PENGARUH RADIASI TERHADAP PERTUMBUHAN Plasmodium falciparum STRAIN NF54 STADIUM ERITROSITIK
|
|
- Hartanti Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH RADIASI TERHADAP PERTUMBUHAN Plasmodium falciparum STRAIN NF54 STADIUM ERITROSITIK Darlina a, Harry Nugroho E.S. a, Dita M.E. b, dan Siti Nurhayati a a Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN b Institut Sains dan Teknologi Nasional ABSTRAK PENGARUH RADIASI TERHADAP PERTUMBUHAN Plasmodium falciparum STRAIN NF54 STADIUM ERITROSITIK. Iradiasi gamma dapat digunakan untuk melemahkan parasit malaria P.falciparum untuk preparasi vaksin. Sebagai studi awal dalam pengembangan bahan dasar vaksin malaria dengan teknologi nuklir, dilakukan penelitian pengaruh radiasi gamma terhadap pertumbuhan P.falciparum NF54. P.falciparum NF54 merupakan strain yang memproduksi gametosit. Tujuan penelitian untuk mendapatkan dosis melemahkan P.falciparum NF54 pada stadium eritrositik. Pengaruh iradiasi terhadap pertumbuhan parasit dievaluasi dari persen parasitemia dan sebaran bentuk parasit. Pada penelitian digunakan sinar gamma dari Cobalt 60 dengan dosis radiasi 125 Gy, 150 Gy, dan 175 Gy dengan laju dosis 380,5 kgy/jam. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa radiasi dapat melemahkan parasit ditunjukkan dari ditemukannya bentuk parasit yang degeneratif, parasit yang tidak diradiasi parasitemianya meningkat hingga hari ke-5 (2,5%) pada parasit yang diradiasi pertumbuhannya terus menurun. Dosis 125 dan 150 Gy memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan 175 Gy dilihat dari grafik penurunan parasitemia. Pertumbuhan gametosit tidak ditemukan setelah radiasi Kata kunci: Malaria, vaksin, P. Falciparum NF54, parasitemia, iradiasi ABSTRACT RADIATION EFFECTS ON GROWTH Plasmodium falciparum NF54 ERITROSITIK STADIUM. Gamma irradiation can be used to weaken the malaria parasite for vaccine preparation. P.falciparum is the parasites that infect humans. P. falciparum strain NF54 was producing gametocytes. As a preliminary study in malaria vaccine development base material with nuclear technology, conducted on the effect of gamma irradiation dose on the growth of P.falciparum. The aim is to get a dose of weakened so that it can inhibit parasite growth. Effect of irradiation on the growth of the parasite were evaluated from the percent parasitemia and the distribution form of the parasite. In this study used doses of 125 Gy, 150 Gy, and 175 Gy with dose rate of Gy / hour. The results show that the discovery of post-radiation degenaratif parasites, parasites that are not irradiated its parasitemia increased until day 5 (2.5%) in the irradiated parasite growth continues to decline. 125 and 150 Gy doses give better results than 175 Gy that reduced parasitemia seen from the graph. Form of is the dominant form during the days of observation Key words: Malaria, vaccine, P.falciparum NF54, parasitemia, irradiation PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 97
2 I. PENDAHULUAN P.falciparum parasit malaria yang paling ganas menyerang manusia. Parasit ini dapat menyumbat aliran darah ke otak, menyebabkan mengigau, koma, serta kematian [1]. Di Indonesia, malaria tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah P. falciparum dan P. vivax. Pada tahun 2003 malaria sudah tersebar di desa pada 226 kabupaten di 30 provinsi. Kondisi tersebut diperberat dengan semakin luasnya parasit yang resisten terhadap obat anti malaria yang selama ini digunakan dan nyamuk yang resisten terhadap insektisida. Kemampuan parasit untuk tahan terhadap obat baru dan kemampuan vektor nyamuk untuk tahan terhadap insektisida, membuat vaksin terhadap malaria sangat dibutuhkan [2]. Plasmodium mempunyai dua siklus hidup yaitu siklus aseksual pada vertebrata yang berlangsung di sel darah dan organ lainnya dan siklus seksual yang dimulai pada vertebrata dan selanjutnya pada nyamuk Anopheles. Di dalam tubuh nyamuk dan inangnya Plasmodium mempunyai empat stadium perkembangan yang setiap stadium dikarakterisasikan oleh perbedaan ekspresi antigen, misalnya CSP pada stadium sporozoit, MSP dan TRAP pada stadium eritrositik. Berdasarkan sasaran antigen yang sesuai dengan stadium perkembangan parasit dan fungsinya, vaksin malaria dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: 1) Vaksin pra eritrositik (vaksin anti infeksi), dengan target sporozoit, 2) Vaksin eritrositik stadium aseksual (vaksin anti penyakit), dengan target merozoit bebas atau yang berinvasi ke sel darah merah. 3) Vaksin eritrositik stadium seksual (vaksin penghambat transmisi), bertujuan untuk menghambat pertumbuhan atau fertilisasi stadium seksual parasit [3]. Proses patologi pada malaria adalah akibat siklus eritrosit. Siklus eritrositik dimulai dengan keluarnya merozoit dari skizon matang di hati masuk ke dalam sirkulasi darah. Merozoit masuk ke dalam eritrosit parasit membesar menjadi sel tunggal yang disebut tropozoit, mengalami pembelahan inti dan berkembang membentuk beberapa merozoit yang disebut proses skizogoni. Setelah proses skizogoni selesai, eritrosit akan pecah melepaskan merozoit ke dalam plasma selanjutnya akan menyerang eritrosit lain dan memulai proses baru. Beratnya penyakit malaria berhubungan dengan densitas parasit, serta berhubungan dengan kemampuan parasit bermultiplikasi baik di dalam hati maupun di dalam eritrosit. Siklus eritrositik ini menimbulkan tanda dan gejala karakteristik dan tidak mereda sampai hospes tersebut mati atau mengaktifkan respon imun yang mampumembunuh atau menekan pertumbuhan parasit [4]. Melemahkan (atenuasi) mikroorganisma patogen merupakan strategi untuk pengembangan vaksin sejak pertama kali vaksin ditemukan [Louis Pasteur]. Radiasi PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 98
3 gamma dapat digunakan untuk menginaktifkan mikroorganisma untuk preparasi vaksin, disamping metode inaktifasi secara pemanasan atau kimia [5]. Iradiasi gamma digunakan untuk melemahkan parasit malaria dalam stadium darah untuk preparasi vaksin stadium darah yang diharapkan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan plasmodium di dalam eritrosit dan menyebabkan reduksi parsial parasitemia. Dari penelitian terdahulu telah diperoleh hasil Gy merupakan dosis untuk melemahkan P.berghei stadium eritrositik [6]. Pada penelitian ini akan digunakan Plasmodium falciparum dengan kisaran dosis radiasi 125 Gy 175 Gy dengan laju dosis 380,4 Gy/jam. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan dosis yang optimal untuk melemahkan parasit P. falciparum NF54 stadium eritrositik. II. TATA KERJA Bahan uji Plasmodium falciparum strain NF54 diperoleh dari Lembaga biologi molekuler Eijkman Institute. Bahan kultur yang digunakan antara lain, RPMI (GIBCO), Gentamycin dan Hepes (SIGMA), serta serum dan sel darah merah manusia. Propagasi P.falciparum pada kultur in vitro: P.falciparum dalam bentuk cryo dicairkan dan dicuci dengan NaCl dengan beberapa konsentrasi, kemudian ditumbuhkan dalam kultur pada cawan petri yang berisi RPHS dengan hematokrit 4%. Medium pertumbuhan diperbaharui setiap hari [7]. Radiasi P.falciparum NF54 Kultur parasit yang parasitemianya sudah mencapai 5% dipindahkan ke tabung dan sentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 7 menit untuk memisahkan parasit kemudian dibagi menjadi beberapa tabung sesuai dengan perlakuan yang diinginkan. Iradiasi dilakukan dengan menggunakan fasilitas IRPASENA di PATIR-BATAN dengan variasi dosis yaitu 0 (kontrol), 125 Gy, 150 Gy, dan 175 Gy, dengan laju dosis 380,5 Gy/jam. Parasit yang telah diradiasi, diinokulasikan ke dalam lempeng sumur uji yang berisi 2 ml medium lengkap dengan hematokrit 4 % dan kemudian diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 48 jam. Pengamatan Pengamatan jumlah parasit dilakukan pada awal inokulasi dengan membuat sediaan apus darah tipis. Apusan dibiarkan mengering kemudian difiksasi dengan metanol. Apusan diwarnai dengan 5 % larutan Giemsa dan dibiarkan selama 20 menit [7]. Preparat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 1000x. Jumlah parasit yang hidup dihitung di bawah mikroskop. Persentase pertumbuhan (parasitemia) dihitung dengan cara menghitung jumlah PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 99
4 darah yang terinfeksi parasit pada zat uji dan kontrol terhadap sel darah merah. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan kultur parasit yang akan diuji diperiksa jumlah parasitnya sebelum dan setelah radiasi melalui apusan tipis (Tabel 1). terlihat adanya penurunan jumlah parasit yang berbeda beda dari ketiga dosis. Dosis 150 Gy mengalami penurunan parasitemia yang terbanyak dibandingkan dengan kedua dosis yang lain. Pada kultur parasit paska radiasi terlihat ditemukannya parasit bentuk degeneratif yaitu mulai mengecilnya sitoplasma dengan inti yang terpulas lebih gelap atau gambaran inti yang piknotik pada apusan tipis Setelah dilakukan iradiasi dengan beberapa variasi dosis (125, 150, 175 Gy) hari ke-9. Pada Gambar 1 terlihat pertumbuhan P.falciparum yang tidak diradiasi terus meningkat hingga hari ke-5 mencapai 2,5%, kemudian menurun hingga hari ke-9 mencapai 1,4%. Pertumbuhan parasit yang diradiasi dengan dosis 175 Gy parasitemia sedikit fluktuasi tetapi pertumbuhan parasit cenderung menurun, hingga hari ke-9 pertumbuhan parasit 0,14%. Pada parasit yang diradiasi dengan dosis 150 Gy pertumbuhannya menurun tajam dari hari ke-2 mencapai 0.11% hampir tidak terjadi kenaikan pertumbuhan parasit hingga hari ke-9. Demikian juga pertumbuhan parasit yang diradiasi dengan dosis 125 Gy menurun tajam dari hari ke-2 hingga mencapai 0,19% dan hampir tidak terjadi kenaikan hingga hari terakhir pengamatan. dengan laju dosis 380,5 Gy/jam dilakukan pengkulturan kembali untuk melihat pertumbuhan parasit setelah iradiasi hingga Dosis radiasi (Gy) Tabel 1. Jumlah parasit sebelum dan setelah radiasi % parasitemia Sebelum iradiasi % parasitemia Setelah iradiasi Penurunan Parasit (%) Kontrol 0,75 0, ,93 0,74 0, ,4 0,8 0, ,15 0,88 0,27 PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 100
5 Dari Tabel 1 dan Gambar 1 terlihat adanya pengaruh radiasi terhadap parasit. Radiasi memberikan efek yang bersifat spesifik yaitu, dapat melemahkan dan mematikan sel sehingga pertumbuhannya akan terhenti atau terhambat. Grafik pertumbuhan parasit yang disajikan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa dosis radiasi 150 Gy memberikan hasil yang optimum dibandingkan 125 Gy dan 175 Gy. Gambar 1. Pengaruh radiasi terhadap pertumbuhan semua bentuk P.falciparum stadium eritrositik Pada pengamatan sebaran bentuk morfologi P.falciparum yang tidak diradiasi dan yang diradiasi menunjukkan bahwa bentuk atau morfologi cincin (ring) dan tropozoit dari parasit merupakan bentuk yang selalu muncul dalam darah kultur sepanjang pengamatan sedangkan skizon sedikit yaitu di bawah 0,1% kecuali pada hari ke-5 yang mencapai 0,24%. Cincin merupakan bentuk yang dominan dengan angka pertumbuhan yang tertinggi 1,37% pada hari ke-5, bentuk tropozoit angka pertumbuhan tertinggi sekitar 1,18% pada hari ke-6 (Gambar 2). Pada sebaran morfologi parasit yang diradiasi dengan dosis 125 Gy menunjukkan bentuk atau morfologi cincin tetap merupakan yang dominan sepanjang pengamatan (Gambar 3). Pada awal pengkulturan bentuk cincin merupakan bentuk dominan dengan parasitemia 0,23%, angka parasitemia tropozoit 0,2% sedangkan skizon 0,07%. Di hari berikutnya pertumbuhan bentuk cincin cenderung menurun hingga hari ke-8 pertumbuhannya mencapai 0,09%. Pada hari ke-8 bentuk tropozoit pertumbuhannya sekitar 0,01% bahkan bentuk skizon pada hari ke-2 pertumbuhannya 0. Dengan demikian bentuk cincin merupakan bentuk yang dominan sepanjang hari pengamatan. PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 101
6 1,6 P a r a s i t e m i a (%) 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0, H a r i Cincin Tropozoit Skizon Gambar 2. Sebaran morfologi P.falciparum yang tidak diradiasi (kontrol) 0,25 P a r a s i t e m i a (%) 0,2 0,15 0,1 0,05 Cincin Tropozoit Skizon H a r i Gambar 3. Sebaran morfologi P.falciparum yang diradiasi dengan dosis 125 Gy Pada P.falciparum yang diradiasi dengan 150 Gy (Gambar 4), bentuk tropozoit merupakan bentuk yang dominan pada awal pengkulturan yaitu sekitar 0,33 %, bentuk cincin 0,23% dan skizon 0,076%. Hari berikutnya bentuk tropozoit turun menjadi 0,05%, bentuk cincin 0,1%, dan skizon 0%. Sepanjang pengamatan bentuk cincin merupakan bentuk yang dominan. PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 102
7 P a r a s i t e m i a (%) 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0, H a r i Cincin Tropozoit Skizon Gambar 4. Sebaran morfologi P.falciparum yang diradiasi dengan dosis 150 Gy 0,6 P a r a s i t e m i a (%) 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 Cincin Tropozoit Skizon H a r i Gambar 5. Sebaran morfologi P.falciparum yang diradiasi dengan dosis 175 Gy Pada P.falciparum yang diradiasi dengan dosis 175 Gy [Gambar 6], bentuk tropozoit merupakan bentuk yang dominan (0,53%), bentuk cincin sekitar 0,33%, bentuk skizon 0,12%. Hingga hari ke-2 bentuk tropozoit masih tetap yang dominan, tetapi hari berikutnya bentuk cincin merupakan bentuk yang dominan. Plasmodium sp merupakan protozoa obligat intraseluler (hemaprotozoa) yaitu parasit yang hidup dalam sel darah merah inangnya. Dalam satu siklus di dalam darah parasit mengalami 3 perkembangan yaitu merozoit (cincin), tropozoit dan skizon. Keseluruhan siklus aseksual eritrosit disebut periodesitas skizogoni yang lamanya berbeda beda pada masing spesies yaitu 48 jam untuk P.vivax, P.ovale, P.falciparum dan 72 jam untuk P.malariae. Setelah masuk ke dalam eritrosit merozoit bentuknya membulat seperti cincin tumbuh membesar, setelah 26 jam vakuola menghilang dan parasit berbentuk sel PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 103
8 tunggal dinamakan tropozoit. Tropozoit bentuk iregular dengan sitoplasma berbentuk ameboid dan adanya titik schufner yang merupakan ciri khasnya. Selanjutnya nukleus tropozoit membelah sampai 3-5 kali menjadi titik kecil, disusul dengan pembelahan sitoplasma, maka terbentuklah skizon (Proses skizogoni). Setelah pembelahan inti dan perbanyakan organella dan diikuti dengan pembelahan sitoplasma maka terbentuklah merozoit. Setelah pembentukan merozoit selesai, eritrosit akan ruptur dan melepaskan merozoit keluar [8]. Untuk setiap tahap perkembangan memerlukan waktu yang dibutuhkan berbeda beda. Proses perkembangan merozoit menjadi bentuk tropozoit membutuhkan waktu 26 jam. Perkembangan tropozoit hingga berubah menjadi skizon membutuhkan waktu 18 jam. Sedangkan proses perkembangan skizon hingga melepaskan merozoit 14 jam [9]. Dengan demikian proses skizogoni membutuhkan waktu yang paling singkat sehingga dalam pengamatan bentuk skizon merupakan bentuk yang paling sedikit ditemukan. Radiasi pengion memiliki ciri khusus karena kemampuannya untuk penetrasi sel dan jaringan sehingga memberikan energi pada sel dalam bentuk ionisasi. Target utama penyinaran adalah materi genetik atau DNA. Dalam pembuatan bahan vaksin, jenis radiasi yang biasanya digunakan adalah sinar gamma yang memiliki sifat daya tembus tinggi dan panjang gelombang pendek. Dosis iradiasi yang optimum akan menghancurkan DNA, sehingga membuat mikroorganisme tidak mampu melakukan replikasi [10]. Replikasi DNA selama stadium aseksual terjadi selama pematangan skizon yang diikuti dengan pembelahan mitotik. Skizon terbagi secara asinkron saat pembelahan nukleus, dengan membran nukleus bertindak sebagai dinding untuk setiap nucleus menjamin mereka akan terpisah satu sama lain dalam sel multinucleate [11]. Efek radiasi bersifat biphasic menunjukkan adanya komponen yang radioresisten dan radiosensitif. Sebuah campuran tropozoit dan skizon pengaruh radiasi lebih besar dibandingkan bentuk cincin, menunjukkan bahwa stadium eritrositik adalah lebih rentan selama fase G2 dan fase pembelahan terhadap radiasi [12]. Hal ini terlihat dari sebaran morfologi tropozoit dan skizon lebih rendah dibandingkan bentuk cincin. Secara keseluruhan radiasi akan mempengaruhi pertumbuhan semua bentuk parasit hal ini terlihat dari makin menurunnya pertumbuhan semua bentuk parasit walapun ada sedikit terjadi fluktuasi. Berbeda dengan pertumbuhan parasit pada kultur yang tidak diradiasi yang mengalami kenaikan pertumbuhan hingga hari ke-5. Terjadinya penurunan pertumbuhan parasit setelah hari ke- 5 karena tempat yang dgunakan yaitu sumur uji dengan kapasitas medium 2 ml tidak cukup memadai sebagai tempat pertumbuhan parasit. PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 104
9 Tabel 2. Pertumbuhan bentuk gametosit pada kultur yang tidak diradiasi dengan yang diradiasi Hari ke- % Parasitemia Kontrol (0 Gy) % Parasitemia 125 GY % Parasitemia 150 Gy % Parasitemia 175 Gy 0 1, , , , ,004 0, , , , , P.falciparum strain NF54 merupakan strain yang memproduksi gametosit [13]. Gametosit merupakan bentuk seksual pada stadium eritrositik. Gametosit akan berkembang menjadi sporozoit di dalam tubuh nyamuk. Nyamuk yang mengandung sporozoit di dalam kelenjar ludahnya merupakan vektor yang akan menularkan malaria. Pada kultur yang tidak diradiasi bentuk gametosit masih ditemukan dalam kultur walaupun jumlahnya menurun. Pada kultur yang diradiasi mulai dari hari ke-5 hingga hari terakhir pengamatan tidak ditemukan gametosit dalam kultur. Hal ini menunjukkan radiasi dapat menghambat pertumbuhan gametosit yang nantinya akan mencegah terbentuknya sporozoit di nyamuk sehingga tidak terjadi penularan dari nyamuk ke manusia. IV. KESIMPULAN Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah radiasi terjadi penurunan jumlah parasit dan ditemukan parasit bentuk degeneratif. Parasit yang diradiasi pertumbuhannya terus menurun hingga di bawah 0,2 %. Dilihat dari pertumbuhan semua bentuk parasit serta pertumbuhan bentuk gametosit maka dosis radiasi 150 Gy merupakan dosis yang optimal untuk melemahkan P.falciparum NF54. Sebaran bentuk morfologi yang dominan pada parasit yang diradiasi maupun yang tidak diradiasi sepanjang pengamatan adalah bentuk cincin. PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 105
10 DAFTAR PUSTAKA 1. COX F., History of Human Parasitology, Clin. Microbiol. Rev. 15 (4), 2002, JAKARTA POST, Malaria cases in Indonesia increases to about 3M in 2007: Health Oficial Says, January 21, WORLD HEALTH ORGANIZATION, Initiative for Vaccine Research, State the art of vaccine research and development, (2005), 4. GILES HM, The malaria parasites, in Giles HM, Warrel DA (Eds), Bruce Chwatt, essential malariaology, 3th. Ed., Edward Arnold, London, 1993, BIELLO, D., Irradiated pathogens used to create potent vaccine, Science News, July 26, DARLINA dan TETRIANA, D., Daya infeksi Plasmodium berghei stadium eritrositik yang diiradiasi sinar gamma, Prosiding Pertemuan Ilmiah PTKMR Jakarta, LJUNGSTROM I., PERLAMAN,H.,. SCHILCHTHERLE, M., SHERE, A., and WAHLGREEN, M., Methods In Malaria Research, MR4/ATCC, Manassas Virginia, HARINASUTA T. & BUNNAY D: The Clinical Features of Malaria, In: Wernsdorfer WH. & Mc.Gregor SI (eds.) Malaria Principles and Practice of Malariology, Churchills Livingstone, London, Vol.1, 1988, SILANUT et. al. The Devlopment stages of Plasmodium falciparum post infection, American Journal of Pathology, 155: , 1999, 10. BENNETH, C., THATCHER, S., TOLMAN-HULSBERG, J., POWERS, M., MILWARDM H., NIELSEN, D., and TENG, D.H.F., Comparison of gammairradiated and triazol-treated RNA viruses using the joint biological agent identification and diagnostic, Idaho Technology Inc., Salt Lake City, UT, FATIMA de M., FERREIRA-DA-CRUZ, ANTONIO TEVA., In activation of Plasmodium falciparum parasites using g- irradiation, Mem.Inst., Oswaldo Cruz vol 92 no.1 Rio de Janeiro, TRIGG P.I., R.S. PHILLIPS and W.E. GUTTERIDGE, The effects of gamma radiation on Plasmodium knowlesi, International journal for parasitology vol.2 issue 1 March 1972, MILLER P., ATKINSON CT, AIKAWA M., HOLLINGDALE MR., COLLINS WE., Strain specificity in the liver-stage development of P.falciparum NF54 in primary cultures of new worl monkey hepatocytes. Am j Trop Med Hyg 45(2); , TANYA JAWAB 1. Penanya : Zubaidah Alatas Pertanyaan : Apa hubungan antara hasil yang diperoleh dari penelitian ini dengan bahan vaksin malaria tropika? Jawaban: Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk menentukan dosis optimal yang dapat melemahkan P. falciparum, sehingga dapat digunakan sebagai dosis rujukan untuk melemahkan Plasmodium dari spesies yang lain. PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 106
EFEKTIFITAS KLOROKUIN TERHADAP PERTUMBUHAN Plasmodium falciparum RADIASI SECARA IN VITRO
EFEKTIFITAS KLOROKUIN TERHADAP PERTUMBUHAN Plasmodium falciparum RADIASI SECARA IN VITRO Darlina 1, Harry Nugroho E.S. 1, Anggi Restu A 2 1 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN 2 Mahasiswa
Lebih terperinciDAYA INFEKSI Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK YANG DIIRRADIASI SINAR GAMMA
DAYA INFEKSI Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK YANG DIIRRADIASI SINAR GAMMA Darlina dan Devita T. ABSTRACT THE VIRULENCE OF Plasmodium berghei ERYTHROCYTIC STAGE WHICH WAS ATTENUATED WITH GAMMA IRRADIATION.
Lebih terperinciPENENTUAN DOSIS IRADIASI OPTIMAL UNTUK MELEMAHKAN Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK. Devita Tetriana dan Darlina 1
PENENTUAN DOSIS IRADIASI OPTIMAL UNTUK MELEMAHKAN Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK ABSTRACT Devita Tetriana dan Darlina 1 Malaria eradication in Indonesia is facing some problems as the increase
Lebih terperinciDAYA INFEKTIF CAMPURAN Plasmodium berghei IRADIASI DAN NON-IRADIASI PADA MENCIT (Mus musculus)
DAYA INFEKTIF CAMPURAN Plasmodium berghei IRADIASI DAN NON-IRADIASI PADA MENCIT (Mus musculus) Teja Kisnanto 1), Mukh Syaifudin 1), Siti Nurhayati 1), dan Gorga Agustinus 2) 1), Jakarta 2) Program Studi
Lebih terperinciSTUDI AWAL PENGEMBANGAN VAKSIN MALARIA DENGAN TEKNIK NUKLIR : PENGARUH IRADIASI GAMMA PADA Plasmodium berghei TERHADAP DAYA TAHAN MENCIT
STUDI AWAL PENGEMBANGAN VAKSIN MALARIA DENGAN TEKNIK NUKLIR : PENGARUH IRADIASI GAMMA PADA Plasmodium berghei TERHADAP DAYA TAHAN MENCIT Darlina dan Devita T Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi,
Lebih terperinciPROPAGASI Plasmodium berghei IRADIASI GAMMA LAJU DOSIS TINGGI PADA MENCIT (Mus musculus)
PROPAGASI Plasmodium berghei IRADIASI GAMMA LAJU DOSIS TINGGI PADA MENCIT (Mus musculus) Siti Nurhayati Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN ABSTRAK PROPAGASI Plasmodium berghei IRADIASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi penyakit endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis dunia. Pada tahun 2006, terjadi 247 juta kasus malaria,
Lebih terperinciPENGARUH IRRADIASI GAMMA PADA Plasmodium Berghei TERHADAP DAYA TAHAN MENCIT Darlina dan Devita T PTKMR-BATAN
PENGARUH IRRADIASI GAMMA PADA Plasmodium Berghei TERHADAP DAYA TAHAN MENCIT Darlina dan Devita T PTKMR-BATAN ABSTRAK PENGARUH IRRADIASI GAMMA TERHADAP DAYA INFEKSI Plasmodium berghei PADA MENCIT. Pemanfaatan
Lebih terperinciPERUBAHAN JENIS LEUKOSIT PADA MENCIT YANG DIIMUNISASI DENGAN PLASMODIUM BERGHEI YANG DIRADIASI
PERUBAHAN JENIS LEUKOSIT PADA MENCIT YANG DIIMUNISASI DENGAN PLASMODIUM BERGHEI YANG DIRADIASI Darlina, Tur Rahardjo, dan Siti Nurhayati Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Jl. Raya Pasar
Lebih terperinciABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei
ABSTRAK PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei Lisa Marisa, 2009 Pembimbing I : Dr. Susy Tjahjani,
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Kalsium terhadap Pertumbuhan Plasmodium falciparum in Vitro
Pengaruh Pemberian Kalsium terhadap Pertumbuhan Plasmodium falciparum in Vitro Verry Asfirizal 1*, Soebaktiningsih 2, Sudjari 2, Sumarno 2, Loeki E. Fitri 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Lebih terperinciAKTIVITAS DAN POTENSI ANTIMALARIA SENYAWA SANTON TEROKSIGENASI DAN TERPRENILASI
Company Logo AKTIVITAS DAN PTENSI ANTIMALARIA SENYAWA SANTN TERKSIGENASI DAN TERPRENILASI DARI GARCINIA Disusun oleh: H H Wiwit Denny Fitriana 1407100061 (1) H H Me Dosen Pembimbing: H H Prof. Taslim Ersam
Lebih terperinciRESPON TUMOUR NECROSIS FACTOR ALFA (TNF-Α) DALAM DARAH DAN LIMPA MENCIT YANG DIVAKSINASI DENGAN P.berghei RADIASI
148 ISSN 0216-3128 Darlina, dkk. RESPON TUMOUR NECROSIS FACTOR ALFA (TNF-Α) DALAM DARAH DAN LIMPA MENCIT YANG DIVAKSINASI DENGAN P.berghei RADIASI Darlina, Tur R., dan Teja K. Pusat Teknologi Keselamatan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Malaria Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Malaria 2.1.1. Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat menjadi serius dan menjadi salah satu masalah besar kesehatan dunia. 20,21 Setiap
Lebih terperinciPROLIFERASI LIMFOSIT MENCIT YANG DIIMUNISASI DENGAN Plasmodium berghei RADIASI 175 Gy
148 ISSN 0216-3128 Darlina, dkk. PROLIFERASI LIMFOSIT MENCIT YANG DIIMUNISASI DENGAN Plasmodium berghei RADIASI 175 Gy Darlina, Teja Kisnanto, Wiwin Mailani Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi-BATAN
Lebih terperinciPENENTUAN DOS IS IRADIASI OPTIMAL UNTUK MELEMAHKAN Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah FungsionaJ Pengembangan TeknoJogi Nuklir / Jakarta, /2 Desember 2007 ISSN: 1978-9971 PENENTUAN DOS IS IRADIASI OPTIMAL UNTUK MELEMAHKAN Plasmodium berghei STADIUM
Lebih terperinciRESPONS HEMATOPOITIK MENCIT YANG DIINFEKSI DENGAN Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK IRADIASI GAMMA
Respons Hematopoitik Mencit yang Diinfeksi dengan Plasmodium berghei Stadium Eritrositik Iradiasi Gamma (Darlina) ISSN 1411 3481 ABSTRAK RESPONS HEMATOPOITIK MENCIT YANG DIINFEKSI DENGAN Plasmodium berghei
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan
Lebih terperinciEFFECT OF ANTIMALARIA HERBAL SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) ON MORPHOLOGY CHANGES OF DEVELOPMENT AND PARASITE Plasmodium Falciparum
661 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL. 12, NOMOR 1, JUNI 2014 EFFECT OF ANTIMALARIA HERBAL SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) ON MORPHOLOGY CHANGES OF DEVELOPMENT AND PARASITE Plasmodium Falciparum Erika
Lebih terperinciDOSIS INAKTIF DAN KADAR PROTEIN Klebsiella pneumonia K5 HASIL IRADIASI GAMMA
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi DOSIS INAKTIF DAN KADAR PROTEIN Klebsiella pneumonia K5 I. Sugoro 1 Y. Windusari 2, dan D. Tetriana 3 Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta
Lebih terperinciDESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini
1 KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI (Dipersiapkan oleh Sitti Wahyuni) TUJUAN Umum: Setelah selesai melaksanakan kegiatan
Lebih terperinciA. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi
Pokok Bahasan : Malaria Sub Pokok : Pencegahan Malaria Sasaran : Ibu/Bapak Kampung Yakonde Penyuluh : Mahasiswa PKL Politeknik Kesehatan Jayapura Waktu : 18.30 WPT Selesai Hari/tanggal : Senin, 23 Mei
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. Ar11l ELVIEN LAHARSYAH
/' Ar11l fv\a'-af2-'al.~ CA E SA L ". {t PI r1ll1 CE: At. ELVIEN LAHARSYAH UJI AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL KAYU SECANG (CAESALPINlA SAPPAN LINN.) TERHADAP PLASMODIUM BERGHEI SECARA IN VIVO PADA
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)
MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) Oleh: Dr.rer.biol.hum. dr. Erma Sulistyaningsih, M.Si NAMA :... NIM :... FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria
Lebih terperinciDEFINISI KASUS MALARIA
DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.
Lebih terperinciEFFECT OF ANTIMALARIA HERBAL SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) ON MORPHOLOGY CHANGES OF DEVELOPMENT AND PARASITE Plasmodium Falciparum
661 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL. 12, NOMOR 1, JUNI 2014 EFFECT OF ANTIMALARIA HERBAL SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) ON MORPHOLOGY CHANGES OF DEVELOPMENT AND PARASITE Plasmodium Falciparum Erika
Lebih terperinciPENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMALARIA DAN INSEKTISIDA FRAKSI ETIL ASETAT DAN SENYAWA 5,7,2',5",7",4"-HEKSAHIDROKSIFLAVANON-[3,8"]- FLAVON DARI BATANG
PAkTI ITS PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMALARIA DAN INSEKTISIDA FRAKSI ETIL ASETAT DAN SENYAWA 5,7,2',5",7",4"-HEKSAHIDROKSIFLAVANON-[3,8"]- FLAVON DARI BATANG Garcinia celebica Linn Disusun oleh : Mirna Saga
Lebih terperinciHISTOPATOLOGI HATI DAN LIMPA MENCIT PASCA IMUNISASI BERULANG DAN UJI TANTANG DENGAN Plasmodium berghei IRADIASI GAMMA STADIUM ERITROSITIK
HISTOPATOLOGI HATI DAN LIMPA MENCIT PASCA IMUNISASI BERULANG DAN UJI TANTANG DENGAN Plasmodium berghei IRADIASI GAMMA STADIUM ERITROSITIK Tur Rahardjo dan Siti Nurhayati Pusat Teknologi Keselamatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak
Lebih terperinciABSTRAK PERAN TROMBOSIT DALAM PATOGENESIS MALARIA SEREBRAL (STUDI PUSTAKA)
ABSTRAK PERAN TROMBOSIT DALAM PATOGENESIS MALARIA SEREBRAL (STUDI PUSTAKA) Indria Melianti (0210153), 2006; Tutor I : Susy Tjahjani dr., M.Kes Tutor II : Meilinah Hidayat dr., M.Kes Malaria adalah penyakit
Lebih terperinciPENGARUH RADIASI GAMMA TERHADAP PROFIL PROTEIN Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK
PENGARUH RADIASI GAMMA TERHADAP PROFIL PROTEIN Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK Devita Tetriana*, Darlina*, Armanu**, dan Mukh Syaifudin* ) *) Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi *)Pusat
Lebih terperinciABSTRAK. PENGARUH FRAKSI AIR KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana) DAN ARTEMISININ TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei
ABSTRAK PENGARUH FRAKSI AIR KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana) DAN ARTEMISININ TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei Fina Yunita, 2012 Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani,
Lebih terperinciPENGAMATAN HEMATOLOGI PADA MENCIT PASCA INFEKSI Plasmodium berghei IRADIASI GAMMA STADIUM ERITROSITIK
PENGAMATAN HEMATOLOGI PADA MENCIT PASCA INFEKSI Plasmodium berghei IRADIASI GAMMA STADIUM ERITROSITIK Tur Rahardjo, Siti Nurhayati, dan Darlina Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit malaria merupakan jenis penyakit tropis yang banyak dialami di negara Asia diantaranya adalah negara India, Indonesia, dan negara Asia lainnya. (Dewi, 2010).
Lebih terperinciCSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1
1 MANUAL KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, sittiwahyunim@gmail.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Malaria Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit malaria dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini dapat menemukan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. Ada lima jenis Plasmodium yang sering menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,
Lebih terperinciBahan bakar dan bahan baku kertas. Senyawa organik bahan alam
Bahan bakar dan bahan baku kertas Senyawa organik bahan alam pemikat (antractan) Metabolit primer Metabolit sekunder penolak(reppelant) H H pelindung (protectant) Garcinia (Sumaryono,1999) Antimalaria
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit intraseluler Protozoa, yaitu genus Plasmodium, menginfeksi 500 juta dan membunuh lebih dari 1 juta jiwa
Lebih terperinciGambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014
872 Artikel Penelitian Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 Hans Everald 1, Nurhayati 2, Elizabeth Bahar 3 Abstrak Pengobatan malaria
Lebih terperinciPARASIT MALARIA RODENSIA SEBAGAI MODEL PENELITIAN VAKSIN DENGAN TEKNIK NUKLIR
IPTE:K: IL:M:IAH PO PULER. PARASIT MALARIA RODENSIA SEBAGAI MODEL PENELITIAN VAKSIN DENGAN TEKNIK NUKLIR Darlina Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BAT AN Jalan Lebak Bulus Raya 49. Jakarta
Lebih terperinciSTUDI HISTOPATOLOGI LIMPA MENCIT PASCA INFEKSI Plasmodium berghei IRADIASI GAMMA STADIUM ERITROSITIK
STUDI HISTOPATOLOGI LIMPA MENCIT PASCA INFEKSI Plasmodium berghei IRADIASI GAMMA STADIUM ERITROSITIK Tur Rahardjo, Siti Nurhayati dan Dwi Ramadhani Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi-BATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
Lebih terperinciUJI EFEKTIVITAS IRADIASI GAMMA DALAM MELEMAHKAN Plasmodium berghei MELALUI INKORPORASI H-3 HIPOKSANTIN
UJI EFEKTIVITAS IRADIASI GAMMA DALAM MELEMAHKAN Plasmodium berghei MELALUI INKORPORASI H-3 HIPOKSANTIN Teja Kisnanto dan Mukh Syaifudin Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi-BATAN, Jakarta
Lebih terperinciPOPPY SISKA ISABELLA
POPPY SISKA ISABELLA KULTUR SINAMBUNG DAN UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SERAI, RIMPANG LEMPUYANG WANGI, SERTA RIMPANG LEMPUYANG PAHIT TERHADAP PLASMODIUM FALCIPARUM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2 0 0 8 Pada
Lebih terperinciPEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI INFEKSI MALARIA DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM PANGLIMA SEBAYA TANAH GROGOT KALIMANTAN TIMUR PERIODE
ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI MALARIA DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM PANGLIMA SEBAYA TANAH GROGOT KALIMANTAN TIMUR PERIODE 2006-2010 Sahala Triyanto S,2012. Pembimbing I : Budi Widyarto Lana,dr., M.H. Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/ sub-tropis, negara berkembang maupun negara maju. Pada tahun 2012, diperkirakan ada 207 juta kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius. yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit menjadi penyakit endemis di negara-negara tropis, salah penyertanya
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit infeksi yang bersifat akut maupun kronis
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Malaria merupakan penyakit infeksi yang bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh protozoa intrasel dari genus Plasmodium. Ada empat parasit yang dapat menginfeksi
Lebih terperinciUJI AKTIFITAS ANTIMALARIA EKSTRAK AIR DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA) PADA KULTUR PLASMODIUM FALCIPARUM IN VITRO
PKMI-5-9-1 UJI AKTIFITAS ANTIMALARIA EKSTRAK AIR DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA) PADA KULTUR PLASMODIUM FALCIPARUM IN VITRO Achmad Fachrizal, Ferry Efendi, Dhianita Binarwati, Rinnelya Agustien Fakultas
Lebih terperinciBAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia
BAB 3 PERCOBAAN Prosedur penelitian terdiri atas beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan simplisia, ekstraksi, karakterisasi serbuk simplisia dan ekstrak, penapisan fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak,
Lebih terperinciLatar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa
Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit malaria telah menjangkiti 103 negara di dunia. Populasi orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 mencapai 1,85% per 1000 penduduk. Penyebab malaria yang tertinggi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO melaporkan 3,2 milyar orang atau hampir setengah dari populasi dunia beresiko terinfeksi malaria. 1 Kemenkes RI melaporkan angka kesakitan malaria tahun 2009
Lebih terperinciEFEK EKSTRAK BIJI Momordica charantia L TERHADAP LEVEL GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE SERUM MENCIT SWISS YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei SKRIPSI
EFEK EKSTRAK BIJI Momordica charantia L TERHADAP LEVEL GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE SERUM MENCIT SWISS YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu anak-anak, ibu
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui nyamuk yang terinfeksi protozoa obligat intraseluler dari
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria terjadi bila eritrosit diinvasi oleh salah satu dari empat spesies
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Malaria Falsiparum Malaria terjadi bila eritrosit diinvasi oleh salah satu dari empat spesies parasit protozoa genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anoples
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2009. Tempat pelaksanaannya di Laboratorium Teknologi Kimia Kayu Departemen Hasil Hutan IPB, Herbarium Bogoriensis
Lebih terperinciJST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH
JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : 298 304 ISSN 2252-5416 KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH Hemoglobin Level and Parasite Density of Malaria Patients in
Lebih terperinciEFEK ISOLAT AKTIF ANTIMALARIA DARI ARTHOCARPUS CHAMPEDEN TERHADAP ERITOSIT TERINFEKSI PLASMODIUM FALCIPARUM
EFEK ISOLAT AKTIF ANTIMALARIA DARI ARTHOCARPUS CHAMPEDEN TERHADAP ERITOSIT TERINFEKSI PLASMODIUM FALCIPARUM THE EFFECT OF ANTIMALARIAL ACTIVE ISOLATE FROM ARTHOCARPUS CHAMPEDEN ON PLASMODIUM FALCIPARUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Malaria adalah penyakit yang disebabkan infeksi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Malaria adalah penyakit yang disebabkan infeksi parasit dari genus Plasmodium. Ada lima Plasmodium yang diidentifikasi menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria 1. Definisi malaria Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah disebabkan oleh parasit plasmodium ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih digunakan pada pemeriksaan di laboratorium. Prinsip pemeriksaan sediaan apus ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari -Juni 2011 di Laboratorium Kimia
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari -Juni 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi untuk
Lebih terperinciMalaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini. sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk
A. PENDAHULUAN Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan
Lebih terperinciLAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA OLEH Ronilda Tambunan, SST AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN BAB l PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan...
Lebih terperinciADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris
BAB IV ASIL DAN PEMBAASAN 4.1. Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris Serbuk daun (10 g) diekstraksi dengan amonia pekat selama 2 jam pada suhu kamar kemudian dipartisi dengan diklorometan.
Lebih terperinciDistribution Distribution
Incidence Malaria Each year Malaria causes 200-300 million cases It kills over 1 million people every year It is causes by a parasite called plasmodium (4 types) It is spread by the anopheles mosquito
Lebih terperinciProject Status Report. Presenter Name Presentation Date
Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Penulis
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan anugrah Nya sehinga penulis mampu menyusun dan menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Uji Aktivitas Antiplasmodium Dari Kombinasi
Lebih terperinciKadar IgG RESA (Ring-infected Erythrocyte Surface Antigen) pada Penderita Malaria di Daerah Holoendemik Malaria
Laporan Penelitian Kadar IgG RESA (Ring-infected Erythrocyte Surface Antigen) pada Penderita Malaria di Daerah Holoendemik Malaria Lily Kartika Surya Staf Pengajar Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil determinasi tanaman yang dilakukan di Herbarium Bandungense, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung menyatakan bahwa tanaman yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Berdasarkan laporan WHO (2015), malaria merupakan penyakit infeksi parasit
Lebih terperinciPEMANDULAN Anopheles macullatus SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT MALARIA DENGAN RADIASI GAMMA Co-60
PEMANDULAN Anopheles macullatus SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT MALARIA DENGAN RADIASI GAMMA Co-60 Siti Nurhayati*, Devita Tetriana*, Ali Rahayu** dan Budi Santoso** *) Pustek Teknologi Keselamatan dan Metrologi
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012
ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012 Janice Surjana, 2014 Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg.,skm. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009 di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas dan merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia termasuk Indonesia, Separuh penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyebab penyakit malaria ini adalah parasit
Lebih terperinciII. PEWARNAAN SEL BAKTERI
II. PEWARNAAN SEL BAKTERI TUJUAN 1. Mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri 2. Mempelajari teknik pembuatan apusan kering dalam pewarnaan bakteri 3. Mempelajari tata cara pewarnaan sederhana
Lebih terperinciPemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz
PRAKTIKUM PARASITOLOGI (TM-Pr.4) Praktikum I: Menghitung Telur Cacing Pada Sediaan Tinja Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz Membuat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.1. Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Lebih terperinciAktivitas Antiplasmodium In Vitro dari Hasil Pemisahan KCV Fraksi etil asetat Umbi Angiopteris evecta Kalimantan Tengah
Aktivitas Antiplasmodium In Vitro dari Hasil Pemisahan KCV Fraksi etil asetat Umbi Angiopteris evecta Kalimantan Tengah Arnida 1*, Wahyono 2, Mustofa 3, R. Asmah Susidarti 2, Sutomo 1 1Program Studi Farmasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Identifikasi Tanaman Identifikasi/determinasi dari bagian-bagian batang, daun, buah yang dilakukan oleh Bidang Botani, Puslit Biologi LIPI menyatakan tanaman ini memiliki
Lebih terperinciDosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI GIEMSA TERHADAP HASIL PEWARNAAN SEDIAAN APUS DARAH TIPIS PADA PEMERIKSAAN Plasmodium sp Suryanta 1, Soebiyono 2, Eni Kurniati 3 1,2,3 Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.
Lebih terperinciPROPAGASI SPOROZOIT PADA NYAMUK ANOPHELES SP. SECARA IN VIVO SEBAGAI BASIS PEMBUATAN VAKSIN MALARIA IRADIASI
PROPAGASI SPOROZOIT PADA NYAMUK ANOPHELES SP. SECARA IN VIVO SEBAGAI BASIS PEMBUATAN VAKSIN MALARIA IRADIASI Siti Nurhayati, Tur Rahardjo Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN nurhayati_s@batan.go.id
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Di tubuh manusia parasit ini berkembang biak di hati dan kemudian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.
Lebih terperinciBAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING
BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis
Lebih terperinciBAB II. BAHAN DAN METODE
BAB II. BAHAN DAN METODE 2.1 Kultur Bakteri Pembawa Vaksin Bakteri Escherichia coli pembawa vaksin DNA (Nuryati, 2010) dikultur dengan cara menginokulasi satu koloni bakteri media LB tripton dengan penambahan
Lebih terperinciPEMANFAATAN TEKNIK RADIOISOTOP P-32 UNTUK PENENTUAN VIABILITAS ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT A1 SEBAGAI PROBIOTIK PADA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)
PEMANFAATAN TEKNIK RADIOISOTOP P-32 UNTUK PENENTUAN VIABILITAS ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT A1 SEBAGAI PROBIOTIK PADA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) Adria P.M. dan Irawan Sugoro Pusat Aplikasi Teknologi
Lebih terperinci