KERETAKAN GELAS-LIMBAH DALAM CANISTER. Aisyah, Herlan Martono Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERETAKAN GELAS-LIMBAH DALAM CANISTER. Aisyah, Herlan Martono Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif"

Transkripsi

1 KERETAKAN GELAS-LIMBAH DALAM CANISTER Aisyah, Herlan Martono Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK KERETAKAN GELAS-LIMBAH DALAM CANISTER. Limbah aktivitas tinggi adalah limbah yang berasal dari ekstraksi siklus pertama proses olah ulang bahan bakar bekas reaktor nuklir. Pada saat ini gelas borosilikat dipilih sebagai bahan matriks untuk imobilisasi limbah aktivitas tinggi karena gelas-limbah hasil imobilisasi mempunyai ketahanan kimia dan mekanik yang cukup baik. Imobilisasi limbah aktivitas tinggi dapat dilakukan dengan proses In Can Melting atau Continuous Melting. Ketahanan mekanik disini dimaksudkan adalah kemampuan gelas-limbah dalam menahan kerusakan mekanik yaitu keretakan. Pada kondisi operasi normal sejumlah keretakan teramati. Penyebab terjadinya keretakan adalah adanya cacat-cacat, perbedaan suhu dalam canister, radiasi alfa dari limbah, tegangan termal, tegangan sisa gelas limbah dalam canister dan adanya benturan yang cukup keras. Keretakan yang disebabkan adanya cacat-cacat dalam gelas limbah dapat diabaikan. Perbedaan suhu yang terjadi selama pengisian, pendinginan dan penyimpanan akan mengakibatkan terjadinya keretakan. Keparahan keretakan tergantung dari kondisi pendinginannya yaitu mulai dari retak ringan sampai hancurnya gelas limbah dalam canister. Adanya sirip pada canister In Can Melting dapat memperburuk efek keretakan. Untuk mencegah keretakan ini dilakukan pendinginan sampai suhu annealing dengan laju pendinginan yang cukup dan selanjutnya agar tidak terjadi kehancuran gelas limbah pendinginan dilakukan dengan laju 1 C/jam. ABSTRACT CRACKING OF WASTE GLASS IN CANISTER. The high level liquid waste is generated from the first cycle extraction of reactor fuel reprocessing. At the present, borosilicate glass is accepted as matrix material for high level liquid waste immobilization because of its good chemical and mechanical durability. The high level liquid waste immobilization could be produced by In Can Melting or Continuous Melting process. The mechanical durability is the ability of waste glass to resist mechanical failure, which is cracking. Under normal operating conditions a certain amount of cracking is expected. The causes of cracking are defects, temperature gradients, alfa radiation, thermal stress, residual stress and severe impacts of waste glass in canister. Cracking that cause by defect is negligible. The temperature gradients during filling, cool down and storage causes of cracking occur. The aggravates effect of cracking depend on its cool down conditions which is from minor cracking until broken of waste glass in canister. The fin in the In Can Melting canister cause aggravates of cracking. For preventing this crack, cooling could proceed at sufficient rate until annealing temperature, further allowable cooling rates to prevent fracture of waste glass are on the order of 1 C/hr. PENDAHULUAN Banyak kelompok ilmuwan di dunia ini yang secara terus menerus melakukan litbang dalam pengelolaan limbah radioaktif. Tujuannya adalah untuk mengisolasi limbah agar aman bagi manusia dan lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut telah dikembangkan sistem penahan ganda rekayasa (Engineered Barrier System). Penahan ganda ini terdiri dari bentuk limbah padat, wadah limbah (canister dan overpack) dan kondisi geologi yang stabil.

2 Sistem penahan ganda terutama diterapkan pada limbah aktivitas tinggi (LAT) dan limbah transuranium (TRU) [1,2]. Ada beberapa pertimbangan penting pada pemilihan bahan untuk imobilisasi limbah, yaitu [3] : Proses pembuatan yang sederhana dan mudah Kandungan limbah Ketahanan kimia (laju pelindihan) Ketahanan mekanik (keretakan) Kestabilan terhadap panas dan radiasi Integritas fisik Pada saat ini gelas digunakan sebagai bahan matriks untuk imobilisasi LAT yang cukup bagus, karena gelas-limbah hasil imobilisasi mempunyai ketahanan kimia dan mekanik cukup baik. Bahkan gelas-limbah mempunyai laju pelindihan yang sangat kecil. Salah satu aspek penting dalam mengevaluasi keselamatan pengelolaan limbah adalah kemampuan bentuk akhir limbah dalam menampung sejumlah limbah (waste loading). Beberapa negara telah melakukan karakterisasi bentuk gelas-limbah dari beberapa aspek. Salah satu aspek penting adalah ketahanan mekaniknya. Makalah ini membahas ketahanan mekanik gelas-limbah dalam canister. Ketahanan mekanik disini dimaksudkan adalah kemampuan gelas-limbah dalam menahan kerusakan mekanik yaitu keretakan. Keretakan gelas-limbah dapat disebabkan oleh adanya siklus termal, tegangan sisa dan benturan. Adanya keretakan gelas-limbah ini akan mengakibatkan naiknya luas permukaan dan jumlah partikel-partikel kecil. Besarnya luas permukaan yang terbuka harus dipertimbangkan. Ketika kita mengevaluasi aspek pelindihan gelas-limbah dalam canister. Luas permukaan yang terbuka sangat tergantung dari kualitas canister yang digunakan. Canister yang mudah rusak akan meningkatkan besarnya luas permukaan yang terbuka. Gelas tuang dipelajari karena teknologi ini telah dikembangkan untuk produksi pada skala industri di beberapa negara seperti USA, Perancis dan Jepang. PENGOLAHAN LIMBAH AKTIVITAS TINGGI Bahasan definisi limbah aktivitas tinggi pada umumnya difokuskan pada limbah cair aktivitas tinggi (LCAT). Limbah cair aktivitas tinggi adalah limbah yang berasal dari ekstraksi siklus pertama proses olah ulang bahan bakar bekas. Limbah ini sebagian besar mengandung produk fisi dan sedikit aktinida. Radiasi gama yang dipancarkan produk fisi akan menyebabkan suhu yang cukup tinggi dalam LCAT. Dalam proses olah ulang, selain LCAT akan dihasilkan juga limbah cair transuranium(lctru). Limbah ini mengandung banyak aktinida dan sedikit produk fisi yang timbul dari ekstraksi siklus II proses olah ulang bahan bakar bekas [4]. Tujuan pengembangan teknologi imobilisasi limbah dalam pengolahan LAT secara vitrifikasi untuk skala besar adalah 2

3 memproduksi bentuk limbah yang memenuhi syarat, aman, sederhana dan memungkinkan untuk dibuat. Pengolahan LAT dengan gelas borosilikat telah dilakukan secara industrial di beberapa negara maju seperti Perancis, Inggris dan Jepang. Hal ini disebabkan proses pembuatan gelas borosilikat yang lebih mudah dari pada synroc dan vitromet. Gelas borosilikat juga mempunyai keunggulan dibanding gelas fosfat karena lebih tahan korosi dan mengalami devitrifikasi pada suhu yang lebih tinggi. Devitrifikasi adalah kristalisasi gelas yang dapat meningkatkan laju pelindihan radionuklida dalam gelas jika gelas kontak dengan air tanah. Oleh karena itu terjadinya devitrifikasi harus dihindarkan. Akan dipelajari 2 teknik vitrifikasi limbah yaitu [3,5,6] : 1. In Can Melting Process (ICM) 2. Continuous Melting Process (CM) In Can Melting Proses (ICM) Proses batch ini telah dilakukan di beberapa negara seperti di PNL (USA) dan proses Harvest (Inggris). Dalam proses ini canister sekaligus berfungsi sebagai crucible pelelehan gelas. Canister ditempatkan pada bagian bawah calciner. Di dalam calciner LCAT dikalsinasi menjadi bentuk oksida yang akan dituangkan ke dalam canister. Di dalam canister, oksida limbah dicampur dengan bahan pembentuk gelas dan dilelehkan pada suhu 1150 C sehingga terbentuk gelas-limbah. Canister didinginkan pada suhu 700 C dalam tungku baru kemudian didinginkan lebih lanjut pada suhu penyimpanan. Gambar 1 menunjukkan contoh canister PNL pada proses ICM [5]. Canister ini mempunyai sirip yang menyatu di dalamnya. Hal ini diperlukan untuk memperoleh kecepatan pelelehan yang tinggi. Gambar 1. Canister Gelas-Limbah Dalam Proses ICM [5] 3

4 Continous Melting Process (CM) Proses ini dikembangkan di PNL (USA), AVM (Perancis) dan PNC (Jepang). Dalam proses ini oksida limbah yang telah terkalsinasi dicampur dengan bahan pembentuk gelas dalam tungku dan dilelehkan hingga menjadi gelas. Lelehan gelas-limbah dituang ke dalam canister. Pendinginan canister dilakukan pada suhu 600 C untuk kemudian disimpan pada suhu penyimpanan. Gambar 2 menyajikan canister yang digunakan di PNC Jepang, hasil vitrifikasi dari melter dengan sistem pemanas Joule [3]. Dengan beberapa proses vitrifikasi yang berbeda akan dapat dihasilkan gelas-limbah dengan kualitas yang baik. Namun demikian ada beberapa perbedaan beberapa sifat mekanik dari gelas-limbah yang dihasilkan. Dalam makalah ini akan dipelajari keretakan gelas-limbah yang diproses dengan cara ICM dan CM. Gambar 2. Canister Gelas Limbah Dalam Proses CM [3] PENYEBAB KERETAKAN GELAS LIMBAH Keretakan merupakan salah satu sifat mekanik gelas-limbah yang perlu diperhatikan, karena adanya keretakan memungkinkan terjadinya penurunan sifat mekanik gelas-limbah. Keretakan gelas-limbah terjadi ketika tegangan dalam melebihi kekuatan bahan. Kekuatan gelas-limbah ditentukan oleh ukuran dan distribusi cacat dalam gelas limbah. Dari percobaan, jelas bahwa kekuatan gelas tanpa cacat adalah 10 4 MPa (kuat tarik) dan kekuatan gelas-limbah ratarata 38 MPa. Cacat-cacat akan mengakibatkan tegangan-tegangan terlokalisir dan bertindak sebagai daerah awal yang retak. Sebagian besar cacat dalam gelas-limbah terbentuk selama proses. Namun dapat juga terjadi karena adanya panas atau radiasi yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Pada kondisi normal ditemukan adanya keretakan gelas limbah dalam canister dengan luas permukaan rata-rata 0,5 1 cm 2 /g [7]. 4

5 Cacat struktur berupa porositas tertutup (gelembung di dalam), ronggarongga dan kristal-kristal dari bahan yang tidak tervitrifikasi. Adanya cacat ini dapat meningkatkan sedikit luas permukaan, namun hal ini diabaikan jika dibandingkan dengan luas permukaan dari keretakan. Porositas dalam canister ICM dihasilkan dari gas-gas yang terlepas dari dekomposisi kimia anion dalam limbah. Gelembung-gelembung gas tersebut biasanya berdiameter 100 µm dan kurang dari 1% volume bulk gelas-limbah. Gelembung-gelembung gas yang terbentuk dalam canister pada proses CM timbul karena adanya lepasan gas selama vitrifikasi dan dari udara yang masuk selama penuangan. Secara visual porositas yang terbentuk ini tampak sama seperti dalam canister dengan proses ICM. Penuangan (dalam proses CM) juga akan mengakibatkan terbentuknya strings dan rongga. String terbentuk karena laju penuangan yang sangat lambat sedangkan rongga terbentuk karena laju penuangan yang cepat. Rongga juga dapat terbentuk dimana gelas memadat sebelum pengisian ke dalam canister selesai. Cacat ini terjadi karena gelas tidak mempunyai panas sisa yang cukup selama pengisian. Cacat seperti ini memungkinkan untuk dikurangi atau dicegah dengan cara mempertahankan canister pada suhu yang lebih tinggi dengan pengisolasian atau pemanasan tambahan. Pengendalian suhu canister akan lebih baik untuk mengurangi jumlah porositas dan hampir menghilangkan strings dan rongga-rongga [7]. Cacat baik pada proses ICM dan CM dapat juga terjadi selama penyimpanan pada suhu tinggi (> 550 C dan dari pengaruh radiasi). Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kerusakan karena suhu tinggi dapat menyebabkan terjadinya devitrifikasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Devitrifikasi yaitu terbentuknya fase kristal pada gelas-limbah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk fase kristal yang kecil mempunyai sedikit pengaruh pada kekuatan sedangkan untuk fase kristal yang besar dapat menurunkan kekuatan karena terbentuk retak mikro (mikrocracking) [8,9]. Kerusakan radiasi dalam gelas limbah (pada proses ICM dan CM) disebabkan karena pengaruh radiasi alfa. Hasil pengujian menunjukkan bahwa gelas akan mengembang atau mengkerut sampai dengan 1% volume, namun kekuatan masih sama dengan gelas tanpa iradiasi alfa [8]. Inklusi kristal adalah komponen limbah yang tidak larut yang berada dalam fase gelas-limbah. Konsentrasi dari fase inklusi ini dipengaruhi oleh komposisi gelas limbah dan suhu proses. Dari hasil pengujian menyatakan bahwa ditemukan adanya inklusi dalam gelas-limbah namun bukan hal yang nyata dari keretakan. Tegangan termal dan tegangan sisa terjadi dalam gelas limbah baik pada proses ICM maupun pada proses CM. Hal ini sebagai akibat dari proses dan penanganan selanjutnya. Tegangan disebabkan oleh adanya regangan yang berbeda-beda yang timbul dari perbedaan suhu pada gelas. Perbedaan suhu terjadi selama pengisian, pendinginan setelah pengisian dan kapan saja pada saat terjadi perubahan suhu canister akibat perpindahan dari lingkungan yang berlainan. Hal ini dapat menimbulkan keretakan dalam gelas limbah. 5

