BAB I PENDAHULUAN. Johanes Susanto / Page 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Johanes Susanto / Page 1"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Analisis Sistem Kerja adalah suatu ilmu yang mempelajari prinsipprinsip dan teknik-teknik untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik. Ilmu ini merupakan salah satu ilmu didalam disiplin teknik industri, bahkan dilihat dari sejarahnya, Perancangan Sistem Kerja merupakan cikal bakal disiplin ini. Dalam penerapannya, Analisis Sistem Kerja mempunyai kerangka sendiri dengan bagian-bagiannya yang secara bersama-sama terpadu untuk mencapai tujuan diatas. Analisis Sistem Kerja dikembangkan oleh F.W. Taylor dan F.B. Gilbreth. Walaupun penelitian tersebut tidak dilakukan secara bersama-sama, yang kemudian hari dikenal sebagai suatu kesatuan dan dikenal sebagai Perancangan Kerja atau Methods Engineering. Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek teknologi, psikologis dan sosiologis kerja sehingga diperoleh sistem kerja yang lebih sesuai dengan kemampuan serta keterbatasan manusia. Pengembangan teknik tata cara kerja berdasarkan teori F.W. Taylor dan F.B. Gilbreth. 1. F.W. Taylor (1981). Memperhatikan para pekerja dan menilai mereka tidak berprestasi maksimal. Taylor menggunakan jam henti (stop watch) untuk melakukan pengukuran waktunya. Pengukuran waktu ini dikembangkan terus sampai dikenal istilah waktu baku/standar untuk suatu pekerjaan. Johanes Susanto / Page 1

2 Penentuan waktu baku suatu pekerjaan sangat penting bagi sistem produksi : upah perangsang, penjadwalan kerja dan mesin dan pengaturan tata letak pabrik. 2. Frank B. Gilbreth. Melakukan penelitian terhadap gerakan-gerakan kerja dan membaginya menjadi sejumlah elemen-elemen gerakan. Misalnya gerkan tangan mengambil sebuah gelas diurai menjadi elemen menjangkau, memegang dan mengangkat. Bersama istrinya, Lilian yang juga seorang psikolog, keduanya mengembangkan serangkaian prinsip Perancangan Sistem Kerja yang dikenal dengan Ekonomi Gerakan. Tujuannya untuk menghasilkan suatu sistem kerja yang terancang baik, sehingga memudahkan dan menyamankan gerakan-gerakan kerja untuk menghindari atau melambatkan datangnya kelelahan (fatique). Pada proses produksi, perancangan stasiun kerja dan metode kerja bukan hal mudah. Kesalahan dalam perancangan maupun metode kerja akan berdampak buruk pada proses secara keseluruhan. Evaluasi perancangan harus dilakukan secara terus menerus untuk mendapatkan metode terbaik. Praktikum Analisis dan Perancangan Sistem Kerja merupakan salah satu mata kuliah wajib Program Studi Teknik Industri yang mempelajari tentang prinsip-prinsip kerja yang terkait dengan produktivitas kerja. Johanes Susanto / Page 2

3 1.2 Tujuan Praktikum. Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian ini yaitu 1. Mampu melakukan pengukuran waktu siklus secara langsung dari suatu pekerjaan dengan menggunakan jam henti (stop watch) dan melukan perhitungan waktu baku. 2. Mampu menentukan waktu baku dari suatu pekerjaan secara tidak langsung dengan menggunakan data waktu gerakan (MTM). 3. Memahami dan mampu membuat peta-peta kerja, seperti Peta Proses Operasi, Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri, Peta Pekerja Mesin dan Assembly Chart. 4. Memahami dan mampu menggunakan peta-peta kerja tersebut sebagai alat analisis perbaikan suatu sistem kerja. 5. Mampu menganalisis dan memperbaiki cara kerja dengan memanfaatkan studi gerakan dan prinsip ekonomi gerakan. 1.3 Pembatasan Masalah. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, batasan penelitian ini yaitu : 1. Penyesuaian yang digunakan adalah metode Schumard dan Objektif. 2. Menggunakan data tabel MTM dalam perhitungan TMU. 3. Menggunakan pengukuran kelonggaran yang sudah ditentukan di tabel. Johanes Susanto / Page 3

4 1.4 Sistematika Penulisan. BAB I. PENDAHULUAN Menjelaskan tentang hal apa saja yang mendahului penulisan laporan penelitian, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penelitian, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II. PENDAHULUAN Berisi mengenai tinjauan pustaka pengertian Analisis Sistem Kerja dan penulisan laporan analisis, pengamatan, dan perhitungan waktu. BAB III. PENGOLAHAN DATA Menjelaskan mengenai pengamatan yang dilakukan dengan pengolahan data dan rumus-rumus statistik. BAB IV. ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA Menjelaskan tentang hasil analisa pengolahan data dari metode Analisis Sistem Kerja. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan dari proses pengamatan yang dilakukan dengan metode Analisis Sistem Kerja, dan saran yang membangun sebagai bahan evaluasi dari praktikum ini. Johanes Susanto / Page 4

5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Sistem Kerja. Manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya kerja, apapun maksud dan motivasinya. Namun demikian, tidak ada satu definisi yang sama tentang kerja. Para ahli pun mendefinisikan kerja dalam berbagai bentuk. Berikut ini adalah definisi kerja menurut para ahli : 1. Neff dalam Sutalaksana (1979) mendefinisikan kerja sebagai : Kegiatan manusia merubah keadaaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya. 2. Miller (1967) : Any set of activities occurring about the sam time, sharing some common purpose that is recognized by a task performer. 3. Bennet (9167) : Generally speaking, any kind of behavior that can reasonably be labeled with a verb can be called a task. 4. Teicher and Whitehead (1973) : A transfer of information between components (within a system). 5. Rajan and Wilson (1997) : A task has a set goal and is purposive and that is achieved by an action (cognitive or physical in nature). Terlepas dari berbagai definisi di atas, pengertian kerja sebenarnya sangatlah luas. Hampir semua aktivitas manusia bisa kita sebut sebagai kerja, apapun motif atau tujuannya. Perluasan motif atau Johanes Susanto / Page 5

6 tujuan itu terjadi karena tidak semua manusia bekerja semata-mata untuk mempertahankan hidupnya. Ada manusia yang bekerja sematamata untuk mempertahankan hidupnya. Ada manusia bekerja mencari nafkah atau makan sehari-hari, ada manusia yang bekerja supaya dapat bertemu dengan orang lain, ada pula orang yang bekerja karena ingin memperoleh kepuasan tertentu seperti artis atau seniman, dan sebagainya. Kerja dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis. Berikut ini adalah macam-macam bentuk kerja yang sering dilakukan manusia : 1. Kerja fisik berat, (seperti : mencangkul, mengangkat beban). 2. Kerja fisik moderat, (seperti memegang suatu beban). 3. Psycho-motor skills, (seperti : merakit, mengetik). 4. Vigilance skills, (seperti : inspeksi, radar). 5. Diagnosis, (seperti : fault recognition). 6. Decision making, (seperti : goal programming, dll). 7. Reasoning/Problem solving. 8. Kreativitas : seni, desain. 9. Kombinasi, dll. Untuk mengembangkan & menerapkan cara kerja yang lebih mudah & berbiaya rendah, dilakukan dengan penelitian cara kerja. Penelitian cara kerja merupakan kegiatan pencatatan secara sistemetik & pemeriksaan seksama mengenai cara kerja yang berlaku / yang diusulkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Sasaran yang ingin dicapai dengan penelitian cara kerja ini adalah untuk mendapatkan cara kerja. Usaha ini dapat dilakukan dengan cara: 1. Melakukan perbaikan tata letak tempat kerja. 2. Melakukan analisis & perbaikan tempat kerja. 3. Mendesain tempat kerja & peralatan sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi. Johanes Susanto / Page 6

7 Kreativitas seseorang dapat memungkinkan diperolehnya beberapa alternatif dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Untuk melakukan perbaikan cara kerja, alternatif itu harus dipilih yang paling baik yang dapat dilaksanakan. Untuk memilih suatu cara kerja, perlu dikembangkan suatu kriteria penilaian yang dpat digunakan. Kriteria penilaian itu dpat meliputi: 1. Waktu penyelesaian yang dibutuhkan 2. Tenaga yang dikeluarkan 3. Akibat psikologis & sosiologis yang ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut. Untuk memperoleh waktu penyelesaian, harus dilakukan pengukuran waktu. Secara garis besar pengukuran waktu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Pengukuran waktu secara langsung merupakan pengukuran yang dilaksanakan dengan menggunakan jam henti di tempat pekerjaan itu berlangsung. 2. Pengukuran secara tidak langsung secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian : Data waktu gerakan Data waktu baku 2.2 Data Waktu Baku. Waktu baku adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dilakukan secara wajar oleh pekerja dalam keadaan normal. Perhitungan waktu baku membutuhkan faktor penyesuaian dan kelonggaran karena hal tersebut memiliki pengaruh bagi kecepatan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Faktor tersebut menurut Westinghouse s System meliputi penyesuaian keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Sedangkan faktor Johanes Susanto / Page 7

8 kelonggaran adalah faktor yang menyebabkan pekerja melakukan gerakangerakan yang tidak termasuk dalam dalam penyelesaian pekerjaan karena dilakukan di antara kegiatan penyelesaian kerja. Hal tersebut meliputi kelelahan mata, pemenuhan kebutuhan pribadi misalnya untuk ke toilet atau minum, sikap kerja dan gerakan-gerakan tubuh untuk mengurangi kelelahan. Pengambilan penilaian merupakan penilaian secara subyektif namun disesuaikan dengan kondisi yang sesungguhnya. Misalnya untuk keterampilan (Skill) pekerja yang mendapatkan nilai Good di mana dalam tabel memiliki nilai sejumlah +0,06. Penilaian tersebut menandakan bahwa keterampilan bekerja yang diamati memiliki kualifikasi yaitu (Sutalaksana, 1979) : 1. Kualitas yang baik 2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerjapada umumnya. 3. Kebanyakan pekerja pada umumnya. 4. Dapat memberi petunjuk- petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah. 5. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. 6. Tidak ada keraguan dalam melakukan tindakan. 7. Bekerjanya terlihat stabil. 8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik. 9. Gerakannya terlihat sangat cepat. Sedangkan dalam penilaian untuk usahanya (Effort), pekerja yang diamati mendapat nilai Good senilai +0,05 karena memiliki kualifikasi yaitu (Sutalaksana, 1979): 1. Bekerja berirama 2. Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan terkadang tidak ada. 3. Penuh perhatian terhadap pekerjaannya. Johanes Susanto / Page 8

9 4. Senang dengan pekerjaannya. 5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari 6. Menerima saran dan petunjuk untuk perbaikan kerjanya dengan senang. 7. Dapat memberi saran perbaikan kerja untuk pekerja lainnya. 8. Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi. 9. Menggunakan alat bekerja yang tepat dengan baik. 10. Memelihara dengan baik kondisi peralatan kerjanya. Selanjutnya adalah pada kondisi kerja (Condition) pada cara Westinghouse s System adalah kondisi fisik lingkungan tempat bekerjanya pekerja yaitu pencahayaan ruang, temperatur dan kebisingan ruangan. Pada operasi penimbangan kedelai, ruangan yang digunakan sangat sempit menjadi satu dengan tempat peyimpanan kedelai. Hal tersebut dimaksudkan oleh pemilik perusahaan agar pekerja lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya karena dekat dengan bahan baku. Namun kondisi ini menyebabkan ruangan menjadi kotor dan berdebu. Selain itu untuk pencahayaannya tidak terlalu mendapat cukup sinar matahari sehingga ruangan menjadi gelap dan juga pengap karena kurangnya ventilasi udara. Sehingga melihat keadaan demikian penilaian terhadap kondisi (Condition) adalah 0,00 atau Average. Kemudian untuk faktor yang terakhir adalah konsistensi (Consistency) pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Konsistensi adalah keteraturan waktu yang dibutuhkan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dalam keteraturan waktu tersebut terlihat apakah pekerja mampu menjaga kestabilan waktu yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan pekerjaannya. Untuk pekerja di stasiun penimbangan kedelai yang diamati mendapatkan nilai konsistensi yaitu Good atau sebesar +0,01. Nilai tersebut didapatkan pekerja tersebut karena pekerja mampu menunjukkan kestabilan kebutuhan waktu yang diperlukannya Johanes Susanto / Page 9

10 dalam melakukan pekerjaannya dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain. 2.3 Data Waktu Gerakan. Dengan Pengukuran Waktu Jam Henti, Sampling Kerja (Work Sampling) atau cara-cara lain untuk menentukan waktu baku, penyelidikannya harus dilakukan secara menyeluruh terus-menerus. Dengan Jam Henti misalnya, berpuluh-puluh bahkan mungkin lebih pengamatan harus dilakukan terhadap pekerjaan yang diselidiki. Begitu pula dengan sampling kerja, pengamatan acak (random) sesaat-sesaat harus dilakukan beratus sampai beribu kali untuk mendapatkan hasil yang teliti. Sehingga untuk menentukan waktu baku secara demikian membutuhkan waktu yang lama. Satu hal lain yang juga penting adalah bahwa pengamatan hanya dapat dilakukan setelah suatu pekerjaan berjalan, sehingga penentuan waktu bakunyapun baru diperoleh setelah kegiatan berlangsung beberapa lama. Hal ini jelas kurang membantu pimpinan perusahaan atau pabrik dalam merencana kegiatan produksi sebelumnya. Bersama dengan dihadapinya kenyataan-kenyataan ini, para ahli melihat bahwa sebenarnya terdapat bagian-bagian dari suatu pekerjaan yang sama dengan bagian-bagian dipekerjaan lain. Bahkan dalam sebuah pabrik, seringkali kesamaan bagian-bagian pekerjaan ini terdapat. Hal ini mula-mula terlihat pada pekerjaan-pekerjaan pemotongan logam. Misalnya hampir selalu terdapat pekerjaan mengangkat benda kerja dari tempatnya dan memasangnya pada kedudukan baru dimesin. Ternyata kondisi benda kerja yang sama (seperti berat dan bentuk) waktu penyelesaiannya dapat dikatakan untuk setiap macam pekerjaan pemotongan. Walaupun manfaat dari Data Waktu Baku ini dengan cepat dirasakan, namun masih dijumpai adanya kekurangan. Hal ini sehubungan dengan kemungkinan lingkupan pekerjaan yang dapat menggunakan tabel data Johanes Susanto / Page 10

11 waktu baku yang telah dibuat. Data Baku untuk pekerjaan-pekerjaan pemotongan logam, misalnya umumnya tidak dapat dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan dipabrik kimia. Lebih jelas lagi terlihat bahwa data baku pekerjaan-pekerjaan pabrik tidak dapat diterapkan untuk pekerjaanpekerjaan kantor. Jadi data waktu yang dibuat untuk suatu kelompok pekerjaan hanya berlaku untuk kelompok itu sendiri. Maka para ahlipun berusaha untuk mendapatkan data waktu baku pekerjaan yang dapat berlaku lebih umum. Hal ini kemudian dilakukan dengan memperhatikan elemen-elemen gerakan sebagai perincian dari suatu pekerjaan. Jadi bukan lagi bagian pekerjaan memindahkan benda kerja ke mesin yang dilihat, tetapi elemen-elemen gerakan apa yang menjalankannya. Disamping dengan penyelidikan macromotion, data-data baku setiap elemen gerakan diperoleh juga dari pengamatan-pengamatan dengan jam henti seperti yang dikembangkan oleh Taylor. Karenanya Data Waktu Gerakan sebenarnya merupakan perkembangan dari perpaduan antara penemuan-penemuan Taylor dan Gilbreth. Dengan demikian, untuk pekerjaan apapun di pabrik atau tempat kerja lain, kita dapat menentukan waktu bakunya dengan terlebih dahulu mengurai pekerjaan tersebut atas elemen-elemen gerakannya, dan mensintesakan waktu-waktu elemen tersebut. 2.4 Method Time Measurement. Pengukuran waktu metode yang dalam istilah asingnya lebih dikenal sebagai Methods Time Measurement (MTM) adalah suatu sistem penetepan awal waktu baku (predetermined time standard) yang dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang direkam dalam film. Sistem ini didefinisikan sebagai suatu prosedur untuk menganalisa setiap operasi atau metode kerja ke dalam gerakan-gerakan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan kerja tersebut, dan kemudian menetapkan standard waktu dari masing-masing gerakan tersebut berdasarkan macam gerakan dan kondisi-kondisi kerja masing- Johanes Susanto / Page 11

12 masing yang ada. Pengukuran waktu metode membagi gerakan-gerakan kerja atas elemen-elemen gerakan menjangkau (reach), mengangkut (move), memutar (turn), memegang (grasp), mengarahkan (position), melepas (release), lepas rakit (disassemble), gerakan mata (eye movement), dan beberapa gerakan anggota badan lainnya. Waktu untuk setiap elemen gerak ini ditentukan menurut beberapa kondisi yang disebut kelas-kelas. Kelas-kelas ini dapat menyangkut keadaan-keadaan perhentian, keadaan objek yang ditempuh atau dibawa, sulit mudahnya menangani objek atau kondisi-kondisi lainnya. Diawali sekitar tahun 1963 untuk pertama kalinya diperkenalkan anggota dari sistem Pengukuran Waktu Metode (methods time measurement) yang disebut dengan General Purpose Data (MTM- GPD) dan pada saat yang bersamaan MTM- 1 dipakai untuk merencanakan sistem dasar dari MTM. Belakangan ini perkembangan sistem/metode MTM-GPD, MTM-2, MTM-3, MTM-V, MTM-M, MTM-C, dan 4M DATA (Sritomo, 1992). TMU merupakan satuan waktu yang digunakan dalam MTM (Methods Time Measurement) baik MTM 1,2 dan 3. Definisi TMU ialah unit pengukuran waktu, dimana : 1 TMU = 0,00001 jam 1 TMU = 0,036 detik Tahap dalam Pengukuran Waktu Kerja dengan Metode MTM- 1 Pada dasarnya, terdapat tiga tahap dalam melakukan pengukuran waktu kerja dengan metoda MTM-1, yaitu : 1. Pendahuluan 2. Observasi 3. Perhitungan dan pengecekan Pemilihan operator sebaiknya yang sudah mempunyai metoda kerja yang tetap dan dianggap baik. Yang dimaksud dengan Johanes Susanto / Page 12

13 pendekatan operator ialah pemberitahuan kepada operator tentang pengukuran dan pencatatan yang akan dilakukan, dengan tujuan agar operator dapat bekerja secara wajar. Yang dimaksud dengan pengumpulan informasi adalah identifikasi kegiatan antara lain meliputi: lokasi kegiatan, identifikasi bahan dan bagian-bagiannya, peralatan yang dipakai, tata letak tempat kerja, kondisi pekerjaan, kualitas dan pengukuran jarak Elemen-Elemen Gerakan dalam MTM-1 Dalam metoda MTM-1 (Methods Time Measurement-1) terdiri dari elemen-elemen gerakan sepertireach, move, apply pressure, turn, grasp, release, position, disengage, eye time, crank body, danleg&foot motion. 1. Gerakan Menjangkau (REACH) Gerakan menjangkau (Reach) ialah gerakan dasar yang digunakan bila maksud utama gerakan adalah untuk memindahkan tangan atau jari tangan ke suatu tempat tujuan atau lokasi yang baru. Dalam pergerakan ini, tangan dalam keadaan kosong atau tidak membawa obyek apapun. Cara penulisan gerakan ini dipetakan dalam simbol-simbol yang berurut dan masing-masing simbol tersebut mengandung arti, yaitu: Simbol pertama dan ke-lima menginformasikan adanya gerakan lain yang tergabung dan tak terpisahkan dengan gerakan reach ini. Dan dituliskan jika dan hanya jika gerakan Johanes Susanto / Page 13

14 tersebut bersatu dengan gerakan lain. Penulisannya harus dengan memakai huruf m. Bila dipakai huruf besar seperti M, maka akan menginformasikan elemen gerakan dasar yang lain. Simbol ke-dua ialah simbol yang menginformasikan gerakan reach. Simbol ke-tiga diisi dengan jarak. Jarak yang dimaksudkan disini adalah jarak perpindahan tangan. Jarak yang dituliskan di sini harus dalam satuan inch, karena tabel yang tersedia sudah dalam satuan inch. Bila jarak pergerakan ini kurang dari ¾, maka penulisannya tidak perlu dengan angka, cukup dengan menuliskan huruf f. Simbol ke-empat menginformasikan kasus dalam gerakan reach ini. Diisi dengan huruf A,B,C,D atau E. 2. Gerakan Membawa (MOVE) Gerakan membawa (Move) ialah gerakan dasar yang dikerjakan bila maksud utamanya adalah untuk membawa suatu obyek ke suatu sasaran. Ciri-ciri utama dari pergerakan ini ialah Johanes Susanto / Page 14

15 pada saat pergerakan tangan, tangan dalam kondisi membawa objek. Oleh karena itu, berat dari objek diperhitungkan dalam gerakan ini, karena mempengaruhi pergerakan. Cara penulisan gerakan move ini dipetakan dalam simbol-simbol yang berurut dan masing-masing simbol tersebut mengandung arti, yaitu: Simbol pertama dan ke-enam menginformasikan adanya gerakan lain yang bergabung dan tak terpisahkan dengan gerakan move ini. Dan dituliskan jika dan hanya jika gerakan tersebut bersatu dengan gerakan lain. Penulisannya harus dengan memakai huruf m.bila dipakai huruf besar seperti M, maka akan menginformasikan elemen gerakan dasar yang lain. Simbol ke-dua ialah simbol yang menginformasikan gerakan move. Simbol ke-tiga diisi dengan jarak. Jarak yang dimaksudkan disini adalah jarak perpindahan tangan. Jarak yang dituliskan di sini harus dalam satuan inch, karena tabel yang tersedia sudah dalam satuan inch. Bila jarak pergerakan ini kurang dari ¾, maka penulisannya tidak perlu dengan angka, cukup dengan menuliskan huruf f. Simbol ke-empat menginformasikan kasus dalam gerakan move ini. Diisi dengan huruf A,B atau C. Simbol ke-lima menginformasikan berat objek yang berlaku dalam gerakan move ini. Berat diidentifikasikan dalam satuan lbs, sesuai tabel yang telah disediakan. Beban diperhitungkan bila melebihi 2 lbs. Johanes Susanto / Page 15

16 3. Gerakan Menekan (APPLY PRESSURE) Gerakan menekan (Apply Pressure) ialah pemakaian tekanan pada waktu pergerakkan. Gerakan yang termasuk dalam gerakan ini, misalnya mengencangkan sekrup dengan obeng. 4. Gerakan Memutar (TURN) Gerakan memutar (Turn) ialah memutar atau gerakan memutar tangan sepanjang sumbu tangan atau lengan bawah. Tata cara pemberian simbol dalam gerakan turn ini adalah sebagai berikut: Johanes Susanto / Page 16

17 Simbol pertama dituliskan huruf T besar, yang menginformasikan gerakan turn. Simbol ke-dua dituliskan derajat perputaran. Simbol ke-tiga dituliskan S, M, L, disesuaikan dengan kategori beban perputarannya. 5. Gerakan Memegang atau mengengam (GRASP) Gerakan memegang (Grasp) ialah elemen gerakan dasar untuk menguasai benda baik dengan jari atau dengan tangan. Pembagian dari gerakan grasp ini dibagi dalam 11 kategori yaitu: - G1, pick-up grasp, yang terdiri dari 3 kasus A,B dan C, yaitu: G1A Dipakai untuk semua objek yang secara mudah dipegang, dikerjakan dengan cara menutup jari/menghimpitkan kedua jari. G1B Dipakai bila objek yang dipegang sangat kecil atau objek yang sangat pipih yang terletak sejajar/sebidang dengan permukaan meja. G1C Gerakan ini dipakai untuk objek pemegangan yang berbentuk silindris, dan dibagi menjadi tiga kategori diameter, yaitu: G1C1 Dipakai bila objek yang akan dipegang berbentuk silindris, yang berdiameter lebih besar dari ½ inch. Johanes Susanto / Page 17

18 G1C2 Dipakai bila objek yang akan dipegang berbentuk silindris, yang berdiameter antara ¼ inchsampai dengan ½ inch. G1C3 Dipakai bila objek yang akan dipegang berbentuk silindris, yang berdiameter lebih kecil dari ¼ inch. - G2 Dipakai bila terjadi pengubahan pemegangan tanpa melepaskan pengendalian. - G3 Dipakai bila objek yang akan dipegang diambil dari tangan lain dengan mudah. - G4 Dipakai bila pemegangan dilakukan setelah pemilihan. - G5 Yang dimaksud ialah menguasai objek dengan cara disentuh. Dan gerakan ini biasanya sudah termasuk dalam gerakan reach, sehingga besar TMU-nya adalah nol. 6. Gerakan Melepas (RELEASE) Gerakan melepas (Release) ialah gerakan melepaskan penguasaan obyek oleh jari atau tangan. Johanes Susanto / Page 18

19 R1 1 Yang dimaksud ialah melepaskan penguasaan objek dengan membuka jari untuk melepaskan. R1 2 Yang dimaksud ialah menghindar, lawan dari G5, Sehingga biasanya bila gerakan grasp-nya masuk dalam kategori G1, G2, G3 atau G4, maka gerakan release-nya adalah RL1. Sedangkan bila gerakan grasp-nya masuk dalam kategori G5, maka gerakan release-nya adalah RL2. 7. Gerakan Mengarahkan (POSITION) Gerakan mengarahkan (position) ialah gerakan dasar dari jari atau tangan yang dipergunakan untuk meluruskan, mengorientasikan atau mengarahkan sebuah obyek dengan obyek lainnya, dengan tujuan memperoleh hubungan yang spesifik. Position terjadi setelah objek ditransportasikan atau dipindahkan. Tata cara penulisan simbol pada gerakan position ini ialah: Simbol pertama merupakan simbol untuk gerakan position. Simbol ke-dua menginformasikan kategori dari gerakan position, adalah sebagai berikut: 1 = Tidak ada tekanan/paksaan/kesukaran 2 = Sedikit tekanan 3 = Kesukaran atau diperlukan tekanan yang besar Johanes Susanto / Page 19

20 Simbol ke-tiga menjelaskan bentuk sifat atau bentuk dari benda yang diarahkan, yaitu: S = Simetri SS = Semi-simetri NS = Non-simetri Yang dimaksud dengan simetri ialah objek yang diarahkan bisa dalam keadaan bebas di masukkan/di arahkan. Dan yang dimaksud dengan semi-simetri ialah objek yang di arahkan/di masukkan terbatas posisinya pada saat di masukkan. Sedangkan yang dimaksud dengan non-simetri ialah objek yang diarahkan/dimasukkan hanya bisa dimasukkan dengan satu posisi saja. Simbol ke-empat menginformasikan tingkat kemudahan dalam melakukan gerakan position, yaitu: E = Mudah dalam pengendaliannya D = Sukar dalam pengendaliannya 8. Gerakan Melepas Rakit (DISENGAGE) Gerakan melepas rakit (Disengage) ialah gerakan dasar untuk memisahkan suatu obyek dari obyek lain. Pembagian pada gerakan disengage ini dibagi dalam tiga kategori, yaitu: D1 Loose, sangat sedikit usahanya, dan bercampur dengan gerakan selanjutnya. Dan jarak pemisahannya sampai 1 inch. D2 Close, usahanya normal, dan jarak pemisahannya antara 1 inch sampai dengan 5 inch. D3 Tight, usaha yang besar, dan jarak pemisahannya lebih besar dari 5 inch dan lebih kecil dari 12 inch. Johanes Susanto / Page 20

21 ialah: Tata cara penulisan simbol pada gerakan disengage ini Simbol pertama merupakan simbol untuk gerakan disengage. Simbol ke-dua menginformasikan tingkat usaha dari gerakan disengage. Simbol ke-tiga menginformasikan tingkat kesulitan dari gerakan disengage (Yudiantyo, 1994). 9. Gerakan Mata (EYE TIME) Gerakan ini terbagi menjadi dua gerakan, yaitu: a. ET (EYE TRAVEL) Eye travel ialah gerakan mata yang dipergunakan untuk mengubah pandangan dari suatu lokasi ke lokasi Johanes Susanto / Page 21

22 lain. Terdapat dua cara pengukuran yang dapat dilakukan sehubungan dengan penentuaneye travel ini, yaitu: Sudut Perpindahan(derajat) TMU >=75 20 Berdasarkan jarak perpindahan (T) dan jarak tegak lurus antara mata dan garis perpindahan (D). b. EF (EYE FOCUS) Eye focus ialah konsentrasi mata atau penglihatan mata terhadap suatu obyek pada kurun waktu tertentu dengan maksud memperjelas penglihatan. Besar TMU yang ditetapkan untuk gerakan ini adalah sebesar 7,3 TMU. 10. Crank Crank ialah gerakan memutar dari jari tangan, tangan, pergelangan tangan dan lengan. Berbeda dengan turn, gerakan crank terdapat diameter dari putaran, sebagai contoh memutar stir mobil. Tata cara penulisan simbol dari gerakan CRANK ini adalah sebagai berikut: Johanes Susanto / Page 22

23 Simbol pertama menginformasikan jumlah putaran. Minimal jumlah putaran adalah ½ putaran. Bila kurang dari ½ putaran, maka gerakan tersebut tidak dikategorikan gerakan crank, tetapi gerakanmove. Simbol ke-dua merupakan notasi dari gerakan crank. Simbol ke-tiga menginformasikan diameter putaran. Simbol ke-empat menginformasikan beban putaran. Dan dituliskan bila lebih besar dari 21/2 lbs. ENW singkatan dari Effective Net Weight, dan dalam hal ini dipakai satuan lbs. Johanes Susanto / Page 23

24 BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1 Perhitungan waktu baku secara langsung Waktu baku untuk setiap elemen gerakan yang dilakukan operator 1 dan operator 2 Keterangan Operator 1 : a. Penyesuaian (P) = P obj. * P sch. =1.12 * =1.3 b. Kelonggaran (A) = 10/100 = 0.1 No. Tangan Kiri Tangan Kanan Ws Wn Wb Mengambil Menahan Meletakkan Jumlah Gerakan ( kali) Mengambil pensil Mengukur dan menggaris Meletakkan pensil Menahan kaplek Mengambil gunting Memegang kaplek Memotong kaplek Meletakkan kaplek tengah, kaplek penutup dan kaplek sisi ketempat barang setengah jadi Membuang sisa kaplek Memindahkan kertas pelapis ke bidang kerja Mengambil Menahan Meletakkan Meletakkan gunting Membuang sisa kaplek Menunggu Mengambil pensil Mengukur dan menggaris Meletakkan pensil Johanes Susanto / Page 24

25 No. Tangan Kiri Tangan Kanan Ws Wn Wb Menahan kertas pelapis yang berada di bidang kerja Memegang kertas pelapis Meletakkan pelapis tengah, pelapis sisi dan penutup ke tempat barang setengah jadi Membuang sisa kertas pelapis 16 Menunggu Memindahkan karton spotlight I ke bidang kerja Mengambil Menahan Meletakkan Menahan spotlight I Memegang spotlight I Meletakkan spotlight I ke tempat barang setengah jadi Membuang sisa spotlight I Memindahkan karton spotlight II ke bidang kerja Menahan karton spotlight II Jumlah Gerakan ( kali) Mengambil gunting Memotong kertas pelapis Meletakkan pelapis tengah, pelapis sisi dan penutup ke tempat barang setengah jadi Membuang sisa kertas pelapis Mengembalikan gunting Menunggu Mengambil pensil Mengukur dan menggaris Meletakkan pensil Mengambil gunting Memotong spotlight Meletakkan gunting Membuang sisa spotlight I Mengambil pensil Menggambar pola angka Menunggu Meletakkan pensil Memegang karton spotlight II Memegang karton spotlight II Meletakkan pola angka ke tempat barang setengah jadi Mengambil gunting Memotong pola angka Meletakkan gunting Johanes Susanto / Page 25

26 No. Tangan Kiri Tangan Kanan Ws Wn Wb Jumlah Gerakan ( kali) 31 Membuang sisa karton spotlight II Membuang sisa karton spotlight II Memindahkan mika ke bidang kerja Mengambil Menahan Meletakkan Menunggu Mengambil pensil Mengukur dan menandai mika Meletakkan pensil Memegang mika Mengambil gunting Memegang mika Memotong mika Meletakkan mika ke tempat barang setengah jadi Membuang sisa mika Memindahkan mesin dan jarum jam ke bidang kerja Mengambil Menahan Meletakkan Meletakkan gunting Membuang sisa mika Memindahkan mesin dan jarum jam ke bidang kerja Mengambil pensil Mengukur dan menandai jarum jam Meletakkan pensil Menunggu Mengambil gunting Memegang jarum jam yang sudah diukur Meletakkan mesin dan jarum jam yang sudah dipotong ke tempat barang setengah jadi Membuang sisa jarum jam Memberikan semua barang setengah jadi ke operator 2 Memotong jarum jam Meletakkan gunting Membuang sisa jarum jam Memberikan semua barang setengah jadi ke operator Total Wb (det) Johanes Susanto / Page 26

27 Keterangan Operator 2 : a. Penyesuaian (P) = P obj. * P sch. =1.12 * =1.3 b. Kelonggaran (A) = 11/100 = 0.11 No. Tangan Kiri Tangan Kanan Ws Wn Wb Jumlah Gerakan ( kali) Memindahkan kaplek tengah ke bidang kerja Mengambil Menandai pusat kaplek tengah Meletakkan Memegang kaplek tengah Menahan kaplek tengah Menunggu Mengambil pensil Menandai pusat kaplek tengah Meletakkan pensil Mengambil paku Membuat lubang Menunggu Meletakkan paku Memindahkan pelapis kaplek tengah, spotlight dan pola angka ke bidang kerja Memindahkan hiasan ke bidang kerja Menahan kaplek tengah Menempel pelapis, spotlight, pola angka dan hiasan pada kaplek tengah Mengambil lem Menunggu Membubuhkan lem Menempel pelapis, spotlight, pola angka dan hiasan pada kaplek tengah Menunggu Meletakkan lem Memegang kaplek tengah Menahan kaplek tengah Mengambil paku Membuat lubang Menunggu Meletakkan paku Mengambil mesin dan jarum jam Mengambil mesin dan jarum jam Johanes Susanto / Page 27

28 No. Tangan Kiri Tangan Kanan Ws Wn Wb Memasang mesin dan jarum jam pada kaplek tengah Meletakkan kaplek tengah yang sudah terpasang mesin dan jarum jam nya ke tempat setengah jadi Memindahkan kaplek penutup dan pelapisnya ke bidang kerja Menahan kaplek penutup Melapisi kaplek penutup dengan pelapisnya Meletakkan kaplek penutup ke tempat setengah jadi Memindahkan kedua kaplek sisi ke bidang kerja Menahan kaplek sisi Menempelkan kedua kaplek sisi menjadi satu Memasang mesin dan jarum jam pada kaplek tengah Meletakkan kaplek tengah yang sudah terpasang mesin dan jarum jam nya ke tempat setengah jadi Jumlah Gerakan ( kali) Mengambil lem Membubuhkan lem Melapisi kaplek penutup dengan pelapisnya Meletakkan kaplek penutup ke tempat setengah jadi Menunggu Membubuhkan lem Menempelkan kedua kaplek sisi menjadi satu Menunggu Meletakkan lem Mengambil Menandai tempat penekukan kaplek sisi yang telah digabungkan Menekuk kaplek sisi menggunakan Meletakkan Mengambil pensil Menandai tempat penekukan kaplek sisi yang telah digabungkan Menekuk kaplek sisi menggunakan Meletakkan pensil Mengambil selotip Mengambil gunting Memegang selotip Menggunting selotip Johanes Susanto / Page 28

29 No. Tangan Kiri Tangan Kanan Ws Wn Wb 33 Menyambung kaplek sisi yang sudah ditekuk dengan selotip Menyambung kaplek sisi yang sudah ditekuk dengan selotip Jumlah Gerakan ( kali) Meletakkan selotip Meletakkan gunting Memindahkan pelapis kaplek sisi ke bidang kerja Menahan pelapis kaplek sisi Melapisi kaplek sisi yang sudah ditekuk dengan pelapisnya Mengambil kaplek tengah Menahan kaplek tengah Memasang kaplek tengah yang sudah terpasang mesin jam kedalam kaplek sisi Mengambil kaplek penutup Menahan kaplek penutup Menempelkan kaplek penutup ke badan jam Memindahkan plastik mika ke bidang kerja Memegang badan jam Menempelkan plastik mika ke badan jam Mengambil lem Membubuhkan lem Melapisi kaplek sisi yang sudah ditekuk dengan pelapisnya Menunggu Membubuhkan lem Memasang kaplek tengah yang sudah terpasang mesin jam kedalam kaplek sisi Menunggu Membubuhkan lem Menempelkan kaplek penutup ke badan jam Menunggu Membubuhkan lem Menempelkan plastik mika ke badan jam Mengambil hiasan Mengambil hiasan Memegang hiasan Membubuhkan lem Menempelkan hiasan Membuang sisa hiasan Menempelkan hiasan Membuang sisa hiasan Menunggu Meletakkan lem Johanes Susanto / Page 29

30 No. Tangan Kiri Tangan Kanan Ws Wn Wb Jumlah Gerakan ( kali) 52 Menunggu Mengambil baterai Memasang baterai Memasang baterai Meletakkan jam meja ke tempat barang jadi Meletakkan jam meja ke tempat barang jadi Total Wb (det) Perhitungan waktu baku keseluruhan untuk proses pembuatan jam meja tersebut. TotalWb = Operator detik Operator detik detik 2. 23jam Johanes Susanto / Page 30

31 3.2 Assembly Process Chart (APC) untuk proses pembuatan jam meja. ASSEMBLY CHART Pembuatan Jam Meja Kaplek Tengah Pelapis Kaplek Tengah SS A-1 Karton Spotlight Pola Angka Hiasan SA- 1 A-1 Jarum Jam Mesin Jam SS A-1 Baterai Kaplek Sisi Pelapis Kaplek Sisi A-2 Kaplek Penutup A-3 Pelapis Kaplek Penutup Mika A-4 Johanes Susanto / Page 31

32 3.3 Operation Process Chart (OPC) pembuatan jam meja (Lihat tabel 3.3 pada lampiran) 3.4 Perhitungan waktu baku tidak langsung dengan metode MTM. Dalam perhitungan data waktu dengan menggunakan metode MTM, Total Wb yang didapat oleh kedua operator untuk menyelesaikan jam meja adalah 0.88 jam atau sekitar 53 menit 37 detik. Keterangan lebih lanjut ada dalam tabel MTM (Lihat tabel 3.4 pada lampiran) Johanes Susanto / Page 32

33 BAB IV ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA 4.1 Analisis penggunaan nilai penyesuaian operator. Penyesuaian (P) yang digunakan adalah penyesuaian objektif dan penyesuaian schumard dengan catatan kedua operator memiliki nilai penyesuaian yang sama. Dalam pengerjaan jam meja ini, operator banyak menggunakan bagian tubuh atas seperti lengan atas, lengan bawah, dan seterusnya sehingga dapat menggunakan penyesuaian D (5). Kemudian tangan operator bergerak bergantian saat proses kerja sehingga penyesuaian H (0) dapat digunakan. Pengukuran jam meja, menggunting dan menghias membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang konstan dan dekat sehingga menggunakan penyesuaian K (4). Penggunaan perlatan harus hati-hati dan dibutuhkan penanganan khusus sehingga menggunakan penyesuaian Q (3). Hal tersebut menjelaskan mana saja penyesuaian objektif yang dipilih dalam pengerjaan jam meja. Sedangkan untuk penyesuaian Schumard yang dipilih adalah kelas Good karena operator yang bekerja tidak berpengalaman tetapi mampu menyelesaikan jam meja dengan baik. Besarnya kelonggaran atau allowance (A) yang digunakan kedua operator berdasarkan factor yang berpengaruh dapat dilihat dari beberapa hal yang ada di tabel allowance. Dalam pembuatan jam meja ini, tenaga yang digunakan oleh operator relatif ringan dengan sikap kerja duduk dan gerak kerja yang normal. Dengan banyaknya kegiatan mengukur, memotong, mengelem, dan menempel serta merakit, maka pandangan mata akan terus menerus dengan fokus tetap. Suhu ruangan saat pengerjaan normal dengan keadaan atmosfer yang baik dan keadaan lingkungan yang bersih, sehat, cerah dan kebisingan rendah. Johanes Susanto / Page 33

34 Perlu diketahui bahwa ada operator wanita dan operator pria sehingga kelonggaran untuk kebutuhan pribadinya berbeda. Performansi operator I dalam melakukan pekerjaan dinilai berada pada kelas Excellent karena operator tersebut bekerja dengan cepat dan terampil. Sedangkan performansi operator II dalam bekerja dinilai berada pada kelas Good karena operator tersebut bekerja dengan baik. Nilai kelonggaran dari operator I adalah 18 %. Kemudian nilai kelonggaran dari operator II adalah 15 %. Hal ini penulis putuskan karena faktor pribadinya tidak terlalu berpengaruh, tenaga yang dikeluarkan dapat diabaikan, sikap kerjanya duduk, gerakan kerjanya normal, pandangan matanya hampir terus menerus, keadaan suhu tempat kerjanya normal, keadaan lingkungannya bersih, sehat, Penulis berpendapat cerah dengan kebisingan yang rendah, faktor tak terhindarkannya tidak ada karena selama melakukan pekerjaannya operator tersebut tidak mengalami hal tak terhindarkan tersebut. Johanes Susanto / Page 34

35 4.2 Analisis tata letak stasiun kerja. Tata letak Stasiun Kerja pada praktikum ini dinilai kurang baik yang berdampak pada performansi operator. Beberapa peralatan yang sering digunakan seperti dan pensil pada lay out praktikum ini dirasakan letaknya cukup jauh dari jangkauan. Berikut ini adalah lay out yang diterapkan pada saat praktikum. LAY OUT OPERATOR I Keterangan : C B A D E F G H I J A : Barang ½ jadi B : Karton Spotlight C : Kertas Pelapis D : Penggaris E : Mika F : Pensil G : Lem H : Gunting I : Mesin Jam J : Tempat sampah LAY OUT OPERATOR II Keterangan : D C B A E F G H I J K L A : Barang ½ jadi B : Mika C : Hiasan D : Penggaris E : Selotip F : Pensil G : Gunting H : Lem I : Mesin Jam J : Baterai K : Paku L : Tempat sampah Johanes Susanto / Page 35

36 Untuk itu akan lebih efisien apabila peralatan yang memiliki frekuensi penggunaan lebih tinggi berada pada lokasi / sisi yang mudah dijangkau operator, misalnya posisi samping kanan atau kiri. Kemudian untuk barang setengah jadi dan sampah diperlukan space (ruang) lebih luas lagi dengan maksud tidak mengganggu pekerjaan lain yang masih harus dilakukan di Stasiun Kerja tersebut. Dan untuk barang atau komponen yang diproses sebaiknya ditempatkan pada posisi yang sama agar operator I dan operator II dapat menjangkau dengan mudah dan menghemat tempat. Seperti lay out sebagai berikut : A B C M L D OPERATOR I E E F G OPERATOR II J I H N O Keterangan : A : Kertas Spotlight B : Kertas Pelapis C : Gunting D : Barang ½ jadi E : Mesin Jam F : Mika G : Tempat sampah H : Lem I : Pensil J : Penggaris K : Penggaris L : Pensil N : Gunting M : Hiasan O : Baterai P : Paku K P 4.3 Analisis mengenai proses tiap stasiun kerja. Proses setiap stasiun kerja sudah cukup baik. Akan tetapi untuk tujuan peningkatan produktivitas dari operator maka evaluasi dan perancangan ulang perlu dilakukan. Kita harus melakukan pemilihan operator secara tepat, yang sudah terbiasa dalam mengerjakan pekerjaan jenis seperti ini sehingga dalam pengerjaannya dapat menggunakan waktu secara efektif dan efesien. Johanes Susanto / Page 36

37 4.4 Analisis Peta Tangan Kanan Tangan Kiri (PTKTK) Analisis Keseimbangan antara Gerakan Tangan Kanan dan Tangan Kiri. Gerakan gerakan tangan kanan dan tangan kiri perbedaannya tidak terlalu besar. Untuk Operator 1, proses pengerjaannya begitu berat, sehingga tangan kanan lebih dominan dalam mengerjakannya, seperti proses memotong. Yang dapat membuat tangan kanan sakit karena karton kaplek yang bahannya lebih tebal, sehingga sulit untuk dipotong. Pada Operator 2 proses pengerjaan berat terdapat pada membuat lubang pada karton kaplek tengah. Pada Tangan kiri pekerjaannya berperan untuk hal hal yang kecil seperti mengambil peralatan, hiasan, dll. Proses untuk melakukan penyeimbangan pada tangan kiri terhadap tangan kanan agak sulit dilakukan dikarenakan tangan kanan dibiasakan lebih banyak melakukan kegiatan/pekerjaan-pekerjaan di bandingkan dengan tangan kiri, seperti pekerjaan-pekerjaan yang setiap hari dilakukan. Dalam hal ini tangan kiri harus ditingkatkan lagi dalam pekerjaan menggunakan tangan kiri, sehingga dapt menghemat waktu pekerjaan. Gerakan gerakan menunggu. Masih terdapat pada pekerjaan ini dimana tangan kanan atau tangan kiri tidak melakukan aktifitas (menunggu), seperti pada contoh tangan kiri memindahkan kertas pelapis kebidang kerja sedangkan tangan kanan menunggu, seharusnya proses menunggu dapat dihilangkan dengan melakukan proses selanjutnya seperti tangan kanan mengambil pensil atau pperalatan yang dibutuhkan dalam proses selanjutnya. Jika dalam pekerjaan ini proses menunggu tidak dapat dihilangkan alangkah baiknya jika diminimalisir, sehingga proses pengerjaan tidak terbuang sia-sia dan dapat meningkatkan jumlah produksi. Johanes Susanto / Page 37

38 4.4.1 Analisis Gerakan yang Tidak Efesien dan Tidak Produktif. Pada Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri (PTKTK) dapat diketahui bahwa masih adanya beberapa gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif. Gerakan-gerakan tersebut antaran lain salah satu tangan yang hanya menunggu tangan lainnya melakukan aktifitasnya. Akan lebih baik apabila menunggu dapat diminimalkan dengan merancang PTKTK dimana tangan kanan dan tangan kiri bekerja beriringan demi keefektifan dan keefisienan waktu untuk meningkatnya produktivitas. Gerakan lainnya yang menurut penulis termasuk dalam gerakan yang tidak efektif dan efisien adalah gerakan-gerakan mengambil peralatan yang letaknya lebih dari jarak jangkauan. Hal ini menyebabkan operator dapat merasa lebih cepat lelah dan hal ini akan menurunkan tingkat produktifitasnya apabila ia diharuskan untuk mengulur tangannya dengan sedikit gerakan membungkuk untuk menjangkau peralatan tersebut. Maka diperlukan rancangan lay out operator yang baik dan sesuai dengan operator. 4.5 Analisis perbaikan tentang alat bantu kerja Alat Bantu Kerja untuk Melakukan Proses. Penulis berpendapat bahwa untuk memudahkan proses pengerjaan maka beberapa alat bantu perlu ditambahkan, diantaranya adalah mal cetak angka dan wadah untuk komponen angka agar mudah saat pengambilannya Wadah untuk Bahan dan Alat yang Sesuai untuk Operasi Kerja. Usulan untuk wadah bagi bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum adalah suatu wadah yang pipih, memiliki panjang dan lebar yang sesuai serta tidak tinggi karena wadah yang memiliki Johanes Susanto / Page 38

39 sisi tinggi akan menyulitkan operator dalam mengambil bahan ataupun peralatan Lingkungan Kerja. Lingkungan kerja yang lebih baik, dengan pencahayaan yang cukup sehingga operator dapat melihat dengan jelas, suhu yang normal dengan sirkulasi udara yang baik, dan meja kerja yang cukup lapang dengan demikian operator bisa leluasa dalam melakukan pekerjaannya. 4.6 Perbandingan pengukuran Wb langsung dan tidak langsung. Pengukuran data waktu baku secara langsung dilakukan dengan mengamati operator kerja yang melakukan kegiatan kerjanya secara langsung dan mendapatkan total waktu baku dari lama kegiatan tersebut dilaksanakan. Sedangkan jika dengan menggunakan pengukuran data waktu baku tidak langsung (menggunakan MTM), kita akan mendapatkan hasil waktu baku tanpa harus mengamati operator langsung. Dalam pengukuran data waktu baku yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung ternyata memiliki hasil total waktu yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena beberapa factor, diantaranya operator yang melakukan kegiatan mengalami beberapa trouble sehingga menghambat proses kerja dan menggunakan waktu lebih banyak. Kesulitan yang dihadapi oleh operator ini terjadi karena masih banyak elemen plan, search, dan delay yang dilakukan operator. Kemudian tingkat keterampilang dan lingkungan sekitar operator juga mempengaruhi kecepatan kerja operator. Seperti pada saat praktik, lingkungan kerja terlalu ramai sehingga operatornya bisa melakukan hal lain diluar membuat jam meja (mengobrol dan bercanda, makan dan minum, etc). Johanes Susanto / Page 39

40 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan. Dalam percobaan kali ini, data waktu baku yang diperoleh dari pengamatan secara langsung dan tidak langsung ternyata memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mengganggu serta ketidak seriusan operator dalam mengerjakan jam meja. Operator bekerja santai dan sedikit mengobrol membuat terjadinya penguluran waktu dari data waktu baku yang seharusnya. Kemudian keterampilan operator yang berbeda membuat hasil data waktu baku pun berbeda. 5.2 Saran. Sebaiknya dalam melakukan pengerjaan sebuah benda kerja, dilakukan beberapa kali percobaan sehingga mampu terlihat perbedaan data waktu baku dari operator yang tidak berpengalaman hingga menjadi operator yang berpengalaman sehingga memenuhi data waktu berdasarkan MTM. Johanes Susanto / Page 40

41 DAFTAR PUSTAKA Aft, Lawrence S., Productivity Measurement and Improvement. Pretince Hall, Inc.1992 Apple, M. James, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.ITB Barnes, Ralph M., Motion and Time Study, Design and Measurement of Work.John Wiley and Soc. Inc., New York, AS, Niebel, Benjamin W., Motion and Time Study.9 th ed., Irwin, Illionis, Niebel, Benjamin and Andris Freivalds.Methods, Standards, and Work Design. McGraw-Hill Companies, inc Nori, Hamid, Production and Operation Management. Satualaksana, Iztifikar Z. dkk, Teknik Tata Cara Kerja. Departemen Teknik Industri ITB, Bandung, Johanes Susanto / Page 41

Method Time Measurement (MTM-1) Nurjannah

Method Time Measurement (MTM-1) Nurjannah Method Time Measurement (MTM-1) Nurjannah Definisi Basic Methods Time Measurement (MTM-1) adalah suatu sistem penetapan awal waktu baku yang dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan - gerakan kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Methods Time Measurement Pengukuran waktu metoda atau Methods Time Measurement adalah suatu sistem penetapan awal waktu baku yang dilakukan secara tidak langsung dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu kerja Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Berikut adalah

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU TIDAK LANGSUNG DATA WAKTU GERAKAN

PENGUKURAN WAKTU TIDAK LANGSUNG DATA WAKTU GERAKAN PENGUKURAN WAKTU TIDAK LANGSUNG DATA WAKTU GERAKAN Kegunaan/Kelebihan data waktu gerakan 1. waktu baku pekerjaan dapat diketahui sebelum pekerjaan tsb dijalankan 2. waktu baku pekerjaan dapat diketahui

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study ABIKUSNO DHARSUKY Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Untuk memperoleh prestasi kerja dan hasil kerja yang optimum diperlukan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA LABORATORIUM MENENGAH TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK/KALIMALANG 05 Modul Peta Peta Kerja (Work

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang operator yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang

Lebih terperinci

ABSTRAK Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar. Semakin tinggi permintaan dari pasar, maka perusahaan harus dapat memenuhi permintaan tersebut, tetapi dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

Pengukuran Waktu kerja Metode (Methods Time Measurement)

Pengukuran Waktu kerja Metode (Methods Time Measurement) Pengukuran Waktu kerja Metode (Methods Time Measurement) Adriyana Dewi Mayasari 135060700111029 Amelia Handini 135060700111035 Virly SepFamarta 135060701111037 R Danang 135060701111048 Baiq Fani Maulina

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data gerakan kerja dilakukan dengan cara merekam proses perakitan resleting polyester dengan handycam / kamera video. Setelah itu data

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah PENGUKURAN WAKTU Nurjannah Pengukuran waktu (time study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih dan qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini persaingan di dunia usaha semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri. Setiap perusahaan sudah pasti ingin mempertahankan keberadaannya di dunia usaha dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN By: Rini Halila Nasution, ST, MT STUDI GERAKAN Studi gerakan atau yang biasanya disebut dengan motion study adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan BORSANO merupakan sebuah home-industry yang bergerak di bidang produksi sepatu kulit. Saat ini perusahaan memiliki masalah yaitu waktu baku setiap stasiun kerja tidak diketahui, kinerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perkembangan ekonomi nasional saat ini tak terlepas dari adanya peningkatan teknologi dan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perindustrian dalam negeri, baik itu industri

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. 20 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Kerja Menurut Sutalaksana dkk. (2006), Pengukuran waktu kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Rating Factor Kriteria rating factor, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini : Super Skill: 1. Bekerja dengan sempurna 2. Tampak

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 6 MOTION STUDY Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com WORK TIME MEASUREMENT (MOTION

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT X )

USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT X ) Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

ANALISA USULAN PERBAIKAN GERAKAN OPERATOR PADA LINE INJECTION DI PT. XYZ MENGGUNAKAN METODE MTM-1 (Basic Methods Time Measurement)

ANALISA USULAN PERBAIKAN GERAKAN OPERATOR PADA LINE INJECTION DI PT. XYZ MENGGUNAKAN METODE MTM-1 (Basic Methods Time Measurement) ANALISA USULAN PERBAIKAN GERAKAN OPERATOR PADA LINE INJECTION DI PT. XYZ MENGGUNAKAN METODE MTM-1 (Basic Methods Time Measurement) Disusun Oleh: Aditya Kurnia (30411223) Pembimbing: Dr. Ir. Dian Kemala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV.Motekar merupakan salah satu perusahaan home industry yang memproduksi berbagai jenis boneka. Perusahaan ingin mengetahui apakah sistem kerja yang diterapkan dalam perusahaan ini sudah baik

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating Petunjuk Sitasi: Cahyawati, A. N., & Pratiwi, D. A. (2017). Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B211-216). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

DAFTAR ISI. Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran ABSTRAK Pembangunan industri yang baik terutama harus memperhatikan faktor manusia sebagai penggerak utamanya. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatan dengan baik bila ditunjang oleh sistem kerja dan

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG. Amalia, S.T., M.T.

PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG. Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG Amalia, S.T., M.T. METODE PENGUKURAN KERJA Pengukuran Langsung Stop Watch Time Study Work Sampling Pengukuran Tidak Langsung Metode Standart Data/Formula

Lebih terperinci

BAB 4. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA

BAB 4. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Waktu siklus Stasiun Kerja Stik (Jahit) Tabel 4.1 Data Waktu Siklus Stasiun Kerja Stik (Jahit) Per 1 pasang Pengamatan Waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 25 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran waktu metoda (Methods-Time Measurement) Pengukuran waktu metoda yang dalam istilah asingnya lebih dikenal sebagai Metods-Time Measurement (MTM) adalah suatu sistem

Lebih terperinci

MODUL II WORK MEASUREMENT

MODUL II WORK MEASUREMENT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu merupakan salah satu kriteria dari suatu alternatif beberapa metode kerja yang paling sering digunakan sebab kriteria ini memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Tidak Langsung (Predetermined Motion-Time System)

Pengukuran Kerja Tidak Langsung (Predetermined Motion-Time System) Pengukuran Kerja Tidak Langsung (Predetermined Motion-Time System) Latar Belakang Stop watch harus terus menerus mengamati pekerjaan Work sampling butuh ratusan/ribuan pengamatan Data waktu baku hanya

Lebih terperinci

Nama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling

Nama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling Nama : Johanes Susanto NIM : 2012-21-046 Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian Work Sampling Sampling Pekerjaan (Work Sampling) adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap

Lebih terperinci

WORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST

WORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST WORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I LANDASAN TEORI

Lebih terperinci

Predetermined Motion Time System (PMTS)

Predetermined Motion Time System (PMTS) Teknik Industri Predetermined Motion Time System (PMTS) Analisis dan Pengukuran Kerja Authors Farah Tsanyna ila (135060707111024) Yussy Fatma Rosyita (135060701111051) Mita Puspitasari 135060701111128

Lebih terperinci

PETA PETA KERJA. Nurjannah

PETA PETA KERJA. Nurjannah PETA PETA KERJA Nurjannah Peta Kerja Peta kerja merupakan suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (Sutalaksana, 2006) Peta kerja merupakan alat komunikasi yang sistematis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Sistem Kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan. Teknikteknik dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C2 + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN STASIUN KERJA DI BAGIAN PACKING DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI ( Studi Kasus di PT. Nikkatsu Electric Work)

USULAN PERBAIKAN STASIUN KERJA DI BAGIAN PACKING DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI ( Studi Kasus di PT. Nikkatsu Electric Work) USULAN PERBAIKAN STASIUN KERJA DI BAGIAN PACKING DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI ( Studi Kasus di PT. Nikkatsu Electric Work) Yanti Helianty, Caecilia SW, Mita Lianie Astuti Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse 32 33 Tabel 2.5 Kelonggaran Tabel 2.5 Kelonggaran ( Lanjutan ) 34 Tabel 2.5 Kelonggaran ( Lanjutan ) 35 36 2.2 Peta Kerja 2.2.1 Pengertian Peta Kerja Peta kerja

Lebih terperinci

MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY)

MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY) 1 MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY) I. TUJUAN PRAKTIKUM a. Tujuan Umum Memperkenalkan kepada Mahasiswa tentang metode Micromotion Study dalam aplikasi pengukuran waktu baku dengan menganalisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Time and Motion Study Time and motion study adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) baik

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 7. work sampling

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 7. work sampling FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 7 work sampling Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Pengukuran Kerja: Metode

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 9. micromotion study

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 9. micromotion study FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 9 micromotion study Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com MICROMOTION STUDY A.

Lebih terperinci

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja Lampiran 1 Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja WC 1 (Laminating) Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Sub Total Keterampilan Good C2 +0.03 Usaha Good C2 +0.02 Kondisi Fair E -0.03 Konsistensi Average

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) 1 Setelah mempunyai gambaran tentang keadaan umum dari proses yang terjadi seperti yang diperlihatkan dalam peta proses operasi, langkah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA METODE DASAR PENGUKURAN WAKTU (METHOD TIME MEASUREMENT- 1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA METODE DASAR PENGUKURAN WAKTU (METHOD TIME MEASUREMENT- 1) TNR, Font 16 pt Bold, Center LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA METODE DASAR PENGUKURAN WAKTU (METHOD TIME MEASUREMENT- 1) Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNWERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SMED (Single Minute Exchange Die) Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri manufaktur adalah seringnya keterlambatan dalam menyelesaian pekerjaan sehingga tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

Apa itu MTM-2 dan MTM-3? MTM-2 dan MTM-3. Keuntungan pemakaian MTM-2 & MTM-3 dibandingkan MTM-1. Siapa yang layak menggunakan

Apa itu MTM-2 dan MTM-3? MTM-2 dan MTM-3. Keuntungan pemakaian MTM-2 & MTM-3 dibandingkan MTM-1. Siapa yang layak menggunakan Apa itu MTM-2 dan MTM-3? MTM-2 dan MTM-3 Disusun oleh : MTM-2 dan MTM-3 adalah metoda pengukuran waktu baku cara tak langsung melalui data waktu gerakan, yang dibuat berdasarkan metoda MTM-1. Tujuannya

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE KERJA PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. KEMBANG BULAN

PERBAIKAN METODE KERJA PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. KEMBANG BULAN No. 1, Januari 2013, pp 41-48 PERBAIKAN METODE KERJA PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. KEMBANG BULAN Yoppy Setiawan 1, Herry Christian Palit,S.T.,M.T. 2 Abstract: PT Kembang Bulan merupakan salah satu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Tata Letak Salah satu kegiatan rekayasa industri yang paling tua adalah menata letak fasilitas. Dan tata letak yang baik selalu mengarah kepada perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK Konsumsi Semen PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA DAN KANAN Cut Ita Erliana 1, Listiani Nurul Huda 2, A. Rahim Matondang 2 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

BAB 6 USULAN DAN ANALISIS

BAB 6 USULAN DAN ANALISIS BAB 6 USULAN DAN ANALISIS 6.1 Stasiun Kerja Usulan Berikut merupakan nama-nama stasiun kerja usulan yang digunakan untuk memproduksi toy Nxxxx. Pada usulan ini terdapat 27 stasiun kerja, berikut merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung)

PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung) PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung) WORK SYSTEM DESIGN IN DRY-CORN PROCESSING REFER TO ERGONOMIC

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA METODE DASAR PENGUKURAN WAKTU (METHOD TIME MEASUREMENT- 1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA METODE DASAR PENGUKURAN WAKTU (METHOD TIME MEASUREMENT- 1) TNR, Font 16 pt Bold, Center LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA METODE DASAR PENGUKURAN WAKTU (METHOD TIME MEASUREMENT- 1) Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini : 1. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran kerja atau work measurement adalah proses menentukan waktu yang diperlukan seorang operator dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU KERJA

PENGUKURAN WAKTU KERJA PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified ) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ergonomi adalah suatu study yang mengkaji tentang manusia dan interaksinya dengan unsure-unsur yang ada dalam lingkungan kerja, baik itu interaksinya dengan peralatan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 8 STOPWATCH

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 8 STOPWATCH FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 8 STOPWATCH Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com TIME STUDY: METODE STOPWATCH

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Berikut ini adalah data-data yang dapat dikumpulkan pada stasiun-stasiun kerja yang ada di bagian produksi bedak wajah (two way cake powder), data-data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peta kerja atau biasa disebut Peta Proses (process chart) merupakan alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peta kerja atau biasa disebut Peta Proses (process chart) merupakan alat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Kerja Peta kerja atau biasa disebut Peta Proses (process chart) merupakan alat komunikasi yang sistematis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir. Dan melalui

Lebih terperinci

WORK SAMPLING. Modul Work Sampling Praktikum Genap 2011/2012 I. TUJUAN PRAKTIKUM

WORK SAMPLING. Modul Work Sampling Praktikum Genap 2011/2012 I. TUJUAN PRAKTIKUM Praktikum Genap 2011/2012 1 WORK SAMPLING I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Memperkenalkan kepada praktikan tentang metode sampling kerja sebagai alat yang efektif menentukan kelonggaran (allowance time) diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Manusia merupakan salah satu elemen utama pada sistem industri dalam menjalankan aktivitas. Tanpa adanya campur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan dan kemajuan dalam bidang teknologi berkembang dengan sangat pesat, perkembangan ini dirasakan hampir disemua sektor industri, salah

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang diperhatikannya produktivitas pekerja pada suatu proyek konstruksi dapat menghambat pekerjaan konstruksi tersebut. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG Metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan Waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) Kelvin Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu ABSTRAK Aliran produksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI INDUSTRI INOVATIF Vol. 3, No. 2, September 2013: 18-23 PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI 1) Mujiono 1) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNWERSITAS GADJAH MADA

Lebih terperinci

MENGUKUR PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN SEVEN ELEVEN MANGGA DUA

MENGUKUR PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN SEVEN ELEVEN MANGGA DUA MENGUKUR PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN SEVEN ELEVEN MANGGA DUA Hendy Tannady 1, Chaniago Helmi Santoso, Michael Kelly, Yulianto E-mail: htannady@bundamulia.ac.id 1 Penulis Hendy Tannady adalah dosen tetap

Lebih terperinci

FM-UDINUS-PBM-08-04/R0

FM-UDINUS-PBM-08-04/R0 SILABUS MATAKULIAH Revisi : 4 Tanggal Berlaku: 4 September 2015 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : Analisa dan Perancangan Sistem Kerja 2. Program Studi : Teknik Industri 3. Fakultas : Teknik 4. Bobot sks

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK Debrina Puspita Andriani 1, Billy Anugrah 2, Annissa Dian Islami 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan data 4.1.1 Produk Gutter Complete R/L Perusahaan PT. Inti Pantja Press Industri dipercayakan untuk memproduksi sebagian produk kendaraan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pekerjaan yang diamati pada praktikum kali ini adalah produktifitas kasir hypermart oleh dua operator. Proses kinerja kasir tersebut adalah kasir tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Diagram Metodologi Gambar 4.1 Metodologi Penelitian 47 Gambar 4.2 Metodologi Penelitian (lanjutan) 48 4.2 Penelitian Pendahuluan Penelitian dilakukan di PT. Refconindo

Lebih terperinci

METODE KERJA MENGGUNAKAN MOST UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI MUKENA

METODE KERJA MENGGUNAKAN MOST UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI MUKENA METODE KERJA MENGGUNAKAN MOST UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI MUKENA Renny Septiari 1) dan Umi Nurillah 2) 1) Program Studi Teknik Industri, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Nasional Jl. Bendungan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN ANALISIS WAKTU SIKLUS DENGAN MENGGUNAKAN PETA KERJA TANGAN KANAN TANGAN KIRI PADA PROSES TIRE ASSY ALL WELL BTU DI PT SURYARAYA RUBBERINDO INDUSTRIES Nia Budi Puspitasari 1*, Nadira Apsari 2 1,2 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya perkembangan jaman, maka berbagai bidang yang ada mengalami perkembangan yang pesat pula. Salah satu bidang yang berkembang cukup pesat

Lebih terperinci