BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density) inkubasi D75 D92 D110a 0 0,078 0,073 0, ,291 0,264 0, ,439 0,412 0, ,676 0,648 0,775 11,5 0,730 0,709 0,881 13,5 0,755 0,756 0, ,859 0,861 1, ,000 1,001 0, ,941 0,973 0,672 Tabel 1 merupakan data kerapatan sel (OD) dari hasil pengukuran spektrofotometer, untuk memudahkan penentuan fase pertumbuhan akan data tersbut disajikan dalam gambar 2. 28

2 Kurva Pertumbuhan Isolat D75, D92 dan D100a D75 D92 D110a OPTICAL DENSITY (OD) 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0 JAM 3 JAM 6 JAM 9 JAM 11.5 JAM WAKTU INKUBASI 13.5 JAM 14 JAM 16 JAM 18 JAM Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Isolat D75, D92 dan D110 a pada Medium Pikovskaya. Berdasarkan hasil pengamatan kurva pertumbuhan 3 isolat bakteri termofilik pada medium Nutrient Broth (NB) menunjukan adanya sedikit perbedaan pola pertumbuhan. Fase lag ketiga isolat yang merupakan fase adaptasi berlangsung selama 3 jam. Fase log (eksponensial) dari ketiga isolat tersebut berbeda yaitu dimulai dari jam ke 3 sampai jam ke 14 untuk isolat D 110 a, dan dari jam ke 3 sampai jam ke16 untuk isolat D75 dan D 92. Syarat suatu bakteri layak untuk ditumbuhkan pada media selektif yaitu jika bakteri tersebut mampu mencapai OD ± 1 sehingga pada fase log (eksponensial) inilah bakteri dapat dipindah ke medium berikutnya dan dijadikan starter bakteri, karena pada fase ini pertumbuhan bakteri mencapai pertumbuhan optimum sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga isolat tersebut layak diujicobakan ke media selektif. 29

3 Organisme prokariotik seperti bakteri, pertumbuhan merupakan pertambahan volume dan ukuran sel dan juga sebagai pertambahan jumlah sel. Pertumbuhan sel bakteri biasanya mengikuti suatu pola pertumbuhan tertentu berupa kurva pertumbuhan sigmoid (Kusnandi dkk. 2003: 52). Pada pengukuran kurva pertumbuhan 3 isolat bakteri termofilik menggunakan perhitungan sel langsung dengan alat spektrofotometer yang panjang gelombangnya 600 nm. Penggunaan spektrofotometer ini untuk mengetahui Optical Density (OD) atau kerapatan organisme dalam media NB yang ditandai dengan semakin keruhnya media. Semakin keruh suatu kultur, semakin banyak jumlah selnya. Pengukuran kurva pertumbuhan ini dilakukan pada dua media yaitu media Nutrient Broth (NB) dan Pikovskaya. Penggunaan media Nutrient Broth ini untuk menentukan nilai Optical Density (OD) kerapatan bakteri dalam media, karena syarat bakteri untuk dijadikan starter yaitu jika Optical Density (OD) mencapai angka 1. Setelah memenuhi syarat, starter tersebut ditumbuhkan ke media Pikovskaya. Pengukuran kurva pertumbuhan pada media Pikovskaya ini bertujuan untuk menentukan fase log (eksponensial) bakteri. 2. Uji aktivitas Enzim Fosfatase a. Fase eksponensial pada Medium Pikovskaya Bakteri yang sedang mengalami fase eksponensial pada medium Nutrient Broth diambil 10 % untuk dijadikan starter lalu dimasukan ke medium Pikovskaya cair yang diinkubasi pada waterbath shaker dan 30

4 dihitung OD nya tiap 3 jam sekali selama 48 jam untuk menentukan fase eksponensial pada media Pikovskaya. Hasilnya dinyatakan dalam grafik di bawah ini : Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri Termofilik Penghasil Enzim Fosfatase pada Medium Pikovskaya. nilai Absorbansi 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Pengukuran OD pada Media Pikovskaya Waktu inkubasi D 75 D 92 D 110 a Berdasarkan hasil pengamatan kurva pertumbuhan isolat bakteri termofilik penghasil enzim fosfatase Gambar 3 menunjukan kesamaaan pola pertumbuhan dari ketiga isolat yang ditumbuhkan pada medium Pikovskaya. Fase lag dimulai dari jam ke 0 sampai jam ke 6. Fase log (I) merupakan fase terjadinya pertumbuhan yang eksponensial yaitu diantara jam ke 6 sampai jam ke 9 lalu turun kemudian naik lagi fase log (II) pada jam ke 21 sampai ke 24, turun dan naik lagi pada jam ke 33 sampai jam ke 36. Kurva tesebut mengalami naik turun karena saat sebagian bakteri mengalami kematian, nutrisi dari bakteri yang mati tersebut dipakai oleh 31

5 bakteri yang hidup sehingga kurva naik kembali dan mencapai fase eksponensial kembali. untuk menentukan eksponensial yaitu dengan melihat pada jam keberapa kenaikan nilai OD yang tertinggi atau kerapatan selnya paling banyak yang artinya produksi enzim mencapai jumlah maksimal. Grafik tersebut menunjukan bahwa pada jam ke 24, jumlah OD tertinggi, sehingga pada waktu tersebut merupakan waktu inkubasi yang efektif untuk melakukan panen enzim dari kultur bakteri karena dimungkinkan enzim fosfatase sedang diproduksi dengan kecepatan tertinggi dan dalam jumlah yang banyak. b. Uji aktivitas enzim fosfatase Aktivitas enzim fosfatase dari isolat bakteri termofilik pada pengaruh suhu inkubasi dan ph untuk isolat D75, D92, D110 a bertujuan mengetahui ph dan suhu optimum selama masa inkubasi 30 menit. Berdasarkan hasil pengujian aktivitas enzim yang diperoleh dari supernatan ketiga isolat diperoleh nilai absorbansinya yaitu Tabel 2. Nilai Absorbansi Kadar Fosfat Isolat pada Media Pikovkaya Ca 3 (PO 4 ) 2 Isolat Suhu ( o C) ph Nilai Absorbansi D ,317 0,232 0, ,621 0,112 0, ,584 0,249 0,267 D ,316 0,306 0, ,496 0,351 0, ,885 0,317 0,214 D 110 a 5 0,379 0,250 0, ,513 0,442 0, ,864 0,189 0,172 Keterangan : angka tebal: paling tinggi nilai absorbansinya. 32

6 Setelah mendapatkan nilai absorbansi, langkah selanjutnya yaitu mencari konsentrasi fosfat pada perlakuan dengan membuat kurva standar fosfat terlebih dahulu untuk menentukan persamaan rumusnya. Kurva standar fosfat ini didapatkan dengan memasukan hasil nilai absorbansi fosfat berbagai macam konsentrasi. Nilai absorbansi fosfat tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 3. Nilai Absorbansi Fosfat Berbagai Konsentrasi Konsentrasi Nilai fosfat (gr/ml) absorbansi 0,0 0,0 0,2 0,109 0,4 0,213 0,8 0,436 1,0 0,584 Tabel 3 merupakan nilai absorbansi fosfat terlarut hasil pengukuran kadar fosfat untuk menentukan kurva standar fosfat, data tersebut disajikan dalam gambar berikut ini : 0,700 Kurva Standar Fosfat Nilai Absorbansi (OD) 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000-0,100 y = 0,5751x - 0,0076 R² = 0,997 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 Konsentrasi Gambar 4. Grafik Kurva Standar Larutan Fosfat Konsentrasi 1; 2; 3; 4; dan 5 mg/100 ml 33

7 Berdasarkan kurva standar fosfat di atas, untuk mengetahui besarnya konsentrasi fosfat yaitu dengan memasukkan nilai absorbansi ke dalam persamaan berikut, Persamaan x = y+0,0076 0,5751 Keterangan x = konsentrasi fosfat hasil hidrolisis kalsium fosfat y = nilai absorbansi enzim perlakuan setelah nilai absorbansi dimasukkan ke dalam persamaan tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut, Tabel 4. Konsentrasi Fosfat pada Media Pikovskaya Kalsium Fosfat (M) isolat Suhu ( o C) ph Konsentrasi (M) D ,566 0,416 0, ,093 0,209 1, ,029 0,446 0,477 D ,563 0,545 0, ,876 0,623 1, ,553 0,564 0,385 D 110 a 5 0,672 0,448 0, ,906 0,782 1, ,517 0,342 0,312 Keterangan: angka tebal: paling tinggi konsentrasinya. 1. Mencari Massa fosfat (mf) Pada Perlakuan Untuk mencari massa fosfat pada perlakuan, yaitu dengan memasukkan konsentrasi fosfat pada media Pikovskaya ke dalam rumus berikut : Rumus : M = gr X 1000 Mr P Maka, gr = M x Mr x P

8 Keterangan gr M : Massa fosfat (g) : Konsentrasi fosfat (M) Mr : Berat molekul fosfat = 310 P : Volume pelarut (ml) = 1 ml Setelah konsentrasi fosfat di masukkan ke dalam rumus di atas, diperoleh hasil sebagai berikut, Tabel 5. Massa Fosfat pada Media Psikovkaya Kalsium Fosfat (M). isolat Suhu ( o C) ph Massa (gr) D ,175 0,129 0, ,339 0,065 0, ,319 0,138 0,148 D ,174 0,169 0, ,271 0,193 0, ,481 0,175 0,119 D 110 a 5 0,208 0,139 0, ,281 0,243 0, ,470 0,106 0,097 Keterangan: angka tebal: paling tinggi massanya. Mencari Aktivitas Enzim Langkah terakhir agar dapat mengetahui aktivitas enzim yaitu dengan memasukkan massa fosfat, berat molekul fosfat dan massa inkubasi ke dalam rumus di bawah ini MG x 1000 Rumus : AE = BMg x MI 35

9 Keterangan: AE MP : Aktivitas enzim (unit/ml filtrat enzim) : massa fosfat BMg : berat molekul fosfat= 310 MI : masa inkubasi = 30 menit Setelah di masukkan ke dalam rumus, diperoleh aktivitas enzim fosfatase yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 6. Aktivitas Enzim Fosfatase pada Media Psikovkaya Kalsium Fosfat (unit/ml Filtrat Enzim). Isolat Suhu ( o C) Aktivitas Enzim (unit/ml filtrat enzim) ph D ,019 0,014 0, ,036 0,007 0, ,034 0,015 0,016 D ,018 0,018 0, ,029 0,021 0, ,052 0,019 0,013 D 110 a 5 0,022 0,015 0, ,030 0,026 0, ,051 0,011 0,010 Dari tabel di atas lalu dibuat grafik untuk melihat ph dan suhu optimum aktivitas enzim fosfatase 36

10 Aktivitas Enzim 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 Pengaruh Kombinasi Suhu dan ph terhadap aktivitas enzim fosfatase 0 5;45 5;55 5;65 7;45 7;55 7;65 9;45 9;55 9;65 Kombinasi ph dan Suhu Isolat D 75 Isolat D 92 Isolat D 110 a Gambar 5. Grafik Pengaruh Suhu dan ph Terhadap Aktivitas Enzim Fosfatase pada Media Pikovskaya Fosfat Gambar 5 menunjukan bahwa aktivitas enzim fosfatase optimal pada suhu 65 O C dan pada ph 7, aktivitas enzim menurun ketika suhu diturunkan sampai suhu 45 O C, begitu juga ketika ph diturunkan menjadi 5 dan dinaikkan menjadi 9 maka aktivitas enzim juga menurun. Enzim merupakan protein globular tiga dimensi yang bertindak sebagai katalis biologi untuk berbagai reaksi biokimia dalam sel. Enzim menaikkan laju reaksi karena dengan adanya enzim, maka reaksi yang berjalan akan mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah dari reaksi biasanya. Enzim memiliki aktivitas biologis yang sangat tinggi pada substrat, dan tidak akan bekerja pada substrat lain. Hal ini berarti bahwa setiap enzim hanya dapat bekerja pada satu substrat. Enzim dalam penelitian ini adalah enzim fosfatase, yang 37

11 berarti enzim ini bekerja pada substrat yang mengandung fosfat, dan tidak bisa aktif bekerja jika bukan substrat fosfat. Isolat yang diuji menunjukkan adanya aktivitas enzim fosfatase yang memegang peran penting dalam mineralisasi fosfat organik, menjadi fosfat anorganik. Jadi mekanisme pelarutan fosfat dari bahan yang sukar larut olah aktivitas mikroba pelarut fosfat berkaitan dengan kemampuan mikroba yang bersangkutan dalam menghasilkan enzim fosfatase. Penelitian ini menguji aktivitas enzim fosfatase dengan cara mengetahui jumlah produk katalisis berupa fosfat anorganik sebagai hasil hidrolisis fosfat Pada percobaan ini menggunakan kurva standar larutan fosfat dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 mg/100 ml. Peningkatan suhu akan meningkatkan energi kinetik molekul. Peningkatan energi kinetik molekul juga meningkatkan gerakan molekul sehingga frekuensi tumbukan juga meningkat. Kombinasi tumbukan yang lebih sering dan lebih berenergi serta produktif ini akan meningkatkan laju reaksi. Setiap enzim memiliki suhu optimal, yaitu saat laju reaksinya paling cepat. Peningkatan suhu optimal dalam penelitian ini yaitu 65 O C, saat suhu terebut aktivitas enzim juga naik karena memungkinkan terjadinya tumbukan molekul yang paling banyak dan perubahan reaktan menjadi produk yang paling cepat. 38

12 Banyak enzim yang sensitif terhadap perubahan ph dan setiap enzim memiliki ph optimum untuk aktivitasnya. ph optimal pada penelitian ini adalah 7. Perubahan ph (asam atau basa) dapat menyebabkan berhentinya aktivitas enzim akibat proses denaturasi pada struktur tiga dimensi enzim. Sebagian besar enzim dapat bekerja paling efektif pada kisaran ph lingkungan yang agak sempit. Di luar ph optimum tersebut kenaikan ph (basa) atau penurunan ph (asam) menyebabkan penurunan aktivitas enzim dengan cepat dan bahkan bisa kehilangan aktivitas katalitiknya. Hal ini terjadi karena struktur tiga dimensi enzim mulai berubah, sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan sisi aktif enzim akibatnya proses katalis tidak dapat berlangsung secara sempurna. A k t i v i t a s e n z i m ph Gambar 6. Profil aktivitas enzim isolat D75, D92, D110a pada berbagai ph 39

13 Profil aktivitas ph enzim menggambarkan ph pada saat gugus pemberi atau penerima proton yang penting pada sisi katalitik enzim berada dalam tingkat ionisasi yang diinginkan, ph optimum enzim tidak perlu sama dengan ph lingkungan normalnya, dengan ph yang mungkin sedikit berada di atas atau di bawah ph optimum. Aktivitas katalitik enzim di dalam sel bakteri sebagian diatur oleh perubahan pada ph lingkungan. Sisi aktif enzim Isolat D75, D92, dan D110a dalam lingkungan asam akan berubah, karena sisi aktif enzim yang sebelumnya bermuatan negatif oleh karena lingkungan asam (melepas H +) menjadi bermuatan positif, akibatnya merubah sisi aktif enzim tersebut sehingga substrat tidak bisa menempel maksimal dan aktivitas enzim menjadi turun. Begitu juga ketika enzim berada dilingkungan basa, sisi aktif enzim yang sebelumnya bermuatan negatif akan berubah menjadi bermuatan positif sehingga substrat tidak dapat menempel dan aktivitas enzim menurun. 3. Analisis Data Untuk uji statistika rancangan faktorial acak lengkap pada percobaan ini menggunakan aplikasi SPSS menu Univariate. a. Hasil uji Statistik Analysis of Variance (ANOVA) dan uji DMRT pengaruh suhu dan ph pada isolat D75 terhadap aktivitas enzim fosfatase dengan media Pikovskaya 40

14 1) Hasil uji ANOVA pengaruh suhu dan ph pada isolat D75 terhadap aktivitas enzim fosfatase dengan media Pikovskaya. Tabel 7. Hasil Uji ANOVA Pengaruh Suhu dan ph pada Isolat D75 Terhadap Aktivitas Enzim Fosfatase dengan Medium Psikovkaya. Faktor yang diuji Jumlah kuadrat Df Rata- Rata Kuadrat F Hitung Sig Suhu 0, , ,546* 0,000 ph 0, , ,647* 0,000 Suhu &ph 0, , ,610* 0,000 Total 0, R Squared = 0,996 (Adjusted R Squared = 0,994) Keterangan : dengan tingkat kepercayaan 95 % (α : 0,005) *) signifikan (F hitung> F tabel) Tabel 7 menunjukan hasil ANOVA perlakuan variansi suhu dan ph berpengaruh nyata terhadap aktivitas enzaim fosfatase dengan α : 0,005. Interaksi kedua perlakuan yaitu antara variasi suhu dan ph berpengaruh nyata terhadap aktivitas enzim fosfatase. Untuk mengetahui letak perbedaan antara kelompok perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan s Mutiple Range Test (DMRT) dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil dari uji DMRT pengaruh ph terhadap aktivitas enzim fosfatase isolat D75 dengan media Pikovskaya dapat diketahui pada tabel 8. 41

15 Tabel 8. Hasil Uji DMRT Pengaruh ph Terhadap Aktivitas Enzim Fosfatase Isolat D75 pada Medium Psikovkaya. Perlakuan ph Ulangan Aktivitas enzim fosfatase 5 9 0, a 9 9 0, b 7 9 0, c Keterangan : kode huruf yang berbeda menunjukan berbeda berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% (α: 0,005) Berdasarkan tabel 8. Hasil uji DMRT pengaruh ph terhadap aktivitas enzim fosfatase isolat D75 menunjukan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan tingkat kepercayaan 95%, hal tersebut ditunjukan dengan kode subset yang berbeda masing masing aktivitas enzim fosfatase. Pada tabel tersebut iketahui pertumbuhan optimum isolat D75 dengan medium Pikovskaya pada perlakuan ph 5, 7,9 terhadap aktivitas enzim Fosfatase pada ph 7. Hasil uji DMRT pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim fosfatase isolat D75 dengan medium Pikovskaya dapat diketahui pada tabel 9. Tabel 9. Hasil Uji DMRT Pengaruh ph Terhadap Aktivitas Fosfotase Isolat D 75 pada Medium Psikovkaya. Perlakuan suhu ( O C) Ulangan Aktivitas enzim fosfatase , c ,11891 a ,22620 b Kepercayaan : kode huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% (α: 0,005) 42

16 Berdasarkan tabel 9. Hasil uji DMRT pengaruh suhu inkubasi terhadap aktivitas enzim fosfatase isolat D75 menunjukan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan tingkat kepercayaan 95% hal tersebut ditunjukan dengan kode subset yang berbeda pada masingmasing aktivitas enzim fosfatase. Pada tabel tersebut diketahui pertumbuhan optimum isolat D75 dengan medium Pikovskaya pada perlakuan suhu 45 O C, 55 O C,65 O C terhadap aktivitas enzim fosfatase pada suhu 45 O C. 2) Hasil uji ANOVA pengaruh suhu dan ph terhadap aktivitas enzim fosfatase isolat D92 dengan medium Pikovskaya dapat diketahui pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Uji ANOVA Pengaruh Suhu dan ph pada Isolat D92 Terhadap Aktivitas Enzim Fosfatase dengan Medium Psikovkaya Fosfat. Faktor yang Jumlah Df Rata- rata F. hitung Sig. diuji kuadrat kuadrat Suhu 0, , ,472 0,000 ph 0, , ,743 0,000 Suhu & ph 0, , ,649 0,000 Total 0,25 27 Keterangan dengan tingkat kepercayaan 95% (α: 0,005) *) signifikan (F hitung > F tabel) Hasil uji Anova pada Tabel 10. Terlihat bahwa masingmasing perlakuan suhu dan ph menunjukan berpengaruh nyata terhadap aktivitas enzim fosfatase dengan α: 0,005. Interaksi kedua perlakuan yaitu antara variasi suhu dan ph berpengaruh 43

17 nyala terhadap aktivitas enzim fosfatase. Untuk mengetahui letak perbedaan antara kelompok perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan s Mutiple Range Test (DMRT) dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil dari uji DMRT pengaruh ph terhadap aktivitas enzim fosfatase isolat D92 dengan media Pikovskaya dapat diketahui pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Uji DMRT Pengaruh ph Terhadap Aktivitas Enzim Fosfatase Isolat D92 pada Medium Psikovkaya. Perlakuan ph Ulangan Aktivitas enzim fosfatase 5 9 0, a 7 9 0, c 9 9 0, b Kepercayaan : kode huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% (α: 0,005) Berdasarkan Tabel 11. Hasil uji DMRT pengaruh ph terhadap aktivitas enzim fosfatase isolat D92 menunjukan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan tingkat kepercayaan 95%, hal tersebut ditunjukan dengan kode subset yang berbeda masing masing aktivitas enzim fosfatase. Pada tabel tersebut iketahui pertumbuhan optimum isolat D75 dengan medium Pikovskaya pada perlakuan ph 5, 7,9 terhadap aktivitas enzim Fosfatase pada ph 7. Tabel 12. Hasil Uji DMRT Pengaruh ph Terhadap Aktivitas Fosfotase Isolat D 92 pada Medium Psikovkaya. Perlakuan suhu ( O C) Ulangan Aktivitas enzim fosfatase 44

18 45 9 0, c , a ,02642 b Kepercayaan : kode huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% (α: 0,005) Berdasarkan Tabel 12. Hasil uji DMRT pengaruh suhu inkubasi terhadap aktivitas enzim fosfatase isolat D75 menunjukan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan tingkat kepercayaan 95% hal tersebut ditunjukan dengan kode subset yang berbeda pada masingmasing aktivitas enzim fosfatase. Pada tabel tersebut diketahui pertumbuhan optimum isolat D92 dengan medium Pikovskaya pada perlakuan suhu 45 O C, 55 O C,65 O C terhadap aktivitas enzim fosfatase pada suhu 45 O C. 3) Hasil uji ANOVA pengaruh suhu dan ph terhadap aktivitas enzim fosfatase isolat D110 dengan medium Pikovskaya dapat diketahui pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Uji ANOVA Pengaruh Suhu dan ph pada Isolat D110a Terhadap Aktivitas Enzim Fosfatase dengan Medium Psikovkaya Fosfat. Faktor yang Jumlah Df Rata- rata F. hitung Sig. diuji kuadrat kuadrat Suhu 0, , ,172 0,000 ph 0, , ,538 0,000 Suhu & ph 0, , ,345 0,000 Total 0,27 27 Keterangan dengan tingkat kepercayaan 95% (α: 0,005) *) signifikan (F hitung > F tabel) Hasil uji ANOVA pada Tabel 13. Terlihat bahwa masingmasing perlakuan suhu dan ph menunjukan berpengaruh nyata 45

19 terhadap aktivitas enzim fosfatase dengan α: 0,005. Interaksi kedua perlakuan yaitu antara variasi suhu dan ph berpengaruh nyala terhadap aktivitas enzim fosfatase. Untuk mengetahui letak perbedaan antara kelompok perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan s Mutiple Range Test (DMRT) dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil dari uji DMRT pengaruh ph terhadap aktivitas enzim fosfatase isolat D110a dengan media Pikovskaya dapat diketahui pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Uji DMRT Pengaruh ph Terhadap Aktivitas Enzim Fosfatase Isolat D110a pada Medium Psikovkaya. Perlakuan ph Ulangan Aktivitas enzim fosfatase 5 9 0, a 7 9 0, c 9 9 0, b Kepercayaan : kode huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% (α: 0,005) Berdasarkan Tabel 14. Hasil uji DMRT pengaruh ph terhadap aktivitas enzim fosfatase isolat D110a menunjukan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan tingkat kepercayaan 95%, hal tersebut ditunjukan dengan kode subset yang berbeda masing masing aktivitas enzim fosfatase. Pada tabel tersebut diketahui pertumbuhan optimum isolat D110a dengan medium Pikovskaya pada perlakuan ph 5, 7,9 terhadap aktivitas enzim Fosfatase pada ph 7. Tabel 15. Hasil Uji DMRT Pengaruh suhu Terhadap Aktivitas Fosfotase Isolat D110a pada Medium Psikovkaya. Perlakuan suhu ( O C) Ulangan Aktivitas enzim fosfatase 46

20 45 9 0, c , a , b Kepercayaan : kode huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% (α: 0,005) Berdasarkan Tabel 15. Hasil uji DMRT pengaruh suhu inkubasi terhadap aktivitas enzim fosfatase isolat D110a menunjukan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan tingkat kepercayaan 95% hal tersebut ditunjukan dengan kode subset yang berbeda pada masingmasing aktivitas enzim fosfatase. Pada tabel tersebut diketahui pertumbuhan optimum isolat D110a dengan medium Pikovskaya pada perlakuan suhu 45 O C, 55 O C,65 O C terhadap aktivitas enzim fosfatase pada suhu 45 O C. 47

PENGARUH SUHU DAN ph TERHADAP AKTIVITAS ENZIM FOSFATASE BAKTERI TERMOFILIK SUNGAI GENDOL PASCA ERUPSI MERAPI

PENGARUH SUHU DAN ph TERHADAP AKTIVITAS ENZIM FOSFATASE BAKTERI TERMOFILIK SUNGAI GENDOL PASCA ERUPSI MERAPI 46 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 8 Tahun 2017 PENGARUH SUHU DAN ph TERHADAP AKTIVITAS ENZIM FOSFATASE BAKTERI TERMOFILIK SUNGAI GENDOL PASCA ERUPSI MERAPI The INFLUENCE of TEMPERATURE and ph TOWARD the

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian dasar dengan metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman yang berperan penting dalam proses pertumbuhan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017.

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan dua variabel yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan α-amilase adalah enzim menghidrolisis ikatan α-1,4-glikosidik pada pati. α-amilase disekresikan oleh mikroorganisme, tanaman, dan organisme tingkat tinggi. α-amilase memiliki peranan

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan 4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pembuatan homogenat hati tikus dan proses sentrifugasi dilakukan pada suhu 4 o C untuk menghindari kerusakan atau denaturasi enzim karena pengaruh panas. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga pada bulan Januari-Mei

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Sulfahri ( ) Desen Pembimbing Ir. Sri Nurhatika, MP. Tutik Nurhidayati, S.Si.M.Si.

Disusun Oleh : Sulfahri ( ) Desen Pembimbing Ir. Sri Nurhatika, MP. Tutik Nurhidayati, S.Si.M.Si. SIDANG TUGAS AKHIR (SB 091385) Disusun Oleh : Sulfahri (1507100022) Desen Pembimbing Ir. Sri Nurhatika, MP. Tutik Nurhidayati, S.Si.M.Si. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan bagian bumi yang mengandung banyak sekali komponen, salah satunya adalah berbagai macam populasi mikroorganisme. Beberapa populasi mikroorganisme yang

Lebih terperinci

KEMAMPUAN TUMBUH BAKTERI TERMOFILIK PASCA ERUPSI MERAPI PADA MEDIA FOSFAT ORGANIK DAN ANORGANIK

KEMAMPUAN TUMBUH BAKTERI TERMOFILIK PASCA ERUPSI MERAPI PADA MEDIA FOSFAT ORGANIK DAN ANORGANIK 472 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 8 Tahun 2017 KEMAMPUAN TUMBUH BAKTERI TERMOFILIK PASCA ERUPSI MERAPI PADA MEDIA FOSFAT ORGANIK DAN ANORGANIK THE GROWTH ABILITY OF THERMOPHILIC BACTERIA AFTER MOUNT MERAPI

Lebih terperinci

ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ENZIM AMILASE DARI ISOLAT BAKTERI TERMOFILIK AMILOLITIK PASCA ERUPSI MERAPI PADA BERBAGAI VARIASI SUHU DAN ph SKRIPSI

ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ENZIM AMILASE DARI ISOLAT BAKTERI TERMOFILIK AMILOLITIK PASCA ERUPSI MERAPI PADA BERBAGAI VARIASI SUHU DAN ph SKRIPSI ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ENZIM AMILASE DARI ISOLAT BAKTERI TERMOFILIK AMILOLITIK PASCA ERUPSI MERAPI PADA BERBAGAI VARIASI SUHU DAN ph SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut : 1. Jumlah total bakteri pada berbagai perlakuan variasi konsorsium bakteri dan waktu inkubasi. 2. Nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp. Enzim merupakan suatu protein yang memiliki aktivitas biokimia sebagai katalis suatu reaksi. Enzim sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

OPTIMASI SUHU DAN ph MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI PELARUT FOSFAT DARI ISOLAT BAKTERI TERMOFILIK

OPTIMASI SUHU DAN ph MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI PELARUT FOSFAT DARI ISOLAT BAKTERI TERMOFILIK 423 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 7 Tahun 2017 OPTIMASI SUHU DAN ph MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI PELARUT FOSFAT DARI ISOLAT BAKTERI TERMOFILIK OPTIMIZATION OF TEMPERATURE AND ph OF PHOSPHATE SOLUBILIZING

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian bioremediasi logam berat timbal (Pb) dalam lumpur Lapindo menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas pseudomallei)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Grafik hubungan nilai optical density (OD) dan kepadatan bakteri. Gambar 3. Hubungan optical density (OD) dan kepadatan bakteri F19

Lampiran 1. Grafik hubungan nilai optical density (OD) dan kepadatan bakteri. Gambar 3. Hubungan optical density (OD) dan kepadatan bakteri F19 LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Grafik hubungan nilai optical density (OD) dan kepadatan bakteri kepadatan bakteri (x 10 3 CFU/ml) 1200 1000 800 600 400 200 y = 2435,4x - 55,511 R² = 0,9819 0 0,013 0,113 0,213

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat Penambahan Berbagai Level Zeolit Sumber Nitrogen Slow Release pada Glukosa Murni secara In Vitro

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang skrining dan uji aktivitas enzim protease bakteri hasil isolasi dari limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pacar Keling Surabaya menghasilkan data-data sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini, pemakaian enzim yang sifatnya efisien, selektif, mengkatalisis reaksi tanpa produk samping dan ramah lingkungan meningkat pesat. Industri

Lebih terperinci

UJI KUALITATIF ETANOL YANG DIPRODUKSI SECARA ENZAMATIS MENGGUNAKAN Z. MOBILIS PERMEABEL

UJI KUALITATIF ETANOL YANG DIPRODUKSI SECARA ENZAMATIS MENGGUNAKAN Z. MOBILIS PERMEABEL UJI KUALITATIF ETANOL YANG DIPRODUKSI SECARA ENZAMATIS MENGGUNAKAN Z. MOBILIS PERMEABEL Dian Pinata NRP. 1406 100 005 DOSEN PEMBIMBING Drs. Refdinal Nawfa, M.S LATAR BELAKANG Krisis Energi Sumber Energi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2016. Uji potensi mikroba pelarut fosfat dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: 1. 0 ppm: perbandingan media

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB dan lahan pertanian Kampung Bongkor, Desa Situgede, Karang Pawitan-Wanaraja,

Lebih terperinci

UJI KEMAMPUAN BAKTERI Bacillus megaterium DAN Bacillus subtilis UNTUK MEREMOVAL LOGAM BERAT KROMIUM (III)

UJI KEMAMPUAN BAKTERI Bacillus megaterium DAN Bacillus subtilis UNTUK MEREMOVAL LOGAM BERAT KROMIUM (III) UJI KEMAMPUAN BAKTERI Bacillus megaterium DAN Bacillus subtilis UNTUK MEREMOVAL LOGAM BERAT KROMIUM (III) Oleh : JAYANTI RUSYDA 3310 100 024 Dosen Pembimbing : IPUNG FITRI PURWANTI, ST., MT., Ph.D. 1 LATAR

Lebih terperinci

1 atm selama 15 menit

1 atm selama 15 menit 85 Lampiran 1. Prosedur Kerja L.1.1 Pembuatan Media Nutrient Agar Media Nutrient Agar - ditimbang sebanyak 20 gram dan dimasukkan dalam erlenmeyer 1000 ml - dilarutkandengan aquades 1000 ml - dipanaskan

Lebih terperinci

Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik

Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik E N Z I M Sukarti Moeljopawiro Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik ENZIM

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Prosedur Analisis Data Analisis statisik yang digunakan adalah rancangan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan 3 kali dengan model linier yang digunakan (Matjik dan Sumertajaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph Hasil penelitian pengaruh perendaman daging ayam kampung dalam larutan ekstrak nanas dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN KADAR C (KARBON) DAN KADAR N (NITROGEN) MEDIA KULTIVASI Hasil analisis molases dan urea sebagai sumber karbon dan nitrogen menggunakan metode Walkley-Black dan Kjeldahl,

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut. Konsentrasi Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Tepung Onggok Karakterisasi tepung onggok dapat dilakukan dengan menganalisa kandungan atau komponen tepung onggok melalui uji proximat. Analisis proximat adalah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR (SB )

TUGAS AKHIR (SB ) TUGAS AKHIR (SB 091358) BIOAUGMENTASI BAKTERI PELARUT FOSFAT GENUS Bacillus PADA MODIFIKASI MEDIA TANAM PASIR DAN KOMPOS (1:1) UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica sinensis) Oleh : Resky Surya Ningsih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPT Pengembangan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen Biologi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan tahapan kegiatan, yaitu : bahan baku berupa singkong yang dijadikan bubur singkong,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di 18 III. METODE PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

mendidihkan menggunakan hot plate, dan menghomogenkan menggunakan magnetic stirrer. Mensterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121 ºC

mendidihkan menggunakan hot plate, dan menghomogenkan menggunakan magnetic stirrer. Mensterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121 ºC Lampiran 1. Media dan Reagen Kimia Dalam Penelitian a. MediumNutrientAgar (NA) Komposisi (g/l) :Peptone from meat(5), Meat extract (3), Agar-agar (12). Cara Pembuatan : Melarutkan 20 gr Nutrient agar dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Pengamatan Pertumbuhan Jamur Hasil pengamatan pertumbuhan T. asperellum TNC52 dan T. asperellum TNJ63 dari proses inokulasi ke media agar miring ditumbuhi spora pada hari

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk menurunkan serat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto Lampiran 2. Pembuatan Media dan Reagen 2.1 Pembuatan Media Skim Milk Agar (SMA) dalam 1000 ml (Amelia, 2005) a. 20 gram susu

Lebih terperinci

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit LAMPIRAN 10 11 Lampiran 1 Skema metode Bernfeld (1955) 1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS Dididihkan 5 menit Didinginkan 5 menit Absorbansi diukur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, diperoleh hasil pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Tabel 2 : Hasil pengukuran

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 22 Bab IV Hasil dan Pembahasan α-amilase (E.C 3.2.1.1) merupakan salah satu enzim hidrolitik yang memegang peranan penting di dalam industri. Hidrolisis langsung dari pati mentah secara enzimatis dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri selulolitik adalah bakteri yang memiliki kemampuan menguraikan selulosa menjadi monomer glukosa dan menjadikannya sebagai sumber karbon dan sumber energi

Lebih terperinci

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1 Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Isolat-isolat yang diisolasi dari lumpur aktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Isolat-isolat yang diisolasi dari lumpur aktif. 7 diidentifikasi dilakukan pemurnian terhadap isolat potensial dan dilakukan pengamatan morfologi sel di bawah mikroskop, pewarnaan Gram dan identifikasi genus. Hasil identifikasi genus dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fosfat merupakan salah satu unsur makro esensial bagi kehidupan tumbuhan dan biota tanah (Raharjo dkk., 2007). Kesuburan tanah, ketersediaan unsur hara esensial seperti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. 10 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Hutan mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Analisis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. PREPARASI SUBSTRAT DAN ISOLAT UNTUK PRODUKSI ENZIM PEKTINASE Tahap pengumpulan, pengeringan, penggilingan, dan homogenisasi kulit jeruk Siam, kulit jeruk Medan, kulit durian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. enzim selulase dari campuran kapang Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Botrytis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. enzim selulase dari campuran kapang Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Botrytis Aktivitas Enzim Selulase (U/ml) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Selulase Berdasarkan penelitian yang dilakukan, data pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim selulase dari

Lebih terperinci

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan didefenisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN III.METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT PENELITIAN 1. Kultur Kultur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Enterococcus faecium IS-27526 (Genebank accession no. EF068251) dan Lactobacillus plantarum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang berasal dari daerah Sumalata, Kabupaten Gorontalo utara. 4.1.1 Hasil Ektraksi Daun Sirsak

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNIK RADIOISOTOP P-32 UNTUK PENENTUAN VIABILITAS ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT A1 SEBAGAI PROBIOTIK PADA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)

PEMANFAATAN TEKNIK RADIOISOTOP P-32 UNTUK PENENTUAN VIABILITAS ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT A1 SEBAGAI PROBIOTIK PADA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) PEMANFAATAN TEKNIK RADIOISOTOP P-32 UNTUK PENENTUAN VIABILITAS ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT A1 SEBAGAI PROBIOTIK PADA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) Adria P.M. dan Irawan Sugoro Pusat Aplikasi Teknologi

Lebih terperinci

LACTOBACILLUS BULGARICUS SEBAGAI PROBIOTIK GUNA PENINGKATAN KUALITAS AMPAS TAHU UNTUK PAKAN CACING TANAH

LACTOBACILLUS BULGARICUS SEBAGAI PROBIOTIK GUNA PENINGKATAN KUALITAS AMPAS TAHU UNTUK PAKAN CACING TANAH Purkan et al. Jurnal Kimia Riset, Volume No., Juni - 9 LACTOBACILLUS BULGARICUS SEBAGAI PROBIOTIK GUNA PENINGKATAN KUALITAS AMPAS TAHU UNTUK PAKAN CACING TANAH Purkan Purkan, Nur Nisdiyatul Laila, Sri

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 47 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : IPA Biologi Materi Pokok : Metabolisme Kelas/ Semester : XII /1 Pertemuan ke : 1 (satu) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kalibrasi Termokopel

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kalibrasi Termokopel V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN. Kalibrasi Termokopel Pada tahap awal penelitian dilakukan kalibrasi terhadap termokopel yang akan digunakan. Kalibrasi termokopel bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces.

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces. 43 Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian Limbah Udang Pengecilan Ukuran Sterilisasi suhu 121 c, tekanan 1 atm Dianalisis kadar air dan bahan keringnya Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 P-larut Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel 9 (Lampiran), dan berdasarkan hasil analisis ragam pada

Lebih terperinci

KURVA PERTUMBUHAN BAKTERI OD dan CFU

KURVA PERTUMBUHAN BAKTERI OD dan CFU KURVA PERTUMBUHAN BAKTERI OD dan CFU PENDAHULUAN A Latar Belakang Kehidupan makhluk hidup sangat tergantung pada keadaan sekitar, terlebih mikroorganisme Salah satunya yaitu menyesuaikan dengan lingkungan

Lebih terperinci

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Kultivasi Spirulina fusiformis Pertumbuhan Spirulina fusiformis berlangsung selama 86 hari. Proses pertumbuhan diketahui dengan mengukur nilai kerapatan optik (Optical Density).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat

TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat TINJAUAN PUSTAKA Tanah Bekas Kebakaran Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat terhadap organisme tanah, termasuk mikroba yang perperan sebagi dekomposisi dalam tanah. Mikroba

Lebih terperinci

Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g)

Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g) 62 Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g) Kehilangan berat = berat sampel mula-mula berat sampel setelah dikeringkan Kadar air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : a) Proses Fermentasi di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan

LAMPIRAN. Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan 56 LAMPIRAN Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan Air laut Dimasukkan ke dalam botol Winkler steril Diisolasi bakteri dengan pengenceran 10 0, 10-1, 10-3 Dibiakkan dalam cawan petri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 7. PERTUMBUHAN A. Pembelahan Sel Bakteri Pembelahan transversal/biner. Dalam persiapan pembelahan, sel memajang disebut

Lebih terperinci

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret V.1 HASIL PENGAMATAN 1. TELUR PUYUH BJ = 0,991 mg/ml r 2 = 0,98 VOLUME BSA ( ml) y = 0,0782x + 0,0023 KONSENTRASI ( X ) 0,1 0,125 0,010 0,2 0,25

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pertumbuhan bakteri Bacillus mycoides. Hal tersebut dapat diketahui ketika kurva

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pertumbuhan bakteri Bacillus mycoides. Hal tersebut dapat diketahui ketika kurva BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Pertumbuhan Bacillus mycoides Menentukan lamanya waktu fermentasi agar diperolah aktivitas protease yang tinggi dan jumlah produk yang maksimal maka perlu diketahui

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Minyak Ikan Karakterisasi minyak ikan dilakukan untuk mengetahui karakter awal minyak ikan yang digunakan dalam penelitian ini. Karakter minyak ikan yang diukur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai biomassa panen, kepadatan sel, laju pertumbuhan spesifik (LPS), waktu penggandaan (G), kandungan nutrisi,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 21 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 2014 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia, Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan α-amilase merupakan enzim yang mempunyai peranan penting dalam bioteknologi saat ini. Aplikasi teknis enzim ini sangat luas, seperti pada proses likuifaksi pati pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan memberikan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 1999). Pada penelitian

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi) 76 Lampiran Prosedur uji aktivitas protease (Walter 984, modifikasi) Pereaksi Blanko (ml) Standard (ml) Contoh ml) Penyangga TrisHCl (.2 M) ph 7. Substrat Kasein % Enzim ekstrak kasar Akuades steril Tirosin

Lebih terperinci

I. PERTUMBUHAN MIKROBA

I. PERTUMBUHAN MIKROBA I. PERTUMBUHAN MIKROBA Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pembelahan sel adalah hasil dari pembelahan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel 1. Pengukuran Kadar Air (AOAC, 1984) Cawan aluminium dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 C selama 15 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung selama 20 bulan yaitu dari bulan April 2006 sampai Desember 2007. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. sampai Maret Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. sampai Maret Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Desember 2013 sampai Maret 2014. Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, IPB, dari bulan Oktober 2011 Mei 2012. Bahan Isolasi untuk memperoleh isolat B. thuringiensis

Lebih terperinci

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 TUGAS AKHIR SB 091358 PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI MEDIA EKSTRAK TAUGE (MET) DENGAN PUPUK UREA TERHADAP KADAR PROTEIN Spirulina sp. PADA MEDIA DASAR AIR LAUT Dwi Riesya Amanatin (1509100063) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci