PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING. Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
|
|
- Yenny Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING. Penyimpanan bahan bakar bekas secara kering disiapkan untuk tempat mengamankan bahan bakar bekas setelah disimpan didalam fasilitas penyimpanan sementara bahan bakar bekas selama 5 tahun atau lebih. Pertimbangan dalam perancangan sebuah fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas secara kering harus menganut prinsipprinsip, spesifikasi obyektif yang telah dibuat sebagai standar baku oleh IAEA pada keselamatan instalasi tenaga nuklir. Tahap perancangan penyimpanan bahan bakar bekas harus memperhatikan secara teliti hal-hal yang berhubungan dengan analisis subkritikalitas, penggunaan material dan metode konstruksi yang tepat, tata letak, perpindahan panas dari bahan bakar bekas, proteksi radiasi, adanya kebocoran bahan bakar, sirkulasi udara atau gas inert di lingkungan sekitar dan adanya konveksi alami maupun paksa. Diharapkan dengan memenuhi semua ketentuan akan terwujud sebuah fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas secara kering yang dapat meniadakan atau memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan. ABSTRACT CONSIDERATION DESIGN OF SPENT FUEL DRY STORAGE. Spent fuel dry storage provide for the safe storage after it has been storage in the imterim spent fuel storage facilities during five years or more. In the consideration design of spent fuel dry storage have to accorrdance with the principles, obyectives specified in the IAEA code on the safety of nuclear power plant. Phase of design spent fuel dry storage have to attentions and accurately to connected with subcriticality analysis, using materials, accurate constructions method, lay out, heat removal from spent fuel, radiation protection, spent fuel leakage, air or inert gas circulations in surrounding environment and natural or forced convections. The hope with considerations of regulations should be such as spent fuel dry storage could be zero or minimize accident. PENDAHULUAN Setiap kegiatan industri yang menghasilkan suatu produk jadi akan selalu ada efek samping dari kegiatan tersebut yang berupa limbah, seperti dalam pengoperasian sebuah PLTN selain menghasilkan tenaga listrik yang besar dan bermanfaat bagi manusia juga akan menimbulkan limbah radioaktif. Limbah radioaktif ini ada yang beraktivitas rendah dan sedang biasanya berasal dari air pendingin reaktor nuklir dan limbah radioaktif dengan aktivitas tinggi yang berupa bahan bakar bekas. Bahan bakar bekas yang dikeluarkan dari teras reaktor masih mengeluarkan panas dan radiasi tinggi sehingga harus disimpan dahulu di dalam kolam reaktor sedikitnya selama satu tahun [1]. Periode awal penyimpanan pada kolam reaktor ini dimaksudkan untuk mengurangi sejumlah radionuklida yang volatil, medan radiasi dan panas peluruhan.
2 Setelah periode awal penyimpanan di dalam kolam, bahan bakar bekas dikeluarkan dan disimpan di tempat penyimpanan sementara bahan bakar bekas, yang disebut Interim Storage Spent Fuel (ISSF). Letak ISSF dapat berada di dekat reaktor atau jauh dari reaktor. Keselamatan operasi pada fasilitas penyimpanan sementara bahan bakar bekas tergantung dari disain, konstruksi dan perawatan dari tempat tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, pada disain fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas harus mempertimbangkan karakteristik bahan bakar ( jumlah dan lama penyimpanan yang diharapkan), keadaan subkritis bahan bakar, proteksi radiasi dan mempertahankan keutuhan wadah melebihi umur fasilitas itu sendiri [2]. PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR BEKAS Setelah bahan bakar dipergunakan di dalam reaktor dan telah mencapai fraksi bakar tertentu sehingga menjadi bahan bakar bekas, maka penyimpanan bahan bakar bekas selanjutnya disimpan di dalam ISSF. Perlu dilakukan pemilihan tipe dan tempat penyimpanan. Ada dua metode dasar dalam penyimpanan bahan bakar bekas, yaitu metode penyimpanan secara basah dan secara kering. Penyimpanan sementara cara basah menggunakan air sebagai media pendingin maupun perisai radiasi sedangkan metode kering menggunakan sirkulasi udara sebagai media pendingin [2]. 1. Penyimpanan bahan bakar bekas secara basah(wet storage) Pada penyimpanan bahan bakar bekas secara basah umumnya dilakukan dalam kolam dekat reaktor. Bahan struktur fasilitas penyimpanan terdiri dari beton dan pelapis stainless steel atau Al+B. Bangunan penyimpan seluruhnya terdiri dari beton. Sebagai perisai radiasi dan pendingin pada kolam penyimpanan adalah air, karena air mempunyai sifat; pendingin yang baik, perisai yang baik, transparan, terdapat dimana-mana dan murah. 2. Penyimpanan bahan bakar bekas secara kering Pada penyimpanan bahan bakar bekas secara kering kapasitas pengambilan panasnya lebih rendah dibandingkan secara basah, oleh karena itu penyimpanan secara kering tidak dilakukan pada tahap awal penyimpanan. Dibandingkan penyimpanan tipe basah, penyimpanan tipe kering mempunyai beberapa keuntungan, yaitu [2 ] : - Biaya awal rendah - Mudah perawatannya - Volume limbah yang dihasilkan sedikit 286
3 - Tidak terjadi radiolisis Perpindahan panas yang terjadi pada sistem penyimpanan tipe kering meliputi panas konveksi yang terakumulasi pada dinding. Panas pada tempat penyimpanan bahan bakar bekas diambil secara konveksi oleh pendingin melalui pengaliran udara kedalam tempat penyimpanan. Ada 4 jenis sistem penyimpanan sementara bahan bakar bekas tipe kering, yaitu : 1. Cask storage Struktur fasilitas penyimpanan ini meliputi wadah (cask storage) dan bangunan penyimpan dengan struktur reinforce cement. Amerika telah membuat cask storage untuk penyimpanan bahan bakar bekas dari LWR berukuran luar 2,0 2,5 m, tinggi 6,4 7,0 m dan berat ton dengan fraksi bakar rata-rata MWd/tU. Bahan perisai terbuat dari Pb, beton, besi tuang modular dan perisai netron. Laju dosis yang diperkenankan adalah 200 mrem pada permukaan cask dan 10 mrem pada jarak 1 m dari permukaan cask. Bahan bakar yang disimpan secara cask storage adalah bahan bakar yang telah mengalami pedinginan selama 5 tahun atau lebih. Pemantauan dan pengontrolan kebocoran pada cask selalu dilakukan untuk menjamin keutuhan bahan bakar bekas selama dalam penyimpanan. 2. Silo storage Struktur fasilitas penyimpanan ini meliputi silo dan plat besi baja. Diameter dalam silo 1,2 1,6 m dan tinggi 5,5 6,6 m. Bahan perisai adalah beton dan besi baja. Laju dosis yang diperkenankan adalah lebih kecil dari 2 mrem/jam pada permukaan luar silo, sebagai pelindung pada penyimpanan adalah kanister kelongsong dan over package (dengan atau tanpa aliran udara). Bahan bakar bekas yang disimpan di dalam silo adalah bahan bakar bekas yang telah mengalami pendinginan selama 5 tahun atau lebih. Untuk menjamin keutuhan bahan bakar bekas selama dalam penyimpanan selalu dilakukan pemantauan temperatur kanister dan radioaktivitas udara dalam silo. 3. Drywell storage Struktur fasilitas penyimpanan ini meliputi pipa besi baja dan beton., dengan perisai tanah, beton dan besi baja. Fasilitas drywell dibatasi oleh pengambilan panas dan kritikalitas. Sebagai pelindung digunakan kanister, kelongsong dan drywell itu sendiri. Bahan bakar bekas yang disimpan secara drywell telah mengalami pendinginan selama 3-5 tahun atau lebih. Untuk menjamin keutuhan bahan bakar bekas yang disimpan maka dilakukan pemantauan temperatur permukaan kanister dan drywell. 4. Vault storage 287
4 Struktur fasilitas penyimpanan ini meliputi sel beton yang besar dengan rak penyimpanan atau lubang penyimpanan. Kanister ditumpuk 1 atau 2 tingkat. Ada 2 jenis Vault storage yaitu yang menggunakan udara pendingin secara konveksi paksa dan ada yang menggunakan udara pendingin secara konveksi alamiah. Sebagai perisai adalah beton dan wadah bahan bakar (kelongsong dan kanister). Laju dosis permukaan yang diperkenankan kurang dari 2 mrem/jam pada permukaan luar bangunan. Sebagai pelindung pada vault storage dengan konveksi paksa adalah kanister, kelongsong dan bangunan, sedangkan untuk vault storage dengan menggunakan konveksi alam adalah kanister dan kelongsong. Bahan bakar bekas yang disimpan dengan sistem vault storage adalah bahan bakar yang telah didinginkan selama 5 tahun atau lebih. Agar bahan bakar tetap utuh dalam penyimpanan maka dilakukan pemantauan temperatur dan tempetatur udara pendingin cask. PERTIMBANGAN PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING Fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas merupakan fasilitas yang harus dibangun dan dioperasikan secara sungguh-sungguh untuk menjamin bahwa semua persyaratan keselamatan terpenuhi. Persyaratan-persyaratan tersebut ditetapkan sebagai ketentuan dalam petunjuk-petunjuk dan standar yang relevan dan terkait yang berlaku. Fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas harus dirancang untuk meniadakan atau meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perancangan tempat penyimpanan bahan bakar bekas secara kering [3] : Subkritikalitas Perancangan kanister atau wadah bahan bakar yang ditempatkan di dalam silo atau cask harus secara pasti diletakan dengan konfigurasi yang telah diperhitungkan dan dijamin keamanannya tidak akan terjadi subkritikal selama pengisian, penyimpanan, dan retrieval. Penentuan jarak antara bahan bakar didasarkan pada perhitungan kritikalitas dengan menerapkan persyaratan yang dibakukan oleh IAEA. Rancangan fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas secara kering harus sedapat mungkin bisa dipertanggung jawabkan berkaitan dengan hasil redistribusi atau sebagai pendeteksi awal adanya kejadian di dalam maupun di luar fasilitas. Apabila subkritikalitas di bawah kondisi ini tidak dapat dipastikan, maka alasan harus dipusatkan pada mengapa fasilitas ini tidak memenuhi kondisi tersebut. Hal ini 288
5 membutuhkan pertimbangan subtansial kondisi medan dengan analisis pendukung dan/atau dengan pembuktian kerja bahwa bahan bakar bekas yang tersimpan secara efektif terisolasi dari lingkungan luar. Tata letak 1. Kanister atau wadah bahan bakar bekas sebaiknya dirancang dengan penutup yang dapat diletakkan secara pas pada badan cask atau silo dengan tujuan menjaga keamanan retrieval bahan bakar. Pada penyimpanan tipe vault tutup serupa sebaiknya disediakan pula untuk kanister atau tabung penyimpannya. Apabila dalam rancangan cask atau silo akan dilengkapi lining, sebaiknya rancangan dibuat agar dapat mencegah akumulasi air antara lining dan wadah atau kelongsong luar. Untuk tipe vault sebaiknya dipersiapkan menggunakan saluran pembuangan. 2. Struktur mekanik kanister atau wadah bahan bakar sebaiknya dirancang untuk mendukung tanpa adanya kelemahan struktur yang mengarah pada penanganan masalah. kanister atau wadah yang telah terisi penuh dengan bahan bakar akan ditumpuk apabila sudah ada direncanakan adanya penyangga. Adanya beban statik, benturan dan gempa harus diperhitungkan 3. Kemudahan akses diperlukan untuk memindahkan bahan bakar bekas ke atau dari cask/silo/vault dalam keadaan operasi normal atau pasca kondisi tak terduga atau kondisi antisipasi operasional. Rancangan cask atau silo harus dibuat mampu menunjang stabilitas bila terjadi kecelakaan. 4. Dalam perancangan cask atau silo sambungan sebaiknya dipaskan atau disesuaikan dengan tempat dimana air berhenti dan disegel secara efektif dengan bantuan alat lain, dan dipastikan tidak ada kebocoran. 5. Fondasi tempat penyimpanan cask/silo sebaiknya dirancang tahan terhadap beban dari kontainer-kontainer yang terisi penuh dan alat bantu tanpa khawatir memicu instabilitas kanister. 6. Rancangan fasilitas penyimpanan bahan bakar secara kering harus bisa menunjang untuk penampungan air, pengontrolan dan treatment aliran air permukaan dengan tepat. 7. Apabila instalasi penyimpanan tidak memiliki hot cell atau berkemampuan untuk tidak dapat diisi cask atau silo, maka sebaiknya cask atau silo dirancang untuk sekaligus dapat dirawat atau diperbaiki sehingga secara undang-undang masih dapat diterima. 289
6 Proteksi radiasi 1. Perancangan silo, cask maupun vault harus sedemikian rupa agar ketika diisi bahan bakar bekas daerah radiasi eksternal tidak sampai melebihi kriteria atau batasan yang direkomendasikan ICRP [4 ] 2. Pengisian dan pengosongan bahan bakar ke dan dari cask, silo atau vault dengan konfigurasi yang sudah diperhitungkan harus dapat dikerjakan dengan menggunakan peralatan dan metode yang dirancang untuk suatu keadaan dimana pencahayaan dari luar dibatasi dan refleksi dari radiasi terkontrol sesuai dengan prinsip ALARA [4]. 3. Perancangan cask, silo maupun vault dari logam maupun beton sebaiknya diberi penghalang-penghalang rekayasa yang dapat diterima oleh undang-undang yang berlaku. Penghalang-penghalang rekayasa ini untuk mencegah lepasnya radionuklida di dalamnya. 4. Daerah-daerah pada vault yang secara signifikan berpotensi menimbulkan atau mengakumulasi konsentrasi radionuklida yang lepas ke udara, sebaiknya dirancang agar dapat menjaga tekanan atmosferik untuk mencegah penyebaran radionuklida ke daerah lain dari fasilitas penyimpanan. Sebagai alternatif sebaiknya daerah semacam itu dilengkapi dengan ventilasi dan servis filtrasi yang dapat mengatur konsentrasi radionuklida yang ada di udara pada level yang dapat diterima. 5. Fasilitas dirancang sedemikian rupa sehingga pengawasan terhadap masuknya bahan bakar dapat dilakukan dengan baik. Apabila rancangan fasilitas tidak dapat digunakan untuk pengawasan berkelanjutan, maka seharusnya dipersiapkan verifikasi periodik dengan cara observasi atau pengukuran, sehingga sistem pengisian fasilitas dapat terwujud dengan memuaskan. Perpindahan panas 1. Perancangan fasilitas penyimpanan harus dapat secara pasti memindahkan panas yang timbul ke lingkungan dengan maksud agar suhu pada fasilitas penyimpanan bahan bakar dapat terkontrol dan memelihara integritas struktur material. 2. Area penyimpanan silo, cask, vault sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga silo, cask,vault terletak dengan baik, terkonstruksi pada tempatnya atau terawat baik dengan tujuan agar aliran panas berjalan dengan lancar. Rancangan fasilitas sebaiknya mencakup bagian untuk memelihara keefektifan mekanisme pendinginan selama kondisi cuaca kurang menguntungkan. 290
7 3. Hal yang harus diperhatikan adalah secara maksimum sistem kerja pendingin untuk bahan bakar yang tersimpan di dalam silo, cask dan vault harus pasif artinya hanya membutuhkan penanganan sangat minimal, contoh dari sistem ini adalah seperti : adanya perpindahan panas secara konveksi, konduksi dan radiasi jadi secara alami bila sistem pendingin digunakan akan terjadi tranfer panas seperti tersebut di atas. Material dan konstruksi 1. Cask, silo, maupun vault harus secara pasti dikonstruksi menggunakan material yang sesuai, menggunakan rancangan dan metode konstruksi yang tepat, dapat digunakan sebagai penghalang saat pengisian fasilitas berlangsung di bawah kondisi lingkungan atau pada kondisi fasilitas terisi. Hal itu telah diperkirakan selama masa pakai rancangan fasilitas tersebut, kecuali pemeliharaan dan/atau penggantian selama operasi sedang berlangsung. Kondisi ini harus mencakup adanya korosi yang disebabkan oleh keadaan atmosfir, kelembaban di dalam fasilitas maupun di luar fasilitas, adanya produk fisi, perubahan temperatur, terbentuknya gas dan medan radiasi tinggi. 2. Cask, silo, vault maupun penutup sebaiknya dibuat dari bahan yang dapat mendukung stabilitas kimiawi dan radiologis, juga memiliki ketahanan yang baik jika terjadi benturan mekanik maupun adanya efek panas. 3. Pemilihan material dan atmosfer penyimpanan harus didasarkan atas kode dan standar yang dapat diterima sesuai perundang-undangan yang berlaku. 4. Bahan bakar harus benar-benar kering dengan tujuan untuk menjaga dan memeliharaan lingkungan gas dengan maksud melindungi keberadaan bahan bakar dan juga isinya. Penanganan 1. Rancangan cask diharapkan dalam bentuk mudah dibawa, harus termasuk bagian yang untuk pemindahan dan penanganan bila harus menggunakan tangan sebagai antisipasi saat pengisian dan selama masa pakai cask-cask tersebut. 2. Untuk perancangan fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas yang casknya menggunakan pelindung beton sebaiknya dilengkapi kanister metalik, dengan maksud untuk kebutuhan transportasi setelah pengisian bundel bahan bakar bekas kedalam kanister, menyegel kanister dan menempatkan kanister kedalam pelindung beton berpenutup. Kebutuhan transportasi semacam ini dimungkinkan 291
8 sebagai mantel pelindung radiasi untuk aktivitas di dalam lapangan, sebagai pelindung radiasi dan mengurangi benturan pada saat transportasi. KESIMPULAN Fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas diasumsikan sebagai tempat isolasi paling aman untuk material radioaktif. Dalam perancangan fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas harus dapat dipertanggung jawabkan secara pasti untuk meniadakan atau memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan yang disebabkan terjadinya kritikalitas, kebocoran pada fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas, hilangnya fungsi penahan radiasi, sirkulasi udara yang dihembuskan kurang optimal sehingga menghilangkan kemampuan mendinginkan tempat penyimpanan bahan bakar bekas akibat adanya panas yang ditimbulkan bahan bakar yang tersimpan dan rusaknya kelongsong bahan bakar bekas ditempat penyimpanan. DAFTAR PUSTAKA 1. SALIMIN Z., Penyimpanan Bahan Bakar Bekas Pada Pengelolaan Limbah Radioaktif, PTPLR-BATAN, HERLAN M., NUROKHIM, Aspek Keselamatan Penyimpanan Bahan Bakar Bekas Sistem Basah dan Kering, PTPLR-BATAN, IAEA, Design of Fuel Handling and Storage Systems for Nuclear Power Plants, Safety guide No. NS-G-1.4 IAEA, Vienna-Austria, IAEA, Safety Assessment for Spent Fuel Storage Facilities, Safety Series No. 118 IAEA, Vienna-Austria, IAEA, Operation of Spent Fuel Storage Facilities, Safety Series No. 117 IAEA, Vienna-Austria,
PERPINDAHAN PANAS BAHAN BAKAR BE~CAS REAKTOR PWR PADA PENYIMPANAN SEMENTARA TIPE KERING
Hasi/ Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 /SSN 0852-2979 PERPINDAHAN PANAS BAHAN BAKAR BE~CAS REAKTOR PWR PADA PENYIMPANAN SEMENTARA TIPE KERING Kuat Heriyanto, Suryantoro, Nurokhim Pusat Teknologi
Lebih terperinciPENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran
Lebih terperinciPARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENDINGINAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBAGUNA SIWABESSY DI KOLAM PENYIMPANAN SEMENTARA
OPTIMALISASI PENDINGINAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBAGUNA SIWABESSY DI KOLAM PENYIMPANAN SEMENTARA ABSTRAK Kuat Heriyanto, Nurokhim Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN OPTIMALISASI PENDINGINAN
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DAN GELAS-LIMBAH
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 10 Nomor 1 Juli 2007 (Volume 10, Number 1, July, 2007) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive
Lebih terperinciKESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI
KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI RINGKASAN Limbah radioaktif aktivitas tinggi yang dihasilkan dari proses olah ulang bahan bakar bekas dipadatkan (solidifikasi) dalam bentuk blok
Lebih terperinciSISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG ASPEK PROTEKSI RADIASI DALAM DESAIN REAKTOR DAYA
RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG ASPEK PROTEKSI RADIASI DALAM DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
Lebih terperinciLAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR PARAMETER
Lebih terperinciPRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I)
PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I) Khoirul Huda Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jl. Gajah Mada 8, Jakarta 1 KESELAMATAN NUKLIR M I S I Misi keselamatan nuklir adalah untuk melindungi personil, anggota masyarakat
Lebih terperinciMITIGASI DAMPAK KEBAKARAN
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.
Lebih terperinciOPTIMASI DAN REVISI KANAL HUBUNG - INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR BEKAS
ABSTRAK OPTIMASI DAN REVISI KANAL HUBUNG - INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR BEKAS Dyah Sulistyani Rahayu Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN OPTIMASI DAN REVISI KANAL HUBUNG- INSTALASI PENYIMPANAN
Lebih terperincidi: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 2 (2016)
PERANCANGAN WADAH PENYIMPANAN SISTEM DRY-CASK UNTUK BBNB (BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS) RSG-LP (REAKTOR SERBA GUNA LABAORATORIUM PENGEMBANGAN) TIPE MTR (MATERIAL TESTING REACTOR) Ichwan Pratama Hardi *), Zainus
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA - 2 - KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI (PIE) 1.1. Lampiran ini menjelaskan definisi
Lebih terperinciREAKTOR PEMBIAK CEPAT
REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio
Lebih terperinciEVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI
No.04 / Tahun II Oktober 2009 ISSN 1979-2409 EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI Muradi, Sjafruddin Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK EVALUASI
Lebih terperinciCONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA - 2 - CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok
Lebih terperinciPELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI
PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Lebak Bulus Raya No.49, Kotak Pos 7043 JKSKL, Jakarta
Lebih terperinci2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 107) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI
Lebih terperinciBab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN
Bab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN 116. Beberapa konsep mengenai reaktor maju sedang dipertimbangkan, dan pencapaian perbaikan dalam keselamatan dan keandalan merupakan
Lebih terperinci2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET
2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET KRITERIA DAN TANGGUNG-JAWAB PENGKAJIAN 201. Untuk suatu reaktor riset yang akan dibangun (atau mengalami suatu modifikasi
Lebih terperinciSYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA
SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA PENDAHULUAN Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG DESAIN SISTEM PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciANALISIS KEANDALAN KOLAM PENYIMPAN BAHAN BAKAR BEKAS PADA PWR AP1000
ANALISIS KEANDALAN KOLAM PENYIMPAN BAHAN BAKAR BEKAS PADA PWR AP1000 D. T. Sony Tjahyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek Gd. 80, Serpong, Tangerang 15310 Telp/Fax:
Lebih terperinciBab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS
Bab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS 15. Pertahanan berlapis merupakan penerapan hierarkis berbagai lapisan peralatan dan prosedur untuk menjaga efektivitas penghalang fisik yang ditempatkan di
Lebih terperinciLAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN
LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN A.1. Daftar parameter operasi dan peralatan berikut hendaknya dipertimbangkan dalam menetapkan
Lebih terperinciREACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION
REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION Puradwi I.W. Bidang Analisis Risiko dan Mitigasi Sistem P2TKN-BATAN NATIONAL BASIC PROFESSIONAL TRAINING COURSE ON NUCLEAR SAFETY PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR BEKAS REAKTOR DAY A. Pratomo B Sastrowardoyo, Pusat Pengemban..gan Pengelolaan Limbah Radioaktif
:!sit Penetilian P2PLR Tahun 2002 TINJAUAN TENTANG PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR BEKAS REAKTOR DAY A Pratomo B Sastrowardoyo, Mulyanto Pusat Pengemban..gan Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK TINJAUAN
Lebih terperinciREAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)
REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin
Lebih terperinciFORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA FORMAT DAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI BAHAYA INTERNAL SELAIN KEBAKARAN DAN LEDAKAN
Lebih terperinciEVALUASI KESELAMATAN REAKTOR AIR MENDIDIH (BWR) DALAM PENGAWASAN REAKTOR DAYA
EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR AIR MENDIDIH (BWR) DALAM PENGAWASAN REAKTOR DAYA Oleh: Budi Rohman Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Lebih terperinciPERTIMBANGAN DALAM PEMBUATAN RANCANGAN FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN.
PERTIMBANGAN DALAM PEMBUATAN RANCANGAN FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN. Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK PERTIMBANGAN DALAM PEMBUATAN RANCANGAN FASILITAS
Lebih terperinciSISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI B.Y. Eko Budi Jumpeno Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta 12070 PENDAHULUAN Pemanfaatan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :
Lebih terperinciPRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF
PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF Husen Zamroni, R. Sumarbagiono, Subiarto, Wasito Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PRARANCANGAN SISTEM
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.
Lebih terperinci*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 27/2002, PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF *39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR
SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKEGIATAN PEMINDAHAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DAN MATERIAL TERIRRADIASI DI KH-IPSB3 TH
KEGIATAN PEMINDAHAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DAN MATERIAL TERIRRADIASI DI KH-IPSB3 TH - 2012 Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK KEGIATAN PEMINDAHAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DAN MATERIAL
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran,
Lebih terperinciSTUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR
ARTIKEL STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR Gangsar Santoso Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang
Lebih terperinciRISET PROSES PELELEHAN TERAS SAAT KECELAKAAN PARAH
RISET PROSES PELELEHAN TERAS SAAT KECELAKAAN PARAH RINGKASAN Kecelakaan yang terjadi pada reaktor Three Mile Island No.2 (TMI-2) di Amerika Serikat pada bulan Maret 1979, telah mengakibatkan sekitar separuh
Lebih terperinci3. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF
3. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF 301. Pengelolaan limbah radioaktif yang bertanggungjawab memerlukan implementasi dan pengukuran yang menghasilkan perlindungan kesehatan manusia dan
Lebih terperinciREAKTOR PENDINGIN GAS MAJU
REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU RINGKASAN Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) adalah reaktor berbahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah, moderator grafit dan pendingin gas yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undangundang
Lebih terperinciPENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR
PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi
Lebih terperinciREAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)
REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) RINGKASAN Reaktor Air Didih adalah salah satu tipe reaktor nuklir yang digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor tipe ini menggunakan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4202) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciLAMPIRAN PENJELASAN BENTUK-BENTUK YANG DIGUNAKAN DALAM DOKUMEN
LAMPIRAN PENJELASAN BENTUK-BENTUK YANG DIGUNAKAN DALAM DOKUMEN A.1. Hubungan antara perawatan pencegahan, perawatan perbaikan, pengujian berkala dan inspeksi tidak-rutin dijelaskan sebagai berikut. PERAWATAN,
Lebih terperinciRISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK
RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK RINGKASAN Apabila ada sistem perpipaan reaktor pecah, sehingga pendingin reaktor mengalir keluar, maka kondisi ini disebut kecelakaan
Lebih terperinci2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA. BAB I KETENTU
No.535, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Desain Reaktor Daya. Ketentuan Keselamatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011
Lebih terperinciKAJIAN PROTEKSI RADIASI DALAM PENGOPERASIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) BERDASARKAN NS-G-2.7
KAJIAN PROTEKSI RADIASI DALAM PENGOPERASIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) BERDASARKAN NS-G-2.7 Helen Raflis, Liliana Yetta Pandi Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan
Lebih terperinci2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.534, 2011 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Operasi Reaktor Nondaya. Prosedur. Pelaporan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi
BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri
Lebih terperinciPEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005
PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 005 Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati, Sri Susilah, T. Ginting, Budi Hari H., Ritayanti Pusat Teknologi Limbah
Lebih terperinciPENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007
PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007 S u n a r d i Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN ABSTRAK PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK
Lebih terperinciPENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT TINGGI DAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DI PTNBR
PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT TINGGI DAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DI PTNBR Rini Heroe Oetami Endang Kurnia, Zainal Arifin, Soleh Sofyan, Widanda Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri ABSTRAK
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang
Lebih terperinciBADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012
B.58 ASPEK KESELAMATAN OPERASI KANAL HUBUNG INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS Prof.Ir.Zainus Salimin, M.Si ; Drs.Gunandjar, MSc ; Ir.Herlan Martono, M.Sc ; Joner Sitompul, ST ; Endang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI TERHADAP KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya teknologi dan peradabaan manusia, kebutuhan terhadap energi mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciPERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup
Lebih terperinciCONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA CONTOH BATASAN DAN
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR KONDENSOR
BAB III TEORI DASAR KONDENSOR 3.1. Kondensor PT. Krakatau Daya Listrik merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel yang berfungsi sebagai penyuplai aliran listrik bagi PT. Krakatau Steel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor nuklir membutuhkan suatu sistem pendingin yang sangat penting dalam aspek keselamatan pada saat pengoperasian reaktor. Pada umumnya suatu reaktor menggunakan
Lebih terperinciHasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN 0852-2979
EVALUASI KESELAMATAN RADIASI DI KANAL HUBUNG INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS (KH-IPSB3) PASCA PENGISIAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY ABSTRAK L.Kwin
Lebih terperinciDISAIN KONSEPSUAL PROGRAM MANAGEMEN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
DISAIN KONSEPSUAL PROGRAM MANAGEMEN DEKOMISIONING REAKTOR RISET ABSTRAK Suwardiyono Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung 71, Tangerang 15310 E-mail: swardy@batan.go.id
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2015 BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. Penilaian. Verifikasi. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA
KP PERKA- 24 OKT 2014 RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA DIREKTORAT PENGATURAN PENGAWASAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PRODUKSI BARANG KONSUMEN
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PRODUKSI BARANG KONSUMEN PROGRAM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI Program proteksi dan keselamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi merupakan suatu bentuk energi. Ada dua tipe radiasi yaitu radiasi partikulasi dan radiasi elektromagnetik. Radiasi partikulasi adalah radiasi yang melibatkan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gas alam adalah bahan bakar fosil bentuk gas yang sebagian besar terdiri dari metana (CH4). Pada umumnya tempat penghasil gas alam berlokasi jauh dari daerah dimana
Lebih terperinciReactor Safety System and Safety Classification BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Tujuan Keselamatan... 3 1.2. Fungsi Keselamatan Dasar... 3 1.3. Konsep Pertahanan Berlapis... 6 BAB II SISTEM KESELAMATAN REAKTOR DAYA PWR DAN BWR... 1 2.1. Pendahuluan...
Lebih terperinciPENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.
7 2012, No.74 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN TERAS SERTA PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR PADA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang
Lebih terperinci2014, No MANAJEMEN TERAS. Langkah-langkah Manajemen Teras terdiri atas:
8 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN TERAS SERTA PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR PADA REAKTOR NONDAYA MANAJEMEN TERAS Langkah-langkah
Lebih terperinciPENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun ISSN 0852-2979 PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. ABSTRAK Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
Lebih terperinciMS-MANIPULATOR DI INSTALASI RADIOMETALURGI DAN PERMASALAHANNYA
MS-MANIPULATOR DI INSTALASI RADIOMETALURGI DAN PERMASALAHANNYA Antonio Gogo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK MS-MANIPULATOR DI INSTALASI RADIOMETALURGI DAN PERMASALAHANNYA. Tulisan ini
Lebih terperinciadukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton adalah campuran antara semen portland, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan atau tanpa bahan-tambah sehingga membentuk massa padat. Dalam adukan beton, semen
Lebih terperinci189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik
Ducting Standard : 67. Duct harus diatur sehingga uap tidak berkondensasi dan mengendap di dasar duct. Dalam kebanyakan kasus sebaiknya saluran ventilasi diakhiri dengan : Setidaknya 3 meter di atas level
Lebih terperincipekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi
DEFINISI Penghalang (barrier). Suatu penghalang fisik yang mencegah atau menunda pergerakan (misalnya migrasi) radionuklida atau bahan lain diantara komponenkomponen dalam sistem. Penghalang, ganda (barrier,
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :
Lebih terperinciBAB III METOLOGI PENELITIAN
BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan
Lebih terperinciTEKNIK PENGECORAN Halaman 1 dari 6
KOMPETENSI : Operasi peleburan KODE : M4.1A DURASI PEMELAJARAN : 100 Jam @ 45 menit LEVEL KOMPETENSI KUNCI A B C D E F G 2 1 2 3 1 2 1 KONDISI KINERJA Meliputi tunggal atau ganda, kokas, minyak, gas atau
Lebih terperinciANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS
YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 9 ISSN 98-6 ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS SUBIHARTO, NAEK NABABAN, UNGGUL HARTOYO PRSG-BATAN Kawasan Puspiptek Gedung 5 Tangerang Abstrak ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI
Lebih terperinciKETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1
KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1 Dewi Prima Meiliasari, Zulfiandri, dan Taruniyati Handayani Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir ABSTRAK.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPETEN. Penanganan. Penyimpanan. Bahan Bakar Nuklir. Reaktor Non Daya. Manajemen Teras.
No.85, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPETEN. Penanganan. Penyimpanan. Bahan Bakar Nuklir. Reaktor Non Daya. Manajemen Teras. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciCONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR (INNR)
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR CONTOH
Lebih terperinciREAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)
REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat membutuhkan energi listrik, seperti saat kita berangkat dari rumah untuk bekerja, kuliah, rekreasi, acara keluarga ataupun
Lebih terperinci