BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan OPK Raskin. PKS-BBM dan PPD-PSE di Kecamatan Rambipuji

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Sebagaimana judul skripsi ini, maka sentral dari penelitian ini adalah keluarga prasejahtera di Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Untuk pelaksanaan OPK Raskin. PKS-BBM dan PPD-PSE di Kecamatan Rambipuji sebanyak KK/bulan. Kecamatan Rambipuji terdapat 7 desa, sedangkan yang diambil sebagai populasi (obyek keseluru han yang akan diamati) dalam penelitian ini hanya 2 desa yang akan dijadikan obyek penelitian, yaitu Desa Curah Malang dan Desa Rambipuji. Dari 2 (dua) desa tersebut terdapat 450 Keluarga Pra Sejahtera yang menerima Beras, dengan demikian sampel (penelitian hanya menggunakan sebagian dari obyek yang akan diteliti) ditentukan dengan seper sepuluh dari dalam penelitian ini yang berjumlah 45 Keluarga Prasejahtera, sedangkan tehnik samplingnya diambil secara random, tanpa pandang bulu setiap mereka punya hak untuk di jadikan sampel. 1.2 Fokus Penelitian Dalam suatu penelitian, variabel diartikan sebagai suatu yang menjadi suatu obyek penelitian, sedangkan variabel-variabek dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu antara lain: 1. Dependen Varibel (Variabel Bebas) yaitu upaya peningkatan ketahanan pangan Keluarga Pra Sejahtera 1

2 2. Independen Variabel (Variabel Terikat) yang pelaksanaannya yaitu Operasi Pelaksanaan Khusus Beras. Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) bidang pemberdayaan daerah dalam mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PMD-DKE) merupakan salah satu upaya penyelamatan terhadap masyarakat sebagai akibat adanya krisis ekonomi dalam bentuk bantuan langsung kepada masyarakat miskin dan yang jatug miskin akibat krisis ekonomi. Adapun tujuan utama dari kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan daya beli masyarakat miskin melalui peningkatan pendapatan hidupnya sehari-hari; 2. Menggerakan kembali ekonomi rakyat melalui pemberian modal usaha dan atau merehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi serta sosial yang mendukung sistem produksi, distribusi barang dan jasa; 3. Meningkatkan fungsi sarana dan prasarana sosial ekonomi rakyat dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan hidup. Selanjutnya sebagai penanggung jawab dari pelaksanaan Operasi Pasar Khusus Beras adalah sebagai berikut: 1. Penanggung jawab koordinasi program OPK adalah Menteri Negara Pangan dan Hortikultura, dibantu oleh Tim koordinasi OPK tingkat Pusat 2. Penanggung Jawab Pelaksanaan OPK di daerah adalah Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa-Depdagri; 3. Penanggung Jawab penyediaan dan distribusi beras, penyelesaian penagihan subsidi dan biaya Operasional OPK adalah kepada Bulog; 2

3 4. Penanggung Jawab basis data untuk penetapan keluarga sasaran penerima OPK dalam jumlah ketepatan, pemutakhiran dan penyebarannya adalah kepala BKKBN. 3.3 Lokasi Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan ruang lingkup penelitian, maka lokasi penelitian dilakukan di sekitar Kecamatan Rambipuji Pemerintah Kabupaten Jember, dimana dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Penanggung Jawab Pelaksanaan dan Pemantauan OPK ditingkat Propinsi adalah Gubernur. Dalam pelaksanaannya secara fungsional didukung oleh Tim Koordinasi OPK Daerah Tingkat I, yang terdiri instansi terkait dan berbagai pihak yang dipandang perlu (Perguruan Tinggi, LSM dan Instansi kemasyarakatan lainnya); 2. Penanggung Jawab Pelaksanaan dan Pemantauan OPK ditingkat Kabupaten/Kotamadya adalah Bupati/Walikota Dalam pelaksanaannya secara fungsional didukung oleh Tim Koordinasi OPK Daerah Tingkat II, yang terdiri dari instansi terkait dan berbagai pihak yang dipandang perlu (Perguruan Tinggi, LSM dan Instansi kemasyarakatan lainnya); 3. Penanggung Jawab Penyediaan dan Pendistribusian beras dari gudang sampai titik distribusi adalah Kadalog/Kasubdolog sesuai tingkat wilayah operasionalnya; 4. Penanggung Jawab Penyediaan Basis Data untuk penetapan keluarga sasaran penerima OPK adalah Kakanwil/Kepala BKKBN setempat; 3

4 5. Penanggung Jawab Penetapan dan Pengesahan keluarga sasaran penerima adalah Gubernur dan Bupati/Walikota, sebagai hasil konsultasi teknis dengan instansi terkait termasuk hasil musyawarah masyarakat setempat dengan mempertimbangkan kondisi obyektif daerah yang bersangkutan; 6. Penanggung Jawab pendistribusian Beras OPK dari titik distribusi sampai kepada keluarga sasaran penerima adalah Pemda setempat sesuai tingkatan wilayahnya (Camat, Kepala Desa, Lurah dan Kepala Dusun). Dalam pelaksanaanya dapat bekerja sama dengan lembaga setempat seperti Perguruan Tinggi, LSM maupun Instansi sosial kemasyarakatan lainnya; 7. Dalam rangka melaksanakan kebijakan OPK Kantor Menteri Negara Pangan dan Holtikultura mengkoordinasi instansi pelaksana terkait dalam hal penyebaran informasi OPK kepada instansi terkait dan masyarakat khususnya keluarga sasaran penerima OPK, pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan, mekanisme penanganan keluhan masyarakat termasuk tindak lanjut yang diperlukan serta menerbitkan petunjuk pelaksanaan khusus yang dianggap perlu karena alasan kondisi obyektif tertentu 8. Badan urusan logistik merencanakan, menyediakan dan mendistribusikan beras untuk kebutuhan OPK di seluruh wilayah Indonesia dari gudang sampai ketitik distribusi, serta menyelesaikan penagihan pembayaran dengan Departemen Keuangan Dirjen Anggara 9. Gubernur Kepala Daerah melaksanakan pelaksanaan OPK diserah, termasuk sosialisasi, pemantauan, evaluasi dan pengawasan, serta 4

5 penanganan keluhan dengan melibatkan berbagai instansi dalam petunjuk teknis oleh Gubernur dengan mengacu pada pedoman umum yang dikeluarkan Menteri Negara Pangan, Holtikultura dan petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan Bulog 10. Penanggung Jawab Pelaksanaan OPK di daerah (unsur Pemda, Dolog/Sub Dolog BKKBN daerah), melaksanakan OPK secara efektif dan efisien sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing termasuk sosialisasi, pemantauan, evaluasi dan pengawasan serta penanggulangan keluhan yang timbul; 11. Dalam rangka pelaksanaan transparansi pelaksanaan OPK tersebut, sejak tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan dapat mengikut sertakan pihak Perguruan Tinggi, LSM derah maupun Lembaga masyarakat lainnya, serta dilibatkan dalam tahap pengawasan dari titik distribusi sampai kekelompok sasaran; 12. Sebagai anggaran pembiayaan OPK berupa subsidi harga beras maupun subsidi operasional sampai titik distribusi dibebankan kepada APBN atau mekanisme pembiayaan lainnya; 13. Sebagai subsidi yang menjadi beban Pemerintahan Pusat (APBN) adalah selisih antara harga pokok Bulog dengan penjualan beras kepada Keluarga sasaran Penerima OPK, serta biaya operasional distribusi dari tingkat Gudang sampai dengan titik distribusi, termasuk didalamnya biaya untuk pemantauan dan evaluasi; 5

6 14. Sebagai biaya operasional dari unit distribusi sampai dengan diterimanya beras oleh keluarga sasaran Penerima OPK, dibebankan kepada anggaran Pemda (APBN) dan dari swadaya masyarakat; 15. Sebagai sosialisasi program OPK dan penanganan keluhan sehubungan dengan pelaksanaan program OPK, dibiayai dari APBN, APBD dan swadaya masyarakat sesuai dengan kebutuhan; 16. Sebagai pembayaran terhadap harga beras yang dibeli oleh Keluarga Sasaran Penerima adalah tunai ditempat. Namun apabila Kepala Keluarga kurang mampu untuk membayar tunai, maka kepada penanggung jawab distribusi dilapangan (Pemda setempat) dapat diberikan toleransi waktu pembayaran beras secara konsiyasi selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah penyerahan beras disertai adanya jaminan tertulis dari Pemda; 17. Dalam rangka transparansi dalam pembiayaan, maka bagi kegiatan yang dilakukan melalui kontrak dengan pihak agar dapat dilaksanakan melalui prosedur tander secara terbuka sesuai peraturan yang berlaku secara diumumkan hasil akhirnya berupa nama peserta, pemenang dan nilai kontrak pembiayaannya. Sedangkan untuk kegiatan yang melalui biaya Lumsum agar dapat dilaporkan realisasi biayanya setiap triwulan sesuai dengan jalur instansi yang terlibat dalam kegiatan OPK. 3.4 Sumber Data Dan Informasi Adapun sumber data di sini, akan mengungkapkan tentang sumbersumber data yang akan dipergunakan dalam kegiatan penelitian ini yaitu Data 6

7 Primer, data yang digunakan melalui hasil pelaksanaan OPK ditingkat desa/kelurahan. Di tingkat Kabupaten setiap bulan Tim Koordinasi OPK Kabupaten penanggung jawab OPK sejak ditingkat Desa/Kelurahan sampai dengan tingkat Kabupaten mengadakan rapat koordinasi dan musyawarah dengan melibatkan lembaga-lembaga masyarakat dalam rangka mengevaluasi ketepatan penetapan sasaran penerima OPK, ketepatan mekanisme pelaksanaan dan ketepatan penentuan titik distribusi, maupun penanggung jawaban administrasi dan keuangan OPK. Hasil musyawarah tersebut dengan masyarakat setempat berupa daftar dari sasaran penerima beras OPK pada setiap desa, titik distribusi yang telah ditetapkan selanjutnya diumumkan dipapan pengumuman desa. Istilah dari koordinasi secara berjenjang tersebut, dan setiap bulannya dilaporkan ke sebuah tim koordinasi OPK Tingkat Propinsi. Pemantauan dan Pelaporan kinerja pelaksanaan OPK dilaksanakan secara rutin bulanan pada setiap tingkatan (Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Propinsi). Melalui pelaporan secara berjenjang. Dalam rangka keterbukaan informasi, laporan tersebut dapat diberikan kepada pihak yang memerlukan informasi tersebut. Indikator kinerja OPK yang dipantau meliputi ketepatan dan jumlah baik keluarga sasaran penerima OPK maupun jatah beras yang diterima, jumlah penerima OPK menurut daerah pedesaan dan perkotaan, ketepatan 7

8 mekanisme pelaksanaan dan penentuan titik distribusi serta jumlah pembayaran hasil penjualan beras OPK dan subsidi yang diterima. Sosialisasi program OPK bertujuan untuk menyebarluaskan OPK kepada keluarga sasaran penerima kepada para pelaksana dan para pejabat instansi terkait sebagai penanggung jawab disemua tingkatan serta kepada masyarakat umum secara luas. Melalui sosialisasi diharapkan akan tercipta kesadaran masyarakat tentang pentingnya program OPK bagi keluarga sasaran penerima serta menumbuhkan kesadaran akan hak dan kewajibannya masingmasing. Program OPK yang disosialisasikan meliputi mekanisme pelaksanaan OPK, pemahaman tugas, tanggung jawab dan fungsi masing-masing instansi, serta hak dan kewajiban keluarga sasaran penerima dan mekanisme penyampaian keluhan/pengaduan dari masyarakat serta penanganan tindak lanjut yang diperlukan. Sosialisasi dan penyebaran informasi program OPK dapat dilakukan melalui pendekatan media massa, pendekatan musyawarah melalui kelompok kegiatan sosial, keagamaan dan kemasyarakatan lain, serta pendekatan perorangan melalui tokoh masyarakat disekitarnya. Penyediaan perangkat dan mekanisme dalam rangka penyampaian dan penanganan keluhan melalui tim koordinasi OPK Kecamatan dan Kabupaten untuk merespon terhadap berbagai pengaduan/keluhan yang timbul dari masyarakat sebagai akibat dari adanya ketidakserasian dalam pelaksanaan program OPK. 8

9 Penanganan terhadap keluhan yang timbul di masyarakat akibat terjadinya ketidak serasian dalam pelaksanaan program OPK, secara tehnis dapat diselesaikan oleh masing-masing instansi sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab secara bertingkat. Keluhan masyarakat akan ditampung oleh Kelurahan, Kecamatan, oleh Bupati, dan oleh Dolog serta instansi lainnya secara lembaga yang terkait, Perguruan Tinggi atau LSM. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan sasaran di atas, maka penulis akan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Metode Observasi, diartikan sebagai pengamatan dan catatan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Dengan metode ini penulis bisa mengadakan pengamatan pencatatan baik langsung maupun tidak langsung terhadap fenomena-fenomena yang ada; 2. Metode Dokumentasi, yaitu dengan melihat dokumen yang ada pada keluarga pra sejahtera yang ada di Kecamatan Rambi Puji, seperti data tentang: a) Keadaan administrasi; b) Perubahan data pra sejahtera; c) Kegiatan pekerjaan sehari-hari. 3. Metode Angket, yaitu untuk keperluan kegiatan, yang merupakan suatu daftar kumpulan pertanyaan tertulis dan harus dijawab dengan tertulis 9

10 juga. Angket ini digunakan untuk mengumpulkan data dari populasi/responden yang jumlahnya cukup banyak, sedangkan item pertanyaannya disesuaikan dengan adanya jenis data yang diperlukan tersebut. 4. Metode Interview, yaitu sebagai suatu proses tanya jawab lesan, dimana dua orang berhadap-hadapan secara fisik yang satu dengan yang lain dan mendengarkan dengan telinganya sendiri. Adapun metode interview akan penulis lakukan dan sampaikan pada masyarakat/keluarga pra sejahtera, tentang pelaksanaan OPK beras yang telah dilaksanakan dan dampak apa yang diharapkan dari pelaksanaan OPK tersebut. Disamping itu juga penulis mengadakan interview dengan para tokoh masyarakat, kepala desa serta perangkat desa/kelurahan tentang pelaksanaan OPK dan dampak yang telah ditimbulkan oleh pelaksanaan operasi pasar khusus (OPK) tersebut. 3.6 Analisa Data Sesuai dengan data yang direncanakan oleh penulis di atas, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan Teknik Analisa Data X 2 (Chi Kuadrat) X 2 itu berfungsi sebagai cara untuk membandingkan perbedaan antara kelompok-kelompok data yang terbagi dalam kategori dengan kelompok data yang lain terbagi dalam kegiatan-kegiatan pula, dalam hal ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang terdapat dalam keluarga pra 10

11 sejahtera di Kecamatan Bangsal Sari Kabupaten Jember. Adapun Rumus Chi Kuadrat yang dimaksud adalah: Keterangan : Fo = Frekuensi yang diperoleh Fh = Frekuensi yang diharapkan = (Fo Fh) Fh Untuk mencari F h dipergunakan rumus: h = (nk)(ng) N Keterangan : Ng = Jumlah tiap-tiap golongan Selain analisa data diatas untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya, penulis perlu juga menggunakan analisa data diantaranya adalah: Yuka Q (QXY) yaitu rumus: (BxC) (AxD) = (BxC) (AxD) 11