ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI"

Transkripsi

1 ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN Ni Nyoman Susi Ratna Dewanti. Analisis Persepsi dan Sikap Terhadap Peran Gender Pada Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan HERIEN PUSPITAWATI. Perjuangan kesetaraan dan keadilan gender sedang menjadi isu global yang menarik perhatian dunia terutama setelah berakhirnya perang dingin antara blok barat dan blok timur. Perubahan tersebut sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan kestabilan menuju pendekatan kesejahteraan dan keadilan (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Tujuan ketiga Millenium Development Goals (MDG) adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan. Untuk mencapai target tersebut, salah satunya dengan meningkatkan kemampuan kelembagaan pendidikan dalam mengelola dan mempromosikan pendidikan berwawasan gender sehingga dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesetaraan gender (Bappenas 2003). Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan sikap mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia terhadap peran gender. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui karakteristik contoh dan keluarga contoh; (2) Mengetahui persepsi contoh terhadap sifat kepribadian; (3) Mengetahui persepsi contoh terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik; (4) Mengetahui persepsi contoh terhadap peran gender dalam sektor publik; (5) Mengetahui lingkungan sosial contoh yang berperspektif gender; (6) Mengetahui sikap contoh terhadap peran gender; (7) Mengetahui hubungan antar variabel penelitian; (8) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap contoh terhadap peran gender. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan menggunakan metode wawancara dengan menggunakan kuisioner. Lokasi penelitian adalah Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan April contoh dalam penelitian adalah 146 mahasiswa FEMA (Fakultas Ekologi Manusia) IPB tingkat III yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin contoh terdiri dari 43 laki-laki dan 103. Pemilihan contoh dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa keahlian yang dimiliki mahasiswa FEMA berhubungan dengan keadaan sosial dalam masyarakat. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan alat bantu kuisioner yang meliputi: karakteristik contoh dan keluarganya, persepsi terhadap sifat kepribadian seseorang, persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik, persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik, latar lingkungan sosial, dan sikap terhadap peran gender. Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi Kegiatan yang dilakukan mulai dari pengambilan data primer, transfer data, coding, editing, entry, cleaning, dan analisis data. Data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif, uji beda Independent Sample T-Test, uji korelasi Rank Spearman, dan uji regresi linier berganda. Sebagian besar contoh (76.8%) berada pada kisaran umur tahun dan sebagian besar contoh (70.5%) berjenis kelamin. lebih dari separuh contoh laki-laki (81.4%) berasal dari program studi Komunikasi dan pengembangan Masyarakat (KPM) sedangkan contoh berasal dari program studi Ilmu keluarga dan Konsumen (IKK). Persentase terbesar umur

3 ayah contoh (46.6%) berada pada kisaran tahun dan persentase terbesar umur ibu contoh (66.4%) berada pada kisaran tahun. Persentase terbesar pendidikan ayah contoh (39.0%) adalah tamat SLTA sedangkan persentase terbesar pendidikan ibu contoh (40.4%) juga tamat SLTA. Persentase terbesar pekerjaan ayah contoh (36.3%) adalah PNS/ABRI sedangkan persentase terbesar pekerjaan ibu contoh (54.8%) adalah ibu rumah tangga/tidak bekerja. Sebagian besar contoh (63.0%) berasal dari keluarga sedang. Proporsi terbesar contoh (27.4%) mempunyai rata-rata pendapatan keluarga (R P /bulan) lebih dari R P , 00. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan tentang sifat extrovert dan tidak terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan tentang sifat introvert. Secara umum tidak terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan contoh terhadap sifat kepribadian. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara persepsi contoh laki-laki dan terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik. Selain itu, juga terdapat perbedaan antara lingkungan sosial contoh laki-laki dan serta sikap contoh laki-laki dan terhadap peran gender. Hal ini berarti contoh mempunyai persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik, lingkungan sosial serta sikap terhadap peran gender yang lebih berperspektif gender dibandingkan contoh laki-laki. Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa pendidikan ayah dan ibu mempunyai hubungan positif dan nyata dengan pendapatan keluarga (p<0.01). Pendidikan ayah mempunyai hubungan negatif dan nyata dengan persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik (p<0.05). Jenis kelamin mempunyai hubungan yang positif dan nyata dengan persepsi terhadap sifat kepribadian (p<0.05), persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik (p<0.01), lingkungan sosial serta sikap terhadap peran gender (p<0.01). Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa persepsi terhadap sifat kepribadian berhubungan positif dan nyata dengan persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan (p<0.01). Hasil Uji Korelasi Spearman juga menunjukkan bahwa persepsi terhadap sifat kepribadian juga berhubungan positif dan nyata dengan sikap terhadap peran gender (p<0.05). Hasil Uji Regresi Linier menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh positif terhadap persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik adalah jenis kelamin dan persepsi terhadap sifat kepribadian. Artinya contoh mempunyai persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik yang lebih berperspektif gender. Jika persepsi terhadap sifat kepribadian cenderung berperspektif gender maka persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik juga cenderung berperspektif gender. Faktor yang berpengaruh positif terhadap sikap terhadap peran gender adalah jenis kelamin. Contoh mempunyai sikap yang cenderung berperspektif gender.

4 ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 JUDUL Nama Mahasiswa Nomor Pokok : ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR : NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Herien Puspitawati, MSc, MSc NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus:

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 22 Desember Penulis adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan keluarga Bapak I Made Suantia dan Ibu Ni Made Siti Widarsih. Pada tahun 1992 penulis menempuh pendidikan di SD Leteh III Rembang, Jawa Tengah sampai tahun 1998 selanjutnya pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Rembang, Jawa Tengah hingga tahun Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SLTA Negeri 1 Rembang, Jawa Tengah sampai tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI di Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian pada tahun Selama menyelesaiikan studi di IPB, penulis pernah menjadi pengurus HIMAGITA periode Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Metode Penelitian Keluarga (IKK 311 ) dan Gender dan keluarga (IKK 214) pada tahun ajaran Penulis cukup aktif mengikuti kepanitiaan yang diselenggarakan oleh Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Sekarang penulis aktif sebagai anggota Paguyuban Mojang dan Jajaka Kota Bogor tahun 2008.

7 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul Persepsi Tentang Konsep Dan Peran Gender Pada Mahasiswa Institut Pertanian Bogor berhasil diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan rasa hormat yang setinggi-tingginya, penulis ucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc. M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, kesempatan serta ilmu-ilmunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Terimakasih pula penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Dwi Hastuti, MSc selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji atas arahan, saran serta koreksinya menuju kesempurnaan skripsi ini. 3. Ibu Tien Herawati, SP. MSi yang telah memberikan bimbingan, semangat dan arahan selama pembuatan penulisan skripsi ini. 4. Khusus penulis sampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu, Kak Made, Kak Wayan yang saya cintai, keluarga besar di Bali dan di Rembang atas doa dan dukungannya. 5. Sahabat-sahabat terbaikku Alia, Vero, Ari, teman-teman Bali angkatan 41, teman-teman Mojang dan Jajaka Kota Bogor 2008 terimakasih atas persahabatan dan bantuannya. 6. Teman-teman satu bimbingan: Sri dan Monik, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. Seluruh teman-teman GMSK 40 dan 41, IKK 42 dan 43, KPM 42 dan 43 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaannya dan semangatnya. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna dan dapat dijadikan sebagai perbandingan maupun penambah pengetahuan para pembaca umumnya. Bogor, September 2008 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN...xi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan... 3 Kegunaan Penelitian... 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Individu... 5 Karakteristik Keluarga... 5 Konsep, Teori, dan Analisis Gender... 6 Konsep Gender... 6 Teori Gender... 9 Analisis Gender Pengertian Persepsi Tentang Konsep Gender Peran Gender Konsep dan Pengertian Peran Gender dalam Keluarga Peran Gender dalam Masyarakat Lingkungan sosial KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penarikan Contoh Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Pengukuran Variabel Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian... 30

9 Karakteristik Contoh dan Keluarganya Nilai-nilai dan Nasehat Orangtua Persepsi Terhadap Peran Gender Lingkungan Sosial Contoh Sikap Contoh Terhadap Peran Gender Hubungan Antar Variabel Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap terhadap Peran Gender PEMBAHASAN UMUM KETERBATASAN PENELITIAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan...55 Saran...56 DAFTAR PUSTAKA...57 LAMPIRAN...60

10 DAFTAR TABEL Halaman 1. Jenis variabel yang dikumpulkan Perkembangan jumlah mahasiswa IPB berdasarkan jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkan umur contoh Sebaran contoh berdasarkan program studi Sebaran contoh berdasarkan umur ayah dan ibu Sebaran contoh berdasarkan jenjang pendidikan ayah dan ibu Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Sebaran contoh berdasarkan kisaran pendapatan keluarga Hasil uji kualitatif nilai-nilai dan nasehat orangtua Persepsi contoh terhadap sifat extrovert-maskulin dan extrovert-feminin Persepsi contoh terhadap sifat introvert-feminin dan introvert-maskulin Persepsi terhadap sifat kepribadian Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik Persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik Lingkungan sosial contoh yang berperspektif gender Sikap contoh terhadap peran gender Matriks hubungan antar variabel penelitian Hasil uji regresi linier faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap contoh terhadap peran gender... 51

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap mahasiswa terhadap peran gender... 22

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Pengukuran variabel penelitian Persepsi contoh laki-laki dan terhadap sifat kepribadian Persepsi terhadap sifat kepribadian Hasil uji beda persepsi terhadap sifat kepribadian Persepsi contoh laki-laki dan terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik Hasil uji beda persepsi terhadap peran gender dalam sektor domestik Persepsi contoh laki-laki dan terhadap peran gender dalam sektor publik Persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik Hasil uji beda persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik Lingkungan sosial contoh laki-laki dan Lingkungan sosial Hasil uji beda lingkungan sosial Sikap contoh laki-laki dan terhadap peran gender Sikap terhadap peran gender Hasil uji beda sikap terhadap peran gender Matriks korelasi Rank Spearman Rekapitulasi perbedaan persepsi dan sikap contoh laki-laki dan terhadap peran gender... 93

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Perjuangan kesetaraan dan keadilan gender sedang menjadi isu global yang menarik perhatian dunia terutama setelah berakhirnya perang dingin antara blok barat dan blok timur. Perubahan tersebut sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan kestabilan menuju pendekatan kesejahteraan dan keadilan (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Jenis kelamin atau konsep nature berbeda dengan gender atau konsep nurture. Jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara laki-laki dan sedangkan konsep gender adalah pembentukan sifat maskulin dan feminin bukan disebabkan oleh adanya perbedaan biologis, tetapi karena dikonstruksi oleh sosial budaya melalui proses sosialisasi. Konsep gender juga merupakan diferensiasi peran (division of labor) antara laki-laki dan yang disebabkan oleh faktor sosial budaya (Megawangi 1999). Pandangan tentang gender dapat bertahan apabila anggota masyarakat dapat menjalankan peran-peran sosial sesuai dengan harapan peranan (role expectation) yang ada dalam masyarakat. Diikuti dengan proses institusional (masuknya nilai-nilai ke dalam kerangka budaya masyarakat) dan proses internalisasi (masuknya nilai-nilai ke dalam kerangka budaya yang dianut individu). Keluarga juga penting dalam membentuk dan mempengaruhi bentuk nilai-nilai melalui proses sosialisasi terhadap lingkungan keluarga (Pundi 2007). Tujuan dari Millenium Development Goals (MDG) adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan. Salah satu hal yang ingin dicapai Pembangunan Millenium Indonesia adalah menghapus kesenjangan gender. Untuk mencapai target tersebut, salah satunya dengan meningkatkan kemampuan kelembagaan pendidikan dalam mengelola dan mempromosikan pendidikan berwawasan gender sehingga dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesetaraan gender (Bappenas 2007). Elemen yang diteliti dalam penelitian ini adalah mahasiswa karena mahasiswa mulai menghadapi harapan-harapan baik dari orang dewasa maupun dari kelompok sosialnya (Noviyanti 2002 diacu dalam Desiyani 2003). Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan tinggi usia tahun pada tahun adalah sebesar persen dan terus meningkat

14 dalam kurun waktu dengan rata-rata sebesar persen per tahun. Data ini menunjukkan terjadinya peningkatan akses ke perguruan tinggi. Rasio melek huruf sepanjang tahun 1992 hingga 1998 menunjukkan kecenderungan meningkat secara konstan. Jika pada tahun rasio ini baru mencapai 97.9 persen, maka pada tahun 1998 angka tersebut sudah mencapai 99.5 persen hingga membaik pada tahun 2006 yang mencapai persen. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan angka melek huruf antara dan laki-laki semakin kecil dari tahun (Bappenas 2007). Mahasiswa atau mahasiswi selaku individu juga mempelajari nilai gender baik dari keluarga maupun masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai gender yang dipelajari dari lingkungan keluarga dapat bertambah kuat, bertahan atau berubah dalam kesadaran mahasiswa karena adanya penguatan atau sebaliknya ada tarik-menarik dan tantangan dari nilai-nilai gender yang berbeda yang dipelajari dari dunia di luar keluarga seperti dalam institusi pendidikan atau sektor kehidupan masyarakat lainnya (Rahasthera & Prasodjo 2007). Perumusan Masalah Masalah gender pada dasarnya adalah menganut prinsip kemitraan dan keharmonisan. Adanya perlakuan marginalisasi, sub ordinasi, beban ganda, dan tindak kekerasan dari satu pihak kepihak lain menyebabkan seluruh kesalahan sering ditimpakan pada kaum laki-laki (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Menurut data Bappenas (2007), Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan tinggi usia tahun pada tahun adalah sebesar persen dan terus meningkat dalam kurun waktu dengan rata-rata sebesar persen per tahun. Data ini menunjukkan justru terjadi peningkatan akses ke perguruan tinggi. Rasio melek huruf sepanjang tahun 1992 hingga 1998 menunjukkan kecenderungan meningkat secara konstan. Jika pada tahun rasio ini baru mencapai 97.9 persen, maka pada tahun 1998 angka tersebut sudah mencapai 99.5 persen hingga membaik pada tahun 2006 yang mencapai persen. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan angka melek huruf antara dan laki-laki semakin kecil dari tahun Mengapa perlu memisahkan perbedaan jenis kelamin biologis dan gender adalah karena konsep jenis kelamin biologis yang bersifat permanen dan statis

15 itu tidak dapat digunakan sebagai alat analisis yang berguna untuk memahami realitas kehidupan dan dinamika perubahan relasi laki-laki dan. Konsep gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggungjawab, fungsi, antara laki-laki dan. Sedemikian rupanya perbedaan gender ini melekat pada cara pandang kita sehingga terkadang orang sering lupa seakanakan hal itu merupakan sesuatu yang permanen (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Gender sampai sekarang masih menjadi perdebatan dalam masyarakat sehingga diperlukan penjelasan mengenai konsep gender. Sosialisasi konstruksi sosial tentang gender secara evolusi akhirnya mempengaruhi perkembangan masing-masing jenis kelamin. Misalnya sifat gender laki-laki harus kuat dan agresif sehingga konstruksi sosial itu membuat laki-laki terlatih untuk mempertahankan sifat tersebut. Sebaliknya konstruksi sosial bahwa kaum harus lemah lembut, maka sejak kecil dia sudah terlatih untuk mempertahankan sifat tersebut. Proses tersebut akhirnya membuat sulit untuk membedakan apakah sifat gender tersebut dikonstruksi atau kodrat biologis (Handayani & Sugiarti 2001). Beberapa rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah : 1. Bagaimana persepsi dan sikap mahasiswa terhadap peran gender? 2. Bagaimana hubungan lingkungan sosial yang berperspektif gender (keluarga, kelompok pergaulan, lingkungan kampus, dan masyarakat) dengan persepsi dan sikap mahasiswa terhadap peran gender? 3. Bagaimana hubungan persepsi mahasiswa terhadap peran gender dengan sikap mahasiswa terhadap peran gender? Tujuan Umum: Mengetahui persepsi dan sikap mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia terhadap peran gender. Khusus: 1. Mengetahui karakteristik contoh dan keluarga contoh. 2. Mengetahui persepsi contoh terhadap sifat kepribadian. 3. Mengetahui persepsi contoh terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik. 4. Mengetahui persepsi contoh terhadap peran gender dalam sektor publik.

16 5. Mengetahui lingkungan sosial contoh yang berperspektif gender. 6. Mengetahui sikap contoh terhadap peran gender. 7. Mengetahui hubungan antar variabel penelitian. 8. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap contoh terhadap peran gender. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya dalam memahami konsep gender. Penelitian ini diharapkan dapat mengubah atau membentuk persepsi baru tentang konsep gender. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi penjelasan tentang konsep gender yang sebenarnya. Bagi institusi terkait, yaitu Departemen Pemberdayaan Perempuan hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam melakukan intervensi untuk mengubah cara pandang masyarakat tentang konsep gender. Bagi Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk dapat melembagakan pendidikan berwawasan gender. Bagi Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi awal perkembangan ilmu untuk penelitian lebih lanjut khususnya dalam bidang gender.

17 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Individu Umur Usia manusia dewasa dibagi menjadi tiga kategori, yaitu dewasa muda, dewasa madya, dan dewasa lanjut. Dewasa muda memiliki rentang usia tahun, dewasa madya memiliki rentang usia tahun, sedangkan dewasa lanjut memiliki rentang usia tahun (Hayslip & Panek 1989). Jenis Kelamin Jenis kelamin anak akan mempengaruhi proses pengasuhan karena orangtua dan lingkungan sosial mempunyai pengharapan yang berbeda bagi anak laki-laki dan. Dalam sebuah keluarga yang mempunyai anak laki-laki dan, anak cenderung tidak mendapat perhatian sebagaimana yang didapat oleh anak laki-laki menurut Harris & Morgan (1991) yang dikutip Martin & Colbert (1997). Menurut Hawadi (2001), keyakinan umum tentang perbedaan jenis kelamin dan peran yang harus dijalankan sesuai dengan jenis kelamin memperlihatkan adanya tekanan sosial yang lebih besar pada anak laki-laki agar bertingkah laku sesuai dengan perannya juga dianggap lebih penting daripada anak. Pendidikan Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu kehidupan seseorang. Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenis pendidikan yang pernah dialami atau lamanya mengikuti pendidikan formal atau non-formal. Pada umumnya tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Ada kecenderungan semakin tinggi pendidikan formal yang diterima seseorang, mereka akan bersifat terbuka terhadap pembaharuan (Widjaya 1986 diacu dalam Tejo 2002). Karakteristik Keluarga Pendidikan Orangtua Orangtua berpendidikan tinggi cenderung lebih mengembangkan diri dan pengetahuannya serta lebih terbuka untuk mengikuti perkembangan masyarakat dan perkembangan informasi dibandingkan dengan orangtua yang berpendidikan rendah (Pulungan 1993 diacu dalam Widianti 2004). Pendidikan juga merupakan indikator sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi cara pengasuhan (Berns 1997 diacu dalam Wahini 2001).

18 Pendapatan Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga atau rumah tangga ekonomi. Pendapatan keluarga terdiri dari pendapatan dari upah atau gaji yang diterima oleh seluruh anggota rumah tangga ekonomi yang bekerja sebagai buruh, pendapatan dari seluruh anggota rumah tangga yang berupa pendapatan kotor, dan pendapatan di luar upah/gaji yang menyangkut usaha lain (Prasetyo 2005 diacu dalam Rezeki 2006). Dilihat dari faktor ekonomi, kondisi ekonomi yang kurang akan berpengaruh terhadap kondisi mental dan psikis individu yang hidup dalam keluarga (Gunarsa & Gunarsa 1995). Perbedaan tingkat sosial ekonomi keluarga menyebabkan adanya perbedaan dalam nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga. Keluarga dengan tingkat ekonomi rendah umumnya kurang latihan dan penanaman nilai moral (Gunarsa & Gunarsa 2000). Pekerjaan Orangtua Bekerja dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dalam suatu jangka waktu tertentu dengan tujuan yang jelas, yaitu untuk menghasilkan/mendapatkan sesuatu dalam bentuk uang, benda, jasa, maupun ide (Achir 1985 diacu dalam Widianti 2004). Ibu masa kini disamping mengurus rumah tangga, juga sibuk bekerja di luar rumah baik di organisasi maupun bekerja untuk menambah pendapatan keluarga (Astawan, Santoso, dan Karyadi 1986 diacu dalam Widianti 2004). Konsep, Teori, dan Analisis Gender Konsep Gender Terdapat dua kelompok atau golongan yang mendefinisikan gender secara berbeda. Kelompok yang pertama adalah sekelompok feminis yang mengatakan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak menyebabkan perbedaan peran dan perilaku gender dalam tataran sosial. Kelompok kedua menganggap bahwa perbedaan jenis kelamin akan menyebabkan perbedaan perlakuan atau peran berdasarkan gender. Misalnya ada perlakuan khusus pada pekerja wanita karena kondisi biologisnya, seperti cuti hamil, cuti haid, pemberian jam kerja malam, dan sebagainya (Megawangi 1999). Gender diartikan sebagai konstruksi sosio kultural yang membedakan karakteristik maskulin dan feminin. Gender berbeda dengan seks atau jenis kelamin laki-laki dan yang bersifat biologis (Moore, 1988 ; 1994 ; 10 diacu dalam Kodiran dkk 2001). Walaupun jenis kelamin laki-laki sering berkaitan erat dengan gender maskulin dan jenis

19 kelamin dengan gender feminin, kaitan antara jenis kelamin dengan gender bukan merupakan korelasi absolut (Mosse 1996 diacu dalam Kodiran dkk 2001). Dalam pembahasan mengenai gender terdapat dua konsep teori, yaitu teori nature dan nurture. Menurut teori nature, perbedaan laki-laki dan adalah kodrat sehingga harus diterima sedangkan menurut teori nurture, perbedaan dan laki-laki pada hakekatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Sandra Bem menjelaskan karakteristik feminin (seperti lembut, manja, perasa, sensitif, penuh perhatian, penuh rasa cinta) yang sangat erat dengan dan karakteristik maskulin (seperti berkepribadian keras, tegas, kerja keras, senang berkompetisi, punya rencana yang sistematis, kurang sensitif) yang sangat erat dengan laki-laki. Namun demikian, kedua sifat tersebut bercampur di dalam setiap individu baik laki-laki maupun (Bem 1990 diacu dalam Puspitawati 2006). Berikut ini adalah perbedaan seks dan gender : Karakteristik Seks Gender Sumber pembeda Tuhan Manusia (masyarakat) Visi dan misi Kesetaraan Kebiasaan Unsur pembeda Biologis Kebudayaan Sifat Kodrat, tertentu, tidak Harkat, martabat, dapat dapat dipertukarkan Dampak Terciptanya nilai-nilai kesempurnaan, kenikmatan, kedamaian, dan lain-lain sehingga menguntungkan belah pihak kedua Keberlakuan Sepanjang masa, dimana saja, tidak mengenal pembedaan kelas (Handayani & Sugiarti 2001). dipertukarkan Terciptanya normanorma atau ketentuan tentang pantas atau tidaknya peran laki-laki atau, sering merugikan salah satu pihak Dapat berubah, musiman, dan berbeda antar kelas Dalam memahami konsep gender ada beberapa hal yang perlu dipahami, yaitu : 1. Ketidakadilan dan diskriminasi gender Ketidakadilan dan diskriminasi gender merupakan kondisi tidak adil akibat sistem dan struktur sosial dimana baik laki-laki dan menjadi korbannya. Bentuk-bentuk ketidakadilan akibat diskriminasi gender meliputi : 1. Marjinalisasi (peminggiran/pemiskinan).

20 Pemiskinan atas maupun atas laki-laki yang disebabkan jenis kelaminnya merupakan salah satu bentuk ketidakadilan gender. 2. Subordinasi. Subordinasi adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting dibandingkan jenis kelamin lainnya. Contohnya, apabila seorang istri yang hendak mengikuti tugas belajar, ia harus mendapat izin dari suami. Namun, jika suami yang akan pergi, ia dapat mengambil keputusan sendiri tanpa harus mendapat izin dari istri. 3. Pandangan stereotipe. Pelabelan (stereotipe) secara umum selalu melahirkan ketidakadilan. Contohnya, label kaum sebagai ibu rumah tangga sangat merugikan mereka jika hendak aktif dalam kegiatan laki-laki, seperti kegiatan politik, bisnis maupun birokrasi. 4. Kekerasan. Berbagai kekerasan terhadap sebagai akibat perbedaan peran muncul dalam berbagai bentuk. Kekerasan tidak hanya menyangkut serangan fisik saja seperti perkosaan, pemukulan, dan penyiksaan, tetapi juga yang bersifat non fisik seperti pelecehan seksual, ancaman, dan paksaan sehingga secara emosional atau lakilaki yang mengalaminya akan merasa terusik batinnya. 5. Beban kerja. Sebagai suatu bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban kerja yang harus dijalankan oleh salah satu jenis kelamin tertentu. Berbagai observasi menunjukkan mengerjakan hampir 90% dari pekerjaan dalam rumah tangga sehingga bagi yang bekerja di luar rumah, selain bekerja di sektor publik mereka juga masih harus mengerjakan pekerjaan domestik (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Sebenarnya istilah diskriminasi tidak tepat karena secara de jure, tidak ada hambatan bagi untuk dapat setara dengan laki-laki. Secara de facto, banyak secara suka rela tidak dapat melepaskan faktor biologisnya (biological essentialism). Hambatan untuk dapat setara dengan laki-laki biasanya berasal dari dalam diri itu sendiri. Para feminis yang menginginkan kesetaraan gender sangat tidak setuju dengan hal

21 tersebut. Namun, awal tahun 1980-an beberapa feminis justru menggunakan teori biological essentialism untuk menonjolkan sifat khas feminin karena mereka menganggap sifat tersebut adalah sifat yang dapat memperbaiki kondisi dunia yang didominasi oleh kualitas maskulin (Megawangi 1999). 2. Kesetaraan dan keadilan gender Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu kondisi dimana porsi dan siklus sosial dan laki-laki setara, serasi, dan seimbang. Kondisi ini dapat terwujud apabila terdapat perlakuan adil antara dan laki-laki (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Kaum egalitis menginginkan masyarakat yang setara 50/50, yaitu kondisi yang tidak ada ketimpangan dalam segala sendi kehidupan manusia. Jika diterapkan dalam konsep gender, maka kesetaraan 50/50 berarti tidak ada keragaman biologis manusia dan tidak ada pembagian peran (division of labor) dalam keluarga. Usaha kaum egalitis dan feminis ini menggunakan landasan ideologi sosial-konflik karena keragaman biologis dianggap sama dengan diskriminasi sehingga harus dihilangkan. Namun, landasan ideologi strukturalfungsional justru bertentangan dengan konsep kesetaraan gender 50/50 karena keseimbangan dan ketertiban bersumber dari adanya struktur-struktur dan differensiasi peran dalam keluarga (Megawangi 1999). Teori Gender Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA (2005), teori gender dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Teori nurture Menurut teori nurture, adanya perbedaan dan laki-laki pada hakekatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Aliran nurture melahirkan konsep sosial konflik menempatkan kaum laki-laki sebagai kaum penindas (borjuis) dan sebagai kaum tertindas (proletar). Bagi kaum proletar tidak ada pilihan lain kecuali dengan perjuangan menyingkirkan penindas demi mencapai persamaan. 2. Teori nature Menurut teori nature, adanya perbedaan dan laki-laki adalah kodrat sehingga harus diterima. Aliran nature melahirkan konsep struktural fungsional yang menerima perbedaan peran asalkan dilakukan secara demokratis.

22 3. Teori equilibrium (keseimbangan) Teori keseimbangan menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara laki-laki dan. 4. Teori adaptasi awal Pada prinsipnya teori ini menyatakan bahwa adaptasi awal manusia merupakan dasar pembagian kerja secara seksual, sekaligus dasar subordinasi. 5. Teori teknik lingkungan Teori ini didasarkan pada apa yang dianggap sebagai hukum alam, yaitu kelangkaan sumber daya alam dan tekanan penduduk. Dalam konteks ini, berakar pada peran reproduktif mereka. 6. Teori struktural Serangkaian teori yang dikelompokkan dalam kategori struktural dibangun berdasarkan asumsi bahwa subordinasi adalah kultural dan struktural. Satu kelompok teori yang beranggapan bahwa berstatus lebih rendah sekaligus otoritas yang lebih sedikit daripada laki-laki karena berhubungan dengan area domestik. 7. Teori struktural-fungsionalis Teori ini mengakui adanya keanekaragaman dalam kehidupan sosial. Dalam kondisi seperti itu, dibuatlah suatu sistem yang dilandaskan pada konsensus nilai-nilai agar terjadi adanya stabilitas dan keseimbangan. Manusia memerlukan kemitraan dan kerjasama secara sruktural dan fungsional. Lakilaki maupun memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dalam kehidupan sosial dan keluarga ada pembagian tugas (division of labor). Paham struktural-fungsionalis menerima perbedaan peran asalkan dilakukan secara demokratis dan dilandasi kesepakatan antara suami dan istri dalam keluarga atau antara laki-laki dan dalam kehidupan masyarakat. 8. Teori konflik sosial Teori ini meyakini bahwa inti perubahan dalam sistem sosial dimotori oleh konflik. Konflik ini timbul karena adanya kepentingan dan kekuasaan. Teori ini juga memandang institusionalisasi sebagai sistem yang melembagakan pemaksaan. Hal ini termasuk juga hubungan sosial antara laki-laki dan (gender). Konsep sosial konflik menempatkan kaum laki-laki sebagai kaum penindas dan sebagai kaum tertindas. Bagi kaum

23 tertindas tidak ada pilihan lain kecuali dengan menyingkirkan penindas demi untuk mencapai kebebasan dan persamaan. Analisis Gender Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA (2005), ada beberapa model teknik analisis gender yang pernah dikembangkan oleh para ahli, antara lain : 1. Teknik Analisis Model Harvard Model ini terdiri atas sebuah matriks yang mengumpulkan data pada tingkatan mikro (masyarakat dan rumah tangga), meliputi pembagian tiga kegiatan (kegiatan produktif, reproduktif, dan sosial kemasyarakatan) berdasarkan jenis kelamin, rincian sumber-sumber apa yang dikuasai oleh laki-laki dan untuk melaksanakan kegiatannya, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembagian kerja berdasarkan gender. 2. Teknik Analisis Model Moser Model ini mencakup penyusunan pembagian kerja berdasarkan gender dan mengembangkan kebutuhan gender dari sudut. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan praktis gender (kebutuhan yang harus segera dipenuhi) dan kebutuhan strategis gender (kebutuhan yang disebabkan posisi subordinat mereka). 3. Teknik Analisis Model SWOT Model ini mengidentifikasi secara internal mengenai kekuatan dan kelemahan serta secara eksternal mengenai peluang dan ancaman. Aspek internal dan eksternal tersebut dipertimbangkan dalam rangka menyusun langkah-langkah untuk mencapai sasaran. 4. Teknik Analisis Model GAP Model ini digunakan untuk mengetahui kesenjangan gender dengan melihat aspek akses, peran, manfaat, dan kontrol yang diperoleh laki-laki dan. Metode ini dapat digunakan oleh perencana dan pelaksana program di tingkat pusat dan daerah. 5. Teknik Analisis Model PROBA Penggunaan model ini dimulai dari analisis masalah gender, menelaah kebijakan, membuat formulasi kebijakan baru yang responsif gender, penyusunan kegiatan intervenís. Langkah terakhir dalam model ini adalah melakukan monitoring dan evaluasi sehingga dapat melakukan perbaikan apabila diperlukan.

24 Pengertian Persepsi Tentang Konsep Gender Persepsi adalah proses berbagi dan menginterpretasikan informasi. Persepsi akan membuat kita mengartikan dunia di sekitar kita dan memberi arti masukan sensori (Zanden 1984 diacu dalam Desiyani 2003). Persepsi juga merupakan pandangan atau penilaian seseorang objek tertentu yang dihasilkan oleh kemampuan mengorganisasi indera pengamatan (Alfian 1985 diacu dalam Desiyani 2003). Sedangkan menurut Sarwono (1997) diacu dalam Desiyani (2003), persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus di dalam lingkungan (Atkinson 1991 diacu dalam Ginting 2003). Persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan alat indra. Proses perseptual dimulai dengan perhatian yaitu merupakan proses pengamatan selektif. Di dalammya mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadiankejadian (Chaplin 1999 diacu dalam Ginting 2003). Menurut Baltus (1983) diacu dalam Ginting (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah : 1. Kemampuan dan keterbatasan fisik dari alat indera. 2. Kondisi lingkungan. 3. Pengalaman masa lalu. Bagaimana cara individu untuk menginterpretasikan suatu stimulus tergantung dari pengalaman masa lalunya. 4. Kebutuhan dan keinginan. Ketika seorang individu membutuhkan dan menginginkan sesuatu maka ia akan terus berfokus pada hal yang dibutuhkan dan diinginkan tersebut. 5. Kepercayaan, prasangka, dan nilai. Individu akan lebih menerima orang lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama dengannya, sedangkan prasangka dapat menimbulkan bias dalam mempersepsikan sesuatu. Sedangkan menurut Chaplin (1999) diacu dalam Ginting (2003), persepsi secara umum bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor motivasi. Persepsi antara individu yang satu dengan individu yang lain berbeda-beda tergantung faktor-faktor tersebut. Persepsi adalah suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri individu yang terbentuk dari nilai-nilai yang diproduksi individu tersebut.

25 Sedangkan, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu. Mahasiswa atau mahasiswi selaku individu juga mempelajari nilai gender baik dari keluarga maupun masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai gender yang dipelajari dari lingkungan keluarga dapat bertambah kuat, bertahan atau berubah dalam kesadaran mahasiswa karena adanya penguatan atau sebaliknya ada tarik-menarik dan tantangan dari nilai-nilai gender yang berbeda yang dipelajari dari dunia di luar keluarga seperti dalam institusi pendidikan, pengaruh media massa, atau sektor kehidupan masyarakat lainnya (Rahasthera & Prasodjo 2007). Persepsi mahasiswa/mahasiswi mengenai peran gender akan sesuai jika dikaitkan dengan persepsinya mengenai sifat gender. Peran-peran gender yang berkaitan dengan sifat-sifat maskulin juga akan dipersepsikan sebagai peran maskulin. Sebaliknya, sifat-sifat feminin tercermin dalam peran-peran yang feminin (Rahasthera & Prasodjo 2007). Bias gender merupakan penyimpangan yang berhubungan dengan aspek budaya dan pandangan hidup dalam masyarakat Indonesia (Anonymous 2005). Bias-bias gender terlihat dalam peran dan aktivitas yang dilakukan dan laki-laki. Perilaku seseorang yang sudah terpola menyangkut hak dan kewajiban serta berhubungan dengan status pada kelompok ataupun masyarakat tertentu pada situasi sosial yang khas menyebabkan munculnya bias gender (Mastri 2005). Persepsi individu terhadap realita dapat menimbulkan bias disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah stereotipe (Bloom et al 1956 ; Gagne & Briggs 1977 diacu dalam Mugniesyah dkk 2002). Stereotipe gender merupakan deskripsi ringkas tentang maskulinitas dan feminitas. Perempuan dipandang kecil dan lemah sementara laki-laki dipandang besar dan kuat. Peran laki-laki dan juga dibedakan. Perempuan melakukan pekerjaan yang ringan sementara laki-laki melakukan pekerjaan yang berat. Perempuan biasanya dihubungkan dengan sifat introvert. Orang yang mempunyai sifat introvert biasanya tidak mempunyai emosi, tidak ramah, kurang bisa bergaul, tenang, kalem, berpengalaman dalam emosi yang kuat, tetapi mereka menutupinya. Sedangkan laki-laki biasanya dikaitkan dengan sifat extrovert. Orang extrovert biasanya dingin, sombong, cenderung emosional, realistik, praktis, pekerja keras, cenderung untuk muncul seorang diri, dan selalu mencari sesuatu yang baru (Jung diacu dalam Anonymous 2007). Stereotipe membentuk suatu penghargaan, dimana menurut gender, individu akan

26 bertingkah laku, berpenampilan, dan memiliki perasaan tertentu. Penghargaan ini juga mempengaruhi bagaimana kita mempersepsi dan memperlakukan orang lain (Martam 1994 diacu dalam Saleha 2003). Perspektif gender menekankan bahwa maskulin maupun feminin sebenarnya merupakan pilihan. Tidak ada kewajiban bahwa laki-laki harus menampilkan dirinya sebagai sosok maskulin dan feminin bagi (Suwasana 2001 diacu dalam Widyatama 2006). Responsif gender memperhatikan perbedaan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, permasalahan, dan kepentingan laki-laki dan (Puspitawati 2007). Sedangkan persepsi yang netral gender adalah persepsi yang menganggap bahwa suatu sifat pantas dimiliki laki-laki dan dan suatu peran pantas dilakukan oleh laki-laki dan dengan kata lain persepsi yang netral gender tidak memihak pada salah satu jenis kelamin dan menyebabkan terjadinya pergeseran yang pesat terhadap nilai-nilai gender yang menyangkut persepsi mengenai sifat maupun peran gender di kalangan mahasiswa (Rahasthera & Prasodjo 2007). Menurut W. A. Gerungan, sikap adalah kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek. Menurut S. S. Sargent, sikap adalah kecenderungan untuk bereaksi secara senang atau tidak terhadap orang, objek, dan situasi. Menurut Sarlito Wirawan, sikap adalah kecenderungan antara kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu ketika ia menghadapi suatu rangsang tertentu (Santosa 2004). Perilaku setiap individu mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik (tindakan) (Bloom et al 1956 ; Gagne & Briggs 1977 diacu dalam Mugniesyah dkk 2002). Perilaku individu sangat dipengaruhi baik oleh karakteristik individu (motivasi, pendidikan, pengalaman, masalah yang dihadapi, aspirasi, dan kebutuhan), juga dipengaruhi oleh aspek-aspek yang berkenaan dengan budaya (nilai), struktur sosial, kondisi lingkungan dimana ia hidup. Perilaku manusia dipengaruhi oleh persepsi atas suatu realita bukan atas dasar realita itu sendiri. Tindakan manusia di bawah pengaruh otak bawah sadar adalah melakukan pilihan atas dasar pengalaman, kesan, dan cerita masa lalu serta persepsi manusia itu sendiri (Anonymous 2008).

27 Peran Gender Konsep dan Pengertian Peran gender adalah peran yang diciptakan oleh masyarakat bagi lakilaki dan. Laki-laki diharapkan melakukan peran yang bersifat instrumental atau berorientasi pada pekerjaan untuk memperoleh nafkah, sedangkan melakukan peran yang bersifat ekspresif yang berorientasi pada emosi manusia (Megawangi 1999). Peran gender terbentuk melalui berbagai system nilai termasuk nilai-nilai adaptasi, pendidikan, agama, politik, ekonomi, dan sebagainya. Sebagai hasil bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam waktu, kondisi, dan tempat yang berbeda sehingga peran laki-laki dan mungkin dapat dipertukarkan (Vries 2006). Diferensiasi peran (division of labor) antara laki-laki dan bukan disebabkan oleh adanya perbedaan biologis melainkan lebih disebabkan oleh faktor sosial budaya. Sebelum adanya teknologi alat-alat kontrasepsi, tugas utama adalah melahirkan, menyusui, dan segala aktivitas yang berkaitan dengan pengasuhan anak. Keadaan ini telah menciptakan institusi dimana division of labor menjadi suatu norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini, berperan sebagai figur ekspresif dan laki-laki sebagai figur instrumental. Dengan adanya penemuan teknologi, dapat mengatur jumlah anak yang dilahirkan dan tidak perlu menyusui lagi sehingga akan menghilangkan kendala biologis yang menghambat mereka bekerja di sektor-sektor yang tadinya didominasi kaum laki-laki. Perbedaan peran gender yang selama ini berlangsung bukan disebabkan perbedaan nature lakilaki dan melainkan disebabkan oleh konstruksi sosial budaya (Megawangi 1999). Scanzoni (1981) diacu dalam Supriyantini (2002), membedakan pandangan peran gender menjadi dua bagian, yaitu : 1. Peran gender tradisional. Pandangan ini membagi tugas secara kaku berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki yang mempunyai pandangan peran gender tradisional tidak ingin menyamakan kepentingan dan minat diri sendiri dengan kepentingan keluarga secara keseluruhan. Istri diharapkan mengakui kepentingan dan minat suami adalah untuk kepentingan bersama dalam arti lain kekuasaan kepemimpinan dalam keluarga berada ditangan suami.

28 2. Peran gender modern. Tidak ada lagi pembagian tugas yang berdasarkan jenis kelamin, kedua jenis kelamin diperlakukan sejajar. Cara pandang ini melahirkan konsep androgini dalam diri individu. Androgini adalah kondisi sosial dan psikologis dimana individu dapat berpikir, merasa, dan bertingkah laku secara instrumental maupun ekspresif tanpa terikat pada jenis kelaminnya (Lamanna 1981 diacu dalam Supriyantini 2002). Adanya cara pandang yang lebih modern pada laki-laki dan membentuk munculnya konsep androgini dalam diri individu. Menurut Lamana (1981) diacu dalam Supriyantini (2002), androgini adalah kondisi sosial dan psikologis dimana individu dapat berpikir, merasa, dan bertingkah laku tanpa terikat pada jenis kelaminnya sehingga dapat melakukan berbagai peran secara fleksibel. Peran Gender dalam Keluarga Kehidupan rumah tangga jika dilihat dari aktivitasnya terdiri atas 2 unit pekerjaan, yaitu pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan pasar. Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan yang dilakukan dalam rumah tangga yang berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidup anggotanya baik barang maupun jasa. Pekerjaan pasar adalah pekerjaan yang dilakukan untuk memperoleh upah di pasar tenaga kerja (Guhardja et al 1992). Guhardja et al (1992) mengemukakan bahwa aktivitas pekerjaan rumah tangga menurut jenisnya dapat diklasifikasikan menjadi 6 jenis pekerjaan, yaitu : 1. Berbelanja bahan makanan dan memasak. 2. Menyiapkan makanan dan keperluannya termasuk mencuci peralatan makan dan minum. 3. Membersihkan dan memelihara rumah. 4. Mencuci pakaian. 5. Menyediakan air untuk mandi dan cuci anggota rumah tangga. 6. Mengasuh, merawat, dan mendidik anak. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA (2005), mendefinisikan pembagian kerja atau pembagian peran berdasarkan gender adalah sebagai kerja atau peran yang diwajibkan oleh masyarakat kepada dan laki-laki baik di dalam rumah maupun di dalam komunitas. Di dalam keluarga, berperan mengerjakan tugas-tugas rumah tangga seperti mengurus anak dan suami, memasak, mencuci,

29 membersihkan rumah, dan lain-lain. Laki-laki berkewajiban melindungi anggota keluarga dan mencari nafkah untuk semua anggota keluarga. Dengan adanya pembagian tugas yang baik dan seimbang antara laki-laki dan maka perbedaan gender tidaklah menjadi suatu masalah karena peran dan laki-laki akan menguntungkan kedua belah pihak. Peran gender dalam keluarga juga berkaitan dengan harapan terhadap peran dan tugas yang disepakati antara ayah dan ibu. Harapan dan tugas ayah adalah untuk memiliki fisik yang kuat, mampu mencari nafkah, dan mampu melakukan pekerjaan rumah yang berhubungan dengan kekuatan fisik. Sedangkan harapan dan tugas ibu adalah dapat menyiapkan anak-anak secara fisik dan emosional serta sebagai pendidik anak-anak. Dengan demikian terjadi gap yang besar dari harapan peran gender dalam keluarga antara ayah dan ibu. Gap tersebut kemudian berdampak pada perilaku orang tua dalam melakukan pengasuhan pada anaknya juga terbias oleh gender (Day et al 1995 diacu dalam Puspitawati 2006) Peran Gender dalam Masyarakat Merrey & Baviskar (1998) ; Simatauw et al (2001) ; Mugniesyah (2002) diacu dalam Fausia & Nasyiah (2005), membedakan peranan menjadi tiga kategori, yaitu : 1. Peranan produktif adalah peranan yang dikerjakan oleh laki-laki dan untuk memperoleh upah secara tunai atau menghasilkan barang-barang yang tidak dikonsumsi sendiri. Contohnya bekerja di sektor formal dan informal. 2. Peranan reproduktif adalah peranan yang berhubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan keluarga. Contohnya melahirkan, memasak, mengasuh anak, mencuci, membersihkan rumah, dan sebagainya. 3. Peranan pengelolaan masyarakat dan politik. Peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial) mencakup kegiatan yang sifatnya menjalin kebersamaan, solidaritas antar masyarakat seperti arisan, upacara adat, volunter, dan tanpa upah. Sedangkan pengelolaan politik adalah peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik, biasanya dibayar dan meningkatkan status/kekuasaan.

30 Hasil penelitian Hartoyo et al (2003) diacu dalam Puspitawati (2006) pada keluarga miskin di kota Bogor dan hasil penelitian Tambingon (1999) diacu dalam Puspitawati (2006) melaporkan bahwa pembagian kerja aktivitas domestik sebagian besar dilakukan oleh ibu, seperti perawatan fisik anak, pemeliharaan rumah tangga, menyediakan makanan, dan lain-lain. Penelitian Sukesih (2001) diacu dalam Puspitawati (2006), pembagian kerja aktivitas publik di sektor ekonomi sebagian besar dilakukan oleh suami, sedangkan aktivitas sosial kemasyarakatan dilakukan oleh istri dan suami. Banyak sedikitnya lot (kekuasaan atau hak-hak) yang diperoleh laki-laki atau tergantung persepsi individu. Persepsi ini tergantung pada kondisi, aspirasi, dan kebutuhan (Megawangi 1999). Persepsi tentang ketertinggalannya dalam kehidupan publik menyebabkan berusaha untuk memperjuangkan haknya dalam mengaktualisasikan dirinya (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Lingkungan Sosial Keluarga adalah lingkungan yang pertama kali mempersiapkan anggotanya untuk dapat berperilaku sesuai dengan budaya dan harapan masyarakat dimana ia berada. Keluarga juga berfungsi agar setiap anggota keluarga dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi diri masingmasing. Keluarga diharapkan dapat mengadopsi nilai-nilai baru dan selanjutnya nilai-nilai tersebut dilestarikan dalam keluarga. Misalnya, perkembangan perilaku yang sebagai pribadi dan sebagai ibu/istri kini makin banyak memperlihatkan aspirasi baru, yaitu juga dapat bekerja di luar rumah. Talcot Parsons & Bales ( ) diacu dalam Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA (2005) berpendapat bahwa keluarga adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran suami dan istri untuk saling melengkapi dan membantu satu sama lain. Oleh karena itu, peranan keluarga semakin penting dalam masyarakat modern terutama dalam hal pengasuhan dan pendidikan anak. Bentuk pengasuhan anak yang berperspektif gender antara lain memberi sosialisasi tentang anak laki-laki dan bagaimana cara mengahargai laki-laki, memberi sosialisasi tentang kemitraan laki-laki dan dalam keluarga dan masyarakat, memotivasi anak untuk mau belajar kejenjang yang lebih tinggi, mengajarkan sifat mandiri. Bentuk pengasuhan anak laki-laki yang berperspektif gender antara lain memberi sosialisasi tentang anak dan bagaimana cara

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

PERSEPSI PERAN GENDER TERHADAP PEKERJAAN DOMESTIK DAN PUBLIK PADA MAHASISWA IPB

PERSEPSI PERAN GENDER TERHADAP PEKERJAAN DOMESTIK DAN PUBLIK PADA MAHASISWA IPB JURNAL STUDI GENDER & ANAK PERSEPSI PERAN GENDER TERHADAP PEKERJAAN DOMESTIK DAN PUBLIK PADA MAHASISWA IPB Herien Puspitawati *) *) Penulis adalah staf pengajar di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,

Lebih terperinci

1Konsep dan Teori Gender

1Konsep dan Teori Gender 1Konsep dan Teori Gender Pengantar Dalam bab ini akan disampaikan secara detil arti dan makna dari Gender, serta konsepsi yang berkembang dalam melihat gender. Hal-hal mendasar yang perlu dipahami oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta 44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan Tuhan dan mana

Lebih terperinci

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender By : Fanny Jesica, S.ST DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI K E S P R Suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, bebas dari penyakit dan kecacatan

Lebih terperinci

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A 14204030 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 BAB II Kajian Pustaka Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT Agustina Tri W, M.Pd Manusia dilahirkan o Laki-laki kodrat o Perempuan Konsekuensi dg sex sbg Laki-laki Sosial Konsekuensinya dg sex sbg Perempuan 2 Apa Pengertian

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR 63 PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR KARTIKA WANDINI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI

HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit Managed by IDP Education Australia IAPBE-2006 TUJUAN Peserta mampu: 1. Memahami konsep gender sebagai konstruksi sosial 2. Memahami pengaruh gender terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009, pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia. Hal

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER OLEH WAYAN SUDARTA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan (hak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PEMBAGIAN PERAN GENDER DALAM KELUARGA

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PEMBAGIAN PERAN GENDER DALAM KELUARGA PERSEPSI REMAJA TERHADAP PEMBAGIAN PERAN GENDER DALAM KELUARGA (Kasus: Siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Kota Bogor) RIZQI SUCI LESTARI A14204039 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional

TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional 5 TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional Para sosiolog ternama seperti William F. Ogburn dan Talcott Parsons mengembangkan pendekatan struktural-fungsional dalam kehidupan keluarga

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA (Studi Kasus TPA Jaya Kartika Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar) Nur Ita Kusumastuti K8409045 Pendidikan Sosiologi Antropologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan 60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

R Sq Linear = 0.02 R Sq Linear = 0.007 R Sq Linear = 0.027 150 pendidikan ibu, relasi gender, manajemen keuangan, kesejahteraan keluarga subjektif, sebaliknya berhubungan negatif nyata dengan usia ibu

Lebih terperinci

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan Tim Penyusun Pengarah Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan Penanggungjawab Kepala Bidang Keluarga Sejahtera Ketua Panitia Kepala Sub Bidang Penguatan Advokasi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin Pemahaman Analisis Gender Oleh: Dr. Alimin 1 2 ALASAN MENGAPA MENGIKUTI KELAS GENDER Isu partisipasi perempuan dalam politik (banyak caleg perempuan) Mengetahui konsep gender Bisa menulis isu terkait gender

Lebih terperinci

Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan

Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Wagiran Pokja Gender Bidang Pendidikan DIY Disampaikan dalam Acara Sosialisasi Bahan Ajar Responsif Gender SMP bagi Guru SD dan SMP di Wisma LPP Tanggal 8 Oktober

Lebih terperinci

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TANGGAPAN PERUSAHAAN PASCATINDAKAN KOMPLAIN MELALUI MEDIA MASSA KOMPAS YUZA ANZOLA

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TANGGAPAN PERUSAHAAN PASCATINDAKAN KOMPLAIN MELALUI MEDIA MASSA KOMPAS YUZA ANZOLA ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TANGGAPAN PERUSAHAAN PASCATINDAKAN KOMPLAIN MELALUI MEDIA MASSA KOMPAS YUZA ANZOLA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Rumah Tangga merupakan sub sistem dari masyarakat yang memiliki struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah tangga peran suami

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian BAB 6 PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Penjelasan secara diskripsi tentang hasil pnelitian ini menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam 10 BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengarusutamaan Gender (PUG) 1. Kebijakan Pengarusutamaan Gender Terkait dengan Pengarusutamaan Gender (PUG), terdapat beberapa isitilah yang dapat kita temukan, antara lain

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER 1. Tentang Lahirnya PUG Pengarusutamaan Gender PUG secara formal diadopsi dalam Beijing Flatform For Action BPFA tahun yang menyatakan bahwa pemerintah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Pokok bahasan dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Fakih ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tentang analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh suatu negara. Berdasarkan data BPS tahun 2010, persentase kemiskinan saat ini mencapai 13,3 persen. Kemiskinan tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER. SUYATNO, Ir. MKes FKM UNDIP SEMARANG, 2009

ANALISIS GENDER. SUYATNO, Ir. MKes FKM UNDIP SEMARANG, 2009 ANALISIS GENDER SUYATNO, Ir. MKes FKM UNDIP SEMARANG, 2009 Analisa Gender Adalah proses yang dibangun secara sistematis untuk mengidentifikasi dan memahami: pembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1 Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 Pendahuluan Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Di dalam keluarga, anak mendapatkan seperangkat nilai-nilai, aturan-aturan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Masa dewasa muda merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

2. Teoretisasi Gender

2. Teoretisasi Gender 2. Teoretisasi Gender Sumber: Dra. Sri Sundari Sasongko, 2009, BKKBN: Jakarta Konsep Perubahan Perilaku dan Bentuk-bentuk Diskriminasi Gender: Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku manusia/individu?

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME 51 BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME A. Analisis Terhadap Perlindungan Hak Nafkah Perempuan dalam Kompilasi Hukum Islam Hak perkawinan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

Gender Analysis Pathway (GAP) (Alur Kerja Analisis Gender (AKAG)

Gender Analysis Pathway (GAP) (Alur Kerja Analisis Gender (AKAG) Modul: Gender Analysis Pathway (GAP) (Alur Kerja Analisis Gender (AKAG) Oleh : Suyatno, Ir. M.Kes Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP Semarang Tujuan pembelajaran: 1. Menjelaskan pengertian analisis gender

Lebih terperinci

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama. Hal ini terlihat jelas dalam kamus bahasa Indonesia yang tidak secara jelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama. Hal ini terlihat jelas dalam kamus bahasa Indonesia yang tidak secara jelas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Gender dan Ketidakadilan Gender Hal penting yang harus dipahami dalam rangka membahas masalah perempuan adalah membedakan antara konsep seks dan gender. Kedua konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan tentang gender sudah semakin merebak. Konsep gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

Oleh : DWI ERNAWATI A

Oleh : DWI ERNAWATI A ANALISIS SISTEM PELAKSANAAN PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN POTENSI MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH Oleh : DWI ERNAWATI A 14102523 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah daripada kaum laki-laki masih dapat kita jumpai saat ini. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 14 II. TINJAUAN PUSTAKA Aktivitas ekonomi rumahtangga petani lahan sawah erat kaitannya dengan upaya meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga. Ketahanan pangan rumahtangga sebagaimana hasil rumusan Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional tidak akan terwujud secara optimal tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional tidak akan terwujud secara optimal tanpa adanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan nasional tidak akan terwujud secara optimal tanpa adanya partisipasi aktif segenap komponen masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Namun

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci