JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH
|
|
- Glenna Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH Hemoglobin Level and Parasite Density of Malaria Patients in Lombok Tengah Susilawati 1, Nurhayana Sennang 2, Tadjuddin Naid 1, Faisal Attamimi 1 1 Teknik Laboratorium Kesehatan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin 2 Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ( nurhayanas@yahoo.com) ABSTRAK Invasi plasmodium ke dalam eritrosit menyebabkan anemia. Derajat anemia tergantung jenis plasmodium dan densitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar hemoglobin dan densitas parasit pada penderita malaria akibat Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax di Lombok Tengah. Penelitian cross sectional ini dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu Laboratorium Puskesmas dan Unit Pelayanan Terpadu Laboratorium pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah bulan September November Sampel darah vena pasien suspek malaria dibuat sediaan apusan darah dan dilakukan pemeriksaan hemoglobin. Sejumlah 60 sampel dipilih berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskop apusan darah yaitu 20 pasien yang teinfeksi Plasmodium falciparum, 20 pasien dengan Plasmodium vivax, dan 20 pasien yang tidak ditemukan Plasmodium. Kadar hemoglobin diperiksa dengan metode fotometri dan densitas parasitnya dihitung pada sediaan darah tebal. Rerata kadar hemoglobin pada pasien dengan infeksi Plasmodium falciparum lebih rendah (10,5 g/dl) dari pada Plasmodium vivax (12,2 g/dl) dan pada pasien yang tidak ditemukan Plasmodium (13,6 g/dl), dan terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok tersebut berdasarkan hasil uji Anova (p=0.0001). Rerata densitas parasit pada Plasmodium falciparum lebih tinggi (10.800/µl) dari Plasmodium vivax (4.780/µl) dan terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut berdasarkan hasil uji t-independent (p=0.014). Disimpulkan bahwa derajat anemia lebih berat dan densitas parasit lebih tinggi pada pasien dengan infeksi Plasmodium falciparum daripada infeksi Plasmodium vivax. Kata Kunci: Hemoglobin, densitas parasit, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax ABSTRACT Erytrocyte invasion by plasmodium causes anemia. Anemia depend on type of plasmodium and parasite density in circulation.the objective of this study was to compare hemoglobin levels and parasite density of malaria patients infected by Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax in Lombok Tengah. Cross sectional study has been done in Laboratory of Integrated Services Unit of Public Health and Laboratory of Integrated Services Unit at the Department of Health of Central Lombok Regency from September until November Venous blood collected from patients suspected malaria for microscopic blood smear examination and hemoglobin level determination. Based on the results of blood smear, we analyzed 60 samples in concist of 20 patients with Plasmodium falciparum infection, 20 patients with Plasmodium vivax infection, and 20 aparasitemic patients. Hemoglobin levels were examinated by photometer and parasite density ware calculated on a thick blood preparations. The mean of hemoglobin levels on patients with Plasmodium falciparum infection was lower (10.5 g/dl) than Plasmodium vivax (12.2 g/dl) and aparasitemic patients (mean 13.6 g/dl) with significant difference between the groups by Anova test (p=0.0001). The mean of parasite density in Plasmodium falciparum was higher (10.800/µl) than Plasmodium vivax (4.780/µl) with significant difference between the groups by t-independent test (p=0.014). As conclusion, more severe degrees of anemia and higher parasite density was found in patients with Plasmodium falciparum infection than Plasmodium vivax infection. Keywords: Hemoglobin, Parasite density, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax 298
2 Hemoglobin, densitas parasit, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax ISSN PENDAHULUAN Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis. Di Indonesia malaria tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda (Laihand, 2011; Muchid dkk, 2008). Setiap tahun penyakit ini menyerang hampir juta penduduk dunia (Famedia, 2005). Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles ( Prabowo, 2004). Terdapat 4 spesies yang utama dari jenis plasmadium yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia, yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale (Prodjodipuro dan Sutamihardja, 2006). Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum, sedangkan Plasmodium malariae dapat ditemukan dibeberapa provinsi antara lain: Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua. Plasmodium ovale pernah ditemukan di Papua dan Nusa Tenggara Timur (Depkes RI, 2008). Plasmodium menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Setelah nyamuk mengisap darah manusia, sporozoit malaria memasuki hepatosit atau fase di luar eritrosit. Di dalam hepatosit, sporozoit akan memperbanyak diri membentuk merozoit dan kemudian merozoit ini meninggalkan hepatosit memasuki eritrosit melalui sirkulasi darah. Di dalam eritrosit, merozoit akan berkembang membentuk tropozoit dan berlanjut membentuk skizon dan akhirnya menyebabkan pecahnya eritrosit (Sari, 2007). Anemia dapat terjadi karena pecahnya eritrosit. Derajat anemia tergantung pada spesies parasit yang menyebabkannya. Plasmodium falciparum menginfeksi eritrosit muda dan eritrosit matang. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hanya menginfeksi eritrosit muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh eritrosit. Anemia tampak jelas pada malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat, sedangkan anemia yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis (Depkes RI, 2008; Sutanto dan Ismid, 2008). Diagnosa dini dan akurat adalah kunci penanganan penyakit malaria yang efektif. Penggunaaan diagnosa mikroskopis telah dijadikan metode utama dalam mendiagnosa malaria. Parasitemia adalah terdapatnya parasit dalam darah melalui pemeriksaan mikroskopis pada sediaan apusan darah, jika parasit ditemukan lebih dari /µL maka disebut hiperparasitemia. Tingkat parasitemia dapat digunakan untuk menilai beratnya penyakit. Meskipun demikian, pada daerah endemis malaria, parasitemia yang tinggi sering ditemukan pada individu yang asimptomatik (Alimudiarnis, 2009; Harijanto dkk, 2010). Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kadar hemoglobin dan densitas parasit pada penderita malaria dengan Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum di Lombok Tengah? Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar hemoglobin dan densitas parasit pada kelompok infeksi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah informasi tentang kadar hemoglobin dan densitas parasit pada penderita yang terinfeksi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax yang 299
3 Susilawati ISSN dapat menjadi salah satu pedoman bagi klinisi dalam penatalaksanaan malaria untuk menilai beratnya kondisi pasien akibat infeksi malaria dan dapat menjadi petunjuk dalam pengembangan penelitian selanjutnya. BAHAN DAN METODE Lokasi dan rancangan penelitian Penelitian dilaksanakan di Unit Pelayanan Terpadu Laboratorium Puskesmas dan Unit Pelayanan Terpadu Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah bulan September- Nopember Metode penelitian ini menggunakan metode cross sectional untuk membandingkan kadar hemoglobin dengan densitas parasit pada penderita malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax Populasi dan sampel Populasi penelitian adalah semua penderita dengan gejala klinis malaria yang memeriksakan diri di Unit Pelayanan Terpadu Laboratorium Puskesmas pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. Besar sampel diperkirakan berdasarkan rumus Simple Random Sampling. Jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 40 sampel. Kriteria inklusi adalah pasien yang menunjukkan adanya gejala klinis malaria melalui pemeriksaan dokter dan kriteria eksklusi adalah pasien yang sedang atau pernah mengalami gangguan hematologi, jantung, ginjal dan hati, serta sampel yang hemolisis. Metode pengumpulan data Sampel darah vena pasien suspek malaria dibuatkan apusan darah tebal yang untuk mengidentifikasi parasit malaria melalui mikroskop. Sejumlah 60 sampel dipilih berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskop apusan darah yaitu 20 pasien yang teinfeksi Plasmodium falciparum, 20 pasien dengan Plasmodium vivax, dan 20 pasien yang tidak ditemukan Plasmodium. Kadar hemoglobin diperiksa dengan metode fotometri menggunakan Humalyzer Junior dan densitas parasitnya dihitung pada sediaan darah tebal. Kadar hemoglobin kurang dari 13,5 g/dl untuk laki-laki dan kurang dari 12,0 g/dl untuk perempuan dikategorikan sebagai anaemia. Densitas parasit atau tingkat kepadatan parasit malaria ditentukan dengan cara menghitung jumlah parasit per 200 leukosit pada sediaan darah tebal (Sutanto, 2008; Gandasuhada, 2004). Analisis data Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama yaitu kadar hemoglobin dalam satuan g/dl dan densitas parasit dihitung dalam satuan jumlah parasit/µl darah. Analisis data dilakukan menggunakan software SPSS versi 11.5, yaitu analisis