Reduksi Dan Interpretasi Data Gravitasi. Susilawati. Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Reduksi Dan Interpretasi Data Gravitasi. Susilawati. Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara"

Transkripsi

1 Reduksi Dan Interpretasi Data Gravitasi Susilawati Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara REDUKSI DAN INTERPRETASI DATA GRAVITASI Dalam survey gaya gravitasi pada suatu lokasi (titik), data percepatan gravitasi yang terukur dilapangan secara umum masih dipengaruhi oleh banyak keadaan mulai dari letak titik pengamatan (latitude), ketinggiannya dari speroid refrensi, pengaruh topografi disekitarnya, pengaruh kompensasi isostatik, dan keadaan geologi di daerah tersebut (kerapatan batuan). Reduksi data percepatan gravitasi dilakukan setelah data dikoreksi dari kesalahan yang disebabkan karena kesalahan sistematis dan kesalahan baca. Koreksinya meliputi : koreksi pasang surut / koreksi drift, koreksi letak terhadap lintang bumi, koreksi ketinggian (udara bebas dan Bouguer sederhana), dan koreksi topografi (medan). Dalam makalah ini akan dibahas mengenai reduksi data gravitasi yang dikoreksi dengan koreksi-koreksi yang disebutkan di atas. Sehingga di sini ditekankan koreksi terhadap medan gravitasi normalnya atau untuk mendapatkan medan gravitasi toeritis yang siap digunakan dalam pengolahan data dan interpretasi data.. Koreksi Pasang Surut Koreksi pasang surut karena pengaruh efek pasang surut. Alat gravimeter sangat peka sehingga gaya tarik gravitasional matahari dan bulan sangat berpengaruh pada alat tersebut. Perubahan gravitasi disebabkan oleh gaya tarik dari dua benda angkasa. Besarnya perubahan ini bervariasi terhadap lintang, waktu bulanan, waktu tahunan. Perubahan gravitasi akibat efek pasang surut diberikan oleh persamaaan Longman, I.M., 959, yakni : Gr M Mr S K = ( sin ) + ( 5cos cos ) + ( cos ) PS p p p q () 4 d d D dengan, K PS = Koreksi Pasang Surut, p = sudut zenith bulan, q = sudut zenith matahari, M = Massa bulan, S = Massa matahari, d = jarak antara pusat bumi dengan bulan, D = Jarak antara pusat matahari dengan bumi. Perubahan gravitasi akibat pasang surut ini berkisar antara m Gal. Pada bulan penuh / mati perubahan gravitasi 0.05 mgal/jam dan pada bulan seperempat kurang dari mgal/hari. Koreksi drift dimaksudkan untuk mengkoreksi kesalahan pembacaan gravimeter pada saat pengukuran gravitasi disuatu tempat. Drift adalah penyimpangan pembacaan nilai gravitasi dari waktu ke waktu, yang disebabkan oleh beberapa faktor misalnya, elastisitas pegas halus pada alat, efek pasang surut, pengaruh suhu, waktu pengukuran, dan goncangan. Seperti diketahui bahwa semua alat gravimeter harus cukup peka untuk kepentingan prospeksi geofisika secara komersial, sehingga akan mempunyai variasi terhadap waktu. Hal tersebut dikarenakan faktor internal yaitu adanya struktur dalam yang berupa pegas sangat halus, sehingga perubahan mekanis yang sangat kecil akan berpengaruh terhadap pengukuran. Efek pasang surut erat hubungannya dengan posisi bulan dan matahari. Pada posisi bumi dan bulan tertentu, rotasi bumi dapat menyebabkan perubahan nilai gravitasi. e-usu Repository 005 Universitas Sumatera Utara

2 Dalam koreksi drift ada dua metode yang sering digunakan dalam penelitian, yaitu metode matematis dan metode grafis. Metode matematis digunakan rumus di bawah ini guna mendapatkan harga gravitasi yang mendekati harga yang sebenarnya. ( p q) c = ( ) ( r q x y ) () dengan, c = koreksi drift untuk stasiun n, p = waktu pembacaan di stasiun n, q = waktu pembacaan di stasiun awal, r = waktu pembacaan di stasiun akhir, x = nilai pembacaan di stasiun akhir, y = nilai pembacaan di stasiun awal. Setelah c (koreksi) diperoleh lalu digunakan untuk mengurangi harga pembacaan disetiap stasiun pengukuran, didapat d, d = a c () dengan, a = nilai pembacaan di stasiun n. Dari nilai d yang didapat lalu dimasukkan dalam rumus berikut : g = K. d (4) dengan, g = nilai gravitasi terkoreksi, K = konstanta alat. Pada metode grafis, karena besarnya penyimpangan berbanding lurus dengan waktu maka fungsinya berupa garis lurus (linear). Dengan demikian koreksinya akan terdistribusi secara merata sesuai waktu pengukuran, seperti terlihat pada Gambar berikut. C n C 5 X 5 X n Gambar Grafik fungsi penyimpangan nilai gravitasi -vs- waktu. e-usu Repository 005 Universitas Sumatera Utara

3 Gambar Gaya gravitasi efek pasang surut teoritis pada saat bulan penuh (Nettelton, 976).. Efek Latitude (Garis Lintang) Koreksi ini dikenakan pada data percepatan gravitasi dikarenakan faktor kepepatan bumi akibat rotasi pada sumbunya. Sehingga akibat dari rotasi ini kakas gravitasi dikhatulistiwa lebih besar dibanding di daerah kutub. Menurut persamaan di bawah ini, l m m Bl Yl U ( r) = (4) l+ l= 0 m= 0 r formula untuk medan gravitasi pada permukaan suatu body dapat dituliskan dalam bentuk = g( ϕ) a n sin nϕ (5) n=0 dimana ϕ adalah garis lintang geosentris. Koefisien a n dapat diperoleh dengan mencocokan pengukuran gravitasi menyeluruh di dunia yang direduksi ke speroid referensi.. Berdasarkan data yang ada pada tahun 90, ditetapkan bahwa nilai a 0 = gals ; a = a 0, a = a 0 ; serta a dan koefisien selanjutnya tidak signifikan. Sehingga dengan memakai patokan bumi sebagai bidang bola speroid dan massa bumi homogen, besarnya koreksi pada speroid referensi (Heiskanen) : g(ϕ) = ( sin ϕ sin ϕ) gals (6) dengan ϕ = sudut lintang titik pengamatan terhadap bumi, a 0 = g 0 menyatakan gravitasi di ekuator, sin ϕ termasuk didalamnya efek perataan geometris dan efek sentrifugal. sin ϕ termasuk koreksi nonconfermity pada speroid berputar. Persamaan (6) sering juga disebut sebagai medan gravitasi normal, yang dapat digunakan untuk koreksi semua data gravitasi untuk elliptisitas bumi. Pada tahun 980 telah dilakukan pembaharuan sehingga diperoleh besarnya medan gravitasi normal dalam satuan gu (gravity unit) adalah : g(ϕ) = sin ϕ -.7 sin ϕ gu (7) Gradien horizontal utara selatan dari g dapat dihitung dengan mendifrensialkan persamaan di atas sebagai berikut, dg dg dg = = (8) ds R ϕ dϕ R d ( ) ϕ =.07 sin ϕ gu/mile N-S dimana : R e = radius ekuatorial dan ds = jarak horizontal N-S e e-usu Repository 005 Universitas Sumatera Utara

4 . Koreksi Elevasi (Ketinggian) Semakin tinggi suatu tempat dipermukaan bumi maka percepatan gravitasi bumi semakin kecil. Suatu kenyataan bahwa kakas tarik bumi terhadap suatu benda disekelilingnya, dikatakan sebagai suatu kakas tarik yang disebabkan oleh adanya suatu massa yang terkonsentrasi di pusat bumi, besar kakas tarik ini berubah terhadap jarak benda terhadap massa bumi. Karena pada koreksi medan gravitasi normal kakas benda dianggap terletak di speroid referensi dan hanya terpengaruh oleh letaknya terhadap sudut lintang bumi. Padahal kenyataannya benda tersebut tidak selalu terletak di permukaaan air laut sehingga perlu adanya pengurangan atau sebaliknya tergantung letak benda terhadap speroid referensi. Koreksi elevasi (ketinggian) mempunyai dua komponen yaitu koreksi udara bebas dan koreksi Bouguer... Koreksi Elevasi ; Efek Udara Bebas Koreksi udara bebas merupakan koreksi elevasi (ketinggian) yang mengabaikan massa diantara permukaan air laut dengan titik pengamatan. Sesuai dengan hukum gravitasi Newton bahwa harga percepatan gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, semakin tinggi suatu tempat di permukaan bumi maka percepatan gravitasi bumi semakin kecil. Sehingga koreksi g udara bebas sebesar h perlu ditambahkan. Jika jari-jari speroid referensi adalah R(ϕ) dan R ketinggian h << R, maka : g g ( R + h) = g R + h (9) R dimana R = jari-jari bumi sebagai bidang speroid, g(r) = medan gravitasi normal yang diberikan g pada persamaan (6), h = ketinggian (jarak dari titik ukur ke speroid referensi), = gradien R vertikal percepatan gravitasi terhadap jari-jari bumi dari permukaan air. Sifat dari koreksi ini adalah menambahkan koreksi lintang dititik pengamatan terhadap bumi, karena titik pengamatan kali ini terletak di atas speroid referensi. g Untuk menghitung besarnya digunakan rumus McCullagh untuk potensial gravitasi R disebarang titik di luar speroid yang eksentrisitasnya kecil yang berputar dengan kecepatan angular Ω, GM G U ( R) = + ( C A)( sin ϕ ) + Ω R cos ϕ (0) R R dimana C dan A adalah momen inersia axial dan equatorial. Difrensiasi persamaan (0) terhadap R, diperoleh, g U G 9G C A 5 [ ( )] ( ) MR C A Ω = + = cos ϕ 5 e + Ω 5 () R R Re Re dan dengan mensubstitusikan nilai-nilai dari A, C, M, dan R e yang ditentukan secara astronomi memberikan, g = cos ϕ gu/ft () R g dengan mengalikan harga di atas terhadap ketinggian h dari speroid referensi (dalam ft) akan R memberikan koreksi uadara bebas e-usu Repository 005 Universitas Sumatera Utara 4

5 .. Koreksi Elevasi ; Koreksi Bouguer Koreksi udara bebas mengabaikan seluruh massa material yang terletak antara permukaan tanah dengan speroid referensi. Efek gravitasi massa ini positif, hal ini berlawanan dengan gradien udara bebas dan karena itulah nilainya akan cenderung berkurang. Profil gravitasi sebagai fungsi topografi ditunjukan pada Gambar. Efek Bouguer diukur dari perbedaan letak titik ukur dari speroid referensi atau titik ukur tersebut tidak dapat dinyatakan berada dipermukaan air laut. Koreksi Bouguer dilakukan akibat adanya massa yang terletak diantara bidang speroid dengan titik pengukuran. Koreksi ini didasarkan pada suatu pengandaian bahwa titik ukur berada pada suatu bidang datar horizontal yang luas dan mengandung suatu massa batuan dengan kerapatan massa tertentu, Gambar (a). Untuk menghitung efek terrain pada titik A (Gambar a), kita harus menghitung integral, ρ( r0 ) d r0 G z () r r V yang meliputi seluruh volume yang terkandung antara permukaan tanah dan speroid referensi. 0 Gambar. a) koreksi terrain dan Bouguer, b) Perkembangan dari koreksi Bougeur yang mereduksi slab Bouguer horizontal ke cangkang bola (topi spheris). Kontribusi dari isi slab (irisan) antara dua permukaan horizontal disebut efek Bouguer, sementara sisanya disebut efek topografi, yang dihitung secara terpisah. Jika densitas diseluruh V konstan, maka efek Bougeur = πρgh. Karena densitas besarnya bervariasi, kita definisikan suatu densitas Bouguer di A sebagai berikut, ρ ( r0 ) cosϑ0 ( A) = d r0 sehingga efek Bouguer menjadi πρ B Gh. ρ B h (4) π slab r 0 e-usu Repository 005 Universitas Sumatera Utara 5

6 Gambar 4 Profil gravitasi udara bebas dan gravitasi Bouguer Biasanya posisi A berubah-ubah, densitas Bouguer secara umum bervariasi terhadap lokasi. Karena merupakan suatu berat rata-rata, bagaimanapun harus smooth dan tidak ada diskontinuitas. Besarnya koreksi Bougeur ini adalah, B C = ρ B h mgal/m = ρ B h mgal/ft = 0.76 ρ B h gu Efek udara bebas dan koreksi Bouguer biasanya dikombinasikan menjadi satu koreksi elevasi k, sehingga koreksi ketinggian adalah : k = ( cos ϕ)h 0.76 ρ B h 0.68 x 0-7 h gu/ft (5) dalam menghitung ρ B, k akan berubah dari titik ke titik. Gambar (b) menunjukkan perkembangan koreksi Bouguer dengan sutu koreksi yang dinamakan koreksi klengkungan topografi. Dimana jika pada slab Bouguer massa topografi dianggap terdistribusi secara merata di atas bidang spheroid, tetapi pada kenyataannya topografi melengkung berbentuk cangkang bola (Sphericall shell) yang melingkupi bumi. Karl (97) merumuskan gaya gravitasi unutk efek topografi berbentuk cangkang bola, yaitu, M r ( r h) g = G = πρ G (6) r 4 r dengan, M = massa bumi sferis dengan kerapatan ρ, h = ketebalan cangkang, r = jarak pusat bumi ke titik ukur, G = konstanta gravitasi. Persamaan (6) dapat ditulis dalam polinomial orde dalam bentuk r h sebagai berikut, e-usu Repository 005 Universitas Sumatera Utara 6

7 karena harga r h h h g = 4πρ Gh + (7) r r sangat kecil, sehingga diabaikan (bernilai nol), maka efek topografi yang berbentuk cangkang adalah : g = 4ρπGh (8) Selanjutnya La Fehr (99) mengusulkan suatu pendekatan eksak untuk efek topografi yaitu perpaduan slab horizontal tak berhingga ke topi spheris dengan radius tertentu, seperti terlihat pada Gambar (b). Perumusan efek gravitasi untuk topi spheris telah dilakukan oleh La fehr, pendekatan efek gravitasinya dalam deret pangkat adalah, G K =.4608 x 0 - h x 0-7 h + 5. x 0-4 h (9).4 Koreksi Topografi (Medan) Adanya massa yang terletak di bawah permukaan antara titik pengamatan dan bidang spheroid pada ketinggian h sangat mempengaruhi gaya gravitasi. Grant & West (965) mengatakan massa yang terletak antara titik ukur dengan bidang speroid dapat disederhanakan menjadi bagian : a. Bagian lempeng datar dengan ketebalan yang sama dengan ketinggian titik ukur terhadap permukaan speroid. Tarikan massa ini disebut efek Bouguer. b. Bagian yang berada di atas atau bagian yang hilang di bawah permukaaan lempeng. Tarikan ini dikatakan sebagai efek topografi (medan). Koreksi topografi dilakukan setelah koreksi Bouguer dilaksanakan. Koreksi topografi dilakukan untuk mengkoreksi adanya pengaruh penyebaran massa yang tidak teratur di sekitar titik pengukuran. Pada koreksi Bouguer mengandaikan bahwa titik pengamtan di lapangan berada pada suatu bidang datar yang sangat luas. Sedangkan kenyataan di lapangan mempunyai topografi yang unik berupa kumpulan lembah dan gunung, maka koreksi Bouguer di atas kurang sempurna. Dari kenyataan seperti di atas, pengaruh material yang berada disekitarnya baik material yang berada di sebelah atas maupun di sebelah bawah titik pengamatan (titik ukur) turut memberi sumbangan terhadap hasil pengukuran dititik pengukuran tersebut, sehingga keadaan ini harus dikoreksi. e-usu Repository 005 Universitas Sumatera Utara 7

8 Gambar 5 topografi tidak teratur yang menjadikan perlukan koreksi medan (Nettelton, 976). Setelah titik ukur tersebut dikenakan koreksi topografi, maka baik lembah maupun gunung akan memberikan sumbangan yang positif terhadap titik tersebut, dimana besar kecil nilai sumbangan tergantung dari jauh dekatnya dan perbedaan tinggi terhadap titik ukur tersebut. Koreksi topografi diberikan dengan integral (Grant & West) : ρ( r ) ( ) cos 0 ϑ0 T A = G d r 0 (0) V r0 dimana v adalah volume antara permukaan tanah dan bidang Bouguer. Untuk menghitung integral ini, distribusi densitas dari material-material permukaan dan bentuk dari permukaan harus diketahui. Problem pertama diselesaikan dengan mengasumsikan bahwa ρ adalah sama dengan densitas Bouguer ρ B Problem kedua diatasi dengan menggunakan mesin penghitung atau menggunakan template atau overlay chart, yakni dengan membagi volume menjadi beberapa sektor kecil yang dapat mewakili bentuk geometri sederhana yang efek gravitasinya diketahui. Besarnya koreksi topografi menurut Telford adalah : ( ) ( ) ( ) + = T C τσθ R R R h R h () dimana τ = konstanta Cavendish = x 0-8 cm /gr.sec, σ = rapat massa bidang datar (gr/cm ), θ = sudut sektor/kompartement (rad), R = Radius sektor dalam (feet), R = Radius sektor luar (feet), h = e s e a, e s = ketinggian titik pengamatan, e a = ketinggian rata-rata di dalam sektor. Pembagian daerah (sektor) disekitar titik pengamatan dilakukan dengan Hammer Chart. Pelaksanaan kerjanya dibuat lingkaran dengan jari-jari luar yang sesuai dengan skala peta topografi lapangan pada kertas transparan. Lingkaran tersebut dibagi-bagi secara radial dan e-usu Repository 005 Universitas Sumatera Utara 8

9 konsentris menjadi beberapa kompartemen. Dengan meletakkan peta topografi di bawah lingkaran tadi maka efek masing-masing kompartemen dapat dihitung, yaitu dengan merataratakan deviasi elevasi setiap kompartemen terhadap titik ukur (Gambar 6). Hasil dari penjumlahan setiap kompartemen dan disesuaikan dengan kerapatan Bouguer yang ada pada daerah tersebut selanjutnya menjadi koreksi topografi pada titik amat tersebut. Saat koreksi lintang dan ketinggian (termasuk koreksi topografi jika diperlukan) diterapkan maka residunya disebut sebagai Gravitasi Bouguer Lengkap. Gambar 6 Model Hammer Chart untuk koreksi medan (Telford, 976)..5 Perhitungan Densitas Bouguer Ada dua hal yang menarik dari efek Bouguer yang seringkali dipermasalahkan (Vajk, 956). Pertama adalah bahwa bentuk permukaan bumi bukanlah menyerupai lempeng silinder datar, dan kedua ialah bahwa rapat massa seringkali bervariasi baik kearah vertikal maupun kearah horizontal. Bentuk lempeng silinder datar dipilih karena merupakan bentuk yang paling mudah dihitung/diintegrasikan. Penyimpangan dari bentuk ini efeknya dianggap ditampung pada efek medan (topografi). Suatu model yang lain untuk menyempurnakan model di atas, adalah dengan menganggap bagian Bouguer berbentuk cangkang (shell), dengan ketebalan h (Helbig, 979). Untuk bentuk ini dapat diturunkan efek Bouguer : G = 4ρπGh () Perbaikan di atas tidak terlalu banyak digunakan karena perlu dikompensasi dengan efek topografi pada daerah yang lebih luas, tetapi jelas menunjukkan besarnya pengaruh harga ρ (secara kasar, pengaruh pada model cangkang dua kali lebih besar dari model silinder datar) terhadap B. Vajk (965), menunjukkan bagaimana variasi rapat massa dapat terjadi, diantara akibat erosi, persesaran, pelipatan, perubahan litologi, dan sebagainya. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana menetukan rapat massa Bouguer. Koreksi topografi dan koreksi Bouguer besarnya tergantung dari rapat massa batuan dekat permukaaan atau rapat massa pada bidang Bouguer. Untuk menentukan rapat massa kedua koreksi di atas digunakan metode yang dikemukakan oleh Nettelton (976) yaitu dengan cara membuat lintasan densitas (density profile). e-usu Repository 005 Universitas Sumatera Utara 9

10 Adapun metodenya adalah dengan cara membuat profil harga percepatan gaya gravitasi yang telah dikoreksi dengan rapat massa Bouguer yang berbeda-beda pada lintasan yang mewakili (topografinya tidak teratur) Gambar 4. Anomali percepatan gravitasi yang menunjukkan korelasi minimum terhadap profil topografi yang diambil, harga rapat massa yang bersesuaian dengan hal ini dianggap sebagai harga rapat massa batuan yang paling sesuai. Ada dua pendekatan yang logis dalam perhitungan densitas Bouguer ini dan kita bisa memilih satu dari dua pendekatan berikut :. Metode ini hanya mencuplik material-material yang terletak diantara level terendah dan tertinggi dari topografi. Konsekuensinya permukaan referensi dari reduksi Bouguer bukan sea level maupun datum horizontal lainnya, tetapi permukaan yang melalui seluruh titik-titik terendah dan tertinggi pada daerah itu.. Dasar pemikiran yang digunakan dalam pemilihan ρ B yaitu untuk meminimalkan korelasi antara relief topografi dan anomali gravitasi Bouguer. Selain metode satu harga rapat massa seperti yang dikemukakan oleh Nettelton, ada lagi metode lain yang diusulkan oleh Grant dan Elsaharty (96), yaitu metode rapat massa bervariasi. Dalam metode ini penentuan rapat massa tidak dapat berdiri sendiri terhadap koreksi medan dan regional. Setiap titik ukur mempunyai rapat massa yang mungkin berbeda dengan titik-titik ukur sekitarnya. Secara matematis apa yang dilakukan Grant dan Elsaharty tidak sederhana dan seperti mereka akui sendiri, cara perhitungan yang dilakukan masih belum meyakinkan. Mereka menekankan kesimpulannya pada pentingnya variasi rapat massa untuk koreksi Bouguer. Sampai saat ini metode Nettelton profile (Density Profile), masih hampir selalu digunakan dalam pengolahan data gravitasi. Pelaksanaannya mudah dan cepat tetapi dilain pihak metode ini memiliki keterbatasan. Untuk suatu daerah yang rapat massa batuan permukaannya sangat bervariasi, efek Bouguer tidak dapat dikoreksi dengan menggunakan satu harga rapat massa yang tetap (Vajk,956). Selain itu, untuk daerah yang topografimya landai, undulasinya moderate, metode Nettelton dapat digunakan. Hal yang sama juga berlaku untuk daerah dimana topografinya dipengaruhi oleh struktur. Profil-profil densitas dapat dihitung pada daerah-daerah terisolasi seperti yang telah digambarkan, dan suatu nilai rata-rata diambil untuk faktor ketinggian dalam area. Dalam daerah dimana kondisi permukaan bermacam-macam, perubahan dalam ρ B tidak dapat diabaikan (profil tidak halus). Dalam beberapa kasus, k harus ditentukan sebagai suatu fungsi smooth dari x dan y diseluruh area. Hal ini dapat dilakukan dengan pencarian fungsi smooth dari x dan y yang memperkecil kovariansi dari anomali Bouguer dengan relief topografi. Faktor ketinggian, menurut metode profiling densitas, adalah fungsi k (x,y), yang diberikan dalam kuantitas : δ g k x, y δh dxdy () [ ( ) ( ) ] + yang memiliki suatu harga minimum seluruh area, jika ρ B konstan, k akan mempunyai harga, k N δ i= = N ( g) ( δhi ) i= yang tidak mungkin menjadi nilai lokal terbaik untuk penggunaan di setiap titik dalam area, tetapi akan menjadi nilai konstan terbaik di atas area sebagai sesuatu jumlah. Jika ρ B bervariasi, k (x,y) akan menjadi suatu polinomial orde rendah yang nilai lokalnya akan digunakan untuk mengkoreksi data pada masing-masing stasiun. 0 e-usu Repository 005 Universitas Sumatera Utara δh i i (4)

11 .6 Efek-Efek Isostasi Metode ini adalah untuk membuat koreksi isostatik yamni membuat koreksi medan dari suatu peta topografi. Luas dibagi menjadi segmen-segmen kecil, setiap segmen dianggap seperti sebuah prisma yang mempunyai bentuk silinder sederhana, yang efek gravitasinya dapat dihitung. Pnajang dari prisma dapat ditentukan dengan memperkirakan bahwa kerak mempunyai bentuk yang kecil atau secara virtual tak rigid, dan masing-masing kolom merupakan berat. Asumsi-asumsi harus dibuat, densitas rata-rata dari kerak dan substratum, seperti halnya ketebalan kerak. Jika survei gravitasi sangat luas dan jika tujuannya untuk mengetahui gambaran regional, hal ini kadang-kadang penting untuk memisahkan efek isostatik dimana hal ini masih signifikan. Hal ini penting pada sepanjang permukaan gunung atau dekat margin continental (benua). Ketika koreksi isostasi diterapkan pada gravitasi Bouguer, residunya biasa disebut sebagai anomali isostasi. Bagaimanapun efek isostasi, jika ada biasanya diganti sebagai suatu bagian dari kecendrungan regional..7 Anomali Percepatan Gravitasi Setelah dilakukan koreksi-koreksi terhadap data percepatan gravitasi hasil pengukuran (koreksi latitude, elevasi, dan topografi) maka diperoleh anomali percepatan gravitasi (anomali gravitasi Bouguer lengkap) yaitu : g BL = g obs ± g(ϕ) + g FA g B + g T (5) dimana : g obs = medan gravitasi observasi yang sudah dikoreksi pasang surut g(ϕ) = Koreksi latitude g FA = Koreksi udara bebas (Free Air Efec) g B = Koreksi Bouguer g T = Koreksi topografi (medan) Dengan memasukan harga-harga numerik yang sudah diketahui, persamaan (5) menjadi, G BL = g obs ± g(ϕ) h (0.077h T) σ (6) Dimana g T diganti menjadi Tσ (σ = densitas, yang besarnya sama untuk kedua koreksi). KESIMPULAN Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan :. Efek pasang surut erat hubungannya dengan posisi bulan dan bumi. Perubahan gravitasi akibat pasang surut ini berkisar antara mgal, pada bulan penuh/mati perubahan gravitasi 0.05 mgal/jam dan pada bulan seperempat kurang dari mgal/hari.. Koreksi drift adalah koreksi penyimpangan pembacaan nilai gravitasi dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : elastisitas pegas halus pada alat, efek pasang surut, pengaruh suhu, waktu pengukuran dan gonvangan.. Koreksi latitude hanya bergantung pada sudut lintang titik pengamatan terhadap bumi. Besarnya koreksi oleh International Uniaon of Geodesy and Geophysics, 967 dinyatakan sebagai: g(ϕ) = ( sin ϕ sin ϕ) gals yang biasa disebut medan gravitasi normal, yang dapat digunakan untuk koreksi setiap data gravitasi untuk eliptisitas bumi. 4. Free air corection dan Bouguer corection merupakan konstanta-konstanta sederhana yang harus dikalikan dengan elevasi, sehingga di dalam operasi gravitasi sering digabungkan dan disebut sebagai koreksi elevasi. e-usu Repository 005 Universitas Sumatera Utara

12 5. Kajian ulang mengenai bentuk koreksi Bouguer dari segi geometris agak sulit dilakukan. Pengandaian yang dilakukan seperti selama ini masih dapat digunakan. Model cangkang tidak mengubah bentuk efek Bouguer (masih linear terhadap ρ dan h), hanya memperbesarnya menjadi dua kali lipat. 6. Karena adanya variasi rapat massa permukaan yang cukup besar, maka perlu pula variasi untuk koreksi Bouguer. 7. Jika metode Nettelton harus digunakan pada perhitungan densitas Bouguer, maka sebelumnya perlu diperhitungkan berapa anomali Bouguer yang diharapkan untuk daerah/lintasan tersebut (dengan mempertimbangkan variasi ketinggian). Apabila anomalinya besar maka metode Nettelton dapat digunakan, dan sebaliknya bila anomalinya kecil maka efek ketinggian akan lebih dominan, sehingga metode Nettelton tidak dapat digunakan. 8. Jika survei gravitasi sangat luas dan jika tujuannya untuk mengetahui gambaran regional, efek isostasi masih dianggap signifikan, karena turut memberikan sumbangan pada data gravitasi. DAFTAR PUSTAKA Grant, F.S., & West, G.F., 969, Interpretation Theory in Applied Geophysics, New York, Mc. Graw-Hill, Inc. Telford, M.W., et al, 976, Applied Geophysics, Cambridge University Press. Petunjuk Workshop Geofisika, 99, Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UGM, Yogyakarta. Proceedings, 988, Pertemuan Ilmiah Tahunan XIII, Bandung. Sunardi, 988, Penelitian Anomali Bouguer Percepatan Gravitasi Gunung Merbabu Dengan Memakai Metode Talwani dan Dimensi, FMIPA - UGM APENDIKS (Koreksi Topografi) Rumus perhitungan koreksi topografi dengan metode matematis adalah sebagai berikut. Massa silinder dengan sudut jari-jari θ adalah : dm = σr dr dl dθ dg = τ σ dl sinφ dφ dθ gaya beratnya sebesar : gs = τσd τ tan r 0 tan r sinφdφdθ e-usu Repository 005 Universitas Sumatera Utara

13 gs = τσ dl ( r + ) ( r + ) Z = + h gs τσθ Z r gs = τσθ gs = τσθ untuk Z = 0 gs = τσθ r ( r + ) ( + ) ( ) ( ) + r + r + Z ( r + Z + Zh + h ) ( r + Z ) ( r + Z + Zh + h ) + ( r + Z ) { } h ( r ) + ( r + h ) ( r + ) h e-usu Repository 005 Universitas Sumatera Utara

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel BAB III TEORI DASAR 3.1 PRINSIP DASAR GRAVITASI 3.1.1 Hukum Newton Prinsip dasar yang digunakan dalam metoda gayaberat ini adalah hukum Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik dua titik massa m

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN BAB LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN. PRINSIP DASAR GRAVITASI Gaya tarik-menarik antara dua buah partikel sebanding dengan perkalian massa kedua partikel tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak

Lebih terperinci

ANALISIS REDUKSI TOPOGRAFI DATA GAYABERAT DENGAN PENDEKATAN METODE LA FEHR DAN WHITMAN PADA PENENTUAN ANOMALI BOUGUER

ANALISIS REDUKSI TOPOGRAFI DATA GAYABERAT DENGAN PENDEKATAN METODE LA FEHR DAN WHITMAN PADA PENENTUAN ANOMALI BOUGUER J. Sains Tek., Desember 006, Vol. 1, No., Hal.: 179-184 ISSN 085-7X ANALISIS REDUKSI TOPOGRAFI DATA GAYABERAT DENGAN PENDEKATAN METODE LA FEHR DAN WHITMAN PADA PENENTUAN ANOMALI BOUGUER ABSTRACT Syafriadi

Lebih terperinci

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH 1. Tutik Annisa (H1E007005) 2. Desi Ari (H1E00700 ) 3. Fatwa Aji Kurniawan (H1E007015) 4. Eri Widianto (H1E007024) 5. Puzi Anigrahawati

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No. BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengukuran Gayaberat Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No. G-804. Nomor yang digunakan menunjukkan nomor produksi alat yang membedakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI 2.1 Teori Gravitasi Newton 2.1.1 Hukum Gravitasi Newton Metode gravitasi atau gaya berat bekerja berdasarkan Hukum Gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya antara

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R. BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Konsep Dasar Gayaberat Dasar teori dari metode gayaberat adalah Hukum Newton. Hukum umum gravitasi menyatakan bahwa gaya tarik-menarik antara dua buah benda sebanding dengan kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gaya Gravitasi merupakan gaya yang terjadi antara dua massa yang saling berinteraksi berupa gaya tarik-menarik sehingga kedua benda mengalami percepatan yang arahnya

Lebih terperinci

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Dasar Metode Gravitasi Metode gravitasi merupakan salah satu metode survei geofisika yang memanfaatkan sebaran densitas di permukaan bumi sebagai bahan studi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pengukuran lapangan, tahap pemrosesan data, dan tahap interpretasi

Lebih terperinci

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi) Gerak Rotasi Momen Inersia Terdapat perbedaan yang penting antara masa inersia dan momen inersia Massa inersia adalah ukuran kemalasan suatu benda untuk mengubah keadaan gerak translasi nya (karena pengaruh

Lebih terperinci

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding 14 BAB III. TEORI DASAR 3.1. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 3.1.1. Teori Gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2. III. TEORI DASAR A. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 1. Teori gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik

Lebih terperinci

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT 1. TUJUAN - Memahami hukum dan prinsip fisika yang mendasari metode gaya erat - Mengetahui serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai variasi gaya erat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geodesi merupakan ilmu yang mempelajari pengukuran bentuk dan ukuran bumi termasuk medan gayaberat bumi. Bentuk bumi tidak teratur menyebabkan penentuan bentuk dan

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori 18 III. TEORI DASAR 3.1. Hukum Newton Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori medan potensial. Newton menyatakan bahwa besar gaya tarik menarik antara dua buah partikel

Lebih terperinci

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 7, No. 1 (218) 2337-352 (231-928X Print) B32 Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor,

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan lokal. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut.

Lebih terperinci

PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN

PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN Jurnal Dinamika, April 2018, halaman 1-9 P-ISSN: 2087-7889 E-ISSN: 2503-4863 Vol. 09. No.1 PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori

Lebih terperinci

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002). III. TEORI DASAR 3.1. Metode Gayaberat Metode gayaberat adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di permukaan bumi, di kapal maupun

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh III. TEORI DASAR 3.1 Prinsip Dasar Gayaberat Metode gayaberat merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan berdasarkan adanya variasi medan gravitasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Distribusi Data Gayaberat Daerah pengukuran gayaberat yang diambil mencakup wilayah Kabupaten Magelang, Semarang, Salatiga, Boyolali, Klaten dan Sleman,Yogyakarta. Dengan batas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Metode dan Desain Penelitian Data variasi medan gravitasi merupakan data hasil pengukuran di lapangan yang telah dilakukan oleh tim geofisika eksplorasi Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan detail. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR HAK CIPTA... i ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat BAB III TEORI DASAR 3.1 Metode Gayaberat Metode gayaberat adalah metode dalam geofisika yang dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan berdasarkan perbedaan rapat massa cebakan mineral dari daerah

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi Metode geologi yang dipakai adalah analisis peta geologi regional dan lokal dari daerah penelitian. Untuk peta geologi regional, peta yang dipakai adalah peta geologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/ BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dari suatu data berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/ pengolahan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif analitis. Penelitian gaya berat yang dilakukan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur bidang

Lebih terperinci

PENGUKURAN GAYA BERAT DI G. BATUR PEBRUARI - MARET 2009

PENGUKURAN GAYA BERAT DI G. BATUR PEBRUARI - MARET 2009 PENGUKURAN GAYA BERAT DI G. BATUR PEBRUARI - MARET 2009 Iing KUSNADI, Hendra GUNAWAN, Saleh, Dedi ROCHENDI, Muarif dan Wahidin AKHBAR Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi Sari G. Batur merupakan

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17, 3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik

Lebih terperinci

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BENDUNGAN SUTAMI DAN SEKITARNYA BERDASARKAN ANOMALI GAYABERAT Elwin Purwanto 1), Sunaryo 1), Wasis 1) 1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Kinematika Rotasi Hukum Gravitasi Dinamika Rotasi Kinematika Rotasi Perpindahan Sudut Riview gerak linear: Perpindahan, kecepatan, percepatan r r = r f r i, v =, t a

Lebih terperinci

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas gerak benda langit dalam medan potensial umum, misalnya potensial sebagai

Lebih terperinci

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin Kampus UNHAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Data Penelitian Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah Garut Utara hasil pengamatan Tim Geoteknologi LIPI Bandung dengan menggunakan gravitimeter

Lebih terperinci

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta Dian Novita Sari, M.Sc Abstrak Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode gravity di daerah Dlingo, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER Tahapan pengolahan data gaya berat pada daerah Luwuk, Sulawesi Tengah dapat ditunjukkan dalam diagram alir (Gambar 4.1). Tahapan pertama yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber: Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu BAB IV INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN GRAVITASI Salah satu metode geofisika yang digunakan dalam menentukan potensi suatu daerah panas bumi adalah metode gravitasi. Dengan metode gravitasi diharapkan dapat

Lebih terperinci

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya.

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya. Dinamika Page 1/11 Gaya Termasuk Vektor DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya. GAYA TERMASUK VEKTOR, penjumlahan gaya = penjumlahan

Lebih terperinci

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik Modul 1 Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik Di antara sifat fisis batuan yang mampu membedakan antara satu macam batuan dengan batuan lainnya adalah massa jenis dan suseptibiltas batuan.

Lebih terperinci

APLIKASI FILTER KONTINUASI KEATAS DAN ANALISA SPEKTRAL TERHADAP DATA MEDAN POTENSIAL Oleh: N. Avisena M.Si ABSTRACT

APLIKASI FILTER KONTINUASI KEATAS DAN ANALISA SPEKTRAL TERHADAP DATA MEDAN POTENSIAL Oleh: N. Avisena M.Si ABSTRACT APLIKASI FILTER KONTINUASI KEATAS DAN ANALISA SPEKTRAL TERHADAP DATA MEDAN POTENSIAL Oleh: N. Avisena M.Si ABSTRACT Di antara sifat fisis batuan yang mampu membedakan antara satu macam batuan dengan batuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di setiap tempat di permukaan bumi berbeda-beda, disebabkan oleh beberapa faktor seperti

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT Diah Ayu Chumairoh 1, Adi Susilo 1, Dadan Dhani Wardhana 2 1) Jurusan Fisika FMIPA Univ.

Lebih terperinci

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Satuan tektonik di Jawa Barat adalah jalur subduksi Pra-Eosen. Hal ini terlihat dari batuan tertua yang tersingkap di Ciletuh. Batuan tersebut berupa olisostrom yang

Lebih terperinci

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. 23 Juli 2012 Lutfia P.I.A

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. 23 Juli 2012 Lutfia P.I.A PRESENTASI SIDANG SKRIPSI 23 Juli 2012 Lutfia P.I.A EKSPLORASI PARAMETER FISIK CEKUNGAN MIGAS DI PERAIRAN BLOK AMBALAT DENGAN METODE GRAVITY DISUSUN OLEH: LUTFIA P.I.A NRP : 4307100084 DOSEN PEMBIBING

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika K13 evisi Antiremed Kelas 10 Fisika Persiapan PTS Semester Genap Doc. Name: K13A10FIS0PTS Version: 017-03 Halaman 1 01. Pada benda bermassa m, bekerja gaya F yang menimbulkan percepatan a. Jika gaya dijadikan

Lebih terperinci

Geodesi Fisis. Minggu II,III : Review Medan Gayaberat Bumi Metode Pengukuran Gayaberat. Isna Uswatun Khasanah

Geodesi Fisis. Minggu II,III : Review Medan Gayaberat Bumi Metode Pengukuran Gayaberat. Isna Uswatun Khasanah Geodesi Fisis Minggu II,III : Review Medan Gayaberat Bumi Metode Pengukuran Gayaberat Isna Uswatun Khasanah 4/6/2016 Geofis Minggu 2,3 - Teknik Geodesi- FTSP ITP-2016 1 Statistik Pengumpulan Tugas1 Jumlah

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN FIS A. BENDA TEGAR Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk dan volume selama bergerak. Benda tegar dapat mengalami dua macam gerakan, yaitu translasi dan rotasi. Gerak translasi

Lebih terperinci

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus BAB 7. GERAK ROTASI 7.1. Pendahuluan Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus Sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap partikel pada benda tersebut

Lebih terperinci

FIsika USAHA DAN ENERGI

FIsika USAHA DAN ENERGI KTSP & K-3 FIsika K e l a s XI USAHA DAN ENERGI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami konsep usaha dan energi.. Menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi sekitar 9, 8 m/s².

dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi sekitar 9, 8 m/s². Hukum newton hanya memberikan perumusan tentang bagaimana gaya mempengaruhi keadaan gerak suatu benda, yaitu melalui perubahan momentumnya. Sedangkan bagaimana perumusan gaya dinyatakan dalam variabelvariabel

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Fisika Kelas XI SCI Semester I Oleh: M. Kholid, M.Pd. 43 P a g e 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA DASAR PENGUKURAN MEKANIKA 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah alat ukur berikut dan berikan contoh! a. Kemampuan bacaan b. Cacah terkecil 2. Jelaskan tentang proses kalibrasi alat ukur! 3. Tunjukkan

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang ingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang Perhatikan fungsi z = f(x, y) pada = {(x, y) : a x b, c y d} Bentuk partisi P atas daerah berupa n buah persegipanjang

Lebih terperinci

r 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G

r 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik menarik yang besarnya berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya Secara matematis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB 2 GRAVITASI A. Medan Gravitasi B. Gerak Planet dan Satelit Rangkuman Bab Evaluasi Bab 2...

DAFTAR ISI. BAB 2 GRAVITASI A. Medan Gravitasi B. Gerak Planet dan Satelit Rangkuman Bab Evaluasi Bab 2... DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v BAB 1 KINEMATIKA GERAK... 1 A. Gerak Translasi... 2 B. Gerak Melingkar... 10 C. Gerak Parabola... 14 Rangkuman Bab 1... 18 Evaluasi

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET Kompetensi Dasar 3.2 Mengevaluasi pemikiran dirinya terhadap keteraturan gerak planet dalam tatasurya berdasarkan

Lebih terperinci

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L)

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L) Dinamika Rotasi adalah kajian fisika yang mempelajari tentang gerak rotasi sekaligus mempelajari penyebabnya. Momen gaya adalah besaran yang menyebabkan benda berotasi DINAMIKA ROTASI momen inersia adalah

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (13), Hal. 1-7 ISSN : 337-8 Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet Nurul Asri 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI CORE WALL

BAB II LANDASAN TEORI CORE WALL BAB II LANDASAN TEORI CORE WALL.1. Karakterisitik Bentuk dan Letak Core Wall Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan tinggi dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Hak Cipta Dilindungi Undang-undang NASKAH SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL 016 CALON PESERTA INTERNATIONAL PHYSICS OLYMPIAD (IPhO) 017 FISIKA Teori Waktu: 5 jam KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan

Lebih terperinci

DEPARTMEN IKA ITB Jurusan Fisika-Unej BENDA TEGAR. MS Bab 6-1

DEPARTMEN IKA ITB Jurusan Fisika-Unej BENDA TEGAR. MS Bab 6-1 Jurusan Fisika-Unej BENDA TEGAR Kuliah FI-1101 Fisika 004 Dasar Dr. Linus Dr Pasasa Edy Supriyanto MS Bab 6-1 Jurusan Fisika-Unej Bahan Cakupan Gerak Rotasi Vektor Momentum Sudut Sistem Partikel Momen

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

3. MEKANIKA BENDA LANGIT

3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3.1. ELIPS Sebelum belajar Mekanika Benda Langit lebih lanjut, terlebih dahulu perlu diketahui salah satu bentuk irisan kerucut yaitu tentang elips. Gambar 3.1. Geometri Elips

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I Integral Lipat-Dua dalam Koordinat Kutub Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Terdapat beberapa kurva tertentu pada suatu bidang yang lebih mudah dijelaskan dengan menggunakan koordinat Kutub.

Lebih terperinci

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO i FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO Departemen Fisika Universitas Airlangga, Surabaya E-mail address, P. Carlson: i an cakep@yahoo.co.id URL: http://www.rosyidadrianto.wordpress.com Puji

Lebih terperinci

Bab 1 : Skalar dan Vektor

Bab 1 : Skalar dan Vektor Bab 1 : Skalar dan Vektor 1.1 Skalar dan Vektor Istilah skalar mengacu pada kuantitas yang nilainya dapat diwakili oleh bilangan real tunggal (positif atau negatif). x, y dan z kita gunakan dalam aljabar

Lebih terperinci

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan SP FISDAS I Perihal : Matriks, pengulturan, dimensi, dan sebagainya. Bisa baca sendiri di tippler..!! KINEMATIKA : Gerak benda tanpa diketahui penyebabnya ( cabang dari ilmu mekanika ) DINAMIKA : Pengaruh

Lebih terperinci

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax:

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax: EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi titik berat, dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari.benda tegar (statis dan Indikator Pencapaian Kompetensi: 3.1.1

Lebih terperinci

4 I :0 1 a :4 9 1 isik F I S A T O R A IK M A IN D

4 I :0 1 a :4 9 1 isik F I S A T O R A IK M A IN D 9:4:04 Posisi, Kecepatan dan Percepatan Angular 9:4:04 Partikel di titik P bergerak melingkar sejauh θ. Besarnya lintasan partikelp (panjang busur) sebanding sebanding dengan: s = rθ Satu keliling lingkaran

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR

PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR Sri Jumini 1, Lilis Muhlisoh 2 1,2) Prodi Pendidikan Fisika, FITK UNSIQ Wonosobo jawa Tengah Email : umyfadhil@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda 1 Benda tegar Pada pembahasan mengenai kinematika, dinamika, usaha dan energi, hingga momentum linear, benda-benda yang bergerak selalu kita pandang sebagai benda titik. Benda yang berbentuk kotak misalnya,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

Studi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya

Studi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya Studi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya Enira Suryaningsih dan Ira Mutiara Anjasmara Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Lebih terperinci

Dari gamabar diatas dapat dinyatakan hubungan sebagai berikut.

Dari gamabar diatas dapat dinyatakan hubungan sebagai berikut. Pengertian Gerak Translasi dan Rotasi Gerak translasi dapat didefinisikan sebagai gerak pergeseran suatu benda dengan bentuk dan lintasan yang sama di setiap titiknya. gerak rotasi dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul.... i Lembar Pengesahan.... ii Abstrak.... iii Kata Pengantar.... v Daftar Isi. vii Daftar Gambar.... ix Daftar Tabel.... xi BAB 1 : PENDAHULUAN.... 1 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Unnes Physics Journal

Unnes Physics Journal UPJ 3 (1) (2014) Unnes Physics Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN SEKARAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN DATA GAYA BERAT S. Imam, Supriyadi Prodi Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

KOREKSI-KOREKSI KONVERSI HARGA BACAAN KOREKSI PASANG SURUT KOREKSI DRIFT

KOREKSI-KOREKSI KONVERSI HARGA BACAAN KOREKSI PASANG SURUT KOREKSI DRIFT PENGOLAHAN DATA KOREKSI-KOREKSI KONVERSI HARGA BACAAN KOREKSI PASANG SURUT KOREKSI DRIFT KOREKSI LINTANG KOREKSI UDARA BEBAS KOREKSI BOUGER KOREKSI MEDAN ANOMALI BOUGER ANOMALI UDARA BEBAS KONVERSI HARGA

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Urai astri lidya ningsih 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura; e-mail: nlidya14@yahoo.com

Lebih terperinci

GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah

GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah Infromasi Personal Isna Uswatun Khasanah ST., M.Eng S1 Teknik Geodesi UGM S2 Teknik Geomatika UGM Email : ikhasanah31@gmail.com Hp : 085310591597 / 085729210368 Outline

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2017 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2018

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2017 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2018 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2017 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2018 Bidang Fisika Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

GRAVITASI B A B B A B

GRAVITASI B A B B A B 23 B A B B A B 2 GRAVITASI Sumber: www.google.co.id Pernahkah kalian berfikir, mengapa bulan tidak jatuh ke bumi atau meninggalkan bumi? Mengapa jika ada benda yang dilepaskan akan jatuh ke bawah dan mengapa

Lebih terperinci

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA ANTIREED KELAS 11 FISIKA UTS Fisika Latihan 1 Doc. Name: AR11FIS01UTS Version : 2014-10 halaman 1 01. erak sebuah benda memiliki persamaan posisi r = (-6-3t)i + (8 + 4t)j Semua besaran menggunakan satuan

Lebih terperinci

(translasi) (translasi) Karena katrol tidak slip, maka a = αr. Dari persamaan-persamaan di atas kita peroleh:

(translasi) (translasi) Karena katrol tidak slip, maka a = αr. Dari persamaan-persamaan di atas kita peroleh: a 1.16. Dalam sistem dibawah ini, gesekan antara m 1 dan meja adalah µ. Massa katrol m dan anggap katrol tidak slip. Abaikan massa tali, hitung usaha yang dilakukan oleh gaya gesek selama t detik pertama!

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Latar Belakang Historis Fondasi dari integral pertama kali dideklarasikan oleh Cavalieri, seorang ahli matematika berkebangsaan Italia pada tahun 1635. Cavalieri menemukan bahwa

Lebih terperinci