AKTIVITAS ENZIM KITINASE DAN PROTEASE PADA CENDAWAN NEMATOFAGUS (Duddingtonia flagrans DAN Saccharomyces cerevisiae)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKTIVITAS ENZIM KITINASE DAN PROTEASE PADA CENDAWAN NEMATOFAGUS (Duddingtonia flagrans DAN Saccharomyces cerevisiae)"

Transkripsi

1 AKTIVITAS ENZIM KITINASE DAN PROTEASE PADA CENDAWAN NEMATOFAGUS (Duddingtonia flagrans DAN Saccharomyces cerevisiae) (Kitikase and Protease Enzym Activity on Nemotophagus Fungi (Duddingtonia Flagrans and Saccharomyces Cerevisiae)) R.Z. AHMAD Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata 30, Bogor ABSTRACT Enzymes are proteins that catalyze chemical reactions, and that convert molecule arrangements into different molecules form (products). Chitinase and protease enzyme are needed by nematophagous fungi in the mechanism to kill nematode worms. In this experiment nematophagous fungi Duddingtonia flagrans and Saccharomyces cerevisiae were inspected for the contents of enzyme activities. The aim of this experiment is to study chitinase and protease enzymes that may be contained by both fungi above. The inspection of enzyme on intracellular and extracellular fungi was at Institute of Agriculture Bogor (IPB) and Research Institute for Veterinary Science (BBalitvet) Bogor. The observation on intra cellular was conducted by sonicating the harvest isolates, and then adding some chemical reaction, then reading the activities in spectrophotometer. The observation on the activity of extra cellular enzyme was done by adding a trigger (protein or chitin) in harvested isolates, and then incubating them for 4 days, and then adding some chemical reactions, then reading their activities in spectrophotometer. The result of experiment showed that intracellular chitinase activities in D. flagrans and S. cerevisiae are units/g and units/g respectively, while those of protease are: units/g and unit/g. The tests on chitinase extracelluler activities in D. flagrans and S. cerevisiae were units/g and units/g, while protease content was unit/g and 0.00 unit/g respectively. The conclusion of this study is that the amount of activity of protease enzyme from nematophagous fungi D. flagrans is significantly (P < 0.05) bigger than that of S. cerevisiae. While the amount of activity of chitinase enzyme S. cerevisiae is significantly (P < 0.05) bigger than that of D. flagrans. Key Words: Chitinase, Protease, D. flagrans, S. cerevisiae ABSTRAK Enzim adalah protein sebagai katalis yang mempercepat suatu reaksi kimia dan merubah suatu susunan molekul menjadi molekul dalam bentuk lain (produk). Enzim kitinase dan protease diperlukan cendawan nematofagus di dalam mekanisme membunuh cacing nematoda. Pada percobaan ini cendawan nematofagus Duddingtonia flagrans dan Saccharomyces cerevisiae diperiksa aktivitas enzim yang dikandungnya. Tujuan dari percobaan ini untuk mempelajari aktivitas enzim kitinase dan protease yang mungkin dimiliki kedua cendawan isolat lokal tersebut di atas. Pengujian enzim terhadap intra dan ekstraseluler cendawan dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar Penelitian Veteriner (BBalitvet) Bogor. Pengujian aktivitas enzim intra seluler dilakukan dengan cara mensonikasi isolat yang telah dipanen dan kemudian menambahkan beberapa reaksi kimia lalu dibaca aktivitasnya pada spektrofotometer. Pengujian aktivitas enzim ekstraseluler dilakukan dengan cara menambahkan trigger (protein atau kitin) pada isolat yang telah dipanen lalu menginkubasikan selama 4 hari dan kemudian menambahkan beberapa reaksi kimia lalu dibaca aktivitasnya pada spektrofotometer. Hasil percobaan ini adalah aktivitas kitinase intraseluler pada D. flagrans dan S. cerevisiae sebesar: 3,180 unit/g dan 4,256 unit/g sedangkan protease adalah: 7,131 unit/gr dan 0,005 unit/g. Sedangkan uji aktivitas enzim ekstraseluler kitinase pada D. flagrans dan S. cerevisiae adalah: 2,172 g/unit dan 2,181 unit/g, sedangkan kandungan proteasenya adalah 0,0003 unit/g dan 0,00 unit/g. Kesimpulan dari percobaan ini adalah jumlah aktivitas enzim protease cendawan nematofagus D. flagrans lebih besar dari pada S. cerevisiae secara nyata (P < 0,05). Sedangkan jumlah aktivitas kitinase pada S. cerevisiae lebih besar dari pada D. flagrans secara nyata (P < 0,05). Kata Kunci: Kitinase, Protease, D. flagrans, S. cerevisiae 885

2 PENDAHULUAN Enzim merupakan protein untuk katalis (percepatan) reaksi kimia. Enzim tersebut akan merubah suatu susunan molekul menjadi susunan lain yang lebih sederhana berupa produk, bereaksi secara spesifik, dan bekerja seperti kunci dan gembok, artinya suatu aktivitas enzim hanya bereaksi terhadap susunan molekul tertentu. Aktivitas kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti inhibitor (memperlambat reaksi), aktivator (mempercepat reaksi), kofaktor, koenzim, suhu, ph, konsentrasi dari substrat (WIKIPEDIA. Enzim kitinase adalah enzim pencerna yang memecah ikatan glikosida dalam kitin, menghidrolisis kitin menjadi kitosan. Enzim ini dapat digambarkan dari rangkaian molekulmolekul penyusunnya berbentuk seperti pita (Gambar 1) (SOMASHEKAR dan JOSEPH, 1996). Sedangkan enzim protease adalah enzim yang memecah protein menjadi peptida atau ikatan asam amino yang lebih sederhana. Protease terdiri dari asam aspartat, asam glutamik cysteine metallo, serine, dan threonine. Enzim protease dapat digambarkan dari rangkaian molekul-molekul penyusunnya berbentuk seperti pita (Gambar 2) (WIKIPEDIA, Protein sendiri artinya adalah kumpulan asam amino yang disusun oleh rantai linier yang mempunyai gugus karboksil dan amin nitrogen, polimer linier yang dibuat dari 20 L-α asam amino yang berbeda. Sementara itu Kitin mempunyai arti berbeda yaitu Polisakarida yang tidak larut terdiri dari β (1 4) berikatan dengan N-asetil D-Glukosamin (GLc Nac) unit. Kitin merupakan polisakarida yang banyak ditemukan di alam sebagai komponen struktur kepiting, serangga, cacing, cendawan dan tumbuhan lain (GOODAY, 1994). Protein dan kitin merupakan bagian materi penyusun struktur larva dan telur cacing Haemonchus contortus. Cacing ini mempunyai pelindung kutikula yang mengandung lapisan kitin dan protein. Telur cacing juga mempunyai beberapa lapisan pelindung dan diantara lapisan tersebut adalah lapisan pelindung lipoprotein dan kitin (CROLL dan MATTHEW, 1977). Di dalam pengendalian cacing, cendawan D. flagrans dan S. cerevisiae membunuh cacing memerlukan bantuan enzim kitinase dan protease, sehingga keberadaan enzim-enzim ini sangat diperlukan oleh cendawan nematofagus di dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kedua enzim ini dipakai pada saat penetrasi telur dan cacing. Lapisan struktur pelindung larva cacing dan telur tersebut akan dilisiskan kemudian cendawan akan masuk dan mengambil nutrisi. Virulensi beberapa cendawan nematofagus seperti Arthrobotrys spp dan D. flagrans ditentukan aktivitasnya dengan keberadaan enzim kitinase dan protease (serin protease) (PARK et al. 2000; HUANG et al. 2004; MEYER dan WIEBE, 2003). Oleh karena itu penting kiranya diketahui kemungkinan keberadaan kandungan enzim kitinase dan protease yang terdapat pada cendawan D. flagrans dan S. cerevisiae isolat lokal. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari aktivitas enzim intraseluler dan ekstraseluler yang terkandung oleh cendawan D. flagrans dan S. cerevisiae isolat lokal. Gambar 1. Struktur pita molekul kitinase Sumber: SEWONSUH (2007) Gambar 2. Struktur pita molekul protease Sumber: ARGONNE (2003) 886

3 Isolat cendawan MATERI DAN METODE Isolat D. flagrans yang digunakan ialah isolat lokal yang telah dikarakterisasi (AHMAD, 2003). Sedangkan S. cerevisiae yang digunakan adalah isolat yang diisolasi dari Cianjur pada tahun 2002 (ISTIANA et al., 2002). Kedua isolat lokal yang digunakan berasal dari biakan yang disimpan dalam media Souborouth Dextrosa Agar (SDA) dan diremajakan setiap 4 bulan. Isolat diperbanyak dengan media SDA sesuai keperluan. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi IPB, dan Balai Besar Penelitian Veteriner. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dimulai bulan Juni sampai dengan bulan Desember tahun Isolat-isolat lokal diperbanyak dan dipanen, selanjutnya dilakukan pemeriksaan aktivitas kandungan enzim kitinase dan protease khamir S. cerevisiae dan kapang D. flagrans. Perbanyakan S. cerevisiae dilakukan dengan cara menginokulasikan dan menginkubasi isolat pada suhu kamar (22 30 C) selama 3 hari dan D. flagrans selama 10 hari pada medium Potato Dekstrosa Agar (PDA), kemudian dipanen di Laboratorium Mikologi Bbalitvet. Cendawan hasil panen selanjutnya dibawa ke Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi IPB untuk diperiksa aktivitas enzimnya. Cendawan tersebut disonikasi, lalu diperiksa aktivitas enzim kitinase dan protease yang dikandungnya untuk enzim intraseluler. Sedangkan untuk enzim ekstraseluler cendawan tersebut ditambahkan trigger (kitin atau protein) diinkubasikan 2 hari pada suhu kamar kemudian diperiksa aktivitas enzimnya. Pengukuran aktivitas kitinase Pemeriksaan aktivitas kitin dilakukan menurut Imoto dan Yagashita (1971) yang telah dimodifikasi dilakukan dalam beberapa tahap seperti sebagai berikut: a. Penyiapan koloidal kitin Ke dalam Erlenmeyer dimasukkan 20 g kitin, lalu ditambahkan 400 ml HCl pekat, setelah itui ditutup rapat dan dibiarkan semalam pada temperatur 4 C, kemudian disaring dengan menggunakan glasswool, filtrat yang didapat ditambahkan 200 ml air dingin dan ph larutan diatur menjadi 7,0 dengan menambahkan secara perlahan-lahan NaOH 10 N. Disentrifugasi pada 7000 rpm, suhu 4 C selama 10 menit. Filtrat dibuang dan pelet ditambahkan dengan air dingin kemudian disentrifugasi lagi dengan kondisi yang sama Pelet (koloidal kitin) disimpan pada 4 C (siap untuk digunakan). b. Pengukuran aktivitas kitinase Aktivitas enzim kitinase ditentukan berdasarkan jumlah N-asetil-D glukosamin yang dibebaskan hidrolisa substrat koloidal kitin. Senyawa N-asetil-D- glukosamin diukur dengan metode Schales (IMOTO dan YAGASHITA, 1971) yang telah dimodifikasi. Satu unit aktivitas dinyatakan sebagai jumlah N-asetil_D-glukosamin (M mol) yang terbentuk permenit pada kondisi assaynya. Untuk mengukur aktivitas enzim kitinase setiap contoh diikuti dengan kontrol. Contoh terdiri dari 200 μl substrat koloidal kitin 0,3%, 200 μl buffer fosfat ph 7 0,02 M dan 200 μl larutan enzim diinkubasi selama 30 menit pada suhu 55 C. Campuran tersebut kemudian disentrifugasi rpm, 4 menit pada suhu 4 C. 500 μl filtratnya diambil, ditambahkan 500 μl akuades dan 1 ml pereaksi Schales, direbus selama 10 menit untuk menghentikan aktivitas enzim dan setelah dingin diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm. Kadar GLC Nac pada contoh (Xc) dihitung berdasarkan kurva standar, Kontrol terdiri dari 200 μl substrat koloidal kitin 0,3%, 200 μl buffer fosfat ph 7 (0,02 M), diinkubasi pada kondisi yang sama dengan contoh, setelah disentrifugasi 300 μl filtrat diambil ditambah dengan 200 μl larutan enzim dan diperlakukan sama dengan contoh. Kadar Glc kontrol (Xk) dihitung dari kurva standar. Pengukuran aktivitas protease Untuk pemeriksaan aktivitas protease menurut BERGMEYER dan GRASS (1983) yang dimodifikasi sebagai berikut: 887

4 a. Disiapkan 3 tabung untuk tabung contoh, standard dan blanko. Kemudian ditambahkan buffer Fosfat berph 7, dan buffer Kasein pada setiap tabung sebanyak 1 ml, kemudian pada tabung contoh ditambahkan 0,2 ml larutan enzim dan tabung standar ditambah kan 0,2 ml Tirosin, dan tabung blanko ditambahkan 0,2 ml akuades, setelah itu diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37 C. b. Pada setiap tabung dimasukkan 2 ml TCA dan akuades dimasukkan pada tabung contoh sebanyak 0,2 ml. sedangkan pada tabung standard dan tabung blanko dimasukkan larutan enzim (contoh) sebanyak 0,2 ml. Kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37 C, dan disentrifugasi pada 4000 rpm selama 10 menit. c. Selanjutnya menyiapkan 3 tabung baru dan pada setiap tabung ditambahkan masingmasing supernatan dari larutan di atas sebanyak 1,5 ml, lalu ditambahkan 5 ml Na 2 CO 3 dan 1 ml larutan pereaksi Folin. Kemudian diinkubasikan selama 20 menit pada suhu 37 C, lalu diukur absorbensinya pada panjang gelombang λ 578 nm. Parameter yang diamati adalah perubahan warna (panjang gelombang) pada spektrofotometer yang selanjutnya dikonversikan dengan aktivitas enzim pergramnya. Pemeriksaan enzim-enzim dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Hasil yang didapat diuji secara statistik untuk membedakan produksi enzim kedua cendawan tersebut dengan uji Duncan dan Bonferroni (STELL dan TORRIE, 1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Cendawan D. flagrans dan S. cerevisiae adalah 2 isolat yang berbeda genus sehingga cara hidup dan berkembang biaknya berlainan. D. flagrans adalah termasuk golongan kapang sedangkan S. cerevisiae adalah khamir. Kemampuan berkembang biak S. cerevisiae lebih besar dan cepat dibandingkan dengan kapang D. flagrans (DUBE, 1996). Demikian pula dengan produksi enzim-enzim yang dihasilkan oleh S. cerevisiae lebih banyak dibandingkan produksi D.flagrans selain kitinase dan protease yaitu seperti invertase, asam fosfatase, melibiase, katalase, glukanse, glukosidase, glukoamilase, fosfolipase (LAMPEN, 1968; LODDER, 1970). Namun kapang D. flagrans lebih mampu bertahan hidup di alam bebas dibandingkan S. cerevisiae karena D. flagrans mempunyai klamidospora (modifikasi hifa untuk reproduksi), klamidospora ini dapat bertahan sampai berbulan-bulan dari kekeringan (GRONVOLD et al., 1996). Dari perbedaan karakter diatas tentunya kedua cendawan tersebut akan menghasilkan jumlah enzim yang berbeda. Enzim-enzim tersebut digunakan cendawan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk mencerna bahan tertentu yang keras dan kemudian mengambil nutrisi yang dibutuhkannya. Pada proses pemeriksaan enzim sangat tergantung pada ketrampilan operator pelaksana, bila tidak terampil hasil yang didapat akan berbeda. Berikut ini adalah hasil aktivitas enzim yang dikandung oleh D. flagrans dan S. cerevisiae. Kandungan aktivitas enzim unit pergram contoh yang dimiliki kedua cendawan tersebut berbeda hasilnya. Pengukuran aktivitas enzim ini dibaca dengan spektrofotometer yang terbatas kemampuan membacanya, jadi meskipun pada hasil pemeriksaan nilai 0 unit/gr seperti pada protease yang dimiliki S. cerevisae (Tabel 2) belum tentu tidak ada, bisa pula belum dapat terbaca atau terdeteksi karena kandungan enzimnya sangat kecil. Tabel 1. Rataan aktivitas enzim intraseluler Kitinase dan Protease yang dimiliki oleh D. flagrans dan S. cerevisiae (n = 3) Aktivitas unit/g contoh Nama enzim S. cerevisiae D. flagrans Kitinase 4, a ± 0,0125 3,18045 a ± 0,0080 Protease 0, c ± 0,0032 7, d ± 0, Angka-angka dengan huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05) 888

5 Tabel 2. Rataan aktivitas ekstraseluler enzim kitinase dan protease yang dimiliki oleh D. flagrans dan S. cerevisiae (n = 3) Aktivitas unit/g Nama enzim S. cerevisiae D. flagrans Kitinase 2,18115 a ± 0,003 2, c ±0,0127 Protease 0 b ±0 0,0003 b ± 0,0001 Angka-angka dengan huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P< 0,05) Hasil uji pada Tabel 1 dan 2 didapat dengan cara membuat kurva persamaan standar, Untuk uji protease mempunyai persamaan Y = -0,0039x + 1,0119 dengan R 2 = 0,987. Sedangkan Kitinase Y= -0,0048x + 1,0445. dengan R 2 = 0,9949 pada absorbansi 420 nm. Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa kedua isolat cendawan tersebut memiliki enzim kitinase maupun protease, tetapi kandungan enzim keduanya mempunyai komposisi berbeda. Aktivitas enzim protease yang dimiliki cendawan D. flagrans lebih tinggi dari pada S. cerevisiae, sebaliknya enzim kitinase yang dimiliki cendawan S. cerevisiae lebih tinggi dari pada D. flagrans. Sehubungan uji ini dilakukan dengan metode IMOTO dan YAGASHITA (1971) yang telah dimodifikasi, dan metode BERGMEYER dan GRASS (1983) maka diperoleh hasil seperti di atas, bila diganti metodenya hasil yang didapat akan sedikit berbeda meskipun tidak berbeda jauh nilai enzimnya. Adapun pada Tabel 1 enzim yang diuji adalah kandungan enzim intraseluler karena yang diperiksa adalah hasil sel-sel yang telah dihancurkan setelah melalui proses sonikasi. Kandungan (aktivitas) enzim kitinase intraseluler S. cerevisiae dan D. flagrans tidak beda nyata secara statistik (P > 0,05), tetapi jumlah aktivitas enzim protease D. flagrans lebih besar dari pada S. cerevisiae dan berbeda nyata secara statistik (P < 0,05). Pada enzim intraseluler faktor utama yang mempengaruhi produksi enzim adalah faktor dalam yaitu kandungan gen penghasil enzim yang dimiliki cendawan tersebut. Diduga gen-gen penghasil enzim protease yang dimiliki oleh D. flagrans lebih banyak dibandingkan S. cerevisiae. Sebaliknya untuk aktivitas enzim ekstra seluler sangat banyak dipengaruhi faktor luar. Namun di dalam proses kehidupannya kedua enzim ini dipakai oleh cendawan tersebut dengan cara kerja sinergis untuk melisiskan protein dan kitin. Pada pengujian aktivitas enzim ekstraseluler berbeda pula jumlah kandungan dan perbandingan komposisi enzimnya dibandingkan dengan intraseluler. Pada pengujian kitinase kedua cendawan tersebut memiliki kandungan enzim yang hampir sama yaitu 2,18 dan 2,17 unit/g, demikian pula kandungan enzim protease keduanya hampir tidak terbaca aktivitasnya sampai 4 desimal, 0,0003 unit/gr artinya meskipun D. flagrans memiliki enzim protease namun sangat kecil. Pada Tabel 2 secara statistik aktivitas enzim protease yang dimiliki kedua cendawan tersebut tidak berbeda nyata (P > 0,05), tetapi jumlah aktivitas enzim kitinase S. cerevisiae beda nyata (P < 0,05) lebih besar dari pada D. flagrans. Bila dibandingkan dengan Tabel 1 di atas hasil pengujian adalah sebaliknya. Perbedaan aktivitas enzim intraseluler yang lebih tinggi dari enzim ekstraseluler, belum membuktikan bahwa enzim yang dihasilkan intraseluler lebih tinggi dari ekstra seluler, karena banyaknya enzim yang dihasilkan sangat dipengaruhi berbagai faktor-faktor seperti trigger (zat yang merangsang cendawan mengeluarkan enzim), waktu inkubasi, purifikasi, ph, enzim lainnya, suhu yang optimal, sehingga tentunya dengan prosedur di atas hasil belum maksimal (FERNANDEZ et al., 1982; PARK et al., 1997; SHIGEMATSU et al. 1993). Namun sebenarnya kedua cendawan tersebut mempunyai kemampuan menghasilkan enzim-enzim tersebut karena pada dasarnya isolat tersebut memiliki gen yang akan memproduksi enzim-enzim tersebut. Pada khamir S. cerevisiae dengan gen CYM1 dan Ssy 5 P mempunyai kemampuan menghasilkan enzim Protease dan gen CTS1-2 adalah gen 889

6 yang memiliki kemampuan menghasilkan gen Kitinase (BULIK et al., 2003; JONSON, 2004; CARTENS, 2003; POULSEN, 2006). Sedangkan kapang D. flagrans memiliki enzim protease dan kitinase (MEYER dan WIEBE, 2003). Tetapi di dalam menghasilkan enzim-enzim tersebut isolat cendawan dipengaruhi berbagai faktor seperti yang dijelaskan di atas. Enzim Kitinase dan protease diperlukan di dalam proses membunuh larva H. contortus. Enzim-enzim ini digunakan utuk mendegradasi dan melisiskan dinding kulit larva cacing. Selanjutnya larva akan mati dijerat, dan cendawan akan masuk ke dalam tubuh larva yang selanjutnya akan berkembang biak serta mengambil nutrisi dari larva tersebut (GRONVOLD et al., 1993). Selain itu diduga pula enzim-enzim ini berperanan mempengaruhi proses rusaknya saluran reproduksi testis dan ovarium cacing dewasa. Degenerasi testis dan ovum akan menyebabkan penurunan jumlah larva cacing. KESIMPULAN Aktivitas enzim protease cendawan nematofagus kapang D. flagrans berbeda secara nyata (P < 0,05) lebih besar dari pada khamir S. cerevisiae. Sedangkan besarnya aktivitas kitinase S.cerevisiae berbeda secara nyata (P < 0,05) lebih besar dari D. flagrans. DAFTAR PUSTAKA AHMAD, R.Z Potensi Duddingtonia flagrans sebagai cendawan nematofagus. J. Mikol. Ked. Indon. 5: ARGONNE ANL_News/Argonne_News_2003.htm. (13 Juni BERGMEYER and GRASS Method of Enzymatic Analysis. Third Edition. VCH (Verlagsgesellschaft), Meinheim, Germany. Volume II (Samples, reagents, assesment of results). pp BULIK, D.A., M. OLEZAK, H.A.LUCERO, B.C. OSMOND, P.W. ROBBINS and C.A. SPECHT Chitin synthesis in Saccharomyces cerevisiae in response to supplementation of growth medium with glucosamine and cell wall stress. Eukaryotic Cell. 2(5): CARTENS, M., M.A. VIVIER, P. VAN RENSBURG and I.S. PRETORIUS Overexpression, secretion and antifungal activity of the Saccharomyces cerevisiae chitinase Abstract. Annals of Microbiology, 53: _15.pdf. (18 Mei 2006). CROLL, A.C. and B.E. MATTHEW Biology of nematodes. Blackie & Sun limited Bishopbriggs glasgow. Thompson Litho Ltd. East kilbride Scotland. DUBE, H.C An Introduction to Fungi. Vikas Publishing House PVT Ltd. Delhi. Second edition. FERNANDEZ, M.P., U. JUELITA, CORREA and E. CABIB Activation ofchitin synthetase in permeabilized cells of a Saccharomyces cerevisiae mutantb lacking proteinase B. J. Bacteriol. pp GOODAY, G.W Physiology of microbial degradation of chitin andchitosan. In: Biochemistry of Microbial Degradation. RABLEDGE, C. (Ed.). Kluwer Academic pulb., Netherland. pp GRONVOLD, J., J. WOLSTRUP, P. NANSEN, S.A. HENRIKSEN, M. LARSEN and J. BRESCIANI Biological control of nematode parasites in cattle with nematode-trapping fungi: A survey of Danish studies. Veterinary Parasitol. 48: GRONVOLD, J., J. WOLSTRUP, P. NANSEN, S.A. HENRIKSEN, M. LARSEN and J. BRESCIANI Biological control of nematode parasites in cattle with nematode-trapping fungi: a survey of Danish studies. Veterinary Parasitol. 48: GRONVOLD, J., P. NANSEN P, S.A. HENRIKSEN, M. LARSEN, J. WOLSTRUP, J. BRESCIANI, H. RAWAT and L. FRIBERT Induction of traps by Ostertagia ostertagi larvae, chlamydospore production and growth rate in the nematode-trapping fungus Duddingtonia flagrans. J. Helminthol. 70: HUANG, X., N. ZHAO and K. ZHANG Extracellular enzymes serving as virulence factors in nematophagous fungi involved in infection of the host. Res. Microbial. 155(10): IMOTO, I. dan K. YAGASHITA A simple activity measurement of lisoenzyme. Agric. Biol. Chem. 35:

7 ISTIANA, E. KUSUMANINGTYAS, D. GHOLIB and S. HASTIONO Isolasi dan identifikasi Saccharomyces cerevisae beserta in vitro terhadap (Salmonella typhimurium). Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Ciawi, Bogor, 30 September 1 Oktober Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm JONSON, L., J.F. REHFELD and A.H. JONSON Enhanced peptide secretion by gene disruption of CYMI, a novel protease in Saccharomyces cerevisiae. Europan J. Biochemistry. issue : LAMPEN, O.J External enzymes of yeast: Their nature and formation. Antonie van Leeuwenhoek. (34): LODDER, J The Yeast A Taxonomic Study. Second revised and enlarged edition, the Netherland, Northolland Publishing Co., Amsterdam. MEYER, W.J. and M.G. WIEBE Enzyme production by nematode-trapping fungus, Duddingtonia flagrans. Biotechnol. Lett May; 25: (abstrak) PARK, J.O., W. GAMS, M. SCHOLLER, E.L. GHISALBERTII and K. SIVASITHAMPARAM Orbiliaceous nematode-trapping fungi and related species in Western Australia and their biological activities. Austrasian Mycologist. 21(2): PARK, K.C., S.K. WOO, Y.J. YOO, A.M. WYNDHAM, R.T. BAKER and C.H. CHUNG Purification and characterization of UBP6, a new Ubiquitin-specific protease in Saccharomyces cerevisiae. Archives of Biochemistry and Biophysics. 347(1): POULSEN, P., L. LEGGIO and M.C. KIELLAND- BRANDT Mapping of an internal protease clevage site in the Say5p component of the amino acid sensor of Saccharomyces cerevisiae and functional characterization of the resulting pro and protease domains by gain-of-function genetics. Abstract. Eukaryot Cell. 5(3): www. ncbi.nlm. nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=display&db =pubmed. (18 Mei 2006). SEWONSUH Chitinase. kr/~sewonsuh/home/structures.html. (13 Juni SHIGEMATSU, T., K. MATSUTANI, Y. FUKUDA, A. KIMURA and K. MURATA Enzymes and germination of spores of the yeast Saccharomyces cerevisiae. J. Fermentation and Bioenginering. 75(3): SOMASHEKAR, D. and R. JOSEPH Chitosanases -properties and applications: A review. Biores. Technol. 55: STELL, R.G.D. and J.H. TORRIE Prinsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia Pustaka, Jakarta. WIKIPEDIA Enzyme. Free Encyclopedia. (9 Juni WIKIPEDIA Protease. Free Encyclopedia. (9 Juni WIKIPEDIA Protein. Free Encyclopedia. (9 Juni DISKUSI Pertanyaan: Mana yang lebih berpengaruh, faktor luar atau dalam? Jawaban: Lebih berpengaruh faktor dalam karena dikendalikan oleh gen. 891

WAKTU OPTIMAL HIDROLISIS SENYAWA KITIN DALAM JANGKRIK DAN RAYAP

WAKTU OPTIMAL HIDROLISIS SENYAWA KITIN DALAM JANGKRIK DAN RAYAP WAKTU OPTIMAL HIDROLISIS SENYAWA KITIN DALAM JANGKRIK DAN RAYAP SAULINA SITOMPUL Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor RINGKASAN Kitin merupakan senyawa polisakarida yang terdiri dari polimer-nasetil

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN Duddingtonia flagrans DAN Saccharomyces cerevisiae TERHADAP MORFOPATOLOGI ALAT REPRODUKSI CACING Haemonchus contortus PADA DOMBA

PENGARUH PEMBERIAN Duddingtonia flagrans DAN Saccharomyces cerevisiae TERHADAP MORFOPATOLOGI ALAT REPRODUKSI CACING Haemonchus contortus PADA DOMBA PENGARUH PEMBERIAN Duddingtonia flagrans DAN Saccharomyces cerevisiae TERHADAP MORFOPATOLOGI ALAT REPRODUKSI CACING Haemonchus contortus PADA DOMBA (Effect of Administration of Duddingtonia flagrans and

Lebih terperinci

Pemakaian Duddingtonia flagrans dan Saccharomyces cerevisiae dalam Mereduksi Larva Infektif Haemonchus contortus

Pemakaian Duddingtonia flagrans dan Saccharomyces cerevisiae dalam Mereduksi Larva Infektif Haemonchus contortus ISSN : 1411-8327 Pemakaian Duddingtonia flagrans dan Saccharomyces cerevisiae dalam Mereduksi Larva Infektif Haemonchus contortus (THE STUDY OF DUDDINGTONIA FLAGRANS AND SACCHAROMYCES CEREVISIAE USE ON

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, IPB, dari bulan Oktober 2011 Mei 2012. Bahan Isolasi untuk memperoleh isolat B. thuringiensis

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI APLIKASI Duddingtonia flagransdi DALAM MEREDUKSI LARVA Haemonchus contortus DI LAPANG RUMPUT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI APLIKASI Duddingtonia flagransdi DALAM MEREDUKSI LARVA Haemonchus contortus DI LAPANG RUMPUT FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI APLIKASI Duddingtonia flagransdi DALAM MEREDUKSI LARVA Haemonchus contortus DI LAPANG RUMPUT (The Influence of Factors for Duddingtonia flagrans Application in Reduction

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS CENDAWAN Duddingtonia flagrans DAN Saccharomyces cerevisiae DALAM PENGENDALIAN CACING Haemonchus contortus PADA DOMBA RIZA ZAINUDDIN AHMAD

EFEKTIVITAS CENDAWAN Duddingtonia flagrans DAN Saccharomyces cerevisiae DALAM PENGENDALIAN CACING Haemonchus contortus PADA DOMBA RIZA ZAINUDDIN AHMAD EFEKTIVITAS CENDAWAN Duddingtonia flagrans DAN Saccharomyces cerevisiae DALAM PENGENDALIAN CACING Haemonchus contortus PADA DOMBA RIZA ZAINUDDIN AHMAD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984) LAMPIRAN Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984) Pereaksi Blanko (µl) Standar (µl) Sampel (µl) Penyangga Tris HCl (0.2 M) ph 7.5 Substrat kasein for biochemistry (1 %) Ekstrak kasar

Lebih terperinci

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Analisa Protein Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar berbagai metode analisa protein Mahasiswa mampu memilih metode yang tepat untuk mengukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN Saccharomyces cerevisiae PADA BERBAGAI JENIS MEDIUM, INTENSITAS CAHAYA, TEMPERATUR, RUMEN DAN LAMA PENYIMPANAN

PERTUMBUHAN Saccharomyces cerevisiae PADA BERBAGAI JENIS MEDIUM, INTENSITAS CAHAYA, TEMPERATUR, RUMEN DAN LAMA PENYIMPANAN PERTUMBUHAN Saccharomyces cerevisiae PADA BERBAGAI JENIS MEDIUM, INTENSITAS CAHAYA, TEMPERATUR, RUMEN DAN LAMA PENYIMPANAN Abstract Saccharomyces cerevisiae yeast has been used for various purposes in

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae 25 IV PEMBAHASAN 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae Rata-rata kandungan protein produk limbah udang hasil fermentasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA S BK

TINJAUAN PUSTAKA S BK 4 TINJAUAN PUSTAKA Cacing H. contortus Klasifikasi dan Morfologi Haemonchus contortus adalah cacing dari Kelas Nematoda, Ordo Strongylida dan Super famili Trichostrongyloidea. Cacing dewasa hidup di dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi) 76 Lampiran Prosedur uji aktivitas protease (Walter 984, modifikasi) Pereaksi Blanko (ml) Standard (ml) Contoh ml) Penyangga TrisHCl (.2 M) ph 7. Substrat Kasein % Enzim ekstrak kasar Akuades steril Tirosin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian dasar dengan metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

PENYEBARAN DAN JENIS KAPANG NEMATOFAGUS SEBAGAI PENGENDALI PARASIT CACING TERNAK DI JAWA BARAT, JAWA TENGAH DAN SUMATERA UTARA

PENYEBARAN DAN JENIS KAPANG NEMATOFAGUS SEBAGAI PENGENDALI PARASIT CACING TERNAK DI JAWA BARAT, JAWA TENGAH DAN SUMATERA UTARA Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner PENYEBARAN DAN JENIS KAPANG NEMATOFAGUS SEBAGAI PENGENDALI PARASIT CACING TERNAK DI JAWA BARAT, JAWA TENGAH DAN SUMATERA UTARA RIZA ZAINUDDIN AHMAD dan

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVATOR SISTEIN DAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP AKTIVITAS PAPAIN

PENGARUH AKTIVATOR SISTEIN DAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP AKTIVITAS PAPAIN Jurnal Sains Kimia Vol.8, No.1, 2004: 26-28 PENGARUH AKTIVATOR SISTEIN DAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP AKTIVITAS PAPAIN Daniel S Dongoran Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hijau yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara Gunung Mas di Bogor. Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Alat Alat yang digunakan adalah akuarium berukuran 40 X 60 X 60 cm 3 dan ketinggian air

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian 5 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Alat Alat yang digunakan adalah akuarium berukuran 40 X 60 X 60 cm 3 dan ketinggian air

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto Lampiran 2. Pembuatan Media dan Reagen 2.1 Pembuatan Media Skim Milk Agar (SMA) dalam 1000 ml (Amelia, 2005) a. 20 gram susu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

Isolasi bakteri kitinolitik dari Sumber Air Panas. Penentuan Isolat Terpilih

Isolasi bakteri kitinolitik dari Sumber Air Panas. Penentuan Isolat Terpilih Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian Isolasi bakteri kitinolitik dari Sumber Air Panas Pengukuran Indeks kitinolitik Penentuan Isolat Terpilih Penentuan Waktu Produksi Enzim Kitinase Sampai hari ke-8 Pengukuran

Lebih terperinci

ISOLASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α AMILASE DARI Aspergillus niger DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAMPURAN ONGGOK DAN DEDAK

ISOLASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α AMILASE DARI Aspergillus niger DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAMPURAN ONGGOK DAN DEDAK ISOLASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α AMILASE DARI Aspergillus niger DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAMPURAN ONGGOK DAN DEDAK Firman Sebayang Departemen Kimia FMIPA USU Abstrak Telah dilakukan ekstraksi enzim

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA 15 BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA 3.1 BAHAN Lactobacillus acidophilus FNCC116 (kultur koleksi BPPT yang didapatkan dari Universitas Gajah Mada), Bacillus licheniformis F11.4 (kultur koleksi BPPT yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density) inkubasi D75 D92 D110a 0 0,078 0,073

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006) LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006) Prosedur pengujian daya serap air: 1. Sampel biskuit dihancurkan dengan menggunakan mortar. 2. Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Spektrofotometer Genesis II keluaran Milton Roy Co., USA (No. Catalog 4001/4 ); Waterbadi Termostat WK-24 (Sibata Scientific Technology Ltd); Kertas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2006 sampai dengan Januari 2008. Penelitian bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Akar Nanas Kering dan Hidroponik Akar nanas kering yang digunakan dalam penelitian ini merupakan akar nanas yang tertanam dalam tanah, berwarna coklat dan berupa suatu

Lebih terperinci

1. Filtrat enzim mananase didapatkan dari hasil produksi kapang Eupenisilium javanicum pada substrat bungkil kelapa 3%. 2. Pereaksi yang digunakan ada

1. Filtrat enzim mananase didapatkan dari hasil produksi kapang Eupenisilium javanicum pada substrat bungkil kelapa 3%. 2. Pereaksi yang digunakan ada PERSYARATAN BATAS WAKTU PENYIMPANAN SUBSTRAT PENENTUAN AKTIFITAS ENZIM 0- MANANASE Emma Ludia Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Enzim mananase merupakan suatu kelompok

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) Peremajaan dan purifikasi terhadap kedelapan kultur koleksi isolat bakteri dilakukan terlebih dahulu sebelum pengujian

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ZnSO 4 TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN

PENGARUH PENAMBAHAN ZnSO 4 TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN Pengaruh Penambahan ZnSO 4 (Kirana Kristina M ) 105 PENGARUH PENAMBAHAN ZnSO 4 TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN THE EFFECT OF ZnSO 4 ADDITION ON TRYPSIN S ACTIVITY Kirana Kristina Mulyono dan Eddy Sulistyowati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung. 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

Biotechnol des Pro : nook.cs. ucdavis.edu.8080/koehl/reprints/ koehl_jmb_04.pdf.( ). Bulik DA et al Chitin Synthesis in

Biotechnol des Pro : nook.cs. ucdavis.edu.8080/koehl/reprints/ koehl_jmb_04.pdf.( ). Bulik DA et al Chitin Synthesis in DAFTAR PUSTAKA Agarwal N, Kamra D, Chaudhary LC, Sahoo A, Pathak NN. 2000. Selection of Saccharomyces cerevisiae strains for use as a microbial feed additive. Lett App Microbiol 31: 270-274. Anke T. 1997.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilakukan di kandang pemeliharaan hewan coba Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (LTB- PTB-BPPT)-Serpong.

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA BIOPROSES KINETIKA REAKSI ENZIMATIS KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 KINETIKA REAKSI ENZIMATIS 1. Pendahuluan Amilase

Lebih terperinci

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah pati sagu (Metroxylon sp.) yang diperoleh dari industri pati sagu rakyat di daerah Cimahpar, Bogor. Khamir yang digunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan

Lebih terperinci

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April - September 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juli 2011. Pengujian dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Proses, Laboratorium Bioteknologi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di 18 III. METODE PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DALAM LAMBUNG DAN USUS IKAN KERAPU MACAN SETELAH PEMBERIAN PAKAN

AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DALAM LAMBUNG DAN USUS IKAN KERAPU MACAN SETELAH PEMBERIAN PAKAN AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DALAM LAMBUNG DAN USUS IKAN KERAPU MACAN SETELAH PEMBERIAN PAKAN Muhamad Yamin *), Neltje N. Palinggi *), dan Rachmansyah *) *) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi ketiga dari negara-negara penghasil nanas olahan dan segar setelah negara Thailand dan Philippines.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah proteas Bacillus subtilis diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan,

Lebih terperinci

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN Peranan enzim sebagai biokatalisator dalam berbagai bidang industri semakin penting. Enzim yang diproduksi secara komersial, telah banyak digunakan dalam bidang industri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Januari sampai dengan

Lebih terperinci

PENGUJIAN STABILITAS ENZIM BROMELIN YANG DIISOLASI DARI BONGGOL NANAS SERTA IMOBILISASI MENGGUNAKAN KAPPA KARAGENAN

PENGUJIAN STABILITAS ENZIM BROMELIN YANG DIISOLASI DARI BONGGOL NANAS SERTA IMOBILISASI MENGGUNAKAN KAPPA KARAGENAN Vol 10, No.1, 06: 26 PENGUJIAN STABILITAS ENZIM BROMELIN YANG DIISOLASI DARI BONGGOL NANAS SERTA IMOBILISASI MENGGUNAKAN KAPPA KARAGENAN Firman Sebayang Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Pelaksanaan Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Pelaksanaan Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3. METODOLOGI 3.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Laboratorium Biokiomia Hasil Perairan, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. nutrisi suatu bahan pakan, meningkatkan kecernaan karena ternak mempunyai

I PENDAHULUAN. nutrisi suatu bahan pakan, meningkatkan kecernaan karena ternak mempunyai 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi pengolahan pakan di bidang peternakan sudah banyak dilakukan sekarang. Teknologi pengolahan pakan menjadi penting karena memiliki beberapa keuntungan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp. Enzim merupakan suatu protein yang memiliki aktivitas biokimia sebagai katalis suatu reaksi. Enzim sangat

Lebih terperinci

1 atm selama 15 menit

1 atm selama 15 menit 85 Lampiran 1. Prosedur Kerja L.1.1 Pembuatan Media Nutrient Agar Media Nutrient Agar - ditimbang sebanyak 20 gram dan dimasukkan dalam erlenmeyer 1000 ml - dilarutkandengan aquades 1000 ml - dipanaskan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan November 2011 di Laboratorium Mikrobiologi Balai Riset dan Standarisasi Industri

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL PENELITIAN

BAB IV. HASIL PENELITIAN 21 menit pada temperatur ruang. Setelah diinkubasi ditambahkan 200 µl Folin, kemudian campuran dinkubasi selama 30 menit pada temperatur ruang, kemudian diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis

Lebih terperinci

Penyerapan Logam Berat Timbal (PB) Dengan Enzim Protease Dari Bakteri Bacillus Subtilis

Penyerapan Logam Berat Timbal (PB) Dengan Enzim Protease Dari Bakteri Bacillus Subtilis Penyerapan Logam Berat Timbal (PB) Dengan Enzim Protease Dari Bakteri Bacillus Subtilis Roni Saputra, M.Si 1 Dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Lingkungan, STIKes Ibnu Sina Batam ronniegodzilla@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10 Setelah dilakukan peremajaan pada agar miring

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces.

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces. 43 Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian Limbah Udang Pengecilan Ukuran Sterilisasi suhu 121 c, tekanan 1 atm Dianalisis kadar air dan bahan keringnya Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium 23 III. METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Kadar Protein Tahap Oksidasi 1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. 2.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Kadar Protein Tahap Oksidasi 1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. 2. 37 Lampiran 1. Prosedur Analisis Kadar Protein Tahap Oksidasi 1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. 2. Katalis (K 2 SO 4 +CuSo 4.5H 2 O) dengan rasio 9:1 ditimbang

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

PRODUKSI ENZIM AMILASE

PRODUKSI ENZIM AMILASE LAPORAN PRAKTIKUM MIKROB DAN POTENSINYA PRODUKSI ENZIM AMILASE KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PRODUKSI ENZIM AMILASE Pendahuluan Amilase merupakan

Lebih terperinci

LACTOBACILLUS BULGARICUS SEBAGAI PROBIOTIK GUNA PENINGKATAN KUALITAS AMPAS TAHU UNTUK PAKAN CACING TANAH

LACTOBACILLUS BULGARICUS SEBAGAI PROBIOTIK GUNA PENINGKATAN KUALITAS AMPAS TAHU UNTUK PAKAN CACING TANAH Purkan et al. Jurnal Kimia Riset, Volume No., Juni - 9 LACTOBACILLUS BULGARICUS SEBAGAI PROBIOTIK GUNA PENINGKATAN KUALITAS AMPAS TAHU UNTUK PAKAN CACING TANAH Purkan Purkan, Nur Nisdiyatul Laila, Sri

Lebih terperinci

Y ij = µ + B i + ε ij

Y ij = µ + B i + ε ij METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2008 sampai bulan September 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Bagian Teknologi Hasil Ternak Perah dan Laboratorium

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR Tujuan: i) Mengerti metode umum mengisolasi DNA ii) Mengisolasi DNA dari buah dan sel-sel epithelial mulut iii) Mengerti dan mempraktek teknik PCR dengan sempel DNA

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat Penambahan Berbagai Level Zeolit Sumber Nitrogen Slow Release pada Glukosa Murni secara In Vitro

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Bahan sejumlah kurang lebih 1 g ditimbang. Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 200 ml HCl 3%. Sampel kemudian

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di 31 III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media Bushnell-Haas, Larutan Standar Mc. Farland, Larutan Orsinol

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media Bushnell-Haas, Larutan Standar Mc. Farland, Larutan Orsinol LAMPIRAN Lampiran 1. Komposisi Media Bushnell-Haas, Larutan Standar Mc. Farland, Larutan Orsinol a. Komposisi Media Bushnell-Haas per liter (Atlas, 1946) 1) KH 2 PO 4 = 1,0 g 5) FeCl 3 = 0,05 g 2) K2HPO

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Praktikum kali ini membahas mengenai isolasi khamir pada cider nanas. Cider merupakan suatu produk pangan berupa minuman hasil fermentasi dengan kandungan alkohol antara 6,5% sampai sekitar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di Laboratorium Instrumentasi dan Biokimia Jurusan Kimia FMIPA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung

Lebih terperinci

PENENTUAN AKTIVITAS SPESIFIK HEKSOKINASE DARI LIMBAH ANGGUR PISANG BIJI.

PENENTUAN AKTIVITAS SPESIFIK HEKSOKINASE DARI LIMBAH ANGGUR PISANG BIJI. PENENTUAN AKTIVITAS SPESIFIK HEKSOKINASE DARI LIMBAH ANGGUR PISANG BIJI. Wuryanti Laboratorium Biokimia FMIPA UNDIP Semarang ABSTRAK Heksokinase termasuk enzim yang berperan dalam mengkatalisis transfer

Lebih terperinci

DAYA REDUKSI KAPANG A. Oligospora DAN Verticillium Spp. TERHADAP LARVA 3 H. contortus: STUDI PENDAHULUAN

DAYA REDUKSI KAPANG A. Oligospora DAN Verticillium Spp. TERHADAP LARVA 3 H. contortus: STUDI PENDAHULUAN DAYA REDUKSI KAPANG A. Oligospora DAN Verticillium Spp. TERHADAP LARVA 3 H. contortus: STUDI PENDAHULUAN (The Reduction Capacity of A. Oligospora and Verticillium spp. Molds Against to H. Contortus Larvae

Lebih terperinci