univariat untuk mendiskripsikan karakteristik sampel, uji Anova digunakan untuk membandingkan kadar hemoglobin pada kelompok P.falciparum, P.vivax dan aparasitemia dan uji t-independent untuk membandingkan densitas parasit pada kelompok P.falciparum, P.vivax. HASIL Berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskop apusan darah dipilih sampel sebanyak 60 sampel yang terdiri dari 52 orang laki-laki dan 8 orang perempuan, yaitu 20 pasien yang teinfeksi Plasmodium falciparum, 20 pasien dengan infeksi Plasmodium vivax, dan 20 pasien yang tidak ditemukan Plasmodium atau disebut aparasitemia. Analisis kadar hemoglobin dan densitas parasit dilakukan berdasarkan kategori kelompok tersebut. Rentang kadar hemoglobin pada kelompok yang terinfeksi P.falciparum adalah g/dl, P.vivax adalah 9,6-15,4 g/dl dan pada kelompok aparasitemia sebesar 10,3-16,4 g/dl. Rentang densitas parasit pada kelompok P.falciparum adalah parasit/ul sedangkan pada kelompok P.vivax sebesar parasit/ul (Tabel 1). 300
4 Hemoglobin, densitas parasit, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax ISSN Tabel 1. Karakteristik penderita dengan gejala klinis malaria berdasarkan umur, kadar hemoglobin dan densitas parasit No. Variabel Minimal Maksimal Rerata 1 Laki-laki Umur n= (tahun) Perempuan n= P.falciparum 8,2 12,7 10,5 2 Kadar Hb P.vivax (g/dl) 9,6 15,4 12,2 Aparasitemia 10,3 16,4 13,6 3 P.falciparum Densitas parasit P.vivax (/µl) Tabel 2. Perbedaan Rerata kadar hemoglobin pada kelompok pasien yang terinfeksi Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, dan aparasitemia Kelompok n Rerata Hb P.falciparum P.vivax Aparasitemia (g/dl ) (p * ) (p * ) (p * ) P. falciparum P. vivax Aparasitemia * p = nilai kemaknaan menggunakan uji Anova p * Tabel 3. Rerata densitas parasit pada kelompok Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax Kelompok N Rerata Densitas (/ul darah) p * Plasmodium falciparum Plasmodium vivax * p = nilai kemaknaan menggunakan uji t-independent Analisis kadar hemoglobin Rerata kadar hemoglobin yang terinfeksi Plasmodium falciparum (10.51 g/dl) lebih rendah daripada rerata kadar hemoglobin pasien yang terinfeksi (12.22 g/dl) dan pasien aparasitemia (13.56 g/dl) dan terdapat perbedaan sangat bermakna rerata kadar hemoglobin pada ketiga kelompok tersebut (p=0.0001) berdasar - kan uji Anova (Tabel 2). Analisis densitas parasit Rerata densitas parasit Plasmodium falciparum (10800/ul darah) lebih besar dari pada Plasmodium vivax (4780/ul darah) dan terdapat perbedaan bermakna di antara keduanya (p = 0.014) berda - sarkan hasil uji t-independent (Tabel 3). PEMBAHASAN Pada penellitian ini sampel yang digunakan adalah darah vena dari penderita dengan gejala klinis malaria. Diagnosis Infeksi malaria dilakukan dengan menemukan parasit dalam darah yang diperiksa dengan mikroskop dengan pembesaran 1000x dan minyak imersi pada sediaan darah tebal setelah diwarnai 301
5 Susilawati ISSN dengan giemsa dan paling sedikit diperiksa 100 lapang pandang sebelum melaporkan hasil yang negatif. Sediaan positif dari Pemantapan Mutu Ekternal (PM-E) digunakan sebagai kontrol sehingga bisa mengurangi kesalahan dalam menentukan jenis Plasmodium. Parasit malaria yang ditemukan adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax (Depkes, 2008; Harijanto, 2000). Hemoglobin merupakan suatu protein yang kompleks, yang tersusun dari protein globin dan suatu senyawa bukan protein yang dinamai hem. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah. Kadar hemoglobin normal pada laki-laki adalah 13,5-18,0 g/dl dan perempuan 12,0-16,0 g/dl. Pada infeksi malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin disebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Selain itu, anemia timbul akibat gangguan pembentukan sel darah merah disumsum tulang. (Pearce EC, 2004; Guyton, 2008). Dari hasil penelitian didapatkan hasil yaitu kadar hemoglobin pada penderita malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum (malaria tropika) rata-rata 10,5 g/dl dan Plasmodium vivax (malaria tertian) rata-rata 12,2 g/dl. Keadaan anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria. Hemolisis terjadi akibat rusaknya eritrosit sewaktu pelepasan merozoit, penghancuran eritrosit terinfeksi maupun tidak terinfeksi oleh sistem retikuloendotel di limpa (Sutanto, 2008; Gandasuhada, 2004). Hasil uji beda kadar hemoglobin menggunakan uji Anova diperoleh hasil bahwa ada perbedaan rerata hemoglobin pada tiap kelompok ( Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, dan aparasitemia). Rerata kadar hemoglobin pada pasien yang terinfeksi Plasmodium falciparum lebih rendah bila dibandingkan dengan Plasmodium vivax. Hal ini terjadi karena Plasmodium falciparum dapat menginfeksi semua umur sel darah merah (eritrosit). Eritrosit berparasit maupun tidak berparasit mengalami hemolisis, karena fragilitas osmotik meningkat atau perkembangan autohemolisis osmotik dari eritrosit berparasit maupun tidak berparasit meningkat dan karenanya waktu hidup eritrosit menjadi lebih singkat dan mempercepat perkembangan anemia. Pada uji beda rerata kadar hemoglobin pada pada Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum dan hasil negatif diperoleh hasil yaitu kadar hemoglobin Plasmodium vivax lebih tinggi bila dibandingkan dengan Plasmodium falcifarum dan lebih rendah dari hasil negatif tapi masih dalam rentang normal, hal ini di sebabkan oleh Plasmodium vivax hanya menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah sehingga eritrosit yang di serang jumlahnya masih sedikit dan kadar hemoglobin masih normal (Sutanto, 2008; Gandasuhada, 2004). Penghitungan parasit malaria dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu Laboratorium Dinas Kesehatan Lombok Tengah. Penghitungan kepadatan parasit dilakukan berdasarkan jumlah parasit per 200 leukosit dalam sediaan darah tebal dan dikalikan dengan jumlah leukosit rata-rata 8000/ l darah (Sutanto, 2008; Gandasuhada, 2004). Pada penelitian ini densitas parasit Plasmodium falciparum rata-rata parasit/ l darah dan Plasmodium vivax rata-rata parasit/ l darah, sehingga dapat dikatakan densitas parasitemia rendah. Dengan densitas parasitemia yang rendah berarti angka tingkat keparahan penyakit juga rendah. Berdasarkan data diatas densitas parasitemia pada Plasmodium falciparum lebih tinggi dibandingkan dengan Plasmodium vivax, hal ini dapat terjadi karena satu sporozoit Plasmodium falciparum dapat membentuk sebanyak merozoit hati, sedang sporozoit dari spesies Plasmodium vivax menghasilkan hanya merozoit. Plasmo- 302
6 Hemoglobin, densitas parasit, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax ISSN dium falciparum membentuk merozoit eritrosit 8-24 buah sedangkan Plasmodium vivax buah (Sutanto, 2008; Gandasuhada, 2004; Harijanto, 2000). Pada hampir semua penderita malaria terjadi penurunan kadar hemoglobin karena semua jenis parasit menginfeksi sel darah merah. Penurunan kadar hemoglobin tergantung dari jenis Plasmodium yang menyebabkan infeksi malaria. Penurunan kadar hemoglobin tidak hanya dipengaruhi oleh parasit tetapi juga dipengaruhi oleh infeksi yang berulang dan status gizi. Defisiensi vitamin dan mineral dapat menyebabkan gangguan pembentukan sel darah merah sehingga terjadi anemia. Tempat tinggal penderita juga dapat mempengaruhi kadar hemoglobin, di daerah pegunungan memiliki kadar oksigen yang sangat rendah, untuk menghasilkan oksigen, maka hemoglobin yang di produksi di dalam tubuh dalam keadaan banyak, sehingga kadar hemoglobin tinggi dan pada saat itu pasien tersebut terinfeksi malaria, sehingga pada pemeriksaan kadar hemoglobin di dapatkan kadar hemoglobin dalam batas normal. Seperti telah dijelaskan di atas, densitas parasit dipengaruhi oleh pembentukan merozoit. Merozoit yang dibentuk oleh Plasmodium falciparum lebih banyak daripada Plasmodium vivax sehingga densitas parasit Plasmodium falciparum lebih besar daripada Plasmodium vivax. Lamanya demam dan waktu pengambilan sampel darah juga dapat mempengaruhi densitas parasit. Kepadatan parasit mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari dan mulai menurun setelah 14 hari. Pada penderita malaria terdapat keadaan klinik yang disebut sebagai periode laten yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi malaria. Pada periode ini, parasit tidak ditemukan dalam peredaran darah tapi infeksi masih berlangsung. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, pengukuran variabel independen dan dependen dilakukan secara bersamaan dalam suatu waktu tertentu. Variabel independennya adalah densitas parasit dan dependennya adalah hemoglobin. Keterbatasan penelitian ini adalah pengukuran kadar hemoglobin hanya dilakukan sekali yaitu setelah penderita terinfeksi malaria. Tidak dilakukan pengukuran kadar hemoglobin sebelum menderita malaria sehingga tidak dapat diketahui pengaruh yang lebih nyata antara peningkatan densitas parasit dan penurunan kadar hemoglobin. Penelitian ini juga tidak menganalis variabel lamanya demam pada saat pengambilan sampel darah yang juga dapat mempengaruhi densitas parasit. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa rerata kadar hemoglobin pada pasien yang terinfeksi Plasmodium falciparum lebih rendah daripada Plasmodium vivax, rerata densitas parasit pada penderita Plasmodium falciparum lebih tinggi daripada Plasmodium vivax, dan derajat anemia lebih berat dan densitas parasit lebih tinggi pada pasien dengan infeksi Plasmodium falciparum daripada infeksi Plasmodium vivax. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan kadar hemoglobin dengan densitas parasit pada penderita malaria dengan melihat kadar hemoglobin sebelum dan sementara menderita malaria serta memperhitungkan lama demam pada saat pengambilan sampel darah. DAFTAR PUSTAKA Alimudiarnis. (2009). Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan Malaria Berat. Subbagian Tropik Infeksi Bagian Penyakit Dalam RS M. Djamil Padang
7 Susilawati ISSN Depkes RI. (2008). Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Famedia. (2005). Malaria Update (from basic science to clinical practice). Diakses 9 juli Available from URL: farmedia.or.ad/ Gandasuhada S, Herry H, Pribudi W. (2004). Parasitologi Kedokteran. Gaya Baru. Jakarta Guyton dan Hall. ( 2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. EGC. Jakarta Harijanto P.N, Nugroho A, Gunawan C.A, (2010). Malaria dari Molekuler ke Klinis. Ed. 2. EGC. Jakarta. Harijanto PN, (2000). Malaria: Epidemiologi, Siklus Hidup Plasmodium Malaria, EGC. Jakarta. Laihand FJ. (2011). Epidemiologi Malaria Di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Muchid A dan Wurjati R. (2008). Pelayanan Kefarmasian Untuk Penyakit Malaria. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan. Pearce EC. (2004). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Terjemahan oleh Handoyo SY. Cetakan VI. PT Gramedia. Jakarta Prodjodipuro P dan Sutamihardja A. (2006). Buku Panduan Pelatihan Diagnosis Mikroskopi Malaria. Terjemahan oleh Ayub E. Departemen Parasitologi Medis US NAMRU-2 Jakarta. Sari MI. (2007). Hubungan Defisiensi G6PD Dan Infeksi Malaria. Fakultas Kedokteran. Sutanto I dan Ismid IS. (2008). Parasitologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014
872 Artikel Penelitian Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 Hans Everald 1, Nurhayati 2, Elizabeth Bahar 3 Abstrak Pengobatan malaria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan
Lebih terperinciSTATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL
STATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL Nurhayati Parasitologi FK UNAND E-mail: nurhayatikaidir@yahoo.co.id ARTIKEL PENELITIAN Abstrak Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL dr. Waode Mariyana dr. Isra Wahid, PhD FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lebih terperinciDEFINISI KASUS MALARIA
DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. Ada lima jenis Plasmodium yang sering menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Patel
Lebih terperinciGambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012
Gambaran Infeksi di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012 Nugraheni Maraelenisa Letelay 1, Ellya Rosa Delima 2 1. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi penyakit endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis dunia. Pada tahun 2006, terjadi 247 juta kasus malaria,
Lebih terperinciA. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi
Pokok Bahasan : Malaria Sub Pokok : Pencegahan Malaria Sasaran : Ibu/Bapak Kampung Yakonde Penyuluh : Mahasiswa PKL Politeknik Kesehatan Jayapura Waktu : 18.30 WPT Selesai Hari/tanggal : Senin, 23 Mei
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah salah satu penyakit menular paling umum dan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Malaria disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium, yang ditularkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60 Lintang Utara dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/ sub-tropis, negara berkembang maupun negara maju. Pada tahun 2012, diperkirakan ada 207 juta kasus
Lebih terperinciLatar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa
Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PENYAKIT MALARIA SERTA PEMERIKSAAN SAMPEL DARAH MASYARAKAT PERUMAHAN ADAT DI KECAMATAN KOTA WAIKABUBAK KABUPATEN SUMBA BARAT - NTT SKRIPSI Oleh Thimotius
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan menggunakan desain penelitian cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles
Lebih terperinciArtikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Riche Anggresti 1, Nuzulia Irawati 2, Roza Kurniati 3
233 Artikel Penelitian Hubungan Jenis Organ dan Jumlah Organ yang Mengalami Gangguan dengan Prognosis dan Outcome pada Pasien Malaria Falciparum Berat di RSUP Dr. M. Djamil Padang Riche Anggresti 1, Nuzulia
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Dimas Aditia Gunawan, 2012 Pembimbing I : July Ivone, dr., MKK., MPd. Ked. Pembimbing II : Prof. Dr. Susy Tjahjani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas dan merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia termasuk Indonesia, Separuh penduduk
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012
ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012 Janice Surjana, 2014 Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg.,skm. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana,
Lebih terperinciEpidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012
ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 Nugraheni M. Letelay, 2013. Pembimbing I : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes Latar
Lebih terperinciPEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DI PUSKESMAS BUNTA KABUPATEN BANGGAI. Staf Dinas Kesehatan Kab. Banggai Propinsi Sulawesi Tengah 3
PERBANDINGAN DIAGNOSIS MALARIA KLINIS DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DI PUSKESMAS BUNTA KABUPATEN BANGGAI A.Arsunan Arsin, Heri Paerunan 2, Sri Syatriani 3 Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kematian
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI INFEKSI MALARIA DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM PANGLIMA SEBAYA TANAH GROGOT KALIMANTAN TIMUR PERIODE
ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI MALARIA DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM PANGLIMA SEBAYA TANAH GROGOT KALIMANTAN TIMUR PERIODE 2006-2010 Sahala Triyanto S,2012. Pembimbing I : Budi Widyarto Lana,dr., M.H. Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita dan ibu
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...viii SUMMARY... ix DAFTAR
Lebih terperinciEFEK EKSTRAK BIJI Momordica charantia L TERHADAP LEVEL GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE SERUM MENCIT SWISS YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei SKRIPSI
EFEK EKSTRAK BIJI Momordica charantia L TERHADAP LEVEL GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE SERUM MENCIT SWISS YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh dari genus dengan perantara nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2014 sendiri telah terjadi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. B. Waktu dan tempat penelitian Tempat penelitian desa Pekacangan, Cacaban, dan Ketosari Kecamatan
Lebih terperinciMedan Diduga Daerah Endemik Malaria. Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan
Medan Diduga Daerah Endemik Malaria Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Dalam Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Memasuki milenium ke-3,infeksi malaria masih merupakan problema klinik bagi negara tropik/sub topik dan negara berkembang maupun negara yang sudah maju.malaria merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA INFEKSI MALARIA
HUBUNGAN PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA INFEKSI MALARIA Azhari Muslim Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Tanjungkarang e-mail: azharikoumouin@yahoo.com Abstrak: Hubungan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi terletak di Jalan Raya Karang Tengah km 14 Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Dinas kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan
Lebih terperincimenunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1% lakilaki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan salah satu penyakit dengan penyebab multifaktorial, dapat dikarenakan reaksi patologis dan fisiologis yang bisa muncul sebagai konsekuensi dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Kalsium terhadap Pertumbuhan Plasmodium falciparum in Vitro
Pengaruh Pemberian Kalsium terhadap Pertumbuhan Plasmodium falciparum in Vitro Verry Asfirizal 1*, Soebaktiningsih 2, Sudjari 2, Sumarno 2, Loeki E. Fitri 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah berkurangnya jumlah kadar Hb (sel darah merah) hingga dibawah nilai normal, kuantitas hemoglobin dan volume packed red blood cells ( hematokrit)
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS
ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Intan Jaya, adalah kabupaten yang baru berdiri pada tahun 2009, dan merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten sebelumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Parasit Genus Plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit malaria merupakan jenis penyakit tropis yang banyak dialami di negara Asia diantaranya adalah negara India, Indonesia, dan negara Asia lainnya. (Dewi, 2010).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).
Lebih terperinciGambaran prevalensi malaria pada anak SD YAPIS 2 di Desa Maro Kecamatan Merauke Kabupaten Merauke Papua
Gambaran prevalensi malaria pada anak SD YAPIS 2 di Desa Maro Kecamatan Merauke Kabupaten Merauke Papua 1 Sharky D. Daysema 2 Sarah M. Warouw 2 Johnny Rompis 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di era globalisasi menuntut penyedia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria 1. Definisi malaria Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah disebabkan oleh parasit plasmodium ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles
Lebih terperinciABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc
ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDUDUK TERHADAP TINGGINYA PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DI DESA MESA KECAMATAN TNS (TEO NILA SERUA) KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2010 Helendra Taribuka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang
Lebih terperinciLambok Siahaan* Titik Yuniarti**
KESEHATAN LINGKUNGAN Malaria Pasca Tsunami di Pulau Weh Lambok Siahaan* Titik Yuniarti** Abstrak Bencana tsunami melanda Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004, selain meningkatkan kejadian
Lebih terperinciGejala dan Tanda Klinis Malaria di Daerah Endemis
Artikel Penelitian Gejala dan Malaria di Daerah Endemis Lambok Siahaan Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan Abstrak: Sebuah penelitian cross-sectional dilakukan
Lebih terperinci26 Media Bina Ilmiah ISSN No
26 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 PERBEDAAN KADAR SGOT (SERUM GLUTAMIC OXALOACETIC TRANSAMINASE) PADA PENDERITA MALARIA FALCIPARUM DAN MALARIA VIVAX oleh: Ida Bagus Rai Wiadnya Jurusan Analis Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik dunia maupun Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit malaria adalah penyakit
Lebih terperinciABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei
ABSTRAK PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei Lisa Marisa, 2009 Pembimbing I : Dr. Susy Tjahjani,
Lebih terperinciIDENTIFICATION OF MALARIA PARASITES IN CHASAN BOESOIRIE GENERAL HOSPITAL TERNATE, EAST NUSA TENGGARA. Desto Arisandi, Sofvirah R. Sohy, Fitri Nadifah
IDENTIFICATION OF MALARIA PARASITES IN CHASAN BOESOIRIE GENERAL HOSPITAL TERNATE, EAST NUSA TENGGARA Desto Arisandi, Sofvirah R. Sohy, Fitri Nadifah Program Studi D3 Analis Kesehatan, STIKes Guna Bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksinya parasit malaria terhadap sel darah merah. Parasit malaria tergolong jenis parasit dari genus Plasmodium,
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.
ABSTRAK Leucocytozoonosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kerugian berarti dalam industri peternakan. Kejadian penyakit Leucocytozoonosis dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu umur,
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010
ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 Cheria Serafina, 2012. Pembimbing I: July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing II : Adrian Suhendra, dr., SpPK.,
Lebih terperinciCSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1
1 MANUAL KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, sittiwahyunim@gmail.com
Lebih terperinciMalaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini. sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk
A. PENDAHULUAN Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan
Lebih terperinciPenelitian. Vol. 4, No. 3, Juni Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Hal :
Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 3, Juni 2013 Hal : 128-132 Penulis : 1. Nina Rahmadiliyani 2. Noralisa Korespondensi : STIKES
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular utama di sebagian wilayah Indonesia seperti di Maluku Utara, Papua Barat, dan Sumatera Utara. World Malaria Report - 2008,
Lebih terperinciABSTRAK. PENGARUH FRAKSI AIR KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana) DAN ARTEMISININ TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei
ABSTRAK PENGARUH FRAKSI AIR KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana) DAN ARTEMISININ TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei Fina Yunita, 2012 Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti yang banyak ditemukan di
Lebih terperinciUJI RELIABILITAS DIAGNOSIS MIKROSKOPIS MALARIA TENAGA LABORATORIUM PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIK KOTA SAWAHLUNTO SUMATERA BARAT
Artikel Penelitian UJI RELIABILITAS DIAGNOSIS MIKROSKOPIS MALARIA TENAGA LABORATORIUM PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIK KOTA SAWAHLUNTO SUMATERA BARAT Nurhayati, Hasmiwati, Selfi Renita Rusjdi Abstrak Pemeriksaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit malaria telah menjangkiti 103 negara di dunia. Populasi orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan
31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Limboto Barat Barat Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni 2012. 3.2 Desain Penelitian
Lebih terperinciPromotif, Vol.3 No.2, April 2014 Hal
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DATARAN BULAN KECAMATAN AMPANA TETE KABUPATEN TOJO UNA UNA 1) Rizal Sidiki, 2) Indro Subagyo, 3) Muhammad Jufri 1,3) Fakultas
Lebih terperinciPROFIL HEMATOLOGIK BERDASARKAN JENIS PLASMODIUM PADA PASIEN MALARIA RAWAT INAP DI RSK LINDIMARA, SUMBA TIMUR
PROFIL HEMATOLOGIK BERDASARKAN JENIS PLASMODIUM PADA PASIEN MALARIA RAWAT INAP DI RSK LINDIMARA, SUMBA TIMUR Henryanto Irawan 1, Maria Silvia Merry 2, Y. Nining Sri Wuryaningsih 3, Tri Baskoro TS 4 1Rumah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan
Lebih terperinciTingkat Kepatuhan Penderita Malaria Vivax... (M. Arie Wuryanto) M. Arie Wuryanto *) *) Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP ABSTRACT
Tingkat Kepatuhan Penderita Malaria Vivax Dalam Minum Obat Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Studi Pada Penderita Malaria Vivax Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005 M. Arie Wuryanto *) *) Bagian Epidemiologi
Lebih terperinciSKRINING MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH
SKRINING MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH 222 Abstract Marhum Nur Amani, Abdul Kadar, Solikhah Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)
MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) Oleh: Dr.rer.biol.hum. dr. Erma Sulistyaningsih, M.Si NAMA :... NIM :... FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciLAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA OLEH Ronilda Tambunan, SST AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN BAB l PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan...
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Malaria 2.1.1 Defenisi Penyakit Malaria adalah penyakit yang di sebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia dan di tularkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau invertebrata lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis
Lebih terperinciUPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT MALARIA DI DESA TELAGAH KECAMATAN NAMU UKUR KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2016
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT MALARIA DI DESA TELAGAH KECAMATAN NAMU UKUR KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2016 Nur Fitriani Siregar 1, Nurfadly 2, Hemma Yulfi 2, Elman Boy 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENYAKIT MALARIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA BALITA DI PUSKESMAS WANGGAR KABUPATEN NABIRE PAPUA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT MALARIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA BALITA DI PUSKESMAS WANGGAR KABUPATEN NABIRE PAPUA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : SRI TA ATI J 310100 052 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius. yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit menjadi penyakit endemis di negara-negara tropis, salah penyertanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.
Lebih terperinciKata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado
HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD
HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,
Lebih terperinciABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL. TAHUN ANGGARAN 2014 (Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun)
Kode/Nama Rumpun Ilmu: 307/Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL TAHUN ANGGARAN 2014 (Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun) KLONING DAN ANALISIS SEKUEN DBLβC2-VAR
Lebih terperinciTHE AGENT OF ANTIMALARIAL ACTIVITY OF LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val) RHIZOME JUICE ON SWISS MALE MICE INFECTED Plasmodium berghei
of THE AGENT OF ANTIMALARIAL ACTIVITY OF LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val) RHIZOME JUICE ON SWISS MALE MICE INFECTED Plasmodium berghei Richa Yuswantina, Agitya Resti Erwiyani, Leni Puspitasari
Lebih terperinciJurnal Riset Kesehatan
Jurnal Riset Kesehatan, 6 (2), 2017, 23-27 Jurnal Riset Kesehatan http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk STUDI PERBANDINGAN JUMLAH PARASIT MALARIA MENGGUNAKAN VARIASI WAKTU PEWARNAAN PADA
Lebih terperinci