6 (a) (b) (c) Gambar 3. Devitrifikasi Gelas-Limbah [9] Penjelasan Gambar 3 : Contoh gelas-limbah mengalami pemanasan pada suhu 860 C selama : (a) 3 jam (b) 30 jam (c) 300 jam Noktah hitam pada gambar menunjukkan bagian yang terdevitrifikasi JENIS KERETAKAN Ada beberapa jenis keretakan gelas-limbah dalam canister yang terjadi selama pengisian, pendinginan dan penyimpanan. Jenis keretakan ini juga dipengaruhi oleh posisi gelas-limbah dalam canister. Penyebab utama keretakan gelas-limbah selama pengisian dalam proses CM adalah adanya perbedaan suhu yang tidak merata dan thermal shock dari dinding canister. Pengisian yang tidak merata menyebabkan perbedaan suhu dalam badan utama gelas-limbah. Perbedaan suhu ini kecil sehingga keretakan yang teramati juga kecil. Keretakan dekat dengan dinding canister biasanya beraturan. Pada saat mulai penuangan, gelas akan kontak dengan dinding canister yang dingin, dimana thermal shock akan mengakibatkan keretakan yang terlokalisir, terbentuk lapisan konsentris dengan tebal 2 4 mm dan kedalaman 2 cm. Untuk meminimalkan keretakan yang terlokalisir ini disarankan untuk melakukan pemanasan awal pada canister pada suhu transisi gelas-limbah [6,7]. Pendinginan dari suhu pengisian maupun pendinginan pada suhu penyimpanan setelah pengisian dapat menyebabkan terjadinya keretakan. Keretakan terjadi karena adanya regangan tetap dalam gelas ketika adanya perbedaan suhu sepanjang gelas bersamaan dengan mengerasnya gelaslimbah tersebut. Jika tidak ada perbedaan suhu ketika gelas memadat (seperti pada annealing) tidak terjadi regangan tetap. Jumlah keretakan ini tergantung pada suhu dimana pendinginan dimulai dan laju pendinginannya. 6

7 Profil suhu pendinginan awal dari canister pada proses CM ditunjukkan pada Gambar 4 [6]. Perbedaan suhu pada dekat dinding mempunyai sedikit efek pada gelas yang sudah pecah karena adanya thermal shock. Keretakan baru akan muncul pada lapisan permukaan dengan interval rata-rata 5 10 cm dengan potongan yang lebih besar terdapat pada bagian dekat pusat. Hal ini terjadi jika gelas mendingin secara merata dari suhu sekitar transisi gelas. Dalam hal ini, lapisan gelas mendingin dan mengkerut berada di sekitar pusat yang lebih panas dan ini akan mengakibatkan terjadinya patah yang mendekati simetris. Gambar 4. Profil Penurunan Suhu Dalam Canister [6] Adanya sirip di dalam canister akan menyebabkan keretakan, karena sirip mempunyai koefisien muai yang lebih besar dari gelas limbah sehingga sirip menyusut lebih besar dari gelas. Gelas menempel pada sirip yang akan memperburuk efek keretakan. Gambar 5 menunjukkan retak gelas-limbah dalam canister ICM, dengan pola keretakan simetris di sekitar sirip. Keretakan seperti ini dapat dikurangi dengan membuat disain bahan sirip yang mempunyai koefisien muai yang disesuaikan dengan gelas limbah [5,7]. Gambar 5. Keretakan Gelas-Limbah Dalam Canister ICM [5,10] 7

8 Keparahan keretakan bergantung pada kondisi pendinginan, oleh karena itu annealing dipertimbangkan sebagai sesuatu perbaikan yang akan membatasi kehancuran gelas-limbah. Pendinginan dapat dilakukan dengan laju yang cukup sampai mencapai suhu annealing gelas yaitu C, selanjutnya untuk mencegah kehancuran gelas-limbah maka dilakukan laju pendinginan pada 1 C/jam. KONSEKUENSI DARI KERETAKAN GELAS-LIMBAH Imobilisasi LAT dengan gelas dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan lepasnya radionuklida yang terkandung dalam limbah ke lingkungan. Ada 3 mekanisme yang potensial untuk lepasnya bahan radioaktif ke lingkungan [7], yaitu : Serangan kimia oleh air (pelindihan) Hilangnya partikel-partikel yang sangat halus Penguapan radioisotop-radioisotop tertentu Keretakan gelas limbah dalam canister memungkinkan terjadinya pelindihan dan lepasnya partikel-partikel halus. Akan ditinjau kemungkinan lepasnya bahan radioaktif dari Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif di fasilitas imobilisasi, pengangkutan dan penyimpanan. Fasilitas imobilisasi telah dirancang dengan aman untuk seluruh bahan radioaktif yang berada di dalamnya, sehingga jika terjadi lepasan radioaktif maka akan tetap berada dalam fasilitas, tidak keluar ke lingkungan. Fungsi utama canister adalah untuk mencegah lepasnya bahan radioaktif dari gelas limbah dan untuk mencegah rusaknya gelas limbah selama operasi. Mekanisme lepasnya bahan radioaktif yang memungkinkan adalah karena adanya benturan. Namun demikian sangat tidak mungkin terjadi kerusakan akibat benturan, karena canister telah didisain mampu bertahan dari kejatuhan setinggi 9 meter dengan hasil pengujian menunjukkan bahwa permukaan canister masih tetap utuh. Seandainyapun terjadi kerusakan dan sampai mengakibatkan sejumlah kecil lepasan dalam bentuk partikel, maka lepasan ini akan tetap berada dalam hot cell [7,8]. Canister yang telah berisi gelas-limbah akan diangkut dari fasilitas imobilisasi ke lokasi penyimpanan sementara. Transfer cask didisain untuk dapat melindungi lepasnya bahan radioaktif selama pengangkutan dan jika terjadi kecelakaan pada saat pengangkutan. Sangat dimungkinkan terjadinya lepasan bahan radioaktif dalam pengangkutan yaitu jika terjadi kecelakaan hebat hingga menembus transfer cask. Dalam hal ini mekanisme utama pelepasan bahan radioaktif adalah dispersi dan penguapan partikel partikel yang dapat masuk pernafasan. Penguapan hanya akan terjadi pada suhu dimana gelas meleleh. Oleh karena itu adanya sejumlah keretakan tidak akan berpengaruh. Jumlah partikel yang lepas dan masuk pernafasan yang dapat terdispersi adalah kecil dan berdasarkan pengkajian hal ini sangat tidak 8

9 mungkin terjadi. Hal ini karena di dalam transfer cask masih terdapat canister yang cukup kuat. Hal yang diyakini sampai dengan saat ini adalah bahwa pada penyimpanan lestari, media geologi akan menahan seluruh bahan radioaktif yang masih cukup potensial bagi lingkungan. Penelitian telah banyak dilakukan dengan mempelajari mekanisme terjadinya pelepasan bahan radioaktif. Hal penting dari mekanisme pelepasan ini adalah adanya pelindihan dan pengangkutan bahan radioaktif yang terlindih sepanjang jalur air. Adanya keretakan pada penyimpanan akan berpengaruh terhadap laju pelindihan. Dengan meningkatnya luas permukaan sebagai akibat adanya keretakan maka potensi terjadinya pelindihan akan semakin besar. Pada awalnya sebagian besar gelas tidak langsung kontak dengan air, sehingga tidak mengalami pelindihan. Setelah periode yang panjang maka canister tidak akan bertahan lama dalam melindungi gelas sehingga banyak permukaan gelas yang akan terbuka. Air mempunyai jalan difusi sepanjang retakan-retakan diantara gelas, oleh karena itu laju pelepasan akan semakin meningkat dengan bertambahnya waktu. Sebagian besar daerah permukaan terbuka adalah partikel-partikel kecil sejumlah 1% berat total gelas dan berada dekat dinding canister, sehingga partikel-partikel inilah yang berpotensi terlindih keluar dan 99% berat gelas lainnya akan tetap utuh untuk periode waktu yang lebih lama [7,10]. KESIMPULAN Gelas telah dipakai dalam skala industri untuk imobilisasi LAT di beberapa negara maju. Proses imobilisasi dapat dilakukan dengan proses ICM dan CM. Adanya keretakan dalam gelas limbah perlu diperhatikan karena memungkinkan terjadinya penurunan kualitas gelas limbah. Pada kondisi normal ditemukan adanya keretakan gelas limbah dalam canister dengan luas permukaan rata-rata 0,5 dan 1 cm 2 /g. Cacat-cacat dalam gelas limbah dapat berupa porositas tertutup, rongga-rongga, kristal, strings dan inklusi kristal. Cacat yang berupa porositas tertutup, rongga dan kristal dari bahan yang tidak tervitrifikasi baik pada proses ICM maupun CM dapat diabaikan, karena hanya sedikit meningkatkan luas permukaan. Strings merupakan cacat yang timbul pada proses penuangan gelas limbah pada proses CM. Cacat ini dapat dikurangi dengan mempertahankan canister pada suhu yang lebih tinggi dengan pengisolasian atau pemanasan tambahan. Cacat dapat timbul selama penyimpanan gelas limbah pada suhu tinggi (> 550 C) dan dari pengaruh radiasi alfa. Suhu tinggi dapat mengakibatkan devitrifikasi, sedangkan radiasi alfa dapat mengakibatkan gelas limbah mengembang atau mengkerut. Namun hal ini tidak mempengaruhi kekuatan gelas limbah. Adanya tegangan termal dan tegangan sisa dalam gelas limbah juga dapat menimbulkan keretakan. Penyebab utama keretakan gelas limbah selama proses pengisian adalah perbedaan suhu yang tidak merata dan thermal shock dari dinding canister. Hal ini mengakibatkan terjadinya keretakan yang terlokalisir. Untuk meminimalkan keretakan ini maka disarankan sebelum pengisian dilakukan pemanasan awal pada suhu transisi gelas limbah. 9

10 Pendinginan dari suhu pengisian akan mengakibatkan terjadinya keretakan. Pada proses ICM gelas bereaksi dan terikat pada dinding canister, sehingga adanya proses pendinginan akan berakibat keretakan terlokalisir yang berat. Hal ini diperparah dengan adanya sirip yang berada di dalam canister. Mekanisme potensial untuk lepasnya bahan radioaktif ke lingkungan akibat adanya retakan adalah serangan kimia oleh air (pelindihan), hilangnya partikel-partikel yang sangat halus dan penguapan radioisotop tertentu. Dalam fasilitas imobilisasi adanya canister cukup melindungi gelas limbah yang ada di dalamnya. Kemungkinan lepasnya bahan radioaktif dari fasilitas ini akibat adanya benturan. Dalam pengangkutan gelas limbah dari fasilitas imobilisasai ke tempat penyimpanan dimungkinkan terjadinya kecelakaan. Adanya transfer cask yang didisain sedemikian kuat sehingga mampu melindungi canister yang berisi gelas limbah didalamnya. Dalam fasilitas penyimpanan, pelepasan bahan radioaktif dimungkinkan jika telah terjadi kerusakan overpack dan canister yang mengakibatkan timbulnya permukaan yang terbuka sebesar 1% berat total gelas limbah. Partikel-partikel inilah yang akan terlepas dan terlindih keluar. DAFTAR PUSTAKA 1. IAEA; Chemical Durability and Related Properties of Solidified High Level Waste Form, Technical Report Series No. 257, IAEA, Viena, POTTIER P., Criteria for High Level Waste Disposal and Characterization of Barrier, Proceeding of The International Seminar on Chemistry and Process Engineering for High Level liquid Waste Solidification, Frankfurt, MARTONO, H., Training Report on Treatment of High Level Liquid Waste and Characterization of Waste Glass, PNC, Jepang, MARTONO, H. dan AISYAH; Kajian Pengelolaan Limbah Aktivitas Tinggi dan Transuranium dari Iradiasi Bahan Bakar, Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI P2TBDU-BATAN, Jakarta, H.T. BLAIR; Vitrification of Nuclear Waste Calcines by In Can Melting, Pacific Northwest Laboratories, Richland, C.C. CHAPMAN and J.L. BUELT; The Use of Continous Glass Melter in Immobilization of Radioactive Defence Waste, PNS-SA-6867, Pacific Northwest Laboratories, Richland, S.C. SLATE, L.R. BUNNELL, et al; Stresses And Cracking In High-Level Waste Glass, Presented at the Nuclear Regulatory Commission Conference, Colorado, MARTONO, H. dan AISYAH; Efek Radiasi Terhadap Gelas-Limbah Hasil Vitrifikasi, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, P3TM-BATAN, Yogyakarta, AISYAH dan MARTONO, H.; Penentuan Devitrifikasi Gelas-Limbah Secara Mikroskop Optik; Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN, Yogyakarta, D & ME; Solidification cracking of Glass in Stainless Steel Canister, PNL,

PENGOLAHAN LIMBAH AKTIVITAS TINGGI DENGAN GELAS FOSFAT

PENGOLAHAN LIMBAH AKTIVITAS TINGGI DENGAN GELAS FOSFAT ARTIKEL PENGOLAHAN LIMBAH AKTIVITAS TINGGI DENGAN GELAS FOSFAT Herlan Martono, Aisyah Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK. PENGOLAHAN LIMBAH AKTIVITAS TINGGI DENGAN GELAS FOSFAT. Limbah cair

Lebih terperinci

GLASS FRIT DAN POLIMER UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH SKALA INDUSTRI.

GLASS FRIT DAN POLIMER UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH SKALA INDUSTRI. GLASS FRIT DAN POLIMER UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH SKALA INDUSTRI. ABSTRAK Herlan Martono Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN GLASS FRIT DAN POLIMER UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH

Lebih terperinci

PENGARUH RADIASI TERHADAP GELAS LIMBAH HASIL VITRIFIKASI LIMBAH AKTIVITAS TINGGI RADIATION EFFECT ON WASTE GLASS FROM HIGH LEVEL WASTE VITRIFICATION

PENGARUH RADIASI TERHADAP GELAS LIMBAH HASIL VITRIFIKASI LIMBAH AKTIVITAS TINGGI RADIATION EFFECT ON WASTE GLASS FROM HIGH LEVEL WASTE VITRIFICATION POSTER PENGARUH RADIASI TERHADAP GELAS LIMBAH HASIL VITRIFIKASI LIMBAH AKTIVITAS TINGGI RADIATION EFFECT ON WASTE GLASS FROM HIGH LEVEL WASTE VITRIFICATION Herlan Martono, Aisyah Pusat Teknologi Limbah

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI Herlan Martono, Wati, Nurokhim Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

TAHANAN JENIS GELAS-LIMBAH DAN KAPASITAS PANAS UNTUK OPERASI MELTER PADA VITRIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI

TAHANAN JENIS GELAS-LIMBAH DAN KAPASITAS PANAS UNTUK OPERASI MELTER PADA VITRIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI TAHANAN JENIS GELAS-LIMBAH DAN KAPASITAS PANAS UNTUK OPERASI MELTER PADA VITRIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI ABSTRAK Wati *) TAHANAN JENIS GELAS-LIMBAH DAN KAPASITAS PANAS UNTUK OPERASI MELTER PADA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia dan dipersiapkan secara optimal adalah masalah pengelolaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DAN GELAS-LIMBAH

KARAKTERISTIK PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DAN GELAS-LIMBAH Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 10 Nomor 1 Juli 2007 (Volume 10, Number 1, July, 2007) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive

Lebih terperinci

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI RINGKASAN Limbah radioaktif aktivitas tinggi yang dihasilkan dari proses olah ulang bahan bakar bekas dipadatkan (solidifikasi) dalam bentuk blok

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LIMBAH HASIL IMOBILISASI DALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN.

KARAKTERISTIK LIMBAH HASIL IMOBILISASI DALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN. KARAKTERISTIK LIMBAH HASIL IMOBILISASI DALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN Aisyah, Herlan Martono Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK KARAKTERISTIK LIMBAH HASIL IMOBILISASI DALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN.

Lebih terperinci

ROTARY CALCINER-METALLIC MELTER DAN SLURRY-FED CERAMIC MELTER UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI

ROTARY CALCINER-METALLIC MELTER DAN SLURRY-FED CERAMIC MELTER UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI 56 ISSN 0216-3128 Herlan Martono, Aisyah ROTARY CALCINER-METALLIC MELTER DAN SLURRY-FED CERAMIC MELTER UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI Herlan Martono, Aisyah Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DAN KANDUNGAN LIMBAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR GELAS LIMBAH

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DAN KANDUNGAN LIMBAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR GELAS LIMBAH Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 13 Nomor 2 Desember 2010 (Volume 13, Number 2, December, 2010) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HASIL KONDISIONING LIMBAH RADIOAKTIF UNTUK KESELAMATAN PENYIMPANAN CHARACTERISTICS OF CONDISIONED RADIOACTIVE WASTE FOR DISPOSAL SAFETY

KARAKTERISTIK HASIL KONDISIONING LIMBAH RADIOAKTIF UNTUK KESELAMATAN PENYIMPANAN CHARACTERISTICS OF CONDISIONED RADIOACTIVE WASTE FOR DISPOSAL SAFETY KARAKTERISTIK HASIL KONDISIONING LIMBAH RADIOAKTIF UNTUK KESELAMATAN PENYIMPANAN CHARACTERISTICS OF CONDISIONED RADIOACTIVE WASTE FOR DISPOSAL SAFETY Aisyah Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, Badan Tenaga

Lebih terperinci

PE GARUH KO DISI PE YIMPA A DA AIR TA AH TERHADAP LAJU PELI DIHA RADIO UKLIDA DARI HASIL SOLIDIFIKASI

PE GARUH KO DISI PE YIMPA A DA AIR TA AH TERHADAP LAJU PELI DIHA RADIO UKLIDA DARI HASIL SOLIDIFIKASI PE GARUH K DISI PE YIMPA A DA AIR TA AH TERHADAP LAJU PELI DIHA RADI UKLIDA DARI HASIL SLIDIFIKASI Herlan Martono, Wati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK PE GARUH K DISI PE YIMPA A DA AIR

Lebih terperinci

RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR

RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR RINGKASAN Selama beropersinya reaktor nuklir, pelet bahan bakar mengalami iradiasi neutron pada suhu tinggi dan memproduksi produk fisi. Akibatnya pelet

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

PENENTUAN KEKENTALAN GELAS-LIMBAH UNTUK KARAKTERISASI PROSES VITRIFIKASI.

PENENTUAN KEKENTALAN GELAS-LIMBAH UNTUK KARAKTERISASI PROSES VITRIFIKASI. PENENTUAN KEKENTALAN GELAS-LIMBAH UNTUK KARAKTERISASI PROSES VITRIFIKASI. WATI, HERLAN MARTONO Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 15310, Banten Telp. 021.7563142,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KETAHANAN KOROSI WADAH LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RENDAH DAN TINGGI

KARAKTERISTIK KETAHANAN KOROSI WADAH LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RENDAH DAN TINGGI KARAKTERISTIK KETAHANAN KOROSI WADAH LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RENDAH DAN TINGGI Aisyah PTLR-BATAN, Kawsan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15310 Abstrak KARAKTERISTIK KETAHANAN KOROSI WADAH LIMBAH

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT CALON WADAH LlMBAH AKTIVITAS TINGGI

KARAKTERISTIK SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT CALON WADAH LlMBAH AKTIVITAS TINGGI KARAKTERISTIK SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT CALON WADAH LlMBAH AKTIVITAS TINGGI Aisyah, Herlan Martono Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif -BATAN ABSTRAK KARAKTERISTIK SAMBUNGAN LAS BAJA

Lebih terperinci

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar (ditunjukkan dalam skema di Gambar A.1) proses pengelolaan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN KETAHANAN KIMIA HASIL VITRIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN GLASSFRITS ABU BATUBARA. Disusun oleh : Ratna Budiarti

