GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG
|
|
- Susanto Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BAPAK/IBU ANGKAT RUMAH TANGGA SASARAN OLEH PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempercepat penurunan jumlah penduduk miskin diperlukan berbagai upaya secara sistematis dan terintegrasi dalam penanggulangan kemiskinan; b. c. bahwa pelaksanaan penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud huruf a, dilakukan oleh pejabat struktural di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali dalam rangka meningkatkan kepedulian dan partisipasi terhadap masyarakat; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Petunjuk Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
2 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 8. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan; Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 2); 11. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2008 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 12);
3 MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BAPAK/IBU ANGKAT RUMAH TANGGA SASARAN OLEH PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Bali. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Gubernur adalah Gubernur Bali. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Provinsi Bali. 5. Pejabat Struktural adalah Pejabat di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali. 6. Bapak/Ibu Angkat adalah para pejabat strukural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali. 7. Penanggulangan Kemiskinan adalah upaya untuk melepaskan atau mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. 8. Rumah Tangga Sasaran adalah rumah tangga yang tergolong miskin berdasarkan 14 (empat belas) variable kemiskinan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. BAB II MATERI MUATAN PELAKSANAAN BAPAK/IBU ANGKAT RUMAH TANGGA SASARAN OLEH PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI Pasal 2 (1) Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran Oleh Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali memuat kebijakan dan mekanisme kegiatan Bapak/Ibu Angkat yang berbasis individu dan desa.
4 (2) Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran Oleh Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali menjadi pedoman dan acuan dalam proses pelaksanaan kegiatan Bapak/Ibu Angkat. (3) Rincian Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. BAB III SISTEMATIKA Pasal 4 Sistematika Rencana Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran Oleh Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali meliputi: a. I Latar Belakang; b. II Dasar Hukum; c. III Tujuan; d. IV e. V f. VI g. VII h. VIII i. IX j. X k. XI l. XII Sasaran; Prinsip-Prinsip; Ruang Lingkup; Fokus Pengentasan Variabel Kemiskinan; Penetapan Rumah Tangga Sasaran Sebagai Keluarga Angkat; Pendekatan Kegiatan; Organisasi Pelaksana; Pelaporan; dan Penutup.
5 BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 5 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali. Ditetapkan di Denpasar pada tanggal 17 Mei 2010 GUBERNUR BALI, MADE MANGKU PASTIKA Diundangkan di Denpasar pada tanggal 17 Mei 2010 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI, I NYOMAN YASA BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2010 NOMOR 16
6 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 17 MEI 2010 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BAPAK/IBU ANGKAT RUMAH TANGGA SASARAN OLEH PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI I. Latar Belakang. Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan amanat konstitusi dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu masyarakat yang sejahtera adil dan makmur. Penanggulangan kemiskinan harus dilakukan secara bertahap, terpadu, sinergis dan terencana yang dilandasi oleh kemitraan dan keterlibatan berbagai pihak dan dikelola sebagai suatu gerakan bersama untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin sehingga mencapai kehidupan yang layak. Penanggulangan kemiskinan tidak dapat dilakukan secara singkat dan sekaligus, karena kompleksitas yang dihadapi oleh masyarakat miskin dan keterbatasan sumber daya yang tersedia. Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) memandang masalah kemiskinan lebih pada kemiskinan hak dengan batasan bahwa kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Bali melalui visi yang hendak dicapai dalam periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah adalah Terwujudnya Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera (MANDARA) yang dirumuskan dalam salah satu visinya yaitu Mewujudkan Bali yang Sejahtera dan Sukerta Lahir dan Bathin, salah satu sasaran yang hendak dicapai adalah berkurangnya penduduk miskin dan penyandang masalah sosial. Sedangkan konsep kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs aproach). Kemiskinan
7 dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran/komsumsi). Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Tabel 1 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi (Hasil SUSENAS ) Tahun Jumlah Jiwa Penduduk Miskin Persentase Penurunan , , , , , , * , Keterangan * Maret 2009 Sumber : BPS Provinsi Bali Pemerintah Provinsi Bali sangat konsern dan fokus untuk mengentaskan kemiskinan secara mikro (indikator yang jelas) sesuai dengan yang ditetapkan dalam 14 variabel dengan harapan berdampak pada penurunan anggota keluarga Rumah Tangga Sasaran sebagai individu yang nantinya tercermin pada penurunan jumlah penduduk miskin. Sementara penanggulangan kemiskinan secara makro telah tersentuh melalui berbagai kegiatan seperti : revitalisasi pertanian, sarana -prasarana kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur yang semuanya mengarah kepada peningkatan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi di daerah. Dalam rangka pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, Rumah Tangga Sasaran merupakan sasaran jangkauan program yang ditetapkan berdasarkan 14 (empat belas) variable kemiskinan. Sesuai dengan pendataan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 jumlah Rumah Tangga Miskin di Provinsi Bali per 31 Mei 2006 adalah RTM dan hasil pendataan per 31 Desember 2008
8 jumlah Rumah Tangga Sasaran di Provinsi Bali sebanyak RTS atau turun sebanyak RTM/RTS. No Tabel 2 Data RTM/RTS di Provinsi Bali Tahun 2006 dan Tahun 2008 Kabupaten/Kota 2006 (Data per 31 Mei 2006) 2008 (Data per 31 Desember 2008) Penurunan Persentase Penurunan 1. Jembrana ,16 2. Tabanan ,41 3. Badung ,44 4. Gianyar ,57 5. Klungkung ,58 6. Bangli ,97 7. Karangasem ,42 8. Buleleng ,68 9 Denpasar ,14 Jumlah ,32 Sumber : BPS dan TKPKD Provinsi Bali Meskipun Pemerintah telah mengalokasikan dana/anggaran dana yang cukup besar untuk menanggulangi kemiskinan, namun penurunan jumlah penduduk miskin relatif lambat bila dikaitkan dengan target penurunan jumlah penduduk miskin secara nasional, walaupun untuk target penurunan di Provinsi Bali telah melampaui target secara nasional. Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat pada hakekatnya adalah menggugah komitmen para pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi untuk lebih peduli dan memiliki kepekaan terhadap kemiskinan yang masih cukup banyak di Bali, sehingga penanggulangan kemiskinan merupakan kesatuan langkah dan menjadi gerakan bersama. II. Dasar Hukum 1. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009, tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan;
9 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2009, tentang Pedoman Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota; 3. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 9 Tahun 2009 tentang rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Bali Tahun III. Tujuan Tujuan penyelenggaraan kegiatan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali adalah : 1. Membangun komitmen bersama dan kepedulian Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali sebagai bagian dari gerakan bersama penanggulangan kemiskinan di Bali; 2. Mendorong sinergi berbagai pihak dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan Pemerintah Daerah Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota; 3. Proses pembelajaran bagi para pejabat struktural dalam membedah kemiskinan secara mendalam di masyarakat, dimana akan lebih mengenal kondisi desa, potensi, permasalahan, dan jalan keluar yang bisa diambil untuk mengatasi permasalahan di desa tersebut melalui program-program penanggulangan yang terkoordinasi di tingkat provinsi. 4. Menurunkan jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali. IV. Sasaran Sasaran kegiatan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali adalah mempercepat penurunan jumlah penduduk miskin untuk mengurangi minimal 6 (enam) variabel kemiskinan dari 14 (empat belas) variabel kemiskinan yang ada, juga diupayakan melalui pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin untuk dapat menjalankan dan mengembangkan kehidupan yang lebih bermartabat. Untuk mencapai maksud penyelenggaraan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali diarahkan untuk: 1. Fasilitasi pangan yang bermutu dan terjangkau, serta meningkatnya status gizi masyarakat, terutama ibu hamil, bayi dan anak balita;
10 2. Fasilitasi pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, terjangkau; 3. Fasilitasi pelayanan pendidikan dasar yang bermutu, terjangkau; 4. Fasilitasi lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatnya kemampuan pengembangan usaha; 5. Fasilitasi perumahan yang layak dan lingkungan pemukiman yang sehat; 6. Fasilitasi air bersih dan aman dan sanitasi dasar yang baik; 7. Fasilitasi perlindungan hak perorangan dan komunal atas tanah; 8. Fasilitasi akses masyarakat miskin dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan; 9. Fasilitasi rasa aman dari gangguan keamanan dan tindak kekerasan maupun non kekerasan; 10. Fasilitasi partisipasi masyarakat miskin dalam keseluruhan proses pembangunan; 11. Fasilitasi akses perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan baik dalam keluarga maupun di masyarakat. V. Prinsip-prinsip Prinsip-prinsip dasar yang dianut dalam Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasatan oleh pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali meliputi : 1. Kesamaan hak dan tanpa pembedaan. Menjamin adanya kesamaan hak tanpa membedakan atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, usia, keyakinan politik. 2. Manfaat bersama. Harus memberikan manfaat bagi semua pihak. 3. Tepat sasaran dan adil. Harus menjamin ketepatan sasaran dan berkeadilan. 4. Pemberdayaan. Menjamin peningkatan keberdayaan masyarakat miskin, bukan justru meningkatkan ketergantungannya pada pihak lain atau pemerintah. 5. Kebersamaan. Merupakan tanggung jawab bersama dilakukan dengan keterlibatan aktif semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. 6. Transparansi.
11 Menekankan asas keterbukaan bagi semua pihak melalui pelayanan dan penyediaan informasi bagi semua pihak termasuk masyarakat miskin. 7. Akuntabilitas. Adanya proses dan mekanisme pertanggungjawaban atas kemajuan, hambatan, capaian hasil dan manfaat baik dari sudut pandang pemerintah, dan apa yang dialami masyarakat. 8. Keberlanjutan. Harus menjamin pelaksanaan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. 9. Kemitraan. Adanya kemitraan yang setara dan saling menguntungkan. 10. Keterpaduan. Adanya sinergi dan keterkaitan yang terpadu. VI. Ruang Lingkup. Banyaknya jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adanya krisis ekonomi secara berkepanjangan, terjadinya peristiwa Bom Bali, adanya kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), pola pikir masyarakat yang tidak mau berusaha meningkatkan taraf hidupnya, maupun karena alam. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ruang lingkup tugas Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali adalah sebagai berikut : a. Fasilitasi Kegiatan ini merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan oleh Bapak/Ibu Angkat dalam rangka membantu Rumah Tangga Sasaran untuk mendapatkan bantuan fasilitasi sesuai kebutuhan Rumah Tangga Sasaran atau menghubungkan dengan pihak ketiga. b. Pembinaan dan Bimbingan Kegiatan ini oleh Bapak/Ibu Angkat dilaksanakan meberikan pembinaan dan bimbingan sesuai potensi yang dimiliki oleh Rumah Tangga Sasaran beserta anggotanya sehingga dapat secara mandiri keluar dari kemiskinan. c. Bantuan langsung Pemberian bantuan langsung kepada Rumah Tangga Sasaran dapat dilakukan oleh Bapak/Ibu Angkat sesuai dengan kemampuan yang ada dan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip pemberdayaan.
12 VII. Fokus Pengentasan Variabel Kemiskinan Indikator utama kemiskinan dapat dilihat dari; (1) kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak; (2) terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif; (3) kurangnya kemampuan membaca dan menulis; (4) kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup; (5) kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi; (6) ketakberdayaan atau daya tawar yang rendah; (7) akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas. Dasar penetapan Rumah Tangga Sasaran dengan menggunakan 14 (empat belas) variabel kemiskinan yaitu : No Variabel 1 Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang; 2 Lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu murahan; 3 Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah / tembok tanpa diplester; 4 Tidak mempunyai fasilitas tempat buang air besar (jamban/kakus); 5 Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik; 6 Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindungi sungai/ air hujan; 7 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari dari kayu bakar / arang / minyak tanah; 8 Hanya mengkonsumsi daging / susu/ ayam satu kali dalam satu minggu; 9 Hanya membeli satu setel pakaian baru dalam satu tahun; 10 Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari; 11 Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik; 12 Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas; lahan < 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp ,- per bulan; 13 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/ tidak tamat/ hanya SD; 14 Tidak memiliki tabungan, barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp ,- seperti sepeda motor (kredit/non-kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
13 VIII. Penetapan Rumah Tangga Sasaran Sebagai Keluarga Angkat Dalam menentukan skala prioritas penanggulangan kemiskinan yang menyasar pada desa/kelurahan sebagai sasaran program, maka dilakukan klasifikasi berdasarkan persentase jumlah Rumah Tangga Sasaran, yaitu : 1. Persentase jumlah Rumah Tangga Sasaran antara 1% - 20% sebagai Desa/Kelurahan Sasaran Program; 2. Persentase jumlah Rumah Tangga Sasaran antara 21% - 35% sebagai Desa/Kelurahan Prioritas Sasaran Program; 3. Persentase jumlah Rumah Tangga Sasaran diatas 35% sebagai Desa Konsentrasi Sasaran Program. Dari ke 3 (tiga) klasifikasi tersebut untuk saat ini konsentrasi sasaran program dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan lebih diprioritaskan pada Persentase Rumah Tangga Sasaran diatas 35 %. Program-program penanggulangan kemiskinan menyasar jumlah Rumah Tangga Sasaran yang persentasenya diatas 35 % diharapkan bisa membantu menurunkan jumlah penduduk miskin. Persentase jumlah Rumah Tangga Sasaran diatas 35% terdapat di 82 Desa, 17 Kecamatan dan 4 Kabupaten. Adapun desa/kelurahan tersebut disajikan pada tabel terlampir. Penetapan jumlah Rumah Tangga Sasaran yang akan diasuh oleh Bapak/Ibu Angkat dari Para Pejabat Struktural, disesuaikan dengan eselon pejabat yang bersangkutan yaitu : 1. Eselon IV minimal : 1 Rumah Tangga Sasaran 2. Eselon III minimal : 2 Rumah Tangga Sasaran 3. Eselon II minimal : 3 Rumah Tangga Sasaran 4. Eselon I minimal : 4 Rumah Tangga Sasaran Tanggung jawab dalam pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, pembinaan maupun pemberian bantuan langsung dikoordinir oleh kepala SKPD/unit kerja masingmasing.
14 Penentuan Rumah Tangga Sasaran yang akan diasuh oleh Pejabat Struktural masing-masing ditentukan melalui koordinasi dengan para Kepala Desa setempat sesuai dengan Desa/Kelurahan lokasi SKPD sebagai Bapak/Ibu Angkat. Untuk mempermudah memantau pelaksanaan kegiatan, Kepala SKPD yang bersangkutan wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Gubernur Cq Sekretariat Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Daerah Provinsi Bali d.a. BPMPD Provinsi Bali, Jln. DI Panjaitan Nomor 5 Denpasar. IX. Pendekatan Kegiatan Kegiatan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Balioleh Pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali bersifat komplementer dan dimaksudkan untuk saling memperkuat dengan kegiatan serupa yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota. Kegiatan ini ini diupayakan agar bersinergi dengan kegiatan-kegiatan lainnya yang termasuk dalam masing-masing kelompok program yaitu (1) Program Penanggulangan Kemiskinan yang berbasis Bantuan dan Perlindungan Sosial, (2). Program Penanggulangan Kemiskinan yang berbasis Pemberdayaan Masyarakat dan (3) Program Penanggulangan kemiskinan yang berbasis Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro. Mengingat bantuan untuk Rumah Tangga Sasaran ini dilakukan oleh Bapak/Ibu Angkat dari para Pejabat struktural di Provinsi Bali, maka dalam pemberian/penyaluran bantuan ini disesuaikan dengan kemampuan pejabat yang bersangkutan. Bapak/Ibu Angkat dari para Pejabat struktural bagi Rumah Tangga Sasaran wajib mengurangi minimal 6 (enam ) variabel dari 14 (empat belas) variabel kemiskinan. Beberapa program aksi yang dapat dijalankan untuk mengurangi 6 (enam ) variabel kemiskinan antara lain : No Paket bantuan Variabel yang ditanggulangi 1 Fasilitasi program atau bantuan sesuai dengan kemampuan. Luas lantai bangunan tempat tinggal < 8 m 2.
15 2 Fasilitasi melalui program atau bantuan sesuai dengan kemampuan. 3 Fasilitasi melalui program atau bantuan sesuai dengan kemampuan. 4 Fasilitasi melalui program, atau bantuan sesuai dengan kemampuan. 5 Fasilitasi melalui program atau bantuan sesuai dengan kemampuan. 6 Fasilitasi melalui program, atau bantuan sesuai dengan kemampuan. 7 Fasilitasi melalui program atau bantuan sesuai kemampuan 8 Paket bantuan daging/telur/susu. Dapat berupa Paket bantuan ternak ayam, entok, itik dan pakan sesuai kemampuan 9 Fasilitasi atau bantuan paket pakaian baru minimal 1 tahun sekali. 10 Fasilitasi melalui program atau pemberikan bantuan pangan sesuai dengan bahan makanan pokok setempat, sesuai kemampuan. 11 Difasilitasi melalui program program yang ada atau bantuan sesuai kemampuan. 12 Fasilitasi melalui program pemberdayaan, Fasilitasi usaha, mencari pekerjaan. Paket bantuan dapat berupa bantuan ternak (ayam, itik, entok,sapi) dengan sistem bagi hasil yang menguntungkan RTS, pengolahan lahan sesuai kemampuan. 13 Fasilitasi melalui program atau Bantuan Biaya pendidikan sesuai kemampuan. 14 Difasilitasi melalui program pemberdayaan atau bantuan pemberdayaan usaha dengan pola kerjasama kemitraan seperti bantuan ternak, pengerjaan lahan sesuai kemampuan. Jenis lantai bangunan tempat tinggal dari tanah/bambu/kayu berkualitas rendah. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah. Tidak mempunyai fasilitas tempat buang air besar (jamban/kakus). Sumber penerangan rumah tangga bukan dari listrik. Sumber air minum dari sumur/mata air tak terlindungi/sungai/air hujan. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari dari kayu bakar/arang. Tidak mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam seminggu. Tidak mampu membeli pakaian baru untuk setiap ART dalam setahun. Frekuensi makan kurang dari tiga kali/hari untuk ART. Tidak mampu berobat ke Puskesmas/Poliklinik. Lapangan pekerjaan utama KRT yaitu petani gurem/pekerja bebas dengan upah per bulan kurang dari Rp ,- Pendidikan tertinggi KRT Sekolah Dasar atau tidak pernah sekolah. Tidak mempunyai asset/ tabungan/ barang berharga bernilai lebih dari Rp ,-.
16 Disamping malaksanakan kegiatan Bapak/Ibu Angkat bagi Rumah Tangga Sasaran, masing-masing SKPD wajib mendalami data Rumah Tangga Sasaran menyangkut potensi, variabel penyebab kemiskinan dan kebutuhan terkait program sebagai solusi permasalahan yang dihadapi masyarakat miskin. X. Organisasi Pelaksana Untuk memperlancar pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali, maka perlu dibentuk Tim Pengendali dengan susunan keanggotaan sebagai berikut : Penasehat : Gubernur Bali. Wakil Gubernur Bali. Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi Bali. Wakil Ketua : Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Bali. Sekretaris : Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat BPMPD Provinsi Bali. Anggota : 1. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali. 2. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali. 3. Inspektur Provinsi Bali. 4. Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali. 5. Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi Bali. Tugas Tim Pengendali adalah sebagai berikut: a. mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan Bapak/Ibu Angkat Rumah Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali; b. mengkoordinasikan keterlibatan pejabat struktural di masing-masing unit kerja; c. memfasilitasi pengembangan kegiatan sesuai karakteristik wilayah; dan d. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan. XI. Pelaporan
17 Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan kegiatan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali diperlukan pelaporan secara berjenjang dan berkala minimal 3 ( tiga) bulan sekali sebagai berikut: 1. Para Pejabat struktural diwajibkan menyusun laporan hasil pelaksanaan fasilitasi RTS setiap 3 (tiga) bulan sekali dan dikirim setiap tanggal 5 dengan menggunakan form A terlampir kepada Badan/Dinas/Biro/Kantor pada unit kerja masing-masing. 2. Badan/Dinas/Biro/Kantor unit kerja masing-masing menyusun rekapitulasi laporan perkembangan pelaksanaan fasilitasi RTS dari seluruh pejabat struktural yang hasilnya disampaikan kepada Gubernur Bali C/q Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Bali selambat-lambatnya tanggal 10 dengan menggunakan form B terlampir. XII. Penutup Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi disusun sebagai bahan acuan untuk menyamakan gerak pelaksanaan di lapangan dalam menanggulangi kemiskinan di Provinsi Bali sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, terpadu dan terukur. GUBERNUR BALI, MADE MANGKU PASTIKA
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi
Lebih terperinci14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.
14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CIREBON
BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 51 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA KELUARGA / RUMAH TANGGA MISKIN KOTA CIREBON Menimbang : WALIKOTA CIREBON, a. bahwa kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG
I. PENDAHULUAN LAMPIRAN : NOMOR : 38 TAHUN 2011 TANGGAL : 23 DESEMBER 2011 a. Latar Belakang Salah satu program pembangunan Kabupaten Karawang adalah Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni merupakan Program
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN 2 010 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin merupakan program bantuan yang sudah dilaksanakan Pemerintah Indonesia sejak Juli 1998 dengan tujuan awal menanggulangi kerawanan pangan akibat krisis moneter
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG KEBERLANJUTAN PROGRAM SIMANTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG KEBERLANJUTAN PROGRAM SIMANTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa pemberian dan pertanggungjawaban bantuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa Indonesia saat ini adalah masalah pengangguran dan masalah kemiskinan. Kedua permasalahan ini
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS
1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang
Lebih terperinciPROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE
PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 7 TAHUN 2014 PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN MERAUKE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperincipendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.
Tabel 2.41. Perhitungan Indeks Gini Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Kelompok Jumlah Rata-rata % Kumulatif Jumlah % Kumulatif Xk-Xk-1 Yk+Yk-1 (Xk-Xk-1)* Pengeluaran Penduduk Pengeluaran Penduduk Pengeluaran
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran serta pekerja dalam
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran serta
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran serta pekerja
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah
Lebih terperinciSALINAN WALIKOTA LANGSA,
SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem
Lebih terperinciBUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)
BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang Mengingat a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG
SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2017 SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI
Lebih terperinciHASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI
HASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI Oleh: TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH (TKPKD) PROV. BALI Disampaikan Pada Acara: Verifikasi dan Validasi Basis Data Terpadu (BDT) 2015
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012
1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Berbagai definisi tentang kemiskinan sudah diberikan oleh para ahli di bidangnya. Kemiskinan adalah suatu keadaan, yaitu seseorang tidak
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa penanggulangan kemiskinan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 32 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG INDIKATOR
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà
-1- jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà A TAALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINANDI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa kemiskinan
Lebih terperinciGUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN PERHITUNGAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU (DBH-CHT) PROVINSI BALI DAN KABUPATEN/ KOTA DI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran serta pekerja dalam
Lebih terperinciPERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus
PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA Form : I Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus Di - K U D U S Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2009
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa penyusunan
Lebih terperinciII. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pangan Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar masnusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi
Lebih terperinciAnalisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung
Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung Dari kajian terdahulu memberi kesimpulan bahwa tingginya persentase dan jumlah penduduk miskin Lampung lebih disebabkan oleh masih tingginya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA BERKAT RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA BERKAT RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran serta pekerja
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Ummul Hairah ummihairah@gmail.com Program Studi Teknik Informatika
Lebih terperinciPANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN
PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN By : Suyatno, Ir. MKes Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Contact : 081-22815730 / 024-70251915
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU (DBH-CHT) PROVINSI BALI DAN KABUPATEN/KOTA DI BALI TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN PERHITUNGAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU (DBH-CHT) PROVINSI BALI DAN KABUPATEN/KOTA DI BALI TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG
PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Evaluasi (penilaian) suatu program biasanya dilakukan pada suatu waktu tertentu atau pada suatu tahap tertentu (sebelum program, pada proses pelaksanaan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di ruang Perawatan Bayi Sehat (R. X) dan
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 133 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 133 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS PERTANIAN TERINTEGRASI DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum adalah sebuah lembaga pendidikan islam yang setara dengan tingkatan Sekolah Dasar (SD), yang berada di naungan Kementrian Agama. Sebagaimana
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka mengurangi
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 104 TAHUN 2011 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 104 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciNOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengurangi jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa kemiskinan adalah masalah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Badan Kesatuan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 13 TAHUN 20II TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,
BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 13 TAHUN 20 TENTANG NDKATOR KELUARGA MSKN D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN, Menimbang Meagiogat a. b. : c. d. 2. \ 3. bahwa kemiskinan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BIAYA PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BIAYA PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU (DBH CHT) PROVINSI BALI DAN KABUPATEN/KOTA DI BALI TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang
Lebih terperinciKEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI
KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2012
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa penyusunan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TIM PENGENDALI PROGRAM/KEGIATAN GERAKAN PEMBANGUNAN DESA TERPADU MANDARA (GERBANG SADU MANDARA) DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,
PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengurangi jumlah
Lebih terperinciBUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH SEMESTA BERENCANA KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE
IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara
Lebih terperincidengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis
dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi kewenangan pemerintah pusat. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup turun drastis pada tahun 2011, hal ini karena kasus kematian ibu
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa setiap anak mempunyai hak
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang :
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU (DBH-CHT) PROVINSI BALI DAN KABUPATEN/KOTA DI BALI TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperincilintas program dalam penyiapan perumusan dan penyelenggaraan
LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SALATIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2011 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM ANTI KEMISKINAN (ANTI POVERTY PROGRAM) KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia, wilayah Provinsi Bali terdiri atas tiga pulau yaitu Pulau Bali, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa
Lebih terperinciPENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D
PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 PENANGGULANGAN KEMISKINAN 19 HLM, LD Nomor 4 SERI D TAHUN 2016 TENTANG ABSTRAK : - bahwa dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014
WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN KEUANGAN KHUSUS DARI GUBERNUR TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU (DBH CHT) PROVINSI BALI DAN KABUPATEN/KOTA DI BALI TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan merupakan
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALISTAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL
Lebih terperinciW A L I K O T A B A N J A R M A S I N
W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN KABUPATEN BADUNG KEPADA KABUPATEN BULELENG, JEMBRANA, TABANAN, BANGLI, KLUNGKUNG, DAN KARANGASEM
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN
SALINAN NOMOR 28, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang:
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a.
Lebih terperinci