhan Analisis Kebutuhan Sistem manajemen ahli yang direkayasa harus mampu memenuhi kebutuhan pihak yang berkepentingan yang berada dalam lingkungan kajian sistem. Sistem rantai pasok pada agroindustri karet spesifikasi teknis yang dikelola oleh perkebunan besar melibatkan beberapa pihak yang saling berkepentingan. Pihakpihak yang berkepentingan memiliki kebutuhan yang saling menguntungkan, atau memiliki potensi saling konflik. Pendekatan sistem untuk memperoleh harmonisasi konflik kebutuhan antar pelaku dalam sistem. Pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis yang menjadi objek kajian baik pada PTPN VIII maupun PT BSP pada penelitian ini dibatasi pada tiga mata rantai yaitu, 1) pemasok yang terdiri atas unit kebun milik petani (perkebunan rakyat), 2) prosesor yaitu unit pabrik milik yang memproduksi karet spesifikasi teknis, 3) distribusi sebagai unit pemasaran. Untuk melengkapi informasi dalam menganalisis kebutuhan perlu dilibatkan konsumen utama, dalam penelitian ini konsumen sebagi salah satu pengguna karet alam utama adalah pabrik ban. Pabrik pengolahan berlokasi pada daerah perkebunan karet yang menampung hasil sadapan karet dari kebun sendiri dan dari kebun rakyat baik berbentuk lateks maupun lump. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah sebagai pemilik perkebunan negara, fungsi pemasaran hasil perkebunan dilaksanakan

19 65 oleh badan usaha PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPB Nusantara). Pada PT BSP disribusi dilakukan oleh unit pemasaran yang masih berada dalam satu kesatuan entitas dengan agroindustri. Dalam rangka memenuhi kebutuhan setiap pihak dalam pengelolaan rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis maka penting dilakukan analisis kebutuhan dari pihak yang berkepentingan dalam struktur rantai pasok. Identifikasi kebutuhan sistem dilakukan melalui wawancara dengan pemasok (pengelola kebun PTPN VIII dan petani karet pemasok PTPN VIII), prosesor (pengelola pabrik PTPN VIII kebun Cikumpay), distributor (PT. KPBN), konsumen (pembeli di PT. KPBN dan pabrik ban). Hasil wawancara untuk mengindentifikasi kebutuhan pihak yang berkepentingan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Analisis kebutuhan pelaku utama pengelolaan rantai pasok karet spesifikasi teknis No Pihak Kebutuhan 1 Petani karet 1. Harga jual bokar stabil dan layak 2. Jaminan pemasaran 3. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan 4. Bimbingan dan pendampingan 2 Pengelola kebun 1. Informasi kebutuhan lateks atau bokar 2. Jadwal penyadapan kebun 3. Ketersediaan tenaga kerja 4. Jadwal dan ketersediaan transportasi 5. Peningkatan produktifitas kebun 3 Pengelola pabrik 1. Rencana kegiatan produksi 2. Peningkatan utilisasi mesin 3. Pemenuhan jumlah permintaan dan target produksi 4. Peningkatan mutu karet yang diproduksi 4 Distributor 1. Peningkatan jumlah penjualan 2. Margin keuntungan dan pendapatan yang tinggi 3. Prakiraan tingkat permintaan dan harga 4. Ketersediaan karet dalam jumlah, waktu yang tepat 5. Jaminan mutu karet 5 Konsumen 1. Kestabilan harga 2. Kestabilan pasokan 3. Kualitas karet yang sesuai 4. Kemudahan akses informasi pasar dan produk 6 Pemerintah 1. Peningkatan kinerja perkebunan negara 2. Peningkatan pendapatan negara 3. Peningkatan kesejahteraan petani

20 Formulasi permasalahan Tujuan dari perancangan sistem model manajemen ahli perencanaan produksi pada penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja dari pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis. Kesenjangan antara pemenuhan kebutuhan pelaku sistem berdasarkan analisis kebutuhan dengan tujuan yang telah ditetapkan disusun dalam bentuk formulasi permasalahan. Permasalahan yang dihadapi dapat diformulasikan sebagai berikut : 1. Pihak yang terlibat belum melakukan suatu kordinasi dalam perencanaan kegiatan produksi sehingga pengambilan keputusan secara sendiri-sendiri 2. Pengelola kebun dalam agroindustri tidak memiliki rencana penyadapan dan jadwal pengiriman bahan olah karet dan lateks sesuai dengan kondisi penyadapan dan kebutuhan pabrik pengolah. 3. Pengelola pabrik belum mengoptimalkan utilisasi mesin karena kurangnya pasokan bahan olah karet. 4. Pengelola pabrik membutuhkan suatu mekanisme perencanaan produksi yang mengikuti perkembangan permintaan dan harga karet. 5. Pengelola pabrik membutuhkan suatu sistem pengambilan keputusan yang memudahkan dalam melakukan penyesuaian dalam periode yang lebih pendek. 6. Agroindustri membutuhkan suatu mekanisme pengukuran keberhasilan penyusunan rencana produksi dan kemampuan pemasok dalam menjamin ketersediaan bahan baku. 7. Petani sebagai pemasok bahan olah karet tidak memiliki keterkaitan dan tidak terdapat suatu mekanisme jaminan pasokan dan pembelian dengan agroindustri. 8. Distributor membutuhkan suatu prakiraan untuk memprediksi jumlah produksi yang dapat ditawarkan dalam perdagangan Identifikasi Sistem Rantai pasok merupakan sebuah sistem yang memiliki elemen-elemen yang teratur, saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam rangka merekayasa model perencanaan produksi untuk rantai pasok karet spesifikasi

21 67 teknis, perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor penting dari sistem dengan cara menggambarkan sistem yang dikaji dalam bentuk diagram input output, seperti yang disajikan pada Gambar 25. memfokuskan pemodelan sistem yang dirancang. Masukan Lingkungan Pertumbuhan ekonomi dunia Kebijakan negara industri Kebijakan pemerintah Iklim dan cuaca Kondisi sosisl ekonomi Identifikasi sistem diperlukan untuk Masukan tak terkendali Harga karet alam dunia Permintaan dan penawaran karet dunia Mutu dan ketersediaan bokar dari petani Nilai tukar mata uang Keluaran dikehendaki Rencana produksi yang tepat Ketepatan jumlah, waktu pasokan bahan baku Peningkatan utilisasi kapasitas Ukuran kinerja produksi Model Perencanaan Produksi Rantai Pasok Karet Spesifikasi Teknis Masukan terkendali Produksi lateks dan bokar kebun sendiri Kapasitas olah pabrik Kebijakan produksi Ketersediaan informasi Keluaran tak dikehendaki Hasil rencana produksi tidak sesuai Pasokan bahan baku tidak sesuai Utilisasi mesin produksi rendah Peningkatan biaya Ketidaktepatan pemenuhan pesanan pesanan Manajemen pengendalian rencana produksi Gambar 25 Diagram input-output model perencanaan produksi karet spesifikasi teknis Pada sistem perencanaan produksi rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis, masukan terkendali adalah hal yang berkaitan dengan faktor yang dapat dikelola oleh para pemangku kepntingan yaitu pemasok, pabrik dan distributor. Pengendalian terhadap input diharapkan dapat menghasilkan output yang menjadi

22 68 tujuan yang ingin dicapai yaitu peningkatan produktifitas kebun sehingga menjamin pasokan bahan baku, peningkatan utilisasi pabrik sehingga mampu meningkatkan produksi, mengelola persediaan dan peningkatan mutu produk sehingga secara keseluruhan mampu meningkatkan penjualan dan memberikan peningkatan keuntungan bagi seluruh mata rantai pada rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis. Masukan tidak terkendali merupakan elemen sistem yang mempengaruhi pencapaian kinerja sistem, namun faktor-faktornya tidak dapat dikendalikan kondisinya. Dalam sistem perencanaan produksi agroindustri karet spesifikasi teknis masukan tak terkendali meliputi ; harga karet dunia, permintaan dan penawaran dunia, mutu dan ketersediaan bahan olah karet dari petani serta nilai tukar mata uang. Selain keluaran yang dikendaki dalam sistem rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis juga terdapat keluaran yang tidak dikehendaki, sebagai dampak yang tidak diinginkan sehingga keberadaannya perlu ditekan. Keluaran tak dikehendaki dari hasil perencanaan produksi rantai pasok karet spesifikasi teknis adalah ketidaksesuain rencana produksi dengan dinamika pada sisi pasokan dan permintaan, ketidakmampuan pemasok dalam menyediakan bahan baku pada jumlah dan waktu yang tepat, pemanfaatan kapasitas mesin yang rendah sehingga berdampak pada peningkatan biaya. Masukan dari lingkungan merupakan kondisi di luar sistem yang mempengaruhi kinerja sistem. Faktor lingkungan yang menjadi masukan dalam sistem ini adalah pertumbuhan ekonomi dunia, kebijakan negara industri pengguna karet alam, kebijakan Pemerintah Indonesia dalam sektor karet serta faktor iklim dan cuaca yang mempengaruhi kondisi bahan baku..

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendekatan manajemen rantai pasok telah banyak digunakan sebagai salah satu model untuk meningkatkan keunggulan bersaing dalam industri. Manajemen rantai pasok merupakan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan produksi sebagai suatu keputusan awal yang mempengaruhi aktifitas pada kegiatan lainnya memiliki peran penting untuk mengantisipasi terjadinya inefisiensi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk 48 IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA 4.1. Gambaran Umum Karet Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk dari emulsi kesusuan yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional Suatu Negara membutuhkan negara lain dan saling menjalin hubungan perdagangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila jatuh dari suatu tempat. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke tiga di dunia setelah Thailand dan Malaysia. Karet spesifikasi teknis (Technically Specified Rubber)

Lebih terperinci

Mulai. Studi pustaka. Pengumpulan d. Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab. - Po - PRI. Apakah control chart. terkendali?

Mulai. Studi pustaka. Pengumpulan d. Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab. - Po - PRI. Apakah control chart. terkendali? Lampiran 1. Bagan alir penelitian Mulai Studi pustaka Pengumpulan d Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab - Po - PRI Ya Apakah control chart terkendali? Tidak Menetapkan spesifikasi konsumen Penelusuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Karet di Provinsi Lampung Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian penting di lingkungan Internasional dan juga Indonesia. Di Indonesia

Lebih terperinci

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA 6.1. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia Permintaan terhadap karet alam dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan. Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut data Bank Dunia tahun 2015, Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet alami terbesar di dunia. Jenis karet alam yang dihasilkan Indonesia

Lebih terperinci

KOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK

KOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK KOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK Dr. Sinung Hendratno Pusat Penelitian Karet Kegiatan Pertemuan Teknis Komoditas tentang Paparan Komoditas Karet untuk PBK/SRG/PL Biro Analisis

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENINGKATAN MUTU BAHAN OLAH KARET MELALUI PENATAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DENGAN

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode 1.1. Latar Belakang Pada umumnya perekonomian di negara-negara sedang berkembang lebih berorientasi kepada produksi bahan mentah sebagai saingan dari pada produksi hasil industri dan jasa, di mana bahan

Lebih terperinci

Produksi Bersih. Proses: Dampak: Peningkatan efisiensi Peningkatan kinerja lingkungan Peningkatan keunggulan kompetitif

Produksi Bersih. Proses: Dampak: Peningkatan efisiensi Peningkatan kinerja lingkungan Peningkatan keunggulan kompetitif TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Produksi Bersih dan Penerapannya Produksi bersih didefinisikan sebagai penerapan secara kontinyu dari strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif pada proses produksi,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. Khususnya Indonesia kontribusi sebesar 26 persen dan total produksi karet alam dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Tanaman Karet Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai iklim dan hawa yang sama panasnya dengan negeri kita, karena itu karet mudah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. KARET ALAM DAN KARET ALAM PADAT (SIR 20) Karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan melalui penggumpalan getah dari hasil penyadapan tanaman tertentu. Getah tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGOLAHAN, PEMASARAN DAN PENGAWASAN BAHAN OLAH KARET BERSIH YANG DIPERDAGANGKAN DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan 59 IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA A. Perekonomian Karet Indonesia Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan memburuknya kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang keberadaannya sangat penting dan dibutuhkan di Indonesia. Tanaman karet sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia, Karena, banyak terdapat kegunaan dari tanaman ini, contohnya tanaman menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam termasuk salah satu komoditi strategis agroindustri di Indonesia karena memberikan peranan yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara dari sub-sektor perkebunan

Lebih terperinci

USULAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KARET ALAM INDONESIA

USULAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KARET ALAM INDONESIA USULAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KARET ALAM INDONESIA Nofi Erni Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang-Kebon Jeruk Jakarta nofi.erni@esaunggul.

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16 Karet alam merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya dalam perekonomin Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian [16 Juli 2010]

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian [16 Juli 2010] II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Karet Alam Olahan Getah karet atau lateks diperoleh secara teknis melalui penyadapan pada kulit batang karet. 5 Penyadapan ini memerlukan teknik yang khusus untuk mendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di

I. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Luas areal kebun karet Indonesia terluas di dunia (+ 3,4 juta hektar pada tahun 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN)

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Karet di Propinsi Lampung Perkebunan karet di Provinsi Lampung menurut status pengusahaanya dibedakan menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama mendapatkan hasil olah karet yang baik. Penurunan mutu biasanya disebab terjadinya prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Produk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan sektor yang besar pengaruhnya dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu dengan negara yang

Lebih terperinci

pennasalahan-permasalahan yang diteliti.

pennasalahan-permasalahan yang diteliti. 3.1. Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1. Lokasi ~enelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan cara pengumpulan data di dalam negeri maupun di luar negeri dari berbagai sumber yang diduga dapat memberikan jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar didunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA 4.1 Sejarah Singkat Karet Alam Tahun 1943 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan

I. PENDAHULUAN. yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi industri hasil tanaman tropis yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan terutama sebagai bahan baku

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN. Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar di Indonesia. Lampung adalah salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia. Luas areal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Di negara agraris, pertanian memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perdagangan merupakan proses pembelian dan penjualan barang yang dilakukan pada suatu tempat. Perdagangan telah dilakukan oleh orang-orang terdahulu

Lebih terperinci

Krisis moneter yang melanda lndonesia menyebabkan hancurnya industri

Krisis moneter yang melanda lndonesia menyebabkan hancurnya industri L PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis moneter yang melanda lndonesia menyebabkan hancurnya industri yang tidak berbasis pada bahan baku lokal. Pemerintah telah menggalakkan bidang agroindustri untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012, sesuai data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Produk SIR 3L di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu

Analisis Pengendalian Kualitas Produk SIR 3L di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu Jurnal Agro Industri Perkebunan Analisis Pengendalian Kualitas Produk SIR 3L di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu (Analysis of Quality Control SIR 3L Product on PT Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR No.393, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini komoditas perkebunan masih memegang peran penting dalam menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton) A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan tanaman tahunan dengan bentuk pohon batang lurus. Bagian yang dipanen dari tanaman karet adalah getah atau lateks. Lateks tanaman karet banyak digunakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH KOMODITI EKSPOR STANDARD INDONESIAN RUBBER YANG DIPERDAGANGKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman tersebut baru terintroduksi pada tahun 1864. Hanya dalam kurun waktu sekitar 150

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indo No.1194, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. BOKARSIR. Pengawasan Mutu. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-DAG/PER/7/2016 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH KARET SPESIFIKASI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karet Alam Karet alam adalah komoditi homogen yang cukup baik. Karet mempunyai daya lentur yang sangat tinggi, kekuatan tarik dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah, daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi Lampung, sebagai dasar perekonomian dan sumber pemenuh kebutuhan hidup. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks dikenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Saat ini Asia menjadi sumber

Lebih terperinci

JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK

JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK Sumber: Studi Kelayakan (FS) Kawasan Agro Industri Jambi (JAIP) JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK (JAIP) telah menjadi komitmen Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Kabupaten terkait pengembangan Kawasan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Bahan olah karet ICS Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Standar Nasional Indonesia...i No...4 Parameter...4 No...5 Parameter...5 i Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KARET ALAM

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KARET ALAM V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KARET ALAM 5.1. Produksi dan Konsumsi Karet Alam Dunia Perkembangan ekonomi karet alam dunia dari sisi produksi relatif terus mengalami peningkatan. Produksi karet alam dunia pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan produsen karet alam nomor dua di dunia setelah Thailand. Produksi karet alam Indonesia tahun 2007 mencapai 2,55 juta ton dengan luas lahan perkebunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan adalah satuan unit operasi yang berfungsi untuk memisahkan kandungan air dari suatu bahan dengan menggunakan panas. Kandungan air di dalam bahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar kedua didunia setelah Thailand. Produksi karet alam pada tahun 2012 di Indonesia mencapai 3,27 juta ton. Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

KINERJA DAN POTENSI INDUSTRI BAN DALAM NEGERI

KINERJA DAN POTENSI INDUSTRI BAN DALAM NEGERI KINERJA DAN POTENSI INDUSTRI BAN DALAM NEGERI Nofi Erni Dosen Teknik Industri Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta nofi.erni@indonusa.ac.id Abstrak Tulisan ini merupakan hasil studi pustaka dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kebutuhan akan karet alam terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Hal ini terkait dengan kebutuhan manusia yang memerlukan

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur A. Perkembangan Ekspor Ekspor Jawa Timur Sebesar USD 1,73 Miliar, Turun 11,39 persen Nilai Ekspor Jawa Timur mencapai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui problematika yang sering

BAB V PENUTUP. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui problematika yang sering BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui problematika yang sering dihadapi dan bagaimana tinjauan ekonomi Islam terhadap bisnis crumb rubber PT. Darma Kalimantan Jaya Kecamatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori strategi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sumber daya yang tak terlihat (intangible resources) seperti pengetahuan, keahlian, motivasi, budaya, teknologi, kompetensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara terluas di Asia Tenggara dengan total luas 5.193.250 km² (mencakup daratan dan lautan), hal ini juga menempatkan Indonesia sebagai

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN VIII. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN I Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap berbagai data dan informasi yang dikumpulkan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pangsa TSR Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik dan keistimewaan dari suatu produk atau jasa yang dihasilkan dari kemampuan produk atau jasa untuk memuaskan sebagian atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan devisa negara terhadap ekspor minyak dan gas bumi. Karet alam sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia merupakan produsen karet nomor dua terbesar di dunia dengan produksi sebesar 2,55 juta ton pada tahun 2007 setelah Thailand (2,97 juta ton).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periode ini. Beberapa bukti maupun catatan telah memperkuat bahwa karet alam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periode ini. Beberapa bukti maupun catatan telah memperkuat bahwa karet alam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Karet Alam Karet alam pertama kali ditemukan oleh Christopher Columbus pada tahun 1493 ketika melihat seorang anak penduduk asli pulau Haiti sedang bermain bola berwarna

Lebih terperinci

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional 83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem 76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.1, Hal , Januari-April 2014 ISSN

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.1, Hal , Januari-April 2014 ISSN PEMETAAN DAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KARET DI PROPINSI JAWA TIMUR Oleh : NANANG DWI WAHYONO *) ABSTRAK Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting. Selain sebagai sumber lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia. Dalam kurung waktu 150 tahun sejak dikembangkannya pertama kalinya, luas areal perkebunan karet

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXII, Nomor 2, Oktober 2014

Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXII, Nomor 2, Oktober 2014 Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) dan Penentuan Kadar Karet Kering (KKK) dengan Variasi Temperatur Pengovenan di PT. Djambi Waras Jujuhan Kabupaten Bungo, Jambi Dewi Pusari*, Sri Haryanti*

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar di berbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang subur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali diujicobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus elastica atau

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali diujicobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus elastica atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Industri Karet di Indonesia dimulai dengan dibukanya Perkebunan karet yaitu sekitar tahun 1864, untuk pertama kalinya tanaman karet diperkenalkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam yang dapat diandalkan salah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet TINJAUAN PUSTAKA Klon Tanaman Karet PB 260 dan IRR 118 Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan

Lebih terperinci