LEMBAR PENGESAHAN KETAHANAN KIMIA HASIL VITRIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN GLASSFRITS ABU BATUBARA. Disusun oleh : Ratna Budiarti LEMBAR PENGESAHAN KETAHANAN KIMIA HASIL VITRIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN GLASSFRITS ABU BATUBARA Disusun oleh : Ratna Budiarti 2108 0110 4000 40 Mengetahui Komisi Pembimbing Pembimbing Utama Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di dunia, yang menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang besar. PLTN

Lebih terperinci

MELTER PEMANAS INDUKSI DAN JOULE UNTUK VITRIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI DENGAN GELAS BOROSILIKAT

MELTER PEMANAS INDUKSI DAN JOULE UNTUK VITRIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI DENGAN GELAS BOROSILIKAT MELTER PEMANAS INDUKSI DAN JOULE UNTUK VITRIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI DENGAN GELAS BOROSILIKAT Herlan Martono PTLR-BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15310 Abstrak MELTER PEMANAS

Lebih terperinci

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF RINGKASAN Jenis dan tingkat radioaktivitas limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian fasilitas nuklir bervariasi, oleh karena itu diperlukan proses penyimpanan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PENDUKUNG INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

PENGOLAHAN LIMBAH PENDUKUNG INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF PENGOLAHAN LIMBAH PENDUKUNG INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF ABSTRAK Herlan Martono, Aisyah, Wati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif PENGOLAHAN LIMBAH PENDUKUNG INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF.

Lebih terperinci

PENGARUH RADIASI DAN PANAS TERHADAP KARAKTERISTIK GELAS-LIMBAH, NEW CERAMS, DAN SYNROC-LIMBAH

PENGARUH RADIASI DAN PANAS TERHADAP KARAKTERISTIK GELAS-LIMBAH, NEW CERAMS, DAN SYNROC-LIMBAH PENGARUH RADIASI DAN PANAS TERHADAP KARAKTERISTIK GELAS-LIMBAH, NEW CERAMS, DAN SYNROC-LIMBAH HERLAN MARTONO Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 15310, Banten Telp.

Lebih terperinci

TERHADAP GELAS LIMBAH HASIL

TERHADAP GELAS LIMBAH HASIL EFEK RADIASI VITRIFlKASI TERHADAP GELAS LIMBAH HASIL Berlan Martono dad Aisyah Pusat Pengembangan dan Pengolahan Limbah Radio Aktif BATAN. Se1pong ABSTRACT 1c,?~jj:1., i EFEK RADIASI TERHADAP GELAS LIMBAH

Lebih terperinci

PENGARUH KlO, LilO DAN CaO P ADA KUALITAS LIMBAH HASIL VITRIFlKASI

PENGARUH KlO, LilO DAN CaO P ADA KUALITAS LIMBAH HASIL VITRIFlKASI ,. PENGARUH KlO, LilO DAN CaO P ADA KUALITAS LIMBAH HASIL VITRIFlKASI -- 12. Aisyah, Herlan Martono P2TLR-BATAN ABSTRAK PENGARUH K20, LhO DAN CaD PADA KUALITAS LlMBAH HASIL VITRIFIKASI. Gelas borosilikat

Lebih terperinci

pekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi

pekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi DEFINISI Penghalang (barrier). Suatu penghalang fisik yang mencegah atau menunda pergerakan (misalnya migrasi) radionuklida atau bahan lain diantara komponenkomponen dalam sistem. Penghalang, ganda (barrier,

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

PERBANDINGAN VITRIFIKASI DAN PEMISAHAN KONDISIONING UNTUK PENGOLAHAN LlMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI.

PERBANDINGAN VITRIFIKASI DAN PEMISAHAN KONDISIONING UNTUK PENGOLAHAN LlMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI. Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852-2979 ABSTRAK. PERBANDINGAN VITRIFIKASI DAN PEMISAHAN KONDISIONING UNTUK PENGOLAHAN LlMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI. Herlan Martono, Aisyah Pusat Teknologi

Lebih terperinci

Subiarto, Herlan Martono

Subiarto, Herlan Martono Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693-7902 ASPEK KESELAMATAN PENGGUNAAN CANISTER SEBAGAI W ADAH GELAS - LIMBAH Subiarto, Herlan Martono Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 196 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester

Lebih terperinci

NS., Wahjuni 1 Aisyah 2 Agus Widodo 3

NS., Wahjuni 1 Aisyah 2 Agus Widodo 3 PENGOLAHAN LIMBAH CsCl dan CeO 2 SEBAGAI PENGGANTI LIMBAH PADAT TRANSURANIUM HASIL SAMPING PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI NS., Wahjuni 1 Aisyah 2 Agus Widodo 3 Abstract:

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU LAYANG SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK GELAS PADA VITRIFIKASI LIMBAH CAIR TINGKAT TINGGI

PEMANFAATAN ABU LAYANG SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK GELAS PADA VITRIFIKASI LIMBAH CAIR TINGKAT TINGGI Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 17 Nomor 2, Desember 2014 (Volume 17, Number 2, December, 2014) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Center

Lebih terperinci

PERUBAHAN KOMPOSISI BAHAN PEMBENTUK GELAS PADA KARAKTERISTIK GELAS-LIMBAH

PERUBAHAN KOMPOSISI BAHAN PEMBENTUK GELAS PADA KARAKTERISTIK GELAS-LIMBAH Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 15 Nomor 2, Desember 2012 (Volume 15, Number 2, December, 2012) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive

Lebih terperinci

PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF

PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF Husen Zamroni, R. Sumarbagiono, Subiarto, Wasito Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PRARANCANGAN SISTEM

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HASIL SAMPING PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HASIL SAMPING PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 10 Nomor 2 Desember 2007 (Volume 10, Number 2, December, 2007) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan. Silika

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan. Silika Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan Silika 1 Glass transition adalah transisi yang bersifat reversibel pada bahan amorphous dari keadaan keras/kaku menjadi bersifat cair/plastis. Temperature dimana terjadi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN VITRIFIKASI DAN SUPER HIGH TEMPERATURE METHOD UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI

PERBANDINGAN VITRIFIKASI DAN SUPER HIGH TEMPERATURE METHOD UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI Herlan Martono, dkk. ISSN 216-3128 1 PERBANDINGAN VITRIFIKASI DAN SUPER HIGH TEMPERATURE METHOD UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI Herlan Martono, Aisyah Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH Winduwati S., Suparno, Kuat, Sugeng Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING. Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING. Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA

Lebih terperinci

PERANAN KARBON PADA KETAHANAN KOROSI BAJA TAHAN KARAT'SEBAGAI WADAH LIMBAH AKTIVITAS TINGGI1. Aisyah2.Ari Handayani3.

PERANAN KARBON PADA KETAHANAN KOROSI BAJA TAHAN KARAT'SEBAGAI WADAH LIMBAH AKTIVITAS TINGGI1. Aisyah2.Ari Handayani3. -..,."., U""'" Prosiding Pertemuan IImiah Sains Materi 1996 PERANAN KARBON PADA KETAHANAN KOROSI BAJA TAHAN KARAT'SEBAGAI WADAH LIMBAH AKTIVITAS TINGGI1 Aisyah2.Ari Handayani3.Nusin Samosir' ABSTRAK PERANAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENDINGINAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBAGUNA SIWABESSY DI KOLAM PENYIMPANAN SEMENTARA

OPTIMALISASI PENDINGINAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBAGUNA SIWABESSY DI KOLAM PENYIMPANAN SEMENTARA OPTIMALISASI PENDINGINAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBAGUNA SIWABESSY DI KOLAM PENYIMPANAN SEMENTARA ABSTRAK Kuat Heriyanto, Nurokhim Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN OPTIMALISASI PENDINGINAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT Isman MT., dkk. ISSN 0216-3128 1 MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT Isman MT, Ign Djoko S., Sukosrono, Endro K Puslitbang Teknologi Maju BATAN ABSTRAK MEMPELAJARI

Lebih terperinci

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP KETAHANAN KOROSI WADAH GELAS - LIMBAH DALAM PENYIMPANAN LESTARI

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP KETAHANAN KOROSI WADAH GELAS - LIMBAH DALAM PENYIMPANAN LESTARI Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 10 Nomor 1 Juli 2007 (Volume 10, Number 1, July, 2007) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN BETON PASCABAKAR DENGAN METODE NUMERIK

ANALISIS KEKUATAN BETON PASCABAKAR DENGAN METODE NUMERIK ANALISIS KEKUATAN BETON PASCABAKAR DENGAN METODE NUMERIK Yuzuar Afrizal Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu Jl. Raya

Lebih terperinci

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Lecture Presentation NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY By : NANIK DWI NURHAYATI, S,Si, M.Si Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri dan teknologi saat ini khususnya industri logam dan konstruksi, semakin hari semakin memacu arah pemikiran manusia untuk lebih meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI LlMBAH HASIL SEMENTASI. Siswanto Hadi, Mardini, Suparno Pusat Teknologi Umbah Radioa~,tif, BATAN

KARAKTERISASI LlMBAH HASIL SEMENTASI. Siswanto Hadi, Mardini, Suparno Pusat Teknologi Umbah Radioa~,tif, BATAN Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852-2979 KUALITAS KARAKTERISASI LlMBAH HASIL SEMENTASI Siswanto Hadi, Mardini, Suparno Pusat Teknologi Umbah Radioa~,tif, BATAN ABSTRAK KARAKTERISASI

Lebih terperinci

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA PENDAHULUAN Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara

Lebih terperinci

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI Endro Kismolo, Tri Suyatno, Nurimaniwathy -BATAN, Yogyakarta Email : ptapb@batan.go.id ABSTRAK PREPARASI LIMBAH

Lebih terperinci

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Telah dilakukan analisis limbah

Lebih terperinci

RISET PROSES PELELEHAN TERAS SAAT KECELAKAAN PARAH

RISET PROSES PELELEHAN TERAS SAAT KECELAKAAN PARAH RISET PROSES PELELEHAN TERAS SAAT KECELAKAAN PARAH RINGKASAN Kecelakaan yang terjadi pada reaktor Three Mile Island No.2 (TMI-2) di Amerika Serikat pada bulan Maret 1979, telah mengakibatkan sekitar separuh

Lebih terperinci

DEVITRIFIKASI GELAS LIMBAH DAN KOROSI CANISTER DALAM STORAGE DAN DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF

DEVITRIFIKASI GELAS LIMBAH DAN KOROSI CANISTER DALAM STORAGE DAN DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF DEVITRIFIKASI GELAS LIMBAH DAN KOROSI CANISTER DALAM STORAGE DAN DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF Aisyah Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Kawasan Puspiptek Serpong-Tangerang 15310 ABSTRAK DEVITRIFIKASI

Lebih terperinci

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM 3.1. Siklus Bahan Bakar Nuklir Siklus bahan bakar nuklir (nuclear fuel cycle) adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

PERBANDINGAN IMOBILISASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI DENGAN METODE SYNROC DAN METODE TEMPERATUR SUPER TINGGI

PERBANDINGAN IMOBILISASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI DENGAN METODE SYNROC DAN METODE TEMPERATUR SUPER TINGGI Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 10 Nomor 1 Juli 2007 (Volume 10, Number 1, July, 2007) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive

Lebih terperinci

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI Lilis Windaryati, Ngatijo dan Agus Sartono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses peleburan logam. Slag berupa residu atau limbah, wujudnya berupa gumpalan logam, berkualitas

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN GETARAN MEKANIK VERTIKAL TERHADAP PEMBENTUKAN SEGREGASI MAKRO PADA PADUAN EUTEKTIK Sn Bi

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN GETARAN MEKANIK VERTIKAL TERHADAP PEMBENTUKAN SEGREGASI MAKRO PADA PADUAN EUTEKTIK Sn Bi STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN GETARAN MEKANIK VERTIKAL TERHADAP PEMBENTUKAN SEGREGASI MAKRO PADA PADUAN EUTEKTIK Sn Bi Zaneta Zhafirah, Yeni Muriani Zulaida, ST., MT., Anistasia Milandia, ST., MT. Jurusan

Lebih terperinci

PERUBAHAN KOMPOSISI BAHAN PEMBENTUK GELAS TERHADAP KARAKTERISTIK GELAS LIMBAH

PERUBAHAN KOMPOSISI BAHAN PEMBENTUK GELAS TERHADAP KARAKTERISTIK GELAS LIMBAH Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086 PERUBAHAN KOMPOSISI BAHAN PEMBENTUK GELAS TERHADAP KARAKTERISTIK GELAS LIMBAH ABSTRAK Aisyah Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PERUBAHAN KOMPOSISI

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI ABSTRAK OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI Kuat Heriyanto, Sucipta, Untara. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa negara-negara di dunia selalu membutuhkan dan harus memproduksi energi dalam jumlah yang

Lebih terperinci

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton adalah campuran antara semen portland, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan atau tanpa bahan-tambah sehingga membentuk massa padat. Dalam adukan beton, semen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan beberapa pengujian dengan tujuan mengetahui hasil pengelasan preheat setelah PWHT, pengujian yang

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI MEDIA NH 4 OH TERHADAP BENTUK FASE GEL DAN KARAKTERISASI SETELAH PEMANASAN

PENGARUH KONSENTRASI MEDIA NH 4 OH TERHADAP BENTUK FASE GEL DAN KARAKTERISASI SETELAH PEMANASAN ISSN 14106957 Akreditasi No. 129/AkredLIPI/P2MBI/06/2008 PENGARUH KONSENTRASI MEDIA NH 4 OH TERHADAP BENTUK FASE GEL DAN KARAKTERISASI SETELAH PEMANASAN Indra Suryawan, Sri Rinanti Susilowati Pusat Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

KERUSAKAN REFRAKTORI

KERUSAKAN REFRAKTORI Dr.-Ing. Ir. Bambang Suharno Kerusakan Refraktori Refraktori memiliki peranan penting dlm proses temp. tinggi Akibat kondisi operasi yang tak terkendali service life refraktori tidak maksimum produksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Material Rockwool. Dalam studi kali ini, material rockwool sebelum digunakan sebagai bahan isolasi termal dalam tungku peleburan logam ialah dengan cara membakar

Lebih terperinci

PEMADATAN RESIN PENUKAR ION BEKAS YANG MENGANDUNG LIMBAH CAIR TRANSURANIUM SIMULASI DENGAN EPOKSI

PEMADATAN RESIN PENUKAR ION BEKAS YANG MENGANDUNG LIMBAH CAIR TRANSURANIUM SIMULASI DENGAN EPOKSI PEMADATAN RESIN PENUKAR ION BEKAS YANG MENGANDUNG LIMBAH CAIR TRANSURANIUM SIMULASI DENGAN EPOKSI Wati, Gustri Nurliati, Mirawati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK PEMADATAN RESIN PENUKAR

Lebih terperinci

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA Sahat M. Panggabean, Yohan, Mard!ni Pusat Pengembangan Pengelolaan Lirl1bah Radioaktif ABSTRAK, UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Airlangga, Laboratorium Dasar Bersama

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA Firmansyah, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: firman_bond007@yahoo.com

Lebih terperinci

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan. /BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air (PBI-2,1971). Seiring dengan penambahan umur, beton akan

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-73 Analisis Perbandingan Pelat ASTM A36 antara di Udara Terbuka dan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat Yanek Fathur Rahman,

Lebih terperinci

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zirkonium dioksida (ZrO 2 ) atau yang disebut dengan zirkonia adalah bahan keramik maju yang penting karena memiliki kekuatannya yang tinggi dan titik lebur

Lebih terperinci

METALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh

METALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh METALURGI SERBUK By : Nurun Nayiroh Metalurgi serbuk adalah metode yang terus dikembangkan dari proses manufaktur yang dapat mencapai bentuk komponen akhir dengan mencampurkan serbuk secara bersamaan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR ARTIKEL STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR Gangsar Santoso Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK

Lebih terperinci

MATERIAL UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIF DALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN

MATERIAL UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIF DALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 MATERIAL UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIF DALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN ISSN 1693-7902 I Herlan Martono, Aisyah Pusat

Lebih terperinci

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR RINGKASAN Meskipun terjadi kecelakaan kehilangan air pendingin ( Loss Of Coolant Accident, LOCA), seandainya bundel bahan bakar dapat

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS VISUAL PENDINGINAN ALIRAN DUA FASA MENGGUNAKAN KAMERA KECEPATAN TINGGI ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS VISUAL PENDINGINAN ALIRAN DUA FASA MENGGUNAKAN KAMERA KECEPATAN TINGGI ABSTRAK ABSTRACT ANALISIS VISUAL PENDINGINAN ALIRAN DUA FASA MENGGUNAKAN KAMERA KECEPATAN TINGGI Ainur Rosidi, G. Bambang Heru, Kiswanta Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK ANALISIS VISUAL PENDINGINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK BAHAN Tabel 4.1 Perbandingan karakteristik bahan. BAHAN FASA BENTUK PARTIKEL UKURAN GAMBAR SEM Tembaga padat dendritic

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007 PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007 S u n a r d i Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN ABSTRAK PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi nuklir yang semakin berkembang dewasa ini telah banyak digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit energi, industri, pertanian,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH URANIUM CAIR DENGAN ZEOLIT MURNI DAN H-ZEOLIT SERTA SOLIDIFIKASI DENGAN POLIMER EPOKSI

PENGOLAHAN LIMBAH URANIUM CAIR DENGAN ZEOLIT MURNI DAN H-ZEOLIT SERTA SOLIDIFIKASI DENGAN POLIMER EPOKSI PENGOLAHAN LIMBAH URANIUM CAIR DENGAN ZEOLIT MURNI DAN H-ZEOLIT SERTA SOLIDIFIKASI DENGAN POLIMER EPOKSI ABSTRAK Yusuf Damar Jati*), Herlan Martono**), Junaidi**) Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah industri baja. Peningkatan jumlah industri di bidang ini berkaitan dengan tingginya kebutuhan

Lebih terperinci

KAJIAN KESELAMATAN PENYIMPANAN LlMBAH THORIUM DARI PABRIK KAOS LAMPU

KAJIAN KESELAMATAN PENYIMPANAN LlMBAH THORIUM DARI PABRIK KAOS LAMPU Hasi/ Penelilian dan Kegiatan PTLR Ta/llm 2006 ISSN 0852-2979 KAJIAN KESELAMATAN PENYIMPANAN LlMBAH THORIUM DARI PABRIK KAOS LAMPU Untara Pusat Teknologi Limbah Radiokatif, BAT AN ABSTRAK KAJIAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT MEKANIK TULANGAN BETON PASCA BAKAR (SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN MATA KULIAH BAHAN BANGUNAN DAN STRUKTUR BETON) Agus Santoso

ANALISIS SIFAT MEKANIK TULANGAN BETON PASCA BAKAR (SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN MATA KULIAH BAHAN BANGUNAN DAN STRUKTUR BETON) Agus Santoso ANALISIS SIFAT MEKANIK TULANGAN BETON PASCA BAKAR (SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN MATA KULIAH BAHAN BANGUNAN DAN STRUKTUR BETON) Agus Santoso (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY) ABSTRAK

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT. Gunandjar. Gunandjar ISSN Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN,

ABSTRAK ABSTRACT. Gunandjar. Gunandjar ISSN Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN, Gunandjar ISSN 0216-3128 69 PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RADIOAKTIF ALFA YANG MENGANDUNG PLUTONIUM DAN URANIUM DENGAN ADSORPSI MENGGUNAKAN ADSORBEN SERAT KARBON AKTIF DAN PROSES PEMBAKARAN Gunandjar Pusat Teknologi

Lebih terperinci

RISET KEUTUHAN PENGUNGKUNG REAKTOR SAAT TERJADI KECELAKAAN PARAH

RISET KEUTUHAN PENGUNGKUNG REAKTOR SAAT TERJADI KECELAKAAN PARAH RISET KEUTUHAN PENGUNGKUNG REAKTOR SAAT TERJADI KECELAKAAN PARAH RINGKASAN Pengungkung (containment) reaktor nuklir adalah dinding pelindung terluar yang mencegah emisi produk belah (Fision Product, FP)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengecoran Hasil penelitian tentang pembuatan poros berulir (Screw) berbahan dasar 30% Aluminium bekas dan 70% piston bekas dengan penambahan unsur 2,5% TiB. Pembuatan

Lebih terperinci