Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Model Reaksi CMR merupakan metode reaksi yang digunakan untuk menghasilkan hidrogen. Reaksi ini terdiri dari 2 reaksi yaitu reaksi pembentukan dan water gas shift. pada reaksi pertama, metana dan karbondioksida bereaksi menghasilkan karbonmonoksida dan hidrogen. Sedangkan pada reaksi kedua, karbondioksida dan hidrogen sebagai reaktan menghasilkan karbonmonoksida dan H2O. Gambar skema dari reaktor membran ditunjukkan pada gambar IV.1. Tiga jenis reaktor yang digunakan adalah porousvycor, nanosil, dan fixed-bed. Reaktor membran terdiri dari bagian shell dan tube. Shell berisi dengan katalis karena reaksi terjadi di katalis. Jari - jari dalam disebut tube dan jari jari luar adalah shell. Umpan masuk dengan kecepatan supervisial tertentu melalui shell. Reaksi yang terjadi di shell ditunjukan pada persamaan IV.1 dan IV.2. 1 CH 4 + CO 2 2CO + 2H 2 ΔH 298 = 247 kj mol...(iv.1) 1 H 2 + CO2 CO + H 2O ΔH 298 = 41kj mol...(iv.2) Gambar IV.1 Skema Membrane Reactor 27

2 Pada waktu dan panjang reaktor tertentu, reaktan terkonversi menjadi produk dan masuk ke tube dengan laju molar tertentu. Laju alir molar yang melalui membran ini disebut proses difusi. Proses transport pada membran ini disebabkan oleh adanya gaya dorong. Gaya dorong dapat berupa gradien konsentrasi, tekanan, atau temperatur. Pada kasus penyebab difusi adalah perbedaan tekanan partial dari masing-masing komponen yang ada di shell dan tube. Gambar skema reaktor konvensional adalah pada gambar IV.2. Gambar IV.2 Skema Reaktor Fixed-Bed Reaktor fixedbed hanya terdiri dari satu bagian saja yaitu shell. Kondisi yang sama dibuat pada tiga reaktor ini yaitu pada besar jari-jari shell untuk reaktor membran dan fixedbed dibuat dalam skala yang sama besar. Shell yang berisi katalis memiliki volume katalis untuk ketiga reaktor. Simulasi untuk kondidi ketiga reaktor di atas dibuat menggunakan MATLAB IV.2 Model Reaktor Fixed-Bed Reaktor fixedbed ini memiliki kondisi awal yang terdapat pada tabel IV.1 dengan asumsi bahwa tidak ada gradien temperatur atau dalam kondisi isothermal. Tekanan total yang digunakan adalah sekitar 12 kpa. Masukan awal berupa laju alir volumetrik yang dikonversi menjadi laju molar (mole/sec). Panjang reaktor adalah sekitar.4 m. 28

3 Tabel IV.1 Variabel model Fixedbed temperatur 973 K Tekanan total (shell) Pa Tekanan total (tube) 1783 Pa Radius shell 4.9 m Laju alir vol. (shell) methane 45 cm^3 min^-1 Laju alir vol. (shell) carbondioxide 45 cm^3 min^-1 Laju alir vol. (shell) argon 65.5 cm^3 min^-1 Laju alir vol. (tube) argon 65.5 cm^3 min^-1 Panjang reaktor.4 m Katalis Rh/Al2O3 catalyst bed void.4 Diameter partikel 3.625*1^-4 m Temperatur yang digunakan sekitar 5-75 Celcius, diambil sebagai sampel nilai 973. Laju alir reaktan yaitu methane, karbondioksida, dan argon dialirkan ke shell sebagai inlet dengan besar tertentu. Gambar IV.3 menunjukkan bahwa pembentukan produk dimulai dari panjang reaktor lebih dari.2 meter. Laju molar karbonmonoksida lebih tinggi dibandingkan dengan hidrogen karena pada reaksi kedua yaitu water gas shift, hidrogen berfungsi sebagai reaktan. Laju molar H2O memiliki nilai yang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan hidrogen dan karbondioksida. Laju molar reaktan yaitu methane dan karbondioksida menurun sepanjang reaktor sedangkan sebaliknya untuk produk, hidrogen dan karbonmonoksida meningkat. H2O yang dihasilkan sangat kecil. Perbandingan methan dan hidrogen adalah sekitar 18.11% dengan besar konversi untuk metana di ujung panjang reaktor 75.17%. Konversi metana dan karbondioksida ditunjukkan pada gambar IV.4. Karakteristik tekanan parsial untuk masing-masing komponen mengikuti karakteristik laju molarnya yang dapat dilihat pada gambar IV.5. Beda tekanan total tidak begitu siginifikan sehingga pengaruhnya sepanjang reaktor dapat diabaikan. 29

4 laju alir molar, mole/sec 1.6 x CH4 CO2 CO H2 H2O z, dimensionless Gambar IV.3 Laju alir molar untuk Model Fixed-Bed % konversi CH4 CO z, dimensonless Gambar IV.4 Konversi metana dan kardondioksida 3

5 .35.3 tekanan parsial, atm CH4 CO2 CO H2 H2O z, dimensionless Gambar IV.5 Karakteristik tekanan partial masing-masing komponen x beda tekanan, Pa z, dimensionless Gambar IV.6 Beda tekanan 31

6 IV.3 Model Reaktor Membran Porous Vycor Kondisi awal reaktor membran sama dengan reaktor fixedbed, perbedaannya hanya pada penambahan propertis membran dengan spesifikasi tertulis pada tabel IV.2. Luas shell nya juga dibuat sama dengan fixbed. Shell berisi berkatalis sedangkan tube nya berisi purge gas. Perbedaan signifikan dari reaktor membran dan fixbed adalah adanya proses difusi melalui membran. Difusi ini didefinisikan dengan persamaan difusivitas Knudsen. Laju alir molar yang melalui membran mengurangi besar laju alir total di shell. Difusi melalui membran terjadi oleh adanya gaya doronng berupa beda tekanan partial pada masing-masing komponen. Beda tekanan partial ini yang menyebabkan berpindahnya molekul dari tekanan tinggi ke tekanan rendah baik dari shell ke tube. Abilitas membran untuk menseparasi ditentukan oleh dua parameter yaitu selektivitas hidrogen dan permeabilitas membrannya. Banyaknya produktifitas hidrogen dapat ditentukan dengan banyaknya metana yang terkonversi. Sedangkan difusivitas membran ditentukan oleh permeabilitasnya. Pada poros vycor, semua komponen dapat melewati membran dengan variasi laju molar. Tabel IV.2 Variabel model reaktor Porous Vycor temperatur 973 K Tekanan total (shell) Pa Tekanan total (tube) 1783 Pa Radius shell 7 m Radius tube 5 m Laju alir vol. (shell) methane 45 cm^3 min^-1 Laju alir vol. (shell) carbondioxide 45 cm^3 min^-1 Laju alir vol. (shell) argon 65.5 cm^3 min^-1 Laju alir vol. (tube) argon 65.5 cm^3 min^-1 Panjang reaktor.4 m Katalis Rh/Al2O3 catalyst bed void.4 particle diameter 3.625*1^-4 m Propertis membran pore radius 4*1^-9 m porosity.5 tortuosity 3 tebal 1^-3 m 32

7 Bagan laju molar pada porous vycor di shell ditunjukkan pada gambar IV.6. Laju molar untuk karbonmonoksida dan hirogen lebih rendah bila dibandingkan dengan fixbed karena adanya sebagian produk yang masuk ke tube. Sedangkan pada reaktan, laju molar metana dan karbondioksida lebih landai ke bawah sehingga konversi yang dihasilkan dibandingkan dengan reaktor tanpa membran lebih besar yaitu sekitar %. Sebagian reaktan dan produk selain hidrogen pada gambar IV.7 ada yang masuk ke tube melewati membran sehingga diperoleh kemurnian hidrogen yang terkontaminasi. Proses separasi ini menyebabkan penamban laju molar produk, hidrogen dan karbondioksida. Penjumlahan laju molar di shell dan tube adalah ditunjukkan pada gambar IV.8. Beda tekanan total di tube dan shell juga tidak begitu significant sehingga pengaruhnya juga dapat diabaikan. Karakteristik tekanan partial masingmasing komponen cenderung menyerupai karakteristik laju molar nya karena laju molar merupakan fungsi dari tekanan partial dan begitupun di tube. 1.2 x laju alir molar, mole/sec CH4 CO2 CO H2 H2O z, dimensionless Gambar IV.7 Laju alir molar porous vycor di shell 33

8 4.5 x laju alir molar, mole/sec CH4 CO2 CO H2 H2O z, dimensionless Gambar IV.8 Laju alir molar porous vycor di tube 1.2 x laju alir molar, mole/sec H z, dimensionless Gambar IV.9 Laju alir molar hidrogen di shell dan tube porous vycor 34

9 IV.4 Model Reaktor Membran Nanosil Model nanosil memiliki propertis membran yang sama dengan porous vycor. Hanya saja, separasi untuk nanosil hanya melewatkan produk hidrogen saja sehinga kemurniannya tidak terkontaminasi oleh reaktan dan produk lainnya. Penekanan sekecil mungkin laju molar reaktan dan produk lainnya selain hidrogen untuk masuk ke tube dilakukan dengan cara menset efektif permeability dari membran sekecil mungkin. Adapun laju molar lainnya yang lewat dianggap sangat kecil sekali nilainya.. Konversi methane yang dihasilkan jauh lebih besar porous vycor yaitu %. Spesifikasi dalam reaktor membran nanosil ditunjukkan pada tabel IV.3. Besar laju molar reaktan untuk nanosil jauh lebih landai dibandingkan dengan kedua reaktor sebelumnya sehingga konversinya jauh lebih tinggi. Pada tube, laju molar hidrogen lebih tinggi dibandingkan pada porous vycor. Banyaknya aliran hidrogen yang masuk ke tube disebabkan oleh besarnya konversi methane. Tabel IV.3 Variabel reaktor membran Nanosil temperatur 973 K Tekanan total (shell) Pa Tekanan total (tube) 1783 Pa Radius shell 7 m Radius tube 5 m Laju alir vol. (shell) methane 45 cm^3 min^-1 Laju alir vol. (shell) carbondioxide 45 cm^3 min^-1 Laju alir vol. (shell) argon 65.5 cm^3 min^-1 Laju alir vol. (tube) argon 65.5 cm^3 min^-1 Panjang reaktor.4 m Katalis Rh/Al2O3 catalyst bed void.4 particle diameter 3.625*1^- 4 m Propertis membran pore radius 4*1^-1 m porosity.5 tortuosity 3 Tebal membran 1^-3 m 35

10 1.4 x laju alir molar, mole/sec CH4 CO2 CO H2 H2O z, dimensionles Gambar IV.1 Laju alir molar di shell 6 x laju alir molar, mole/sec H z, dimensionless Gambar IV.11 Laju alir molar hidrogen di tube 36

11 IV.5 Pengaruh Temperatur dan Laju Molar Inlet Terhadap Konversi Metana Korelasi konversi terhadap temperatur berbanding lurus. Semakin besar temperatur, semakin besar konversinya. Sedangkan pada laju molar, sebaliknya. Semakin besar laju molar maka konversinya semakin kecil. Hal ini terjadi karena waktu tinggal yang dibutuhkan semakin kecil sehingga konversinya makin menurun. Selain perbandingan temperatur dan laju molar, konversi yang diperoleh oleh ketiga reaktor ini akan dibandingkan dengan konversi kesetimbangannya. Pada tabel IV.5, ketiga jenis reaktor menunjukkan besar konversi untuk variasi pada temperatur dengan besar nilai awal laju alir volumetrik konstan pada tabel IV.4. Pada nanosil, konversi yang dimiliki lebih besar karena pada saat aliran hidrogen masuk ke tube, hidrogen tidak dapat bereaksi lagi sehingga laju reaksi di shell lebih besar ke arah pembentukan hidrogen dibandingkan ke metanisasi. Sedangkan pada porous vycor, ada sebagain reaktan dan produk yang masuk ke tube selain hidrogen sehingga sedikit mengurangi laju reaksi ke arah produk sehingga konversinya dibawah nanosil. Reaktan dan produk yang telah masuk tube tidak dapat lagi bereaksi menjadi produk hidrogen di shell. Sedangkan pada fixedbed, konversinya lebih kecil karena produk yang terbentuk dapat saja membentuk reaktan kembali sehingga nilai konversinya tidak dapat melebihi konversi kesetimbangan. Tabel IV.4 Nilai awal laju alir volumetrik di shell dan tube Laju alir vol. (shell) metana 45 cm^3 min^-1 Laju alir vol. (shell) karbondioksida 45 cm^3 min^-1 Laju alir vol. (shell) argon 65.5 cm^3 min^-1 Laju alir vol. (tube) argon 65.5 cm^3 min^-1 37

12 Tabel IV.5 Pengaruh temperatur terhadap konversi metana konversi metana temperatur fixedbed porousvycor nanosil kesetimbangan Hasil yang diperoleh adalah bahwa reaktor nanosil memiliki konversi yang jauh di atas kedua reaktor lainnya pada gambar IV.12. Pada keadaan setimbang, konversi metana dapat dilihat pada gambar IV.11. Setiap nilai konversi pada kedua reaktor membran melewati batas konversi kesetimbangannya. % konversi temperatur Gambar IV.12 Konversi kesetimbangan terhadap temperatur 38

13 % konversi temperatur, K Gambar IV.13 Konversi terhadap variasi temperatur fixedbed porous vycor nanosil kesetimbangan Pada variasi laju molar dengan temperatur 973 K, ditemukan bahwa adanya penurunan konversi ketiga reaktor. Fixedbed memiliki gradien konversi yang lebih besar penurunnya dibanding dengan kedua reaktor membran terhadap variasi laju molar inlet reaktan. Tetapi konversi nanosil terlihat lebih landai dan terletak di atas dari kedua reaktor lainnya yang ditunjukkan oleh gambar IV.13. % konversi laju alir volumetrik, cm^3 min^-1 fixedbed porous vycor nanosil Gambar IV.14 Konversi vs laju alir volumetrik metana 39

14 Tabel IV.6 Pengaruh laju alir volumetrik terhadap konversi konversi metana Laju alir vol. metana Cm^3/min fixedbed porousvycor nanosil

SIMULASI PRODUKSI HIDROGEN MELALUI CO2 METHANE REFORMING DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR MEMBRAN TESIS IRA SANTRINA JC NIM:

SIMULASI PRODUKSI HIDROGEN MELALUI CO2 METHANE REFORMING DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR MEMBRAN TESIS IRA SANTRINA JC NIM: SIMULASI PRODUKSI HIDROGEN MELALUI CO2 METHANE REFORMING DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR MEMBRAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh:

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Tabel. II.1 Karakteristik Hidrogen, Attilio Pigneri (2004) Gambar. II.1 Aplikasi hidrogen sebagai fuell cell

Tinjauan Pustaka. Tabel. II.1 Karakteristik Hidrogen, Attilio Pigneri (2004) Gambar. II.1 Aplikasi hidrogen sebagai fuell cell Bab II Tinjauan Pustaka II. Aplikasi Hidrogen Karakteristik hidrogen ditampilkan pada tabel II.. Hidrogen dapat diaplikasikan salah satunya sebagai fuel cells seperti ditunjukkan oleh gambar II.. Fuel

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK PERANCANGAN PROSES KIMIA (4 th Week May 2009)

TUGAS KELOMPOK PERANCANGAN PROSES KIMIA (4 th Week May 2009) TUGAS KELOMPOK PERANCANGAN PROSES KIMIA (4 th Week May 2009) Tugas kelompok ini bertujuan: Melatih mahasiswa berkreasi dalam perancangan proses dari hasil-hasil penelitian laboratorium untuk dapat dipakai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 % BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (PT. KMI, 2015) Fase : Cair Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85%

Lebih terperinci

KAJIAN DEHIDROGENASI PROPANA MENJADI PROPILEN MENGGUNAKAN MODIFIED POROUS MEMBRANE REACTOR (MPMR)

KAJIAN DEHIDROGENASI PROPANA MENJADI PROPILEN MENGGUNAKAN MODIFIED POROUS MEMBRANE REACTOR (MPMR) Kajian Dehidrogenasi Propana menjadi Propilen. (I. Hartati) KAJIAN DEHIDROGENASI PROPANA MENJADI PROPILEN MENGGUNAKAN MODIFIED POROUS MEMBRANE REACTOR (MPMR) I. Hartati *), M. E. Yulianto** ) Abstrak Propilen

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Benzena a. Rumus molekul : C6H6 b. Berat molekul : 78 kg/kmol c. Bentuk : cair (35 o C; 1 atm) d. Warna :

Lebih terperinci

Analisis Konfigurasi Sistem Produksi Hidrogen dari Etanol Produk Fermentasi yang Melibatkan Unit Membran

Analisis Konfigurasi Sistem Produksi Hidrogen dari Etanol Produk Fermentasi yang Melibatkan Unit Membran Analisis Sistem Produksi Hidrogen dari Etanol Produk Fermentasi yang Melibatkan Unit Membran Lisa Legawati, Hari Rionaldo, Zulfansyah Laboratorium Pengendalian dan Perancangan Proses Jurusan Teknik Kimia,

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. JENIS-JENIS PROSES Proses pembuatan metil klorida dalam skala industri terbagi dalam dua proses, yaitu : a. Klorinasi Metana (Methane Chlorination) Reaksi klorinasi metana terjadi

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER PENDEK 2009-2010 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Senin, 19 Juli 2010 / Siti Diyar Kholisoh, ST, MT

Lebih terperinci

TUGAS TEKNIK REAKSI KIMIA 2. Problem 6-5 dan Example 6-9

TUGAS TEKNIK REAKSI KIMIA 2. Problem 6-5 dan Example 6-9 TUGAS TEKNIK REAKSI KIMIA 2 Problem 6-5 dan Example 6-9 Dikerjakan Oleh Kelompok 11 Claudia Harfian (1206239876) Emmanuella Deassy E (1206248924) Hari Purnama (1206202015) Kevin Stevanus S (1206244075)

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Metanol merupakan senyawa yang sangat esensial sekarang ini. Metanol merupakan senyawa intermediate yang menjadi bahan baku untuk berbagai industri antara lain industri

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi BAB II DASAR TEORI Pengujian reduksi langsung ini didasari oleh beberapa teori yang mendukungnya. Berikut ini adalah dasar-dasar teori mengenai reduksi langsung yang mendasari penelitian ini. 2.1. ADSORPSI

Lebih terperinci

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin LAMPIRAN A REAKTOR Fungsi = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil Asetat. Jenis = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin Waktu tinggal = 62 menit Tekanan, P Suhu operasi

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai

II. DESKRIPSI PROSES. Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai II. DESKRIPSI PROSES 2.1 Macam Macam Proses 1. Proses Formaldehid Du Pont Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai berikut : CH 2 O + CO + H 2 O HOCH 2 COOH 700 atm HOCH 2 COOH

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Tim Dosen Kimia Dasar FTP

Kesetimbangan Kimia. Tim Dosen Kimia Dasar FTP Kesetimbangan Kimia Tim Dosen Kimia Dasar FTP Pengertian kesetimbangan kimia Suatu sistem dikatakan setimbang jika dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama atau dengan kata lain tidak terjadi

Lebih terperinci

Katalis Katalis yang digunakan adalah Rhodium (US Patent 8,455,685).

Katalis Katalis yang digunakan adalah Rhodium (US Patent 8,455,685). LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA Perhitungan neraca massa berdasarkan kapasitas produksi yang telah ditetapkan. Kapasitas produksi asetat anhidrid : 20.000 ton/tahun Operasi : 330 hari/tahun, 24 jam/hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan:

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Metil alkohol atau yang lebih dikenal dengan sebutan metanol merupakan produk industri hulu petrokimia yang mempunyai rumus molekul CH3OH. Metanol mempunyai berat

Lebih terperinci

Gambar 7.4 skema trickle bed reactor

Gambar 7.4 skema trickle bed reactor Gambar 7.4 skema trickle bed reactor Gambar 7. 5 Skema Slurry Reactor Gambar 7.6 plug flow reactor yang dirangkai serie Reaktor tersebut dapat saja dioprasikan dalam rangkaian seri atau paralel. Dalam

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3)

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3) eori Kinetik Gas Pengertian Gas Ideal Istilah gas ideal digunakan menyederhanakan permasalahan tentang gas. Karena partikel-partikel gas dapat bergerak sangat bebas dan dapat mengisi seluruh ruangan yang

Lebih terperinci

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka waktu reaksi berlangsung pada suhu 90 o C Susu dipasteurisasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Presipitan Dan Iradiasi Ultrasonik Pada Katalis Ni/CeO 2 -MgO-La 2 O 3 /Al 2 O 3 Untuk Reaksi Oksidasi Parsial Metana

Pengaruh Jenis Presipitan Dan Iradiasi Ultrasonik Pada Katalis Ni/CeO 2 -MgO-La 2 O 3 /Al 2 O 3 Untuk Reaksi Oksidasi Parsial Metana JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 4. Tahun XIX, Desember 25, 338-344 ISSN 215-1685 Pengaruh Jenis Dan Iradiasi Pada Katalis Ni/CeO 2 -MgO-La 2 O 3 /Al 2 O 3 Untuk Reaksi Oksidasi Parsial Metana Widodo W. Purwanto,

Lebih terperinci

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi:

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi: Nama : Fitria Puspita NIM : 1201760 Kelas : Pendidikan Kimia A Soal Soal Kesetimbangan Kimia SBMPTN 2014 Untuk soal no 1-3, bacalah narasi berikut. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan II. DESKIPSI POSES A. Jenis - Jenis Proses a) eaksi Acetylene (C2H2) dengan Hydrogen Chloride (HCl) Menurut Nexant s ChemSystem Process Evaluation/ esearch planning (2007), metode pembuatan VCM dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK. - p-xylene : max 0,50 % wt. - m-xylene : max 0,30 % wt. - o-xylene : max 0,20 % wt

BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK. - p-xylene : max 0,50 % wt. - m-xylene : max 0,30 % wt. - o-xylene : max 0,20 % wt BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK 2.1.1. Bahan Baku Toluene Fasa Kenampakan Kemurnian : cair : jernih : min 99,0 % wt Impuritas - p-xylene : max 0,50 % wt - m-xylene : max

Lebih terperinci

MT 3205 Tugas Teknik Material. Membran Zeolit Katalitik Untuk Pembentukan Syngas

MT 3205 Tugas Teknik Material. Membran Zeolit Katalitik Untuk Pembentukan Syngas MT 3205 Tugas Teknik Material Membran Zeolit Katalitik Untuk Pembentukan Syngas Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Tugas Teknik Material (MT 3205) Oleh : NIM : 13706037 Dosen Pembimbing : Dr. Suryo Gandasasmita

Lebih terperinci

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g)

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g) Purwanti Widhy H Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia tercapai jika: Laju reaksi maju dan laju reaksi balik sama besar

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Metanol sangat dibutuhkan dalam dunia industry, karena banyak produk yang dihasilkan berbahan metanol. Metanol digunakan oleh berbagai industri seperti industri plywood,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 40 Universitas Indonesia

BAB 3 METODOLOGI. 40 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI 3.1. Hipotesa Untuk mencapai tujuan dari studi pengembangan model matematis sel tunam membran pertukaran proton, diperolehnya karakteristik reaktan di dalam kanal distribusi terhadap kinerja

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual.

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual. II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES.1 Jenis-jenis bahan baku dan proses Proses pembuatan VAM dapat dibuat dengan dua proses, yaitu proses asetilen dan proses etilen. 1. Proses Dasar Asetilen Reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI MEMBRAN HOLLOW FIBER UNTUK MEMISAHKAN KARBONDIOKSIDA DENGAN METANA

ANALISIS PERFORMANSI MEMBRAN HOLLOW FIBER UNTUK MEMISAHKAN KARBONDIOKSIDA DENGAN METANA TUGAS AKHIR TF 091381 ANALISIS PERFORMANSI MEMBRAN HOLLOW FIBER UNTUK MEMISAHKAN KARBONDIOKSIDA DENGAN METANA HIROSHI AVOGUSTI NRP 2412 105 022 Dosen Pembimbing : TOTOK RUKI BIYANTO,Ph.D Ir.YA UMAR,MT

Lebih terperinci

Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin

Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin Yosua Sions Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi reaksi kimia reversible dan irreversible..

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan - 1 -

Bab I Pendahuluan - 1 - Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pada saat ini, pengoperasian reaktor unggun diam secara tak tunak telah membuka cara baru dalam intensifikasi proses (Budhi, 2005). Dalam mode operasi ini, reaktor

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA

PERALATAN INDUSTRI KIMIA PERALATAN INDUSTRI KIMIA (SIZE REDUCTION, STORAGE, REACTOR ) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA. PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II III Size Reduction

Lebih terperinci

H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G)

H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G) H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G) Purwanti Widhy H Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

PRODUKSI HIDROGEN DARI CAMPURAN AIR DAN MINYAK KELAPA MURNI (VCO) MELALUI POROUS MEDIA TEMBAGA MENGGUNAKAN PRINSIP HYDROGEN REFORMER

PRODUKSI HIDROGEN DARI CAMPURAN AIR DAN MINYAK KELAPA MURNI (VCO) MELALUI POROUS MEDIA TEMBAGA MENGGUNAKAN PRINSIP HYDROGEN REFORMER Jurnal Rekayasa Mesin Vol.7, No.2 Tahun 216: 87-93 ISSN 2477-641 PRODUKSI HIDROGEN DARI CAMPURAN AIR DAN MINYAK KELAPA MURNI (VCO) MELALUI POROUS MEDIA TEMBAGA MENGGUNAKAN PRINSIP HYDROGEN REFORMER Bernardus

Lebih terperinci

TEMPERATUR. dihubungkan oleh

TEMPERATUR. dihubungkan oleh 49 50 o F. Temperatur pada skala Fahrenheit dan Celcius TEMPERATUR 1. Teori atom zat mendalilkan bahwa semua zat terdiri dari kesatuan kecil yang disebut atom, yang biasanya berdiameter 10-10 m.. Massa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES II.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung, dan Produk Spesifikasi Bahan Baku 1. Metanol a. Bentuk : Cair b. Warna : Tidak berwarna c. Densitas : 789-799 kg/m 3 d. Viskositas

Lebih terperinci

tekanan reaktor Pada penelitian ini menggunakan persamaan desain untuk dan harus memenuhi persamaan: 50

tekanan reaktor Pada penelitian ini menggunakan persamaan desain untuk dan harus memenuhi persamaan: 50 CH4I (2) Reaksi Permukaan 4 3 CH I+I CH I+HI (3) 3 2 CH I+I CH I+HI (4) 2 CH I+I CHI+HI (5) CHI+I CI+HI (6) Desorpsi CI C+I (7) 2 2 HI H +2 I (8) Untuk persamaan di atas, konsentrasi spesies pada fasa

Lebih terperinci

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses.

Lebih terperinci

Seminar Skripsi. Degradasi Gliserol Menjadi Produk Kimia Antara (Chemical Intermediate Product) pada Kondisi dekat Air Superkritis

Seminar Skripsi. Degradasi Gliserol Menjadi Produk Kimia Antara (Chemical Intermediate Product) pada Kondisi dekat Air Superkritis Seminar Skripsi Degradasi Gliserol Menjadi Produk Kimia Antara (Chemical Intermediate Product) pada Kondisi dekat Air Superkritis Oleh Evy Kurnia Rahmawati 2305100059 Yuan Anggraeni 2305100101 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

DEGRADASI GLISEROL MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO

DEGRADASI GLISEROL MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DEGRADASI GLISEROL MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA Oleh : Yudha Saputra 2306100064 Prasojo 2306100098 LABORATORIUM TEKNOLOGI PROSES KIMIA LATAR BELAKANG Produksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbtivitas Molar I 3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan dilakukan dengan mereaksikan KI

Lebih terperinci

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut :

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut : PROSES PEMBUATAN AMONIAK ( NH3 ) Amoniak diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H 2) dan Nitrogen (N 2) dengan rasio H 2/N 2 = 3 : 1. Disamping dua komponen tersebut campuran juga berisi inlet dan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 4

LEMBAR KERJA SISWA 4 88 LEMBAR KERJA SISWA 4 Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Submateri Pokok Alokasi Waktu : Kimia : I/ganjil : Laju Reaksi : Teori Tumbukan : 2 x 45 menit Standar Kompetensi Memahami Kinetika Reaksi,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan industri di Indonesia terus meningkat, termasuk di dalamnya industri kimia. Perkembangan ini menuntut peningkatan unsur-unsur penunjang industri

Lebih terperinci

ANALISIS MEMBRAN SILIKA PEMISAH GAS UNTUK PRODUKSI GAS HIDROGEN MENGGUNAKAN TERMAL REAKTOR NUKLIR

ANALISIS MEMBRAN SILIKA PEMISAH GAS UNTUK PRODUKSI GAS HIDROGEN MENGGUNAKAN TERMAL REAKTOR NUKLIR 212 ISSN 0216-3128 Tumpal Pandiangan ANALISIS MEMBRAN SILIKA PEMISAH GAS UNTUK PRODUKSI GAS HIDROGEN MENGGUNAKAN TERMAL REAKTOR NUKLIR Tumpal Pandiangan PTRKN - BATAN ABSTRAK ANALISIS MEMBRAN SILIKA PEMISAH

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER GENAP 2010-2011 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Siti Diyar Kholisoh & I Gusti S. Budiaman / Juni 2011

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fosgen Fosgen (COCl 2 ) pada suhu kamar dan tekanan atmosfir berupa gas reaktif tidak berwarna. Senyawa fosgen ini pertama kali dibuat pada tahun 1812 oleh John Davy dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia saat ini sedang berusaha untuk tumbuh dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki negara agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.

Lebih terperinci

PEMODELAN KOMPUTASI 3D SEL TUNAM MEMBRANE PERTUKARAN PROTON (PEMFC) MELALUI TEKNIK BEDA HINGGA

PEMODELAN KOMPUTASI 3D SEL TUNAM MEMBRANE PERTUKARAN PROTON (PEMFC) MELALUI TEKNIK BEDA HINGGA PEMODELAN KOMPUTASI 3D SEL TUNAM MEMBRANE PERTUKARAN PROTON (PEMFC) MELALUI TEKNIK BEDA HINGGA Hariyotejo Pujowidodo Balai Termodinamika Motor Propulsi (BTMP) BPP Teknologi Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang

Lebih terperinci

Cara Menggunakan Tabel Uap (Steam Table)

Cara Menggunakan Tabel Uap (Steam Table) Cara Menggunakan Tabel Uap (Steam Table) Contoh : 1. Air pada tekanan 1 bar dan temperatur 99,6 C berada pada keadaan jenuh (keadaan jenuh artinya uap dan cairan berada dalam keadaan kesetimbangan atau

Lebih terperinci

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT. PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN UDARA- BAHAN BAKAR TERHADAP KUALITAS API PADA GASIFIKASI REAKTOR DOWNDRAFT DENGAN SUPLAI BIOMASSA SERABUT KELAPA SECARA KONTINYU OLEH : SHOLEHUL HADI (2108 100 701) DOSEN

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

LAMPIRAN II PERHITUNGAN LAMPIRAN II PERHITUNGAN 1. Menghitung jumlah KOH yang dibutuhkan Konsentrasi KOH Volume Elektrolit Berat Molekul KOH Maka, gram KOH gram KOH : 1.25 M : 12 Liter : 56. 11 gram = M V BM (Sumber : Kimia Analisis

Lebih terperinci

Hukum-hukumdalam Termokimia

Hukum-hukumdalam Termokimia Hukum-hukumdalam Termokimia N A M A K E L O M P O K : A N J A S F A J A R F A N D Y A H M A D K H A L I L M U H A M M A D R E S H A T A M A A B I M A N Y U R I D W A N N U R H A F I I D H Dalam mempelajari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pembentukan Etilen Oksida di PT Polychem Indonesia Tbk. Etilen yang sudah berada dalam bentuk gas disaring terlebih dahulu pada sulfur guard bed untuk menghilangkan kandungan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara 11 II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara lain : 1. Pembuatan Metil Akrilat dari Asetilena Proses pembuatan metil akrilat adalah

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada Minggu 8 6. Filtrasi Filtrasi dapat dibedakan berdasar ukuran dari partikel yang dipisahkan ataupun tekanan yang digunakan. Gambar 6. 1 adalah pembagian jenis filtrasi berdasarkan tekanan yang digunakan.

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWAB. UjianTeori. Bidang Kimia. Waktu 210 menit

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWAB. UjianTeori. Bidang Kimia. Waktu 210 menit OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2011 Manado 11-16 September 2011 LEMBAR JAWAB UjianTeori Bidang Kimia Waktu 210 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERANCANGAN TEKNIS Penelitian kasus penanganan gas buang yang telah dilakukan dari aspek teknis mempunyai beberapa hasil yang dapat diperhatikan secara seksama. Pemilihan

Lebih terperinci

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan KINETIKA Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan Namun persamaan reaksi tidak dapat menjawab :. Seberapa cepat reaksi berlangsung 2. Bagaimana

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI KARAKTERISASI GASIFIKASI BIOMASSA SERPIHAN KAYU PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH DENGAN VARIASI AIR FUEL RATIO (AFR) DAN UKURAN BIOMASSA OLEH : FERRY ARDIANTO (2109 105 039)

Lebih terperinci

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28%

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28% BAB I PENGANTAR I.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan sumber daya energi yang terbarukan dan ramah lingkungan, pemanfaatan hidrogen sebagai sumber pembawa energi (energy carrier)

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI BAB 2 DASAR TEORI Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diproduksi dari sumber nabati yang dapat diperbaharui untuk digunakan di mesin diesel. Biodiesel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio Oleh : Rada Hangga Frandika (2105100135) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT. Kebutuhan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS TON/TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS 50.000 TON/TAHUN Oleh: ROIKHATUS SOLIKHAH L2C 008 099 TRI NUGROHO L2C

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, diperlukan pengertian yang sesuai mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

Kelompok B Pembimbing

Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 PENELITIAN Semester II 2007/2008 SINTESIS DAN UJI AKTIVITAS Cu/Zn/Al 2 O 3 UNTUK KATALIS REFORMASI KUKUS METANOL SEBAGAI PENYEDIA HIDROGEN SEL TUNAM (FUEL CELL) Kelompok B.67.3.20 Michael Jubel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol alkohol

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol alkohol BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metanol Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol alkohol lain seperti, ester, keton, eter, dan sebagian besar pelarut organik. Metanol sedikit

Lebih terperinci

MAKALAH REAKTOR FIXED BED TEKNIK REAKSI KIMIA

MAKALAH REAKTOR FIXED BED TEKNIK REAKSI KIMIA MAKALAH REAKTOR FIXED BED TEKNIK REAKSI KIMIA Disusun oleh : Kelompok 5 : 1. Aisyah Nur Aini 2. Andrian Sularso 3. Faradila Ardhining T. 4. M. Faiz Hardiansyah I8313001 I8313003 I8313020 I8313032 PROGRAM

Lebih terperinci

MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM

MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM. 23014038 MAGISTER TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 PENDAHULUAN Proses penghilangan

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA SOAL KIMIA KELAS : XI IPA PETUNJUK UMUM. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Bab 4

Kesetimbangan Kimia. Bab 4 Kesetimbangan Kimia Bab 4 Standar Kompetensi 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengolah an Kimia

BAB I PENDAHULUAN. Pengolah an Kimia BAB I PENDAHULUAN Proses kimia terdiri dari tahapan pengolahan, yaitu: pengolahan fisika awal seperti permurnian/purifikasi bahan, perubahan fasa (cair ke uap, uap ke cair, padat ke cair); pengolahan kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Performansi Kerja Membran Distilasi Vakum (VMD) Beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja MD adalah sifat properti membran yakni porositas, tortositas, dan lainnya beserta

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku Etanol Fase (30 o C, 1 atm) : Cair Komposisi : 95% Etanol dan 5% air Berat molekul : 46 g/mol Berat jenis :

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik n-butiraldehid dengan Proses Hidroformilasi Propilen Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik n-butiraldehid dengan Proses Hidroformilasi Propilen Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku a. Propilen (C 3 H 6 ) Berat molekul : 42 gr/mol Titik didih : -47,75 C 47,7 C Titik beku : -185,25 C Densitas

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis, BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Energi Biomassa Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis, baik berupa produk maupun buangan. Melalui fotosintesis, karbondioksida di udara ditransformasi

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Merkaptan dari Metanol dan Hidrogen Sulfida dengan Kapasitas ton /tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metil Merkaptan dari Metanol dan Hidrogen Sulfida dengan Kapasitas ton /tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ekonomi suatu negara salah satu disokong oleh sektor industrinya. Semakin kuat sektor industiy, maka semakin kokoh ekonomi negara tersebut. Untuk mencapai suatu struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi bahan bakar minyak yang berasal dari fosil saat ini diprediksi sudah tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi hidup penduduk dunia di masa datang

Lebih terperinci

TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN. Hukum Newton - Viskositas RYN

TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN. Hukum Newton - Viskositas RYN TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN Hukum Newton - Viskositas RYN 1 ALIRAN BAHAN Fluid Model Moveable Plate A=Area cm 2 F = Force V=Velocity A=Area cm 2 Y = Distance Stationary

Lebih terperinci

atm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas.

atm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas. Pra (Rancangan PabrikjEthanoldan Ethylene danflir ' BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Langkah proses Pada proses pembuatan etanol dari etilen yang merupakan proses hidrasi etilen fase

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses 1-Butena atau butilen dengan rumus molekul C 4 H 8 merupakan senyawa berbentuk gas yang larut dalam senyawa hidrokarbon, alkohol, eter tetapi tidak larut dalam

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodeken dan Benzena Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodeken dan Benzena Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun memiliki dampak yang sangat besar terhadap berbagai aspek dalam kehidupan. Salah satu dampak yang dapat dirasakan adalah

Lebih terperinci

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

SKRIPSI HERRY PRASETYO ANGGORO UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA DEPOK JULI 2010

SKRIPSI HERRY PRASETYO ANGGORO UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA DEPOK JULI 2010 PEMODELAN REAKTOR TERSTRUKTUR GAUZE UNTUK PRODUKSI NANOKARBON DAN HIDROGEN MELALUI REAKSI DEKOMPOSISI KATALITIK METANA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS SKRIPSI HERRY PRASETYO ANGGORO 0606076444

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara Batubara merupakan bahan bakar padat organik yang berasal dari batuan sedimen yang terbentuk dari sisa bermacam-macam tumbuhan purba dan menjadi padat disebabkan tertimbun

Lebih terperinci

BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN

BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN 4.1. Pemodelan dalam EFD Tools Pemodelan komputasi menggunakan paket simulasi EFD Lab.8 yang terintegrasi pada tools CAD Solid Works, di mana proses modelling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat di Indonesia menyebabkan pula tingginya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM). Sebagian besar kendaraan bermotor

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH TEMPERATUR, TEKANAN, KOSENTRASI UMPAN DAN POROSITAS UNGGUN DALAM REAKSI DEHIDRASI BIOETANOL MENJADI BIOETILEN

SIMULASI PENGARUH TEMPERATUR, TEKANAN, KOSENTRASI UMPAN DAN POROSITAS UNGGUN DALAM REAKSI DEHIDRASI BIOETANOL MENJADI BIOETILEN SIMULASI PENGARUH TEMPERATUR, TEKANAN, KOSENTRASI UMPAN DAN POROSITAS UNGGUN DALAM REAKSI DEHIDRASI BIOETANOL MENJADI BIOETILEN Tony Handoko, I Gede Pandega W., Felicia Kusnakhin, Sarah Caroline Program

Lebih terperinci

Bab VIII Teori Kinetik Gas

Bab VIII Teori Kinetik Gas Bab VIII Teori Kinetik Gas Sumber : Internet : www.nonemigas.com. Balon udara yang diisi dengan gas massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis udara mengakibatkan balon udara mengapung. 249 Peta Konsep

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH Oleh : ASHARI HUTOMO (2109.105.001) Pembimbing : Dr. Bambang

Lebih terperinci