UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA PERAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MIRZA INDRAJANTI S. NPM: FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KEDOKTERAN JAKARTA DESEMBER 2010

2 DAFTAR ISI Halaman Judul Daftar isi i ii BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB III. DISKUSI 13 BAB IV. PENUTUP Simpulan 16 DAFTAR PUSTAKA 17 ii

3 BAB I PENDAHULUAN Problem based learning adalah suatu pendekatan student centred efektif untuk pembelajaran. Hal ini merupakan pokok yang berbeda dari program yang berbasis pada pengajaran didaktik ditambah dengan kegiatan berbasis kasus. Tutor ataupun fasilitator lebih baik dari pada seorang content expert. PBL pada program medis biasanya dilaksanakan sedini mungkin, walaupun mungkin diperpanjang sampai tahun berikutnya. Selama lebih dari 30 tahun terkumpul fakta yang menunjukkan bahwa cara itu berhasil efektif menyenangkan dan belajar mandiri, berpikir kritis, kerja tim, pengertian lebih baik dari pada penghafalan, dipermudah dengan bahasa profesional 1. Baik mahasiswa maupun staf menyenangi proses ini. PBL diperkaya jika dipersatukan dengan sumber berbasis komputer. Suatu masalah memulai kegiatan. Kelompok (yang terdiri dari 10 orang atau lebih) dirangsang untuk menyelidiki mekanisme ilmiah dasar dan klinis bersama-sama dengan masalah pokok sosial, psikologi, etis atau profesional. Ilmu pengetahuan terintegrasi dan digunakan. Karena proses kemungkinan besar open-ended, dosen berkewajiban untuk mendesain masalah-masalah terstruktur yang baik mempertemukan tujuan yang jelas. Masalah dalam skenario merangsang mahasiswa untuk membuat alasan, berpikir kritis dan mempertimbangkan fakta; mereka akan mencari informasi yang relevan. Kelompok tidak membutuhkan ilmu pengetahuan sebelumnya untuk membangkitkan ide-ide baik seperti mereka mengenal area-area untuk pembelajaran bersama dan pribadi lebih lanjut. Setiap mahasiswa membawa pengalaman pribadi dan membuat kontribusi tersendiri. Peran tutor adalah memimpin interaksi daripada memberi informasi. Kelompok efektif memberikan suatu lingkungan aman untuk bersama-sama dan menguji ilmu pengetahuan baru. Mahasiswa mempraktekkan bahasa ilmiah dan medis, mengevaluasi ide-ide dan menerima umpan balik dari teman sebaya dan tutor. 1

4 Pada saat pemaparan klinis diperkenalkan secara bersamaan, keterampilan intelektual dan praktek berkembang secara paralel. Pengalaman kinis memperkaya diskusi tutorial. Dalam mempersiapkan mahasiswa untuk praktek profesional, PBL: menambah kemandirian sebagai mahasiswa mengenal dan menemukan kebutuhan pembelajaran perorangan, merangsang pemikiran dan pembelajaran mandiri seumur hidup, membantu penilaian diri terus menerus, memperkenalkan alasan klinis, kemudian diperjelas dengan pengalaman klinis, meningkatkan berpikir kritis dan membuat keputusan berbasis bukti, memastikan bahwa pengetahuan sudah ditransfer, digunakan dan dikuasai oleh pemberian yang relevan, konteks terintegrasi, memberikan praktek dan pengalaman dalam perkenalan konsep profesional dan bahasa medis, membantu kerja tim dan komunikasi teman sebaya. Perkembangan dan pemetaan sebuah urutan masalah pembelajaran membentuk suatu yang modern, relevan, kurikulum terintegrasi, mengurangi kelebihan, beban yang terlalu berat dan kerenggangan. Itu membantu evaluasi dan kesinambungan perubahan evolusioner 1. 2

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pembelajaran adalah proses yang berakibat terjadinya perubahan perilaku yang secara relatif menetap, jalan berpikir, perasaan, tindakan/perbuatan dari pembelajar. Karakteristik/sifat yang khas dari pembelajaran bahwa pembelajaran adalah: menghasilkan suatu perubahan perilaku dalam diri pembelajar, menuju ke suatu perubahan relatif menetap, hasil/akibat dari praktik berlatih dan pengulangan, tidak secara langsung kelihatan. Beberapa prinsip pembelajaran adalah individual/perorangan, motivasi adalah kuncinya/pedomannya, relevan/perlunya pengalaman pembelajaran akan menjadi jelas untuk mahasiswa, umpan balik kepada pembelajar adalah penting. Keadaan untuk memudahkan pembelajaran adalah suasana yang menganjurkan orang untuk aktif, memperlihatkan sifat alamiah perorangan, menerima adanya perbedaan sangat diperlukan, menghargai seseorang yang berbuat kesalahan, sabar menghadapi ketidaksempurnaan, menganjurkan keterbukaan diri dan kepercayaan diri, membuat orang merasa dihormati dan diterima, memudahkan penemuan, melakukan perhatian/penekanan pada evaluasi diri dalam kerjasama, mengizinkan konfrontasi. Pembelajaran terutama dikontrol/diatur oleh pembelajar, khusus/khas dan individual/perorangan, dipengaruhi oleh keadaan pembelajar, kooperatif dan kolaboratif, suatu proses evolusi/perkembangan, suatu konsekuensi/akibat dari pengalaman, tidak secara langsung kelihatan. 7 Terdapat bermacam-macam teori pembelajaran di antaranya adalah teori kognitif, teori behavioristik dan teori konstuktivist. Teori kognitif: kognitif berasal dari kata cognition yang berarti pengertian atau mengerti, dalam arti luas adalah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan 2. Teori behavioristik: pertama dikembangkan oleh B. F Skinner, ada tiga asumsi dasar yaitu pembelajaran tampak oleh adanya perubahan dalam perilaku, lingkungan membentuk perilaku dan prinsip melemahkan 3

6 dan menguatkan yang semua berpusat untuk menjelaskan proses pembelajaran. Ada suatu keadaan klasik, perilaku menjadi suatu respons refleks untuk perangsang (Pavlov). 3 Teori konstruktivist: pembelajaran adalah suatu proses aktif di mana pembelajar membangun ide-ide baru atau konsep berdasarkan ilmu pengetahuan sekarang ini atau yang lalu. Pembelajar memilih dan mengubah informasi, membangun hipotesis dan membuat keputusan, mengandalkan struktur kognitif untuk melakukan sesuatu (J. Bruner). 4 Pengajaran adalah hubungan timbal balik antara guru (dosen) dan mahasiswa untuk membawa perubahan yang diharapkan dalam perilaku mahasiswa. Tujuan pengajaran adalah menolong mahasiswa agar menyukai, menguasai dan dapat menggunakan ilmu pengetahuan, mengerti, menganalisa/menguraikan, memadukan dan mencapai keterampilan, membentuk kebiasaan, mengembangkan sikap. Pendekatan pengajaran antara lain percakapan kepada mahasiswa, percakapan dengan mahasiswa, bersama mereka diadakan percakapan bersama, menunjukkan mahasiswa bagaimana, mengawasi mereka, menyediakan peluang untuk praktek/berlatih. Metode pengajaran dapat didefinisikan sebagai suatu jalan dari tindakan guru (dosen) dalam hubungan dengan mahasiswanya yang dititikkan pada tujuan dari pelajaran khusus di mana metode pengajaran digunakan 8. Melihat definisi ini maka hal ini menunjukkan bahwa suatu metode pengajaran adalah sesuatu yang digunakan dalam sebuah pelajaran yang dihubungkan dengan tujuan dari pelajaran itu. Klasifikasi metode pengajaran yaitu metode pengajaran yang melatih yang terdiri atas metode instruksi, metode interaksi sampai metode studi independent. Pembagian dari metode pengajaran didasarkan pada peran yang dilakukan guru (dosen) dan mahasiswa. Metode instruksi adalah keadaan yang menggambarkan di mana dosen melakukan tugas pemberi keterangan/informasi. Mahasiswa cenderung untuk melakukan tugas pasif dalam metode-metode itu. Metode interaksi adalah memfasilitasi /memudahkan partisipasi bersama dari mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran, contoh diskusi. Pada metode studi independent mahasiswa bekerja tanpa hubungan timbal balik langsung dengan dosen, mahasiswa bekerja sendiri 4

7 atau dalam group, contohnya melakukan pekerjaan rumah. 8 Metode belajar mengajar terdiri atas large group teaching, small group teaching, independent learning, peer assisted learning, teaching in the clinical settings, teaching in the community, distance learning. 1 Problem based learning banyak digunakan di fakultas kedokteran di Inggris dan seluruh dunia 5. Problem based learning adalah metode belajar mengajar dalam kelompok kecil dan mempunyai pengaruh yang kuat dan penting pada pendidikan kedokteran. Problem based learning merupakan metode pembelajaran dalam bentuk kelompok kecil, yang menggabungkan pengetahuan dengan perkembangan keterampilan umum dan sikap. Dalam PBL mahasiswa menggunakan pemicu dari kasus masalah atau skenario untuk menetapkan sasaran pembelajaran mereka. Kemudian mereka melakukan belajar langsung mandiri sebelum kembali ke kelompok untuk mendiskusikan dan menyaring pengetahuan yang didapat. Jadi PBL bukan tentang pemecahan masalah, tetapi lebih baik menggunakan masalah-masalah yang tepat untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian. Prosesnya tegas jelas, dan beberapa variasi yang ada semua mengikuti suatu rangkaian langkah serupa. Kelompok belajar tidak hanya memfasilitasi kemahiran/perolehan pengetahuan tetapi juga hal lain yang diinginkan, seperti keterampilan komunikasi, kerja tim, pemecahan masalah, tanggung jawab mandiri untuk pembelajaran, informasi bersama, dan menghormati satu sama lain. Oleh karena itu PBL dapat diartikan sebagai metode pengajaran kelompok kecil yang mengkombinasikan perolehan pengetahuan dengan perkembangan keterampilan umum dan sikap. Keterampilan umum dan sikap terdiri atas kerjasama tim, kepemimpinan, mendengarkan, mencatat, menghargai pendapat teman, evaluasi kritis terhadap literatur, belajar mandiri dan menggunakan sumber bacaan, keterampilan presentasi. Presentasi materi klinis sebagai perangsang pembelajaran kreatif mahasiswa untuk mengerti relevansi ilmu pengetahuan yang mendasari dan prinsip-prinsip dalam praktek klinis. Bagaimanapun, sewaktu PBL dimasukkan ke dalam kurikulum, beberapa masalah 5

8 pokok yang lain untuk desain kurikulum dan pelaksanaannya butuh dibantu. PBL biasanya dimasukkan dalam konteks kurikulum inti yang jelas dan integrasi dari ilmuilmu dasar dan klinik. Juga merupakan pelaksanaan untuk susunan staf, sumber pembelajaran dan pendekatan berbeda untuk penjadualan dan beban kerja, dan penilaian. PBL sering digunakan untuk menyampaikan materi inti dalam bagian-bagian non klinis dari kurikulum. Naskah berbasis skenario-skenario PBL untuk dasar kurikulum inti dan memastikan semua mahasiswa mendapat masalah yang sama 5. Akhir-akhir ini teknik PBL yang dimodifikasi sudah dimasukkan ke dalam pendidikan klinis dengan pasien sebenarnya yang digunakan sebagai perangsang pembelajaran. Walaupun sifat dasar khusus yang penting dari pembelajaran ilmu kedokteran klinis, sebuah pendekatan kasus kunci dapat memungkinkan PBL digunakan untuk menyampaikan kurikulum inti klinis. Tutorial PBL sudah diadakan dengan beberapa contoh yang diteladani pada Maastricht seven jump process (Proses tujuh langkah Maastricht), tetapi format dari tujuh langkah mungkin dipersingkat. Tutorial PBL yang khas terdiri atas suatu kelompok mahasiswa (biasanya 8 sampai 10 orang) dan tutor, yang memfasilitasi sesi. Lamanya (jumlah sesi) bahwa suatu kelompok tetap bersama dengan yang lain dan para tutor perorangan bervariasi di antara institusi. Suatu kelompok membutuhkan cukup lama untuk mengembangkan menjadi kelompok dinamis tetapi mungkin butuh perubahan adakalanya jika masing-masing pribadi berselisih atau timbul disfungsi perilaku. Mahasiswa memilih ketua untuk masing-masing skenario PBL dan sekretaris untuk mencatat diskusi. Peran ini digilirkan untuk setiap skenario. Flip chart yang sesuai atau whiteboard dapat digunakan untuk catatan laporan diskusi. Pada awal sesi, bergantung pada materi pemicu, salah satu mahasiswa ketua membacakan skenario seluruhnya atau semua mahasiswa memperlajari materi. Kalau pemicu adalah pasien sesungguhnya dalam bangsal, klinik atau bagian bedah kemudian seorang mahasiswa mungkin bertanya tentang riwayat klinis atau pengenalan tanda fisik abnormal sebelum kelompok pindah ke suatu ruang tutorial. Untuk masing-masing modul, mahasiswa mungkin diberi buku penuntun berisi skenario masalah, dan dianjurkan sumber pembelajaran atau materi pembelajaran mungkin dibagikan pada waktu-waktu yang tepat sebagai kemajuan tutorial. 6

9 Peran tutor memfasilitasi diskusi (membantu ketua mempertahankan kelompok dinamis dan perpindahan kelompok selesai tugas) dan memastikan bahwa kelompok meningkatkan sasaran pembelajaran yang tepat dalam urutannya oleh tim desain kurikulum. Tutor mungkin membutuhkan peran lebih aktif dalam proses 7 langkah untuk memastikan bahwa semua mahasiswa sudah melakukan pekerjaan yang tepat dan membantu ketua untuk menganjurkan sebuah format yang sesuai untuk anggota kelompok yang digunakan untuk menunjukkan hasil studi mereka. Tutor menganjurkan para mahasiswa untuk mencek pengertian mereka akan materi. Ia dapat melakukan ini oleh anjuran para mahasiswa untuk bertanya dengan pertanyaan terbuka dan saling bertanya untuk menjelaskan topik-topik dengan kata-kata mereka sendiri atau oleh penggunaan gambar-gambar dan diagram-diagram. Contoh materi pemicu untuk skenario PBL: naskah berbasis skenario-skenario klinis, data percobaan atau laboratorium klinis, foto-foto, video klip, artikel-artikel surat kabar, sebagian atau seluruh artikel dari sebuah jurnal ilmiah, pasien sesungguhnya atau simulasi, pohon keluarga yang menunjukkan suatu gangguan yang diturunkan. Proses tutorial PBL (the Maastricht seven jump process) terdiri atas langkah 1: identifikasi dan klarifikasi istilah-istilah yang tidak dimengerti yang terdapat pada skenario, langkah 2: menetapkan masalah-masalah untuk didiskusikan, langkah 3: sesi brainstorming untuk mendiskusikan masalah, memberikan pendapat berdasarkan prior knowledge dan mengidentifikasi area pengetahuan yang belum lengkap, langkah 4: meninjau kembali langkah ke 2 dan 3 dan menata solusi sementara, langkah 5: membuat formula sasaran pembelajaran; kelompok mencapai persetujuan dari sasaran pembelajaran, langkah 6: belajar mandiri (mahasiswa mencari informasi yang berhubungan dengan sasaran pembelajaran), langkah 7: kelompok membagi hasil dari belajar mandiri. PBL berhasil baik hanya jika skenario berkualitas tinggi. Kurikulum PBL fakultas pada lulusan S1 mengalami kemajuan dalam sasaran pembelajaran. Skenario memimpin mahasiswa ke suatu area studi khusus untuk mencapai sasaran pembelajaran. Cara menciptakan skenario PBL yang efektif: sasaran pembelajaran yang ditetapkan 7

10 mahasiswa setelah mempelajari skenario harus konsisten dengan sasaran pembelajaran fakultas; masalah harus tepat pada tingkatan kurikulum dan tingkatan pemahaman mahasiswa; skenario harus dapat menarik mahasiswa atau mempunyai relevansi dalam praktek nanti; ilmu dasar harus disajikan dalam konteks skenario klinik untuk tercapainya pengetahuan terintegrasi; skenario harus mengandung petunjuk untuk merangsang diskusi dan membangkitkan mahasiswa untuk mencari penjelasan dari pokok persoalan; permasalahan harus cukup terbuka, sehingga tidak membatasi diskusi secara dini dalam proses; skenario harus dapat meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam mencari informasi dari berbagai sarana pembelajaran. Keuntungan PBL: Student centred PBL : pembelajaran aktif, memperbaiki pemahaman dan retensi, mengembangkan keterampilan belajar sepanjang hayat; Generic competencies: PBL memberi kesempatan pada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan umum dan sikap yang diperlukan pada praktek mereka nanti; Integration: PBL memfasilitasi kurikulum terintegrasi; Motivation: PBL memberikan motivasi pada mahasiswa dan tutor dan dalam proses melibatkan seluruh mahasiswa untuk belajar; Deep learning: PBL merupakan pembelajaran secara mendalam; Constructivist approach: mahasiswa mengaktifkan prior knowledge dan membangun kerangka konsep pengetahuan yang baru. Kerugian PBL: Tutor who can t teach : tutor hanya memiliki pengetahuan dan pemahaman di bidang mereka sendiri sehingga dapat mempersulit dalam memfasilitasi; Human resources: membutuhkan banyak staf; Other resources: mahasiswa dalam jumlah yang besar membutuhkan perpustakaan dan akses komputer pada saat yang bersamaan; Role models: mahasiswa tidak mendapatkan pengalaman dari dosen; Information overload: mahasiswa mungkin tidak yakin seberapa banyak belajar mandiri yang harus dikerjakan dan apakah informasi yang dicari relevan dan berguna. 8

11 Masuknya PBL ke dalam mata pelajaran membuat tuntutan baru pada para tutor, kebutuhan mereka akan fungsi sebagai fasilitator untuk kelompok belajar kecil lebih baik dari pada sebagai pemberi informasi. Perkembangan staf diperlukan dan memungkinkan para tutor PBL untuk mendapatkan keterampilan dalam fasilitasi dan manajemen kelompok dinamik (termasuk kelompok disfungsional: suatu karakter dominan yang mungkin menyulitkan mahasiswa lain untuk mendengarkan). Para tutor akan diberikan informasi tentang strategi pendidikan institusi dan program kurikulum sehingga mereka dapat membantu mahasiswa untuk mengerti sasaran pembelajaran dari modul-modul perorangan dalam konteks kurikulum secara keseluruhan. Metode penilaian dan evaluasi akan dibuat dan waktu yang tersedia untuk membicarakan keinginankeinginan. Staf mungkin merasa tidak yakin akan fasilitasi tutorial PBL untuk suatu subjek yang mereka bukan ahlinya. Para ahli subjek jika sebagai fasilitator mungkin mereka lebih mengganggu proses dan kembali pada perkuliahan. Demikian pula mahasiswa menilai keahlian dan para tutor terbaik adalah ahli subjek yang mengerti kurikulum dan mempunyai keterampilan fasilitasi yang baik sekali. Bagaimanapun semangat para tutor non spesialis yang sudah dilatih dalam fasilitasi, mengetahui kurikulum dan mempunyai catatan tutor yang memadai, adalah para tutor PBL yang baik. Pembelajaran mahasiswa sangat dipengaruhi oleh metode penilaian yang digunakan. Jika metode penilaian semata-mata mengandalkan pada recall yang sesungguhnya maka PBL tak mungkin berhasil dalam kurikulum. Semua jadual penilaian sebaiknya mengikuti prinsip dasar dari pengujian mahasiswa dalam hubungannya dengan kurikulum dan sebaiknya menggunakan range yang tepat dari metode penilaian. Sebaiknya dilakukan penilaian kegiatan mahasiswa dalam kelompok PBL mereka. Para tutor akan memberikan umpan balik atau menggunakan prosedur penilaian formatif atau sumatif mengikuti jadual panilaian fakultas. Ini juga membantu untuk mempertimbangkan penilaian kelompok secara keseluruhan. Kelompok sebaiknya dianjurkan untuk mencerminkan hasil PBL termasuk ketaatan pada proses keterampilan komunikasi, saling menghormati satu sama lain dan kontribusi perorangan. Bekerja dengan teman sebaya 9

12 dalam kelompok mengurangi kemungkinan para mahasiswa gagal untuk melanjutkan dengan beban kerja dan pemberian tanda kelompok ditambahkan untuk masing-masing jadual penilaian perorangan dan menganjurkan para mahasiswa untuk mencapai tujuantujuan umum yang disatukan dengan PBL. PBL mungkin digunakan salah satunya sebagai yang utama dari seluruh kurikulum atau untuk rangkaian pembelajaran mahasiswa. Dalam praktek, PBL biasanya bagian dari suatu kurikulum terintegrasi menggunakan suatu sistem berbasis pendekatan dengan materi non klinis yang disampaikan dalam konteks praktek klinis. Sebuah modul atau kursus singkat dapat didesain untuk memasukkan mixed teaching method/metode pengajaran campuran (termasuk PBL) untuk mencapai dampak pembelajaran dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sejumlah kecil kuliah-kuliah mungkin diperlukan untuk memasukkan topik-topik atau memberi peninjauan luas dari materi subjek yang sukar yang berhubungan dengan skenario PBL. Waktu yang cukup akan diadakan setiap minggu untuk mahasiswa melakukan belajar mandiri yang dibutuhkan untuk PBL. 5,6 10

13 Peran dalam kelompok 5 Pencatat Tutor Ketua Anggota mencatat hasil membangkitkan memimpin mengikuti diskusi anggota kelompok kelompok langkah membantu untuk berpartisipasi membangkitkan proses kelompok untuk membantu ketua anggota berpartisimengingat menciptakan kelompok untuk pasi dalam berpartisipasi dinamika kelompok berpartisipasi diskusi dalam diskusi dan menjaga waktu menjaga dinamika mende- mencatat sarana mengawasi pencatat kelompok ngarkan yang digunakan mencegah mengawasi waktu dan penyimpangan memastikan menghar- memastikan kelompok berjalan gai kontri- kelompok mencapai sesuai tugas busi yang learning objective memastikan lain memeriksa pencatat tetap bertanya pemahaman bertugas dan dengan kelompok mencatat dengan pertanyaan menilai performan akurat terbuka meneliti semua learning objective berbagi informasi 11

14 Tentukan learning outcomes untuk modul 5 Bagaimana learning outcomes dapat dicapai Keterampilan klinik Kuliah PBL Keterampilan komunikasi praktikum Berapa banyak sesi PBL dalam modul Mencatat learning objectives tiap PBL Buat skenario PBL Buat catatan tutor Uji coba dengan staf Perbaiki skenario dan catatan tutor Uji coba dengan sekelompok siswa Membuat timetable modul dan membuat buku pegangan siswa Diimplementasikan 12 Evaluasi

15 BAB III DISKUSI Kurikulum FK UKRIDA 2006 dikembangkan dari Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia III (KIPDI III) untuk Program Studi Pendidikan Kedokteran Dasar (Basic Medical Education). Penyusunan KIPDI III ini difasilitasi oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi yang disepakati bersama oleh kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi dan pengguna lulusan berdasarkan SK Menteri No 45 tahun 2000 tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia III (KIPDI III) merupakan kurikulum Nasional Berbasis Kompetensi yang bertujuan menghasilkan dokter layanan strata primer dengan pendekatan konsep kedokteran keluarga. Sesuai dengan Kurikulum Nasional KIPDI III terdapat 7 (tujuh) area kompetensi yang harus dikuasai oleh dokter lulusan fakultas kedokteran 6. Ketujuh area kompetensi tersebut sebenarnya adalah kemampuan dasar seorang dokter yang menurut WFME (World Federation for Medical Education) disebut basic medical doctor. Adapun ketujuh area kompetensi tersebut badalah: 1. Keterampilan komunikasi efektif, 2. Keterampilan klinik dasar, 3. Keterampilan menerapkan dasardasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga di layanan primer, 4. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistic, bersinambung, koordinatif dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer, 5. Keterampilan memanfaatkan, menilai dan mengelola informasi secara kritis, 6. Kemampuan mawas diri dan mengembangkan diri serta belajar sepanjang hayat, 7. Menjunjung tinggi etika, moral dan profesionalisme dalam praktik. Ketujuh area kompetensi ini merupakan kompetensi utama yang harus ada dalam kurikulum fakultas kedokteran 6. Paradigma baru pendidikan kedokteran di dunia menyatakan bahwa pendidikan kedokteran haruslah bersifat student centred serta self directed learning. Mahasiswa haruslah menjadi subjek pendidikan serta aktif dan bertanggung jawab atas proses pembelajarannya. Sesuai dengan standard pendidikan dokter Indonesia, kurikulum ini 13

16 dilaksanakan dengan pendekatan/strategi SPICES. Strategi SPICES terdiri atas 6 dimensi yang dapat memberikan dampak positif pada proses belajar mengajar dalam kurikulum kedokteran, yaitu student centred, problem based, integrated, community based, electives dan systematic. 6 Di FK UKRIDA, Program Studi Sarjana Kedokteran (PSSK) terdiri atas 7 semester (3 ½ tahun), sedangkan Program Studi Profesi Dokter terdiri atas 3 semester (1 ½ tahun). Pada PSSK dalam 7 semester terdiri atas 30 blok yang masing-masing blok berlangsung selama 4 7 minggu. PBL dilakukan 1 kali pada tiap-tiap blok yang terdiri atas 3 kali pertemuan. Pelaksanaan PBL dilakukan sebagai berikut: dibuat skenario oleh dosen ahli di bidangnya, kemudian dilakukan briefing bersama semua dosen untuk membahas skenario tersebut guna memperbaikinya bila perlu. Dalam 1 blok terdiri atas 7-10 skenario. Dilakukan PBL sebanyak 3 kali pertemuan, masing-masing pertemuan lamanya 100 menit. Pada PBL mahasiswa dibagi atas kelompok A B dan C - D, kelompok A terdiri atas A 1 A 10, kelompok B terdiri atas B 1 B 10, kelmpok C terdiri atas C 1 C 10, kelompok D terdiri atas D 1 - D 10. Tiap-tiap kelompok A 1 terdiri atas orang, demikian pula A 2, dan seterusnya.dari Kelompok A B dibagi 20 kelompok, dari kelompok C D dibagi 20 kelompok. Masing-masing kelompok mendapat 1 skenario. Tiap-tiap kelompok difasilitasi oleh 1 tutor. Dalam 1 hari berlangsung 2 shift PBL yaitu shift I pk : kelompok A B; shift II pk : kelompok C - D Pada PBL I (pertemuan pertama): mahasiswa memilih ketua kelompok dan 2 orang sekretaris (yang menulis di whiteboard dan di kertas/komputer). Mahasiswa membahas skenario menurut 7 jumps yaitu langkah 1. Identifikasi masalah, langkah 2. Identifikasi masalah, langkah 3. Analisa masalah, langkah 4. Hipotesis, langkah 5. Sasaran pembelajaran, langkah 6. Belajar mandiri dengan mencari narasumber. Tutor menilai aktivitas mahasiswa secara perorangan dan per kelompok dengan scoring dan sebagai fasilitator. 14

17 Pada PBL 2 (pertemuan kedua): mahasiswa mempresentasikan tugas belajar mandirinya masing-masing sesuai dengan sasaran pembelajaran yang didapatkan pada PBL 1, dilakukan tanya jawab di antara mahasiswa, kemudian dibuat langkah 7. Simpulan/rangkuman dari kasus.tutor hanya sebagai fasilitator. Tutor menilai tugas belajar mandiri mahasiswa, aktivitas perorangan saat presentasi, aktivitas per kelompok. Pada PBL 3 (pertemuan ketiga): dilakukan pleno. Dalam hari yang sama diadakan 2 kali pertemuan masing-masing 100 menit. Pertama: kelompok A B, kedua: kelompok C D. Ada moderator (dosen) dan 2 orang sekretaris (mahasiswa). Kelompok mahasiswa yang maju presentasi dilakukan berdasarkan undian. Dihadiri para dosen pakar pengampu mata kuliah pada blok tersebut dan para tutor. Mahasiswa mempresentasikan skenarionya masing-masing sesuai kelompoknya. Setiap selesai presentasi dilakukan tanya jawab antara mahasiswa. Pertanyaan-pertanyaan mahasiswa dicatat oleh sekretaris. Tutor menilai aktivitas perorangan dan per kelompok pada kelompoknya yang tampil presentasi. Pada akhir pleno maka semua dosen pakar menjelaskan semua pertanyaan mahasiswa tersebut. Pada PBL di FK UKRIDA dalam membuat makalah tugas mandiri kadang-kadang masih ada yang menjiplak makalah teman atau kakak kelasnya, sehingga menurut saya perlu diadakan kuliah khusus tentang Etika Pendidikan Kedokteran topik kejujuran akademis pada semester satu supaya sejak awal mahasiswa mengetahui tentang plagiarisme, moralitas kedokteran dan lain-lain. 15

18 BAB IV PENUTUP 4.1. Simpulan Pada PBL perkembangan staf sangat penting, jadi setiap dosen harus mempelajari skenario dengan baik supaya pada saat PBL mereka dapat menjadi fasilitator yang baik. Peran tutor atau fasilitator juga agar pada saat tutorial dapat memfasilitasi jangan sampai terjadi kelompok disfungsional dan harus dapat menciptakan kelompok yang dinamis. Karena mahasiswa harus belajar mandiri maka dibutuhkan sarana perpustakaan dan media elektronik yang lengkap. Dengan PBL maka mahasiswa dilatih untuk berpikir kritis. 16

19 DAFTAR PUSTAKA 1. Sefton A. Problem based learning. In: Dent JA, Harden RM (ed.). A practical guide for medical teachers. 2 nd ed. London: Elsevier Churchill Livingstone; pp. 143, Cognitive Approach. Weblog (online). Available from: 3. Omrod JE. Human Learning. 4 th ed. USA: Pearson Education Inc Bruner J. The Process of Education. Cambridge MA: Harvard University Press Wood DF. ABC of learning and teaching in medicine: Problem based learning. BMJ 2003; 326; pp Barrows HS, Tamblyn RM. Problem Based Learning An Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing Company, Inc; pp Katalog Universitas Kristen Krida Wacana 2007/ Guilbert JJ. Educational Handbook for Health Personal; Vogelaar J, Jacobse C. About teaching methods,

Peran Problem Based Learning dalam Proses Belajar Mengajar

Peran Problem Based Learning dalam Proses Belajar Mengajar Tinjauan Pustaka Peran Problem Based Learning dalam Proses Belajar Mengajar Mirza Indrajanti S Dosen Bagian Fisioologi Fakultas Kedokteran Ukrida Alamat Korespondensi : Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

Lebih terperinci

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Zulharman Staf pengajar FK Unri Mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNIN (PBL) DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNIN (PBL) DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNIN (PBL) DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Amelia Dwi Fitri Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Email: dwifitri.amelia@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered

Lebih terperinci

Bab 1 KURIKUKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN PROBLEM-BASED LEARNING

Bab 1 KURIKUKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN PROBLEM-BASED LEARNING Bab 1 KURIKUKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN PROBLEM-BASED LEARNING AREA KOMPETENSI DOKTER Fakultas Kedokteran UNS memiliki visi menyelenggarakan program studi pendidikan dokter yang berkualitas dan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Problem-Based Learning (PBL) pelajaran (Sudarman, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Problem-Based Learning (PBL) pelajaran (Sudarman, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem-Based Learning (PBL) 2.1.1 Definisi Problem-Based Learning (PBL) Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia kerja

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Kanada pada tahun 1969, selanjutnya banyak fakultas

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) Definisi/Konsep Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang

Lebih terperinci

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Definisi/Konsep

Lebih terperinci

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR:

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR: Kode: 00802 08015. 01 NAMA MATA KULIAH BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR: BUKU BLOK SISTEM KARDIOVASKULAR A. DESKRIPSI MODUL B. KOMPETENSI BLOK SISTEM KARDIOVASKULER C. TUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem PBL (Problem Based Learning) merupakan metoda pembelajaran yang meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal berpikir kritis dan memecahkan masalah (problem solving

Lebih terperinci

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi Majelis Pendidikan Tinggi Dewan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kopertis Wilayah V Yogyakarta, 4 April 2017 Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Oentarini Tjandra Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara ABSTRAK Seiring dengan diterapkannya

Lebih terperinci

Implementasinya dalampbl. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI

Implementasinya dalampbl. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI Implementasinya dalampbl Sugito Wonodirekso Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI Pendahuluan KBK tidak sama dengan PBL PBL adalah salah satu cara untuk mencapai kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan globalisasi, lulusan pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem Kesehatan Nasional dan mengikuti

Lebih terperinci

NILAI SENTRAL KEDOKTERAN KELUARGA. Disiapkan oleh: Dr. FX. Suharto, M. Kes

NILAI SENTRAL KEDOKTERAN KELUARGA. Disiapkan oleh: Dr. FX. Suharto, M. Kes NILAI SENTRAL KEDOKTERAN KELUARGA Disiapkan oleh: Dr. FX. Suharto, M. Kes Learning Objective Pengembangan Pelayanan Primer Peran Institusi Pendidikan dalam Kedokteran Keluarga Karakteristik Dokter Keluarga

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning)

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning) Standard Operating Procedure FASILITATOR PBL (Problem Based Learning) PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 07 0 LEMBAR IDENTIFIKASI Nama Dokumen :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode Problem Based. pendekatan SCL adalah metode pembelajaran dengan Problem Based

BAB I PENDAHULUAN. manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode Problem Based. pendekatan SCL adalah metode pembelajaran dengan Problem Based BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Student center learning (SCL) atau pembelajaran yang berfokus pada peserta didik merupakan model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses

Lebih terperinci

Adult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6

Adult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6 Adult Learning dan Berpikir Kritis By : Kelompok 6 Anggota kelompok Wahyu Prasetyo A. (09020037) Cut Ainunin Nova (09020038) Riza Nur Azizi (09020039) Fadhiel Yudistiro (09020040) Fatimah (09020041) Erwin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kurikulum. Oleh karena itu, pendidikan harus membekali mereka dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kurikulum. Oleh karena itu, pendidikan harus membekali mereka dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kurikulum pembelajaran kedokteran Mahasiswa dituntut untuk mengetahui segala hal yang dituntut oleh kurikulum. Oleh karena itu, pendidikan harus membekali mereka dengan kemampuan-kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang baru menjalani proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dokter merupakan pendidikan akademik profesional yang diselenggarakan di tingkat universitas. Pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tinggi lainnya karena

Lebih terperinci

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT Zulharman Staf Pengajar FK Unri Mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan Kedokteran FK UGM PENDAHULUAN Para mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kehidupan di abad XXI menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat

Lebih terperinci

Perkuliahan Pada Pendidikan Dokter (Sistem Pembelajaran PBL) Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Perkuliahan Pada Pendidikan Dokter (Sistem Pembelajaran PBL) Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Perkuliahan Pada Pendidikan Dokter (Sistem Pembelajaran PBL) Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sistem Pendidikan di Fakultas Kedokteran Unand 1. Tahun 1955 1983 : Paradigma Klinik 2.

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN STAF EDUKASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

PROGRAM PENGEMBANGAN STAF EDUKASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PROGRAM PENGEMBANGAN STAF EDUKASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Zulharman Mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan Kedokteran FK UGM PENDAHULUAN Penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa (FK Unwar) merupakan fakultas kedokteran swasta yang berdiri sejak Januari 2009. Pendirian FK Unwar dilatarbelakangi

Lebih terperinci

Keterampilan Komunikasi dalam Pendidikan Kedokteran

Keterampilan Komunikasi dalam Pendidikan Kedokteran Keterampilan Komunikasi dalam Pendidikan Kedokteran Dr. dr. Herqutanto MPH, MARS Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI HP: 08161803969 Email: marsha_ap@yahoo.com Tujuan Sesi Membahas pentingnya keterampilan

Lebih terperinci

PEDOMAN TUTORIAL A. TUGAS PESERTA DISKUSI KELOMPOK (TUTORIAL)

PEDOMAN TUTORIAL A. TUGAS PESERTA DISKUSI KELOMPOK (TUTORIAL) PEDOMAN TUTORIAL A. TUGAS PESERTA DISKUSI KELOMPOK (TUTORIAL) 1. Tugas Dasar Tutor dalam Diskusi Kelompok a. Mendorong partisipasi aktif setiap anggota diskusi kelompok. b. Membantu ketua kelompok dalam

Lebih terperinci

Manual Prosedur. Pembelajaran Metode Problem Based Learning PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Manual Prosedur. Pembelajaran Metode Problem Based Learning PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Manual Prosedur Pembelajaran Metode Problem Based Learning PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Universitas Brawijaya, 2012 All Rights Reserved Deleted: 11 Manual Prosedur

Lebih terperinci

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL Imelda Martina GS STIK Immanuel Abstrak Keefektifan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian BAB I PENDAHULUAN E. Latar belakang Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Mariati Purnama Simanjuntak Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan mariati_ps@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Pelaksanaan Pembelajaran Mandiri Menurut Persepsi Mahasiswa Angkatan 2012 di PSPD, FKIK UNJA ABSTRAK

Pelaksanaan Pembelajaran Mandiri Menurut Persepsi Mahasiswa Angkatan 2012 di PSPD, FKIK UNJA ABSTRAK Pelaksanaan Pembelajaran Mandiri Menurut Persepsi Mahasiswa Angkatan 2012 di PSPD, FKIK UNJA Novvi Fitria Ayu 1, Adriani 2 dan Amelia Dwi Fitri 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma

Lebih terperinci

Keywords: Competency Based Curriculum, Small Group Discussion, Cognitive

Keywords: Competency Based Curriculum, Small Group Discussion, Cognitive PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) dengan SMALL GROUP DISCUSSION (SGD) UNTUK MENGUKUR KOGNITIF PADA MAHASISWA Dian Nur Adkhana Sari STIKES Surya Global Dian.adkhana@gmail.com ABSTRAK Kurikulum

Lebih terperinci

Panduan Modul Manajemen Rumah Sakit

Panduan Modul Manajemen Rumah Sakit Panduan Modul Manajemen Rumah Sakit Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab Pekanbaru 2015 Topic Tree Pengantar Manajemen Rumah Sakit Patient Safety dan Hospital

Lebih terperinci

SISTEM REGISTRASI DAN PERIJINAN

SISTEM REGISTRASI DAN PERIJINAN SISTEM REGISTRASI DAN PERIJINAN Dr. dr. Fachmi Idris, M.Kes Dosen FK UNSRI BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT KEDOKTERAN KOMUNITAS (IKM/IKK) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA, PALEMBANG 2006 Daftar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar (Prawiradilaga, 2008). Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL) 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada masalah, dimana masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penerimaan mahasiswa baru di Indonesia dan jumlah mahasiswa aktif dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, tidak terkecuali di Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilakukan di STIKES Surya Global, pada mahasiswa semester 6 pada tanggal 18-19 Mei 2016. Jumlah sample dalam penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu

TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem Based Learning (PBL) Problem based learning (PBL) adalah cara belajar dengan kelompok kecil yang distimulasi oleh skenario atau masalah. Dari masalah tersebut mahasiswa

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II TINJAUAN PUSTAKA Bab II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Interprofessional Education (IPE) a. Definisi IPE Menurut the Center for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 1997), IPE adalah dua atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan mendasar bagi calon perawat dalam pemahaman patofisiologi, penilaian klinis, dan prosedur keperawatan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pergeseran paradigma pendidikan kedokteran di Indonesia dari pembelajaran berpusat pada pendidik (teacher centered learning/tcl) kearah pembelajaran berpusat pada

Lebih terperinci

Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016

Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016 Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016 Pimpinan Fakultas Pengelola Program Studi Kedokteran VISI Prodi Kedokteran Menjadi Prodi Kedokteran Sebagai Pusat Pengembangan IPTEK Kedokteran bereputasi Internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran untuk melakukan pembaharuan dan memajukan kualitas sebagai institusi pendidikan dengan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran dengan teman sebaya (Peer-Assisted Learning; selanjutnya disingkat PAL) sudah cukup populer dan sejak lama digunakan dalam pendidikan kedokteran. Jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan era globalisasi membuat setiap orang harus mampu untuk bersaing sesuai kompetensi yang dimiliki. Upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) tertuju pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kedokteran merupakan suatu rangkaian pendidikan yang ditempuh untuk menjadi seorang dokter maupun dokter gigi. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk

Lebih terperinci

BUKU KOMUNIKASI MAHASISWA - PEMBIMBING AKADEMIK Fakultas Kedokteran UI

BUKU KOMUNIKASI MAHASISWA - PEMBIMBING AKADEMIK Fakultas Kedokteran UI BUKU KOMUNIKASI MAHASISWA - PEMBIMBING AKADEMIK Fakultas Kedokteran UI nama mahasiswa nama pembimbing akademik Foto 4 x 6 DATA DIRI Nama: NPM: Tempat/Tanggal lahir: Asal SMU: Alamat mahasiswa: No. Telp/HP

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM

UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM STANDAR PROSES PEMBELAJARAN Kode/No. : STD/SPMI-UIB/01.03 Tanggal : 1 September Revisi : 2 Halaman : 1 dari 7 STANDAR PROSES PEMBELAJARAN UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM

Lebih terperinci

Evaluasi. Metoda Evaluasi

Evaluasi. Metoda Evaluasi JADWAL AKTIVITAS Matrik kegiatan merupakan jadwal aktivitas pembelajaran setiap minggu disesuaikan dengan beban studi tiap mata kuliah. Besaran kredit untuk mata kuliah ini adalah 2 sks AIK III : 2 SKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan daya saing dalam pencarian, perolehan dan penciptaan pekerjaan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. dan daya saing dalam pencarian, perolehan dan penciptaan pekerjaan. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan oleh sebuah institusi adalah untuk menyediakan dan menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dan daya saing dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen (Carin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di era informasi dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik informasi yang berupa ilmu pengetahuan umum, teknologi, maupun yang lainnya. Informasi-informasi

Lebih terperinci

FILOSOFI PRIBADI MENGENAI PENDIDIKAN KEDOKTERAN (A PERSONAL PHILOSOPHY OF MEDICAL EDUCATION) Oleh: dr. July Ivone, MKK, MPdKed

FILOSOFI PRIBADI MENGENAI PENDIDIKAN KEDOKTERAN (A PERSONAL PHILOSOPHY OF MEDICAL EDUCATION) Oleh: dr. July Ivone, MKK, MPdKed FILOSOFI PRIBADI MENGENAI PENDIDIKAN KEDOKTERAN (A PERSONAL PHILOSOPHY OF MEDICAL EDUCATION) Oleh: dr. July Ivone, MKK, MPdKed FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG - 2010 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas hasil analisis data yang telah dilakukan. Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT)

Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT) Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT) RANGKUMAN I Wayan Warmada Laboratorium Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi FT-UGM 1 Apa dan bagaimana? PBL adalah metode belajar yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) resmi dicanangkan oleh DIKTI tahun 2005. Dengan penerapan KBK diharapkan peserta didik dapat memperoleh seperangkat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.I Kesimpulan 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan adanya peningkatan kemampuan kolaboratif (komunikasi, kolaborasi, peran dan tanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari TCL (Teacher Centered Learning) ke SCL (Student Centered Learning) dikarenakan a) persaingan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik merupakan kajian yang menarik dalam berbagai penelitian pendidikan. Prestasi akademik merupakan salah satu indikator keberhasilan seseorang

Lebih terperinci

BAGIAN SATU. Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL)

BAGIAN SATU. Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL) BAGIAN SATU Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL) 1 2 Elsa Krisanti, Ph.D. & Kamarza Mulia, Ph.D. Aniek dan Tara adalah dua mahasiswa jurusan Teknik Kimia semester tiga yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interprofessional Education (IPE) 1. Definisi IPE Menurut WHO (2010), IPE merupakan suatu proses yang dilakukan dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN PELATIH PASIEN STANDAR

MODUL PELATIHAN PELATIH PASIEN STANDAR MODUL PELATIHAN PELATIH PASIEN STANDAR A. LATAR BELAKANG Dasar hukum kegiatan ini adalah : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada masalah, dimana masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Smartphone atau telepon pintar adalah telepon genggam yang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Smartphone atau telepon pintar adalah telepon genggam yang mempunyai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Smartphone Smartphone atau telepon pintar adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada ponsel biasa. Kemampuan yang dimiliki smartphone

Lebih terperinci

Metode Metode Instruksional Dina Amelia/

Metode Metode Instruksional Dina Amelia/ Metode Metode Instruksional Dina Amelia/ 702011094 1. Peer Tutoring Tutor sebaya adalah seorang/ beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Dasar Hukum implementasi KBK, Implementasi KBK.

Kata Kunci: Dasar Hukum implementasi KBK, Implementasi KBK. GASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 (721-730) (PEMIKIRAN) IMPLEMENTASI KBK DI FAKULTAS KEDOKTERAN (Studi Pustaka tentang KBK) Satimin Hadiwidjaja Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran UNS Abstrak :Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar melibatkan keterampilan dan perilaku baru bagi peserta didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang sesungguhnya

Lebih terperinci

Student Center Learning

Student Center Learning Student Center Learning METODE KULIAH Kelebihan : o o o o o o o Ringkasan prinsip dasar Materi belum dipublikasikan Penjelasan topik sulit Mencakup silabus dengan cepat Pengajar dapat berbagi antusiasme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi

Lebih terperinci

MODUL KETERAMPILAN PENULISAN LEMBAR KONSULTASI PASIEN (menjawab konsul)

MODUL KETERAMPILAN PENULISAN LEMBAR KONSULTASI PASIEN (menjawab konsul) MODUL KETERAMPILAN PENULISAN LEMBAR KONSULTASI PASIEN (menjawab konsul) Penyusun Asty Amalia Astrid Pratidina Susilo Kontributor Tim ISLaND Daftar Isi Halaman Sampul Daftar Isi I Ii Pendahuluan 1 Panduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universitas dimana mahasiswa sebagai komponen didalamnya sebagai peserta

BAB I PENDAHULUAN. universitas dimana mahasiswa sebagai komponen didalamnya sebagai peserta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang perlu dan harus berinteraksi dengan sesama, oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan intelektual. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai

Lebih terperinci

Fitri Mulyani SMP Negeri 1 Bunguran Tengah

Fitri Mulyani SMP Negeri 1 Bunguran Tengah EFEKTIFITAS PROBLEM BASE LEARNING BERBASIS KOOPERATIF LEARNING UNTUK MEMAHAMKAN OPERASI ALJABAR BAGI SISWA SMP N 3 BUNGURAN TIMUR, NATUNA, KEPULAUAN RIAU KELAS VIII SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK. UGM) menerapkan metode Problem Based Learning (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK. UGM) menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) dalam proses belajar mengajar sejak tahun 2002. Metode ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Based Learning Problem based learning adalah salah satu penerapan metode pendidikan yang berbasis pada masalah dimana mahasiswa harus memecahkan masalah secara sistematis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student 130 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student engagement, dibuktikan dengan nilai rata-rata student engagement di tiap minggu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Penelitian Basic Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah prosedur darurat yang digunakan untuk menjaga oksigenasi darah dan perfusi jaringan yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

PERANAN DIALOG DALAM SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH. Titi Chandrawati 1 dan Suryo Prabowo 2

PERANAN DIALOG DALAM SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH. Titi Chandrawati 1 dan Suryo Prabowo 2 PERANAN DIALOG DALAM SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH Titi Chandrawati 1 dan Suryo Prabowo 2 tchandrawati@gmail.com, sprabowo@ecampus.ut.ac.id Abstrak Dialog dalam Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (SPJJ) merupakan

Lebih terperinci

TEKNIK SEVEN JUMP. Yunia Hastami Siti Munawaroh FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015

TEKNIK SEVEN JUMP. Yunia Hastami Siti Munawaroh FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015 TEKNIK SEVEN JUMP Yunia Hastami Siti Munawaroh FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015 PERAN SEVEN JUMP Sebagai alat bagi mahasiswa untuk mencapai LO. LO (Learning Objective) : tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setingkat dengan perguruan tinggi (Siswoyo, 2007). Berdasarkan Indonesian

BAB I PENDAHULUAN. setingkat dengan perguruan tinggi (Siswoyo, 2007). Berdasarkan Indonesian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah individu yang memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir, serta kerencanaan dalam bertindak dan sedang menuntut ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada saat ini, tuntutan masyarakat akan kompetensi dokter semakin berkembang. Masyarakat menuntut institusi pendidikan kedokteran untuk mempersiapkan lulusannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian persepsi Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan seseorang melihat, mendengar merasakan, memberi,

Lebih terperinci

menggunakan Problem Based Learning Perkembangan ilmu (PBL), SGD adalah diskusi kelompok pengetahuan, teknologi dan seni pada

menggunakan Problem Based Learning Perkembangan ilmu (PBL), SGD adalah diskusi kelompok pengetahuan, teknologi dan seni pada Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global saat ini, menuntut perguruan tinggi untuk menyesuaikan tuntutan dunia kerja, alasan ini dikembangkan untuk dilakukan perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Anggia Rohdila Sari 1, Nyimas Natasha Ayu Shafira 2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memicu perubahan kurikulum dan semua perangkat kerjanya termasuk sistem

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memicu perubahan kurikulum dan semua perangkat kerjanya termasuk sistem 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan dokter spesialis mengalami perubahan yang pesat, dimulai dengan munculnya istilah kompetensi dan pengobatan berbasis bukti yang memicu

Lebih terperinci

kurikulum yang baik adalah FLO himpunan dari SLO dan FLO sama evaluasi kurikulum yang berjalan diinstitusi terkait.

kurikulum yang baik adalah FLO himpunan dari SLO dan FLO sama evaluasi kurikulum yang berjalan diinstitusi terkait. 56 hanya sebagian yang dirumuskan mahasiswa, sedangkan kongruensi kurikulum yang baik adalah FLO himpunan dari SLO dan FLO sama dengan SLO. Sehingga penelitian ini dapat menjadi masukan evaluasi kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSPDG UMY) telah berdiri sejak tahun 2004. PSPDG UMY merupakan salah satu program studi yang

Lebih terperinci

Tujuan: Di akhir sesi ini, peserta diharapkan mampu untuk:

Tujuan: Di akhir sesi ini, peserta diharapkan mampu untuk: Team Based Learning Tujuan: Di akhir sesi ini, peserta diharapkan mampu untuk: Mendefinisikan Team Based Learning (TBL) Menggambarkan empat prinsip dasar TBL Mengidentifikasi keuntungan TBL Menyebutkan

Lebih terperinci