Tinjauan Pustaka. Tabel. II.1 Karakteristik Hidrogen, Attilio Pigneri (2004) Gambar. II.1 Aplikasi hidrogen sebagai fuell cell

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Pustaka. Tabel. II.1 Karakteristik Hidrogen, Attilio Pigneri (2004) Gambar. II.1 Aplikasi hidrogen sebagai fuell cell"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka II. Aplikasi Hidrogen Karakteristik hidrogen ditampilkan pada tabel II.. Hidrogen dapat diaplikasikan salah satunya sebagai fuel cells seperti ditunjukkan oleh gambar II.. Fuel cells ini beroperasi pada temperatur rendah sehingga lebih menghemat energi. Bentuk fuell cells semacam baterai dan memiliki efisiensi yang tinggi. Fuel cells ini dapat digunakan sebagai emergency backup, utility vehicle, dan auxiliary power unit. Tabel. II. Karakteristik Hidrogen, Attilio Pigneri (004 Gambar. II. Aplikasi hidrogen sebagai fuell cell 5

2 Hidrogen diproses dari bahan baku gas alam berupa methane. Beberapa proses pembentukan hidrogen adalah, antara lain Steam Methane Reforming (SMR yang mana dapat menghasilkan hidrogen dengan kemurnian yang cukup besar, kedua, Partial Oxide (POX. Ketiga, Auto-Thermal Reforming (ATR yaitu kombinasi POX dan SMR. Selajutnya adalah gasification dan biomass pyrolysis II. Steam Methane Reforming Steam methane reforming merupakan proses pembentukan hidrogen yang paling banyak dilalukan di kalangan industri seperti ditunjukkan gambar II. karena prosesnya lebih murah atau ekonomis dibandingkan proses lainnya. Proses ini menghasilkan produk hidrogen dan karbon monoksida. Energi yang digunakan dalam proses steam methane reforming ini juga dapat diambil dari gas alamnya nya sendiri atau dapat menggunakan panas dan energi nuklir. Efisiensi yang dihasilkan dapat mencapai 70%. Pengembangan selanjutnya adalah peningkatan efisiensi dari pembentukan hidrogen. Gambar. II. Proses steam methane reforming, Attilio Pigneri (004 Steam methane reforming merupakan reaksi pembentuan hidrogen yang berlangsung secara endotermis. Proses reaksi dibagi menjadi dua tahap, yaitu reaksi pembetukan hidrogen yang berlangsung secara endotermis yang ditampilkan pada persamaan II.. CH 4 + H O CO + 3H ΔH = 06,3kj / mol...(ii. 6

3 Temperatur operasi pembentukan hidrogen berkisar o C. Reaksi pertama menghasilkan CO dan hidrogen. Perbandingan hidrogen dan CO yang dihasilkan adalah berkisar 3. Reaksi tahap ke dua berlangsung secara eksotermis dikenal dengan reaksi water-gas shift yang ditampilkan oleh persamaan II.. CO + H O CO + H O ΔH = 40.8 kj / mol...(ii. Reaksi tahap kedua adalah reaksi konversi CO. Reaksi pertama dan kedua dijumlahkan menghasilkan reaksi yang berlangsung secara endotermis yang ditunjukkan persamaan II.3. Proses water-gas shift pada gambar II.3 dilakukan pada temperatur tinggi yaitu 350 o C (HTS dan temperatur rendah 90-0 o C (LTS yang bertujuan memisahkan CO dan hidrogen. CH 4 + H O CO + 4H ΔH = 6,5 kj / mol...(ii.3 Gambar.II.3 Steam methane reforming, Arthur (003 7

4 Proses pemurnian dapat dilakukan pada umpan ataupun pada produk akhir. Pada umpan, pemurnian dilakukan dengan membuang gas beracun yang terdiri dari sulfur (S dan chloride (Cl. Sedangkan pada produk akhir, pemurnian meliputi pembuangan CO yaitu sekitar % dari volumenya dan CO. Pada reaksi ini diupayakan menghasilkan 99.99% kemurnian hidrogen. Tahap berikutnya adalah methanisasi pada persamaan II.5 dan II.6 yaitu proses dimana sebagian CO dan CO di reaksikan kembali dengan hidrogen menghasilkan methane dan air. CO + 3H CH 4 + H O ΔH = 06kJmol...(II.5 CO + 4H CH 4 + H O ΔH = 65kJmol...(II.6 II.3 CO Methane Reforming (CMR Saat ini reaksi CO methane reforming (CMR lebih mendapat perhatian penting dibanding dengan steam methane reforming dalam proses produksi hidrogen. Hal ini disebabkan karena perbandingan H terhadap CO yang dihasilkan jauh lebih besar dibandingkan dengan steam methane reforming. Reaksi terdiri atas, yaitu pertama, pembentukan hidrogen pada persamaan II.7 dan kedua, reaksi water gas shift pada persamaan II.8. 0 CH 4 + CO CO + H ΔH 98 = 47 kj mol...(ii.7 0 H + CO CO + H O ΔH 98 = 4kj mol...(ii.8 CMR dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini sebagai reaksi pembentukan hidrogen. Perbedaan CO methane reforming dan steam methane reforming adalah CH4 bereaksi dengan CO sedangkan steam methane reforming bereaksi dengan HO. 8

5 II.4 Proses Konvensional dan Membran Reaktor tubular merupakan reaktor yang banyak digunakan saat ini untuk proses steam methane reforming. Reaksi pembentukan dan water-gas shift dalam proses steam methane reforming dilakukan dalam satu perangkat yaitu reaktor membran. Gas alam atau metana sebagai umpan masuk dan keluarannya adalah hidrogen dan air. Reaktor ini lebih ramah lingkungan, karena dapat mereduksi lebih banyak polutan dibanding reaktor tubular. Pada gambar. II.4 terlihat skema reaktor membran secara umum pada reaksi water-gas shift. Pure hidrogen Synthetis Gas (H, CO, CO plus H O Gambar. II.4 Proses water-gas shift dalam reaktor mebran High pressure CO Proses CMR reaktor membran telah dipertimbangkan keberadaanya karena memiliki banya kelebihan dibanding dengan reaktor konvensional yang saat ini banyak digunakan di kalangan industri. Salah satunya adalah ukuran reaktor yang digunakan. Perbandingan ukuran reaktor tubular dan reaktor membran dapat dilihat pada gambar II.5 dan gambar II.6. 9

6 Gambar. II.5 Ukuran proses konvensional (kiri dan membran (kanan Proses yang berlangsung dalam reaktor membran telah mereduksi ukuran ruang reaktor konvensional sampai dengan 65% yaitu dengan mereduksi reboiler, solvent loss, dan intensivits proses serta ukuran berat sekitar 70-75%. Penghematan biaya produksi dapat ditekan dengan menggunakan reaktor membran. Ukuran reaktor membran dapat menghasilkan konversi metana yang lebih tinggi dari pemakaian reaktor tubular dengan ukuran yang lebih besar. Pada gambar II.6 terlihat suatu gambar reaktor membran yang menghasilkan hidrogen yang langsung dialirkan ke rumah-rumah industri. Energi yang dihasilkan oleh hidrogen relatif jauh lebih besar karena pembakarannya yang sempurna oleh karena impuritisnya yang besar. Tidak perlu menggunakan reaktor yang besar untuk menghasilkan hidrogen yang dapat langsung dinikmati oleh konsumen. 0

7 Gambar. II.6 contoh reaktor membran yang telah berkembang di jepang, JGA (004 Reaktor membran membuat sistem pada gambar II.7 menjadi lebih simpel, kompak, dan memiliki efisiensi yang tinggi serta memiliki kemurnian yang sama tetapi dengan suhu operasi yang lebih rendah seperti yang terlihat pada gambar II.8. Gambar. II.7 Steam methane reforming secara konvensional, Masao Hori (004

8 Gambar II.8 Steam methane reforming secara membran, Masao Hori (004 Hidrogen tidak hanya dapat diaplikasikan sebagai fuel cells seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya tetapi juga dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar kendaraan umum. Reaktor membran memudahkan untuk mengalokasikan hidrogen langsung kepada konsumen melalui stasiun pengisian bahan bakar. Pada gambar II.9 dan II.0 terlihat jelas perbedaan yang cukup signifikan. Kualiatas hidrogen yang ingin dicapai dalam proses membran adalah memiliki efisiensi tinggi, bebas emisi beracun, respon yang cepat, dan rapat energinya besar. Pada gambar II. adalah salah satu gambar stasiun bahan bakar hidrogen yang ada di jepang yang telah menggunakan reaktor membran dan juga digambarkan perbedaan yang cukup signifikan antara reaktor konvensional dan reaktor membran.

9 Gambar. II.9 Produksi hidrogen dengan menggunakan reaktor konvensional Gambar. II.0 Produksi hidrogen dengan menggunakan membran hidrogen 3

10 Gambar II. membran reformer dan convensional reformer, Masao Hori (004 II.5 Reaktor Membran Aplikasi CO methane reforming dengan menggunakan reaktor membran menghasilkan hidrogen dapat dilihat pada gambar II.. Pada gambar ini terlihat gas buangan berupa CO dapat dimamfaatkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Hasil buangan diupayakan ramah lingkungan sehingga kesetimbangan terhadap lingkungan dapat dijaga. Reaktor membran terdiri atas shell, tube dan material membran didalamnya. Salah satu material membran yang akan dibahas adalah vycor dan nanosil seperti ditunjukkan gambar II.3. 4

11 Gambar. II. Proses metana menjadi hidrogen pada reaktor membran Gambar II.3 struktur mikroskopik vycor dan nanosil, Andre Ayral (005 5

12 Gambar. II.4 struktur membran paladium Pertimbangan dalam pemilihan material membran, salah satunya adalah memiliki permeabilitas yang baik. Bentuk salah satu membran lain yaitu palladium dapat dilihat pada gambar II.4 dan II.5. Pembuatan membran ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain, CVD (Chemical Vapor Deposition, sol-gel, spray pyrolysis, sputtering, atau electroless plating seperti yang ada pada gambar II.6. Gambar. II.5 modul palladium membran reformer 6

13 Gambar. II.6 Proses pembuatan membran dengan Chemical Vapor Deposition II.6 Proses Transport dalam Reaktor Membran Bentuk membran berupa film tipis dengan variasi susunan material yaitu dari padatan inorganic sampai dengan organic misal polimer. Membran bertindak sebagai barier dimana memisahkan satu spesies dengan spesies yang lain. Selektivitas yang dihasilkan reaktor membran bergantung pada ketebalan film dan difek yang terjadi. Makin tipis membran berarti semakin sedikit difek maka kerja membran akan lebih baik dalam arti selektivitas produk yang dihasilkan lebih baik. Peningkatan kualitas produk atau hidrogen yang dihasilkan ditentukan oleh bagaimana unjuk kerja membran sebagai ujuk tombak perangkat reaktor membran. Selain selektivitas, juga permeabilitas dan laju reaksi juga dievaluasi sebagai unjuk kerja reaktor membran. Cara yang paling efektif untuk meningkatkan selektivitas hidrogen pada membran yaitu dengan mengurangi ketebalan film. Ketebalan film berhubungan dengan panjang transport aliran gas di dalam membran. Makin kecil jarak tempuh tentunya makin kecil difek yang ada. Ketentuan yang ada berdasarkan pada eksperimen bahwa ketebalan palladium lebih dari 4.5 μm dapat menghasilkan selektivitas 00% permeabiliti hidrogen. Difusitas juga berpengaruh pada ketebalan film, makin tipis film membran maka makin kecil hambatan difusi melalui pori membran. Beberapa hal lainnya yang berhubungan dengan transport pada membran akan dibahas selanjutnya. 7

14 Model matematik dikembangkan untuk mensimulasi proses CMR yang berlangsung dalam reaktor membran. Konfigurasi reaktor membran ditunjukkan oleh gambar II.7 sedangkan pada gambar II.8 adalah gambar neraca material proses CMR. Reaksi yang terjadi dalam membran adalah reaksi pembentukan dan water-gas shift, yang dituliskan pada persamaan II.9 dan II.0. Asumsi yang digunakan pada pemodelan ini adalah beroperasi pada keadaan tunak, memiliki aliran flug-flow, dan gradien pada arah radial dan intrapartikel ditiadakan 0 CH 4 + CO CO + H ΔH 98 = 47kj mol...(ii.9 0 H + CO CO + H O ΔH 98 = 4kj mol...(ii.0 Gambar. II.7 Konfigurasi reaktor membran, Ani K. Prabhu (003 Gambar. II.8 Neraca material, Ani K. Prabhu (003 8

15 II.6. Neraca Material pada Shell Neraca material pada reaktor membran di shell didefinisikan pada persamaan II.. Fluks (Q berubah sepanjang reaktor (z. Difusi molekul melalui membran (D pada masing-masing spesies (Ch4, CO, CO, H, Ar, HO didefinisikan melalui persamaan tabel II.. Jari-jari shell (R dan jari-jari tube (R dibatasi oleh membran. Tekanan parsial (Pi berubah sepanjang reaktor dengan karakteristik yang sama dengan fluks. i + Di R ( Pi Pi + laju reaksi (r(z = 0 ( R R...(II. Tabel II. Neraca material masing-masing spesies di shell CH 4 D + CH 4 R ( P ( R CH 4 R P CH 4 + laju (CH 4 =0 CO D + CO R ( P ( R CO R P CO + laju (CO = 0 CO H Ar D + D + CO R ( P ( R H R ( P ( R CO P R H CO P R H DAr R ( PAr PAr + = 0 ( R R laju (CO = 0 laju (H = 0 H O D + H O R ( P ( R H O R P H O laju (H O = 0 9

16 II.6. Neraca Material pada Tube Neraca material pada reaktor membran di tube berbeda dengan pada shell karena pada tube tidak ada reaksi hanya laju alir molar melalui membran yang didefinisikan pada persamaan II.. Pada tabel II.3 terdapat beberapa persamaan neraca masingmasing spesies. i Di ( Pi Pi = 0 R... (II. Tabel II.3 Neraca material masing-masing spesies di tube CH 4 CO D ( P R CH 4 CH 4 CH 4 = 0 D ( P R P P CO CO CO = 0 CO H Ar DCO ( PCO PCO = 0 R D ( P R H H H = 0 P DAr ( PAr PAr = 0 R H O D H O ( P R H O P H O = 0 II.6.3 Difusi Proses separasi melalui membran didefinisikan melalui persamaan II.3 dimana asumsi yang digunakan mengikuti kaedah Difusitas Kenudsen (D i. Sedangkan koefisien difusitas didefinisikan oleh persamaan II.4. 0

17 D i rεp 8000RT =... (II.3 3τRTD πm i E RT P = P o e... (II.4 II.6.4 Tekanan Parsial Tekanan partial masing-masing komponen di dalam shell dan tube diekspresikan oleh persamaan II.5 dan II.6. Tekanan parsial merupakan fungsi dari fluks sehingga berubah juga sepanjang reaktor. P P Q i i = Pt... (II.5 Qi Q Q i i = P t... (II.6 i II.6.5 Beda Tekanan Pada shell, beda tekanan diestimasi dari persaman Ergun pada persamaan II.7. Sedangkan pada sisi tube diturunkan dari persamaan Poiseuille diekspresikan pada persamaan II.8. Kedua persamaan mengacu pada asumsi bahwa aliran melalui sebuah pipa. Viskositas berubah terhadap temperatur ( μ dan juga fungsi dari fluks sehingga berubah sepanjang reaktor. Massa jenis ( ρ juga berubah terhadap panjang reaktor dan mengacu pada gas idel. Kecepatan superfisial ( v merupakan kecepatan gas di dalam reaktor sepanjang sumbu z. Besar diameter partikel katalis didefinisikan sebagai d p. Besar prositas katalis (ε mempengaruhi besar beda tekanan. dp t 50μ sv ( ε = 3 d ε z p.75ρ v + d s z 3 pε ( ε... (II.7 dp t 8v μ = R z t... (II.8

18 II.6.6 Kinetika Reaksi Model kinetika untuk laju reaksi pembentukan hidrogen dan reaksi water-gas shif diekspresikan oleh persamaan II.9 dan II.0. Penjumlahan reaksi pertama untuk aliran maju dan mundur didefinisikan oleh persamaan II. dan untuk reaksi kedua ditunjukkan oleh persamaan II.. = K COK CH 4PCOPCH 4 r k...(ii.9 ( + K + COPCO K CH 4PCH 4 r = k CO P...(II.0 CO Jumlah laju reaksi K COK CH 4PCOPCH 4 ( P = CO PH k...(ii. ( + K COPCO + K CH 4PCH 4 KPCH 4PCO Jumlah laju reaksi ( P CO PH k COPCO...(II. KPCH 4PCO =

SIMULASI PRODUKSI HIDROGEN MELALUI CO2 METHANE REFORMING DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR MEMBRAN TESIS IRA SANTRINA JC NIM:

SIMULASI PRODUKSI HIDROGEN MELALUI CO2 METHANE REFORMING DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR MEMBRAN TESIS IRA SANTRINA JC NIM: SIMULASI PRODUKSI HIDROGEN MELALUI CO2 METHANE REFORMING DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR MEMBRAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh:

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Model Reaksi CMR merupakan metode reaksi yang digunakan untuk menghasilkan hidrogen. Reaksi ini terdiri dari 2 reaksi yaitu reaksi pembentukan dan water gas shift. pada

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan:

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Metil alkohol atau yang lebih dikenal dengan sebutan metanol merupakan produk industri hulu petrokimia yang mempunyai rumus molekul CH3OH. Metanol mempunyai berat

Lebih terperinci

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28%

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28% BAB I PENGANTAR I.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan sumber daya energi yang terbarukan dan ramah lingkungan, pemanfaatan hidrogen sebagai sumber pembawa energi (energy carrier)

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan - 1 -

Bab I Pendahuluan - 1 - Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pada saat ini, pengoperasian reaktor unggun diam secara tak tunak telah membuka cara baru dalam intensifikasi proses (Budhi, 2005). Dalam mode operasi ini, reaktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang sangat tinggi pada saat ini menimbulkan suatu pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu mengurangi pemakaian bahan

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK PERANCANGAN PROSES KIMIA (4 th Week May 2009)

TUGAS KELOMPOK PERANCANGAN PROSES KIMIA (4 th Week May 2009) TUGAS KELOMPOK PERANCANGAN PROSES KIMIA (4 th Week May 2009) Tugas kelompok ini bertujuan: Melatih mahasiswa berkreasi dalam perancangan proses dari hasil-hasil penelitian laboratorium untuk dapat dipakai

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. JENIS-JENIS PROSES Proses pembuatan metil klorida dalam skala industri terbagi dalam dua proses, yaitu : a. Klorinasi Metana (Methane Chlorination) Reaksi klorinasi metana terjadi

Lebih terperinci

Analisis Konfigurasi Sistem Produksi Hidrogen dari Etanol Produk Fermentasi yang Melibatkan Unit Membran

Analisis Konfigurasi Sistem Produksi Hidrogen dari Etanol Produk Fermentasi yang Melibatkan Unit Membran Analisis Sistem Produksi Hidrogen dari Etanol Produk Fermentasi yang Melibatkan Unit Membran Lisa Legawati, Hari Rionaldo, Zulfansyah Laboratorium Pengendalian dan Perancangan Proses Jurusan Teknik Kimia,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 % BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (PT. KMI, 2015) Fase : Cair Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85%

Lebih terperinci

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut :

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut : PROSES PEMBUATAN AMONIAK ( NH3 ) Amoniak diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H 2) dan Nitrogen (N 2) dengan rasio H 2/N 2 = 3 : 1. Disamping dua komponen tersebut campuran juga berisi inlet dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES II.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung, dan Produk Spesifikasi Bahan Baku 1. Metanol a. Bentuk : Cair b. Warna : Tidak berwarna c. Densitas : 789-799 kg/m 3 d. Viskositas

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku tert-butyl alkohol (TBA) Wujud Warna Kemurnian Impuritas : cair : jernih : 99,5% mol : H 2 O

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Benzena a. Rumus molekul : C6H6 b. Berat molekul : 78 kg/kmol c. Bentuk : cair (35 o C; 1 atm) d. Warna :

Lebih terperinci

KATALIS LTS LK SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM

KATALIS LTS LK SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM KATALIS LTS LK-821-2 SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM Anton Sri Widodo, Suharyoso Departemen Pengendalian Proses PT Pupuk Kalimantan Timur Jl. Ir. James Simandjuntak

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku Etanol Fase (30 o C, 1 atm) : Cair Komposisi : 95% Etanol dan 5% air Berat molekul : 46 g/mol Berat jenis :

Lebih terperinci

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2) 15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Metanol merupakan senyawa yang sangat esensial sekarang ini. Metanol merupakan senyawa intermediate yang menjadi bahan baku untuk berbagai industri antara lain industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride dengan Kapasitas Ton/ Tahun. A.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride dengan Kapasitas Ton/ Tahun. A. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vinyl chloride monomer (VCM) merupakan senyawa organik dengan rumus molekul C 2 H 3 Cl. Dalam perkembangannya, VCM diproduksi sebagai produk antara dan digunakan untuk

Lebih terperinci

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG Prof. Ir. Arief Budiman, MS, D.Eng Pusat Studi Energi, UGM Disampaikan pada Seminar Nasional Pemanfaatan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia saat ini banyak menggunakan peralatan sehari-hari yang terbuat dari plastik. Plastik dipilih karena memiliki banyak keunggulan yaitu kuat, ringan,

Lebih terperinci

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT. PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN UDARA- BAHAN BAKAR TERHADAP KUALITAS API PADA GASIFIKASI REAKTOR DOWNDRAFT DENGAN SUPLAI BIOMASSA SERABUT KELAPA SECARA KONTINYU OLEH : SHOLEHUL HADI (2108 100 701) DOSEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi dunia semakin meningkat sedangkan bahan bakar fosil dipilih sebagai energi utama pemenuh kebutuhan, namun bahan bakar ini tidak ramah lingkungan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna BAB II DESKRIPSI PROSES 1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 1.1. Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (www.kaltimmethanol.com) Fase (25 o C, 1 atm) : cair Warna : jernih, tidak berwarna Densitas (25 o C)

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Metanol sangat dibutuhkan dalam dunia industry, karena banyak produk yang dihasilkan berbahan metanol. Metanol digunakan oleh berbagai industri seperti industri plywood,

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis, BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Energi Biomassa Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis, baik berupa produk maupun buangan. Melalui fotosintesis, karbondioksida di udara ditransformasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Batu bara merupakan mineral organik yang mudah terbakar yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap dan kemudian mengalami perubahan bentuk akibat proses fisik

Lebih terperinci

LAMPIRAN A NERACA MASSA

LAMPIRAN A NERACA MASSA LAMPIRAN A NERACA MASSA Kapasitas produksi = 70 ton/tahun 1 tahun operasi = 00 hari = 70 jam 1 hari operasi = 4 jam Basis perhitungan = 1 jam operasi Kapasitas produksi dalam 1 jam opersi = 70 ton tahun

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia mengalami peningkatan secara kualitatif maupun kuantitatif, khususnya industri kimia. Hal ini menyebabkan kebutuhan bahan baku dan bahan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan II. DESKIPSI POSES A. Jenis - Jenis Proses a) eaksi Acetylene (C2H2) dengan Hydrogen Chloride (HCl) Menurut Nexant s ChemSystem Process Evaluation/ esearch planning (2007), metode pembuatan VCM dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disamping memberikan dampak positif yang dapat. dirasakan dalam melakukan aktifitas sehari hari, juga dapat memberikan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. disamping memberikan dampak positif yang dapat. dirasakan dalam melakukan aktifitas sehari hari, juga dapat memberikan beberapa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini pembangunan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, seperti pembangunan fisik kota, industri dan transportasi. Pada pertumbuhan pembangunan tersebut

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Isooktan dari Diisobutene dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Isooktan dari Diisobutene dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Di dalam mesin kendaraan bermotor, idealnya campuran udara dan bahan bakar (bensin) dalam bentuk gas yang masuk, ditekan oleh piston sampai volume yang sangat kecil, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Pabrik Fosgen ini diproduksi dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dari bahan baku karbon monoksida dan klorin yang akan beroperasi selama 24 jam perhari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi bahan bakar minyak yang berasal dari fosil saat ini diprediksi sudah tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi hidup penduduk dunia di masa datang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku 2.1.1.1. Ethylene Dichloride (EDC) a. Rumus Molekul : b. Berat Molekul : 98,96 g/mol c. Wujud : Cair d. Kemurnian

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metilen Klorida dari Metil Klorida dan Klorin Kapasitas Ton/Tahun

Prarancangan Pabrik Metilen Klorida dari Metil Klorida dan Klorin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Metilen klorida adalah salah satu senyawa klorometana dengan gugus molekul CH 2 Cl 2. Senyawa klorometana ini diproduksi dari reaksi klorinasi antara metil klorida (CH

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES II. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk II... Spesifikasi bahan baku. Epichlorohydrin Rumus Molekul : C 3 H 5 OCl Wujud : Cairan tidak berwarna Sifat : Mudah menguap Kemurnian : 99,9%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara. Sebagai negara berkembang, Indonesia melakukan swasembada diberbagai bidang, termasuk

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI BAB 2 DASAR TEORI Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diproduksi dari sumber nabati yang dapat diperbaharui untuk digunakan di mesin diesel. Biodiesel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI KARAKTERISASI GASIFIKASI BIOMASSA SERPIHAN KAYU PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH DENGAN VARIASI AIR FUEL RATIO (AFR) DAN UKURAN BIOMASSA OLEH : FERRY ARDIANTO (2109 105 039)

Lebih terperinci

Kelompok B Pembimbing

Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 PENELITIAN Semester II 2007/2008 SINTESIS DAN UJI AKTIVITAS Cu/Zn/Al 2 O 3 UNTUK KATALIS REFORMASI KUKUS METANOL SEBAGAI PENYEDIA HIDROGEN SEL TUNAM (FUEL CELL) Kelompok B.67.3.20 Michael Jubel

Lebih terperinci

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, 7 BAB II URAIAN PROSES 2.1. Jenis-Jenis Proses Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, atau phenyl carbinol. Benzil alkohol mempunyai rumus molekul C 6 H 5 CH 2 OH. Proses

Lebih terperinci

PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA

PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA TOPIK 1 BIOMASSA SEBAGAI SUMBER ENERGI Biomasa merupakan bahan organik yang tersedia secara terbarukan, umumnya berasal dari tumbuhan yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, diperlukan pengertian yang sesuai mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung

Lebih terperinci

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio Oleh : Rada Hangga Frandika (2105100135) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT. Kebutuhan

Lebih terperinci

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT. Karakterisasi Proses Gasifikasi Downdraft Berbahan Baku Sekam Padi Dengan Desain Sistem Pemasukan Biomassa Secara Kontinyu Dengan Variasi Air Fuel Ratio Oleh : Dimas Setiawan (2105100096) Pembimbing :

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia saat ini berasal dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas dan batu bara. Pada masa mendatang, produksi batubara

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai

II. DESKRIPSI PROSES. Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai II. DESKRIPSI PROSES 2.1 Macam Macam Proses 1. Proses Formaldehid Du Pont Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai berikut : CH 2 O + CO + H 2 O HOCH 2 COOH 700 atm HOCH 2 COOH

Lebih terperinci

UJI KINERJA REAKTOR GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT PADA BERBAGAI VARIASI DEBIT UDARA

UJI KINERJA REAKTOR GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT PADA BERBAGAI VARIASI DEBIT UDARA UJI KINERJA REAKTOR GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT PADA BERBAGAI VARIASI DEBIT UDARA SKRIPSI Oleh SISKA ARIANTI NIM 081710201056 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM

MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM. 23014038 MAGISTER TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 PENDAHULUAN Proses penghilangan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Reaksi Reduksi Terhadap Pemurnian Karbon Berbahan Dasar Tempurung Kelapa

Pengaruh Suhu Reaksi Reduksi Terhadap Pemurnian Karbon Berbahan Dasar Tempurung Kelapa 159 NATURAL B, Vol. 2, No. 2, Oktober 2013 Pengaruh Suhu Reaksi Reduksi Terhadap Pemurnian Karbon Berbahan Dasar Marsi Bani 1)*, Djoko H Santjojo 2), Masruroh 2) 1) Program Studi Magister Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi:

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi: Nama : Fitria Puspita NIM : 1201760 Kelas : Pendidikan Kimia A Soal Soal Kesetimbangan Kimia SBMPTN 2014 Untuk soal no 1-3, bacalah narasi berikut. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES.1 Jenis-jenis bahan baku dan proses Proses pembuatan VAM dapat dibuat dengan dua proses, yaitu proses asetilen dan proses etilen. 1. Proses Dasar Asetilen Reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan material yang memiliki ketahanan terhadap temperatur tinggi merupakan salah satu topik menarik yang terus dikaji oleh peneliti. Contoh aplikasi penggunaan

Lebih terperinci

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik dunia semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini tentu disebabkan pertumbuhan aktivitas manusia yang semakin padat dan kebutuhan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Acrylonitrile Fase : cair Warna : tidak berwarna Aroma : seperti bawang merah dan bawang putih Specific gravity

Lebih terperinci

Materi Pokok Bahasan :

Materi Pokok Bahasan : STOIKIOMETRI Kompetensi : Memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan serta menerapkan dalam perhitungan kimia. Memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dan terbiasa menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Bahan Baku 1. Gliserin (C3H8O3) Titik didih (1 atm) : 290 C Bentuk : cair Spesific gravity (25 o C, 1atm) : 1,261 Kemurnian : 99,5 %

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia saat ini sedang berusaha untuk tumbuh dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki negara agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir. PT. Polychem Indonesia Tbk merupakan satu-satunya industri di Indonesia yang menghasilkan ethylene glycol dan turunan dari ethylene oxide. Ethylene glycol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS MEMBRAN SILIKA PEMISAH GAS UNTUK PRODUKSI GAS HIDROGEN MENGGUNAKAN TERMAL REAKTOR NUKLIR

ANALISIS MEMBRAN SILIKA PEMISAH GAS UNTUK PRODUKSI GAS HIDROGEN MENGGUNAKAN TERMAL REAKTOR NUKLIR 212 ISSN 0216-3128 Tumpal Pandiangan ANALISIS MEMBRAN SILIKA PEMISAH GAS UNTUK PRODUKSI GAS HIDROGEN MENGGUNAKAN TERMAL REAKTOR NUKLIR Tumpal Pandiangan PTRKN - BATAN ABSTRAK ANALISIS MEMBRAN SILIKA PEMISAH

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

PENGARUH LAJU ALIRAN AGENT GAS PADA PROSES GASIFIKASI KOTORAN KUDA TERHADAP KARAKTERISTIK SYNGAS YANG DIHASILKAN

PENGARUH LAJU ALIRAN AGENT GAS PADA PROSES GASIFIKASI KOTORAN KUDA TERHADAP KARAKTERISTIK SYNGAS YANG DIHASILKAN PENGARUH LAJU ALIRAN AGENT GAS PADA PROSES GASIFIKASI KOTORAN KUDA TERHADAP KARAKTERISTIK SYNGAS YANG DIHASILKAN Rudy Sutanto1,a*, Nurchayati2,b, Pandri Pandiatmi3,c, Arif Mulyanto4,d, Made Wirawan5,e

Lebih terperinci

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin LAMPIRAN A REAKTOR Fungsi = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil Asetat. Jenis = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin Waktu tinggal = 62 menit Tekanan, P Suhu operasi

Lebih terperinci

Cellulose Nano Crystallines (CNC) yang merupakan salah satu biomaterial maju yang mempunyai

Cellulose Nano Crystallines (CNC) yang merupakan salah satu biomaterial maju yang mempunyai 1. DESKRIPSI RISET I Sintesis Biomaterial Maju Cellulose Nano Crystallines (CNC) dari Tandan Kelapa Sawit sebagai Material Penyangga Katalis Pt/Rh/Ce untuk Konverter Katalitik 1.1 Deskripsi singkat Seiring

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual.

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual. II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75.

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75. A. LATAR BELAKANG BAB I PENGANTAR Saat ini Asia Tenggara adalah produsen biodiesel terbesar di Asia dengan total produksi 1.455 juta liter per tahun. Hal ini didukung dengan ketersediaan tanaman kelapa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah

Lebih terperinci

STEAM REFORMING GAS ALAM DENGAN REAKTOR MEMBRAN MENGGUNAKAN REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR MEDIUM

STEAM REFORMING GAS ALAM DENGAN REAKTOR MEMBRAN MENGGUNAKAN REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR MEDIUM STEAM REFORMING GAS ALAM DENGAN REAKTOR MEMBRAN MENGGUNAKAN REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR MEDIUM Djati H. Salimy Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) - BATAN Jl. Abdul Rohim Kuningan Barat, Mampang Prapatan,

Lebih terperinci

atm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas.

atm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas. Pra (Rancangan PabrikjEthanoldan Ethylene danflir ' BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Langkah proses Pada proses pembuatan etanol dari etilen yang merupakan proses hidrasi etilen fase

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses 1-Butena atau butilen dengan rumus molekul C 4 H 8 merupakan senyawa berbentuk gas yang larut dalam senyawa hidrokarbon, alkohol, eter tetapi tidak larut dalam

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK. - p-xylene : max 0,50 % wt. - m-xylene : max 0,30 % wt. - o-xylene : max 0,20 % wt

BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK. - p-xylene : max 0,50 % wt. - m-xylene : max 0,30 % wt. - o-xylene : max 0,20 % wt BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK 2.1.1. Bahan Baku Toluene Fasa Kenampakan Kemurnian : cair : jernih : min 99,0 % wt Impuritas - p-xylene : max 0,50 % wt - m-xylene : max

Lebih terperinci

PRODUKSI DIMETHYL ETHER DARI GAS SINTESA

PRODUKSI DIMETHYL ETHER DARI GAS SINTESA PRODUKSI DIMETHYL ETHER DARI GAS SINTESA Mohamad Youvial Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) BPPT, Kawasan Puspiptek, Tangerang 15314, Indonesia Email : jouvial_b2te@webmail.bppt.go.id ABSTRAK Untuk masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Penyediaan energi listrik secara komersial yang telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik Bab 3 Pemodelan Matematika dan Metode Numerik 3.1 Model Keadaan Tunak Model keadaan tunak hanya tergantung pada jarak saja. Oleh karena itu, distribusi temperatur gas sepanjang pipa sebagai fungsi dari

Lebih terperinci

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses.

Lebih terperinci

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR Oleh : Kelompok 9 Maratus Sholihah (115061100111019) Hairunisa Agnowara (125061100111033) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V PERHITUNGAN KIMIA

BAB V PERHITUNGAN KIMIA BAB V PERHITUNGAN KIMIA KOMPETENSI DASAR 2.3 : Menerapkan hukum Gay Lussac dan hukum Avogadro serta konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia (stoikiometri ) Indikator : 1. Siswa dapat menghitung

Lebih terperinci

Bab II Pemodelan. Gambar 2.1: Pembuluh Darah. (Sumber:

Bab II Pemodelan. Gambar 2.1: Pembuluh Darah. (Sumber: Bab II Pemodelan Bab ini berisi tentang penyusunan model untuk menjelaskan proses penyebaran konsentrasi oksigen di jaringan. Penyusunan model ini meliputi tinjauan fisis pembuluh kapiler, pemodelan daerah

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA

LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA A.1 Perhitungan Pendahuluan Kapasitas produksi Gas H (99,99%) = 40000 ton/tahun, dengan ketentuan sebagai berikut : 1 tahun = 330 hari kerja 1 hari kerja = 4 jam Basis

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses II. DESKRIPSI PROSES A. Macam- Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH Oleh : ASHARI HUTOMO (2109.105.001) Pembimbing : Dr. Bambang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Performansi Kerja Membran Distilasi Vakum (VMD) Beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja MD adalah sifat properti membran yakni porositas, tortositas, dan lainnya beserta

Lebih terperinci

Katalis Katalis yang digunakan adalah Rhodium (US Patent 8,455,685).

Katalis Katalis yang digunakan adalah Rhodium (US Patent 8,455,685). LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA Perhitungan neraca massa berdasarkan kapasitas produksi yang telah ditetapkan. Kapasitas produksi asetat anhidrid : 20.000 ton/tahun Operasi : 330 hari/tahun, 24 jam/hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu demi waktu kini industri baik industri rumahan maupun pabrik semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri meskipun letaknya dekat

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Etilena dari Propana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Etilena dari Propana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Etilena merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia C 2 H 4. Senyawa ini memiliki nama IUPAC ethene, dan dikenal juga dengan nama elayl, acetene, bicarburetted hydrogen, olefiant

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar... v vi vii DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xii Intisari... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Pendirian

Lebih terperinci