ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 RINGKASAN ADHITYA KUSUMANINGRUM. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi di Provinsi DKI Jakarta (dibimbing oleh WIDYASTUTIK). Suatu kegiatan investasi baik yang bersumber dari dalam atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun luar negeri atau Penanaman Modal Asing (PMA) dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Investasi dapat masuk ke suatu wilayah apabila para investor merasa aman dalam melakukan kegiatan investasi. Kegiatan investasi suatu daerah salah satunya ditentukan oleh potensi ekonomi yang dimilikinya. Keseluruhan potensi ekonomi tersebut tergabung menjadi satu dan membentuk daya tarik investasi bagi suatu daerah. Oleh karenanya, hal yang wajar apabila pemerintah daerah berusaha untuk menarik investor agar bersedia menanamkan modalnya di wilayah yang dikelolanya. Investasi diyakini mampu meningkatkan perekonomian dari suatu wilayah, namun banyak hal yang mempengaruhi kegiatan investasi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di Provinsi DKI Jakarta. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel investasi baik PMA dan PMDN, suku bunga, inflasi, lag PDRB, tingkat upah, dan nilai tukar rupiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ordinary Least Square (OLS). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder kuartalan dari tahun 1996:1 sampai tahun 2005:4 yang berasal dari Badan Penanaman Modal dan Pendayagunaan Kekayaan Umum Daerah (BPM dan PKUD) Provinsi DKI Jakarta, Badan Pusat Statistik (BPS), BPS Provinsi DKI Jakarta, dan instansiinstansi lain yang terkait dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di Provinsi DKI Jakarta yaitu suku bunga, inflasi, lag PDRB, dan tingkat upah secara signifikan berpengaruh nyata pada taraf nyata 1 persen, sedangkan nilai tukar secara signifikan berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen. Berdasarkan hasil pengujian statistik terhadap model persamaan investasi di Provinsi DKI Jakarta, seluruh variabel eksogennya mempunyai tanda yang sesuai dengan teori. Variabel suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kegiatan investasi di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini mengimplikasikan suatu penurunan tingkat bunga akan mengurangi biaya modal, sehingga menyebabkan suatu peningkatan dalam investasi. Variabel inflasi berpengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat investasi di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan tingkat inflasi yang tinggi memicu biaya operasional perusahaan mengalami peningkatan sehingga tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan mengalami penurunan. Penurunan keuntungan perusahaan tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah investasi yang dilakukan perusahaan.

3 Variabel PDRB periode sebelumnya berpengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat investasi di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini menunjukkan jika pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya menunjukkan ke arah yang membaik maka akan meningkatkan kepercayaan investor atau pemilik modal untuk menanamkan modalnya di Provinsi DKI Jakarta, sehingga tingkat investasi di Provinsi DKI Jakarta pun meningkat. Variabel upah berpengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat investasi di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan jika tingkat upah yang dibayarkan mengalami peningkatan, maka share keuntungan yang diterima perusahaan akan menurun. Dengan share keuntungan yang menurun tersebut maka kecenderungan perusahaan untuk berinvestasi pun mengalami penurunan. Variabel nilai tukar berpengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat investasi di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini disebabkan karena ketika terjadi depresiasi nilai tukar rupiah maka nilai riil keuntungan yang akan diperoleh akan berkurang sehingga dapat menurunkan tingkat investasi. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kegiatan investasi di Provinsi DKI Jakarta adalah PDRB periode sebelumnya, sedangkan variabel yang pengaruhnya paling kecil terhadap kegiatan investasi di Provinsi DKI Jakarta adalah suku bunga. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa PDRB merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap tingkat investasi di DKI Jakarta maka disarankan kepada Pemprov DKI Jakarta untuk lebih meningkatkan laju pertumbuhan PDRB, misalnya melalui kegiatan promosi investasi daerah, seperti yang akan diselenggarakan yaitu Jakarta Investment Center (JIC). Program ini telah dilaksanakan sosialisasinya pada tanggal 18 hingga 20 Desember 2006 di Kairo, Mesir, kemudian pada tanggal 6 hingga 8 April 2007 di Mumbai, India, serta pada tanggal 22 hingga 25 Juni 2007 di Maroko. Upaya tersebut ditujukan agar para investor baik domestik maupun asing memiliki keyakinan untuk menanamkan modalnya di Indonesia, khususnya di Provinsi DKI Jakarta.

4 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA Oleh : ADHITYA KUSUMANINGRUM H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

5 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama : Adhitya Kusumaningrum Nomor Registrasi Pokok : H Departemen : Ilmu Ekonomi Judul : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi di Provinsi DKI Jakarta dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Widyastutik, S.E., M.Si. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Ir. Rina Oktaviani, M.S., Ph.D. NIP Tanggal Kelulusan :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juli 2007 Adhitya Kusumaningrum H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Adhitya Kusumaningrum dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 September Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. H. Siswojo Rahardjo dan Hj. Roesbandijah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Pondok Ranggon I pada tahun Selanjutnya pada tahun 1999 penulis menamatkan pendidikan menegah pertama di SLTP Angkasa, Jakarta. Pada 2003 penulis menamatkan pendidikan menegah atas pada SMU Islam PB Sudirman, Jakarta. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI) pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis ikut serta dalam organisasi Koperasi Mahasiswa (KOPMA) dan Music Agricultural and Expression (MAX).

8 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi di Provinsi DKI Jakarta. Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia. Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih serta rasa hormat kepada : 1. Ibu Widyastutik, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan sehingga pembuatan skripsi ini terlaksana dengan baik. 2. Ibu Dr. Sri Mulatsih, M.Sc. selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji hasil skripsi ini. Terima kasih juga atas saran dan kritiknya. 3. Bapak Muhammad Findi A., S.E., M.Si. selaku komisi pendidikan atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. 4. Orangtua penulis, Bapak Drs. H. Siswojo Rahardjo dan Ibu Hj. Roesbandijah. Terima kasih atas doa, semangat, dan kasih sayang, serta dukungannya yang telah diberikan sangat besar artinya dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Terima kasih kepada saudara-saudara penulis terutama Dwijo Hari Prabowo, Uut Budi Utami, dan Ardityo Mufa adi. Terima kasih atas dukungan, semangat, dan story pengalaman kalian dalam menjalani skripsi. 6. Terima kasih kepada Harya Nartama atas segala dukungan, semangat, dan kesabaran, serta tidak bosan mendengarkan keluh kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9 7. Terima kasih kepada Ana, Uti, Depe, Uut, Efa, Wilma, Winsih, Linda, dan Echa serta teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 40 lainnya atas kebersamaan selama empat tahun ini dan atas segala dukungan dan semangatnya sebagai teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi. 8. Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu kelancaran administrasi selama penulis menjalani pendidikan. 9. Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Juli 2007 Adhitya Kusumaningrum H

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penulisan Ruang Lingkup Penelitian Manfaat Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Investasi Penanaman Modal Asing Penanaman Modal Dalam Negeri Tingkat Keuntungan Investasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Suku Bunga Tingkat Inflasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tingkat Upah Nilai Tukar Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data Analisis Regresi Berganda Model Analisis Koefisien Determinasi (R 2 ) dan Adjusted R

11 Pengujian untuk Masing-masing Parameter Regresi Pengujian terhadap Model Penduga Permasalahan OLS Hipotesis Penelitian IV. GAMBARAN UMUM Letak Geografis dan Batas Wilayah Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Pola Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dugaan Model Uji Ekonometrika Uji Statistik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi di Provinsi DKI Jakarta Suku Bunga Inflasi Lag PDRB Tingkat Upah Nilai Tukar VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 60

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Kontribusi Pemprov DKI Jakarta dalam Investasi Agregat di Provinsi DKI Jakarta Perkembangan PMA dan PMDN di Provinsi DKI Jakarta Pembagian Wilayah Provinsi DKI Jakarta Laju Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Tahun Kontribusi Anggaran dan Penerimaan Terhadap Perekonomian di DKI Jakarta dan Nasional (dalam persen) Komposisi Penerimaan dalam APBD DKI Jakarta dan APBN Indonesia (dalam persen) Perkembangan Tingkat Pendapatan Perkapita dan Laju Pertumbuhan DKI Jakarta dan Nasional Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta (dalam persen) Perkembangan Kontribusi Sektor-sektor Perekonomian Terhadap PDRB Riil Provinsi DKI Jakarta, Periode (dalam persen) Hasil Estimasi Koefisien Variabel Penduga

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Hubungan Suku Bunga, Investasi, Pengeluaran, dan Pendapatan Nasional Kurva Investasi Perubahan Nilai Tukar Kerangka Pemikiran Penelitian...27

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data Analisis Model Regresi Investasi Provinsi DKI Jakarta a. Hasil Estimasi Output b. Uji Autokorelasi c. Uji Heteroskedastisitas d. Uji Multikolinieritas... 62

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (BKPM, 2004). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam melakukan analisis mengenai pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu wilayah. Pembangunan wilayah dilakukan dengan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara berkesinambungan melalui kegiatan investasi baik yang bersumber dari dalam atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun luar negeri atau Penanaman Modal Asing (PMA). Oleh karena itu, untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maka dibutuhkan investasi pada semua sektor pembangunan. Besarnya investasi ini akan tergantung pada sumber-sumber pembiayaan pembangunan baik yang berasal dari sektor pemerintah maupun dari sektor swasta dan masyarakat. Selama ini kontribusi investasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terhadap investasi agregat di wilayah DKI Jakarta masih sangat rendah (BPM dan PKUD DKI Jakarta, 2007). Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai kontribusi aktual tahun 2002 hingga 2006 dimana investasi Pemprov DKI Jakarta terhadap investasi agregat di DKI Jakarta memiliki kecenderungan menurun dan hanya berada pada kisaran 5,5 persen hingga 6,6 persen (Tabel 1.1). Rendahnya investasi pemerintah tersebut disebabkan masih banyaknya program yang harus dibiayai oleh pemerintah sehingga dana yang dialirkan untuk investasi menjadi

16 2 berkurang. Oleh karena itu, peranan investasi swasta harus diperhitungkan dalam menjalankan roda perekonomian. Tabel 1.1. Kontribusi Pemprov DKI Jakarta dalam Investasi Agregat di Provinsi DKI Jakarta Tahun Kontribusi Pemprov DKI Jakarta (dalam persen) , , , , ,56 Sumber : BPM dan PKUD DKI Jakarta, Provinsi DKI Jakarta dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonominya sebesar 6,5 persen pada tahun 2007 maka membutuhkan investasi sebesar Rp 123 triliun. Hal ini disebabkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia saat ini sebesar 5 persen. Oleh karena itu, Pemprov DKI Jakarta telah melakukan upaya perbaikan sistem investasi. Misalnya, mempercepat proses perizinan investasi, penyederhanaan pembiayaan, dan membuka pelayanan dengan satu pintu (BPM dan PKUD Provinsi DKI Jakarta, 2007). Investasi dalam suatu perekonomian sangat diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Investasi dapat masuk ke suatu wilayah apabila para investor merasa aman dalam melakukan kegiatan investasi. Jalannya kegiatan investasi dipengaruhi oleh banyaknya faktor. Apabila terdapat permasalahan atau kelemahan di salah satu faktor maka akan mempengaruhi kegiatan investasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, melihat pentingnya investasi serta banyaknya faktor yang mempengaruhinya maka relevan dilakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi di Provinsi DKI Jakarta.

17 Perumusan Masalah Secara umum kondisi berbagai daerah di Indonesia oleh para pelaku usaha dinilai relatif kondusif untuk melaksanakan kegiatan investasi (KPPOD, 2003). Investasi diyakini mampu meningkatkan perekonomian dari suatu wilayah. Oleh karena itu, hal yang wajar apabila pemerintah daerah berusaha untuk menarik investor agar bersedia menanamkan modalnya di wilayah yang dikelolanya. Berbagai strategi diterapkan pemerintah daerah untuk menarik minat investor, seperti penyediaan lahan, kemudahan perizinan, dan penyediaan infrastruktur, namun upaya tersebut belum memberikan hasil yang menggembirakan. Selain itu, persaingan antar daerah semakin ketat dalam menarik para investor sehingga pemerintah daerah harus mengoptimalkan potensi daerahnya masing-masing yang berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia, serta sumberdaya lainnya untuk menarik minat investor. Berbagai program dilaksanakan oleh pemerintah DKI Jakarta, diantaranya pembangunan kawasan berikat hingga menyelenggarakan Jakarta Internasional Investment Expo (JIVEST) 2006 yang digelar pada Agustus 2006 di Jakarta Convention Center (JCC). Ide dasar pembentukan kawasan berikat salah satunya adalah peningkatan dan pengembangan lalu lintas barang perdagangan internasional sebagai upaya mendorong investasi yang dapat meningkatkan partisipasi dunia usaha. Wilayah yang termasuk kawasan berikat adalah Cakung, Tanjung Priok, dan Marunda. Berdasarkan PP No.33 Tahun 1996, jenis kegiatan di kawasan berikat adalah penyortiran dan pengepakan barang dan bahan asal

18 4 impor yang hasilnya untuk tujuan ekspor dengan mendapatkan perlakuan khusus di bidang kepabeanan, cukai, dan perpajakan. Program lainnya adalah menyelenggarakan JIVEST yaitu kegiatan promosi terbesar yang memberikan peluang dan kesempatan besar bagi kota-kota besar di dunia dan daerah-daerah di Indonesia serta para pengusaha domestik dan asing untuk dapat bertemu langsung dengan para calon investor dari Asia, Amerika, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Australia, dalam rangka menarik investasi asing. Tujuan dilaksanakannya JIVEST adalah memberikan informasi lengkap dari tangan pertama tentang peluang dan tantangan investasi di kota-kota besar dunia maupun daerah-daerah di Indonesia. Kegiatan pameran ini dianggap sebagai media yang paling efektif dalam mempromosikan potensi investasi. Selain itu, Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara perlu mempelopori adanya suatu forum investasi dan perdagangan yang mampu menggerakkan roda perekonomian nasional. Strategi lainnya yang dilakukan oleh pemerintah daerah yaitu harus mengerti keinginan investor dalam hal kemudahan atau fasilitas yang akan diberikan serta jaminan kondisi sosial budaya suatu daerah seperti keamanan, kepastian hukum, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, melalui Inpres No.3 Tahun 2006 Pemprov DKI Jakarta menyederhanakan Izin Usaha yang semula 150 hari menjadi 70 hari. Program-program yang dilakukan pemerintah DKI Jakarta di atas pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan minat investor baik asing maupun domestik untuk menanamkan modal di DKI Jakarta. Selain itu, tujuan dari program-program tersebut adalah, pertama, untuk mempromosikan kepada calon

19 5 investor dan pelaku bisnis global bahwa Indonesia, khususnya DKI Jakarta, memiliki peluang investasi dan peluang bisnis yang sangat menjanjikan di masa depan serta merupakan tempat ideal, aman, dan nyaman untuk berinvestasi; kedua, membangun kerjasama antar pemerintah daerah, antara pemerintah daerah dengan pusat serta antara pemerintah daerah dengan pihak asing di bidang investasi. Ketiga, membangun kerjasama antara pengusaha Indonesia dengan pengusaha asing guna meningkatkan lapangan pekerjaan. Hal ini dikarenakan investasi merupakan salah satu sumber pertumbuhan perekonomian daerah yang potensial. Ketika investasi mengalami peningkatan maka pertumbuhan ekonomi dapat meningkat. Sebaliknya, ketika investasi mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi tidak dapat berjalan. Berdasarkan Tabel 1.1 yang menunjukkan bahwa kondisi perkembangan PMA dan PMDN Provinsi DKI Jakarta dari tahun 1996 hingga 2005 mengalami fluktuasi. Pada tahun 1996, nilai PMDN sebesar Rp ,60 juta dengan jumlah proyek PMDN sebanyak 193 proyek. Angka ini terus menurun pada tahun 1997 hingga 1999, namun pada tahun 2000 kembali meningkat menjadi 88 proyek dengan nilai Rp ,80 juta. Setelah tahun 2001 nilai PMDN mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi Rp ,15 juta namun jumlah proyeknya mengalami penurunan menjadi 45 proyek. Pada tahun 2002, nilai PMDN menurun menjadi Rp ,97 juta namun jumlah proyek mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 46 proyek. Angka ini cenderung meningkat hingga tahun 2004, kemudian pada tahun 2005 nilai dan proyek PMDN mengalami penurunan menjadi Rp ,52 juta dan 23 proyek.

20 6 Tabel 1.2. Perkembangan PMA dan PMDN di Provinsi DKI Jakarta PMA PMDN Tahun Perubahan Perubahan Investasi Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi (ribu US$) (juta Rp) (persen) (persen) ,50 95, ,60-62, ,80-77, ,60-70, ,00-16, ,00-45, ,19 10, ,33-63, ,30 75, ,80 340, ,54-77, ,15 6, ,33 293, ,97 58, ,60 324, ,93 37, ,55-63, ,243,196,39 29, ,36 38, ,52-10,63 Sumber : BPM dan PKUD, Nilai PMA pada tahun 1996 sebesar US$ ,50 ribu dengan jumlah proyek sebanyak 294 proyek. Pada tahun 1997 mengalami penurunan investasi dengan nilai PMA sebesar US$ ,80 ribu dan jumlah proyek sebanyak 170 proyek. Setelah itu, pada tahun 1998 dan 1999 nilai investasi PMA mengalami penurunan karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Pada tahun 1998 nilai PMA sebesar US$ ,00 ribu dengan jumlah proyek sebanyak 306 proyek, sedangkan pada tahun 1999 nilai PMA meningkat dari tahun sebelumnya menjadi US$ ,19 ribu namun jumlah proyeknya mengalami peningkatan menjadi 429 proyek. Pada tahun 2000 nilai PMA meningkat menjadi US$ ,30 ribu dengan jumlah proyeknya sebanyak 692 proyek. Pada tahun 2001, nilai PMA turun drastis menjadi US$ ,54 ribu dengan jumlah proyek sebanyak 487 proyek. Pada tahun 2002 hingga 2005 perkembangan nilai PMA Provinsi DKI Jakarta cenderung meningkat. Pada tahun 2003, nilai PMA meningkat menjadi US$ ,60 juta dengan proyek sebanyak 460 proyek.

21 7 Dalam melakukan kegiatan investasi di Provinsi DKI Jakarta, selama ini para investor dihadapi dengan adanya kendala-kendala seperti tidak adanya kepastian hukum, tidak adanya kepastian waktu proses perizinan, hingga tidak adanya kepastian biaya. Kendala-kendala tersebut menyebabkan berkurangnya kepercayaan investor baik asing maupun domestik untuk berinvestasi di Provinsi DKI Jakarta. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kepercayaan investor, pemerintah mengesahkan undang-undang di bidang penanaman modal yaitu Undang-undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Melalui undangundang tersebut, diharapkan investasi baik PMA maupun PMDN di Provinsi DKI Jakarta untuk periode selanjutnya akan semakin meningkat. Kegiatan investasi suatu wilayah dipengaruhi oleh banyak faktor. Jika salah satu faktor tersebut mengalami suatu kendala maka akan berpengaruh terhadap kegiatan investasi di wilayah tersebut. Selain itu, investasi akan meningkat apabila tercipta iklim investasi yang kondusif dan meningkatnya daya saing wilayah tersebut sebagai tujuan investasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi investasi di DKI Jakarta sebagai upaya pembangunan dan pengembangan kegiatan investasi di DKI Jakarta. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi investasi di Provinsi DKI Jakarta? 2. Bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi kegiatan investasi di Provinsi DKI Jakarta?

22 Tujuan Penulisan Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di Provinsi DKI Jakarta. 2. Menganalisis bagaimana pengaruh faktor-faktor investasi tersebut terhadap kegiatan investasi di Provinsi DKI Jakarta Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan dalam merumuskan dan merencanakan arah kegiatan pembangunan perekonomian di Provinsi DKI Jakarta. 2. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di Provinsi DKI Jakarta. Investasi yang digunakan terdiri dari penjumlahan nilai PMA dan nilai PMDN yang telah direalisasi. Variabelvariabel tak bebas yang digunakan yaitu suku bunga, inflasi, lag Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat upah, dan nilai tukar mulai dari tahun 1996:1 hingga tahun 2005:4.

23 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Investasi Investasi berarti setiap kegiatan yang meningkatkan kemampuan ekonomi untuk memproduksi output di masa yang akan datang. Menurut Sukirno (1996), investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barangbarang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Besar kecilnya investasi dalam suatu kegiatan ekonomi ditentukan oleh tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, kemajuan teknologi, ramalan kondisi ekonomi ke depan, dan faktorfaktor lainnya. Secara umum, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai, peralatan, aset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian (Harjono, 2007). Dari pengertian tersebut dapat ditarik unsur-unsur penting dari kegiatan investasi, yaitu : 1. Adanya motif untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan nilai modalnya. 2. Modal tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat mata dan dapat diraba (tangible), tetapi juga mencakup sesuatu yang bersifat tidak kasat mata dan tidak dapat diraba (intangible). Intangible mencakup keahlian,

24 10 pengetahuan, jaringan, dan sebagainya yang dalam berbagai kontrak kerja sama (joint venture agreement) yang biasanya disebut valuable services. Dilihat dari sudut pandang ekonomi yang memandang investasi sebagai salah satu faktor produksi, investasi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi, atau suatu penyertaan lainnya; suatu tindakan membeli barang modal; dan pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di masa datang (Harjono, 2007). Investasi merupakan faktor yang penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Adanya investasi akan mendorong peningkatan kapital per tenaga kerja (perkapita) sehingga meningkatkan pendapatan nasional. Kaitan ini dapat dijelaskan dalam Gambar 2.1 yang menunjukkan bahwa jika terdapat kenaikan jumlah kapital perkapita maka akan meningkatkan pendapatan nasional sehingga makin meningkatkan investasi. Investasi (I) I 1 I i I 0 0 Pendapatan Nasional (Y) Y Y 0 0 Sumber: Mankiw (2000) Gambar 2.1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Menurut Mankiw (2000), investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Investasi dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu business fixed investment, residential investment, dan inventory investment. Business fixed investment mencakup peralatan dan sarana yang digunakan

25 11 perusahaan dalam proses produksinya, sementara residential investment meliputi pembelian rumah baru, baik yang akan ditinggali oleh pemilik sendiri maupun yang akan disewakan kembali, sedangkan inventory investment adalah barang yang disimpan oleh perusahaan di gudang, meliputi bahan baku, persediaan, bahan setengah jadi, dan barang jadi. Investasi merupakan variabel ekonomi yang merupakan penghubung antara kondisi saat ini dengan masa yang akan datang, serta menghubungkan antara pasar barang dengan pasar uang. Dalam hal ini, peranan suku bunga sangat penting dalam menjembatani antara kedua pasar tersebut. Disamping itu, investasi merupakan komponen PDB yang paling volatile. Pada saat resesi, penyebab utama dalam penurunan pengeluaran adalah turunnya investasi. Dalam konteks makroekonomi, pengertian investasi adalah the flow of spend-ing that adds to the physical stock of capital. Dengan demikian kegiatan seperti pembangunan rumah, pembelian mesin/peralatan, pembangunan pabrik dan kantor, serta penambahan barang inventori suatu perusahaan termasuk dalam pengertian investasi tersebut, sedangkan kegiatan pembelian saham atau obligasi suatu perusahaan tidak termasuk dalam pengertian investasi ini (Dornbusch, 1996). Berdasarkan Gambar 2.2 tampak bahwa kurva investasi dan suku bunga berslope negatif sehingga penurunan suku bunga (r) akan meningkatkan investasi dari I 1 ke I 2. Peningkatan investasi ini mengakibatkan pengeluaran akan meningkat dari AE 1 ke AE 2 dan pada akhirnya peningkatan pengeluaran ini akan menyebabkan peningkatan pendapatan nasional yaitu dari Y 1 ke Y 2. Di sisi lain, jika terjadi penurunan dalam suku bunga menyebabkan rumah tangga

26 12 mengkonsumsi lebih sedikit dan menabung lebih banyak. Penurunan dalam mengkonsumsi membuat sumberdaya dapat diinvestasikan sehingga investasi akan mengalami peningkatan. AE AE=Y AE 2 AE 2 AE 1 AE 1 Y 1 Y 2 Y r r r 1 r 1 r 2 r 2 IS I 1 I 2 I Y 1 Y 2 Y Sumber : Mankiw (2000) Gambar 2.2. Hubungan Suku Bunga, Investasi, Pengeluaran, dan Pendapatan Nasional Penanaman Modal Asing Pengertian penanaman modal asing menurut Hulman Panjaitan dalam Harjono (2007) adalah suatu kegiatan penanaman modal yang didalamnya terdapat unsur asing (foreign element) yang ditentukan oleh adanya kewarganegaraan yang berbeda, asal modal, dan sebagainya. Dalam penanaman modal asing, modal yang ditanam merupakan modal milik asing maupun modal patungan antara modal milik asing dengan modal dalam negeri.

27 13 Negara yang sedang berkembang umumnya berkeyakinan bahwa pembangunan ekonominya akan dapat dikembangkan lagi jika dapat memanfaatkan modal asing. Modal tersebut dimanfaatkan ke dalam sektor-sektor yang cukup produktif. Untuk aliran modal asing yang lebih besar lagi perlu diciptakan iklim yang baik sehingga modal asing tersebut dapat disertakan dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, persyaratan-persyaratan mengenai masuknya modal asing perlu dipersiapkan sebaik-baiknya (Sumantoro, 1989). Peranan penanaman modal asing adalah bersifat komplementer dan diarahkan sesuai dengan prioritas pembangunan. Sebagaimana diketahui pembangunan ekonomi berarti pengelolaan kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan kecakapan manajemen, teknik dan organisasi. Pelaksanaannya harus diusahakan berdasarkan kemampuan yang ada di dalam negeri agar tidak merugikan kepentingan nasional. Menurut Sumantoro (1989), penanaman modal asing harus diarahkan menurut bidang-bidang yang telah ditetapkan prioritasnya oleh pemerintah yaitu untuk sektor-sektor sebagai berikut : 1. Usaha yang membutuhkan modal swasta sangat besar dan teknologi tinggi; 2. Usaha yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi; 3. Usaha pendirian industri-industri dasar; 4. Usaha yang sifatnya menciptakan lapangan pekerjaan; 5. Usaha yang menunjang peningkatan penerimaan negara; 6. Usaha yang menunjang penghematan devisa atau pengganti impor; 7. Usaha yang menunjang penyebaran pembangunan daerah.

28 14 Kebijaksanan di bidang penanaman modal asing tersebut secara keseluruhan tercakup dalam kebijaksanaan pengembangan dunia usaha dan mencakup bidang-bidang pengaturan teknis dan pengarahan dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan usaha, peningkatan penyebaran kegiatan usaha ke daerah, membuka lapangan kerja yang lebih luas bagi tenaga kerja Indonesia dan pengarahan potensi investasi yang ada. Penanaman modal asing ke suatu negara akan selalu mencari objek investasi yang menarik, mendatangkan untung dan aman. Dalam pelaksanaannya, modal asing akan berusaha mendapatkan perlindungan sesuai dengan Undang-undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Disamping itu, modal asing juga mengusahakan perlindungan dari negaranya sendiri atau dari organisasi-organisasi keuangan internasional. Pada saat ini baik negara yang sedang berkembang maupun negara maju telah menyadari dan mengusahakan hubungan kerjasama antara pemerintah dan swasta. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan penanaman modal dari negara maju ke negara sedang berkembang. Bagi negara maju, motif mencari untung dari kegiatan penanaman modal akan selalu diutamakan, sedangkan bagi negara sedang berkembang menganggap kegiatan penanaman modal asing tersebut sebagai suatu perluasan untuk mendapatkan perkembangan perdagangan dalam negeri Penanaman Modal Dalam Negeri Keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam UU No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut ketentuan penanaman

29 15 modal tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri (yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-haknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan/disediakan guna menjalankan usaha) bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya (Harjono, 2007). Usaha pengembangan penanaman modal dalam negeri telah dirintis oleh pemerintah, salah satunya dengan kebijakan kredit investasi. Pemberian kredit investasi memerlukan keahlian dalam prioritas pembangunan. Sebuah pengalaman menunjukkan bahwa penyaluran kredit investasi sering didasarkan pada perintah atau komando dari atasan. Hal demikian telah menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dimana terjadi pemborosan keuangan negara dan pengaruhnya kepada laju inflasi (Sumantoro, 1989) Tingkat Keuntungan Investasi Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang mempunyai prospek yang baik dan dapat dilaksanakan serta besarnya investasi yang dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan. Jika suatu investasi diramalkan akan mengalami peningkatan tingkat keuntungan maka pada dasarnya investasi tersebut akan mengalami peningkatan. Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar daripada nilai sekarang modal yang diinvestasikan (Sukirno, 1996).

30 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Suku Bunga Menurut Kasmir (1999), bunga merupakan balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Ada dua jenis bunga yang diberikan kepada nasabah, yaitu bunga simpanan dan bunga pinjaman. Bunga simpanan merupakan bunga yang diberikan sebagai rangsangan bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank, sedangkan bunga pinjaman merupakan bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Kedua jenis bunga tersebut saling mempengaruhi positif, artinya jika bunga simpanan tinggi maka secara otomatis bunga pinjaman juga ikut naik. Sebaliknya, jika bunga simpanan rendah maka secara otomatis bunga pinjaman ikut menjadi rendah juga. Suku bunga riil (r) Fungsi investasi I(r) Sumber : Mankiw (2000) Gambar 2.3. Kurva Investasi Nilai investasi (I) Dari Gambar 2.3 terlihat bahwa kurva investasi memiliki slope negatif sehingga jika suku bunga naik maka akan semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan. Para ekonom membedakan antara tingkat bunga nominal dengan tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang biasa

31 17 dilaporkan dan merupakan tingkat bunga yang dibayar investor ketika meminjam uang. Tingkat bunga riil mengukur biaya pinjaman yang sebenarnya dan merupakan tingkat bunga yang menentukan tingkat investasi. Tingkat bunga riil merupakan tingkat bunga nominal yang dikoreksi karena pengaruh inflasi. Investasi bergantung pada tingkat bunga riil karena tingkat bunga adalah biaya pinjaman (Mankiw, 2000). Persamaan yang menggambarkan hubungan antara tingkat inflasi dengan suku bunga riil adalah sebagai berikut : I=I(r) (2.1) Kegiatan investasi akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka tingkat investasi yang dilakukan akan mengalami penurunan. Ketika suku bunga mengalami penurunan, investasi akan mengalami peningkatan (Sukirno, 1996). Menurut teori ekonomi klasik, makin tinggi tingkat bunga maka keinginan melakukan investasi semakin kecil. Hal ini disebabkan investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayar investor untuk dana investasi tersebut (Dewi, 2005) Tingkat Inflasi Kaum monetaris berpendapat bahwa inflasi disebabkan oleh pertumbuhan money supply yang tinggi sehingga mereka berpendapat bahwa inflasi merupakan suatu fenomena moneter. Menurut kaum keynesian, tingkat inflasi yang tinggi tidak dapat dikendalikan hanya dengan kebijakan fiskal saja. Oleh karena itu, perpaduan antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal diperlukan untuk

32 18 mengendalikan laju inflasi. Teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral yang mengawasi supply uang memiliki kendali tertinggi atas tingkat inflasi. Jika bank sentral mempertahankan supply uang dengan cepat maka tingkat harga akan meningkat dengan cepat (Mankiw, 2000). Menurut Mishkin (2001), inflasi merupakan kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus menerus. Tingkat inflasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap investasi. Ketika terjadi inflasi, maka harga-harga akan mengalami kenaikan termasuk faktor-faktor produksi. Ketika harga-harga faktor produksi meningkat maka perusahaan cenderung mengurangi investasinya. Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan semakin memburuk jika inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut akan mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor, dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Menurut Sukirno (1996), keterlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari inflasi yang serius disebabkan oleh beberapa faktor penting, seperti : 1. Inflasi menggalakkan penanaman modal spekulatif. Pada masa inflasi terdapat kecenderungan antara pemilik modal untuk menggunakan uangnya dalam investasi yang bersifat spekulatif. Membeli rumah dan tanah serta menyimpan barang yang berharga akan lebih menguntungkan daripada melakukan investasi yang produktif. 2. Tingkat bunga meningkat dan tingkat investasi berkurang.

33 19 Untuk menghindari kemerosotan nilai modal yang dipinjamkan, otoritas moneter akan menaikkan tingkat bunga. Makin tinggi tingkat inflasi maka makin tinggi pula tingkat bunga yang akan ditentukan. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kegairahan penanam modal untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif. 3. Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi masa depan. Laju inflasi akan bertambah cepat apabila tidak dikendalikan, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan ketidakpastian dan arah perkembangan ekonomi tidak lagi dapat diramalkan dengan baik. Keadaan ini akan mengurangi kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Potensi ekonomi daerah mencakup potensi fisik dan potensi non fisik suatu wilayah seperti penduduk, sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan sumberdaya sosial. Faktor penduduk yang dianalisis dalam kaitannya dengan daya tarik investasi daerah yang pertama adalah kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita. PDRB perkapita merupakan nilai PDRB atas dasar harga berlaku dibagi jumlah penduduk di suatu daerah (KPPOD, 2003). Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah juga dapat dilihat dari PDRB wilayah tersebut. Laju pertumbuhan PDRB merupakan tingkat output diturunkan dari fungsi produksi suatu barang dan jasa. Fungsi produksi merupakan hubungan antara tingkat output (Y) dengan tingkat input. Tingkat input terdiri dari modal

34 20 (capital) dan tenaga kerja (labour). Turunan pertama fungsi produksi dirumuskan sebagai berikut : Y=f(K,L) (2.2) berdasarkan hal tersebut maka nilai PDRB secara langsung dipengaruhi oleh tingkat investasi yang merupakan perubahan kapital ( K) dan angkatan kerja yang merupakan labor (L) dalam fungsi produksi (Mankiw, 2000). Ketika terjadi kenaikan permintaan berarti terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi sehingga akan merangsang para investor untuk melakukan kegiatan investasi (Dumairy, 1996). Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa. Keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan akan mendorong dilakukannya investasi lebih banyak lagi (Sukirno, 1996) Tingkat Upah Dalam perekonomian tertutup, investasi yang direncanakan tergantung pada tingkat bunga. Tingkat bunga adalah biaya utang untuk mendanai proyekproyek investasi. Kenaikan dalam tingkat bunga karena adanya kenaikan upah akan mengurangi investasi yang direncanakan (Mankiw, 2000). Penetapan tingkat upah berpengaruh secara langsung terhadap investasi. Dengan naiknya tingkat upah maka akan meningkatkan tingkat konsumsi dari pekerja sehingga permintaan uang akan naik. Meningkatnya permintaan uang akan meningkatkan tingkat suku bunga sehingga menyebabkan tingkat investasi akan menurun. Jika tingkat upah mengalami penurunan maka upah tenaga kerja akan lebih murah. Tingkat upah

35 21 yang rendah mendorong perusahaan menarik lebih banyak tenaga kerja. Dengan banyaknya tenaga kerja maka output akan lebih banyak yang diproduksi. Semakin banyak output maka tingkat keuntungan mengalami peningkatan sehingga perusahaan cenderung meningkatkan investasinya (Sukirno, 1996) Nilai Tukar Nilai tukar merupakan suatu nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing (Sukirno, 1996). Biasanya suatu negara akan berusaha untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan dalam jangka waktu yang lama. Selama nilai tukar yang ditetapkan tersebut tidak menimbulkan akibat yang kurang menguntungkan, maka negara tersebut tidak akan melakukan sesuatu perubahan terhadap nilai tukar yang telah ditetapkannya. Nilai tukar memegang peranan penting dalam menentukan aktivitas perekonomian. Secara umum nilai tukar dibedakan menjadi dua jenis yaitu : (1) nilai tukar nominal yang merupakan harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw, 2000). Menurut Mishkin (2001), nilai tukar nominal merupakan satuan mata uang asing baik yang berbentuk hard cash maupun dalam bentuk surat berharga. (2) nilai tukar riil yaitu nilai tukar nominal dikalikan dengan harga barang domestik (Mankiw, 2000). Suatu mata uang asing nilainya akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan yang terus menerus tersebut akan disebabkan oleh perubahan yang selalu terjadi pada permintaan atau penawaran mata uang asing. Untuk menunjukkan akibat dari perubahanperubahan tersebut dapat dilihat melalui Gambar 2.4.

36 22 Kurs (Rp) S 2500 E E D 1 D 0 Q 0 Q 2 Jumlah mata uang asing (US$) Sumber : Sukirno (1996) Gambar 2.4. Perubahan Nilai Tukar Gambar 2.4 menunjukkan kenaikan permintaan jumlah dollar Amerika Serikat dari D 0 menjadi D 1. Kenaikan permintaan tersebut menyebabkan kenaikan nilai dollar Amerika Serikat dan kemerosotan nilai rupiah. Hal ini berarti kenaikan dalam permintaan jumlah mata uang asing menyebabkan masyarakat harus membayar lebih mahal untuk setiap dollar Amerika Serikat yang ingin diperolehnya. Pada mulanya, pemilik rupiah harus membayar Rp untuk memperoleh setiap dollar Amerika Serikat, namun karena ada kenaikan permintaan terhadap dollar Amerika Serikat maka pemilik rupiah harus membayar Rp untuk setiap dollar Amerika Serikat Penelitian Terdahulu Penelitian Rahmawati (2004) mengenai Analisis Faktor-faktor Penentu Aliran Modal Swasta Jangka Pendek di Indonesia dengan menggunakan data sekunder kuartalan periode 1997:3 sampai dengan 2002:4 menyimpulkan bahwa empat variabel bebasnya berpengaruh secara signifikan terhadap aliran modal swasta dengan tingkat kepercayaan sebesar satu persen dan lima persen. Variabel

37 23 tersebut adalah perubahan nilai tukar nominal terhadap dollar Amerika Serikat, perbedaan suku bunga domestik dan luar negeri, pertumbuhan jumlah uang beredar, dan inflasi, sedangkan dua variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan pada taraf nyata lima persen. Kedua variabel bebas yang tidak signifikan terhadap aliran modal swasta jangka pendek dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhinya seperti faktor ketidakpastian politik dan situasi sosial dimana Indonesia sering dijadikan sebagai pasar spekulasi oleh para spekulan sebagai akibat dari kondisi ketidakpastian ini. Penelitian Dewi (2005) mengenai Analisis Faktor-faktor Penentu Investasi Swasta di Indonesia dengan menggunakan data kuartalan tahun 1993:1 sampai dengan tahun 2003:4 menunjukkan bahwa seluruh variabel secara signifikan berpengaruh terhadap kegiatan investasi swasta di Indonesia. Lima variabel bebas yaitu investasi pemerintah, Gross Domestic Product (GDP), suku bunga, Debt Service Ratio (DSR), dan lag investasi swasta mempunyai tanda sesuai dengan teori, sedangkan variabel posisi utang pemerintah mempunyai tanda yang tidak sesuai dengan teori. Investasi swasta dipengaruhi secara positif oleh kegiatan investasi pemerintah kuartal sebelumnya, GDP, dan investasi swasta kuartal sebelumnya. Variabel posisi utang pemerintah, DSR, dan suku bunga berpengaruh negatif terhadap kegiatan investasi swasta di Indonesia. GDP riil merupakan variabel yang paling mempengaruhi kegiatan investasi swasta di Indonesia, sedangkan suku bunga riil merupakan faktor yang pengaruhnya paling kecil terhadap kegiatan investasi swasta di Indonesia.

38 24 Penelitian Irmawati (2005) mengenai Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Indonesia Periode menunjukkan bahwa seluruh variabel yang digunakan yakni GDP, suku bunga deposito, inflasi, nilai tukar dua periode sebelumnya, jumlah uang beredar periode sebelumnya, PMDN periode sebelumnya, dan dummy krisis ekonomi signifikan pada taraf nyata 10 persen. Variabel GDP memiliki hubungan positif dengan PMDN. Hal ini dikarenakan ketika pendapatan meningkat maka investasi akan meningkat. Variabel suku bunga memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap PMDN sebab ketika suku bunga meningkat maka masyarakat lebih memilih untuk menabung karena menabung lebih menarik daripada melakukan investasi sehingga investasi akan menurun. Variabel inflasi memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap PMDN. Ketika inflasi meningkat (dengan asumsi total konsumsi dan pendapatan tetap) maka kesejahteraan masyarakat akan menurun sehingga menurunkan kemampuan berinvestasi yang menyebabkan tingkat investasi menurun. Variabel nilai tukar dua periode sebelumnya memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan PMDN. Ketika depresiasi meningkat tajam maka keuntungan yang diperoleh akan berkurang sehingga dapat menurunkan tingkat investasi. Variabel jumlah uang beredar memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap PMDN. Hal ini dikarenakan jumlah uang beredar akan mempengaruhi inflasi sehingga akan berpengaruh juga terhadap investasi. Variabel PMDN periode sebelumnya memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap PMDN. Ketika investasi periode sebelumnya

39 25 meningkat maka investasi pada periode saat ini juga meningkat. Variabel dummy krisis berpengaruh positif dan signifikan terhadap PMDN. Penelitian Ferdiyan (2006) mengenai Analisis Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Pertumbuhan Investasi Di Provinsi Jawa Barat menyimpulkan bahwa pemberlakuan otonomi daerah menyebabkan peningkatan PMDN dan PMA di Jawa Barat. Hal ini dikarenakan kebijakan otonomi daerah mendorong para investor untuk meningkatkan investasinya sehingga meningkatkan kepercayaan para investor akan adanya peningkatan kualitas. Dalam penelitian ini, variabel total investasi dipisahkan menjadi variabel PMDN dan variabel PMA di Jawa Barat. Variabel-variabel yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PMDN di Jawa Barat adalah dummy otonomi daerah, investasi riil Jawa Barat periode sebelumnya, dan laju inflasi, sedangkan variabel-variabel yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PMA di Jawa Barat adalah dummy otonomi daerah dan PDRB. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah mencakup perbedaan lingkup wilayahnya sehingga penelitian ini akan memiliki karakteristik yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Selain itu, variabel-variabel yang digunakan dalam mempengaruhi investasi pun berbeda. Penelitian ini menganalisis mengenai investasi di Provinsi DKI Jakarta menggunakan data sekunder kuartalan dari tahun 1996:1 hingga tahun 2005:4. Variabel-variabel yang digunakan adalah suku bunga, inflasi, PDRB, tingkat upah, dan nilai tukar.

40 Kerangka Pemikiran Dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara umum, investasi baik PMA maupun PMDN membutuhkan adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Investasi akan masuk ke suatu daerah tergantung dari daya tarik daerah tersebut terhadap investasi serta adanya iklim investasi yang kondusif. Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap investasi salah satunya tergantung dari kemampuan daerah untuk menentukan faktor-faktor yang digunakan sebagai ukuran daya saing perekonomian daerah. Pembangunan suatu wilayah sangat bergantung pada kegiatan investasi wilayah yang secara berkesinambungan. Kegiatan investasi Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menpengaruhi kondisi investasi di DKI Jakarta sebagai upaya pembangunan dan pengembangan kegiatan investasi serta bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Dalam penelitian ini, sejumlah variabel digunakan untuk menentukan tingkat investasi Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan tujuan serta untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini, variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat investasi di Provinsi DKI Jakarta adalah suku bunga, inflasi, PDRB Provinsi DKI Jakarta, tingkat upah, dan nilai tukar. Apabila faktor-faktor tersebut cukup kondusif, maka perkembangan investasi akan membaik dan investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H14103094 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H14051312 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H14102059 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA SKRIPSI ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H14103069 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan modal penting bagi negara-negara berkembang, karena memiliki peranan yang besar dalam proses pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanisme penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA 1976 2006 OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H 14104067 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekanan inflasi merupakan suatu peristiwa moneter yang dapat dijumpai pada hampir semua negara-negara di dunia yang sedang melaksanakan proses pembangunan. Tingkat

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan II. LANDASAN TEORI A. Investasi 1. Pengertian Investasi Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran pemerintah untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI DI PROVINSI JAWA BARAT OLEH ADI FERDIYAN H

ANALISIS PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI DI PROVINSI JAWA BARAT OLEH ADI FERDIYAN H ANALISIS PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI DI PROVINSI JAWA BARAT OLEH ADI FERDIYAN H14101050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Umum Suku Bunga Keynes berpendapat bahwa suku bunga itu adalah semata-mata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena tingkat bunga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tujuannya untuk mewujudkan cita-cita suatu bangsa khususnya cita-cita luhur bangsa Indonesia. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN...xiii

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN...xiii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL...xi DAFTAR LAMPIRAN...xiii ABSTRAKSI...xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1 1.2. Perumusan Masalah...4 1.3.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di mana di dalam pembangunan ini tidak bisa terlepas. penggerak pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di mana di dalam pembangunan ini tidak bisa terlepas. penggerak pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Dalam pelaksanaannya tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral, kebijakan moneter yang dijalankan di Indonesia adalah dengan cara menetapkan kisaran BI Rate yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan pembangunan ekonomi suatu negara. Papanek (2004) mengatakan bahwa jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha. Hanya negara yang bisa bersainglah yang akan menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal. Penambahan modal ini berupa investasi dan tabungan. Di satu sisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal. Penambahan modal ini berupa investasi dan tabungan. Di satu sisi 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Investasi/penanaman modal Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi diperlukan suatu penambahan modal. Penambahan modal ini berupa investasi dan tabungan. Di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya, pemerintah tidak luput akan adanya interaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam proses globalnya membutuhkan sarana dan prasarana guna menunjang proses pembangunan yang seutuhnya.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terjadi oleh karena disatu pihak, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu

I. PENDAHULUAN. tersebut terjadi oleh karena disatu pihak, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Hubungan timbal balik tersebut

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas dan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas dan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas dan jumlah penduduk yang sangat besar sehingga sangat membutuhkan dana yang besar untuk melakukan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan ekonomi antarbangsa dan lintas wilayah negara sudah berlangsung selama berabad-abad. Di masa lampau, bentuk hubungan ekonomi yang paling umum adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara menginginkan negaranya memiliki suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu Negara di lihat dari perkembangan pasar keuangannya, termasuk pasar uang, pasar saham, dan pasar komoditi. Demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang sekarang ini giat melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan mencakup di segala sektor. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market)

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market) terutama di negara-negara maju memberi isyarat kepada negara-negara berkembang untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memproduksi output di masa yang akan datang. Secara umum investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memproduksi output di masa yang akan datang. Secara umum investasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi Investasi berarti setiap kegiatan yang meningkatkan kemampuan ekonomi untuk memproduksi output di masa yang akan datang. Secara umum investasi dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Produk Domestik Bruto (PDB) Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang digunakan untuk menilai apakah perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER OLEH RIRI HAERINA PURNAMASARI H14051446 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : Andhi Reza Pranata 0611010096/ FE/ EP Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi seyogyanya dapat memperlihatkan perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh inflasi, suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di suatu negara bisa dijadikan alat ukur untuk menganalisa tingkat perkembangan perekonomian di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan termasuk sebagai salah satu negara berkembang di dunia membutuhkan dana untuk mendukung pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi adalah peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan. Pentingnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci