BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 3 BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas mengenai validasi metode analisis beserta karakteristiknya, metode analisis komparatif atau instrumental, kromatografi cari kinerja tinggi sebagai objek dari tugas akhir ini dan Microsoft Visual Basic 6.0 sebagai media dalam pembuatan perangkat lunak SVMAK 1.1 Validasi Metode Analisis Validasi Metode Analisis merupakan suatu proses penilaian terhadap parameter analitik tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi syarat untuk tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis ini bertujuan untuk mendapatkan suatu hasil analisis yang absah atau valid, dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan hasil analisis ini dapat menunjukkan kesesuaian dengan tujuan pengujian. Proses validasi metode analisis ini dilakukan sekurang-kurangnnya empat tahapan utama yaitu : Validasi perangkat lunak, validasi perangkat keras, validasi metode dan kesesuaian sistem. Proses diawali dengan menggunakan perangkat lunak yang telah divalidasi dan sistem yang telah dikualifikasi. Validasi metode dilakukan dengan menggunakan sistem yang telah dikualifikasi dan pengujian kesesuaian sistem. Masing-masing tahap tersebut sangat menentukan bagi keberhasilan proses validasi (Swartz, 1978). (1) Perangkat Keras (4) Validasi Metode VALIDASI () Perangkat Lunak (3) Kesesuaian Sistem Gambar 1.1 Proses Validasi Menurut farmakope, validasi metode analisis mensyaratkan bahwa metode pengujian yang digunakan untuk menetapkan kualitas produk farmasi dan kesesuaiannya terhadap persyaratan spesifikasi harus sudah dibuktikan kesesuaiannya dengan kecermatan baku dan reliabilitas yang telah ditetapkan.

2 4 Tahapan validasi metode analisis dilakukan dalam dua bagian besar yaitu : 1. Tahap persiapan i) Kalibrasi instrumen dan alat-alat gelas yang digunakan dalam proses validasi ii) Penyiapan bahan acuan baku dan matriks sediaan (plasebo) iii) Uji kesesuaian sistem untuk metode kromatografi. Tahap validasi i) Spesifisitas ii) Linieritas dan rentang iii) Batas deteksi iv) Batas kuantisasi v) Akurasi vi) Presisi Untuk setiap metode analisis, tahap-tahap validasi metode analisis yang dilakukan bisa berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dari metode analisis tersebut. USP XXIV menerangkan bahwa setiap metode analisis memerlukan beberapa persyaratan validasi yang harus dipenuhi agar suatu metode analisis absah dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun persyaratan validasi untuk masing-masing jenis metode analisis dilampirkan pada Lampiran A, Tabel Spesifisitas Spesifisitas merupakan kemampuan untuk menguji secara akurat dan spesifik suatu analit dengan adanya komponen lain dalam matriks sampel seperti adanya pengotor, hasil degradasi dan komponen matriks. Spesifisitas atau selektifitas ini juga merupakan kemampuan metode analisis untuk memberikan signal analit pada campuran analit dalam sampel tanpa adanya interaksi antar analit. Metode selektif dapat dinyatakan sebagai suatu seri metode spesifik (Ibrahim, 007). Adapun pengujian yang dilakukan untuk penetapan spesifisitas ini adalah sebagai berikut : i) Untuk identifikasi Metode harus mampu menyeleksi senyawa-senyawa yang ada didalam sampel yang berkaitan dengan struktur molekulnya. Dapat dibuktikan dengan hasil positif atau dibandingkan dengan bahan acuan standar yang diketahui dari sampel yang

3 5 ii) iii) mengandung analit dan digabungkan dengan hasil negatif dari sampel yang tidak mengandung analit. Untuk penetapan cemaran Dilakukan dengan menguji sampel yang ditambahkan sejumlah tertentu cemaran atau hasil urai dan terlihat dengan nyata cemaran itu dapat ditetapkan secara akurat dan presisi yang memadai. Untuk penetapan kadar Dinyatakan dengan jelas bahwa prosedur tidak dipengaruhi oleh adanya cemaran atau matriks. Dalam praktek dapat dilakukan dengan cara menguji sampel yang ditambahkan sejumlah tertentu cemaran atau matrik dan terlihat nyata bahwa prosedur tidak dipengaruhi oleh komponen asing tersebut (USP Convention, 1999) Linieritas Linieritas merupakan kemampuan metode analisis untuk memnunjukan respon/hasil uji secara langsung atau melalui transformasi matematika yang jelas, proporsional (sepadan) terhadap konsentrasi analit dalam sampel dan dalam rentang konsentrasi yang digunakan. Adapun cara penetapan linieritas ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : i) Menyiapkan larutan analit sebanyak minimal 6 konsentrasi dengan rentang konsentrasi 0 10 % dari konsentrasi aktual. ii) Mengukur respon instrumen keenam larutan tersebut, masing masing paling sedikit tiga kali pengukuran. iii) Membuat kurva antara respon instrumen terhadap konsentrasi analit dan menghitung persamaan matematika yang memadai (persamaan garis regresi linier atau regresi kuadrat). iv) Menghitung derajat linieritas melalui parameter-parameter antara lain, yaitu koefisien korelasi, koefisien variasi regresi, nilai gawat t dan % y-intercept (Ibrahim, 007).

4 6 Respon Instrumen Konsentrasi analit 6 Gambar 1. Kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan respon instrumen Untuk linieritas ini dibuat persamaan garis regresi linier dengan persamaan sebagai berikut Y = bx + a.. 1) Dengan Y adalah respon instrumen, b adalah kemiringan garis regresi, x adalah konsentrasi analit, dan a adalah intersept atau perpotongan garis dengan sumbu Y. Untuk b atau kemiringan garis regresi linier dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : b atau dengan persamaan : ( xi x)( yi y) ( xi x) = ( x y n) [( x) n] xy b = x )..3) Untuk a yaitu intersept atau perpotongan terhadap sumbu Y dapat dihitung dengan persamaan : a = Y bx..4) Koefisien korelasi merupakan ketergantungan faktor sumbu X terhadap sumbu Y. koefisien korelasi ini dinyatakan dengan dengan koefisien (r) dan merentang dari -1 sampai +1. Koefisien 1, dengan tanda + atau -, menunjukkan korelasi sempurna antara dua peubah. Sebaliknya, koefisien nol menunjukkan tidak adanya korelasi sama sekali (Schelfler, 1978). Koefisien korelasi ini dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : r = xy X y n ( x ( x) n) y ( y) ( n) 5)

5 7 Koefisien Variansi regresi (Vx0) merupakan koefisien yang menentukan nilai linieritas suatu persamaan (Ibrahim, 007). Koefsien ini dapat dinyatakan dengan persamaan : Sy / x Vx 0 =.100% 6) bx Dengan b adalah kemiringan garis regresi linier, X adalah rata-rata dari sumbu X atau konsentrasi, dan Sy/x adalah simpangan baku regresi linier yang dapat dinyatakan dengan persamaan : atau dengan persamaan : ( y y ) Sy / x = n ( y ( y) n) b( xy x y n) = i.7) Sy / x 8) n Nilai gawat t merupakan nilai yang menentukan tingkat korelasi antara sumbu X dan sumbu Y, apakah terdapat hubungan yang signifikan atau tidak (Schelfler, 1978). Nilai gawat t ini dapat dinyatakan dalam persamaan : r n t N =.9) 1 r dengan r adalah koefisien korelasi dari garis regresi, dan n adalah jumlah pengukuran yang dilakukan dalam penetapan Kriteria Linieritas dan rentang yang dapat diterima dalam berbagai metode analisis dilampirkan pada Lampiran A, tabel Rentang Konsentrasi Rentang konsentrasi adalah interval atau batas antara batas terendah dan batas tertinggi konsentrasi analit yang telah terbukti dapat dibuktikan dengan metode analisis dengan hasil presisi, akurasi, dan linieritas yang dapat diterima. Rentang metode diuji dengan melakukan verifikasi yang menghasilkan data yang memperlihatkan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima, baik pada konsentrasi terendah dan tertinggi maupun pada konsentrasi lain dalam rentang sesuai dengan tujuan metode analisis (Ibrahim, 007).

6 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Batas Deteksi merupakan konsentrasi terendah analit dalam sampel yang masih dapat terdeteksi, tetapi tidak perlu ditetapkan secara kuantitatif dalam kondisi percobaan yang telah dinyatakan. Pada metode instrumen, batas deteksi ini dinyatakan sebagai konsentrasi analit pada saat ratio signal-noise 3 : 1 ( S/N = 3) atau mengukur besarnya respon instrumen dari larutan blangko dan menghitung simpangan bakunya (Ibrahim, 007). Batas deteksi ini dapat dihitung melalui persamaan, yaitu : 3,3SD BD =.10) b dengan SD adalah simpangan baku blanko, dan b adalah kemiringan garis regresi. Batas Kuantitasi merupakan konsentrasi terendah analit didalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima dalam kondisi percobaan yang ditetapkan. Pada metode instrumen, batas kuantitasi ini dapat dinyatakan dengan mengukur besarnya respon latar belakang analisis dengan cara menganalisis sejumlah larutan blanko sampel dan menghitung simpangan bakunya. Simpangan baku dikalikan dengan faktor (10/b) merupakan batas kuantitasi (Ibrahim, 007). Batas kuantitasi ini dinyatakan dalam persamaan : BD = 10SD..11) b dengan SD adalah simpangan baku blanko, dan b adalah kemiringan garis regresi. SD dapat dihitung dengan cara menghitung simpangan baku blanko, simpangan baku residual garis regresi (Sy/x), dan simpangan baku perpotongan garis dengan sumbu Y (Sa). Dengan Sa dapat dinyatakan dengan persamaan : xi Sa = Sy / x n. ( xi x)..1) Akurasi (Kecermatan) Akurasi adalah tingkat kedekatan hasil pengujian dengan metode yang sedang divalidasi dengan nilai yang sebenarnya atau nilai yang dinyatakan benar (Ibrahim, 007). Akurasi ini ditentukan dengan empat cara sebagai persen perolehan kembali (% recovery). i) analisis kadar analit dengan metode yang divalidasi terhadap sampel yang telah diketahui kadarnya.

7 9 ii) Analisis kadar analit yang ditambahkan kedalam matriks sampel yang dianalisis (spiked method). Yang dapat dinyatakan dalam persamaan : % Recovery = (Ch Cb)/Cs x 100 % 13) Dengan Ch adalah kadar analit yang diihitung dari metode yang divalidasi, Cb adalah kadar tanpa analit (blangko), dan Cs adalah kadar analit teoritis iii) Jika matriks dan eksipien tidak tersedia, maka akurasi dinyatakan dengan persen perolehan kembali kadar analit yang ditambahkan pada produk jadi yang sudah mengandung analit (Standar addition method) iv) Membandingkan hasil analisis analit dengan metode yang divalidasi terhadap hasil dengan metode baku (Cara grafik). Adapun kriteria penerimaan akurasi yang baik dilampirkan dalam Lampiran A, tabel Presisi (keseksamaan) Presisi atau keseksamaan adalah tingkat kesesuaian diantara hasil analisis individual jika prosedur dilakukan berulang kali terhadap sampel ganda atau beberapa sampel yang homogen. Presisi metode analisis ini dinyatakan sebagai simpangan baku relatif (SBR) atau Koefisien Variasi (KV). Adapun ukuran presisi metode analisis ini adalah mengetahui kesalahan karena sistem, tidak tergantung pada penyiapan sampel (Repeatabilitas Sistem) dan ukuran dari variabilitas intrinsik termasuk kesalahan karena penyiapan sampel (Repeatabilitas Metode) (Ibrahim, 007). Presisi metode dinyatakan dengan tiga jenis penetapan yaitu repeatabilitas (keterulangan), presisi antara dan reproduksibilitas i) Repeatabilitas (keterulangan) merupakan kemampuan metode untuk memberikan hasil analisis yang sama untuk beberapa sampel yang kadarnya sama. ii) Presisi (Ruggedness) antara adalah pengukuran kinerja metode dimana sampelsampel diuji dan dibandingkan menggunakan tenaga analis berbeda, peralatan berbeda atau hari berbeda (interday presicion). Presisi antara ini tidak perlu dilakukan jika kajian reproduksibilitas telah dilakukan. iii) Reproduksibilitas (ketertiruan) merupakan presisi yang terakhir dan tuntas. Diuji dengan cara menyiapkan sampel yang homogen dan stabil, lalu diuji oleh beberapa laboratorium (studi kolaboratif). Hal ini akan memperlihatkan adanya galat acak yang disebabkan oleh sampel dan laboratorium, serta adanya galat sistemik yang belum tuntas dikoreksi

8 10 Penentuan presisi atau keseksamaan validasi metode analisis ini ditentukan dengan nilai simpangan baku relatif (SBR) atau Relatif Standard Deviation (RSD) yang dapat dihitung dengan persamaan : SD RSD = 100%.14) x dengan SD adalah simpangan baku yang dirumuskan dengan persamaan : ( xi x) SD = n 1..15) dan x adalah rata-rata dari jumlah data terhadap n pengukuran Adapun kriteria penerimaan presisi yang baik dilampirkan pada Lampiran A, Tabel 1.4 Kriteria penerimaan presisi juga dapat dinyatakan dengan menggunakan kurva terompet Horwitz, dengan simpangan baku relatif yang akan meningkat dengan menurunnya konsentrasi analit, dan menghasilkan suatu persamaan untuk simpangan baku relatif yaitu : RSD = ± (1-0,5 log C)...16) Dengan C adalah konsentrasi yang dinyatakan dalam fraksi desimal (Ibrahim, 007) Robustness (ketegaran) Robustness merupakan ukuran kemampuan metode untuk tak terpengaruh dan bertahan terhadap pengaruh kecil. Tapi dilakukan dengan sengaja dengan membuat variasi dalam faktor metode yang memberikan indikasi realibilitas metode normal pada pengujian. Contoh perubahan atau variasi parameter metode analisis adalah stabilitas larutan contoh dan waktu ekstraksi contoh. Bila pengukuran peka terhadap variasi kondisi analisis maka kondisi tersebut harus dikendalikan atau harus berhati-hati terhadap kondisi tersebut. Kesesuaian sistem harus ditetapkan pada evaluasi robustness untuk menjamin keabsahan metode analisis tetap terpelihara ketika digunakan (Ibrahim, 007). 1. Metode Analisis Komparatif Metode analisis komparatif merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk memperoleh informasi kuantitatif mengenai spesimen atau sampel. Adalah suatu metode yang memerlukan kalibrasi terhadap baku yang diketahui komposisi dan kadarnya untuk memperoleh hasil kuantitatif yang lebih cermat. Pada umumnya metode analisis

9 11 komparatif meliputi teknik fisika dan instrumentasi dimana sifat utama analit (padat atau larutan) dapat diukur. Dalam semua metode analisis komparatif terdapat hubungan matematika yang menyatakan parameter fisika yang diukur sebagai fungsi dari konsentrasi analit. Oleh karena itu kalibrasi diperlukan untuk membangun persamaan matematika yang menggambarkan hubungan antara respon instrumen yang mengukur sifat alami respon dengan konsentrasi analit (C) atau secara linier Respon(R) berkaitan dengan Konsentrasi(C). R = b.c 17) Atau R = b Log C.18) Dengan b adalah tetapan proporsionalitas dan harus diukur, R adalah Respon instrumen dan C adalah Konsentrasi analit, sebelumnya parameter R dapat dikonversi kedalam konsentrasi (C). Cara untuk menentukan nilai b ini disebut dengan kalibrasi (Ibrahim, 007). Kurva kalibrasi yang digunakan untuk melihat hubungan linier antara respon instrumen dan konsentrasi analit serta untuk menentukan nilai proporsionalitas b dapat dibuat dengan berdasarkan beberapa metode baku, dimana baku ini merupakan suatu senyawa atau pereaksi yang diketahui konsentrasinya dan ditambahkan kedalam proses. Adapun metode baku yang digunakan dalam menentukan kurva kalibrasi ini adalah metode baku luar, metode baku dalam dan metode baku tinambah (Ibrahim, 007) Metode Baku Luar (External Standard Method) Metode baku luar ini merupakan metode dengan membuat serangkaian larutan sampel yang diketahui kadarnya, kemudian diukur dengan instrumen dibawah kondisi yang sama dengan yang dipakai untuk sampel uji. Kemudian dibuat kurva kalibrasi antara respon instrumen dan konsentrasi analit, dan kadar analit dari sampel uji dapat dihitung melalui interpolasi terhadap persamaan garis yang diperoleh 1.. Metode Baku Dalam (Internal Standard Method) Metode baku dalam ini merupakan Metode analisis dengan membandingkan respon instrumen yang diberikan senyawa lain yang tidak bereaksi dengan sampel uji serta diketahui kadarnya, yang ditambahkan kedalam sampel kalibrasi dan sampel uji.

10 1 Metode baku dalam ini dilakukan apabila beberapa prosedur analisis yang dilakukan tidak dapat memberikan garansi kecermatan kuantitas untuk kalibrasi maupun untuk uji, sehingga metode baku dalam ini digunakan untuk mengurangi galat analisis yang dapat terjadi baik sebelum maupun selama pengukuran. Senyawa baku dalam adalah senyawa yang tidak atau bukan komponen dari sampel yang diuji dan terukur secara terpisah dari analit, biasanya dipilih senyawa yang homolog dengan analit, mempunyai sifat fisika dan kimia yang mirip dan terpisah dengan baik dari analit dibawah kondisi percobaan, tidak bereaksi secara kimia dengan analit atau komponen lain dalam sampel dan tidak mengganggu analisis, serta baku dalam yang dipilih harus bercampur dengan sempurna dengan pelarut ketika analisis dilakukan. Metode baku dalam ini digunakan untuk meningkatkan kecermatan dan keseksamaan hasil analisis, dimana metode instrumen biasa yang menggunakan metoe kalibrasi memberikan kecermatan ± 1 %, sedangkan dengan metode baku dalam kecermatan meningkat 0,5 % dari nilai benar (Ibrahim, 007) Metode Baku Tinambah (Addition Sstandard Method) metode analisis yang dilakukan dengan menambahkan senyawa yang sama dengan sampel uji, yang biasa digunakan karena kadar dan tingkat keterukuran sampel uji yang kecil, serta matriks sampel yang berpengaruh selama pengukuran 1.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Kromatografi merupakan teknik pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu sampel yang dibawa oleh fase gerak melewati fase diam yang dapat berbentuk padat atau cairan. Distribusi komponen sampel, terjadi diantara fase gerak dan fase diam. Komponen yang afinitasnya tinggi terhadap fase diam akan tertahan lebih lama. Pemisahan komponen dalam sampel tersebut didasarkan pada perbedaan mobilitas karena perbedaan adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul komponen atau muatan ion (Snyder, 1997) Uji Kesesuaian Sistem Sistem kromatografi terutama kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) harus diuji terlebih dahulu sebelum digunakan untuk analisis, melalui uji kesesuaian sistem agar dapat mendapatkan keyakinan tentang keefektifan sistem kromatografi sehingga data analisis

11 13 yang dihasilkan cukup handal untuk dipakai dalam menyimpulkan suatu hasil pengujian. Hal ini karena banyak faktor yang dapat memberikan perbedaan hasil uji seperti kolom yang walaupun jenisnya sama, umur kolom, komposisi dan ph fase gerak (Snyder, 1997). Parameter uji kesesuaian sistem dapat digunakan sebagai petunjuk mendesain pengoperasian kromatografi ini, meliputi : i) Keberulangan penyuntikan Keberulangan penyuntikan ditetapkan dengan penyuntikan berulang larutan analit dan dinyatakan dalam simpangan baku relatif (SBR) yang dapat dihitung dari persamaan berikut : 100. SBR(%) = ( xi x) x /( n 1)...19) ii) iii) x dan adalah nilai rata-rata dari n pengukuran dan nilai hasil pengukuran individual. Bila digunakan baku dalam, maka nilai x i = r s /r i. Nilai r s dan r i adalah luas kromatogram baku pembanding dan baku dalam. Bila figunakan baku luar, maka nilai x i adalah r s (luas kromatogram baku pembanding). Nilai RSD yang dapat diterima adalah tidak lebih dari 1,0 % untuk bahan baku obat, tidak lebih dari,0 % untuk sediaan obat dan tidak lebih dari 5 % untuk cemaran atau hasil degradasi (USP Convention, 1999). Daya pemisahan (resolusi) Daya pemisahan adalah ukuran daya pisah dua kromatogram yang terelusi berdekatan dari dua komponen yang terdapat dalam larutan yang harus terpisahkan sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif secara akurat. Daya pemisahan (Rs) antara dua kromatogram dapat dihitung dengan persamaan berikut : Rs = ( t R t R1 ) / (w 1 + w ).0) t R dan t R1 adalah waktu retensi kromatogram pertama dan kedua, sedangkan w 1 dan w adalah lebar kromatogram pertama dan kedua yang diukur dengan cara ekstrapolasi sisi puncak yang relatif lurus terhadap garis alas kromatogram. Nilai Rs yang lebih besar dari 1,5 menunjukkan pemisahan yang baik (Snyder, 1997). Efisiensi kolom Efisiensi kolom didefinisikan sebagai jumlah lempeng teoritis per meter (N) yang merupakan ukuran ketajaman kromatogram. Kinerja kolom yang berubah ditunjukkan dari lebar kromatogram yang berbeda pada analisis berulang sehingga

12 14 iv) memberikan nilai efisiensi kolom yang berbeda (Johnson, 1991). Efisiensi kolom (N) dapat dihitung dengan persamaan berikut : N = 16 ( t R / w ) = L / HETP...1) t R, w dan L ada waktu retensi, lebar kromatogram dan panjang kolom. Efisiensi kolom dapat juga dinyatakan dengan HETP ( Height Equivalent of a Theoritical Plate) atay tinggi lempeng teoritis setara. Faktor yang mempengaruhi nilai N atau HETP adalah letak kromatogram, ukuran partikel kolom, laju alir fase gerak, suhu kolom, viskositas fase gerak dan berat molekul analit dalam sampel. Jumlah lempeng teoritis yang lebih besar dari 10000/m dianggap cukup memadai untuk analisis Faktor ikutan (kesimetrisan) Faktor ikutan (Tf ) merupakan ukuran kesimetrisan suatu kromatogram dan dapat dihitung dengan persamaan berikut : T f = W 0,05 / f...) W 0,05 adalah lebar kromatogram pada 5 % tinggi sedangakan f adalah jarak maksimum kromatogram sampai tepi kromatogram, diukur pada titik dengan ketinggian 5 % dari tinggi kromatogram terhadap garis alas kromatogram. Nilai T f bertambah jika kromatogram makin terlihat berekor. Kecermatan kromatogram berkurang apabila faktor ikutan bertambah karena recorder / pencatat sukar menentukan dimana dan kapan kromatogram berakhir sehingga mempengaruhi perhitungan luas kromatogram (Johnson, 1991). Nilai T f lebih kecil dari,0 yang masih dapat diterima v) Faktor kapasitas (k ) Faktor kapasitas menyatakan kemampuan senyawa tertentu berinteraksi dengan sistem kromatografi dan menentukan retensi dari senyawa terlarut. Faktor ini merupakan perbandingan waktu atau jumlah senyawa dalam fase diam dan dalam fase gerak (Snyder, 1997). Faktor kapasistas (k ) dapat dihitung dengan persamaan berikut : k = (t R / t N ) 1 = (t R t n ) / t n...3) t n adalah waktu retensi senyawa yang tidak diretensi oleh kolom dan t R adalah waktu retensi senyawa tersebut. Jika k kurang dari satu, maka elusinya sangat cepat sehingga senyawa sedikit diretensi oleh kolom dan kromatogram senyawa terelusi dekat dengan kromatogram senyawa yang tidak diretensi, menunjukkan

13 15 vi) pemisahan yang buruk. Jika nilai k sangat besar ( antara 0 30), waktu elusinya sangat lama sehingga tidak berguna untuk analisis. Nilai k harus diantara Faktor selektivitas (α) Faktor selektivitas (α) suatu kolom dapat dihitung dengan persamaan berikut : α = K / K 1 = k / k 1 = (t R t n ) / (t R1 t n )..4) K dan K 1 adalah koefisien partisi dari senyawa kedua yang lebih kuat diretensi oleh kolom. Nilai k, k 1 dan t R, t R1 adalah faktor kapasitas dan waktu retensi senyawa kedua dan pertama sedangkan t n adalah waktu retensi senyawa yang tidak diretensi oleh kolom. Faktor selektivitas ini dapat dinyatakan sebagai retensi selektif yang merupakan ukuran rellatif dari dua kromatogram (Rr). Waktu retensi relatif (Rr) dinyatakan sebagai perbandingan waktu retensi senyawa kedua dan pertama (USP Convention, 1999) 1.4 Microsoft Visual Basic 6.0 Perangkat lunak Microsoft Visual Basic 6.0 adalah Perangkat lunak yang digunakan untuk membuat aplikasi berbasis objek, perangkat lunak merupakan pengembangan program yang berbasis bahasa Basic yang memungkinkan penggunanya untuk membuat aplikasi secara lebih mudah dan praktis (Novian, 004). Microsoft Visual Basic 6.0 merupakan bahasa pemograman Basic yang memberikan sistem pengembangan aplikasi Windows. Microsoft Visual Basic 6.0 ini memiliki fitur-fitur pendukung terutama dalam bidang database dan internet area diantaranya adalah fitur ADO, DHTML applications, dan WebClasses Microsoft Access Microsoft Access adalah salah satu RDBMS yang tersedia di pasaran, yang dikembangkan oleh Microsoft. Kebanyakan aplikasi basis data terdiri dari bagian back-end dan front-end. Bagian back-end dari aplikasi adalah yang menangani penyimpanan dan pengambilan data. Sementara front-end menyediakan antarmuka pengguna atau suatu cara yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan data pada back-end. Pengguna dari aplikasi seperti itu biasanya hanya berinteraksi melalui front-end. Bagian ini biasanya terdiri dari form-form yang menampilkan data dengan cara yang menarik dan mudah digunakan.form-form inilah yang digunakan untuk menambah, memodifikasi atau secara umum memanipulasi data dalam tabel-tabel (Aptech, 00).

14 16 Microsoft Access bertindak sebagai back-end dengan menyediakan tabel-tabel dimana data dapat disimpan. Sementara perangkat lunak yang dibangun bertindak sebagai front-end yang akan menjadi antarmuka pengguna Teknologi Akses Data OLEDB dan ADO Secara tradisional, sebuah aplikasi basis data dikembangkan dengan acuan suatu jenis basis data. Perubahan dari suatu DBMS ke DBMS lain berarti penulisan ulang aplikasi untuk menangani data dalam format baru. Artinya banyak waktu dan usaha yang dihabiskan dalam membuat ulang aplikasi setiap ingin dilakukan penggantian basis data. Namun dimungkinkan untuk membangun aplikasi yang dapat berkomunikasi dengan beragam basis data jika dipisahkan komunikasi terhadap basis data yang sebenarnya dengan aplikasi. Ini dapat dicapai jika aplikasi selalu memberikan perintah dalam cara tertentu. Perintah ini kemudian diterjemahkan sehingga dapat dimengerti oleh DBMS. Dengan menggunakan berbagai penerjemah sebagai perantara aplikasi dengan DBMS, dapat dilakukan komunikasi dengan basis data yang dibuat dengan DBMS yang berbeda (Aptech, 00).

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 24 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Perangkat lunak validasi metode analisis ini dibuat dengan menggunakan perangkat lunak pemograman yang biasa dipakai yaitu Microsoft Visual Basic 6.0, dimana perangkat

Lebih terperinci

BAB 6 RINGKASAN PENELITIAN

BAB 6 RINGKASAN PENELITIAN 32 BAB 6 RINGKASAN PENELITIAN Validasi metode analisis merupakan suatu proses untuk menentukan keabsahan dan pertanggungjawaban suatu hasil percobaan di laboratorium, tetapi dalam proses dan perhitungannya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar metoflutrin dengan menggunakan kromatografi gas, terlebih dahulu ditentukan kondisi optimum sistem kromatografi gas untuk analisis metoflutrin. Kondisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam Ditimbang 10,90 mg fenobarbital dan 10,90 mg diazepam, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Validasi merupakan proses penilaian terhadap parameter analitik tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi syarat sesuai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Pangan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Badan POM RI,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengembangan Metode Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun hanya salah satu tahapan saja. Pengembangan metode dilakukan karena metode

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan kadar Aspartam ini dilakukan menggunakan alat KCKT, dengan sistem kromatografi fasa terbalik, yaitu polarisitas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam dengan kolom

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah krim wajah. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Nyamuk merupakan serangga yang dapat mengancam kesehatan manusia, karena dapat menjadi vektor berbagai penyakit, antara lain malaria dan demam berdarah. Saat ini, wilayah penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis DHA Kondisi analisis optimum kromatografi gas terpilih adalah dengan pemrograman suhu dengan suhu awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan analisis semakin dikenal secara luas, bahkan mulai dilakukan secara rutin dengan metode sistematis. Hal ini didukung pula oleh perkembangan yang pesat dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penentuan Linieritas Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan dengan cara membuat kurva hubungan antara absorbansi pada sumbu y dan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

EKA JATNIKA PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK SISTEM VALIDASI METODE ANALISIS KROMATOGRAFI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

EKA JATNIKA PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK SISTEM VALIDASI METODE ANALISIS KROMATOGRAFI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI EKA JATNIKA 10700064 PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK SISTEM VALIDASI METODE ANALISIS KROMATOGRAFI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2 0 0 7 Pada kutipan atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan dan validasi metode analisis untuk penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit secara KCKT menggunakan kolom C 18 dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel ini dilakukan berdasarkan ketidaklengkapannya informasi atau keterangan yang seharusnya dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. 3.2 Alat-alat Alat alat yang

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan TEKNIK VALIDASI METODE ANALISIS KADAR KETOPROFEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Erina Oktavia 1 Validasi metode merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan

Lebih terperinci

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008 4 3 5 1 2 6 Gambar 3. Alat kromatografi cair kinerja tinggi Keterangan : 1. Pompa LC-10AD (Shimadzu) 2. Injektor Rheodyne 3. Kolom Kromasil TM LC-18 25 cm x 4,6 mm 4. Detektor SPD-10 (Shimadzu) 5. Komputer

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Pada penelitian ini diawali dengan penentuan kadar vitamin C untuk mengetahui kemurnian vitamin C yang digunakan sebagai larutan baku. Iodium 0,1N digunakan sebagai peniter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Pengukuran serapan harus dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimumnya agar kepekaan maksimum dapat diperoleh karena larutan dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan

Lebih terperinci

Hukum Kesetimbangan Distribusi

Hukum Kesetimbangan Distribusi Hukum Kesetimbangan Distribusi Gambar penampang lintang dari kolom kromatografi cair-cair sebelum fasa gerak dialirkan dan pada saat fasa gerak dialirkan. 1 Di dalam kolom, aliran fasa gerak akan membawa

Lebih terperinci

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY 9 SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Penetapan secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian studi voltametri siklik asam urat dengan menggunakan elektroda nikel sebagai elektroda kerja ini bertujuan untuk mengetahui berbagai pengaruh dari parameter yang ada

Lebih terperinci

Volume retensi dan volume mati berhubungan dengan kecepatan alir fase

Volume retensi dan volume mati berhubungan dengan kecepatan alir fase BAB II. TEORI KROMATOGRAFI A. PRINSIP DASAR PEMISAHAN SECARA KROMATOGRAFI Sistem kromatografi tersusun atas fase diam dan fase gerak. Terj'adinya pemisahan campuran senyawa menjadi penyusunnya dikarenakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Preparasi Sampel Larutan standar dibuat dengan melarutkan standar tetrasiklin sebanyak 10 mg dalam metanol 100 ml dari larutan standar tersebut lalu dibuat larutan baku dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. DAFTAR ISI ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. i ii iii iv vi vii viii BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.. 1 1.2 Rumusan Masalah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus: 8 Kolom : Bondapak C18 Varian 150 4,6 mm Sistem : Fase Terbalik Fase Gerak : Asam oksalat 0.0025 M - asetonitril (4:1, v/v) Laju Alir : 1 ml/menit Detektor : Berkas fotodioda 355 nm dan 368 nm Atenuasi

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi, BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. B. BAHAN Levofloksasin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penyiapan sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN VALIDASI METODE DAN CARA PERHITUNGANNYA

PETUNJUK PELAKSANAAN VALIDASI METODE DAN CARA PERHITUNGANNYA Harmita Departemen Farmasi FMIPA-UI ISSN : 1693-9883 Majalah Ilmu Kefarmasian,, 117-135 PETUNJUK PELAKSANAAN VALIDASI METODE DAN CARA PERHITUNGANNYA ABSTRACT Each analysis method by some reason, must be

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 30 Juni 2016 Nama Mahasiswa : 1. Irma Yanti 2. Rahmiwita 3. Yuliandriani Wannur Azah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen. BKAK (2014), sifat fisikokimia pirasetam adalah : Gambar 2.1 Struktur Pirasetam. : 2-Oxopirolidin 1-Asetamida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen. BKAK (2014), sifat fisikokimia pirasetam adalah : Gambar 2.1 Struktur Pirasetam. : 2-Oxopirolidin 1-Asetamida BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pirasetam 2.1.1 Uraian Bahan Menurut Ditjen. BKAK (2014), sifat fisikokimia pirasetam adalah : Gambar 2.1 Struktur Pirasetam Nama Kimia : 2-Oxopirolidin 1-Asetamida Rumus Molekul

Lebih terperinci

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50) Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Kloramfenikol Baku untuk Menentukan Perbandingan Fase Gerak yang Optimum Perbandingan fase gerak metanol-air (40:60) Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50) Perbandingan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC Hasnah Lidiawati. 062112706. 2015. Optimasi Fase Gerak pada penetapan kadar campuran dextromethorphane HBr dan diphenhydramine HCl dalam sirup dengan metode HPLC. Dibimbing Oleh Drs. Husain Nashrianto,

Lebih terperinci

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibuprofen 2.1.1 Sifat Fisikokimia Menurut Ditjen POM (1995), sifat fisikokimia dari Ibuprofen adalah sebagai berikut : Rumus Struktur : Gambar 1. Struktur Ibuprofen Nama Kimia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

V. HASIL DA PEMBAHASA

V. HASIL DA PEMBAHASA V. HASIL DA PEMBAHASA Metode analisis kadar vitamin C pada susu bubuk yang dilakukan pada penelitian ini merupakan metode yang tercantum dalam AOAC 985.33 tentang penentuan kadar vitamin C pada susu formula

Lebih terperinci

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI Oleh: DENNY TIRTA LENGGANA K100060020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Verifikasi Metode Pengujian Sulfat Dalam Air dan Air Limbah Sesuai SNI : 2009

Verifikasi Metode Pengujian Sulfat Dalam Air dan Air Limbah Sesuai SNI : 2009 JURNAL TEKNOLOGI PROSES DAN INOVASI INDUSTRI, VOL. 2, NO. 1, JULI 2017 19 Verifikasi Metode Pengujian Sulfat Dalam Air dan Air Limbah Sesuai SNI 6989.20 : 2009 Methods Verification of Sulfat Analysis in

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cefadroxil 2.1.1 Sifat fisikokimia Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 1 Struktur cefadroxil Nama Kimia : 5-thia-1-azabicyclo[4.2.0]oct-2-ene-1-carbocylic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Bahan 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Omeprazole Rumus struktur : Nama Kimia : 5-metoksi-{[(4-metoksi-3,5-dimetil-2- piridinil)metil]sulfinil]}1h-benzimidazol Rumus Molekul

Lebih terperinci

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : ACUAN STANDAR METODE PENGUJIAN BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN RINGKASAN Pengembangan dan Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi pada Analisis Andrografolida dalam Bahan Baku dan Tablet Fraksi Etil Asetat Andrographis paniculata Pada pengembangan produk

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT

ABSTRAK ABSTRACT 29 Analisis Cd Pada Sediaan EyeShadow Dari Pasar Kiaracondong Bandung Analysis of Cadmiumon on EyeShadow Derived From Kiaracondong Market Bandung Fenti Fatmawati 1,, Ayumulia 2 1 Program Studi Farmasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Meka et al (2014) dalam penelitiannya melakukan validasi metode KCKT untuk estimasi metformin HCl dan propranolol HCl dalam plasma dengan detektor PDA (Photo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGAWASAN MUTU II

PERENCANAAN PENGAWASAN MUTU II PERENCANAAN PENGAWASAN MUTU II Dr. Slamet Ibrahim KK FARMAKOKIMIA SEKOLAH FARMASI ITB PENGAWASAN MUTU 1. Bahan baku : meliputi pemeriksaan Identifikasi Kemurnian Penetapan tetapan fisika Penetapan kadar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan logam Timbal pada kerupuk rambak dengan menggunakan alat Spektrofotometer serapan atom Perkin Elmer 5100 PC. A.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos. Konsentrasi 1665,5 mcg/ml sebagai Larutan Baku I (LB1)

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos. Konsentrasi 1665,5 mcg/ml sebagai Larutan Baku I (LB1) Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos Kadar baku Profenofos = 98,% Berat Profenofos yang ditimbang = 4,4 mg Volume larutan = 5 ml Konsentrasi Profenofos 98,% = 4,4mg 98, 6 10 mcg =

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium riset dan laboratorium kimia instrumen Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 33 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai dilakukan secara rutin dengan metode yang sistematis. Hal ini juga didukung oleh perkembangan yang

Lebih terperinci

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Aqnes Budiarti 1*, Ibrahim Arifin 1 1 Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap konsentrasi (Satiadarma,2004).

maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap konsentrasi (Satiadarma,2004). PENDAHULUAN Produk farmasi yang ada di pasaran tidak hanya sediaan untuk manusia saja, tetapi juga untuk hewan yang diternakkan. Hewan yang diternakkan membutuhkan suatu sediaan farmasi untuk memperbaiki

Lebih terperinci

Gambar 1. Alat kromatografi gas

Gambar 1. Alat kromatografi gas 68 A B Gambar 1. Alat kromatografi gas Keterangan: A. Unit utama B. Sistem kontrol 69 Gambar 2. Kromatogram larutan standar DHA 1552,5 µg/g Kondisi: Kolom kapiler VB-wax (60 m x 0,32 mm x 0,25 µm), fase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), jalan Tangkuban Perahu No. 157 Lembang, Bandung. 3.2.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis secara kromatografi yang berhasil baik berkaitan dengan mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis atau kecepatan seperti digambarkan dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014 di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), jalan Tangkuban Perahu No. 157 Lembang, Bandung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simvastatin merupakan obat antihiperlidemia yang bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk kolesterol dengan bantuan katalis

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015 BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Tempat danwaktupenelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Januari-April 2015 2.2Bahan-bahan 2.2.1 Sampel Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS MINYAK LEMAK YANG TERDAPAT PADA PRODUK OBAT GOSOK CYNTIANI

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS MINYAK LEMAK YANG TERDAPAT PADA PRODUK OBAT GOSOK CYNTIANI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS MINYAK LEMAK YANG TERDAPAT PADA PRODUK OBAT GOSOK SKRIPSI CYNTIANI 0806398045 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FARMASI DEPOK JUNI 2012 Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alprazolam 2.1.1 Sifat fisikokimia Rumus struktur : Gambar 1 Struktur Alprazolam Nama Kimia Rumus Molekul :8-Kloro-1-metil-6-fenil-4H-s-triazolo[4,3-α] [1,4] benzodiazepina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tramadol HCl berikut: Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai Gambar 1. Struktur Tramadol HCl Tramadol HCl dengan rumus molekul C 16 H 25 N 2, HCl

Lebih terperinci

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI Oleh : WAHYU PURWANITA K100050239 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging. III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang mengarah pada pengembangan metode dengan tujuan mengembangkan spektrofotometri ultraviolet secara adisi standar

Lebih terperinci

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM FENTI FATMAWATI 1,, AYUMULIA 2 1 Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. email: fenti.fatmawati@stfb.ac.id.

Lebih terperinci

Analisis Fisiko Kimia

Analisis Fisiko Kimia Analisis Fisiko Kimia KROMATOGRAFI Oleh : Dr. Harmita DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UJI SENSITIVITAS PEREAKSI PENDETEKSI KUNING METANIL DI DALAM SIRUP SECARA SPEKTROFOTOMETRI CAHAYA TAMPAK Oleh: Novi Yantih

Lebih terperinci

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Deksklorfeniramin maleat Baku untuk Mencari Perbandingan Fase Gerak larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M - Metanol yang Optimal untuk Analisis. A Perbandingan fase

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengaruh ph larutan terhadap pembentukan Cr-PDC ph merupakan faktor yang penting dalam pembentukan senyawa kompleks, oleh karena itu perlu dilakukan percobaan penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gates dan George Soros, sehingga terbentuk GF ATM (global fund against

BAB I PENDAHULUAN. Gates dan George Soros, sehingga terbentuk GF ATM (global fund against BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis hingga kini masih jadi masalah kesehatan utama di dunia. Berbagai pihak mencoba bekerja bersama untuk memeranginya. Bahkan penyakit ini akhirnya mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PERCOBAAN

BAB III METODE PERCOBAAN BAB III METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Instrument PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan Jalan Raya Tanjung Morawa Km. 9 pada bulan Februari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran. Konsentrasi untuk pengukuran panjang gelombang digunakan 12 µg/ml

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran. Konsentrasi untuk pengukuran panjang gelombang digunakan 12 µg/ml Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran Diketahui: Nilai Absorptivitas spesifik (A 1 1 = 351b) λ= 276 nm Tebal sel (b) = 1 cm A = A 1 1 x b x c c = c = c = 0,001237 g/100ml c = 12,37 µg/ml Konsentrasi

Lebih terperinci

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DEKSAMETASON DALAM JAMU PEGAL LINU MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Aqnes Budiarti 1 *, Muhamad Barik Ulfa Faza 1 1 Jurusan S1 Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS Amalia Choirni, Atik Setiani, Erlangga Fitra, Ikhsan Fadhilah, Sri Lestari, Tri Budi Kelompok 12 Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci