Evaluasi Pelaksanaan Program Beras untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Evaluasi Pelaksanaan Program Beras untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi"

Transkripsi

1 Artikel Penelitian Evaluasi Pelaksanaan Program Beras untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi Evaluation of Implementation of Rice for Poor Family Program in Kelurahan Tanjung Marulak Rambutan Subdistrict Tebing Tinggi Tuti Atika Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan Abstrak Keluarga miskin adalah keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimumnya sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Standar hidup yang rendah dalam masyarakat miskin akan mengakibatkan efek lanjutan seperti rendahnya kualitas makanan yang dikonsumsi dimana selanjutnya akan mengakibatkan rendahnya tingkat kesehatan mereka. Akibat lainnya adalah, jutaan anak-anak tidak memperoleh pendidikan yang berkualitas, tidak adanya perlindungan bagi keluarga, rapuhnya nilai-nilai moral yang akan menimbulkan berbagai tindakan kenakalan. Sesungguhnya Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengentaskan kemiskinan, dimana salah satu di antaranya adalah program beras untuk keluarga miskin. Pemberian subsidi beras diharapkan membantu masyarakat miskin sehingga masalah ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan beras dapat dikurangi, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi yang positif untuk mengurangi masalah kemiskinan di Indonesia. Indikator keberhasilan implementasi program beras untuk keluarga miskin terwujud dalam ketepatan sasaran program, ketepatan kuantitas beras yang diterima, ketepatan waktu penyaluran, ketepatan administrasi, dan ketepatan kualitas. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tanjung Marulak, Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi, berupa penelitian deskriptif. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan metode kajian dokumentasi dan kajian lapangan dengan melalui penyebaran angket, juga melalui wawancara maupun observasi. Hasil penelitian antara lain menyimpulkan bahwa secara umum pelaksanaan program sudah baik, namun masih memiliki kelemahan. Kelemahan implementasi program antara lain pada sosialisasi program dan pengumpulan data yang berkenaan dengan keluarga miskin. Kata kunci: raskin, kesejahteraan sosial Abstract A poor family is a family who cannot afford to meet their basic physical need as human being. The low life standard in poor society will cause continual chain effect, such as the decline in nutrient which is not suitable to be consumed because it will reduce the level of health. Millions of children cannot have a 3

2 Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 14, No. 1, Juni 2015 certain quality of education, there is no access for public service, there is no investment, there is no protection for family, as well as the fragility of morality values which can create many kinds of crimes. The government have done a lot of affort to overcome poverty, one of them is Raskin Program. The distribution of the subsidized rice will help most of poor society so the expense of households for food can be reduced. Finally it will give positive contribution to poverty prevention in Indonesia. The indicator of Raskin program is shown by the achievement of 6T target i.e : appropriate target of benefit receiver, appropriate number, appropriate time, appropriate administration and appropriate quality. This research was carried out in Kelurahan Tanjung Marulak, Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi by using descriptive method. To obtain the data needed, this research used book study of data collecting technique and field study which consist of distributing questionnaire, interview and observation. Based on the result of the research it was known the evaluation of Raskin program has gone well in general, but there is still weakness. The weakness is the lack of socialization and the data collection of the poor society. Keywords: raskin, social welfare. Pendahuluan Salah satu masalah yang dihadapi oleh pemerintah saat ini adalah masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan terus menerus menjadi masalah yang berkepanjangan, bahkan sampai sekarang dapat dikatakan semakin memprihatinkan. Secara umum kemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan phisik dasar sebagai manusia. Adapun kebutuhan phisik dasar tersebut adalah kebutuhan akan pangan, sandang, kesehatan, pendidikan, perumahan, air bersih dan sanitasi serta rasa aman. Standar kehidupan yang rendah pada masyarakat miskin akan membawa efek berantai yang berkelanjutan, seperti kemerosotan di bidang gizi yang tidak layak dikonsumsi yang mana akan mengurangi tingkat kesehatan, jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, tidak adanya akses terhadap pelayanan publik, tidak adanya inventasi, tidak adanya perlindungan terhadap keluarga, serta rapuhnya nilai nilai moralitas yang dapat membawa atau menciptakan berbagai macam tindak kriminalitas. Sejak pertengahan tahun 1997 bangsa Indonesia dilanda krisis ekonomi. Keadaan ini membawa dampak yang tidak kecil, yaitu dengan makin meningkatnya jumlah penduduk yang mengalami kemiskinan. Pada periode 1999 jumlah penduduk miskin meningkat 13,96 juta menjadi 47,97 juta. Sementara itu, jumlah penduduk miskin pada bulan maret 2010 (penduduk dengan pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia mencapai 31,01 juta (13,33 %) ( diakses pada tanggal 2 Nopember 2012 pukul 9.30 wib). Sedangkan pada Maret 2012 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 29,13 juta orang. Bila ditilik sebenarnya pendefinisian kemiskinan menurut pemerintah dan Bank dunia jauh berbeda. Kriteria penduduk miskin yang ditetapkan oleh pemerintah adalah orang-orang yang memiliki penghasilan di bawah Rp perhari. Padahal Bank Dunia menetapkan warga miskin adalah warga yang memiliki penghasilan di bawah AS $ 2 perhari. Dengan pendefinisian yang dibuat pemerintah maka jumlah penduduk miskin hanya sebesar 13 persen. Padahal jika mengikuti Kriteria Bank Dunia maka jumlah penduduk miskin di Indonesia lebih besar dua atau tiga kali lipat dari data yang dibuat pemerintah (Waspada, Januari 2012 hal 5). Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan yang menjadi hak setiap warga negara, maka pemerintah menetapkan kebijakan penyediaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin (Raskin). Penyaluran beras bersubsidi ini akan membantu sebagian besar masyarakat miskin, sehingga beban pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pangan dapat dikurangi, yang pada akhirnya memberikan konstribusi positif dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Program ini dibentuk agar keluarga miskin mempunyai akses yang baik terhadap pangan, dalam hal harga dan ketersediaan. Program raskin sebagai implementasi kebijakan subsidi pangan terarah merupakan upaya peningkatan kesejahteraan sosial pemerintah terhadap keluarga miskin. Secara vertikal program raskin akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan rumah tangga. Sedangkan secara horizontal maka program ini merupakan transfer energi yang mendukung program 4

3 Atika, Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas tenaga kerja. Program Raskin dimulai sejak tahun Krisis moneter tahun 1988 merupakan awal pelaksanaan program raskin dengan nama Operasi Pasar Khusus (OPK) Beras. Program ini merupakan salah satu usaha Pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Pada tahun 2002 OPK Beras di ubah menjadi program beras untuk keluarga miskin (Raskin). Dengan maksud untuk mempertajam sasaran program dengan nama raskin, maka masyarakat akan lebih memahami bahwa bantuan beras ini hanya untuk keluarga miskin. Selain itu juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, sehingga yang tidak tergolong miskin akan merasa malu apabila menerima program ini. Program raskin ini merupakan sebuah program beras bersubsidi bagi keluarga yang menyediakan 10 kg perkepala keluarga per bulan dengan harga Rp /kg dititik distribusi (http//www panganagroprima.com diakses pada tanggal 4 Nopember 2011 jam wib). Program raskin dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dimana program ini merupakan program nasional yang ditujukan bagi semua warga masyarakat yang merupakan sasaran penerima Raskin. Hal ini berarti Program Raskin beroperasi di seluruh wilayah tanpa membedakan kondisi kemiskinan wilayah karena Rumah Tangga Miskin (RTM) tersebar di semua wilayah dari Propinsi sampai desa/kelurahan. ( raskin.pdf diakses pada tanggal 5 Nopember 2012 pukul wib). Program pembagian beras untuk keluarga miskin (raskin) telah pernah diteliti di kabupaten sukoharjo (studi kasus dua desa). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan karakteristik sosial ekonomi penerima manfaat raskin dengan jumlah distribusi beras dan untuk mengetahui seberapa tepat distribusi raskin yang ditinjau dari Tepat-Orang Penerima Manfaat, Tepat-Jumlah Beras, Tepat-Waktu Pendistribusian dan Tepat-Kualitas Beras. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa indikator penentu kemiskinan pangan, sandang dan papan untuk program raskin dari BKKBN ada yang tidak berhubungan signifikan dengan pembagian jumlah beras yaitu pemilikan pakaian berbeda, jenis lantai rumah dan luas lantai rumah, sedangkan yang berhubungan signifikan yaitu jumlah makan dalam sehari dan pemilikan pakaian baru dan variabel dari peneliti diperoleh hasil bahwa variabel jumlah keluarga, jenis pekerjaan, jumlah penghasilan, jumlah anak yang sekolah dan jumlah anak yang tidak sekolah, sedang yang tidak berhubungan signifikan yaitu tingkat pendidikan. Dari hasil penelitian untuk Tepat-Orang yang terkait dengan indikator BKKBN ada yang belum tepat yaitu jumlah makan dalam sehari, konsumsi makan daging, ikan/telur, jenis lantai rumah dan luas lantai rumah sedang yang tepat yaitu pemilikan pakaian berbeda dan pemilikan pakaian baru, dan untuk Tepat-Jumlah beras terkait dengan jumlah raskin terdapat ketidaksesuaian dimana menurut ketentuannya maksimal beras yang diterima manfaat raskin adalah 20 kg/kk/bulan tetapi dilapangan ada yang mendapat kurang atau lebih dari 20 kg/kk/bulan. Dan untuk Tepat-Waktu distribusi beras sudah berjalan dengan baik dimana pendistribusian beras dilaksanakan secara rutin tiap bulannya. Sedang untuk Tepat-Kualitas beras sudah sesuai dengan ketentuan tetapi masih ada kekurangan dimana responden beberapa kali menerima beras yang sudah tak layak. ( diakses pada tanggal 5 Nopember 2012 jam 9.00 wib. Ternyata dalam pelaksanaan program raskin ini justru terjadi masalah, di antaranya adalah masalah dalam hal tidak tepat sasaran, tidak tepat jumlah, tidak tepat kualitas, dan tidak tepat harga. Selain itu dari sisi admisistratif juga ditemukan masalah bahwa munculnya keterlambatan penyetoran uang hasil pembelian beras kepada bulog. Jika dilihat sepintas seolaholah masalah tersebut adalah masalah distribusi. Namun jika dilihat secara mendalam masalah telah muncul sejak sosialisasi. Sosialisasi yang dilakukan tidak optimal telah menimbulkan cara pandang yang salah tentang program raskin. Pada tahap yang lain, yaitu pendataan, ada bukti yang cukup kuat bahwa cara dan hasil indentifikasi penerima manfaat kurang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Demikian juga halnya 5

4 Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 14, No. 1, Juni 2015 dengan masalah distribusi, khususnya dari titik distribusi terakhir kepada penerima manfaat, terjadi banyak masalah. Akibatnya muncul barbagai penyimpangan di satu sisi dan protes dari masyarakat luas di sisi lain. Berdasarkan uraian di atas, Program Beras untuk Keluarga Miskin juga dilaksanakan dan masih berjalan di kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Dengan adanya data-data di atas yang menyatakan adanya penyimpangan maupun berjalan baiknya program raskin di berbagai daerah sehingga membuat penulis tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana evaluasi terhadap pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin khususnya di Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan: Bagaimana pelaksanaan program besar untuk keluarga miskin di Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan sebagai bahan kajian dan perbandingan berbagai pihak yang tertarik terhadap masalah evaluasi pelaksanaan Raskin dan lebih lanjut dapat memberikan masukanmasukan dalam pelaksanaan program yang akan datang dan tindakan koreksi bagi pemerintah. Teori umum yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Evaluasi. Evaluasi sebagai salah satu fungsi manajemen berurusan dan berusaha untuk mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu rencana sekaligus mengukur seobyektif mungkin hasilhasil pelaksanaan ini dengan ukuran-ukuran yang dapat diterima pihak-pihak yang mendukung maupun tidak mendukung suatu rencana (Sirait 1999:30). Evaluasi pelaksanaan program Raskin dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu tepat sasaran penerima manfaat, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat administrasi dan tepat kualitas. Selain evaluasi teori lain yang digunakan adalah teori kemiskinan. Kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan dalam masyarakat yang tidak mampu dalam mencukupi kebutuhan makan, perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi dan aneka barang dan jasa lainnya (Suharto 2005: 42). Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan merupakan salah satu kelurahan yang melaksanakan Program Raskin dan aktif dalam pelaksanaannya sehingga peneliti tertarik untuk meneliti secara langsung bagaimana pelaksanaan Raskin di daerah tersebut. Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomena yang berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin di kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Tebing Tinggi. Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang mendapatkan raskin di Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi yang berjumlah 308 Kepala Keluarga. Adapun yang menjadi sampel adalah 10% dari populasi, yaitu sebanyak 31 kepala keluarga. Adapun teknik penarikan sampel dengan acak sederhana (simple random sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung. Turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Alat atau instrumen penelitian adalah dengan cara penyebaran kuesioner, wawancara, dan observasi. Temuan dan Analisis. Untuk mengawali analisis data, terlebih dahulu kita ketahui karateristik responden berdasarkan identitasnya yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan dan jumlah anggota keluarga. Responden yang menerima Raskin paling banyak berusia antara tahun dan tahun masing-masing sebanyak 9 orang, selebihnya usia tahun sebanyak 7 orang dan usia tahun sebanyak 6 orang. Dimana usia tersebut merupakan usia yang masih baik 6

5 Atika, Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Responden yang berjenis kelamin lakilaki lebih banyak menerima Raskin (77,34%) hal ini dikarenakan pada umumnya yang menerima raskin adalah kepala keluarga. Selain itu ada beberapa perempuan (22,61%) Perempuan menjadi penerima Raskin karena statusnya Janda. Tingkat pendidikan responden mulai dari SD hingga SMA. Responden dengan pendidikan SD lebih mendominasi (16 orang atau 51,55%). Rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi jenis pekerjaan yang mereka dapatkan sehingga pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang mengandalkan tenaga dengan upah yang rendah oleh karenanya mereka harus menerima bantuan raskin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun jenis pekerjaannya seperti supir, pembantu rumah tangga, buruh bangunan, tukang becak, buruh pabrik, kerja serabutan, tukang botot, supir dan sebagainya. Berkaitan dengan hal di atas maka penghasilan yang mereka peroleh juga sangat minim. Responden yang dominan berpenghasilan antara Rp ,- sampai Rp ,- sebanyak 18 0rang atau 58,17% sedangkan berpenghasilan Rp ,- sampai Rp ,- sebanyak 9 orang atau 29,01% bahkan ada yang berpenghasilan hanya Rp ,- sampai Rp ,- (4 orang atau 12,92%). Dilihat dari penghasilan mereka sebenarnya penghasilan yang mereka terima sangat minim dibandingkan dengan harga kebutuhan pokok saat ini sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, apalagi diketahui jumlah anggota keluarga para penerima Raskin dominan (58,07%) lebih dari 3 orang. Dengan penghasilan yang minim mereka harus membaginya untuk makan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Untuk mengukur indikator kinerja program Raskin ditunjukkan dengan tercapainya target 6T yaitu tepat sasaran penerima manfaat, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat administrasi dan tepat kualitas. 1. Tepat sasaran penerima manfaat Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, mayoritas responden 24 orang atau 77, 51% menganggap program Raskin tepat sasaran yaitu ditujukan bagi keluarga miskin, sisanya 7 orang atau 22,49% menyatakan kurang tepat dan tidak tepat sasaran. Adapun alasan mereka menyatakan hal tersebut karena ada penerima Raskin yang tidak layak dikatakan masyarakat miskin, mereka menerima Raskin karena kedekatannya dengan orang kelurahan. Dilihat dari perumahan yang mereka tempati mayoritas responden (27 orang atau 87,08%) memiliki jenis lantai bangunan berupa semen sedangkan sisanya 4 orang atau 12,92% jenis lantainya keramik. Sedangkan jenis dinding tempat tinggal berupa tembok plester 24 orang atau 77,52%. Namun berdasarkan wawancara rumah yang mereka tempati banyak yang disewa dari orang lain karena mereka tidak punya rumah. Sebagai sumber air bersih menggunakan air bor 67,83%, selebihnya menggunakan PDAM. Kendati pun memiliki sumur bor, berdasarkan observasi air minum yang mereka konsumsi bersih dan higienis, semua rumah responden difasilitasi dengan tempat buang air besar, begitu pula dalam penerangan semua responden memiliki sumber penerangan dari PLN. Dalam hal pangan sebanyak 19 orang 61,24% tidak rutin mengkonsumsi daging, susu, ayam perminggu disebabkan ketidak mampuan mereka untuk membelinya. Hanya 12 orang atau 38,78% saja yang rutin mengkonsumsi daging, susu, ayam perminggu dengan alasan kesehatan. Dalam hal sandang sebanyak 19 orang rutin membeli baju dalam setahun. Menurut mereka kendati pun susah mereka berusaha paling tidak setahun sekali harus ada pakaian baru, sedangkan selebihnya 38,75% menyatakan tidak rutin membeli pakaian baru. Sebagai pengganti pakaian baru mereka terkadang membeli pakaian bekas. Sebagian besar responden 74,22% menyatakan bila mereka sakit, mereka mampu berobat ke puskesmas, sedangkan selebihnya menyatakan kurang mampu karena alasan walaupun harus berobat ke puskesmas mereka juga harus membayar oleh karena itu kalau mereka sakit hanya membeli obat di warung terdekat. 2. Tepat Jumlah Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bahwa semua responden menerima raskin sebesar 15 kg/bulan. Dari observasi jelas terlihat bahwa 7

6 Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 14, No. 1, Juni 2015 pemberian raskin yang dilakukan oleh aparat kelurahan sudah tepat. Jumlahnya sesuai dengan jumlah yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga tidak ada kecurangan dalam pemberian raskin tersebut. Dalam penyaluran ini ada juga tim monitoring dan evaluasi yang dibentuk oleh tim koordinasi raskin pusat untuk mengetahui jumlah raskin yang diberikan kepada masyarakat. 3. Tepat Harga Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa semua responden yang menerima program raskin membeli raskin dari aparat kelurahan dengan harga Rp ,-/kg. Dari observasi jelas terlihat pemberian raskin yang dilakukan oleh aparat kelurahan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. 4. Tepat Waktu Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa semua responden menerima raskin setiap bulan secara rutin. Berdasarkan observasi jelas terlihat bahwa aparat kelurahan menegaskan bahwa responden harus menebus raskin dengan uang tunai dalam waktu yang telah ditentukan oleh kelurahan. Dalam hal lokasi tempat penyaluran raskin, semua responden menyatakan lokasinya mudah dijangkau, sehingga tidak menyulitkan mereka untuk mengambil raskin. Adapun lokasi tempat pengambilan beras raskin hanya berada di satu titik yaitu di kantor lurah, tidak ada posko bantuan, karena akan membingungkan masyarakat untuk membelinya. 5. Tepat Administrasi Dari penelitian yang dilakukan bahwa semua responden telah memiliki kartu raskin yang diberikan aparat kelurahan. Dalam hal ini petugas kelurahan telah melaksanakan administrasi dengan baik. Seharusnya kartu tersebut harus dipegang oleh responden. Namun pihak kelurahan menyimpan kartu mereka di kantor, dengan alasan untuk menghindari resiko kehilangan kartu dan kecurangan dari pihak yang berniat tidak baik. Di dalam kartu ini akan terdapat nama tertera di dalamnya, juga ada data formulir sesuai tidaknya dengan orang yang menerima raskin sehingga membuat petugas lebih mudah dalam melakukan pembagian raskin. Ketika penerima raskin membeli beras, petugas kelurahan akan melihat kartu raskin dan memberikan formulir tanda tangan, sebagai tanda penerimaan. Dalam hal pelayanan pembagian raskin, semua responden menyatakan mendapatkan kemudahan pelayanan oleh petugas tanpa membeda bedakan suku, agama dan ras. 6. Tepat Kualitas Mayoritas responden (26 orang atau 83,98 %) menyatakan kualitas raskin yang mereka terima sudah baik dan layak untuk dikonsumsi. Mereka merasa sudah cukup puas dengan beras yang mereka dapatkan. Kendatipun rasanya tidak terlalu enak, setidaknya bisa membantu memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Mereka sadar bahwa harga beras yang mereka beli sangat rendah dibandingkan dengan harga pasaran. Tetapi ada juga responden yang menilai beras yang mereka beli kurang layak dan tidak layak dikonsumsi masing masing sebesar 9,56 % dan 6,46 %. Adapun alasan mereka menyatakan kurang layak karena mereka sering menemukan kutu atau batu kecil dalam beras, bahkan terkadang ada beras yang menggumpal karena lama disimpan di gudang. Tujuan Yang Dicapai Semua responden yang menerima raskin sangat merasakan manfaat program raskin. Karena mereka sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa semua responden sangat terbantu dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka karena dengan terpenuhinya kebutuhan pangan dapat mengurangi beban pengeluaran responden dan mengatasi masalah kekurangan gizi. Dimana kita tahu bahwa harga bahan pokok semakin hari semakin meningkat, terutama harga beras. Dengan bantuan pemerintah mereka bisa membeli beras dengan harga yang lebih murah, sehingga program raskin sangat jelas membantu kehidupan masyarakat miskin. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan, yakni: 1. Masyarakat penerima raskin tergolong masyarakat miskin. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan, pekerjaan yang digeluti / dilakoni, penghasilan perbulan dan kondisi perumahannya serta konsumsi makanan sehari hari. Sehingga dari segi sasaran 8

7 Atika, Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin maka program raskin di Kelurahan Tanjung Marulak sudah tepat sasaran. 2. Keluarga sasaran dapat menerima raskin sebulan sekali secara rutin sebesar 15 kg/kk dengan harga Rp ,- dimana mayoritas responden menyatakan bahwa raskin yang diterima sudah layak dikonsumsi. Keluarga penerima raskin mendapatkan kartu raskin bukti penerima manfaat. Seharusnya kartu tersebut dipegang oleh keluarga masingmasing. Namun di Kelurahan Tanjung Marulak, kartu raskin disimpan pihak Kelurahan untuk menjaga terjadinya hal-hal yang tidak baik dan faktor kehilangan kartu. Namun berdasarkan wawancara di Kelurahan ini setiap tahun tidak ada pendataan ulang. Hal ini berarti besar kemungkinan jumlah penerima raskin tahun ini hampir sama dengan tahun kemarin. 3. Masyarakat menganggap bahwa program raskin dapat membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga, mengurangi beban pengeluaran serta mengatasi masalah kekurangan gizi. Kendatipun sebenarnya mereka belum terlalu puas karena terkadang beras yang mereka terima tercampur batu -batu kecil, kutu, bahkan berasnya menggumpal karena terlalu lama disimpan digudang. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan yang telah disajikan diajukan rekomendasi sebagai berikut: 1. Perlu adanya sosialisasi berupa penyuluhan tentang program raskin, isi program raskin, tujuan program dan metode-metode program raskin, sehingga masyarakat akan merasa lebih mengerti tentang program raskin. Dengan adanya penyuluhan masyarakat akan sadar, apakah keluarganya termasuk keluarga miskin dan merasa malu seandainya program tersebut tidak layak/tepat buat mereka. 2. Pengawasan akan pelaksanaan raskin harus lebih ketat dan tegas. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya penyelewengan dalam pelaksanaan program raskin. 3. Para penerima raskin diharapkan tidak merasa tergantung kepada subsidi pemerintah untuk terus menerus membeli beras secara murah. Karena bantuan yang diberikan hanya sebatas untuk meringankan beban mereka dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. 4. Perlu adanya pendataan ulang, agar program raskin tepat sasaran. Karena dengan adanya pendataan ulang besar kemungkinan jumlah penerima raskin akan berkurang, hal ini sesuai dengan perkiraan pemerintah bahwa jumlah orang miskin semakin berkurang di Indonesia. Daftar Pustaka Ali, Fachry, Beras, Koperasi, dan Politik Orde Baru: Bustanil Arifin 70 Tahun, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. BKKBN, Keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera. Hastuti, Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) : Apakah Program Tahun 2002 Berjalan Efektif?. Nugroho, Riant Public Policy, Jakarta : PT Elex Kamputindo. PPK, 2010, Efektivitas Pelaksanaan Raskin. Suharto, Edi, Ph.D Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia, Bandung : PT Alfabeta. 9

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN KISARAN BARU KECAMATAN KISARAN BARAT KABUPATEN ASAHAN

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN KISARAN BARU KECAMATAN KISARAN BARAT KABUPATEN ASAHAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN KISARAN BARU KECAMATAN KISARAN BARAT KABUPATEN ASAHAN CITRA GUSTIANDA 090902013 citra.gustianda@yahoo.com Abstrak Kemiskinan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Tujuan dari

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) BAGI PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

EVALUASI DAMPAK PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) BAGI PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI EVALUASI DAMPAK PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) BAGI PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR OLEH : TUNGGUN M NAIPOSPOS 060501036 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdassarkan sebaran kuisioner terhadap 72 responden RTS-PM (Rumah Tangga

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdassarkan sebaran kuisioner terhadap 72 responden RTS-PM (Rumah Tangga IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdassarkan sebaran kuisioner terhadap 72 responden (Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat) di Kelurahan Sukabumi Indah diperoleh klasifikasi sebagai

Lebih terperinci

Daftar Kuesioner. : Jln. Yos Sudarso km 11,5 komp. Bea Dan Cukai No.13

Daftar Kuesioner. : Jln. Yos Sudarso km 11,5 komp. Bea Dan Cukai No.13 Daftar Kuesioner BIODATA Nama Alamat Departemen Fakultas : Tri Wahyuni : Jln. Yos Sudarso km 11,5 komp. Bea Dan Cukai No.13 : Administrasi Negara : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi : Implementasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah Negara tidak akan pernah lepas dari suatu masalah yang bernama Kemiskinan. Semua Negara, terutama pada Negara Negara berkembang, pasti dihadapkan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah wajib menjamin kehidupan fakir miskin, anak-anak terlantar, mengembangkan sistem jaminan sosial,

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi)

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi) ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi) Robert F Damanik 1), Tavi Supriana 2) dan Thomson Sebayang 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Riptek, Vol.2, No.2, Tahun 2008, Hal.: 1 6 STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Unisbank Semarang Abstrak Kemiskinan sampai saat ini masih menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin merupakan program bantuan yang sudah dilaksanakan Pemerintah Indonesia sejak Juli 1998 dengan tujuan awal menanggulangi kerawanan pangan akibat krisis moneter

Lebih terperinci

EVALUASI DISTRIBUSI PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto)

EVALUASI DISTRIBUSI PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto) EVALUASI DISTRIBUSI PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia agar bisa hidup sehat dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus. Kebutuhan

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM RASKIN DI KELURAHAN MUKTIHARJO KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

EVALUASI PROGRAM RASKIN DI KELURAHAN MUKTIHARJO KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG EVALUASI PROGRAM RASKIN DI KELURAHAN MUKTIHARJO KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Unggul Wicaksono, Ari Subowo, Aufarul Marom Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN BERAS BERSUBSIDI

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN BERAS BERSUBSIDI 165 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN BERAS BERSUBSIDI Reni Bafita dan Sujianto FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract: Evaluation of Subsidized

Lebih terperinci

Implementasi Kebijakan Penyaluran Beras Rakyat Miskin Di Desa Poopoh Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa

Implementasi Kebijakan Penyaluran Beras Rakyat Miskin Di Desa Poopoh Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa Implementasi Kebijakan Penyaluran Beras Rakyat Miskin Di Desa Poopoh Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa Haryati Duplin Mangende Patar Rumapea Novie Palar Abstract :Raskin is a government program that

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG I. PENDAHULUAN LAMPIRAN : NOMOR : 38 TAHUN 2011 TANGGAL : 23 DESEMBER 2011 a. Latar Belakang Salah satu program pembangunan Kabupaten Karawang adalah Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni merupakan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kesepakatan

Lebih terperinci

ANALYSIS OF FACTORS CAUSE REDUCTION SAWAH RICE FARMERS IN CENTRAL DISTRICT TAPANULI

ANALYSIS OF FACTORS CAUSE REDUCTION SAWAH RICE FARMERS IN CENTRAL DISTRICT TAPANULI Agrium ISSN 0852-1077 (Print) ISSN 2442-7306 (Online) April 2016 Volume 20 No. 1 ANALYSIS OF FACTORS CAUSE REDUCTION SAWAH RICE FARMERS IN CENTRAL DISTRICT TAPANULI ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana yang tertuang dalam alinea ke empat Undang-Undang

Lebih terperinci

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi B O KS RIN G KA S A N EKS EKU TIF S U RV EI EF EKTIV ITA S B A N TU A N L A N G S U N G TU N A I (B L T) D I KO TA S EM A RA N G Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) DI KOTA MEDAN ABSTRACT

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) DI KOTA MEDAN ABSTRACT ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) DI KOTA MEDAN Mutiara Sani*), Satia Negara Lubis**), Sinar Indra Kesuma***) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agraris beras menjadi komoditas pangan yang paling pokok bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. agraris beras menjadi komoditas pangan yang paling pokok bagi sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mayoritas penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai petani, hal tersebut dijadikan parameter bahwa Indonesia adalah negara agraris. Sebagai Negara agraris beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial, pendidikan, ekonomi dan lain-lain.

Lebih terperinci

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN By : Suyatno, Ir. MKes Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Contact : 081-22815730 / 024-70251915

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS BANTUAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA MEDAN OLEH FITRIA NAQIYYA

SKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS BANTUAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA MEDAN OLEH FITRIA NAQIYYA SKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS BANTUAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA MEDAN OLEH FITRIA NAQIYYA 110501020 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM RASKIN DI KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM RASKIN DI KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM RASKIN DI KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA Isman 1, Mauled Moelyono dan Suparman 2 isman.tovea@gmail.com 1 Mahasiswa Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Perdesaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk mewujudkan tujuan Nasional dan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan sprituil

Lebih terperinci

KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung

KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung Ringkasan Eksekutif Masalah kemiskinan akan sangat berkaitan dengan ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN SIMPANG SELAYANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN SKRIPSI

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN SIMPANG SELAYANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN SKRIPSI EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN SIMPANG SELAYANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa kebijakan atau program penanggulangan kemiskinan. itu sendiri sebagai manusia yang memiliki hak-hak dasar.

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa kebijakan atau program penanggulangan kemiskinan. itu sendiri sebagai manusia yang memiliki hak-hak dasar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi perhatian pemerintah, terutama penanggulangan kemiskinan masyarakat pedesaan yang merupakan mayoritas penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini kemiskinan merupakan masalah yang banyak terjadi di masyarakat. Kemiskinan yang terjadi saat

Lebih terperinci

Perilaku Merokok Penerima Jamkesmas/Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS)

Perilaku Merokok Penerima Jamkesmas/Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS) Perilaku Merokok Penerima Jamkesmas/Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS) Dr. H. Sandu Siyoto, S.Sos., SKM., M.Kes (Ketua Stikes Surya Mitra Husada Kediri Jawa Timur) Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh Negara Indonesia adalah kemiskinan. Dari tahun ke tahun masalah ini terus menerus belum dapat terselesaikan, terutama sejak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia agar bisa hidup sehat dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan yang lainnya, pangan

Lebih terperinci

AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : ISSN : KERAGAAN PROGRAM RASKIN DI KABUPATEN BANYUMAS

AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : ISSN : KERAGAAN PROGRAM RASKIN DI KABUPATEN BANYUMAS AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : 38 46 ISSN : 1411-1063 KERAGAAN PROGRAM RASKIN DI KABUPATEN BANYUMAS Hari Prasetyawadi Akademi Pertanian HKTI Banyumas Jl. Raya Purwokerto Banyumas Km 12 Kalibagor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Hal tersebut disebabkan oleh pertambahan penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB VI EFEKTIFITAS KONTROL PROGRAM RASKIN

BAB VI EFEKTIFITAS KONTROL PROGRAM RASKIN BAB VI EFEKTIFITAS KONTROL PROGRAM RASKIN 6.1. Kontrol dalam Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Melalui Program Raskin di Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Program pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN 5.1. Deskripsi Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) 5.1.1. Prinsip Pengelolaan Raskin Prinsip pengelolaan Beras untuk Rumah Tangga Miskin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan OPK Raskin. PKS-BBM dan PPD-PSE di Kecamatan Rambipuji

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan OPK Raskin. PKS-BBM dan PPD-PSE di Kecamatan Rambipuji BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Sebagaimana judul skripsi ini, maka sentral dari penelitian ini adalah keluarga prasejahtera di Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Untuk pelaksanaan OPK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan

Lebih terperinci

STRATEGI KELUARGA MISKIN MELANJUTKAN STUDI ANAKNYA KE PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS: KANAGARIAN TALU, KECAMATAN TALAMAU, KABUPATEN PASAMAN BARAT)

STRATEGI KELUARGA MISKIN MELANJUTKAN STUDI ANAKNYA KE PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS: KANAGARIAN TALU, KECAMATAN TALAMAU, KABUPATEN PASAMAN BARAT) STRATEGI KELUARGA MISKIN MELANJUTKAN STUDI ANAKNYA KE PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS: KANAGARIAN TALU, KECAMATAN TALAMAU, KABUPATEN PASAMAN BARAT) Cici Rahma Sari 1, Elvawati 2, Dian Kurnia Anggreta 3 Program

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA DI KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA DI KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN E-Jurnal EP Unud, 3 [12] : 594-602 ISSN: 2303-0178 EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA DI KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN I Putu Agus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh di

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh di BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pangan adalah kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Di Indonesia, pangan diidentikan dengan beras. Hampir 95% dari penduduknya

Lebih terperinci

Isnamuli Oktavia B ( )

Isnamuli Oktavia B ( ) EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM DAY CARE SERVICES (PELAYANAN HARIAN LANJUT USIA) OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA WILAYAH BINJAI DAN MEDAN Isnamuli Oktavia B (080902005) Isnamuli@ymail.com

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DISTRIBUSI BERAS MISKIN PADA SENTRA PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI LAMPUNG (Effectiveness and Efficiency Analysis of Poor Rice Distribution in the Poor Central Region in

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PEGAWAI DALAM DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG (Studi kasus di Kelurahan Tembalang)

EVALUASI KINERJA PEGAWAI DALAM DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG (Studi kasus di Kelurahan Tembalang) GEMA PUBLICA ISSN 2460-9714 EVALUASI KINERJA PEGAWAI DALAM DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG (Studi kasus di Kelurahan Tembalang) Nina Widowati 1 Abstract The economic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan salah satu dari hak asasi manusia yang telah dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Sehingga pada saat terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) KANTOR PUSAT

TINJAUAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) KANTOR PUSAT TINJAUAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) KANTOR PUSAT Mirna Mardania Universitas Komputer Indonesia Abstrak Penelitian ini dilakukan di PT. Kereta Api

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa Indonesia saat ini adalah masalah pengangguran dan masalah kemiskinan. Kedua permasalahan ini

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berkembang yang kemiskinannya masih merajalela. Padahal Indonesia sebagai negara yang melimpah kekayaan alamnya. Perekonomian

Lebih terperinci

LISAINI Abstrak. Kata Kunci: Efektivitas, Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Rumah Tidak Layak Huni.

LISAINI Abstrak. Kata Kunci: Efektivitas, Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Rumah Tidak Layak Huni. EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI PROGRAM BANTUAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI OLEH DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA LISAINI 080902004 Lisaini16@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan pakaian, dan lain sebagainya. Dalam kurun waktu beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan pakaian, dan lain sebagainya. Dalam kurun waktu beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah persoalan mendasar yang menyentuh secara langsung terhadap kelangsungan hidup manusia. Kemiskinan selalu diartikan sebagai kekurangan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebanyak 95% jumlah penduduk Indonesia mengkonsumsi beras, dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula yang mendorong beras menjadi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Raskin adalah salah satu program pemerintah untuk membantu masyarakat yang miskin dan rawan pangan, agar mereka mendapatkan beras untuk kebutuhan rumah tangganya.

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BAPAK/IBU ANGKAT RUMAH TANGGA SASARAN OLEH PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ANALISIS MARKOV CHAIN TERHADAP PERSEDIAAN: STUDI KASUS PADA CV SINAR BAHAGIA GROUP

ANALISIS MARKOV CHAIN TERHADAP PERSEDIAAN: STUDI KASUS PADA CV SINAR BAHAGIA GROUP ANALISIS MARKOV CHAIN TERHADAP PERSEDIAAN: STUDI KASUS PADA CV SINAR BAHAGIA GROUP Haryadi Sarjono; Edwin; Himawan Sentosa; Frendy Bong Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, BINUS University

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah sejak dikeluarkannya UU No 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Lebih terperinci

ABSTRAK untuk seperti namun tampaknya untuk akan pada ukur umum dan cara beberapa tahun 61,54% 54,37% 62,5% anak dan 1,87% ini maka pada tahun di

ABSTRAK untuk seperti namun tampaknya untuk akan pada ukur umum dan cara beberapa tahun 61,54% 54,37% 62,5% anak dan 1,87% ini maka pada tahun di ABSTRAK Diare masih merupakan penyebab tertinggi morbiditas dan mortalitas pada balita. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan insidensinya seperti penyebarluasan informasi tentang diare melalui

Lebih terperinci

EVALUASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PUPUK PT. ABC MENGGUNAKAN METODE EOQ. Diterima: 1 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

EVALUASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PUPUK PT. ABC MENGGUNAKAN METODE EOQ. Diterima: 1 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016 EVALUASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PUPUK PT. ABC MENGGUNAKAN METODE EOQ Chella Masquita Febilia 1 dan Dyah Febriantina Istiqomah 2 1 Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 12-16, Malang 65145,

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Pay satisfaction; management compensation; employee performance. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Pay satisfaction; management compensation; employee performance. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Generally, a company existed to fulfill human desire for goods and service. In the realization there is always an interaction between a company with their environment. At the end, an interaction

Lebih terperinci

KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI

KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI DAN POLA KONSUMSI BERAS MASYARAKAT KOTA MEDAN

TINGKAT KONSUMSI DAN POLA KONSUMSI BERAS MASYARAKAT KOTA MEDAN TINGKAT KONSUMSI DAN POLA KONSUMSI BERAS MASYARAKAT KOTA MEDAN Nora Elfrida Silalahi *), Dr.Ir.Salmiah,M.S **), Ir.M.Jufri,M.Si **) Alumni Program Studi Agribisnis *), dan Staf Pengajar **) Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu Sumber Daya Manusia(SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu Sumber Daya Manusia(SDM) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu Sumber Daya Manusia(SDM) yang memiliki fisik yang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING)

PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING) PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING) DISAMPAIKAN OLEH: ADANG SETIANA DEPUTI MENKO KESRA BIDANG KOORDINASI PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PERUMAHAN RAKYAT/ SELAKU KETUA PELAKSANA TIM KOORDINASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU KEPALA KELUARGA DENGAN SANITASI LINGKUNGAN DI DESA PINTADIA KECAMATAN BOLAANG UKI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Suharto S. Bunsal*, A. J. M. Rattu*, Chreisye K.F.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi oleh seluruh pemerintahan yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komputerisasi sering kali digunakan untuk membantu pencatatan dan pengolahan data dalam kegiatan instansi pemeritahan. Data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan sekarang ini memasuki era perdagangan bebas yang

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan sekarang ini memasuki era perdagangan bebas yang Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan sekarang ini memasuki era perdagangan bebas yang mempengaruhi aspek aspek kehidupan, khususnya perekonomian. Kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan Asep Suryahadi, Niken Kusumawardhani, Ridho Al Izzati The SMERU Research Institute % Ekonomi terus tumbuh, kemiskinan menurun,

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MENYEBABKAN TINGGINYA ANGKA KELUARGA MISKIN DI DESA SUMBERJO KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG

FAKTOR- FAKTOR YANG MENYEBABKAN TINGGINYA ANGKA KELUARGA MISKIN DI DESA SUMBERJO KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG Faktor- Faktor yang Menyebabkan Tingginya Angka Keluarga Miskin di Desa Sumberjo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang FAKTOR- FAKTOR YANG MENYEBABKAN TINGGINYA ANGKA KELUARGA MISKIN DI DESA SUMBERJO KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Saat ini banyak terdapat cara pengukuran kemiskinan dengan standar yang berbedabeda. Ada dua kategori tingkat kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah terpenting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA LAUT DENDANG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA LAUT DENDANG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA LAUT DENDANG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA POVERTY AND POVERTY REDUCTION IN LAUT DENDANG VILLAGE PERCUT SEI TUAN SUB-DISTRICT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

Kata kunci---beras Keluarga Miskin, regresi logistik biner. I. PENDAHULUAN

Kata kunci---beras Keluarga Miskin, regresi logistik biner. I. PENDAHULUAN 1 Analisis Regresi Logistik Biner Untuk Mengidentifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Penerimaan Beras Keluarga Miskin (Raskin) Di Kecamatan Gunung Anyar Faiz Ramadhani Rahman, Ismaini Zain Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Elisabet Risubekti Lestari, 2007.Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.

ABSTRAK. Elisabet Risubekti Lestari, 2007.Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr. ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 Elisabet Risubekti Lestari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum terselesaikan di Indonesia khususnya Provinsi Sumatera Utara. Sebagai masalah bangsa, kemiskinan perkotaan

Lebih terperinci

Kemiskinan Multi-Dimensi Anak di Indonesia: Pola, Perbedaan dan Asosiasi. Gracia Hadiwidjaja, Cindy Paladines, dan Matthew Wai-Poi

Kemiskinan Multi-Dimensi Anak di Indonesia: Pola, Perbedaan dan Asosiasi. Gracia Hadiwidjaja, Cindy Paladines, dan Matthew Wai-Poi Kemiskinan Multi-Dimensi Anak di Indonesia: Pola, Perbedaan dan Asosiasi Gracia Hadiwidjaja, Cindy Paladines, dan Matthew Wai-Poi Child Poverty and Social Protection Conference 10 11 September 2013 2 Pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dari kebutuhan pokok /utama manusia pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dari kebutuhan pokok /utama manusia pada umumnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan keluarga merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam sebuah rumah tangga agar keluarga dapat mejalani kehidupan dengan baik. Dalam kelangsungan hidup manusia

Lebih terperinci

PREFERENSI PEMILIHAN PRODUK TERNAK SEBAGAI LAUK HARIAN (Studi Kasus di Universitas Wijayakususma) Sulistyaningtyas 1)

PREFERENSI PEMILIHAN PRODUK TERNAK SEBAGAI LAUK HARIAN (Studi Kasus di Universitas Wijayakususma) Sulistyaningtyas 1) PREFERENSI PEMILIHAN PRODUK TERNAK SEBAGAI LAUK HARIAN (Studi Kasus di Universitas Wijayakususma) Sulistyaningtyas 1) ABSTRAK Penelitian mengenai preferensi konsumen di Universitas Wijayakusuma terhadap

Lebih terperinci

Kenaikan Berat Badan Balita Usia 6-12 Bulan Berdasarkan Jenis Makanan Pendamping Air Susu Ibu

Kenaikan Berat Badan Balita Usia 6-12 Bulan Berdasarkan Jenis Makanan Pendamping Air Susu Ibu Kenaikan Berat Badan Balita Usia 6-12 Bulan Berdasarkan Jenis Makanan Pendamping Air Susu Ibu Liza Chairani* *Staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KONTRASEPSI METODE OPERATIF PRIA ( MOP ) DI KLINIK PKBI KOTA SEMARANG TAHUN 2010

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KONTRASEPSI METODE OPERATIF PRIA ( MOP ) DI KLINIK PKBI KOTA SEMARANG TAHUN 2010 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KONTRASEPSI METODE OPERATIF PRIA ( MOP ) DI KLINIK PKBI KOTA SEMARANG TAHUN 2010 Dita Eka Sartika Putri Dewi, 2010; Pembimbing: Dr. Felix

Lebih terperinci

Paired Samples Statistics. Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 SEBELUM_BLT SESUDAH_BLT

Paired Samples Statistics. Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 SEBELUM_BLT SESUDAH_BLT Lampiran I Uji Statistik (paired sample t-test) Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 SEBELUM_BLT 17.6900 100 1.77920.17792 SESUDAH_BLT 18.2100 100 1.74827.17483 Paired

Lebih terperinci

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH.

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH. ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA GIZI KURANG DI KELURAHAN MALEBER KOTA BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2011 JANUARI 2012 Annisa Denada Rochman, 2012. Pembimbing I : Dani

Lebih terperinci

Keywords : Condition, Social Economy, Income, Education, Needs, Casual Worker

Keywords : Condition, Social Economy, Income, Education, Needs, Casual Worker KONDISI SOSIAL EKONOMI BURUH HARIAN LEPAS DI NAGARI KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Yelly Nopitri 1, Erna Juita 2, Rika Despica 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN)

ANALISIS EFEKTIFITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) ANALISIS EFEKTIFITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus : Desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun) Juniati Bakkara *), Rahmanta Ginting **), Emalisa **) *) Alumni Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Strata Satu

Lebih terperinci