ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI PULAU KECIL (Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI PULAU KECIL (Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara)"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI PULAU KECIL (Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara) TELY DASALUTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tugas Akhir Analisis Pengembangan Usaha Mikro Dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Pulau Kecil adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam forum apapun dan dimanapun. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini. Jakarta, April 2009 Tely Dasaluti NRP. F

3 ABSTRACT TELY DASALUTI. Analysis of Micro Business Development to Support Women Empowerment of the Small Island (Case Study in Bunaken Island of Manado, North Sulawesi). Under direction of AIDA VITAYALA S. HUBEIS as head and EKO SRI WIYONO as member. Women of the small island are potentially subjected of human resources whom their existences in the society is not awared and have not been potentially developed. Meanwhile, these women share the same rights and duties as well those of men for providing and improving the family incomes. Beside that, the other important thing of the small island assests is the natural resources which can be accounted by the inhabitants/local people as resources to make ends meat, yet these potential resources have not been optimally used. Therefore, it is necessary to develop some study related to women empowerment in micro business development of the small island based on natural resources. The aims of study are follows: (1) to identify any micro business products based on human and natural resources which able to support the women empowerment especially in the small island, (2) to identify any micro business development besed on local potential resources which able to support the women empowerment of the small island, (3) to analyze micro business pattern which able to support the women empowerment of the small island. Purposive sampling method was applied to the women small island population, and the data collection used direct and open quesinaries from the business women of Bunaken Island. In addition to, in order to collect perceptive data of experties on the locally based micro business development of women empowerment in the small island, direct and open questioneries also apllied to the government and non-government agencies. By using multi criteria analysis (MCA) the products identification and promoting types of micro business based on potential human and natural resources were analyzed. While to analyze the micro business development pattern for women empowerment on the small island, Analytical Hierarchy Process (AHP) method and software expert choice 9.5 were used. Based on the potential human and natural resources three different micro business products of the Bunaken Island were formed, they are traditional handycraft, cloth printing, and food processing micro businesses, while the promoting types of micro business are self-ownership micro business, grouped-ownership micro business and joint-ownership micro business. On the other hand, the priority pattern of the micro business development of the Bunaken Island based on the AHP method and software expert choice 9.5 used were performed, they were increasing/improving the family economy (0.461), women labor (0.279), sustainable micro business (0.180) and improving the local budget income (0.079). In order to perform analizing based of micro business development pattern, the study was made on many aspects which related to the development of micro business, such as economics, social, environment and technology. The local economic condition of the Bunaken Island was considered to be midle-under class, therefore, the local income needs to be increased by improving the products qualities. This quality improvement of the products could be achieved by training in management and techniques and improving the environment conservation which is needed to maintain sustainable raw natural resources as their sources of business products. If the four aspects as mentioned were sinergically worked, presumably the improvement of micro business in Bunaken Island could be achieved, therefore, these women roled in the micro business would be able to improve their family incomes. Key words :Development pattern, women empowerment, small islands, micro business.

4 RINGKASAN TELY DASALUTI. Analisis Pengembangan Usaha Mikro Dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan Di Pulau Kecil (Studi Kasus Di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara). Di bimbing oleh AIDA VITAYALA S. HUBEIS sebagai ketua dan EKO SRI WIYONO sebagai anggota. Kaum perempuan di pulau kecil merupakan potensi sumberdaya manusia (SDM) yang produktif. Potensi SDM perempuan ini masih belum disadari keberadaannya dan belum dikembangkan potensinya. Padahal kaum perempuan juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kaum pria dalam meningkatkan perekonomian keluarganya. Potensi sumberdaya alam (SDA) di pulau kecil merupakan aset yang sangat diandalkan oleh masyarakat pulau kecil sebagai mata pencaharian utama mereka, tapi potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Karenanya dianggap perlu dilakukan suatu kajian dalam pengembangan usaha mikro untuk memberdayaan para perempuan di pulau kecil, berbasis potensi sumberdaya alamnya. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengidentifikasi produk-produk usaha mikro berbasis potensi SDM dan SDA dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil. (2) mengidentifikasi jenis-jenis usaha mikro berbasis potensi sumberdaya lokal dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil. (3) menganalisis pola pengembangan usaha mikro dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil. Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan melakukan wawancara tehadap panelis (stakeholders) yang terdiri atas pihak pemerintah dan lembaga non-pemerintah (NGO) guna mengetahui persepsi mereka terhadap pengembangan usaha mikro khususnya dalam mendukung pemberdayaan perempuan. Guna mengetahui pola pengembangan usaha mikro yang sesuai dilokasi penelitian digunakan kuisioner. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu berdasarkan kuisioner. Analisis data untuk mengetahui produk dan jenis usaha unggulan di P. Bunaken dalam penelitian ini menggunakan Multi Criteria analysis (MCA), dan untuk memperoleh keputusan yang tepat dalam pola pengembangan usaha mikro digunakan Analytical Hierarchy Process/AHP menggunakan software Expert Choice 9.5. Berdasarkan identifikasi potensi SDA alam dan SDM-nya diperoleh 3 macam bidang usaha yaitu; (1) kerajinan tradisional, (2) usaha sablon dan (3) usaha makanan olahan. Data tersebut dianalisis dengan mengunakan metode MCA untuk memperoleh produk unggulan yaitu produk kerajinan tradisional. Untuk iedntifikasi jenis/tipe usaha diperoleh 3 tipe usaha yaitu (1) pola usaha mandiri, (2) usaha berkelompok dan (3) usaha kemitraan. Dari analisis dengan menggunakan MCA maka jenis usaha yang paling unggul adalah pola berkelompok. Untuk urutan prioritas pola pengembangan usaha mikro di Pulau Bunaken berdasarkan analisis dengan metode AHP dan dengan menggunakan software expert choice 9.5, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) peningkatan ekonomi keluarga (PEK) = 0,461, (2) tenaga kerja wanita (TKW) = 0,279, (3) usaha mikro berkelanjutan (UMB) = 0,180, dan yang terakhir adalah (4) peningkatan pendapatan anggaran daerah (PPAD) = 0,079. Untuk menyusun pola pengembangan usaha mikro berdasarkan analisis di atas perlu dikaji empat aspek yang memilki hubungan erat dengan pengembangan usaha mikro yaitu aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan teknologi. Berdasarkan analisis AHP prioritas pengembangan usaha mikro di

5 Pulau Bunaken adalah peningkatan ekonomi keluarga, jika dikaji secara ekonomi, kondisi ekonomi masyarakat di Pulau Bunaken termasuk ekonomi menengah ke bawah, sehingga perlu ditingkatkan pendapatannya dengan cara meningkatkan kualitas produksi usahanya, untuk meningkatkan kualitas produksi perlu adanya pembinaan yang diberikan kepada para wanita pengusaha tersebut, pembinaan yang dilakukan misalnya berupa pelatihan ataupun pembinaan manajemen usaha. Pembinaan ini akan lebih efisien jika dilakukan dalam pola berkelompok sehingga setiap anggota kelompok dapat ditingkatkan kualitas SDM-nya. Selain pembinaan yang berkaitan dengan teknis usaha dan manajemen juga perlu dilakukan pembinaan terhadap pelestarian lingkungan, karena lingkungan merupakan salah satu aset usaha, antara lain sebagai bahan baku produk. Dengan adanya peningkatan kesadaran lingkungan, maka lingkungan akan tetap terjaga dan lestari walaupun dimanfaatkan sebagai bahan baku usaha. Jika keempat aspek ini dapat berjalan secara sinergi maka akan diperoleh peningkatan pendapatan bagi usaha mikro di Pulau Bunaken, sehingga para pengusaha wanita ini akhirnya dapat meningkatan perekonomian keluarganya. Kata kunci : pola pengembangan, pemberdayaan perempuan, pulau-pulau kecil, usaha mikro,

6 @ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI PULAU KECIL (Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara) TELY DASALUTI Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

8 Judul Tugas Akhir : Analisis Pengembangan Usaha Mikro Dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Pulau Kecil. (Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara) Nama : Tely Dasaluti Nomor : F Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis Ketua Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah Dekan Sekolah Pascasarjana Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 4 April 2009 Tanggal Lulus :...

9 PRAKATA Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian tugas akhir Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil dan Menengah di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tesis dengan judul Analisis Pengembangan Usaha Mikro Dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan Di Pulau Kecil (Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara), diselesaikan berkat bantuan dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Komisi pembimbing Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis dan Dr. Eko Sri Wiyono, SPi.,MSi., atas kesediaannya membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran untuk perbaikan tesis ini serta Dr. Ir. Aris Munandar, MS. sebagai penguji. 2. Prof. Dr. Ir. Alex S.W. Retraubun, M.Sc. selaku Direktur Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil atas rekomendasi dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan Pascasarjana di IPB serta dukungan moril yang diberikan. 3. Ketua Program Studi MPI dan Staf pengajar PS. MPI atas ilmu dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan. 4. Dr. Ir. Pamuji Lestari, M.Sc. dan Dr. Endang Linirin, M.Sc. yang telah bersedia memberikan rekomendasi dan dengan sabar selalu memberi motivasi, inspirasi serta waktu yang sangat berharga untuk penulis terutama dalam menyelesaikan Pendidikan di PS MPI ini. 5. Ir. Priyo Utomo selaku atasan langsung penulis, serta rekan-rekan di Direktorat Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil - DKP, khususnya Subdit

10 Akselerasi dan Akses Investasi dan Subdit Pengelolaan Ekosistem, atas dukungan yang telah diberikan. 6. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Manado beserta staf, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Manado beserta staf. Ibu Nelda Luntungan, Ibu Ati, Ibu Jeanne, Ibu Eby dan Bapak Lucky juga Ibu-ibu kelompok perempuan Pulau Bunaken atas partisipasi dan semua fasilitas serta kemudahan yang diberikan kepada penulis saat pengambilan data di Kota Manado khususnya Pulau Bunaken. 7. Keluarga tercinta: kakak-kakak dan keponakan-keponakan atas kasih sayang, motivasi serta doa yang tiada henti untuk segala yang terbaik dan kelancaran penulis untuk menyelesaikan pendidikan di PS MPI. 8. Sahabat-sahabat seperjuangan di PS MPI Angkatan 9, khususnya Mba Dewi, dan Tria untuk kebersamaan, kerjasama serta dukungan moril selama masa kuliah hingga penyelesaian tugas akhir. 9. Haer, Vera dan Shinta yang telah membantu selama masa perkuliahan dan masa penyelesaian tesis ini. 10. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis, baik moril maupun materiil hingga terselesaikannya tesis ini. Walaupun Tesis ini masih jauh dari sempurna semoga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam program-program pemberdayaan perempuan khususnya di wilayah pulau-pulau kecil, dan penulis berdoa semoga Ibu/Bapak/Saudara mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, amin. Bogor, April 2009 Penulis

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada tanggal 8 Februari 1972 sebagai anak ke-8 dari pasangan Sastro Kadeni (Alm.) dan Suparminah (Alm.). Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Tanjung Karang, Lampung pada tahun 1991 dan melanjutkan pendidikan Sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung (Unila), Lampung. Gelar Sarjana Sains diperoleh pada bulan Agustus Sejak mahasiswa sampai dengan tahun 1997 penulis aktif ikut dalam kegiatan asistensi dosen di Jurusan Biologi serta organisasi kemahasiswaan, ditingkat Fakultas maupun Universitas. Sejak Februari 2000 sampai dengan sekarang penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau kecil (Ditjen KP3K), dan pada tahun 2008, penulis menjabat sebagai Kepala Seksi Akselerasi Investasi Pulau-pulau Kecil pada Direktorat Pemberdayaan Pulaupulau Kecil, Ditjen KP3K, DKP.

12 DAFTAR ISI halaman DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 6 D. Kegunaan... 6 II TINJAUAN PUSTAKA... 7 A. Pulau Bunaken dan Potensi Sumberdaya Alamnya... 7 B. Karakteristik dan Peranan Perempuan... 7 C. Tujuan Pemberdayaan Perempuan... 8 D. Perempuan dalam Pembangunan E. Regulasi tentang Usaha Mikro III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian B. Metode Kerja C. Analisis Data 17 D. Aspek Kajian IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Pulau Bunaken B. Hasil Penelitian C. Pembahasan V KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 80

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Tabel Penilaian Kriteria dan Alternatif Sarana Pendukung di TN Bunaken Sarana dan Prasarana Pondok Wisata di TN 41 Bunaken...

14 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Alur Penentuan Produk Unggulan dengan MCA Diagram Alur Penelitian Kerangka Pemikiran pengembangan usaha mikro dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil Peta Lokasi Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara Letak Taman Nasional Bunaken, Manado Grafik Hasil Perhitungan MCA untuk memperoleh Produk Unggulan Grafik Hasil Perhitungan MCA untuk memperoleh Jenis Usaha Unggulan Hierarki Pengembangan Usaha Mikro dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Pulau Bunaken Sumber Modal Usaha di Pulau Bunaken Persentase sumber bahan baku usaha mikro di Pulau Bunaken, Sarana dan prasarana di Pulau Bunaken untuk mendukung usaha mikro, Persentase jenis teknologi usaha mikro di Pulau Bunaken Pemasaran produk usaha mikro di Pulau Bunaken Prioritas hierarki pengembangan usaha mikro dalam mendukung pemberdayaan perempuan di Pulau Bunaken Skema Analisis Pola Pengembangan Usaha Mikro... 67

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir Kuisioner Data Individu Perempuan Pelaku Usaha/Pengusaha Kuisioner Profil Usaha Perempuan Pelaku Usaha/Pedagang Kuisioner Prioritas Pola Pengembangan Usaha Mikro Di Pulau Bunaken Tabel hasil perhitungan dengan MCA untuk menentukan produk unggulan Tabel hasil perhitungan dengan MCA untuk menentukan jenis usaha unggulan Keindahan pantai Pulau Bunaken, Kota Manado Pintu Masuk Taman Nasional Bunaken, Pulau Bunaken Kios yang disediakan untuk para pedagang souvenir Contoh produk kerajinan yang dijual di Pulau Bunaken Contoh produk kaos yang dikerjakan oleh para wanita pengusaha mikro di Bunaken Contoh produk kaos yang dikerjakan oleh para wanita pengusaha mikro di Bunaken Para pengrajin souvenir sedang mengerjakan kerajinan dengan pola berkelompok Para pengrajin sablon sedang bersama-sama mengerjakan sablon kaus Para wanita yang bergerak di bidang pengolahan makanan sedang mendapat pelatihan dari Tenaga ahli DKP dalam program Pemberdayaan perempuan di Pulau Bunaken Contoh alat bantu yang digunakan dalam usaha pengolahan makanan yaitu food processor dan sealer Contoh bahan-bahan kimia yang digunakan pada usaha sablon Kelompok wanita pengusaha mikro sedang melakukan diskusi untuk produk yang akan dikerjakan Pertemuan yang dilakukan penulis dengan responden pada saat pengambilan data

16 Lampiran Halaman 20. Penulis memberikan arahan pada para responden pada saat pengambilan data Salah satu sarana pendukung dalam pengembangan usaha antara lain tempat berdagang Salah satu sarana transportasi untuk menuju Pulau Bunaken

17 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pemerintah di sektor ekonomi seperti industri kecil belum memberikan akses dan peluang bagi perempuan untuk mendapatkan kredit, modal dan pinjaman di bank serta sarana lainnya, kalaupun akses itu tersedia, perempuan tidak memiliki otonomi dalam mendapatkannya tetapi sering dikaitkan dengan izin laki-laki atau suaminya. Pemerintah seharusnya lebih memantapkan kebijakan-kebijakan ekonomi berbasis perempuan dengan mengidentifikasikan permasalahan di lapangan sehingga economic equality bagi perempuan terealisasikan. Karya konkret seorang ekonom dari Bangladesh peraih hadiah nobel untuk perdamaian 2006, yaitu M. Yunus telah menyadarkan kita semua bahwa pemberdayaan ekonomi kaum papa ternyata berpusat pada perempuan yang bertekun pada pembuatan keranjang bambu dan 96% nasabah bank pemberi kredit mikro yang dirintisnya, mayoritas adalah perempuan. Apa yang dapat kita maknai dari semua ini? Perempuan tidak pernah lelah menekuni potensi yang mereka miliki sesederhana apa pun agar dapat survive. Di sisi lain bahwa terbukti diberbagai wilayah di dunia banyak perempuan hidup di bawah garis kemiskinan (diperkirakan 60 70% dari masyarakat miskin di dunia adalah perempuan) yang tak kenal putus asa. Pengentasan kemiskinan oleh M. Yunus merupakan bukti konkret bahwa sistem ekonomi berbasis dan sensitif gender telah diwujudnyatakan. Perjuangan pengentasan kemiskinan memiliki korelasi yang signifikan dengan pencapaian kesejahteraan dan tentunya untuk memenangi sebuah penghargaan yang amat prestisius, yakni hadiah nobel perdamaian. (Sihite. 2007) Salah satu contoh konkrit mengenai kurang diberdayakannya kaum perempuan adalah perempuan yang hidup diwilayah pulau kecil di Indonesia. Kegiatan operasi penangkapan ikan, lebih dominasi oleh kaum pria bahkan bisa dikatakan bahwa hampir sebagian besar kegiatan operasi penangkapan dilakukan oleh kaum pria. Namun demikian pada kegiatan lain dalam sistem ini, peran dari kaum perempuan justru lebih dibutuhkan dari pada kaum laki-laki. Dalam kenyataan kita masih sering terbentur pada masalah kesetaraan gender, dimana kaum perempuan masih terbatas dalam hal peran. Namun perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan kaum laki-laki dalam

18 pembangunan perikanan tangkap. Perempuan harus dilihat sebagai aset dan potensi, bukan dianggap sebagai beban dan hambatan. Studi tentang perbandingan tentang sumberdaya perempuan dan laki-laki lebih dikenal dengan kata studi gender. Dalam bahasa aslinya gender memiliki arti sebagai ciri-ciri atau karakter pria dan wanita yang terbentuk karena faktor sosial budaya, bukan karena faktor fisik (Raharjo, 1997) Dalam Perkembangannya banyak sekali pengkajian dan pendapat para ahli tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan, jelas mereka menunjuk bahwa kategori gender ditentukan oleh faktor sosial dan budaya. Peran adalah pola perilaku yang ditentukan bagi seseorang yang mengisi kedudukan tertentu (Ihromi, 1995), sedangkan peran adalah aspek dinamis dari kedudukan atau status. Wilayah pulau kecil merupakan ekosistem yang sangat rentan terhadap dampak negatif dari aktifitas yang merusak disekitarnya. Ekosistem pulau-pulau kecil juga rentan terhadap perubahan iklim global dan bencana alam seperti gempa bumi, badai dan sebagainya. Masyarakat pulau-pulau kecil sebagai bagian dari ekosistem, merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kondisi pulau melalui perilaku dan pola hidup sehari-hari. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan ekosistem secara bijaksana berdampak negatif terhadap sumberdaya lokal di pulau kecil. Hal ini dikarenakan rendahnya kualitas sumberdaya manusia di pulau kecil. Letak pulau kecil yang umumnya terisolir dan luas lahan serta sumberdaya alamnya yang terbatas juga mengakibatkan ketergantungan terhadap suplai bahan pokok dari pulau induk terdekat. Sumberdaya lokal yang ada dipulau kecil mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya manusia baik pria maupun wanitanya. Masyarakat pulau kecil yang umumnya nelayan kurang memanfaatkan sumberdaya alam selain yang menyangkut kegiatan perikanan bahkan cenderung secara tradisional. Padahal nilai ekonomi dari sektor ini justru lebih besar pada kegiatan pasca-panen yang dapat menghasilkan nilai tambah misalnya perubahan bentuk produk (proses pengolahan), perubahan waktu penjualan (proses penyimpanan), dan perubahan tempat penjualan (proses transportasi). Sumberdaya alam lainnya yang ada didarat juga belum dimanfaatkan contohnya hasil perkebunan ataupun bahan lainnya yang dapat diproses sehingga memiliki nilai ekonomi.

19 Selain potensi sumberdaya alamnya potensi sumberdaya wanitanya juga belum dimanfaatkan, padahal pria dan wanita memiliki kewajiban yang sama dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Kaum perempuan di pulau kecil sebagai salah satu potensi sumberdaya manusia yang produktif diharapkan mampu membantu meningkatkan pendapatan keluarga melalui pemanfaatan potensi sumberdaya lokal. Intervensi sosial budaya bisa saja terjadi. Karena itu intervensi yang dilakukan harus memperhatikan terlebih dahulu tatanan sosial yang berlaku. Jika intervensi akan merubah tatanan sosial yang berlaku secara mendasar maka intervensi tersebut patut ditinjau. Demikian pula bila berdampak positip, maka dampak tersebut jangan dilihat hanya sesaat namun perlu dikaji untuk jangka waktu yang lebih panjang. B. Perumusan Masalah Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan yang terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dan anak dalam pembangunan, di samping masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi terhadap perempuan. Permasalahan lainnya mencakup kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan yang bersumber dari ketimpangan struktur sosio-kultural masyarakat yang diwarnai penafsiran terjemahan ajaran agama yang bias gender. Dalam konteks sosial, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas seperti tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun (Bappenas, 2003). Masalah utama dalam pembangunan pemberdayaan perempuan adalah rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan politik. Data Susenas 2003 menunjukkan bahwa,penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah jumlahnya dua kali lipat penduduk laki-laki (11,56 persen berbanding 5,43 persen). Dengan adanya kondisi yang bersifat kultural (terkait dengan nilai-nilai budaya patriarkal) dan sekaligus bersifat struktural (dimapankan oleh tatanan sosial politik yang ada) tersebut, maka diperlukan tindakan pemihakan yang jelas dan nyata guna mengurangi kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan. Untuk itu, diperlukan kemauan politik yang kuat agar semua

20 kebijakan dan program pembangunan memperhitungkan kesetaraan dan keadilan gender. Salah satu prioritas dan arah kebijakan pembangunan yang akan dilakukan adalah meningkatkan bidang pembangunan seperti kesehatan, pendidikan dan lainnya, untuk mempertinggi kualitas hidup dan sumber daya kaum perempuan, memperkuat kelembagaan, koordinasi, dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari berbagai kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan di segala bidang. Berkaitan dengan hal di atas dapat kita lihat pada masyarakat nelayan pesisir. Kaum wanita di wilayah pesisir memegang peranan penting untuk ikut menjaga keberlangsungan rumah tangganya. Selain berkewajiban mengurusi rumah tangga mereka juga cenderung membantu pekerjaan suami mereka yang mempunyai profesi sebagai seorang nelayan. Tidak jarang kalau mereka terlibat aktif dalam kegiatan mencari nafkah untuk menopang pemenuhan kebutuhan rumah tangga mereka. Ragam pekerjaan yang bisa dimasuki oleh istri-istri nelayan di Indonesia untuk memperoleh penghasilan adalah menjadi pengumpul pengolahan hasil ikan, menjadi pekerja didalam perusahaan perikanan, menjadi pedagang ikan eceran, menjadi pedagang ikan perantara, atau menjadi pemilik warung di sekitar wilayah pesisir. Pada umumnya semua kegiatan yang dilakukan tadi berhubungan dengan kegiatan perikanan. Kebanyakan masyarakat pesisir dan pulau kecil, terutama nelayan memang bergantung pada kegiatan perikanan, tetapi itu tidak berarti bahwa semua orang dipulau kecil harus bergantung pada sektor tersebut, pada hakekatnya pembangunan secara holistik adalah pembangunan yang mencakup semua aspek. Untuk itu setiap sumberdaya lokal patut diberdayakan misalnya dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada untuk pengembangan usaha. Masih adanya pandangan yang menganggap kaum perempuan adalah sub-ordinat kaum laki-laki, jelas akan berdampak terhadap persepsi perempuan dalam beberapa hal. Hal ini juga dapat menimbulkan dampak negatif misalnya lemahnya partisipasi dalam pengambilan keputusan. Pola pemikiran tersebut harus dirubah, antara lain dengan cara melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan, khususnya mengenai peningkatan ekonomi keluarga. Meskipun seringkali kaum perempuan di wilayah pesisir pulau kecil merupakan asset sumberdaya manusia yang sangat bias untuk dikembangkan. Keberadaan kaum perempuan di pulau kecil kurang mendapat perhatian karena

21 dianggap tidak memiliki kewajiban dalam menjalankan ekonomi keluarga. Tentu saja pandangan seperti ini haruslah dirubah. Kaum perempuan juga harus memilki hak yang sama dengan kaum pria, dan juga harus diberi kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri. Salah satu contoh usaha mikro yang telah dijalankan oleh kaum perempuan pulau kecil adalah di wilayah Pulau Bunaken, walaupun daerah ini telah menjadi objek tujuan wisata domestik maupun mancanegara kenyataannya masih dilakukan secara tradisional dan belum adanya sentuhan teknologi modern dalam pengerjaannya, otomatis hal ini berdampak terhadap mutu dan nilai jual dari barang yang diperdagangkan seperti kerajinan tangan ataupun asesories menjadi rendah (murah). Kurangnya pengetahuan dan akses informasi mengakibatkan variasi barang kerajinan yang mereka hasilkan monoton jenisnya, dan ditambah tidak adanya pengetahuan manajemen usaha dan keuangan membuat usaha mereka hanya cukup digunakan untuk keperluan sehari-hari bahkan kadang masih kurang. Dengan demikian diperlukan adanya suatu usaha untuk meningkatkan income/pendapatan dan tingkat ekonomi masyarakat Kota Manado terutama perempuan/ibu tumah tangga di pulau-pulau kecil yang berbasis potensi sumberdaya lokal yang ada. Hal ini diharapkan dapat mendorong peningkatkan kesejahteraan keluarga nelayan pulau-pulau kecil di Pulau Bunaken, juga dapat mengisi waktu luang perempuan pulau-pulau kecil pada saat para nelayan (kaum pria) melaut untuk menangkap ikan ataupun sebagai tukang perahu. Berdasarkan permasalahan diatas dianggap perlu untuk dilakukan suatu upaya pemberdayaan terhadap kaum perempuan dipulau kecil dalam mengembangan usaha skala mikro, seperti memberikan modal pengetahuan berupa pembinaan dan pelatihan dalam upaya meningkatkan keterampilan kaum perempuan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal. Perlu adanya pengkajian terhadap keungulan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia diwilayah tersebut pengkajian terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi pengembangan usaha di pulau kecil, termasuk pelibatan peran serta stakeholders-nya sehingga diperoleh suatu pola yang tepat dalam pengembangan usaha mikro di Pulau Bunaken khususnya dan pulau kecil di Indonesia pada umumnya demi meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan peran serta kaum perempuan di Pulau-pulau kecil.

22 C. Tujuan Tujuan pelaksanaan tugas akhir ini; 1. Mengidentifikasi produk-produk usaha mikro berbasis potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil. 2. Mengidentifikasi jenis-jenis usaha mikro berbasis potensi sumberdaya lokal dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil. 3. Menganalisis pola pengembangan usaha mikro dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil. D. Kegunaan Terciptanya usaha mikro yang produktif dan berkelanjutan dengan; 1. Meningkatnya peran kaum perempuan pulau-pulau kecil di Pulau Bunaken dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga berbasis sumberdaya lokal. 2. Meningkatnya usaha mata pencaharian alternatif berbasis sumberdaya lokal di pulau bunaken 3. Meningkatnya pengetahuan kaum perempuan di Pulau Bunaken dalam pengembangan usaha mikro.

23 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pulau Bunaken dan Potensi Sumberdaya Alamnya Berdasarkan UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil definisi Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan km 2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil berasaskan: keberlanjutan; konsistensi; keterpaduan; kepastian hukum; kemitraan; pemerataan; peran serta masyarakat; keterbukaan; desentralisasi; akuntabilitas; dan keadilan. (DKP, 2008) Pulau Bunaken adalah sebuah pulau seluas 8,08 km² yang terletak di Teluk Manado, di utara pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau ini merupakan bagian dari kota Manado, ibu kota provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Pulau Bunaken termasuk dalam wilayah Kecamatan Bunaken, Kota Manado bersama 2 pulau lainnya yaitu, Pulau Manado Tua dan Pulau Siladen, serta sebagian wilayah pesisir Kota Manado. Sementara Pulau Bunaken sendiri terdiri dari 3 Desa yaitu Alungbanua, Bunaken, dan Tanjung Parigi (Diskanlut Kota Manado, 2007). Di sekitar pulau Bunaken terdapat taman laut Bunaken yang merupakan bagian dari Taman Nasional Kelautan Manado Tua. Taman laut ini memiliki biodiversitas kelautan salah satu yang tertinggi di dunia. Selam scuba menarik banyak pengunjung ke pulau ini. Kawasan Bunaken ditetapkan menjadi Taman Nasional melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.:730/Kpts-II/1991 tanggal 15 Oktober 1991 tentang Penetapan kawasan Pulau-pulau Bunaken, Siladen Manado Tua, Mantehage, dan Nain serta Arakan-Wowontulap sebagai Taman Nasional Bunaken, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Desember (Dephut, 2008) B. Karakteristik dan Peranan Perempuan Karakteristik individu memiliki pengertian sebagai sifat-sifat yang ditampilkan oleh seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupannya di dunia atau didalam kehidupannya sendiri. Perempuan memiliki sifat-sifat khusus yang jarang dimiliki oleh kaum laki-laki sehingga sifat-sifat khusus tersebut merupakan aset perempuan. Perempuan memiliki kecenderungan lebih teliti, terampil dan sabar dibanding laki-laki. Perempuan akan mengalami hambatan untuk maju jika dianggap lebih rendah dari laki-laki.

24 Pandangan yang menganggap kaum perempuan adalah sub-ordinat kaum laki-laki, jelas akan berdampak terhadap persepsi perempuan dalam beberapa hal. Hal ini juga dapat menimbulkan dampak negatif misalnya lemahnya partisipasi dalam pengambilan keputusan. Pemikiran yang harus dirubah, salahsatu caranya adalah dengan melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan, khususnya mengenai peningkatan ekonomi keluarga. Sajogyo (1985) berpendapat bahwa terdapat dua tipe peranan pada wanita yaitu: 1. Pola peranan, dimana peranan wanita seluruhnya hanya dalam pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan pemeliharaan kebutuhan hidup semua anggota dari keluarganya 2. Pola peranan, dimana terdapat dua peranan wanita yaitu dalam rumah tangga dan juga mencarai nafkah. 3. Dari hal di atas, wanita atau perempuan terbukti memegang sejumlah fungsi sentral dalam keluarga dan sekaligus merupakan sumberdaya yang tidak kalah penting dibanding dengan pria. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia menjelaskan : Pasal 1 : Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyaki martabat dan hakhak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan. Pasal 2 : Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam pernyataan ini dengan tak ada pengecualian apapun, seperti kebebasan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama politik atau pandangan lain asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik kelahiran ataupun kedudukan lainnya. C. Tujuan Pemberdayaan Perempuan Pada Hakekatnya, pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang (enabling). Logika ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada manusia yang sama sekali tanpa memiliki daya. Setiap manusia pasti memiliki daya, akan tetapi kadang-kadang mereka tidak menyadari, atau daya tersebut masih belum bisa diketahui secara eksplisit. Oleh karena itu daya harus digali, dan kemudian dikembangkan. Jika asumsi ini yang berkembang, maka pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan

25 kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Disamping itu pemberdayaan hendaknya jangan menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantngan (charity), pemberdayaan sebaliknya harus mengantar pada proses kemandirian. (Sulistiyani, 2004). Masalah utama dalam pembangunan pemberdayaan perempuan adalah rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan politik. Data Susenas 2003 menunjukkan bahwa, penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah jumlahnya dua kali lipat penduduk laki-laki (11,56 persen berbanding 5,43 persen). Penduduk perempuan yang buta huruf sekitar 12,28 persen, sedangkan penduduk laki-laki yang buta huruf sekitar 5,84 persen. Pada tahun 2000, angka kematian ibu melahirkan masih tertinggi di ASEAN, yaitu 307 per kelahiran hidup. Prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil juga masih tinggi yaitu sekitar 50,9 persen Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Berdasarkan Susenas 2003, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan masih relatif rendah yaitu 44,81 persen, dibandingkan dengan lakilaki (76,12 persen). Di bidang politik, meskipun Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu mengamanatkan keterwakilan 30 persen perempuan di lembaga legislatif, namun hasil Pemilu 2004 masih menunjukkan rendahnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif, yaitu keterwakilan perempuan di DPR hanya 11,6 persen dan di DPD hanya 19,8 persen (data Komisi Pemilihan Umum). Pada tahun 2003, rendahnya keterlibatan perempuan dalam jabatan publik juga dapat dilihat dari rendahnya persentase perempuan PNS yang menjabat sebagai Eselon I, II, dan III (12 persen). Sementara itu, peran perempuan di lembaga judikatif juga masih rendah, yaitu masing-masing sebesar 16,2 persen dan 3,4 persen sebagai hakim di Peradilan Umum dan di Peradilan Tata Usaha Negara, serta 17 persen sebagai Hakim Agung pada tahun 2000 (data Badan Kepegawaian Negara, 2003) (Bappenas, 2003). Proses marginalisasi (peminggiran/pemiskinan) yang mengakibatkan kemiskinan, banyak terjadi dalam masyarakat di negara berkembang seperti penggusuran dari kampung halaman, eksploitasi. Namun pemiskinan atas perempuan maupun laki yang disebabkan jenis kelamin merupakan salah satu bentuk ketidakadilan yang disebabkan gender. Sebagai contoh, banyak pekerja perempuan tersingkir dan menjadi miskin akibat dari program pembangunan seperti intensifikasi pertanian yang hanya memfokuskan petani laki-laki.

26 Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian dan industri yang lebih memerlukan keterampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki. Selain itu perkembangan teknologi telah menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin yang umumnya dikerjakan oleh tenaga laki-laki. Beberapa studi dilakukan untuk membahas bagaimana program pembangunan telah meminggirkan sekaligus memiskinkan perempuan (Bappenas, 2003). D. Perempuan dalam Pembangunan. Indeks pembangunan manusia skala internasional dan nasional dilihat dari tiga aspek yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Kondisi dan posisi perempuan meliputi 3 (tiga) aspek tersebut di atas sebagai berikut: 1. Pendidikan Di bidang pendidikan, kaum perempuan masih tertinggal dibandingkan laki-laki. Kondisi ini antara lain disebabkan adanya pandangan dalam masyarakat yang mengutamakan dan mendahulukan laki-laki untuk mendapatkan pendidikan daripada perempuan. Ketertinggalan perempuan dalam bidang pendidikan tercermin dari presentase perempuan buta huruf (14,54% tahun 2001) lebih besar dibandingkan laki-laki (6,87%), dengan kecenderungan meningkat selama tahun Tetapi pada tahun 2002 terjadi penurunan angka buta huruf yang cukup signifikan. Namun angka buta huruf perempuan tetap lebih besar dari laki-laki, khususnya perempuan kepala rumah tangga. Angka buta huruf perempuan pada kelompok 10 tahun ke atas secara nasional (2002) sebesar 9,29% dengan komposisi laki-laki 5,85% dan perempuan 12,69% (Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat ). Menurut Statistik Kesejahteraan Rakyat Angka buta huruf perempuan 12,28% sedangkan laki-laki 5,84%. 2. Kesehatan Menurut Gender Statistics and indicators 2000 (BPS), kemajuan di bidang kesehatan ditunjukkan dengan menurunnya angka kematian bayi dari 49 bayi per 1000 kelahiran pada tahun 1998 menjadi 36 tahun 2000, (Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat ). Menurunnya angka kematian anak serta meningkatnya angka harapan hidup dari 64,8 tahun (1998) menjadi 67,9 tahun (2000), Berdasarkan

27 estimasi parameter demografi 1998 yang dikeluarkan BPS, angka harapan hidup pada periode cenderung meningkat. Usia harapan hidup (life expectancy rate) perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yaitu 69,7 tahun berbanding 65,9 tahun. (Sumber: BPS, Estimasi Parameter Demografi, 1998). Dibidang kesehatan, selama periode ada penurunan angka kematian bayi, Infant Mortality Rate (IMR). Namun angka kematian bayi laki-laki lebih tinggi dibandingkan angka kematian bayi perempuan. Laki-laki 41, perempuan 31, (Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat ). Sejalan dengan semakin meningkatnya kondisi kesehatan masyarakat, angka kematian anak, Child Mortality Rate (CMR) periode ini juga menunjukkan penurunan, namun demikian angka kematian anak lakilaki lebih tinggi dibandingkan kematian anak perempuan laki-laki 9,8 sedangkan perempuan 7,9. (Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat ). Dibidang kesehatan dan status gizi perempuan masih merupakan masalah utama, yang ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI) 390/ (SDKI 1994), 337/ (SDKI 1997), dan menurun 307/ (SDKI 2002). 3. Ekonomi Di bidang ekonomi, secara umum partisipasi perempuan masih rendah, kemampuan perempuan memperoleh peluang kerja dan berusaha masih rendah, demikian juga dengan akses terhadap sumber daya ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang masih jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu 45% (2002) sedangkan laki-laki 75,34%, (Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat ). Sedangkan ditahun 2003 TPAK lakilaki lebih besar dibanding TPAK perempuan yakni 76,12% berbanding 44,81%. (BPS, 2003). Menurut Handayani dan Sugiarti (2002) melihat akses dan kontrol berarti melihat apa akses yang dimiliki perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya tersebut, hal ini terkait dengan aspek berikut: 1. Siapa yang mempunyai akses terhadap sumberdaya produktif (termasuk sumberdaya alam) seperti tanah, hutan, peralatan, pekerja, pendidikan, dan lain-lain? 2. Siapa yang mengontrol sumberdaya itu?

28 3. Siapa yang memperoleh keuntungan dari penggunaan sumberdaya itu? E. Regulasi tentang Usaha Mikro Perhatian Pemerintah dengan pengembangan usaha mikro tercermin dengan keluarnya UU RI No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Yang dimaksud dengan Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Dalam Pasal 6 pada UU ini juga dijelaskan tentang kriteria usaha mikro, sebagai berikut : a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah). Yang dimaksud dengan kekayaan bersih adalah hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha (aset) dengan total nilai kewajiban, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan yang dimaksud dengan hasil penjualan tahunan adalah hasil penjualan bersih (netto) yang berasal dari penjualan barang dan jasa usahanya dalam satu tahun buku. Dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah berperan sebagai fasilitator dalam bidang: a. produksi dan pengolahan; b. pemasaran; c. sumber daya manusia; dan d. desain dan teknologi. Pengembangan dalam bidang produksi dan pengolahan sebagaimana dimaksud dilakukan antara melalui peningkatan teknik produksi dan pengolahan serta kemampuan manajemen, memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana, produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan bagi produk dan mendorong penerapan standarisasi dalam proses produksi dan pengolahan. Pengembangan dalam bidang sumberdaya manusia sebagaimana dikembangkan adalah dengan cara memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan, meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; juga termasuk membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk

29 melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru. (DepkopUKM, 2008) Eksistensi dan peran UKM pada tahun 2006 mencapai 48,93 juta unit usaha dan merupakan 99,9% dari pelaku usaha nasional dalam tata perekonomian nasional sudah tidak diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, nilai ekspor nasional, dan investasi nasional: PDB adalah semua barang dan jasa yang diproduksikan dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu (yang biasanya 1 tahun). Sementara kegiatan usaha di pulau kecil juga diatur dalam suatu UU yaitu UU No. 27 tahun 2008 tentang pemanfaatan dan pengelolaan pesisir dan pulaupulau kecil serta Peraturan Menteri (PerMen) KP No. 20 tahun 2008 tentang pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan disekitarnya yang diprioritaskan untuk salah satu atau lebih kepentingan berikut : a. konservasi; b. pendidikan dan pelatihan; c. penelitian dan pengembangan; d. budidaya laut; e. pariwisata; f. usaha perikanan dan kelautan secara lestari; g. pertanian organik; dan/atau h. peternakan. Selain hal-hal di atas disebutkan pula bahwa pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya, kecuali untuk konservasi, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan, wajib memenuhi persayaratan berikut: a. sesuai dengan rencana zonasi; b. memenuhi persyaratan pengelolaan lingkungan; c. memperhatikan kemampuan sistem tata air setempat; dan d. menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Untuk memperluas kesempatan masyarakat miskin kawasan pesisir dalam pemenuhan hak-hak dasar dilakukan melalui program diantaranya: a. Pengembangan kapasitas masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan; b. Pemberdayaan kelembagaan nelayan untuk meningkatkan posisi tawar

30 terhadap harga-harga hasil tangkapan nelayan dan dalam pengambilan keputusan; c. Pelaksanaan regulasi yang mengatur kawasan penangkapan ikan dan pengakuan atas tradisi lokal masyarakat pesisir; d. Optimalisasi daya guna potensi sumber daya kelautan dan pesisir; e. Koordinasi berbagai sumber bantuan modal, peralatan tangkap dan teknologi untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat pesisir; f. Pemberdayaan ekonomi bagi perempuan di kawasan pesisir; dan g. Peningkatan pengawasan kegiatan ekonomi pesisir dengan melibatkan masyarakat pesisir melalui patroli keamanan wilayah laut dan pesisir berbasis masyarakat (Siswasmas) (Bappenas, 2003). Sejak tahun 1990-an, ada sebuah sistem keuangan untuk melayani masyarakat miskin, khususnya perempuan, yang mulai diperkenalkan di Indonesia, yaitu sistem grameen bank. Sistem ini dirintis oleh Prof. Muhammad Yunus dari Bangladesh pada tahun Dari ujicoba yang dilakukan di Indonesia, ternyata menunjukkan hasil yang cukup baik, terbukti program ini mampu berjalan hingga sekarang. Sejak akhir tahun 90-an, sistem ini mulai diperkenalkan di beberapa lokasi di Indonesia dan secara berangsur dikembangkan lebih serius. Dikatakan serius karena lembaga tersebut secara profesional membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang khusus menggunakan sistem grameen. Lembaga Replikasi Grameen Bank (RGB) ini menjadikan kelompok perempuan dari keluarga miskin, bahkan paling miskin, sebagai sasarannya. Dalam konteks grameen bank, orang yang paling miskin adalah orang yang paling membutuhkan modal untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya, sehingga bisa meningkatkan pendapatan. Selain itu, orang yang paling miskin adalah orang yang paling taat dalam membayar utang, karena dana pinjaman itulah satu-satunya yang memungkinkan untuk bisa membantu meningkatkan kehidupan mereka. Pemahaman ini sangat berbeda dengan pemahaman yang belaku di hampir semua lembaga keuangan, bahwa orang miskin tidak layak untuk diberi pinjaman karena tidak bankable. Selama hampir sepuluh tahun pengalaman RGB di Indonesia, nasabah perempuan ternyata mempunyai track record yang cukup baik, seperti terlihat dari kehadiran dalam minggon, pembayaran angsuran, kekompakan dalam kelompok, dan lain-lain. Perempuan juga mempunyai tanggung jawab yang

31 sangat baik dalam penggunaan pinjaman, terlepas apakah dana tersebut digunakan sendiri atau digunakan oleh suaminya. Andaikan dana itu digunakan oleh suaminya, maka sebagai isteri, mereka akan mengontrol penggunaannya. Meskipun kini sudah banyak program yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan, ternyata jumlah orang miskin tak juga berkurang, malahan bertambah. Dengan jumlah penduduk miskin di Indonesia yang mencapai juta, tampak bahwa peluang pasar untuk LKM masih sangat besar. Dilihat dari jenis kelamin, maka penduduk perempuanlah yang paling merasakan dampak dari kemiskinan tersebut, sehingga cukup beralasan kalau RGB memprioritaskan perempuan sebagai target marketnya. (Riyadi, 2003) Berdasarkan regulasi dan beberapa kebijakan serta program di atas maka kegiatan usaha mikro di pulau kecil memang sudah sangat layak untuk lebih dikembangkan. Tenaga kerja yang paling baik untuk diberdayakan adalah para perempuan yang dapat menjadikan usaha mikro ini sebagai mata pencaharian alternatif untuk meningkatkan ekonomi keluarganya.

32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 6 bulan (Juli 2008 Januari 2009). Kegiatan penelitian ini meliputi, pengumpulan data awal mengenai lokasi penelitian, dilanjutkan dengan pengambilan data dilapangan pada bulan Agustus November 2008, kemudian dilanjutkan dengan analisis data yang mencakup pengumpulan data dan pengolahan data, kajian pustaka, serta penulisan laporan. B. Metode Kerja 1. Pengumpulan Data Primer Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan dengan melakukan survei, yaitu pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, dalam hal ini adalah kelompok perempuan di pulau Bunaken, Sulawesi Utara yang dalam usia produktif dan pihak yang terkait seperti Pemerintah dan swasta. Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan melakukan survei dan wawancara tehadap panelis (stakeholders) yang terdiri atas pihak pemerintah dan swasta guna mengetahui persepsi mereka terhadap pengembangan usaha mikro khususnya dalam mendukung pemberdayaan perempuan dan pola pengembangan yang cocok diterapkan pada lokasi penelitian serta menggunakan kuisioner yang telah disediakan. Penentuan sampel digunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu (disengaja) berdasarkan kuisioner (Sumarni dan Wahyuni. 2006; Nazir. 1988). Artinya, responden yang dipilih sesuai dengan kebutuhan data peneltian, yaitu kaum perempuan di Pulau Bunaken yang memiliki/menjalankan usaha kecil serta pihak terkait lainnya. Selain itu juga dilakukan observasi dengan tujuan mengetahui keadaan lokasi, gambaran kondisi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat nelayan di pulau Bunaken secara umum khususnya para perempuan yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pulau Bunaken dan Potensi Sumberdaya Alamnya Berdasarkan UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil definisi Pulau Kecil adalah pulau dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI PULAU KECIL (Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara)

ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI PULAU KECIL (Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara) ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI PULAU KECIL (Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara) TELY DASALUTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Analisis Pengembangan Usaha Mikro dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara

Analisis Pengembangan Usaha Mikro dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara Manajemen IKM, Februari 2010 (157-165) Vol. 5 No. 2 ISSN 2085-8418 Analisis Pengembangan Usaha Mikro dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara Tely Dasaluti *1,

Lebih terperinci

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang terjadi selama ini adalah

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M.

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. MUNTADHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga) BUDI BASKORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT Oleh IFAN ARIANSYACH H34066063 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG ASEP AANG RAHMATULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro tergolong jenis usaha yang tidak mendapat tempat di bank, rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan dari pemerintah

Lebih terperinci

PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH

PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus Kota Batu Provinsi Jawa Timur) FATCHURRAHMAN ASSIDIQQI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor) RINI ANDRIYANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT BANK NAGARI ZEDNITA AZRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO

STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ii ABSTRACT MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN. Analysis of Northern

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 BAB II Kajian Pustaka Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar, 34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

STUDI KONDISI VEGETASI DAN KONDISI FISIK KAWASAN PESISIR SERTA UPAYA KONSERVASI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM FERI SURYAWAN

STUDI KONDISI VEGETASI DAN KONDISI FISIK KAWASAN PESISIR SERTA UPAYA KONSERVASI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM FERI SURYAWAN STUDI KONDISI VEGETASI DAN KONDISI FISIK KAWASAN PESISIR SERTA UPAYA KONSERVASI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM FERI SURYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PENYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

MARIA BINUR FRANSISKA MANALU

MARIA BINUR FRANSISKA MANALU KOMPETENSI PEMILIK RUMAH MAKAN TRADISIONAL KELAS C DALAM PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DI DAERAH TUJUAN WISATA JAKARTA TIMUR MARIA BINUR FRANSISKA MANALU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Devisa yang dihasilkan oleh

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Devisa yang dihasilkan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan tingginya sumbangan devisa yang dihasilkan dan paling

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH 1 PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH (Studi Di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL (Studi Kasus di Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor) SRI HANDAYANI

Lebih terperinci

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN DAN WISATA PANTAI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN NELAYAN DEDE HERMAWAN

PENINGKATAN PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN DAN WISATA PANTAI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN NELAYAN DEDE HERMAWAN PENINGKATAN PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN DAN WISATA PANTAI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN NELAYAN DEDE HERMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (STUDI KASUS DAS GUMBASA KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH)

PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (STUDI KASUS DAS GUMBASA KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH) PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (STUDI KASUS DAS GUMBASA KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH) MUH. ANSAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara PEMBUKAAN PSB KOTA SURABAYA Oleh: Dr. Asmara Indahingwati, S.E., S.Pd., M.M TUJUAN PROGRAM Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan masyarakat Daerah. Mempertahankan

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH (Kasus Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat) RISYAT ALBERTH FAR FAR SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA RETNO ANGGRAENI

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA RETNO ANGGRAENI VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA RETNO ANGGRAENI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENYALURAN KREDIT MELALUI KOPERASI DENGAN POLA SWAMITRA UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU R. MOCHTAR.

PENGEMBANGAN PENYALURAN KREDIT MELALUI KOPERASI DENGAN POLA SWAMITRA UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU R. MOCHTAR. PENGEMBANGAN PENYALURAN KREDIT MELALUI KOPERASI DENGAN POLA SWAMITRA UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU R. MOCHTAR. M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN 136 PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (KASUS DI RW 04 DUSUN DAWUKAN DESA SENDANGTIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA) DJULI SUGIARTO

Lebih terperinci

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL (Kasus di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat) HENDRO ASMORO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF

NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT M A L T A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 1 TAHUN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN ABSTRAKSI : bahwa dalam rangka menata dan mengendalikan pembangunan agar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, perlu dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN KONFIGURASI DAN POLA SPASIAL INDIKATOR KERAWANAN PANGAN MELALUI PENERAPAN ANALISIS PROCRUSTES DAN SPATIAL AUTOCORRELATION DESSI RAHMANIAR

KAJIAN KONFIGURASI DAN POLA SPASIAL INDIKATOR KERAWANAN PANGAN MELALUI PENERAPAN ANALISIS PROCRUSTES DAN SPATIAL AUTOCORRELATION DESSI RAHMANIAR KAJIAN KONFIGURASI DAN POLA SPASIAL INDIKATOR KERAWANAN PANGAN MELALUI PENERAPAN ANALISIS PROCRUSTES DAN SPATIAL AUTOCORRELATION DESSI RAHMANIAR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN NELAYAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU R. LUKI KARUNIA

ANALISIS KEBIJAKAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN NELAYAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU R. LUKI KARUNIA ANALISIS KEBIJAKAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN NELAYAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU R. LUKI KARUNIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 Hak Cipta milik Institut Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

KEMISKINAN KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA

KEMISKINAN KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF 15-60 TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA Pengantar : Prof. Dr. Haryono Suyono, MA., PhD. YAYASAN ANUGERAH KENCANA BUANA, JAKARTA APAKAH ERA BONUS

Lebih terperinci

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT)

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) BUDI SANTOSO C 25102021.1 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BEUTUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : Veteran Jawa Timur

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : Veteran Jawa Timur PERANAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA. SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ROBBI FEBRIO H34076133 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci