RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR
|
|
- Yohanes Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR RINGKASAN Selama beropersinya reaktor nuklir, pelet bahan bakar mengalami iradiasi neutron pada suhu tinggi dan memproduksi produk fisi. Akibatnya pelet bahan bakar mengalami pemuaian panas, pengerutan, akumulasi dan emisi gas produk fisi, penggembungan (swelling) dan lain-lainnya. Di dalam kondisi radiasi tinggi terjadi interaksi mekanis antara pelet dan kelongsong bahan bakar akibat pemuaian bahan bakar. Interaksi tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan batang bahan bakar berupa retak karena korosi-tegangan (Stress Corrosion Cracking=SCC) dan lain-lain, yang disebut kerusakan Interaksi Pelet-Kelongsong (PCI=Pellet Clad Interaction). Dewasa ini dengan adanya inovasi pelet dan kelongsong, kerusakan akibat PCI dapat dikurangi. Selain itu, seiring dengan berlangsungnya proses pembakaran, bentuk dan struktur pelet bahan bakar mengalami perubahan, sehingga memberikan efek pada karakteristik pembakaran. URAIAN Pelet bahan bakar merupakan keramik berbentuk silinder (diameter 8~10 mm, panjang kira-kira 10 mm) yang dibuat dari proses sinterisasi serbuk UO 2 berdiameter sekitar 10 mm, dengan konsentrasi U-235 sekitar 3~4% untuk reaktor air ringan. Selama pengoperasian reaktor terjadi reaksi fisi U-235 yang menghasilkan produk fisi dan panas di dalam pelet bahan bakar. Pengungkungan produk fisi di dalam batang bahan bakar ini, sangat penting dalam aspek keselamatan. Di dalam pelet bahan bakar, produk fisi terakumulasi dan terbentuk unsur ultra uranium akibat terserapnya neutron. Pelet bahan bakar ini, dalam kondisi radiasi tinggi mengalami perubahan-perubahan seperti pengerutan, pemuaian panas, akumulasi dan emisi produk fisi berbentuk gas dan penggembungan. Selain itu, seiring dengan berlangsungnya proses pembakaran, bentuk dan struktur pelet bahan bakar mengalami perubahan, sehingga memberikan efek pada karakteristik pembakaran. 1. PENGERUTAN Pengerutan adalah fenomena kontraksi pada pelet bahan bakar akibat iradiasi neutron, di awal operasi yang fraksi bakarnya mencapai sekitar 10 MWd/kgU (kira-kira setara dengan iradiasi satu tahun di dalam reaktor nuklir). Dahulu, akibat pengerutan ini, terdapat masalah seperti pembentukan celah arah aksial, pecahnya kelongsong pada bagian celah di dalam batang bahan bakar (khususnya bahan bakar PWR) dan kenaikan suhu pembakaran akibat meningkatnya celah ke arah radial. Dewasa ini, dengan pemakaian pelet berkerapatan tinggi (kerapatan teoritis lebih dari 95%) dan perbaikan suhu sintering, serta pemakaian batang bahan bakar PWR model pre-pressurized, maka masalah yang berhubungan dengan pengerutan dapat diatasi. 2. PEMUAIAN TERMAL PELET DAN KERUSAKAN AKIBAT PCI Karena UO 2 memiliki konduktivitas panas yang kecil, maka pada saat operasi daya tinggi, suhu titik tengah pelet menjadi tinggi dan menyebabkan terjadinya pemuaian termal pelet. Hal ini mengakibatkan penyempitan celah ke arah radial dan terjadi interaksi mekanis antara pelet dan kelongsong (PCMI=Pellet Clad Mechanical Interaction), sehingga timbul tegangan (stress) pada kelongsong. Dalam lingkungan iradiasi dengan fraksi bakar (burn up) lebih dari 10 MWd/kgU dan kondisi produk fisi yang terakumulasi bersifat korosif, maka kenaikan daya batang bahan bakar akan menyebabkan PCMI yang kuat. Produk fisi korosif akan mengakibatkan brittle crack pada kelongsong, sehingga batang bahan bakar mengalami kerusakan PCI. Mekanisme kerusakan PCI ini dikenal sebagai Stress Corrssion Cracking (SCC). Produk fisi korosif yang mengakibatkan SCC diduga adalah unsur iodium. Selain SCC, mekanisme lain kerusakan PCI adalah proses perapuhan kelongsong akibat iradiasi, atau perubahan struktur kelongsong. Untuk mencegah kerusakan PCI, dilakukan inovasi bahan bakar (memperkecil batang bahan bakar, memperbaiki bentuk pelet seperti bentuk piring atau chanfer, dan menggunakan kelongsong dengan Zirconium Liner) dan inovasi prosedur pengoperasian reaktor nuklir (Pre-Conditioning Interim Operating Management Recommendation: PCIOMR). Melalui dua inovasi ini kerusakan bahan bakar akibat PCI ini secara prinsip dapat diatasi. Ensiklopedi Teknologi Nuklir Batan 1/10
2 3. EMISI GAS PRODUK FISI DAN SWELLING Seiring dengan meningkatnya fraksi bakar, produk fisi akan terakumulasi di dalam pelet. Secara garis besar produk fisi ini dibedakan menjadi gas mulia (noble gas), zat volatil, dan zat padat. Gas mulia produk fisi yaitu xenon, kripton dan lainnya, setelah terbentuk di dalam pelet, akan bergerak sambil membentuk gelembung gas dan dapat mengakibatkan terjadinya penggembungan pelet. Apabila gas tersebut keluar dari pelet, maka akan terjadi penurunan konduktivitas panas celah yang akan membuat naiknya suhu bahan bakar. Hal ini sangat mempengaruhi karakteristik bahan bakar. Produk fisi yang bersifat volatil adalah iodium, cesium dan lain-lain. Diantara zat-zat tersebut banyak terdapat senyawa reaktif dan mudah bergerak pada suhu tinggi hingga mencapai bagian bersuhu rendah, seperti celah dan lainnya. Salah satu contoh adalah iodium, yang diketahui bersifat korosif dan mempunyai kemampuan menimbulkan SCC. Produk fisi zat padat adalah zirkonium, molibdenum, unsur tanah jarang, rutenium, tecnisium, rodhium, paladium, dan lainnya. Senyawa oksida dari unsur tanah jarang dan zirkonium akan membentuk larutan padat dengan UO 2, sedangkan logam mulia seperti molibdenum, rutenium dan lainnya akan membentuk paduan logam dan akan terdeposisi sebagai butiran logam berwarna putih. Produk fisi zat padat tersebut, karena terhenti di dalam pelet, maka akan mengakibatkan penggembungan pelet. Hubungan antara fraksi bakar dan penggembungan yang pada intinya adalah penurunan densitas, ditunjukkan pada Gambar 1. Laju penggembungan per fraksi bakar diperkirakan sekitar 0,03~0,07 %/MWd/kgU (untuk UO 2 adalah f/cc = 33 MWd/kgU), sehingga untuk fraksi bakar pada saat ini yang nilainya 30~40MWd/kgU, laju penggembungannya kecil. Apabila gas produk fisi (khususnya gas mulia) yang keluar dari pelet terlalu banyak, maka tekanan dalam batang bahan bakar akan meningkat. Khususnya, untuk batang bahan bakar yang tidak bertekanan, konduktivitas panas celah akan menurun, sehingga mengakibatkan naiknya suhu bahan bakar. Selain itu, akibat kenaikan suhu ini, produk fisi gas akan semakin banyak teremisi, sehingga timbul efek balik terhadap naiknya suhu bahan bakar yang disebut efek balik termal. Kenaikan suhu bahan bakar seperti ini akan memberikan pengaruh yang besar terhadap karakteristik bahan bakar seperti pemuaian termal pelet dan terjadinya PCMI akibat pemuaian tersebut. Selain itu, tekanan dalam batang bahan bakar telah ditetapkan agar tidak melebihi tekanan luar saat pengoperasian reaktor nuklir. Pengendalian emisi gas produk fisi pada fraksi bakar tinggi sangat penting dari aspek keselamatan. Hubungan antara laju emisi gas produk fisi dengan fraksi bakar pada batang bahan bakar BWR dan PWR, masing-masing ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3. Laju emisi gas produk fisi pada batang bahan bakar BWR untuk fraksi bakar lebih dari 20 MWd/kgU menunjukkan nilai yang berfluktuasi antara 1~20%. Sedangkan pada PWR, untuk fraksi bakar sampai dengan 40 MWd/kgU nilainya kecil yaitu di bawah 0,5%, untuk 60 MWd/kgU pun kurang dari 3%. Perbedaan ini disebabkan karena tekanan awal helium pada batang bahan bakar BWR adalah 0,1~0,3 MPa, sedangkan pada PWR sekitar 3MPa, sehingga penurunan konduktivitas panas celah akibat emisi gas produk fisi akibat pembakaran kecil. Namun demikian, pada rentang fraksi bakar 30~40 MWd/kgU yang banyak digunakan dewasa ini, belum pernah dilaporkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap keselamatan batang bahan bakar yang disebabkan oleh emisi gas produk fisi. Untuk menekan emisi gas produk fisi pada fraksi bakar tinggi, dilakukan pengembangan pelet dengan butiran berdiameter besar. Gas mulia produk fisi yang terakumulasi di dalam pelet akan mengakibatkan penggembungan pelet. Namun demikian penggembungan akibat gas produk fisi ini sangat bergantung pada fraksi bakar, suhu iradiasi, external constrain force, dan lainnya. Pada fraksi bakar bahan bakar yang hingga saat ini dipergunakan tidak akan terjadi masalah penggembungan akibat gas produk fisi. Pengembangan kode komputer (computer code) analisis karakteristik bahan bakar telah memungkinkan estimasi kuantitatif karakteristik bahan bakar selama pengoperasian. Sebagai contoh dari kode ini adalah FEMAXI-3, FEMAXI-4 yang menggunakan metode elemen hingga (FEM) yang telah banyak digunakan untuk melakukan estimasi laju emisi gas produk fisi. 4. PERUBAHAN STRUKTUR PELET Di dalam pelet UO 2, selama berlangsungnya pembakaran, akan terjadi retak dan relokasi pelet dan berkembangnya butiran, sehingga bentuk dan struktur pelet mengalami perubahan. Hal ini secara umum disebut sebagai perubahan struktur pelet (restructuring). Selain itu, pembentukan struktur antar batas (rim structure) yang diakibatkan oleh akumulasi cacat akibat iradiasi, dalam arti yang luas disebut juga sebagai perubahan struktur pelet. Ensiklopedi Teknologi Nuklir Batan 2/10
3 Selama iradiasi, pelet UO 2 mengalami reaksi fisi dan menimbulkan panas. Di sisi lain, karena konduktivitas panas UO 2 kecil, timbullah distribusi panas dengan rentang yang lebar dalam pelet. Akibat distribusi panas ini, wajar bila terjadi pemuaian panas, di mana bagian tengah pelet yang berbentuk silinder bersuhu tinggi sedangkan sekitarnya bersuhu rendah, sehingga akan terjadi tegangan panas (thermal stress) yang menahan pemuaian panas. Akibat tegangan panas ini terjadi keretakan di dalam pelet. Daya linier yang dapat menyebabkan tegangan retakan (fracture stress) permukaan sebesar 33W/cm, jumlah retakan akan meningkat dengan bertambahnya daya linier. Apabila suhu bagian tengah pelet sebesar 1800 C, akan terjadi perpindahan gelembung sepanjang gradien panas sehingga terbentuk daerah dengan kristal berbentuk batang. Pada daerah bersuhu 1250~1500 C seharusnya tidak terjadi keretakan, namun karena adanya penurunan daya, daerah ini dapat mengalami keretakan oleh terjadinya tegangan tarik akibat pengerutan panas. Di awal iradiasi, pecahan pelet akan bergerak ke bagian celah antara kelongsong dan pelet, sehingga terjadi relokasi. Rongga yang terbentuk akibat pelet yang retak akan ternetralisir oleh pecahan pelet. Perubahan celah merupakan faktor yang memberikan akibat besar pada suhu pelet UO 2 dan PCI. Daya linier bahan bakar reaktor air ringan pada pengoperasian normal, setinggi-tingginya 300~350W/cm, di mana suhu bagian tengah pelet tidak akan melebihi 1400~1500 C. Di daerah dengan suhu antara 1600~1700 C, akan terjadi pertumbuhan butiran kristal sehingga akan terbentuk daerah kristal konsentris. Pada bahan bakar reaktor air ringan dan reaktor cepat dengan daya sangat tinggi, seperti model yang digambarkan pada Gambar 4, bagian tengah bahan bakar akan menjadi lubang akibat perpindahan rongga (void) ke bagian tengah. 5. RIM STRUCTURE Pada bagian luar sekeliling pelet dengan rata-rata fraksi bakar lebih dari 35~40 GWd per ton, terjadi struktur yang disebut rim structure yaitu struktur yang membatasi daerah perubahan struktur secara unik. Ciri khusus rim structure ini disebabkan oleh: (1) pada proses pembuatan terjadi penghalusan ukuran butir, (2) kenaikan prosentase rongga karena pembesaran gelembung (di dalam gelembung ini gas produk fisi bertekanan tinggi). Pada rim structure, semakin banyak rongga yang membesar dari ukuran sub-mikron menjadi mikron dan jumlahnya meningkat secara radial ke arah permukaan pelet. Rongga ini pada mulanya tidak ada pada saat pembuatan pelet. Pada bahan bakar reaktor air ringan, Pu-239 akan terakumulasi secara lokal pada bagian luar pelet akibat serapan resonansi neutron non-termal oleh U-238. Akibat efek neutronik ini akan meningkatkan fraksi bakar lokal pada rim structure menjadi lebih tinggi dari nilai rata-rata pelet. Untuk bahan bakar BWR dengan fraksi bakar 35 GWd per ton jumlah Pu-239 di bagian luar pelet mencapai kirakira 2~3 kali nilai rata-rata (lihat Gambar 5). Oleh karena itu, fraksi bakar lokal bagian luar pelet dengan derajat panas rata-rata 35~40 GWd per ton mencapai 70~80 GWd per ton yaitu sekitar 2 kalinya. Terbentuknya rim structure berpengaruh terhadap karakteristik iradiasi, yaitu peningkatan emisi gas produk fisi 6. peningkatan penggembungan pelet 7. peningkatan suhu bahan bakar akibat penurunan konduktivitas panas Pada kondisi operasi normal, seperti telah ditunjukkan di atas, gelembung besar yang terbentuk akibat pengkristalan ulang adalah tidak saling mempengaruhi, sehingga emisi gas produk fisi yang menyebabkan terbentuknya rim structure hampir tidak ada. Tetapi, seperti telah ditunjukkan pada bagian 3 tentang emisi gas produk fisi, gas produk fisi yang tertahan di dalam gelembung yang membesar sebagian akan keluar dari daerah rim akibat keretakan pelet seperti pada saat terjadinya kecelakaan reaktivitas di mana suhu bagian luar pelet meningkat dengan drastis. Dari hasil pengamatan dengan mikroskop optik dan SEM diketahui bahwa prosentase gelembung di daerah rim structure adalah 10~25%. Contoh hasil pengukuran distribusi prosentase gelembung secara radial dalam pelet bahan bakar PWR ditunjukkan pada Gambar 6. Seperti diuraikan di atas, terjadi perubahan yang kompleks di dalam pelet bahan bakar. Namun demikian selama tidak terjadi kerusakan kelongsong, hal ini tidak menimbulkan masalah terhadap keselamatan bahan bakar. Untuk mencegah kerusakan bahan bakar telah dilakukan berbagai perbaikan. Kronologi perbaikan bahan bakar BWR dan PWR di Jepang masing-masing ditunjukkan pada Tabel 1 dan 2. Hasil Ensiklopedi Teknologi Nuklir Batan 3/10
4 pengurangan kerusakan bahan bakar yang diperoleh dari hasil inovasi desain bahan bakar, yang dipresentasikan dalam seminar IAEA pada tahun 1982 (data BWR di dunia), ditunjukkan pada Tabel 3. Prosentase kerusakan bahan bakar BWR model 7x7, sebesar 1%, sedangkan prosentase kerusakan setelah dilakukan inovasi yaitu, pada bahan bakar model 8x8R (bahan bakar yang disempurnakan) dan bahan bakar model 8x8RP (bahan bakar bertekanan yang disempurnakan) sebesar 0,002%. Prosentase kerusakan bahan bakar sekarang di Jepang kurang dari 0,0007 %. Nilai ini sangat kecil dibandingkan dengan negara-negara lain. TABEL DAN GAMBAR: Tabel 1. Latar belakang inovasi bahan bakar BWR di Jepang dan harapannya di masa mendatang. Tabel 2. Inovasi dan perkembangan bahan bakar reaktor PWR di Jepang Tabel 3. Kondisi pengurang kegagalan bahan bakar seiring dengan inovasi desain (Seminar IAEA tahun 1982) Ensiklopedi Teknologi Nuklir Batan 4/10
5 Gambar 1. Hubungan antara fraksi bakar dan penggembungan (penurunan densitas pelet) Ensiklopedi Teknologi Nuklir Batan 5/10
6 Gambar 2. Hubungan antara fraksi bakar bahan bakar BWR dan laju emisi gas produk fisi Ensiklopedi Teknologi Nuklir Batan 6/10
7 Gambar 3. Hubungan antara fraksi bakar bahan bakar PWR dan laju emisi gas produk fisi Ensiklopedi Teknologi Nuklir Batan 7/10
8 Gambar 4. Perubahan struktur pelet UO2 yang teradiasi pada output daya tinggi Ensiklopedi Teknologi Nuklir Batan 8/10
9 Gambar 5. Distribusi konsentrasi Pu pada arah diameter pelet BWR Ensiklopedi Teknologi Nuklir Batan 9/10
10 Gambar 6. Distribusi prosentase rongga pada arah diameter pel t PWR Ensiklopedi Teknologi Nuklir Batan 10/10
RISET KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR PADA SAAT REAKTOR MENGALAMI FLUKTUASI DAYA
RISET KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR PADA SAAT REAKTOR MENGALAMI FLUKTUASI DAYA RINGKASAN Untuk meningkatkan nilai ekonomisnya, PLTN harus dapat mensuplai daya sesuai kebutuhan pada saat diperlukan. Oleh karena
Lebih terperinciPENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR
PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi
Lebih terperinciBAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi
BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri
Lebih terperinciREAKTOR PEMBIAK CEPAT
REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio
Lebih terperinciPENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE
PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE EDY SULISTYONO PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR ( PTBN ), BATAN e-mail: edysulis@batan.go.id ABSTRAK PENGARUH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di dunia, yang menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang besar. PLTN
Lebih terperinciPENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT
PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Reaktor pembiak cepat (Fast Breeder Reactor/FBR) adalah reaktor yang memiliki kemampuan untuk melakukan "pembiakan", yaitu suatu proses di mana selama reaktor
Lebih terperinciRISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK
RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK RINGKASAN Apabila ada sistem perpipaan reaktor pecah, sehingga pendingin reaktor mengalir keluar, maka kondisi ini disebut kecelakaan
Lebih terperinciRISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR
RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR RINGKASAN Meskipun terjadi kecelakaan kehilangan air pendingin ( Loss Of Coolant Accident, LOCA), seandainya bundel bahan bakar dapat
Lebih terperinciREAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)
REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa negara-negara di dunia selalu membutuhkan dan harus memproduksi energi dalam jumlah yang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PRODUK FISI SAAT TERJADI KECELAKAAN PARAH DAN EVALUASI SOURCE TERM
KARAKTERISTIK PRODUK FISI SAAT TERJADI KECELAKAAN PARAH DAN EVALUASI SOURCE TERM RINGKASAN Penelitian karakterisitk produk fisi pada saat terjadi kecelakaan parah pada reaktor air ringan, dan evaluasi
Lebih terperinciREAKTOR PENDINGIN GAS MAJU
REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU RINGKASAN Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) adalah reaktor berbahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah, moderator grafit dan pendingin gas yang
Lebih terperinciPARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL
Lebih terperinciRISET PROSES PELELEHAN TERAS SAAT KECELAKAAN PARAH
RISET PROSES PELELEHAN TERAS SAAT KECELAKAAN PARAH RINGKASAN Kecelakaan yang terjadi pada reaktor Three Mile Island No.2 (TMI-2) di Amerika Serikat pada bulan Maret 1979, telah mengakibatkan sekitar separuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk
Lebih terperinciPENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER
No. 02/ Tahun I. Oktober 2008 ISSN 19792409 PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN UZr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER Yanlinastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PENENTUAN
Lebih terperinciRISET KEUTUHAN PENGUNGKUNG REAKTOR SAAT TERJADI KECELAKAAN PARAH
RISET KEUTUHAN PENGUNGKUNG REAKTOR SAAT TERJADI KECELAKAAN PARAH RINGKASAN Pengungkung (containment) reaktor nuklir adalah dinding pelindung terluar yang mencegah emisi produk belah (Fision Product, FP)
Lebih terperinciSimposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN 2339-028X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Anwar Ilmar Ramadhan 1*, Ery Diniardi 1, Cahyo Sutowo 1
Lebih terperinciPROSES PENGOMPAKAN DAN PENYINTERAN PELET CERMET UO2-Zr
ISSN 0852-4777 Proses Pengompakan dan Penyinteran Pelet CERMET UO 2-Zr (Tri Yulianto, Meniek Rachmawati, Etty Mutiara) PROSES PENGOMPAKAN DAN PENYINTERAN PELET CERMET UO2-Zr Tri Yulianto, Meniek Rachmawati,
Lebih terperinciFAQ tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
PERTANYAAN : FAQ tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) BAGAIMANAKAH HUBUNGAN ANTARA ENERGI NUKLIR DENGAN FENOMENAPEMANASAN AKIBAT GAS KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) JAWABAN RINGKAS Strategi pengurangan
Lebih terperinciAnalisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)
Bab 2 Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga nuklir secara umum tidak berbeda dengan pembangkit listrik
Lebih terperinciINVESTIGASI PENGARUH RETAK RADIAL PADA PELET EKSENTRIS TERHADAP PARAMETER TERMAL ELEMEN BAKAR PWR
INVESTIGASI PENGARUH RETAK RADIAL PADA PELET EKSENTRIS TERHADAP PARAMETER TERMAL ELEMEN BAKAR PWR Hendro Tjahjono Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN)-BATAN Kawasan Puspiptek Serpong
Lebih terperinciTeknologi Pembuatan Bahan Bakar Pelet Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY
Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY Dalam rangka untuk mengatasi adanya kekurangan energi yang terjadi di dalam negri saat ini, maka banyak penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya teknologi dan peradabaan manusia, kebutuhan terhadap energi mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciREAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)
REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor
Lebih terperinciANALISIS SIFAT TERMAL TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI TUNAK
ANALISIS SIFAT TERMAL TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI TUNAK Edy Sulistyono 1, Etty Marti Wigayati 2 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong,
Lebih terperinciBERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR
BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR RINGKASAN Beberapa tipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR), Reaktor Air Tekan Rusia (VVER),
Lebih terperinciREAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)
REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) RINGKASAN Reaktor Air Didih adalah salah satu tipe reaktor nuklir yang digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor tipe ini menggunakan
Lebih terperinciPENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI
No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI Lilis Windaryati, Ngatijo dan Agus Sartono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN
Lebih terperinciPENGUJIAN KEANDALAN PEMBANGKIT UAP
PENGUJIAN KEANDALAN PEMBANGKIT UAP RINGKASAN Pengujian keandalan pembangkit uap telah dilakukan selama 6 tahun sejak tahun 1975 dan dilanjutkan pada tahun 1993 sampai 1997. Natrium Phosphat yang digunakan
Lebih terperinciPADA BAHAN BAKAR UO2 DERAJAT BAKAR TINGGI TERHADAP PELEPASAN GAS HASIL FISI
Prosiding Presentasi I/miah Daur Bahan Bakar Nukfir V P2TBDU dan P2BGN-BA TAN Jakarla, 22 Pebruari 2000 ISSN 1410-1998 EFEK REKRISTALISASI PADA BAHAN BAKAR UO2 DERAJAT BAKAR TINGGI TERHADAP PELEPASAN GAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Seiring dengan pemanfaatan PLTN terdapat kecenderungan penumpukan
Lebih terperinciREAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)
REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor nuklir membutuhkan suatu sistem pendingin yang sangat penting dalam aspek keselamatan pada saat pengoperasian reaktor. Pada umumnya suatu reaktor menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor Kartini merupakan reaktor nuklir tipe TRIGA Mark II (Training Research and Isotop Production by General Atomic) yang mempunyai daya maksimum 250 kw dan beroperasi
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR
BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR 4.1 Parameter Desain Teras Reaktor 4.1.1 Komposisi bahan bakar pada teras reaktor Dalam pendesainan reaktor ini pertama kali
Lebih terperinciPENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati
PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2 Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati ABSTRAK PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Elemen bakar merupakan salah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan dengan membuat simulasi AHR menggunakan software MCNPX. Analisis hasil dilakukan berdasarkan perhitungan terhadap nilai kritikalitas (k eff )
Lebih terperinciCONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA - 2 - CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelongsong bahan bakar, seperti sedikit mengabsorpsi neutron, kekerasan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zircaloy atau paduan logam zirkonium merupakan material yang banyak digunakan dalam komponen struktur pendukung instalasi nuklir, terutama pada bagian struktur kelongsong
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan listrik di Indonesia semakin meningkat, sedangkan bahan bakar fosil akan segera habis. Oleh karena itu dibutuhkan pembangkit listrik yang dapat digunakan sebagai
Lebih terperinci2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DAN JENIS-JENIS REAKTOR PLTN (Yopiter L.A.Titi, NRP:1114201016, PascaSarjana Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya) 1. Pendahuluan Nuklir
Lebih terperinciPENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)
PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian
Lebih terperinci2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar
- Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. - PLTN dikelompokkan
Lebih terperinciPENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG MEMENUHI SPESIFIKASI BAHAN BAKAR TIPE PHWR
Penetapan Parameter Proses Pembuatan Bahan Bakar UO 2 Serbuk Halus yang Memenuhi Spesifikasi Bahan Bakar Tipe PHWR (Abdul Latief) PENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG
Lebih terperinciKorosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S
Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S Oleh : Agus Solehudin Dipresentasikan pada : Seminar Nasional VII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri Diselenggarakan
Lebih terperinciKRITERIA PENERIMAAN UNTUK KECELAKAAN INSERSI REAKTIVITAS PADA REAKTOR DAYA
Kriteria Penerimaan Untuk Kecelakaan ISSN : 0854-2910 Budi Rohman P2STPIBN-BAPETEN KRITERIA PENERIMAAN UNTUK KECELAKAAN INSERSI REAKTIVITAS PADA REAKTOR DAYA Budi Rohman Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi
Lebih terperinciadukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton adalah campuran antara semen portland, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan atau tanpa bahan-tambah sehingga membentuk massa padat. Dalam adukan beton, semen
Lebih terperinciUJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN
PKMI-3-2-1 UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550 O C) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr SEBAGAI KANDIDAT KELONGSONG (CLADDING) BAHAN BAKAR NUKLIR Beni Hermawan, Incik Budi Permana,
Lebih terperinciSYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA
SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA PENDAHULUAN Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara
Lebih terperinciTUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)
TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air ( PBBI 1971 N.I. 2 ). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.
10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi
Lebih terperinciKeramik. Ikatan atom pada keramik. Sifat-sifat bahan keramik 04/10/2016. Lukhi mulia s
Ikatan atom pada keramik Keramik Lukhi mulia s O Ikatan ion O Ikatan kovalen O Ikatan logam O Ikatan dipol O Ikatan antar atom dan sifat-sifat kristal 1 3 1438 1438 3 3 Pendahuluan O Keramik merupakan
Lebih terperinciLAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN
LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN A.1. Daftar parameter operasi dan peralatan berikut hendaknya dipertimbangkan dalam menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Memperoleh energi yang terjangkau untuk rumah tangga dan industri adalah aktivitas utama pada masa ini dimana fisi nuklir memainkan peran yang sangat penting. Para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini, termasuk juga kemajuan dalam bidang teknologi nuklir telah mengantarkan umat manusia kepada
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH DAYA UNTUK PENGUJIAN PIN BAHAN BAKAR TIPE PWR DI PRTF RSG-GAS
Analisis Pengaruh Daya Untuk Pengujian Pin Bahan Bakar Tipe PWR di PRTF RSG-GAS Edy Sulistyono, Tri Yulianto ANALISIS PENGARUH DAYA UNTUK PENGUJIAN PIN BAHAN BAKAR TIPE PWR DI PRTF RSG-GAS Edy Sulistyono,Tri
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI BAHAN BAKAR REAKTOR DAYA
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI BAHAN BAKAR REAKTOR DAYA Tri Yulianto ABSTRAK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI BAHAN BAKAR REAKTOR DAYA. Kegiatan pengembangan
Lebih terperinciB64 Pembuatan Green Pellet U-ZrHx Untuk Bahan Bakar Reaktor Riset. Peneliti Utama : Ir.Masrukan, M.T
logo lembaga B64 Pembuatan Green Pellet U-ZrHx Untuk Bahan Bakar Reaktor Riset Peneliti Utama : Ir.Masrukan, M.T Anggota : Ir.M. Husna Alhasa, M.T Ir.Sungkono, M.T Ir. Anwar Muchsin Erilia Yusnitha, S.T
Lebih terperinciANALISIS KERUSAKAN TABUNG ALUMINA TUNGKU SINTER MINI PADA PROSES PEMANASAN SUHU 1600 O C
No. 14/Tahun VII. Oktober 2014 ISSN 1979-2409 ANALISIS KERUSAKAN TABUNG ALUMINA TUNGKU SINTER MINI PADA PROSES PEMANASAN SUHU 1600 O C Triarjo, Sugeng Rianto, Djoko Kisworo Pusat Teknologi Bahan Bakar
Lebih terperinciPENENTUAN LAJU KOROSI PADA SUHU 150 ac UNTUK BAHAN STRUKTUR AIMg2 PASCA PERLAKUAN PANAS
Hasil Hasil Penelitian EBN Tahun 2005 ISSN 0854-5561 PENENTUAN LAJU KOROSI PADA SUHU 150 ac UNTUK BAHAN STRUKTUR AIMg2 PASCA PERLAKUAN PANAS Maman Kartaman A, Sigit dan Dedi Hariadi ABSTRAK PENENTUAN LAJU
Lebih terperinciTUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN
TUGAS Mengenai : PLTN Di Susun Oleh: ADRIAN Kelas : 3 IPA MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAT GALANG TAHUN AJARAN 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam
Lebih terperinciPEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR
PENGENALAN (PLTN) PEMBANGKIT L STR KTENAGANUKLTR I _ Sampai saat ini nuklir khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang seperti industri, kesehatan, pertanian, peternakan,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPETEN. Penanganan. Penyimpanan. Bahan Bakar Nuklir. Reaktor Non Daya. Manajemen Teras.
No.85, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPETEN. Penanganan. Penyimpanan. Bahan Bakar Nuklir. Reaktor Non Daya. Manajemen Teras. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan
Lebih terperinciSTUDI LAJU KOROSI PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr DALAM MEDIA UAP AIR JENUH PADA TEMPERATUR C
J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 4 No. 1 Januari 2008: 1 47 STUDI LAJU KOROSI PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr DALAM MEDIA UAP AIR JENUH PADA TEMPERATUR 250 300 C Sungkono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK
Lebih terperinciREAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)
REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya
Lebih terperinci2014, No MANAJEMEN TERAS. Langkah-langkah Manajemen Teras terdiri atas:
8 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN TERAS SERTA PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR PADA REAKTOR NONDAYA MANAJEMEN TERAS Langkah-langkah
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Zirconium (zircaloy) material yang sering digunakan dalam industri nuklir. Dalam reaktor nuklir, zircaloy diperlukan sebagai pelindung bahan bakar dari pendingin,
Lebih terperinciAnalisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )
Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Riska*, Dian Fitriyani, Feriska Handayani Irka Jurusan Fisika Universitas Andalas *riska_fya@yahoo.com
Lebih terperinciMODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN
MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN Muhammad Ilham, Annisa Khair, Mohamad Yusup, Praba Fitra Perdana, Nata Adriya, Rizki Budiman 121178, 12115, 121177, 121118, 12116, 12114 Program Studi Fisika, Institut
Lebih terperinciBAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN
BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN 3.1 Spesifikasi Umum Desain Reaktor Pada penelitian ini, penulis menggunakan data-data reaktor GCFR yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan dari Argonne
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK BAHAN Tabel 4.1 Perbandingan karakteristik bahan. BAHAN FASA BENTUK PARTIKEL UKURAN GAMBAR SEM Tembaga padat dendritic
Lebih terperinciKARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK
No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK Slamet P dan Yatno D.A.S. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA REGANGAN DAN TEGANGAN SISA. PADUAN Zr-1%Sn-1%Nb-1%Fe
ISSN 197 2635 PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA REGANGAN DAN TEGANGAN SISA PADUAN Zr-1%Sn-1%Nb-1%Fe Sugondo, Futichah Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK, Tangerang 15314 ABSTRAK PENGARUH
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN TERAS SERTA PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR PADA
Lebih terperinciPENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER
ISSN 979-409 PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER Yanlinastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENGUKURAN
Lebih terperinciKONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH
KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2
Lebih terperinciKESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI
KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI RINGKASAN Limbah radioaktif aktivitas tinggi yang dihasilkan dari proses olah ulang bahan bakar bekas dipadatkan (solidifikasi) dalam bentuk blok
Lebih terperinciKARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam.
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsumsi energi dunia tumbuh dua puluh kali lipat sejak tahun 850 sementara populasi dunia tumbuh hanya empat kali lipat. Pada pertumbuhan awal terutama dipenuhi dengan
Lebih terperinciTUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI
TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI Dosen : Hasbullah, S.Pd., MT. Di susun oleh : Umar Wijaksono 1101563 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciKARAKTERISASI PELET CAMPURAN URANIUM OKSIDA DAN ZIRKONIUM OKSIDA HASIL PROSES SINTER
ISSN 0852-4777 Karakterisasi Pelet Campuran Uranium Oksida dan Zirkonium Oksida Hasil Proses Sinter (Hendro Wahyono, Sigit, Ghaib Widodo dan Tata Terbit S.) KARAKTERISASI PELET CAMPURAN URANIUM OKSIDA
Lebih terperinciANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS
176 ISSN 0216-3128 Lily Suparlina ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS Lily suparlina Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan
Lebih terperinciPENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5
Pengaruh Iradiasi- Terhadap Regangan Kisi dan Konduktivitas Ionik Pada Komposit Padat (LiI) 0,5(Al 2O 3.4SiO 2) 0,5 (P. Purwanto, S. Purnama, D.S. Winatapura dan Alifian) PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN
Lebih terperinci350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2
Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3
Lebih terperinciMODEL REAKTOR PEMBIAK CEPAT
MODEL REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Terdapat dua model reaktor pembiak cepat, yakni model untai (loop) dan model tangki. Pada model untai, teras reaktor dikungkung oleh bejana reaktor, sedangkan pompa
Lebih terperinciPERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP
PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP Elfrida Saragi PPIN BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan, Indonesia 15310 Email
Lebih terperinciNUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Lecture Presentation NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY By : NANIK DWI NURHAYATI, S,Si, M.Si Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKorosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S
Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S (Agus Solehudin)* * Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Emai : asolehudin@upi.edu Abstrak
Lebih terperinciTEORI SAMBUNGAN SUSUT
TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau material yang bersuhu tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga tercapainya kesetimbangan
Lebih terperinci