2.1. Geografis, Topografis dan Geohidrologi.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2.1. Geografis, Topografis dan Geohidrologi."

Transkripsi

1 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUKOHARJO Bab II K abupaten Sukoharjo yang juga dikenal dengan sebutan Sukoharjo Makmur, secara legal-formal didirikan pada tanggal 15 Juli Dalam perkembangannya kemudian momentum tersebut ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Sukoharjo. Walaupun status pemerintahannya adalah pemerintah kabupaten, tidak serta-merta menjadikan kehidupan masyarakatnya seperti yang terjadi di kota-kota besar karena ukurannya pun tidak mencerminkan sebuah kota yang cukup luas. Level yang dicapai Kabupaten Sukoharjo adalah sebuah kota yang masih tergolong antara klasifikasi kota kecil dan kota besar. Secara faktual sudah bukan kota kecil lagi, tetapi juga belum menjadi kota besar Geografis, Topografis dan Geohidrologi Geografis K abupaten Sukoharjo merupakan salah satu Kabupaten dari 35 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Sukoharjo terletak pada posisi : 1. Bagian Ujung Sebelah Timur : 11º BT 2. Bagian Ujung Sebelah Barat : 11º BT 3. Bagian Ujung Sebelah Utara : 7º LS 4. Bagian Ujung Sebelah Selatan : 7º LS Kabupaten Sukoharjo mempunyai posisi yang strategis, yakni terletak di persimpangan jurusan Semarang, Yogyakarta, Solo dan termasuk di dalam kawasan strategis SUBOSUKA WONOSRATEN (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten) yang dapat mendukung perkembangan pembangunan, khususnya bidang-bidang potensial di Kabupaten Sukoharjo. Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 16

2 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 Adapun pembagian wilayah administrasi Kabupaten Sukoharjo berikut luasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Jumlah Desa, Kelurahan dan Luas Wilayah Kabupaten Sukoharjo Luas Prosentase No. Kecamatan Wilayah Desa Kelura Jumlah Desa dan (%) han (Ha) Kelurahan RT RW 1. Weru , Bulu , Tawangsari , Sukoharjo , Nguter , Bendosari , Polokarto , Mojolaban , Grogol 3. 6, Baki , Gatak , Kartasura , Jumlah Sumber : Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 21. Luas Kabupaten Sukoharjo adalah Ha atau sekitar 1,435 Luas Wilayah Provinsi Jawa Tengah, dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Polokarto dengan luas Ha (13,32%) dan wilayah terkecil adalah Kecamatan Kartasura yaitu seluas Ha (4,12%) Topografi Kabupaten Sukoharjo berada pada ketinggian wilayah antara dpal. Tempat tertinggi di atas permukaan air laut adalah Kecamatan Polokarto yaitu 125 m dpal, dan yang terendah adalah Kecamatan Grogol yaitu 8 m dpal. Berdasarkan relief, Kabupaten Sukoharjo dapat dikelompokkan menjadi dua kelompol yaitu daerah datar meliputi Kecamatan Kartasura, baki, Gatak, Grogol, Sukoharjo, dan Mojolaban, sedangkan daerah yang miring meliputi Kecamatan Polokarto, Bendosari, Nguter, Bulu dan Weru. Kelas kemiringan lereng di Kabupaten Sukoharjo dapat dibedakan menjadi tujuh (tujuh) kelas, sebagaimana tabel berikut. Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 17

3 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 Tabel 2. Kelas Kemiringan Lereng di Kabupaten Sukoharjo No. Kemiringan Meliputi ( % ) Keterangan 1. 2 % 74,39 Terdiri dari seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo % 9,16 Terdiri dari seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di sebagian Kecamatan weru, Bulu Tawangsari, Nguter, Bendosari dan Polokarto % 4,88 Terdiri dari seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di sebagian Kecamatan weru, Bulu Tawangsari, Nguter, Bendosari dan Polokarto % 6,75 Terdiri dari seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di sebagian wilayah Kecamatan Weru, Bulu, Nguter, dan Polokarto % 2,25 Terdiri dari seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di sebagian wilayah Kecamatan Weru, Bulu dan Tawangsari % 9,16 Terdiri dari seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di sebagian Kecamatan Bulu. 7. > 4 %,8 Terdiri dari seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di sebagian Kecamatan Bulu. Sumber : NSAD Kabupaten Sukoharjo 21 Gambar 2. Peta Kelerengan Wilayah Kabupaten Sukoharjo 8 % 8 15 % % 25 4 % Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 18

4 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Geohidrologi Iklim Pada tahun 29 curah hujan di Kabupaten Sukoharjo lebih rendah dari tahun sebelumnya. Tercatat rata-rata curah hujan sebesar mm dan hari hujan hanya 96 hari. Adapun curah hujan yang terbanyak pada tahun 29 yaitu di Kecamatan Bendosari tercatat mm, sedangkan yang terendah yaitu di Kecamatan Mojolaban yaitu sebesar mm. Untuk masing-masing Kecamatan dapat dilihat sebagaimana tabel dibawah ini. Tabel 3. Banyaknya Curah Hujan Menurut Bulan dan Kecamatan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 29 (dalam mm) No Kecamatan BULAN JML 1 Weru Bulu Tawangsari Sukoharjo Nguter Bendosari Polokarto Mojolaban Grogol Baki Gatak Kartasura Rata-Rata Kab Sumber : Sukoharjo Dalam Angka 21 Gambar 3. Curah Hujan Tahunan Wilyah Kabupaten Sukoharjo 15 2 mm/th 2 25 mm/th < 15 mm/th Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 19

5 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 Tabel 4. Banyaknya Hari Hujan Menurut Bulan dan Kecamatan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 29 (dalam hari) No Kecamatan BULAN JML 1 Weru Bulu Tawangsari Sukoharjo Nguter Bendosari Polokarto Mojolaban Grogol Baki Gatak Kartasura Rata-Rata Kab Sumber : Sukoharjo Dalam Angka 21 Gambar 4. Curah Hujan Harian Wilyah Kabupaten Sukoharjo 13,6 2,7 mm/hari 2,7 27,7 mm/hari Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 2

6 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Kondisi Hidrologi a. Irigasi dan Air Bersih S umber daya air di Kabupaten Sukoharjo diambil dari air permukaan, air tanah dan mata air. Sumber air tersebut telah dimanfaatkan dan dikembangkan untuk pemenuhan kebutuhan air untuk minum/masak dan air bersih untuk rumah tangga, fasilitas komersial dan industri serta dimanfaatkan untuk irigasi pertanian. Penggunaan air permukaan untuk irigasi pertanian yang ada mampu mengairi sawah baik yang setahun dua kali panen seluas Ha maupun yang setahun sekali panen seluas Ha dengan prasarana yang ada yaitu saluran irigasi. Jaringan irigasi diwilayah Kabupaten Sukoharjo merupakan bagian dari jaringan irigasi Wonogiri yang bersumber dari waduk Gajah Mungkur Wonogiri, mengalir melalui Bendung Colo. Jaringan irigasi di daerah Kabupaten Sukoharjo luas seluruhnya Ha dengan perincian : 1). Sebagian besar yaitu seluas Ha telah mendapatkan air dari Saluran Induk Colo Timur (SICT). 2). Daerah irigasi seluas Ha yang mendapatkan air dari Saluran Induk Colo Barat (SICB). Sistem irigasi yang ada di Kabupaten Sukoharjo termasuk kedalam Bidang Sumber Daya Air pada Dinas PU Kabupaten Sukoharjo yang terdiri 3 ranting yang masing-masing memperoleh sumber dari : 1). Ranting Sukoharjo, memperoleh sumber dari: K. Dengkeng K. Pacinan K. Jlantah 2). Ranting Bekonang, memperoleh sumber dari: K. Samin Waduk Mulur 3). Ranting Kartasura, memperoleh sumber dari: K. Gede K. Brambang Dam Pundung Kabupaten Boyolali Pemenuhan kebutuhan air bersih yang ada saat ini dilakukan melalui pembangunan fasilitas air bersih baik pedesaan maupun IKK (Ibu Kota Kecamatan), dengan sumber air baku antara lain dari mata air, sumur permukaan dan sumur dalam serta PDAM. Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 21

7 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 b. Drainase Jaringan drainase yang terdapat pada Kabupaten Sukoharjo berupa jaringan primer, sekunder, dan tersier. 1). Jaringan primer berupa sungai atau jaringan yang menampung air dari jaringan sekunder. 2). Jaringan sekunder berupa jaringan drainase yang terdapat dan mengikuti pola jalan raya dikanan atau kirinya yang menampung air dari jaringan tersier (perumahan). 3). Jaringan tersier berupa jaringan drainase yang terdapat di dalam lokasi jalan dalam permukiman penduduk. Gambar 5. Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 22

8 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 c. Kondisi Kualitas Air Sungai Beberapa sungai yang melintasi di kawasan perkotaan Kabupaten Sukoharjo yaitu sungai Langsur, Samin, Palur, dan Premulung menunjukkan tidak memenuhi standar dari kriteria Mutu Air Kelas II. Berdasarkan Analisa menunnjukkan adanya parameter parameter Residu Terlarut, Residu Tersuspensi, ph, Besi, Mangan, Kadmium, Seng, Timbal, Tembaga, Nikel, Krom Total, Cr6+, Nitrat, Nitrit, NH3-N, PO4-P, COD, BOD, Klorida dan Minyak Lemak Kondisi Pemanfaatan Tanah Kabupaten Sukoharjo yang memiliki luas wilayah sebesar Ha dengan tata guna lahan yang terdiri dari lahan sawah seluas Ha atau 45,24 % dan lahan bukan sawah seluas Ha atau 54,74 %. Adapun pola penggunaan lahanya dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Lahan sawah : Ha atau 45,55%. 2. Lahan bukan sawah : Ha atau 54,45%, terdiri dari : Pekarangan : Ha Tegal/kebun : Ha Hutan Rakyat : 94 Ha Hutan Negara : 39 Ha Tambak/kolam/empang : 36 Ha PBS/PBN : 78 Ha Lain-lain : Ha Sumber : Sukoharjo Dalam Angka, 21 21,121 16,87 2,673 4,599 Lahan Sawah Pekarangan Tegal/Kebun Hutan Rakyat Hutan Negara Tambak/Kolam PBS/PBN Lain-Lain ,21 Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 23

9 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 Dari lahan sawah yang beririgrasi teknis seluas 14.9 Ha (7,9%), irigasi setengah teknis 1.92 Ha ( 8,95%), irigasi sederhana 2.21 Ha (9,51%) dan tadah hujan seluas Ha (11,45%). sebagian lagi berupa sawah tadah hujan (33,82%) dan sisanya (11,25%) merupakan sawah beririgrasi setengah teknis dan sederhana. (lihat Tabel 6.) Lahan bukan sawah digunakan untuk Pekarangan seluas Ha (63,36%), tegalan dan kebun seluas Ha (18,1%), Hutan rakyat seluas 94 Ha (3,56%), Tambak /Kolam/Empang seluas 36 Ha (,14%), hutan Negara seluas 39 Ha (1,53%), untuk PBS/PBN 78 Ha (2,79%), dan lain-lainnya seluas Ha (1,52%). (lihat Tabel 6 ) Tabel 5. Luas Lahan Sawah menurut Jenis Pengairan Tiap Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 29 No Kecamatan Irigasi Teknis Irigasi ½ Teknis Irigasi Sederhana Tadah Hujan Lainnya Jumlah 1 Weru 1, ,989 2 Bulu ,117 3 Tawangsari 1, ,656 4 Sukoharjo 2,363 2,363 5 Nguter 1, ,689 6 Bendosari 1, ,569 7 Polokerto 1, ,576 8 Mojolaban 2,234 2,234 9 Grogol ,7 1 Baki 1,276 1, Gatak 1,266 1, Kartasura Jumlah 14,9 1,92 2,21 2,434 21,257 % Tahun Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun , 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, 14,823 1,897 1,937 2,464 14,9 2,21 1,92 2,434 Th. 28 Th. 29 Irigasi Teknis Irigasi 1/2 Teknis Irigasi Sederhana Tadah Hujan Lainnya Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 24

10 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 Tabel 6. Luas Lahan Bukan Sawah Menurut Status Tiap Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 29 No Kecamatan Weru Bulu Tawangsari Sukoharjo Nguter Bendosari Polokerto Mojolaban Grogol Baki Gatak Kartasura Jumlah % Tahun 28 Peka rangan Tegal/ Kebun 1,43 1,439 1,259 1,586 1,64 1,538 1,787 1,169 1, ,26 16, , , ,563 Ditanami Tambak/ Hutan PBS/ Lain Phn/Hutan Kolam/ Negara PBN nya Rakyat Empang , , ,722 Jumlah 2,29 3,269 2,342 2,95 2,799 2,73 3,642 1,32 1, ,48 25, ,545 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 21 Gambar 6. Peta Penggunaan Lahan Sumber data : BAPPEDA Sukoharjo, 211 Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 25

11 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Administratif Batas wilayah Kabupaten Sukoharjo secara administratif adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung kidul (DIY) dan Kabupaten Wonogiri. Sebelah Barat : Kabuparten Boyolali dan Kabupaten Klaten Adapun luas wilayah Kabupaten Sukoharjo seluruhnya sekitar Ha atau 466, 66 km² sekitar 1,43% luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara administrasi Kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi 12 Kecamatan yang tersebar dari 15 Desa dan 17 Kelurahan, 2.26 dukuh, RW dan RT. dengan ibu kota yang terletak di Kecamatan Sukoharjo, yang berjarak 12 km dari Kota Surakarta. Gambar 7. Peta Batas Administrasi Kabupaten Sukoharjo Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 26

12 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Kependudukan Perkembangan kepedudukan di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat dari jumlah, perkembangan dan penyebaran penduduk, serta kepadatan penduduk. Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo dari tahun ke tahun nampak terus bertambah. Dari data kependudukan jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 29 memiliki kepadatan rata-rata sebesar 1.87 jiwa/km 2. Sedangkan kepadatan yang tertinggi yaitu di Kecamatan Kartasura sebesar jiwa/ km 2, kemudian di Kecamatan Grogol yaitu jiwa/km 2, kemudian kepadatan yang terendah yaitu di Kecamatan Nguter dengan tingkat kepadatan jiwa/ km 2. Kemudian Kecamatan Bulu yaitu jiwa/ km 2. Secara keseluruhan kepadatan penduduk dan penyebaranya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Diperinci Tiap Kecamatan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun No Kecamatan Luas Wilayah (km 2 ) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/ km 2 ) Weru 41, Bulu 43, Tawangsari 39, Sukoharjo 44, Nguter 54, Bendosari 52, Polokarto 62, Mojolaban 35, Grogol 3, Baki 21, Gatak 19, Kartasura 19, Jumlah 466, Sumber : Sukoharjo Dalam Angka, 21 Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 27

13 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 Gambar 8 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Dengan melihat dan memperhatikan besarnya jumlah maupun kepadatan penduduk suatu wilayah dapat diperkirakan bahwa pada wilayah tersebut akan menjadi pusat kegiatan yang mempunyai karakteristik tertentu, sesuai dengan tipologi maupun posisi strategis dari wilayah tersebut. Tabel di atas menjelaskan bahwa Kecamatan Kartasura memiliki kepadatan yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini dikarenakan kecamatan ini terletak pada perbatasan antara Kabupaten Boyolali dan Surakarta. Selain itu, di kecamatan ini juga terdapat terminal bus yang cukup besar sehingga menjadi lokasi perantara mobilitas penduduk dari wilayah lain. Kondisi tersebut sangat mendukung dalam aktivitas penduduk mengingat kecamatan ini memiliki jalur mobilitas yang bagus sehingga meskipun luasan daerahnya kecil tetapi tetap menjadi alternatif singgah bagi penduduk yang memiliki tingkat mobilitas tinggi. Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 28

14 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun PENDIDIKAN Pendidikan merupakan salah satu kunci sukses utama dalam proses pelaksanaan pembangunan daerah, karena dengan pendidikan maka akan dicapai sumber daya manusia yang berkualitas. Keberhasilan dalam pendidikan tidak lepas dari tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan baik dan lancar, yang diharapkan dapat menghasilkan output yang memuaskan. Berikut ini merupakan tabel sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Sukoharjo. Tabel 8. Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 JML MURID/ JML GURU, NO SEKOLAH JML SEKOLAH MAHASISWA DOSEN 1. SLB dan TK ,791 1, SD ,628 5,52 3. MI 72 9,696 1,6 4. SMP 62 29,631 2, MTs 14 4, SMU 22 1, SMK 26 15,332 1,1 8. MA 4 1, PT / AKADEMI 6 5,823 1, Kesehatan JUMLAH 1,3 2,796 13,551 Sumber : Dinas Pendidikan, 211. Untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia yang mandiri dan sejahtera telah ditempuh berbagai upaya pembangunan, diantaranya pembangunan di bidang kesehatan. Guna pencapaian sasaran tersebut pokok kebijakan yang penting adalah penyediaan sarana dan prasarana kesehatan sebagai kebutuhan pokok dalam upaya peningkatan derajat kesehatan manusia. Adapun sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo berupa: Banyaknya sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 29 adalah sebagai berikut : Rumah Sakit = 8 buah, Puskesmas = 12 buah, Balai Pengobatan = 36 buah, Rumah Bersalin = 25 buah, Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 29

15 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 Apotik = 127 buah, Industry Farmasi = 1 buah, Toko Obat = 5 buah, Laboratorium = 6 buah, Dokter Praktek = 391 orang, Dokter Gigi = 75 orang. Dokter dan Tenaga Paramedis pada Puskesmas dan Dinas Kesehatan sebanyak = 695 orang yang terdiri dari PNS = 571 orang, PTT = 121 orang dan Honorer = 3 orang. Di Kabupaten Sukoharjo setiap kecamatan sudah ada seorang dokter dan di sebuah puskesmas pembantu ada tenaga kesehatan yang dipimpin perawat atau bidan. Untuk menunjang seluruh upaya kesehatan agar dapat menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pembangunan kesehatan, kebijaksanaan yang harus ditempuh adalah pengembangan kesehatan yang berkelanjutan dan peningkatan sumber daya manusia di bidang kesehatan. Tabel 9. Jenis Penyakit Utama Yang di Derita Penduduk di Kabupaten Sukoharjo Tahun 29 No. Jenis Penyakit Jumlah Penderita % terhadap Total Penderita 1 ISPA 111, COMMON COLD 46, HYPERTENSI PRIMER 38, ARTHRITIS TIDAK SPESIFIK 32, GASTRISTIS 3, DIARE 22, ASMA 13, CONJUNCTIVITIS 6, PENY.KULIT INFEKSI LAIN 11, PHARINGITIS 2, DEMAM BERDARAH CHIKUNGUNYA Keterangan : 334,893 Sumber : Badan Pusat Statistik 12, 1, 8, 6, 4, 2, Jumlah Penderita ISPA COMMON COLD HYPERTENSI PRIMER ARTHRITIS TIDAK SPESIFIK GASTRISTIS DIARE ASMA CONJUNCTIVITIS PENY.KULIT INFEKSI LAIN PHARINGITIS DEMAM BERDARAH CHIKUNGUNYA Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 3

16 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun KONDISI SOSIAL MASYARAKAT Untuk melihat kondisi social masyarakat Kabupaten Sukoharjo dapat ditinjau dari 3 aspek yaitu (1) Struktur Ekonomi, (2) Kondisi Kemiskinan dan (3) kondisi Kesehatan. 1. Struktur Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita merupakan indikator yang dapat melihat keberhasilan pembangunan sekaligus tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum. PDRB per kapita merupakan nilai rata-rata dari pembagian antara PDRB dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Kemajuan ekonomi suatu daerah secara umum dapat dilihat dengan indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan PDRB dari tahun ke tahun berdasarkan harga konstan merupakan indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Berikut ini kami sajikan data PDRB menurut Lapangan Usaha atas dasar Harga Berlaku dan atas dasar Harga Konstan di Kabupaten Sukoharjo dari Tahun No Tabel 1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Sukoharjo Tahun Lapangan Usaha PDRB menurut Lapangan Usaha atas dasar Harga PDRB menurut Lapangan Usaha atas dasar Harga Berlaku (Rp. Juta) Konstan (Rp. Juta) Pertanian 1,419, ,571, , , Pertambangan dan Penggalian 6, , , , Industri Pengolahan 2,84,434. 2,373, ,33, ,359, Listrik, Gas, dan Air Minum 123, , , , Bangunan/Konstruksi 351, , , , Perdagangan, Hotel dan 1,781, ,72, ,26, ,263, Restoran. 7 Pengangkutan dan Komunikasi 399, , , , Keuangan, Sewa dan Jasa 238, , , Perusahaan 156, Jasa - Jasa 595, , , ,3.89 PDRB 7,54, ,41, ,33, ,54, Sumber : Sukoharjo Dalam Angka 21 Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 31

17 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 2,5,. PDRB Harga Berlaku PDRB Harga Konstan Pertanian 2,,. Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan 1,5,. Listrik,Gas dan Air Minum Bangunan/Konstruksi 1,,. Perdagangan,Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi 5,. Keuangan, Sewa & Jasa Persh Jasa-Jasa Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Sukoharjo, atas dasar harga berlaku pada tahun 28 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 27 yang didominasi oleh Industri Pengolahan, dimana pada tahun 28 mengalami peningkatan 29,53 %. Urutan kedua yaitu Perdagangan, Hotel dan Restoran yang mengalami peningkatan sebesar 29,53%, dan urutan ketiga yaitu di sector Pertanian yang pada tahun 28 mengalami peningkata sebesar 15,3 % Demikian juga PDRB per kapita Kabupaten Sukoharjo atas dasar harga konstan untuk tahun 28 juga mengalami peningkatan dibanding tahun 27. Untuk Industri Pengolahan tahun 28 mengalami peningkatan 26,74%. Perdagangan, Hotel dan Restoran yang mengalami peningkatan sebesar 27,29%, dan sector Pertanian yang pada tahun 28 mengalami peningkata sebesar 2,8% Besar kecilnya pendapatan daerah mencerminkan kemandirian suatu wilayah dalam membiayai pelaksanaan pembangunan di daerahnya. Pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah dan pendapatan yang berasal dari dana perimbangan. Sedangkan komponen Belanja terdiri dari belanja aparatur, adminitrasi umum, pegawai/personalia, belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas, belanja operasi dan pemeliharaan serta belanja modal dan pelayanan publik Total pendapatan daerah Kabupaten Sukoharjo tahun 21 mencapai Rp ,. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sukoharjo hanya sebesar Rp ,. Sementara itu, belanja daerah Kabupaten Sukoharjo sebesar Rp ,. Belanja daerah paling banyak digunakan untuk belanja tidak langsung (belanja aparatur negara). yaitu sebesar Rp ,. Dana Alokasi Umum (DAU) di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 21 mencapai Rp , sedangkan Dana Alokasi Khusus hanya sebesar Rp ,. Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 32

18 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Kondisi Kemiskinan Bahwa jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo pada tahun sebanyak orang. Berdasarkan data jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sukoharjo yang telah di inventarisir oleh Bidang Sosial Budaya pada BAPPEDA Kabupaten Sukoharjo dari tahun menunjukkan bahwa pada tahun 21 mengalami penurunan 5,21 % dibanding pada tahun 29. Dimana pada tahun 29 jumlah penduduk miskin sebanyak orang (42,9%) dari jumlah penduduk yang ada, sedangkan jumlah penduduk miskin pada tahun 21 sebanyak orang (36,69%) dari jumlah penduduk. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 11. Jumlah Penduduk Miskin dan Jumlah Kepala Keluarga Miskin Kabupaten Sukoharjo Tahun 21 No Desa / Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK Jumlah Penduduk Miskin Jumlah KK Miskin 1. Weru 63,467 17,893 28,424 8, Bulu 49,668 14,65 2,56 5, Tawangsari 62,199 18,781 33,48 8, Sukoharjo 94,344 29,556 26,71 7, Nguter 53,381 17,733 24,639 5, Bendosari 64,153 17,886 25,262 6, Polokerto Mojolaban 76,35 23,955 28,468 8, Grogol 13,429 39,451 42,251 11, Baki 69,581 2,35 24,388 7, Gatak 51,479 16,74 22,88 6, Kartasura 113,733 36,873 22,833 7, JUMLAH 895,98 273,5 328,412 92, Sumber : Bidang Sosbud BAPPEDA Kab. Sukoharjo 21. % % Penduduk Miskin Kecamatan Weru Bulu Tawangsari Sukoharjo Nguter Bendosari Polokerto Mojolaban Grogol Baki Gatak Kartasura Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 33

19 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 Tabel 12. Banyaknya KK Prasejahtera, Sejahtera I, Sejahtera II, Sejahtera III dan Sejahtera III + Per Kecamatan Tahun 29 No Kecamatan Jumlah KK Pra Sejahtera Sejahtera I Sejahtera II Sejahtera III Sejahtera III + Jumlah 1 Weru Bulu Tawangsari Sukoharjo Nguter Bendosari Polokerto Mojolaban Grogol Baki Gatak Kartasura JUMLAH Sumber : Sukoharjo dalam angka, 21 Kesehatan Lingkungan Banyaknya sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 29 adalah sebagai berikut : Rumah Sakit = 8 buah, Puskesmas = 12 buah, Balai Pengobatan = 36 buah, Rumah Bersalin = 25 buah, Apotik = 127 buah, Industry Farmasi = 1 buah, Toko Obat = 5 buah, Laboratorium = 6 buah, Dokter Praktek = 391 orang, Dokter Gigi = 75 orang. Dokter dan Tenaga Paramedis pada Puskesmas dan Dinas Kesehatan sebanyak = 695 orang yang terdiri dari PNS = 571 orang, PTT = 121 orang dan Honorer = 3 orang Sedangkan penderita penyakit menular di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 29 adalah sebagai berikut : Demam Berdarah Penderita = 371 orang, meninggal = 11 orang Diare Penderita = orang, meninggal = 4 orang Morbili Penderita = 151 orang, meninggal = orang Dipteri Penderita = 4 orang, meninggal = 1 orang Thypus Penderita = orang, meninggal = orang Malaria Penderita = orang, meninggal = orang. Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 34

20 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Perekonomian Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi; dengan kata lain mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dengan pemerataan yang sebaik mungkin. Perkembangan perekonomian dapat dilihat salah satunya dari besarnya Produk Domestik Regional Bruto dari tahun ke tahun. Untuk tahun 28 perekonomian Kabupaten Sukoharjo tumbuh sebesar 4,84 persen, lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun 27 yang tumbuh sebesar 5,11 persen. Perlambatan Pertumbuhan ekonomi ini sejalan dengan perlambatan perekonomian nasional akibat dampak dari krisis financial di akhir tahun 28. Kinerja perekonomian Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan yang dapat dilihat dari meningkatnya nilai nominal PDRB baik atas dasar harga berlaku mapun harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku tahun 28 mencapai 8,4 trilyun rupiah. Meningkat dua kali lipat apabila dibandingkan dengan tahun 27 sedang untuk PDRB atas dasar harga konstan mencapai 4,54 trilyun rupiah, juga mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 27. Struktur perekonomian Kabupaten Sukoharjo adalah Industri yang di dukung oleh sektor Perdagangan dan sektor Pertanian. kontribusi sektor Industri pada tahun 28 mencapai 29,52 persen, sektor Perdagangan sebesar 25,78 persen dan sektor Pertanian sebesar 19,54 persen dari total PDRB. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun 28 mencapai 9,63 juta rupiah, artinya terjadi peningkatan sebesar 13,26 persen apabila dibandingkan dengan tahun 27 yang mencapai 8,51 juta rupiah. Penyumbang PDRB Kabupaten Sukoharjo pada tahun 28 didominasi oleh tiga kecamatan yaitu Kecamatan Grogol dengan share sebesar 24,76 persen, Kecamatan Sukoharjo dengan share sebesar 19,87 persen dan Kartasura dengan share sebesar 16,2 persen. Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 35

21 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Visi dan Misi, Kabupaten Sukoharjo. Visi, misi, kebijakan dan program RPJMD disusun sebagai penjabaran dari visi dan misi pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih. Visi dan misi tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk dokumen perencanaan. Dengan memperhatikan kondisi, gambaran umum daerah maupun kebijakan pengembangan pembangunan daerah serta Peraturan Daerah RPJP Daerah Tahun Penetapan visi dan misi RPJMD adalah untuk menjembatani kondisi masa kini dengan kondisi masa depan, mengklarifikasi arah dan tujuan organisasi serta menumbuhkan inspirasi dan tantangan pembangunan. Berdasarkan hal diatas Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sukoharjo Tahun dirumuskan sebagai berikut: VISI : TERWUJUDNYA MASYARAKAT SUKOHARJO YANG SEJAHTERA, MAJU, DAN BERMARTABAT DIDUKUNG PEMERINTAHAN YANG PROFESIONAL Visi tersebut memiliki makna bahwa selama lima tahun kedepan merupakan tahap kedua pembangunan jangka panjang, yang memiliki empat kunci pokok yakni : Sejahtera Mengandung makna dalam lima tahun ke depan akan terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang diindikasikan dengan meningkatnya pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Sukoharjo yang berdampak pula pada menurunnya angka kemiskinan, serta peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai guna mendukung pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sukoharjo; Maju Mengandung Makna Kondisi pembangunan daerah yang dilandasi keinginan bersama untuk mewujudkan masa depan ekonomi, sosial dan lingkungan fisik yang lebih baik, didukung sumberdaya manusia yang unggul, profesional, berperadaban tinggi, berdaya saing, berakhlak mulia serta berwawasan ke depan; Bermartabat Mengandung Makna Kondisi kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang bertumpu pada nilai-nilai budi pekerti dan budaya yang luhur, mengedepankan etika, moral, maupun norma agama masyarakat; Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 36

22 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 Profesional Mengandung Makna bahwa Penyelenggaraan Pemerintahan yang baik (Partisipatif, Akuntable, Transparan dan Efisien) dan bersih (bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Secara keseluruhan visi tersebut mengandung pengertian bahwa dalam jangka waktu lima tahun kedepan, dapat terwujud kabupaten Sukoharjo yang memenuhi kebutuhan ekonomi baik material maupun spiritual sehingga dapat melayani seluruh aktivitas masyarakatnya, dengan didukung sumberdaya manusia yang berahklaq mulia dan berwawasan kedepan dengan tetap memperhatikan keberadaan potensi ekonomi lokal, dalam bingkai dan tatanan masyarakat yang senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai budi pekerti luhur yang didukung oleh pemerintahan yang profesional guna mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakat Sukoharjo MISI Untuk mewujudkan visi Kabupaten Sukoharjo tersebut, maka dijabarkan dalam 5 misi yang menjadi pedoman bagi pembangunan Kabupaten Sukoharjo: 1. Meningkatkan kualitas Pendidikan, Kesehatan, Kesejahteraan Masyarakat dan Pembangunan Infrastruktur yang terukur, terarah, adil, dengan memperhatikan kelestarian Lingkungan Hidup; Melalui misi ini pemerintah Kabupaten Sukoharjo ingin meningkatkan akses dan kualitas pendidikan bagi masyarakat dengan meningkatkan fasilitas pelayanan pendidikan baik jumlah, kualitas terutama penyebarannya, namun perluasan kesempatan belajar ini dibarengi pula dengan relevansi jenis dan jenjang pendidikan dengan kebutuhan masyarakatnya sehingga perluasan pendidikan dimaksud dapat efektif dan efisien. Selain itu pemerintah Kabupaten Sukoharjo ingin meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pola hidup sehat, pemerataan pelayanan kesehatan, meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana kesehatan serta peningkatan kualitas gizi masyarakat yang tiap tahunnya terus melanda Sukoharjo dan berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia. Melalui misi ini pula pemerintah Sukoharjo memandang peningkatan kesejahteraan masyarakat juga perekonomian, sangat bergantung pada kelayakan infrastruktur pembangunan yang ada. Untuk itu dalam lima tahun kedepan, pemerintah akan meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur baik dalam jumlah, kualitas serta penyebarannya terutama sarana dan prasarana pertanian, transportasi Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 37

23 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 darat, pendidikan, kesehatan dan ekonomi serta infrastruktur perumahan dan permukiman, dengan selalu memperhatikan Pelestarian Lingkungan Hidup. 2. Membangun Managemen Pemerintahan yang Profesional, Bersih dan yang berbasis pada Pelayanan Masyarakat; Melalui misi ini Bupati dan Wakil Bupati ingin menata dan membina aparatur pemerintah secara profesional serta menempatkan supremasi hukum sebagai landasan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan, dengan mengedepankan norma/kaidah hukum dalam masyarakat serta nilai-nilai sosial dan rasa keadilan masyarakat dalam rangka menciptakan pemeritahan yang bersih (clean goverment) dibarengi dengan peningkatan kualitas pelayanan pada masyarakat dengan slogan Melayani dengan Ihklas, serta mengembangkan sistem reward and punishment. 3. Mewujudkan Kondisi Masyarakat yang Aman, tentram, Demokratis dan Dinamis; Keamanan, ketertiban dan ketentraman merupakan kondisi yang diharapkan masyarakat melalui misi ini diharapakan agar masyarakat Sukoharjo dapat melangsungkan kehidupan dengan tenang dan damai, dan merupakan jaminan bagi terselenggaranya pembangunan untuk mewujudkan harapan dan cita-cita bersama. Kondisi yang aman, tertib dan tenteram akan terwujud apabila terdapat kesadaran kolektif dan komitmen dari seluruh stakeholder pembangunan terhadap berbagai ketentuan yang telah disepakati bersama, yang direalisasikan dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan hukum. 4. Mendorong Kemandirian Ekonomi yang berbasis pada pertanian dan industri serta pengelolaan Potensi Daerah; Melalui misi ini bupati dan wakil bupati ingin meningkatkan kesejahteraan penduduk yang saat ini cukup memprihatinkan akibat masih tingginya angka kemiskinan yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan perkapita, meningkatnya angka pengangguran, belum berkembangnya sektor riil serta rendahnya pertumbuhan dan produktivitas UKM dan Koperasi. Untuk itu perekonomian Sukoharjo yang saat ini masih mengandalkan sektorsektor tradisonal harus juga memperhatikan sektor-sektor non tradisional seperti industri dan tersier khususnya jasa-jasa dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada yaitu pertanian. Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 38

24 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama dan Bermasyarakat; Keimanan dan ketaqwaan adalah landasan moral dan etika yang tidak hanya memiliki muatan spiritual, tetapi juga muatan sosial, sehingga pada prakteknya tidak saja ditunjukan dengan ketaatan ritual individu, tetapi juga harus diaplikasikan dalam kehidupan sosial, sehingga tercipta kesalehan kolektif untuk merajut kehidupan bersama. Kesalehan sosial sebagai perwujudkan sifat masyarakat bertaqwa merupakan kesatuan utuh dari pengetahuan, sikap serta nilai-nilai yang mempengaruhi cara berfikir dan bertindak. Dalam perspektif agama, keimanan dan ketaqwaan yang terlefleksikan dalam kesalehan sosial merupakan syarat mutlak bagi tercapainya kesejahteraan. Keterkaitan antara Visi dan Misi Kabupaten Sukoharjo dengan kondisi sanitasi yang diharapkan adalah masyarakat hidup di lingkungan yang sehat, penduduknya berperilaku sehat serta terbebas dari penyakit dan berbagai gangguan kesehatan berbasis lingkungan Institusi dan Organisasi Pemda. Dalam melaksanakan tugas pemerintahan, Bupati Sukoharjo dibantu oleh seperangkat institusi Pemerintah Daerah yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda namun terorganisir dan merupakan suatu kesatuan, dengan rincian Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Bagan organisasi Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada gambar 7. Institusi pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi terkait dengan sanitasi ada sekitar 15 institusi, yaitu 1. Sekretaris Daerah (Setda); 2. Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan; 3. Asisten Perekonomian dan Pembangunan; 4. Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Setda; 5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda); 6. Dinas Pekerjaan Umum (DPU); 7. Badan Lingkungan Hidup (BLH); 8. Dinas Kesehatan (Dinkes); 9. Dinas Pendidikan; 1. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), 11. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Bapermasdes), 12. Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (KPPKB), 13. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), 14. Tim Penggerak Program Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Desa/Kelurahan; 15. Puskesmas. Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 39

25 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 Gambar 9 Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Sukoharjo Perda Kabupaten Sukoharjo No. 2 Tahun 28 BUPATI WAKIL BUPATI SEKRETARIS DAERAH KELOMPOK JABATAN ASISTEN PEMERINTAHAN ASISTEN PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN ASISTEN ADMINISTRASI UMUM STAF AHLI BAGIAN PEMERINTAHAN BAGIAN PEMERINTAHAN DESA BAGIAN HUKUM BAGIAN PEREKONOMIAN BAGIAN PEMBANGUNAN BAGIAN BINA SOSIAL BAGIAN ORGANISASI BAGIAN HUMAS BAGIAN PENGOLAHA N DATA ELEKTRONIK BAGIAN UMUM PEMERINTAHAN UMUM KELEMBAGAAN PEMDES PERATURAN PER-UU PRODUKSI PENYUSUNAN PROGRAM KEAGAMAAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KELEMBAGAAN PENGUMPULAN PENGOLAHAN & PEMBERDAYAAN INFORMASI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI TATA USAHA KERJASAMA ANTAR DAERAH DAN OTDA PEMERINTAHAN DESA BANTUAN HUKUM DAN PENGKAJIA N PENGEMBANGAN DUNIA USAHA PENGENDALIAN SKESEH, KB, DAN MASALAH SOSIAL KETATALAK SANAAN PEMBERITAAN MEDIA MASSA DAN SANTEL PENDAYAGUNAA N TEKNOLOGI INFORMASI KEUANGAN PERTANAHAN PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DOKUMENTASI DAN EVALUASI PRODUK HUKUM SARANA PEREKONOMIAN PELAPORAN PEMUDA, OR, DAN KETENAGAKERJ PAN DAN KEPEGAWAIAN PRPTOKOL TELEMATIKA RUMAH TANGGA DAN PERLENGKAPAN Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 4

26 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun TINJAUAN TATA RUANG DAN KEBIJAKAN RTRW Dalam rangka penjabaran arah kebijaksanaan yang telah dituangkan dalam pola dasar pembangunan daerah untuk lebih mengetahui hakekat pembangunan daerah agar segala permasalahan yang ada dapat dipahami dan dipecahkan serta segala potensi yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dengan mempertimbangkan lingkungan, diperlukan arah kebijaksanaan tata ruang daerah sebagai berikut : Pembangunan Desa dan Kota, Kebijaksanaan Pembangunan Desa di Kabupaten Sukoharjo diarahkan untuk meningkatkan kegiatan pembangunan di wilayah pedesaan di dalam jaringan wilayah yang lebih luas yang perlu diwujudkan dengan menekankan pengembangan swadaya dan prakarsa masyarakat pedesaan. Sedangkan kebijaksanaan Pembangunan Daerah perkotaan di Kabupaten Sukoharjo diarahkan pada pertumbuhan kota sebagai pusatpusat pengembangan wilayah yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan potensi sosial ekonomi wilayah yang bersangkutan. Pendekatan tata ruang pedesaan dan perkotaan ini memadukan dinamika pembangunan yang tumbuh di daerah pedesaan di satu pihak dengan pengaruh pertumbuhan perkotaan di lain pihak. Berdasarkan kebijakan perwilayahan, Perwujudan pusat kegiatan berupa pelaksanaan pembangunan meliputi: 1. Pengembangan dan pemantapan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). 2. Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp). 3. Pemantapan fungsi pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). 4. Pemantapan fungsi pengembangan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Untuk masing-masing pelaksanaan pembangunan dapat kami jelaskan sebagai berikut : 1. Pengembangan dan pemantapan PKL meliputi : a. pengembangan PKL kawasan perkotaan Kecamatan Sukoharjo sebagai: 1) pusat pemerintahan kabupaten. 2) pusat pendidikan skala kabupaten. 3) pusat pelayanan kesehatan skala kabupaten. 4) pusat perdagangan dan jasa. 5) Industri. 6) permukiman perkotaan. 7) pengembangan pertanian. 8) stasiun penumpang kereta api. 9) terminal penumpang tipe B. Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 41

27 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 b. pengembangan PKL kawasan perkotaan Kecamatan Kartasura sebagai: 1) pusat pendidikan. 2) pusat pelayanan kesehatan skala regional. 3) pusat perdagangan dan jasa. 4) terminal penumpang tipe B. 5) permukiman perkotaan. 6) Industri. 7) markas pertahanan dan keamanan. 2. Pengembangan PKLp sebagai: a. pusat pendidikan. b. pusat pelayanan kesehatan. c. pusat perdagangan dan jasa. d. industri. e. pariwisata. f. permukiman perkotaan. 3. Pengembangan PPK sebagai: a. pendidikan menengah. b. pelayanan kesehatan skala kawasan. c. perdagangan dan jasa. d. industri. e. pertanian. f. permukiman perkotaan. 4. Pengembangan PPL sebagai: a. sentra industri dan kerajinan. b. perdagangan. c. pertanian. Perwujudan struktur ruang didukung dengan rencana rinci kabupaten terutama untuk PKL, PKLp,PPK, PPL, dan Kawasan Strategis Kabupaten. Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 42

28 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 211 Gambar 1. Peta Struktur Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo Sumber Data : Perda RTRW No. 14 Kabupaten Sukoharjo, Tahun 211 Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo II - 43

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera BAB - V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan rangkaian kegiatan pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 4.1 VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 Mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Pembangunan Daerah Dalam kampanye yang telah disampaikan, platform bupati terpilih di antaranya sebagai berikut: a. Visi : Terwujudnya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obyek wisata adalah sesuatu yang ada didaerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat berupa bangunan seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah suatu proses yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah suatu proses yang berkesinambungan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah suatu proses yang berkesinambungan dengan tujuan akhir untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hasil dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN Rancangan Sekolah Luar Biasa tipe C yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Klaten. Perencanaan suatu pembangunan haruslah mengkaji dari berbagai aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lumajang tahun 2015-2019 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. a. Bagian ujung sebelah timur :110 57' 33,70" B.T. b. Bagian ujung sebelah barat: ' 6,79" B.T.

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. a. Bagian ujung sebelah timur :110 57' 33,70 B.T. b. Bagian ujung sebelah barat: ' 6,79 B.T. BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Sukoharjo terletak dibagian tenggara Propinsi Jawa Tengah, lebih tepatnya pada posisi sebagai berikut: a. Bagian ujung sebelah timur :110

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. PROFIL KABUPATEN KULON PROGO Berdasarkan website resmi Pemerintah Kabupaten Kulon Progo (www.kulonprogo.go.id), profil daerah Kabupaten Kulon Progo yaitu: 1. Kondisi

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya dalam Pasal 1, angka 12 disebutkankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga 22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam perumusan strategi didasarkan pada kriteria : 1. Strategi yang realistis untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan 2. Menganalisis dan mengevaluasi faktor faktor

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi bencana cukup besar. Hal ini dikarenakan kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 (tiga)

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh: RORI ANJARWATI K 100 050 185 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Malang 2014 SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH 1 Penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJPD Provinsi Jawa Timur dengan memperhatikan

Lebih terperinci

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah disertai pertambahan penduduk dengan pergerakan yang tinggi mempengaruhi peningkatan mobilitas antar Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI

BAB IV VISI DAN MISI BAB IV VISI DAN MISI 4.1. VISI DAN MISI KOTA BOGOR Dalam penyusunan Visi dan Misi Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor tidak terlepas dari Visi dan Misi Kota Bogor, adapun Visi, Misi Kota Bogor adalah sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4 DAFTAR ISI Halaman: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Pemerintahan... 1 1.2 Kepegawaian... 2 1.3

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1. Visi Proses Pembangunan Kabupaten Musi Rawas lima tahun ke depan tidak bisa dilepaskan dari capaian kinerja lima tahun terakhir, selain telah menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kesejahteraan masyarakat adalah kata kunci indikator keberhasilan pembangunan. Kesejahteraan yang memiliki dimensi : 1) Kesejahteraan yang dinikmati oleh seluruh komponen masyarakat 2)

Lebih terperinci

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang 33 BAB III OBYEK LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN 3.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi terletak antara 106 derajat 49 sampai 107 derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS RPJMD ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 yang disusun dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 20122

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan fakta

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan fakta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan fakta bahwa sebagian besar mata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

Disampaikan pada Sosialisasi RP2KP/SPPIP Semarang, 5 Juni 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO

Disampaikan pada Sosialisasi RP2KP/SPPIP Semarang, 5 Juni 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO Disampaikan pada Sosialisasi RP2KP/SPPIP Semarang, 5 Juni 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DITJEN CIPTA KARYA SNVT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN JATENG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO Kerangka Penyajian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo VISI : PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS MISI I : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang perekonomian pada suatu wilayah adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan sejauh

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun VIII-1VIII-1 Komitmen Bupati Mandailing Natal yang akhirnya menjadi visi daerah adalah terwujudnya masyarakat Kabupaten Mandailing Natal yang yang Religius, Mandiri, Sehat dan Sejahtera melalui Peningkatan

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Pada awal tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Tangerang memasuki babak baru pembangunan daerah seiring terpilihnya kepala daerah baru. Dalam masa jabatannya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci