ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER"

Transkripsi

1 ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER OLEH RIRI HAERINA PURNAMASARI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN RIRI HAERINA PURNAMASARI. Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier (dibimbing oleh WIDYASTUTIK). Kemajuan ekonomi ditandai oleh pergeseran struktur perekonomian nasional, yaitu semakin menurunnya pangsa pasar sektor primer dan semakin meningkatnya pangsa pasar sektor sekunder dan tersier, serta terjadinya gap antara pertumbuhan di sektor primer, sekunder dan tersier. Fakta tersebut menggambarkan bahwa telah terjadi ketimpangan pembangunan di Indonesia. Untuk mencegah terjadinya ketimpangan pembangunan tersebut maka pembangunan dalam suatu sektor perekonomian di suatu negara harus ditunjang oleh pembangunan di sektor lainnya. Langkah yang dapat dilakukan oleh suatu negara dalam memacu pertumbuhan dari setiap sektor perekonomian adalah melalui peningkatan investasi. Investasi merupakan kegiatan untuk mentransformasikan sumber daya potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dimana sumber daya alam yang ada di masing-masing daerah diolah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat secara adil dan merata. Investasi baik di sektor primer, sekunder maupun tersier membutuhkan adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Penelitian ini menganalisis perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier, serta memberikan rekomendasi kebijakan investasi bagi pemerintah yang dapat memacu terjadinya peningkatan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series (kuartal) dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2008 yang diperoleh dari instansi terkait. Analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Regresi Komponen Utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi, suku bunga riil, pendapatan rii tahun sebelumnya, jumlah tenaga kerja, total jalan yang diaspal di Indonesia, dan jumlah penduduk Indonesia tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier. Pendapatan riil tahun sebelumnya (PDB t-1 ), jumlah tenaga kerja (TK), jumlah penduduk Indonesia tahun sebelumnya (Jmlh. Pnddk t-1 ), dan total Jalan yang diaspal di Indonesia (Jaspal) berpengaruh secara positif pada taraf 5 persen (α = 5 persen) terhadap nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier. Sedangkan suku bunga riil Indonesia (r) dan inflasi (INF) berpengaruh secara negatif pada taraf 5 persen (α = 5 persen) terhadap nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder maupun tersier. Berdasarkan hasil estimasi output yang didapat, maka kebijakan yang bisa diambil oleh pemerintah sebagai bahan pertimbangan adalah meningkatkan

3 kemampuan pendanaan pemerintah dengan cara meningkatkan proporsi dana untuk pembangunan jalan maupun untuk memperbaiki kondisi jalan yang sudah ada, mengoptimumkan fungsi intermediasi perbankan dan lembaga keuangan dalam mendukung peningkatan kredit investasi, serta menciptakan pertumbuhan investasi di sektor primer sehingga dapat mengurangi ketimpangan realisasi investasi nasional. Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja di sektor primer. Hal ini didasarkan dengan fakta empiris bahwa investor tertarik untuk berinvestasi di sektor primer karena banyaknya jumlah tenaga kerja. Dengan demikian, diharapkan peningkatan kualitas tenaga kerja di sektor primer akan dapat meningkatkan bargaining position tenaga kerja di sektor tersebut.

4 ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER OLEH RIRI HAERINA PURNAMASARI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Riri Haerina Purnamasari Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Menyetujui, Dosen Pembimbing, Widyastutik, SE, M. Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Rina Oktaviani, Ph.D. NIP Tanggal Kelulusan:

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2009 Riri Haerina Purnamasari H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Riri Haerina Purnamasari dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Agus Purnomo Sudiyanto dan Yati Daniati. Pendidikan dasar penulis ditempuh di SDN 02 Pondok Kopi Jakarta, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 199 Pondok Kopi Jakarta dan lulus pada tahun Selanjutnya, penulis melanjutkan ke SMU Negeri 81 Jakarta dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun kedua di IPB, penulis diterima pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada berbagai kepanitiaan dan organisasi. Penulis pernah menjadi staf Biro Kesekretariatan (Roket) Hipotesa tahun 2007 dan ketua Divisi Life Academic by Learning and Education (Lable) Hipotesa tahun Penulis aktif menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Ekonomi Umum. Penulis merupakan staf pengajar di bimbingan belajar Ellips dan sebagai guru privat. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan menulis. Beberapa prestasi yang sempat diraih oleh penulis selama menjadi mahasiswa IPB antara lain sebagai juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Universitas Diponegoro dan juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Universitas Sebelas Maret.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penulisan skripsi ini yang berjudul Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Seiring terselesaikannya skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan di dalamnya. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran untuk perbaikan kedepannya. Skripsi ini merupakan hasil karya yang tercipta karena bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, perkenankan penulis dalam kesempatan ini mempersembahkan dengan tulus ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1. Widyastutik, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan sarannya kepada penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Tanti Novianti, SE, M.Si selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji hasil skripsi ini. Semua saran dan kritik merupakan hal yang sangat berharga dalam perbaikan skripsi ini. 3. Jaenal Effendi, M.A selaku komisi pendidikan. Terima kasih atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. 4. Orang tua penulis, Bapak Agus Purnomo Sudiyanto dan Ibu Yati Daniati yang selalu mengiringi langkah penulis dengan doa, kasih sayang dan pengorbanan yang tiada henti.

9 5. Saudara-saudara penulis, terutama Asri Puspitasari, Ari Permatasari dan Kusumaday Ajibrata. Terima kasih atas doa dan dukungan yang sangat berarti dalam hidup dan kehidupan penulis selama ini. 6. Diar Erstantyo atas segala doa, dukungan, pengertiannya, serta tidak pernah bosan mendengarkan keluh kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Eko Oesman, Bapak Puji, Teh Maiva, Teh Yuli, Teh Andra, Teh Dian, Teh Rima, Teh Rina, k Islam dan Sansa.. 8. Dian, Ginna, Anggi, Inna, Tyas, Renny, Arisa, Tanjung, Dhinta, Dewinta Putri, Tia, Nchie, Adit, Ethy, Lukman, Joger, Rajiv, Dhamar dan teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 42 lainnya atas kebersamaan selama tiga tahun ini. 9. Lable Hipotesa 2008 (Tyas, Secha, Desnita, Andri, Yusuf, dan Miftah) atas keceriaan dan kebersamaan yang selalu tercipta dalam berbagai situasi. 10. Wisma Fricy, Statistics Centre, Lorong 2 A1, ELLIPS, A27 dan A28 angkatan 42, B22 angkatan 44, serta A16, A01, B16 angkatan Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu kelancaran administrasi selama penulis menjalani pendidikan. 12. Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2009 Riri Haerina Purnamasari H

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Investasi Penanaman Modal Asing Penanaman Modal Dalam Negeri Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Suku Bunga Tingkat Inflasi Jumlah Tenaga Kerja Pendapatan Riil Pembangunan Jalan Jumlah Penduduk Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Analisis Regresi Berganda Model Analisis... 32

11 3.3. Metode Estimasi Uji Kriteria Statistik Uji Kriteria Ekonometrika Regresi Komponen Utama (Principal Component Analysis) IV. GAMBARAN UMUM Perkembangan Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier Perkembangan Kontribusi Sektor Primer, Sekunder dan Tersier terhadap PDB Indonesia Perkembangan Infrastruktur di Indonesia Perkembangan Inflasi dan Suku Bunga Riil di Indonesia V. PEMBAHASAN Estimasi Persamaan Model Uji F Uji Autokorelasi Uji Heterokedastisitas Uji Multikolinearitas Estimasi Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer Realisasi Investasi Nasional di Sektor Sekunder Realisasi Investasi Nasional di Sektor Tersier Estimasi Koefisien Implikasi Kebijakan VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 81

12 DAFTAR TABEL No. Halaman 1.1. Nilai Total Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier (dalam persen), Ruang Lingkup Sektor Primer, Sekunder dan Tersier Nilai Probabilitas Hasil Analisis Regresi Komponen Utama Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan tersier Hasil Estimasi Uji Autokorelasi Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Sekunder Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Tersier Hasil Analisis Regresi Komponen Utama Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer Hasil Analisis Regresi Komponen Utama Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Sekunder Hasil Analisis Regresi Komponen Utama Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Tersier Koefisien Variabel Hasil Analisis Regresi Komponen Utama Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier... 65

13 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1.1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Menurut Harga Konstan 1993, Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Hubungan Investasi dengan Suku Bunga Bagan Alur Pemikiran Nilai Total Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier, Kontribusi Sektor terhadap PDB Menurut Harga Konstan Tahun 2000, Total Jalan yang Diaspal di Indonesia,

14 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Correlations Matrix Nilai Total Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer Hasil Analisis Regresi Komponen Utama di Sektor Primer Hasil Uji Heteroskedastisitas di Sektor Primer Model Hasil Analisis Regresi Komponen Utama dan Hasil Uji Multikolinearitas di Sektor Primer Correlations Matrix Nilai Total Realisasi Investasi Nasional di Sektor Sekunder Hasil Analisis Regresi Komponen Utama di Sektor Sekunder Hasil Uji Heteroskedastisitas di Sektor Sekunder Model Hasil Analisis Regresi Komponen Utama dan Hasil Uji Multikolinearitas di Sektor Sekunder Correlations Matrix Nilai Total Realisasi Investasi Nasional di Sektor Tersier Hasil Analisis Regresi Komponen Utama di Sektor Tersier Hasil Uji Heteroskedastisitas di Sektor Tersier Model Hasil Analisis Regresi Komponen Utama dan Hasil Uji Multikolinearitas di Sektor Tersier... 98

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan ekonomi ditandai oleh pergeseran struktur perekonomian nasional, yaitu semakin menurunnya pangsa pasar sektor primer dan semakin meningkatnya pangsa pasar sektor sekunder dan tersier. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pangsa pasar sektor industri dan jasa serta sebaliknya, yaitu terjadinya penurunan pangsa pasar sektor pertanian selama tahun Dimana selama tahun , pangsa pasar sektor industri dan jasa mengalami peningkatan sebesar 6,46 persen dan 2,92 persen, sedangkan pangsa pasar sektor pertanian justru mengalami penurunan sebesar 5,31 persen. Pada tahun , pangsa pasar sektor jasa mengalami peningkatan kembali yaitu sebesar 3,74 persen, sedangkan sektor industri dan pertanian menurun sebesar 0,34 persen dan 1,5 persen. Fakta tersebut menggambarkan bahwa telah terjadi ketimpangan pembangunan di Indonesia. Untuk mencegah terjadinya ketimpangan pembangunan tersebut maka pembangunan dalam suatu sektor perekonomian di suatu negara harus ditunjang oleh pembangunan di sektor lainnya. Misalnya, pembangunan di sektor pertanian perlu didukung oleh pembangunan di sektor industri maupun jasa sehingga ketimpangan pembangunan tidak terjadi. Pengamatan empiris yang dinyatakan oleh Rostow menunjukkan bahwa sebagian besar negara hanya dapat mencapai tahapan tinggal landas menuju pembangunan

16 ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor industri dan jasa setelah didahului oleh kemajuan di sektor pertanian. Gambar 1. menunjukkan ketimpangan dalam pembangunan yang terjadi selama yang dapat dilihat dari terjadinya gap dalam pertumbuhan antar sektor perekonomian. Sebelum tahun 1997, baik di sektor primer, sekunder maupun sektor tersier memiliki pertumbuhan yang positif. Memasuki tahun 1997, dimana pada saat itu terjadi krisis ekonomi yang berlanjut dengan krisis multidimensi di Indonesia mengakibatkan pertumbuhan persektor perekonomian mengalami penurunan. Sektor primer menurun dari 4,29 persen pada tahun 1996 menjadi 1,42 persen pada tahun Sektor sekunder menurun dari 11,93 persen pada tahun 1996 menjadi 5,99 persen pada tahun Sedangkan sektor tersier menurun dari 6,75 persen pada tahun 1996 menjadi 5,58 persen pada tahun Pada tahun 1998, pertumbuhan persektor perekonomian mencapai titik terendahnya selama tahun penelitian. Pertumbuhan 15,00 Persektor (dalam persen) 10,00 5,00 0,00-5, Tahun -10,00-15,00-20,00 Sumber: BPS, 2008 (diolah). Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier Gambar 1.1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Menurut Harga Konstan 2000,

17 Pertumbuhan dari setiap sektor perekonomian seperti yang telah diilustrasikan oleh Gambar 1.1. tentu dipengaruhi oleh ketersediaan modal pada sektor tersebut. Langkah yang dapat dilakukan oleh suatu negara dalam memacu pertumbuhan dari setiap sektor perekonomian adalah melalui peningkatan investasi. Investasi merupakan salah satu komponen dari pembentukan pendapatan nasional, sehingga pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional. Selain itu, investasi juga merupakan kegiatan untuk mentransformasikan sumber daya potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dimana sumber daya alam yang ada di masing-masing daerah diolah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat secara adil dan merata. Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi. Investasi ini bisa berupa investasi dalam negeri maupun luar negeri. Secara umum, investasi atau penanaman modal dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) baik di sektor primer, sekunder maupun tersier membutuhkan adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Pada akhirnya, kondisi inilah yang mampu menggerakan sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakan roda perekonomian nasional. Iklim yang sehat bagi perkembangan investasi suatu negara tidak terjadi secara serta merta, melainkan berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak aspek. Antara lain, suku bunga riil, laju

18 inflasi, pendapatan riil, perkembangan jumlah penduduk, total jalan yang diaspal, serta jumlah tenaga kerja diyakini sebagai beberapa faktor pembentuk iklim yang sehat sehingga diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi perkembangan investasi di negara tersebut. Dalam konteks pembangunan, investasi memegang peranan penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun dalam memanfaatkan sumberdaya alam perlu juga diperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini yang menyebabkan mengapa investasi sebagai suatu faktor yang krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Fakta tersebut setara dengan pernyataan Mulyani (2004), yang mengatakan bahwa ada tiga faktor penggerak pertumbuhan ekonomi yaitu fiskal (G), konsumsi (C), dan investasi (I). Menurutnya, pemerintah tidak bisa mengandalkan fiskal untuk menggerakan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan masih besarnya hutang pemerintah yang harus dibayar. Disamping hal itu, pengadaan alokasi subsidi yang besar juga membuat ruang gerak untuk mendorong pertumbuhan menjadi terbatas. Hal tersebut membuat pemerintah tidak bisa menggantungkan pertumbuhan ekonomi pada konsumsi secara terus-menerus. Saluran lain yang lebih baik bagi pemerintah dalam memacu pertumbuhan ekonomi adalah melalui rangsangan investasi. Peran investasi dalam pertumbuhan ekonomi tidak dapat diabaikan. Hal ini dibuktikan dengan kontribusi investasi sebelum krisis sebesar 33 persen (Balipost online, 2004).

19 Indonesia terbuka secara resmi dan efektif terhadap penanaman modal sejak tahun 1967 ketika pemerintah orde baru memberlakukan Undang-Undang Penanaman Modal Asing yang diikuti dengan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1968 melalui Undang-Undang No. 6/Tahun Undang- Undang tentang PMDN dilengkapi dan disempurnakan pada tahun 1970 dengan UU No. 12/Tahun Sedangkan kesempatan bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia semakin terbuka. Hal ini sejalan pula dengan era perdagangan bebas yang akan dihadapi oleh Indonesia. Selanjutnya, Indonesia mengalami periode pasang surut dalam penerimaan arus modal investasi. Hal ini dikarenakan sukses tidaknya suatu negara dalam menarik arus dana investasi tidak terlepas dari berbagai faktor ekonomi dan non ekonomi. Tabel 1.1. menunjukkan bahwa selama tahun , kondisi perkembangan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder maupun tersier relatif berfluktuasi. Pada tahun 1993, nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer maupun di sektor tersier mencapai titik terendah disepanjang tahun yaitu sektor primer sebesar 0,67 persen dan sektor tersier sebesar 3,73 persen. Sedangkan nilai total realisasi investasi nasional di sektor sekunder pada tahun 1993 merupakan nilai total realisasi investasi nasional di sektor sekunder yang tertinggi di sepanjang tahun , yaitu sebesar 95,60 persen. Investor yang pada umumnya profit oriented tentu akan mempertimbangkan seberapa besar return yang mungkin diperoleh apabila menanamkan modalnya disuatu negara. Bila return yang mungkin

20 diperoleh seorang investor meningkat maka akan meningkatkan minta investor untuk menanamkan modalnya di negara tersebut. Krisis ekonomi tahun 1997 merupakan shock dalam sejarah perekonomian di Indonesia. Shock tersebut telah menyebabkan tidak terkendalinya laju inflasi, yang pada akhirnya mendorong tingkat harga mengalami peningkatan secara umum serta penurunan pendapatan riil masyarakat sehingga daya beli masyarakat menurun. Peningkatan harga serta penurunan daya beli masyarakat ini merupakan alasan mendasar dari penurunan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer dan sektor tersier pada tahun 1997 bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor primer menurun dari 6,18 persen pada tahun 1996 menjadi 5,83 persen pada tahun Sedangkan sektor tersier menurun dari 27,19 persen pada tahun 1996 menjadi 23,08 persen pada tahun Akan tetapi, sektor sekunder justru mengalami peningkatan dari 66,63 persen pada tahun 1996 menjadi 71,09 persen pada tahun Hal ini didukung dengan argumen yang berkembang selama ini bahwa sektor sekunder yang pada umumnya didukung oleh sektor industri makanan dan industri pengolahan akan lebih tahan terhadap krisis bila dibandingkan sektor perbankan, perdagangan maupun pembangunan real estate yang aktifitasnya memilki keterkaitan relatif erat dengan pergerakan laju inflasi serta suku bunga riil. Pada tahun 2006, sektor primer mencapai nilai total realisasi investasi nasional tertinggi di sepanjang tahun yaitu sebesar 11,26 persen. Pada tahun 2008, dimana perekonomian Indonesia sedang mengalami guncangan sebagai akibat dari krisis minyak dan pangan dunia, serta krisis

21 keuangan global mengakibatkan nilai total realisasi investasi di sektor primer dan sekunder juga mengalami kemunduran. Nilai total realisasi investasi di sektor primer menjadi sebesar 3,10 persen dari 7,60 persen pada tahun Nilai total realisasi investasi di sektor sekunder menjadi sebesar 36,97 persen dari 53,61 persen pada tahun Berbeda dengan nilai total realisasi investasi di sektor primer dan sekunder, nilai total realisasi investasi di sektor tersier justru mengalami peningkatan sebesar 21,14 persen sehingga nilai total realisasi investasi di sektor tersier pada tahun 2008 yaitu sebesar 59,94 persen. Tabel 1.1. Nilai Total Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier, (dalam persen) Tahun Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier ,67 95,60 3, ,08 70,67 20, ,42 83,87 12, ,18 66,63 27, ,83 71,09 23, ,00 76,52 20, ,04 68,95 27, ,65 49,21 48, ,58 62,56 30, ,38 59,79 35, ,76 38,69 56, ,49 63,66 29, ,06 46,76 45, ,26 61,14 27, ,60 53,61 38, ,10 36,97 59,94 Sumber: BKPM, 2008 (diolah). Berdasarkan paparan latar belakang di atas dan berdasarkan fenomena yang terjadi di Indonesia, dimana perkembangan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder, dan tersier belum optimal, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul : Analisis Perbandingan

22 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier. Hal ini mengingat karena investasi memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara tak terkecuali Indonesia, sehingga faktor-faktor yang menentukan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder maupun tersier sangat penting untuk diperhitungkan oleh pemerintah. Dengan demikian, diharapkan tidak akan terjadi ketimpangan pembangunan yang dapat dilihat dari peningkatan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder maupun tersier secara merata Perumusan Masalah Meskipun dua atau tiga tahun pasca krisis ekonomi 1997, ekonomi Indonesia sudah menunjukkan kembali pertumbuhan ekonomi yang positif, namun hingga saat ini pertumbuhannya rata-rata per tahun relatif masih lambat dibandingkan pertumbuhan rata-rata per tahun yang pernah dicapai, khususnya pada periode pertengahan 1990-an. Salah satu penyebabnya adalah masih belum intensifnya kegiatan investasi yang dapat dilihat dari masih rendahnya nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier. Investasi memberikan kontribusi yang berarti terhadap perekonomian suatu negara. Apabila Indonesia memiliki iklim investasi yang kondusif, yang berarti faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total realisasi investasi nasional, seperti suku bunga riil, laju inflasi, jumlah penduduk Indonesia, total jalan yang diaspal di Indonesia, pendapatan riil (sektor primer, sekunder; dan tersier) serta jumlah tenaga kerja (sektor primer, sekunder dan tersier) berada pada tingkat yang

23 memungkinkan suatu proyek investasi menghasilkan keuntungan maka hal tersebut akan mendorong tumbuhnya nilai total investasi yang terealisasikan di berbagai sektor perekonomian di Indonesia. Pertumbuhan nilai total realisasi investasi nasional akan menjadi salah satu dasar bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi jangka panjang di Indonesia. Melihat pentingnya iklim investasi bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, maka faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi nasional tersebut menjadi sangat penting untuk diperhitungkan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini dikarenakan ketidakpastian akan stabilitas faktor-faktor yang mempengaruhi investasi akan berpengaruh pada tingkat keuntungan yang diperoleh investor. Dengan demikian, diharapkan Indonesia dapat senantiasa menciptakan iklim yang baik bagi perkembangan investasi di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier? 2. Bagaimana rekomendasi kebijakan investasi untuk memacu terjadinya peningkatan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier? 1.3. Tujuan Penelitian ini yaitu: Berdasarkan dari perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

24 1. Menganalisis perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier. 2. Memberikan rekomendasi kebijakan investasi bagi pemerintah yang dapat memacu terjadinya peningkatan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, pemerintah, masyarakat maupun bagi akademisi. Manfaat manfaat tersebut diantaranya : 1. Penulis dapat menambah pemahaman serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2. Rekomendasi kebijakan investasi dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang tepat agar dapat meningkatkan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier. 3. Masyarakat dapat lebih memahami mengenai permasalahan realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier. 4. Kalangan akademisi dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan menjadikan tulisan ini sebagai bahan rujukan dalam membuat penelitian lainnya.

25 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Variabel-variabel yang digunakan adalah data nilai total realisasi investasi nasional (sektor primer, sekunder dan tersier), inflasi, suku bunga riil, pendapatan riil (sektor primer, sekunder dan tersier), jumlah tenaga kerja (sektor primer, sekunder dan tersier), jumlah penduduk Indonesia dan total jalan yang diaspal di Indonesia dengan series dari tahun 1993 sampai dengan tahun Ruang lingkup investasi dalam penelitian ini mencakup nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier. Tabel 1.2. Ruang Lingkup Sektor Primer, Sekunder dan Tersier Sektor Perekonomian Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier 1. Kehutanan (forestry); 2. Perikanan (fishery); 3. Pertambangan (mining); 4. Penggalian; 5. Peternakan (livestock); 6. Tanaman pangan dan perkebunan (food crops and plantation). 1. Industri alat angkutan dan transport lainnya; 2. Industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi (chemical and pharmaceutical industry); 3. Industri kertas, barang dari kertas, dan percetakan; 4. Industri barang karet dan barang plastik; 5. Industri kayu (wood industry); 6. Industri kulit, barang dari kulit dan sepatu; 7. Industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronika; 8. Industri makanan (food industry); 9. Industri tekstil (textile industry); 10. Industri min. non logam (non metal min. Industry); 11. Konstruksi (construction). 1. Real estate, kawasan industri, dan perkantoran (real estate, industrial estate, and office building); 2. Hotel dan restoran (hotel and restaurant); 3. Elektrik, gas, dan air (electricity, gas and water); 4. Perdagangan dan reparasi (trade and reparation); 5. Pengangkutan, gudang, dan komunikasi (transport, storage, and communication); 6. jasa lainnya.

26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Investasi Menurut Mankiw (2000) investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Investasi juga dibagi menjadi tiga sub kelompok yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap rumah tangga, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan; investasi tetap rumah tangga adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah; sedangkan investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan. Secara umum, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai, peralatan, aset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian (Harjono, 2007). Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik unsur-unsur penting dari kegiatan investasi, yaitu: 1. Adanya motif untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan nilai modalnya. 2. Modal tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat mata dan dapat diraba (tangible), tetapi juga mencakup sesuatu yang bersifat tidak kasat mata dan tidak dapat diraba (intangible). Intangible mencakup keahlian, pengetahuan, jaringan, dan sebagainya yang dalam berbagai kontrak kerja sama (joint venture agreement) yang biasanya disebut valuable services.

27 Adanya investasi akan mendorong adanya peningkatan kapital per tenaga kerja (perkapita) sehingga meningkatkan pendapatan nasional. Kaitan ini dapat dijelaskan dalam Gambar 2.1. yang menunjukkan bahwa jika terdapat peningkatan investasi maka akan meningkatkan jumlah kapital per tenaga kerja (perkapita) sehingga pendapatan nasional akan semakin meningkat. Investasi (I) I 0 Ii I 1 0 Y 1 Y 0 Pendapatan Nasional (Y) Sumber: Mankiw, Gambar 2.1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Penanaman Modal Asing Pengertian penanaman modal asing menurut Hulman Panjatan dalam Harjono (2007) adalah suatu kegiatan penanaman modal yang didalamnya terdapat unsur asing (foreign element) yang ditentukan oleh adanya kewarganegaraan yang berbeda, asal modal, dan sebagainya. Dalam penanaman modal asing, modal yang ditanam merupakan modal milik asing maupun modal patungan antara modal asing dengan modal dalam negeri. Negara yang sedang berkembang umumnya berkeyakinan bahwa pembangunan ekonominya akan dapat dikembangkan lebih baik lagi jika dapat memanfaatkan modal asing. Modal tersebut dimanfaatkan ke dalam sektor-sektor

28 yang produktif. Banyaknya manfaat yang didapat dari adanya modal asing dalam suatu negara apabila modal tersebut dapat termanfaatkan secara bijak maka untuk mendapatkan aliran modal asing yang lebih besar lagi maka perlu diciptakan iklim yang baik sehingga modal asing tersebut dapat disertakan dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, persyaratan-persyaratan mengenai masuknya modal asing perlu dipersiapkan sebaik-baiknya (Sumantoro, 1989). Pada saat ini baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang telah mengusahakan hubungan kerjasama antara pemerintah dan swasta sebagai salah satu cara yang harus ditempuh dengan tujuan untuk meningkatkan penanaman modal dari negara maju ke negara sedang berkembang. Bagi negara maju, motif mencari untung dari kegiatan penanaman modal akan selalu diutamakan, sedangkan bagi negara berkembang menganggap bahwa kegiatan penanaman modal asing tersebut merupakan suatu langkah mendapatkan modal tambahan untuk melakukan pembangunan ekonomi Penanaman Modal Dalam Negeri Keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam UU No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut ketentuan penanaman modal tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri (yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-haknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan atau

29 disediakan guna menjalankan usaha) bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya (Harjono, 2007). Usaha pengembangan penanaman modal dalam negeri telah dirintis oleh pemerintah, salah satunya adalah dengan kebijakan kredit investasi. Pemberian kredit investasi memerlukan keahlian dalam prioritas pembangunan. Sebuah pengalaman menunjukkan bahwa penyaluran kredit investasi sering didasarkan pada perintah atau komando dari atasan. Hal demikian telah menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dimana terjadi pemborosan keuangan negara dan pengaruhnya kepada laju inflasi (Sumantoro, 1989) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Suku Bunga Menurut Kasmir (1999), bunga merupakan balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Ada dua jenis bunga yang diberikan kepada nasabah, yaitu bunga simpanan dan bunga pinjaman. Bunga simpanan merupakan bunga yang diberikan sebagai rangsangan bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank, dimana semakin tinggi bunga simpanan yang ditetapkan oleh perbankan yang mengacu pada suku bunga bank sentral maka hal ini akan mendorong nasabah untuk menyimpan dananya. Sedangkan bunga pinjaman merupakan bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Kedua jenis bunga tersebut saling mempengaruhi positif, artinya jika bunga simpanan tinggi maka secara otomatis bunga pinjaman juga

30 ikut naik. Sebaliknya jika bunga simpanan rendah maka secara otomatis bunga pinjaman ikut menjadi rendah juga. Berdasarkan Sukirno (1981), besar kecilnya investasi yang dilakukan dalam suatu kegiatan ekonomi atau produksi ditentukan oleh tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, kemajuan teknologi, ramalan kondisi ekonomi ke depan, dan faktor-faktor lainnya. Secara grafis hubungan investasi dengan suku bunga berbanding terbalik seperti pada Gambar 2.2. dibawah ini. Suku Bunga (r) I = I(r) Investasi (I) Sumber: Mankiw, Gambar 2.2. Hubungan Investasi dengan Suku Bunga Berdasarkan Gambar 2.2 dapat terlihat bahwa kurva investasi memiliki slope negatif sehingga jika suku bunga naik maka akan semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan sehingga investasi akan menurun dan sebaliknya jika suku bunga rendah, maka orang akan menanamkan modalnya untuk berinvestasi di berbagai bidang usaha (Deliarnov, 1995). Para ekonom membedakan antara tingkat bunga nominal dengan tingkat bunga riil (Mankiw, 2000). Tingkat bunga nominal (nominal interest rate) adalah tingkat bunga yang biasa dilaporkan dan merupakan hasil tabungan dan biaya peminjaman tanpa penyesuaian terhadap inflasi. Tingkat bunga riil (real interest rate) mengukur

31 biaya pinjaman yang sebenarnya dan merupakan tingkat bunga yang menentukan tingkat investasi. Tingkat bunga riil merupakan tingkat bunga nominal yang telah dikoreksi karena pengaruh inflasi. Investasi bergantung pada tingkat bunga riil karena tingkat bunga adalah biaya pinjaman (Mankiw, 2000). Persamaan yang menggambarkan hubungan antara tingkat inflasi dengan suku bunga riil adalah sebagai berikut : I = I(r) (2.1) r = i Л (2.2) Kegiatan investasi akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka tingkat investasi yang dilakukan akan mengalami penurunan. Ketika suku bunga mengalami penurunan, investasi akan mengalami peningkatan (Sukirno, 1996). Menurut teori ekonomi klasik, makin tinggi tingkat bunga maka keinginan melakukan investasi semakin kecil. Hal ini disebabkan investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayar investor untuk dana investasi tersebut (Dewi, 2005) Tingkat Inflasi Kaum monetaris berpendapat bahwa inflasi disebabkan oleh pertumbuhan money supply yang tinggi sehingga mereka berpendapat bahwa inflasi merupakan suatu fenomena moneter (Adhitya, 2007). Menurut Keynesian, tingkat inflasi yang tinggi tidak dapat dikendalikan hanya dengan kebijakan fiskal saja. Oleh

32 karena itu, perpanduan antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal diperlukan untuk mengendalikan laju inflasi dalam suatu negara. Teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral yang mengawasi money supply memiliki kendali tertinggi atas tingkat inflasi. Menurut Mishkin (2001), inflasi merupakan kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus menerus. Tingkat inflasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap investasi. Ketika terjadi inflasi, maka harga-harga akan mengalami kenaikan termasuk faktor-faktor produksi. Ketika harga-harga faktor produksi meningkat maka perusahaan atau investor cenderung mengurangi investasinya. Hal ini dikarenakan peningkatan harga faktor-faktor produksi akan mendorong terjadinya peningkatan biaya produksi secara keseluruhan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atau investor sehingga akan menurunkan tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan atau investor tersebut Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja baik di sektor primer, sekunder maupun tersier berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor perekonomian di Indonesia. Semakin banyak tenaga kerja pada suatu sektor perekonomian dalam suatu negara akan mendorong terjadinya penurunan tingkat upah, sehingga menurunkan total biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh investor dalam menjalankan usahanya. Penurunan dari total biaya produksi tentu menjadi dari peningkatan keuntungan yang mungkin diperoleh investor, dimana

33 sinyal peningkatan keuntungan ini akan menstimulus investasi, yang pada akhirnya akan meningkatkan realisasi investasi di sektor tersebut (Sukirno, 1996) Pendapatan Riil Istilah pendapatan nasional dapat berarti sempit dan berarti luas. Dalam arti sempit, pendapatan nasional merupakan terjemahan langsung dari national income. Sedangkan dalam arti luas, pendapatan nasional dapat merujuk ke Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) (Dumairy, 1996). PDB itu sendiri adalah pendapatan total yang diperoleh secara domestik, termasuk pendapatan yang diperoleh dari faktor-faktor produksi yang dimiliki asing (Mankiw, 2000). Perlu disadari bahwa peranan pendapatan atau PDB terhadap investasi tidak dapat diabaikan. Dimana pendapatan nasional yang semakin tinggi akan mendorong terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang meningkat akan memperbesar permintaan terhadap barang dan jasa. Hal ini tentu akan menyebabkan keuntungan perusahaan bertambah dan akan menjadi stimulus untuk terciptanya iklim investasi yang kondusif sehingga dapat meningkatkan investasi nasional per sektor. Dengan kata lain, apabila pendapatan nasional bertambah tinggi maka investasi akan bertambah tinggi pula. Dengan demikian investasi berhubungan positif terhadap pendapatan nasional (Sukirno, 2001). Selain itu, jika pendapatan masyarakat tinggi maka bagian dari pendapatan masyarakat tersebut yang dapat dipergunakan untuk investasi meningkat sehingga investasi dapat meningkat.

34 Pembangunan Jalan Banyak daerah dengan kandungan potensial sumber daya alam seperti minyak, gas alam dan barang tambang lainnya hanya memiliki pertumbuhan ekonomi yang sama atau bahkan dibawah pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional. Begitu juga dengan keanekaragaman hayati yang belum dapat dieksploitasi untuk dijadikan sumber ekonomi. Hal ini terjadi karena keterbatasan infrastruktur yang terdapat di Indonesia. Fakta tersebut tentu bertolak belakang dengan beberapa hasil studi yang menyatakan bahwa infrastruktur dan investasi jelas memiliki keterkaitan yang tidak dapat diabaikan. Sebuah studi dari Bank Dunia (2006), menunjukkan faktor penentu investasi dengan indeks tertinggi adalah keberadaan infrastruktur seperti listrik, transportasi, jalan diaspal, dan kebersihan. Faktor lain yang terdapat dalam penelitian tersebut, seperti ketersediaan sumberdaya manusia yang memadai dan tingkat korupsi memiliki angka indeks yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan keberadaan infrastruktur. Secara umum, infrastruktur berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui kelancaran kegiatan ekonomi di negara tersebut. Pembangunan jalan yang merupakan salah satu dari pembangunan infrastruktur memberikan pengaruh secara positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Semakin tingginya pembangunan jalan yang dapat dilihat dari semakin tingginya total jalan yang diaspal tentu akan memperlancar distribusi produk. Lancarnya proses distribusi dari suatu produk akan menurunkan biaya transportasi atau biaya distribusi,

35 sehingga secara keseluruhan biaya produksi akan menurun. Penurunana biaya produksi merupakan sinyal positif terhadap tingkat keuntungan yang mungkin diperoleh seorang investor. Oleh karena itu, total jalan yang diaspal di Indonesia akan berbanding lurus dengan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier Jumlah Penduduk Jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan yang disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau perpindahan penduduk. Perubahan keadaan penduduk tersebut dinamakan dinamika penduduk. Dinamika atau perubahan penduduk cenderung kepada pertumbuhan. Pertumbuhan penduduk ialah perkembangan jumlah penduduk suatu daerah atau negara. Jumlah penduduk suatu negara dapat diketahui melalui sensus, registrasi dan survei penduduk. Jumlah penduduk Indonesia sejak sensus pertama sampai dengan sensus terakhir jumlahnya terus bertambah. Jumlah penduduk Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk mengindikasikan terjadinya peningkatan permintaan akan barang dan jasa, sehingga memperbesar pangsa pasar Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengacu berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya. Dewi (2005), melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Utama Penentu

36 Investasi Swasta di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data kuantitaif kuartalan pada periode 1993:1 sampai 2003:4, serta menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai alat analisis menghadapi permasalahan mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi penentu tingkat investasi swasta di Indonesia, dan kebijakan apakah yang dapat diambil oleh pemerintah dalam meningkatkan kegiatan investasi swasta. Variabel yang digunakan adalah GDP, suku bunga, posisi utang pemerintah, DSR (Debt Service Ratio), investasi pemerintah, dan lag investasi swasta. Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh variabel secara signifikan berpengaruh terhadap kegiatan investasi swasta di Indonesia. Lima variabel bebas yaitu investasi pemerintah, Gross Domestic Product (GDP), suku bunga, Debt Service Ratio (DSR), dan lag investasi swasta mempunyai tanda yang sesuai dengan teori, sedangkan variabel posisi utang pemerintah mempunyai tanda yang tidak sesuai dengan teori. Investasi swasta dipengaruhi secara positif oleh kegiatan investasi pemerintah kuartal sebelumnya, GDP, dan investasi swasta kuartal sebelumnya. Variabel posisi utang pemerintah, DSR, dan suku bunga berpengaruh negatif terhadap kegiatan investasi swasta di Indonesia. GDP riil merupakan variabel yang paling mempengaruhi kegiatan investasi swasta di Indonesia, sedangkan suku bunga riil merupakan faktor yang pengaruhnya paling kecil terhadap kegiatan investasi swasta di Indonesia. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah sebagai bahan pertimbangan adalah melalui peningkatan sektor riil. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan ekonomi meningkat.

37 Adhitya (2007), melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Provinsi DKI Jakarta. Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data time series (kuartalan) periode 1996:1 sampai dengan 2005:4, serta menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai alat analisis menghadapi permasalahan mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi investasi di Provinsi DKI Jakarta serta bagaimana faktorfaktor tersebut mempengaruhi kegiatan investasi di Provinsi DKI Jakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di DKI Jakarta yaitu suku bunga, inflasi, lag PDRB, dan tingkat upah secara signifikan berpengaruh nyata pada taraf nyata 1 persen, sedangkan nilai tukar secara signifikan berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian statistik terhadap model persamaan investasi di Provinsi DKI Jakarta, seluruh variabel eksogennya mempunyai tanda yang sesuai dengan teori. Imas (2007), melakukan penelitian dengan judul mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data time series periode 1990 sampai dengan 2005, serta menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai alat analisis untuk menghadapi permasalahan mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi investasi dalam negeri (PMDN) di Indonesia, faktor-faktor apa yang mempengaruhi investasi asing (PMA) di Indonesia, serta kebijakan apakah yang dapat diambil oleh pemerintah untuk menarik kembali investor agar kegiatan investasi dapat meningkat.

38 Hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi investasi dalam negeri (PMDN) menunjukkan bahwa variabel pendapatan riil perkapita, investasi pemerintah khusus infrastruktur, upah minimum, dan pajak secara siginifikan berpengaruh terhadap kegiatan investasi dalam negeri di Indonesia. Selain pajak, semua variabel berpengaruh positif, sedangkan pajak berpengaruh negatif terhadap investasi PMDN. Hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi investasi asing (PMA) menunjukkan bahwa variabel pendapatan riil perkapita, upah minimum, dan inflasi secara signifikan berpengaruh terhadap investasi asing PMA, sedangkan variabel investasi pemerintah khusus infrastruktur dan pajak tidak berpengaruh terhadap kegiatan investasi asing PMA di Indonesia. Pendapatan riil perkapita, upah minimum berpengaruh positif dan laju inflasi berpengaruh negatif terhadap investasi asing (PMA) di Indonesia. Oktaviani, Alla, dan Widyastutik (2007) melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Pada tahun pertama penelitian, data yang digunakan adalah data sekunder yang berkaitan dengan realisasi investasi sektor primer di seluruh Indonesia, sedangkan pada tahun kedua dan ketiga, jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner terhadap responden di Provinsi terpilih yang ditetapkan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat dan Daerah, Pemerintah Provinsi dan BPS.

39 Pada tahun pertama, penelitian ini menggunakan Shift Share sebagai alat analisis. Sedangkan pada tahun kedua, penelitian ini menggunakan analisis komponen utama (principal component analysis) dan pada tahun ketiga menggunakan evaluasi kebijakan (regulatory impact assessment). Hasil analisis pada tahun pertama menunjukkan bahwa identifikasi potensi investasi sektor primer Provinsi-Provinsi di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa potensi PMDN yang memilki pertumbuhan cepat disertai daya saing baik terhadap sektor ekonomi di wilayah lainnya adalah subsektor tanaman pangan dan perkebunan yang berada pada Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Sementara itu, potensi PMA yang memilki pertumbuhan cepat disertai daya saing baik terhadap sektor ekonomi di wilayah lainnya adalah subsektor tanaman pangan dan perkebunan yang berada pada Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Hasil analisis pada tahun kedua menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memiliki korelasi kuat dengan investasi asing subsektor perkebunan dan tanaman pangan di Jawa Barat adalah jumlah barang bongkar muat di stasiun kereta api dan pelabuhan laut. Selain itu, hasil analisis pada tahun kedua juga menunjukkan bahwa indikator makro regional Provinsi Jawa Barat yang dinilai relatif rendah (belum baik) oleh narasumber birokrat dan investor adalah terkait dengan pembangunan infrastruktur dan kebijakan pemerintah. Adapun indikator makro regional yang dinilai relatif tinggi adalah potensi pasar. Sementara itu untuk indikator teknis, narasumber investor menilai indikator budidaya sebagai aspek

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER OLEH RIRI HAERINA PURNAMASARI H14051446 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H14103094 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA EKONOMI DAN POTENSI KEUANGAN DAERAH KOTA BOGOR SEBELUM DAN SELAMA DESENTRALISASI FISKAL OLEH DHINTA RACHMAWATI H

ANALISIS KINERJA EKONOMI DAN POTENSI KEUANGAN DAERAH KOTA BOGOR SEBELUM DAN SELAMA DESENTRALISASI FISKAL OLEH DHINTA RACHMAWATI H ANALISIS KINERJA EKONOMI DAN POTENSI KEUANGAN DAERAH KOTA BOGOR SEBELUM DAN SELAMA DESENTRALISASI FISKAL OLEH DHINTA RACHMAWATI H14053127 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH (2001-2005) OLEH NITTA WAHYUNI H14102083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H14103094 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi. Bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian perusahaan ini melibatkan peranan manajer keuangan, dimana. mengambil keputusan merupakan kegiatan para manajer.

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian perusahaan ini melibatkan peranan manajer keuangan, dimana. mengambil keputusan merupakan kegiatan para manajer. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian perusahaan merupakan suatu hal yang paling penting bagi perusahaan yang sudah go public karena mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi investor

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H )

KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H ) PENGARUH TOTAL KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H14051239) DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H14051312 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA 1976 2006 OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H 14104067 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KREDIT UMKM DI INDONESIA OLEH GERRY DANISTYO H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KREDIT UMKM DI INDONESIA OLEH GERRY DANISTYO H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KREDIT UMKM DI INDONESIA OLEH GERRY DANISTYO H14052749 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H14103069 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam proses globalnya membutuhkan sarana dan prasarana guna menunjang proses pembangunan yang seutuhnya.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H14103119 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG PERIODE OLEH ADHITIA KUSUMA NEGARA H

KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG PERIODE OLEH ADHITIA KUSUMA NEGARA H KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG PERIODE 2003-2007 OLEH ADHITIA KUSUMA NEGARA H14052528 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H14102059 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

Figur Data Kota Surakarta Tahun

Figur Data Kota Surakarta Tahun PENDAPATAN REGIONAL Regional Income 11 Figur Data Kota Surakarta Tahun 2014 256 Pendapatan Regional Regional Income PDRB Kota Surakarta yang disajikan secara series memberikan gambaran kinerja ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H

ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H14102107 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN NOVA MARDIANTI. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode 2010-2015, secara umum pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi, dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010-2015, laju pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN PASCA OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS : KOTA DEPOK)

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN PASCA OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS : KOTA DEPOK) ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN PASCA OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS : KOTA DEPOK) Oleh ANNISA ANJANI H14103124 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Lebih terperinci

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM PENGARUH SUKU BUNGA TERHADAP PENYALURAN BERBAGAI JENIS KREDIT UMKM DI INDONESIA Oleh: ANGGIT GUMILAR H 14104103 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H

DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H14102010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN CITRA MULIANTY

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

EKONOMI WILAYAH DAN AKSES USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat)

EKONOMI WILAYAH DAN AKSES USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat) EKONOMI WILAYAH DAN AKSES USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat) OLEH: ELLY EROSA H 14103108 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE 1985 2004 OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H14101088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H14050603 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN DIAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H14102066 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH EDI SUMANTO H

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH EDI SUMANTO H ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH EDI SUMANTO H14102021 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN EDI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat) OLEH : LESTY PHYTALOKA H14050165 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H14053044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H14050283 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai negara

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN INFLASI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA PERIODE : PENDEKATAN KURVA PHILIPS. Oleh: SRI MULYATI H

ANALISIS HUBUNGAN INFLASI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA PERIODE : PENDEKATAN KURVA PHILIPS. Oleh: SRI MULYATI H ANALISIS HUBUNGAN INFLASI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA PERIODE 1985-2008: PENDEKATAN KURVA PHILIPS Oleh: SRI MULYATI H14050975 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H 14104017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI H

PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI H PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tujuannya untuk mewujudkan cita-cita suatu bangsa khususnya cita-cita luhur bangsa Indonesia. Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan modal penting bagi negara-negara berkembang, karena memiliki peranan yang besar dalam proses pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang

Lebih terperinci

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSFORMASI EKONOMI PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE OLEH MUHAMAD ROYAN H

ANALISIS TRANSFORMASI EKONOMI PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE OLEH MUHAMAD ROYAN H ANALISIS TRANSFORMASI EKONOMI PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE 1993-2004 OLEH MUHAMAD ROYAN H14102112 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN MUHAMAD

Lebih terperinci

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H 14104053 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah selalu digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE 1993-2005 Penerapan Analisis Shift-Share Oleh MAHILA H14101003 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di suatu negara bisa dijadikan alat ukur untuk menganalisa tingkat perkembangan perekonomian di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR Oleh DIYAH RATNA SARI H14102075 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H14050206 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang sekarang ini giat melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan mencakup di segala sektor. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012).

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). Penelitian yang berjudul Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

Lebih terperinci