SEBARAN SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEBARAN SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG"

Transkripsi

1 SEBARAN SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT DI DATARAN TINGGI DIENG JAWA TENGAH NURJANAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 2009 Nurjanah NIM A

3 ABSTRACT NURJANAH. Distribution of Potato Cyst Nematode (Globodera pallida (Stone) Behrens and Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Based on Altitude in Dieng Highland Central Java. Supervised by SUPRAMANA and GEDE SUASTIKA. Potato Cyst Nematodes / PCN, (Globadera pallida (Stone) Behrens and Globodera rostochiensis (woll) Behrens are the most important parasitic nematodes of potato. The nematodes have the ability to devastate and kill potato plants. Previous studies estimated the loss of potato at about 2 ton per Ha in every 20 eggs of these nematode per gram of soils. Therefore, this loss decreased the level of potato harvest up to 80%, particularly in the continuing of potato planting. This research was aimed to map out the regions of Potato Cyst Nematodes distributions of G.pallida and G.rostochiensis. This mapping out was based on the altitude of the potato plants in the Dieng higland in Central Java. Then, the result of this research was expected to be used as a material to verify the status of these two species related to the quarantine pest category A1 group II for G.pallida and quarantine pest category A2 group II for G. rostochiensis. The survey was carried out at the potato planting centers at Dieng highland in Central Java. The altitudes of planting centers were determined in the 5 ranges, i.e. <1250 m a. s. l. (above sea level), 1250 m 1500 m, 1500 m 1750 m, 1750 m 2000 m dpl, and > 2000 m dpl. This determination was performed in 26 locations scattered in Wonosobo and Banjarnegara. Morphological characters and Polymerase Chain Reaction (PCR) assay were used to identify the PCN species. PCN was detected in 17 location from the 26 observation and survey locations which scattered within the Dieng highland at the altitude 1460 m a. s. l to the altitude 2123 m a. s. l. By counting the cysts of these nematodes, it was identified that the density of these nematodes were elevated in the location with the altitude at the range of 1750 m a. s. l to the 2000 m a. s. l. A mix species population of PCN was detected at all locations based on morphological and molecular identification. At the lower altitude ( m a.s.l.), G.rostochiensis was more prevalence than G. pallida. However, G. pallida tend to predominate the area by increasing altitude of the plantation. It is assumed that the higher altitude, the cooler temperature and lower soil temperature were more favorable to G. pallida. Key words: Altitude, Prevalence, G. pallida, G.rostochiensis, Polymerase Chain Reaction.

4 RINGKASAN NURJANAH. Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah. Dibimbing oleh SUPRAMANA dan GEDE SUASTIKA. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang saat ini menjadi bahan pangan alternatif, sebagai sumber karbohidrat untuk menunjang program diversifikasi pangan. Nematoda Sista Kentang/NSK (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) merupakan nematoda penting pada tanaman kentang karena kemampuan merusak dan mematikan tanaman kentang yang sangat besar. Telah dilakukan estimasi bahwa telah terjadi kehilangan hasil kentang sebesar 2 ton/ha untuk setiap 20 telur/g tanah. Salah satu tugas pokok dan fungsi dari Unit Pelaksana Teknis di Badan Karantina Pertanian adalah melakukan survai & pemantauan daerah sebar OPT/OPTK, hasil survai dan dari pemantauan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penyempurnaan peraturan dan perundang-undangan karantina. Dari hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai sebaran NSK (G. pallida dan G. rostochiensis) berdasarkan ketinggian tempat. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk memverifikasi status G. pallida yang merupakan OPTK kategori A1 golongan II dan G. rostochiensis yang merupakan OPTK kategori A2 golongan II. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan daerah sebar Nematoda Sista Kentang G. pallida dan G. rostochiensis berdasarkan ketinggian tempat pada tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah. Survei dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2008 di sentra pertanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah dengan kisaran ketinggian tempat mulai kurang dari 1250 m dpl sampai dengan ketinggian tempat lebih dari 2000 m dpl pada 26 lokasi yang tersebar di Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Identifikasi spesies NSK dengan menggunakan karakter morfologi dilakukan dengan metode sidik pantat (perineal pattern) sista NSK dan untuk memverifikasi Spesies NSK dilakukan deteksi NSK menggunakan Metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Sista NSK ditemukan terdapat pada 17 lokasi dari 26 lokasi yang disurvai. Sista NSK ditemukan tersebar pada ketinggian tempat mulai dari ketinggian 1460 m dpl sampai dengan 2123 m dpl. Prevalensi NSK pada ketinggian tempat 1250 m 1500 m sebesar 14,3%, pada kisaran ketinggian 1500 m 1750 m prevalensi NSK sebesar 60%, dan prevalensi NSK pada ketinggian tempat lebih dari 1750 m mencapai 100%. NSK di Dataran tinggi Dieng Jawa Tengah merupakan populasi campuran G. pallida dan G. rostochiensis. Pada kisaran ketinggian tempat antara 1250 m 1500 m diketahui bahwa spesies G. rostochiensis lebih dominan dibanding G. pallida. Seiring dengan semakin tinggi tempat, maka dominasi digantikan oleh G. pallida. Hasil identifikasi dengan teknik PCR terdeteksi campuran spesies G. Pallida (391 bp) dan G. rostochiensis (238 bp) pada 17 lokasi yang terdeteksi NSK. Kata kunci : Ketinggian tempat, prevalensi, G. pallida, G. rostochiensis, Polymerase Chain Reaction.

5 Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

6 SEBARAN SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT DI DATARAN TINGGI DIENG JAWA TENGAH NURJANAH Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Entomologi/Fitopatologi SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

7 Judul Tesis : Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah Nama Mahasiswa : Nurjanah NIM : A Disetujui : Komisi Pembimbing Dr. Ir. Supramana, M.Si Ketua Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc Anggota Diketahui Ketua Program Studi Entomologi/Fitopatologi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S Tanggal Ujian : 19 Januari 2009 Tanggal Lulus :

8 PRAKATA Bismillahi rohmaani rohiim. Alhamdulillahi robbil alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah. Salawat dan salam tercurah kepada Rasullulah SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada Dr. Ir. Supramana M.Si. dan Dr. Ir. Gede Suastika M.Sc. atas bimbingan, kesabaran, pengkayaan wawasan, saran, kritik dan dukungan moril yang sangat besar peranannya dalam penyelesaian penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir. Syukur Iwantoro, MS, MBA, Dr. Ir. Eliza S. Rusli, Dr. Ir Catur Putra Budiman M.Agric. atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program magister di IPB. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Arifin Tasrif, M.Sc yang bersedia menjadi Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Aris Widiyanto ( Koordinator PHP Dinas Pertanian Kab. Banjarnegara) atas bantuannya selama survai di Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada rekan-rekan di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian Rumenda Ginting, Yani Dawi, Jati Adiputra, Dwi Sugipriatini, Titi Sumarti, Derhani LG, Rahmawati, Ummu Salamah R, Andi Prasetiawan, Ariningsih SE dan R. Yudiarto atas persahabatan dan kerjasamanya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mbak Tuti dari laboratorium Virologi IPB dan Bruce Ochieng Obura atas persahabatan dan bantuannya selama penelitian. Rasa hormat yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Muhamad Saripin (alm), ibunda Julaecha dan kakanda Nurlaela yang telah mencurahkan kasih sayang, doa dan bimbingan. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga juga penulis ucapkan kepada suami tercinta Fajarudin Mijiono dan ananda tercinta Kamila Nurhanifah atas kesabaran, kasih sayang dan dukungannya. Ucapan terima kasih disampaikan pula pada Mertua Bapak M Dahlan dan Ibu Siti Absah, dan adik ipar Atun dan Tiyok atas doa, dorongan semangat dan bantuan moril selama ini. Akhir kata saya haturkan terima kasih kepada semua pihak dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat untuk kepentingan umat manusia dan ilmu pengetahuan. Bogor, 13 Januari 2009 Nurjanah

9 RIWAYAT HIDUP Nurjanah, SP. Dilahirkan di Bandung tanggal 13 Agustus 1976, sebagai anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Muhamad Saripin dan Ibu Julaecha. Penulis menikah dengan Fajarudin Mijiono pada tahun 2005 dan dikaruniai anak bernama Kamila Nurhanifah pada tahun Penulis menempuh pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung, lulus pada tahun Penulis melanjutkan ke pendidikan tinggi di Universitas Padjadjaran Bandung, Fakultas Pertanian, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan pada tahun Penulis pernah bekerja sebagai Tenaga Pendamping Penyuluh Pertanian pada Program Peningkatan Penyuluhan Pertanian Untuk Memberdayakan Masyarakat Tani (kerjasama Deptan-IPB-Depkop PKM) tahun Pada Tahun penulis bekerja sebagai Service Supervisor di PT. Rentokil Indonesia di Jakarta, kemudian penulis bekerja sebagai Technical Executive di PT. AGRICON Bogor tahun Pada Tahun penulis diterima sebagai Tenaga Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan di Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas II Cilacap. Kemudian sejak tahun 2006 penulis bekerja sebagai Tenaga Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian, Jakarta. Pada tahun 2007 penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan ke Program Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Program Studi Entomologi dan Fitopatologi. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Badan Karantina Pertanian Departemen Pertanian.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... Latar Belakang... Tujuan... Perumusan Masalah... Hipotesis... x xi xii TINJAUAN PUSTAKA... Klasifikasi Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis dan Globodera pallida)... Morfologi Nematoda sista emas (G. rostochiensis)... Morfologi Nematoda sista putih (G. pallida)... Biologi dan Ekologi NSK... - Biologi NSK... - Ekologi NSK... Sebaran NSK... - Sebaran Geografi NSK... - Sebaran Horisontal NSK... Karakterisasi NSK... - Karakterisasi NSK berdasarkan Morfologi... - Karakterisasi NSK berdasarkan Biomolekuler BAHAN DAN METODE... Tempat dan Waktu Penelitian... Metode Penelitian... - Penentuan lahan contoh... - Pengumpulan sampel tanah dari tanaman kentang yang terinfeksi - Ekstraksi sista NSK... Identifikasi spesies NSK berdasarkan karakter morfologi... Identifikasi spesies NSK berdasarkan karakter molekuler

11 ix Analisis Data... HASIL DAN PEMBAHASAN... Prevalensi NSK berdasarkan Ketinggian Tempat... - Hubungan antara Ketinggian Tempat dengan Jumlah Sista NSK.. - Hubungan antara Suhu Tanah dengan Jumlah Sista NSK... - Korelasi antara Jumlah Sista NSK dengan Ketinggian Tempat dan Suhu Tanah... Dominasi Spesies NSK berdasarkan Ketinggian Tempat... Verifikasi Spesies NSK melalui PCR SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA... 38

12 DAFTAR TABEL Daerah sebar NSK di Pulau Jawa... Perbedaan ciri morfologi G. rostochiensis dan G. pallida... Hasil korelasi antara ketinggian, jumlah sista, suhu tanah dan jumlah tanaman... Halaman

13 DAFTAR GAMBAR Skema Siklus hidup Globodera spp (Evans & Stone 1977 dalam Marks & Brodie 1998)... Tipe bentuk sista untuk Globodera, Punctodera, Cactodera dan Heterodera (Marks & Brodie 1998)... Pola perkembangan fenestra dari sista Heteroderinae (Marks & Brodie 1998)... Bagian perineal sista Globodera (Marks & Brodie 1998)... Bentuk ridge vulval-anal G. rostochiensis dan G. pallida (Marks & Brodie 1998)... G. rostochiensis (a), G. pallida (b)... Gejala serangan NSK (a) & (b), sista NSK di sekitar daerah perakaran tanaman kentang (c) (Nurjanah 2008)... Prevalensi sista NSK berdasarkan ketinggian tempat di Dataran tinggi Dieng Jawa Tengah... Hubungan antara ketinggian tempat dengan jumlah sista NSK... Hubungan antara suhu tanah dengan jumlah sista NSK... Pengaruh ketinggian tempat terhadap proporsi spesies NSK... Produk PCR sista G. rostochiensis dan G. Pallida yang diambil dari lokasi dengan ketinggian tempat 1250 m dpl 1750 m dpl :..... Produk PCR sista G. rostochiensis yang diambil dari lokasi pada ketinggian tempat 1750 m dpl 2000 m dpl : Produk PCR sista G. pallida yang diambil dari lokasi pada ketinggian tempat 1750 m dpl 2000 m dpl : Produk PCR sista G. rostochiensis, G. pallida yang diambil dari lokasi pada ketinggian tempat lebih dari 2000 m dpl: Produk PCR sista NSK menggunakan primer spesifik G. rostochiensis, G. pallida dan primer universal (Muholland et al. 1988), dengan jumlah sista NSK yang diekstraksi adalah 1, 5, dan 10 sista... Halaman

14 DAFTAR LAMPIRAN Lokasi Pengambilan sampel sista NSK... Daerah sebar NSK di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah... Data prevalensi NSK di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah Hasil analisis regresi : Jumlah sista NSK versus ketinggian tempat... Hasil analisis regresi : Jumlah sista NSK versus suhu tanah... Identifikasi morfologi sista NSK... Hasil pengamatan sidik pantat sista NSK... Halaman

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang saat ini menjadi bahan pangan alternatif, sebagai sumber karbohidrat untuk menunjang program diversifikasi pangan. Kebutuhan kentang dari tahun ke tahun semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan gizi (Rukmana 1997). Perubahan pada konsumsi masyarakat Indonesia dewasa ini juga turut berperan dalam memacu peningkatan kebutuhan kentang. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (2008) di indonesia setiap tahun terjadi penurunan produksi kentang. Pada tahun 2007 terjadi penurunan produksi kentang sebesar ton, yaitu dari produksi ton pada tahun 2005 menjadi ton pada tahun Pada tahun 2005 produksi kentang mengalami penurunan sebesar ton, yaitu dari produksi ton pada tahun 2004 menjadi ton pada tahun Rendahnya produktivitas kentang disebabkan beberapa faktor, diantaranya adalah gangguan hama dan penyakit, iklim, teknik budidaya, pembibitan (mutu bibit) dan kesuburan tanah. Di antara faktor-faktor tersebut, gangguan hama dan penyakit merupakan penyebab utama penurunan produksi kentang di Indonesia. Penyakit penting yang menyebabkan penurunan produksi kentang di Indonesia adalah penyakit tanaman yang disebabkan oleh berbagai cendawan, bakteri, virus, viroids dan nematoda dengan intensitas serangan yang sangat tinggi. Keberadaan nematoda pada tanaman kentang merupakan salah satu kendala yang mempengaruhi produksi kentang. Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) merupakan nematoda terpenting pada tanaman kentang (Luc et al. 1995) karena kemampuan merusak dan mematikan tanaman kentang yang sangat besar. Nematoda sista kentang (NSK) dapat dengan mudah menyebar melalui tanah, mesin pertanian, umbi kentang, dan melalui air. Gejala yang nampak akibat serangan NSK adalah terjadinya kerusakan akar yang menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan hara, sehingga sistem perakaran berkurang, terdapat betina berwarna putih dan sista berwarna putih, kuning emas, sampai coklat mengkilat, permukaan umbi

16 2 pecah-pecah atau terdapat lekuk-lekuk kecil. Bagian tanaman di atas permukaan tanah pertumbuhannya terhambat (kerdil) dan daunnya menguning (klorosis) dan layu pada siang hari yang terik (Luc et al. 1995). Interaksi antara NSK dengan patogen kentang lainnya menyebabkan kerusakan tanaman lebih parah (kompleks penyakit). Menurut CABI (2007) tingkat keparahan penyakit, dalam hubungannya dengan berat umbi kentang yang dihasilkan adalah tergantung dari jumlah telur NSK per unit tanah. Nematoda sista kentang diketahui terdapat di 70 negara khususnya di daerah dingin pada wilayah trofis, subtrofis dan daerah temperate di dunia (CABI 2007). Telah dilakukan estimasi bahwa terjadi kehilangan hasil kentang sebesar 2 ton/ha untuk setiap 20 telur/g tanah. Oleh karena itu dapat terjadi kehilangan hasil panen kentang sekitar 80% jika populasi NSK terus meningkat akibat penanaman kentang secara terus-menerus dan tingkat serangan NSK yang sangat tinggi (Spears 1968). Nematoda sista kentang Globodera spp., merupakan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK), sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 38/Kpts/HK.060/1/ 2006, Tanggal 27 Januari 2006, Tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya. G. pallida termasuk OPTK kategori A1 golongan II, sedangkan G. rostochiensis termasuk OPTK kategori A2 golongan II. Sebagai OPT baru yang mempunyai potensi menyerang, menetap dan/atau menyebar ke kawasan tertentu perlu dilakukan tindakan eradikasi/eliminasi dengan tujuan akhir OPT tersebut berhasil dimusnahkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lisnawita (2007) diketahui bahwa NSK telah terdeteksi di sentra-sentra pertanaman kentang di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dan diduga NSK sudah ada di daerah tersebut untuk waktu yang cukup lama. Di Jawa Tengah, petani telah menanam kentang dengan menggunakan bibit asal Jerman sejak tahun 1985 (Suwardiwijaya et al. 2007). Kondisi ini memungkinkan bagi NSK untuk menetap di daerah tersebut. Menurut Brodie (1984), untuk dapat terdeteksi dan menyebabkan endemik di suatu daerah, NSK memerlukan waktu sekitar 7 tahun. Salah satu tugas pokok dan fungsi dari Unit Pelaksana Teknis di Badan Karantina Pertanian adalah melakukan survai & pemantauan daerah sebar

17 3 OPT/OPTK, hasil survai dan dari pemantauan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penyempurnaan peraturan dan perundang-undangan karantina. Dari hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai sebaran nematoda sista kentang (G. pallida dan G. rostochiensis) berdasarkan ketinggian tempat. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk memverifikasi status G. pallida yang merupakan OPTK kategori A1 golongan II dan G. rostochiensis yang merupakan OPTK kategori A2 golongan II. Berdasarkan data perkembangan kumulatif luas serangan NSK, maka penelitian dilaksanakan di beberapa sentra penanaman kentang di daerah Dieng Jawa Tengah. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memetakan daerah sebar spesies NSK G. pallida dan G. rostochiensis di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah. Perumusan Masalah Nematoda sista kentang (NSK) merupakan patogen yang sulit dikendalikan. Menurut Stevenson et al. (2001) sekali NSK terinfestasi pada suatu lahan, maka nematoda akan tetap ada di lahan tersebut dan mungkin lahan tersebut sulit untuk dapat bersih dari NSK. Di Inggris dilaporkan ambang ekonomi untuk G. rostochiensis adalah 15 telur/g tanah. Di Jerman dilaporkan infestasi G. rostochiensis menimbulkan kerugian 11%, 27% dan 43% pada kepadatan populasi 100, 1000 dan larva/100 cm 3 tanah (CABI 2007). NSK dapat tersebar secara pasif bersama tanah atau umbi. Untuk mencegah penyebaran NSK yang lebih luas, dibutuhkan survei mengenai sebaran NSK berdasarkan ketinggian tempat. Dari hasil survai dapat diperoleh data mengenai jenis dan jumlah NSK berdasarkan ketinggian tempat. Data yang diperoleh sangat diperlukan untuk menentukan kepadatan populasi NSK, pola penguasaan ruang oleh NSK dan tipe penyebaran NSK. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Lisnawita 2007) dinyatakan bahwa NSK telah terdapat di 4 desa yang di Dieng pada kisaran ketinggian tempat antara 1600 m dpl 1700 m dpl, sehingga diperlukan data mengenai sebaran NSK pada ketinggian tempat di bawah 1400 m dpl dan di atas 1700 m dpl. Pada penelitian ini dilakukan survai di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah dengan kisaran ketinggian tempat antara 1250 m dpl lebih dari 2000 m dpl. Dari data hasil survai dapat diperoleh data kejadian

18 4 penyakit (prevalensi) NSK pada daerah-daerah yang sudah dilaporkan terinfestasi maupun yang belum terinfestasi NSK. Hipotesis 1. Terdapat korelasi antara ketinggian tempat dan sebaran spesies NSK. 2. Semakin tinggi tempat maka populasi Globodera pallida semakin banyak. 3. Kejadian penyakit (prevalensi) NSK telah menyebar hampir di seluruh hamparan pada sentra penanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah.

19 5 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis dan Globodera pallida) Klasifikasi nematoda sista kentang berdasarkan CABI (2007) adalah sebagai berikut : Globodera sp termasuk ke dalam superkingdom Eukaryota, kingdom Animalia, phylum Nematoda, Kelas Chromadea, ordo Tylenchida, subordo Tylenchina, superfamili Tylenchoidea, famili Heteroderidae, subfamili Heteroderinae, dan genus Globodera. Globodera mempunyai 14 spesies, terdapat 2 spesies yang menjadi parasit utama pada kentang yaitu spesies Globodera rostochiensis (Wollenweber) Behrens dan Globodera pallida (Stone) Behrens. G. rostochiensis dengan sista berwarna emas/kuning (Golden cyst nematode), dan G. pallida dengan sista berwarna putih (white cyst nematode). Morfologi Nematoda Sista Emas (G.rostochiensis) Telur. Telur berada di dalam sista. Permukaan telur licin, mempunyai panjang µm dan lebar µm. Rasio panjang dan lebar adalah 2,1-2,5. Juvenil. Juvenil 1 berada di dalam telur, Juvenil 2 (J2) menetas dari telur. Juvenil 2 berbentuk seperti cacing (vermiform) dengan kepala yang bulat dan stilet berkembang dengan baik serta knob stilet bulat (rounded). Panjang tubuh 468,0 ± 100,0 µm. panjang kepala 4,6 ± 0,6 µm, panjang stilet 22,0 ± 0,7 µm, panjang ekor 44,0 ± 12,0 µm, dan panjang ekor yang hilain 26,5 ± 2 µm. Jantan. Jantan berbentuk seperti cacing (vermiform), bentuk kepala bulat dan stilet pendek dengan knob yang berkembang baik (Stone 1973). Jika difiksasi tubuh akan melengkung seperi huruf C atau S. Testis tunggal terdapat di tengah tubuh. Panjang tubuh 0,89-1,27 mm dengan lebar tubuh pada lubang ekskresi 28 ± 1,7 µm, lebar dasar kepala 11,8 ± 0,6 µm, panjang kepala 7 ± 0,3 µm, dan panjang stilet 26,0 ± 1 µm. Betina. Betina berbentuk bulat tanpa kerucut (cone) dan berwarna putih bersih (Supramana, 2004). Betina keluar dari korteks akar sekitar 4-5 minggu

20 6 setelah J2 berinvasi. Panjang stilet 23,0 ± 1 µm, lebar kepala 5,2 ± 0,7 µm, dan jumlah lekukan antara vulva dan anus (cuticular ridges) adalah 21 ± 3. Sista. Sista berbentuk globuler (Dropkin 1999). Sista berisi telur yang merupakan generasi berikutnya dari G. rostochiensis dan dibentuk dari kutikula betina yang mati. Sista berwarna kuning sampai coklat muda, berkilat, berbentuk bulat. Panjang sista tanpa leher 445 ± 50 µm dan lebar 382 ± 60 µm, panjang leher 104 ± 19 µm. Rata-rata diameter fenestra 19 ± 2 µm. Jarak dari anus ke fenestra 66,5 ± 10,3 µm, serta rasio Granek 3,6 ± 0,8 (CABI 2007). Morfologi Nematoda Sista Putih (G.pallida) Telur. Telur berada di dalam sista dan permukaan telur licin. Telur berukuran 108,3 ± 2 µm x 43,2 ± 3,2 µm. Juvenil. Juvenil (J2) merupakan stadia yang infektif. J2 G.pallida umumnya lebih besar, stilet lebih panjang dengan knob stilet meruncing (pointed) dan lebih kuat dibandingkan G. rostochiensis. Juvenil sering ditemukan di dalam tanah bersama-sama dengan sista. Panjang tubuh ,8 µm, panjang stilet 23,0 ± 1,0 µm, panjang ekor 51,1 ± 2,8 µm dan lebar ekor pada anus 12,1 ± 0,4 µm. Jantan. Jantan berbentuk seperti cacing (vermiform), bentuk kepala bulat dan stilet pendek dengan knob yang berkembang baik. Bila diperlakukan dengan panas maka tubuh akan berbentuk C atau S. Ekor pendek, setengah melingkar, spikula terbuka di dekat ujung ekor. Terdapat testis tunggal yang berada kirakira 60% dari panjang tubuh jantan µm, lebar dasar kepala 12,3 + 0,5 µm, panjang kepala 6 ± 0,3 µm, panjang stilet 27,5 ± 1,0 µm, panjang ekor 5,2 ± 1,4 µm, lebar ekor pada anus 13,5 ± 2,1 µm Betina. Betina berbentuk bulat, dengan leher yang pendek. Panjang stilet 27,4 ± 1,1 µm, lebar kepala 5,2 ± 0,5 µm, dan jumlah lekukan antara vulva dan anus (cuticular ridges) adalah 12,5 ± 3,1 µm. Sista. Sista berwarna krem sampai coklat muda, berkilat, berbentuk bulat dan mempunyai leher yang menonjol. Setiap sista berisi telur. Sista berukuran lebar 534 ± 66 µm, panjang tidak termasuk leher 579 ± 70 µm, panjang leher 188 ± 20 µm. Rata-rata diemeter fenestra 24,5 ± 5 µm. Jarak dari anus ke fenestra 50 ± 13,4 µm dan rasio Granek 2,2 ± 1(CABI 2007).

21 7 Biologi dan Ekologi NSK Biologi NSK Sebagian besar nematoda parasit tumbuhan hidup di dalam tanah dan mendapat sumber bahan makanan dari perakaran tanaman. Nematoda sista kentang merupakan endoparasit menetap, betina berkembang menjadi sista (dapat bertahan hidup dalam tanah > 20 tahun). Sebagian besar spesies Globodera sudah membentuk sista menempel dengan bagian anterior tubuhnya menyusup dalam korteks, sedangkan bagian posteriornya di luar jaringan akar (semi endoparasit). Bentuk sista membulat (globular atau spheroid), warnanya sebagian besar kuning emas, sebagian lagi putih dan kuning tua sampai coklat (Spears et al. 1968). Siklus hidup nematoda sista kentang berlangsung selama 45 hari (tergantung kesesuaian tanaman dan suhu tanah). Adapun siklus hidup NSK adalah sebagai berikut : - Fase telur - Fase juvenil terdiri dari juvenil 1 (J1), juvenil 2 (J2), juvenile 3 (J3) dan juvenile 4 (J4). Juvenil mengalami 4 kali pergantian kulit (molting). - Nematoda dewasa yang terdiri dari nematoda jantan ( ) dan nematoda betina ( ). Gambar 1 Skema Siklus hidup Globodera spp (Evans & Stone 1977 dalam Marks & Brodie 1998)

22 8 Bagian yang aktif dari siklus hidup dimulai ketika juvenil stadia ke dua (J2) menetas dari telur. Penetasan terjadi bila temperatur tanah cukup hangat (di atas 10 0 C) dan ada rangsangan senyawa kimia yang dikeluarkan oleh ujung akar tanaman inang (Clark & Hannessy 1984; Rawsthorne & Brodie 1986). Rangsangan ini bersifat spesifik yaitu hanya terjadi pada tanaman dari famili Solanaceae seperti kentang, tomat, terung dan S. dulcamara (sejenis gulma). Menurut Devine & Jones (2000), sedikitnya ada sembilan senyawa kimia yang disebut faktor penetasan (hatching factors) yang berperan dalam penetasan telur NSK. Beberapa dari senyawa ini telah diidentifikasi dan dikarakterisasi, salah satunya adalah solanoeclepin A (Mulder et al. 1997). Rangsangan eksudat akar menyebabkan % telur menetas, sekitar 5% penetasan terjadi di dalam air dan 30% penetasan terjadi secara spontan tanpa inang (Fenwick 1994). Bila kondisi lingkungan tidak mendukung dan tidak ada rangsangan untuk menetas, telur berada dalam kondisi dorman di dalam sista. Pada stadia dorman, nematoda lebih resisten terhadap nematisida (Spears et al. 1968). Nematoda mempunyai empat stadia juvenil dan stadia dewasa (jantan dan betina). J2 yang menetas dari telur, keluar dari sista, dan melakukan penetrasi pada ujung akar tanaman inang. Selanjutnya J2 masuk ke dalam akar di dekat titik tumbuh atau akar-akar lateral dengan menusukkan stiletnya pada sel epidermis, masuk dan bergerak dalam akar secara intraselluler dan akhirnya menetap dan memulai makan di perisikel, korteks atau endodermis. Tusukan stilet menyebabkan masuknya saliva ke dalam sel dan merangsang pembentukan sinsitium yang dikelilingi oleh satu lapisan sel hiperplastik yang berguna untuk mentransfer nutrisi ke nematoda (Jones & Nortconte 1972). Interaksi inang-parasit mempengaruhi perkembangan juvenile stadia empat (J4) untuk menjadi betina atau jantan. Jenis kelamin dipengaruhi oleh kecukupan nutrisi. Nutrisi yang kurang akan menghasilkan NSK jantan, sebaliknya jika nutrisi cukup tersedia akan menghasilkan betina. Pada saat terjadi infeksi berat, NSK jantan menjadi lebih dominan, dan sebaliknya. Proses pelukaan terjadi pada saat NSK betina membengkak, memecah korteks akar, dan mengeluarkan bagian posterior, sedangkan bagian kepala dan leher masih tetap berada di dalam akar. Dalam perkembangannya, NSK jantan melingkar di dalam kutikula larva J4 dan memecah kutikula, kemudian menetas. Jantan

23 9 dewasa berbentuk cacing (vermiform), keluar dari akar dan masuk ke dalam tanah (Evans & Turner 1998). Reproduksi NSK terjadi secara seksual. Nematoda betina menghasilkan feromon untuk memikat atau menarik jantan yang berada di dalam tanah. Perkawinan segera terjadi beberapa saat kemudian. Setelah kawin, setiap betina menghasilkan sekitar telur, kemudian betina mati dan dinding tubuhnya akan membungkus telur dan membentuk sista. Perkembangan embrio terjadi di dalam telur hingga juvenil kedua. Penetasan kembali terjadi bila ada rangsangan yang dihasilkan oleh akar tanaman inang dan kondisi lingkungan yang sesuai dan siklus hidup akan berulang kembali. NSK akan melengkapi siklus hidupnya selama hari tergantung pada temperatur tanah (Lisnawita 2007). Nematoda sista kentang mempunyai struktur untuk mempertahankan diri di dalam tanah yang disebut sista. Sista merupakan tubuh betina yang telah mati, yang di dalamnya berisi telur (Lisnawita 2007). Sista dan telur merupakan stadia yang persisten dari siklus hidup NSK. Sista yang baru terbentuk mengandung sekitar 500 telur. Telur dapat bertahan hidup selama 30 tahun di dalam sista. Ketika tidak ada tanaman kentang, sista tetap tinggal di dalam tanah, sebagian dari sista akan menetas secara alami untuk mengurangi kepadatan populasi, dan sebagian sista lainnya akan tetap berada di dalam tanah untuk waktu yang lama tanpa inang. Kemampuan bertahan hidup, reproduksi dan dinamika populasi NSK sangat dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban, panjang hari dan faktor lingkungan di sekitarnya (Lisnawita 2007). Ekologi NSK Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah biotik (tanaman dan organisme yang lain), dan abiotik (tanah, suhu, kelembaban, senyawa kimia, dll). Di antara faktor lingkungan tersebut, suhu merupakan faktor abiotik yang paling penting. NSK mempunyai temperatur optimum untuk metabolisme, pertumbuhan dan aktivitasnya. Disamping itu temperatur juga mempengaruhi dormansi (diapause) (Huang & Pereira 1994), siklus hidup, daya tahan hidup (survival) dan perilaku (behaviour) NSK (Wharton et al. 2002). Aktivitas larva berlangsung pada suhu mulai 10 o C dan terhenti pada suhu 40 o C. Temperatur optimum untuk perkembangan G. rostochiensis pada tanaman inang berkisar antara o C. Perkembangan G. rostochiensis pada tanaman inang akan terhambat

24 10 pada temperatur o C, tetapi larva masih bisa keluar dari sista sampai temperatur 37 o C. Populasi larva hidup dalam tanah tanpa adanya tanaman inang akan menurun ± 18% per tahun pada tanah dingin, dan sampai 50-80% pada tanah hangat. Tipe tanah juga berpengaruh terhadap laju perkembangan larva. Larva yang menetas pada tanah berpasir jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan pada tanah gembur dan tanah liat. Beberapa nematoda dapat bertahan sampai 28 tahun dalam tanah yang dingin (Ditlin 2007). Distribusi/penyebaran NSK di dalam tanah tidak seragam. Nematoda biasanya banyak ditemukan di sekitar daerah perakaran (rhizozphere) atau di dalam jaringan akar. Biasanya NSK banyak ditemukan pada kedalaman antara 0 20 cm. Pola penyebaran yang demikian disebabkan karena nematoda cenderung tertarik oleh zat yang dikeluarkan oleh akar tumbuhan inangnya. Zatzat yang dikeluarkan oleh akar tanaman juga dapat mempengaruhi proses penetasan telur nematoda, sehingga zat tersebut sebagai faktor penetas (hatching factor). Eksudat akar dari tanaman inang dapat merangsang 60-80% larva untuk menetas. Ketika tidak ada tanaman kentang, umbi kentang yang ditaruh di atas tanah (kentang kerap kali ditinggalkan di atas tanah pada saat panen bahkan sampai keluar tunas) dapat mempertahankan sejumlah nematoda (Ditlin 2007). Nematoda mengambil nutrisi dari akar sehingga pasokan nutrisi dan air ke batang dengan cara melukai akar dan daun berkurang akibatnya tanaman tumbuh kerdil. Tingkat infestasi yang sedang (moderate) mempunyai sedikit pengaruh terhadap penurunan pertumbuhan atau terhadap jumlah umbi yang dihasilkan, namun berpengaruh terhadap ukuran umbi kentang (Ditlin 2007). Laju perkembangbiakan pada tanaman inang tergantung pada kepadatan populasi awal. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi untuk ruang pada akar yang berpengaruh terhadap sex ratio. Ketika terdapat sedikit telur per gram tanah maka laju perkembangbiakan sebanyak 60 kali lipat, tetapi ketika terdapat lebih dari 100 telur/g tanah, populasi setelah panen lebih kecil karena sistem perakaran terbatas, sehingga serangan yang terjadi menurun (Ditlin 2007). Kehilangan hasil berkorelasi dengan tingkat infestasi. Dilaporkan bahwa setiap 20 telur/g tanah dapat menyebabkan kehilangan hasil 1 ton/acre. Demikian pula, kemampuan populasi NSK untuk memperbanyak diri berbeda pada kultivar dengan gen resisten yang disilangkan dengan gen dari kentang liar.

25 11 Di Inggris dan Belanda, populasi dibedakan menurut pathotype tertentu, tergantung pada kemampuannya berbiak pada galur resisten tertentu (Ditlin 2007). Sebaran NSK Sebaran Geografi NSK Daerah asal tempat ditemukannya G.rostochiensis dan G. pallida adalah Danau Titicaca (3850 m d.p.l.) Pegunungan Andes Amerika Selatan, kemudian terintroduksi ke Eropa melalui kentang, yang kemungkinan terjadi pada pertengahan abad 19. Dari Eropa kemudian NSK menyebar seiring dengan penyebaran benih kentang ke area lainnya di dunia. NSK menyebar ke pertanaman kentang di berbagai daerah trofis dan subtrofis di 70 Negara di dunia (CABI 2007). CABI (2007) menyatakan bahwa G. rostochiensis telah terdapat di negaranegara Eropa (Albania, Austria, Belarus, Belgium, Bulgaria, Croatia, Cyprus, Czech Republic, Denmark, Estonia, Faroe Island, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Latvia, Liechtenstein, Lithuania, Luxembourg, Malta, Netherlands, Norway, Poland, Portugal, Romania, Russian Federation, Serbia & Montenegro, Slovakia, Slovania, Spain, Sweden, Switzerland, Ukraine, United Kingdom), negara-negara di Asia (Armenia, India, Indonesia, Israel, Japan, Lebanon, Malaysia, Oman, Pakistan, Philippines, Sri Lanka, Tajikistan, Turkey), negara-negara di Afrika (Algeria, Egypt, Libya, Sierra Leone, South Africa, Tunisia, Panama), negara-negara di Amerika Utara (Canada, Mexico, USA, Bolivia, Chile, Colombia, Ecuador, peru, Venezuela), dan negara-negara di Oceania (Australia, New Zealand, Norfolk Island). G. pallida telah menyebar di negara- negara Eropa (Austria, Belgium, Croatia, Cyprus, Chech Republic, Denmark, Faroe Islands, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Malta, Netherlands, Norway, Poland, Portugal, Romania, Spain, Sweeden, Switzerland, Ukraine, United Kingdom), negara-negara di Asia (India, Japan, Malaysia, Pakistan, Turkey), negara-negara di Afrika (Algeria, Libya, Afrika Selatan, Tunisia, Panama), negara-negara di Amerika Utara (Canada, Mexico, USA), negara-negara di Amerika selatan (Argentina, Bolivia, Chile, Colombia,

26 12 Ecuador, Falkland Islands, Peru, Venezuela), dan negara Di Oceania (New Zealand) (CABI 2007). Di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan Lisnawita (2007) diketahui bahwa NSK telah terdeteksi di sentra-sentra pertanaman kentang di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dan diduga NSK sudah ada di daerah tersebut untuk waktu yang cukup lama. Dari hasil survai Lisnawita (2007) diketahui bahwa di Jawa Timur NSK telah terdapat pada ketinggian tempat mulai dari 1600m dpl, di Jawa Tengah NSK ditemukan dilokasi survai dengan ketinggian tempat antara 1600 m sampai dengan 1900 m, sedangkan di Jawa Barat NSK telah ditemukan pada ketinggian tempat yang lebih rendah yaitu antara 1343 m sampai 1544 m (Tabel 1). Di Jawa Tengah, petani telah menanam kentang dengan menggunakan bibit asal Jerman sejak tahun 1985 (Suwardiwijaya et al. 2007). Kondisi ini memungkinkan bagi NSK untuk menetap di daerah tersebut. Tabel 1 Daerah sebar NSK di pulau Jawa (Lisnawita 2007) No Lokasi Ketinggian tempat (m dpl) Jumlah Sista/ 100ml tanah Umur tanaman Kultivar 1 Desa Tulung Rejo Kota Batu Malang Timur Granola kembang >100 2 Desa Pawuhan Banjarnegara Jawa Tengah 3 Desa Karangtengah Banjarnegara Jawa Tengah Siap panen Granola Granola 4 Desa Patak Banteng Granola Wonosobo Jawa Tengah 5 Desa Kepakisan Banjarnegara Jawa Tengah Siap panen Granola 6 Desa Sukamanah Pangalengan Jawa Barat 7 Desa Mekarwangi Sindangkerta Jawa Barat Granola Granola Granola Atlantik Granola &

27 13 Sebaran Horisontal NSK Sebaran/distribusi sista NSK pada area yang terinfeksi tidak bersifat acak. Pola infestasi NSK pada tiap generasi mengikuti pola petak yang menyebabkan terjadinya foci sekunder yang menyebar dengan cara serupa (Marks & Brodie 1998). Foci-foci kecil ini nampak seperti terisolasi, tetapi ketika infestasi sudah terdeteksi seluruh lahan telah terinfeksi. Hal tersebut memerlukan beberapa tahun dari infestasi pertama di lapangan sebelum kerusakan tanaman pada area pertanaman diperhatikan untuk pertama kalinya. Foci seringkali berbentuk lonjong, dengan kepadatan populasi yang besar pada pusat gejala serangan NSK. Sebaran dan bentuk dari foci ditentukan oleh kegiatan mekanis, seperti panen yang berpengaruh dalam memindahkan tanah pada proses penggarapan tanah. Daerah sebar dari sista di lapangan dan sebaran sista dari foci awal berarti posisi posisi sista tidak bebas dari sista lainnya di lapangan (Marks & brodie 1998). Frekuensi sebaran dari jumlah nematoda tidak menjelaskan penggunaan ruang yang sesungguhnya, karena lokasi dari unit-unit sampel dikesampingkan dan hanya daftar jumlah yang diambil. Oleh karena itu lokasi, bentuk, ukuran dan jarak antara area terserang hampir tidak dapat ditentukan dengan frekuensi sebaran, meskipun jumlah relatif unit dari kepadatan yang berbeda menghasilkan beberapa informasi pengamatan area yang terserang. Khususnya, hubungan antara unit yang tidak terinfestasi dan rata-rata kepadatan lahan mungkin dapat ditelusuri (Marks & brodie 1998). Beberapa peneliti menemukan bahwa pola sebaran dari sista NSK banyak sekali/melimpah di lapangan adalah paling tepat mengikuti sebaran binomial negatif (Marks & brodie 1998). Karakterisasi NSK Karakterisasi NSK berdasarkan Morfologi Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies NSK, yaitu secara konvensional, misalnya dengan pengamatan dan pengukuran ciri-ciri morfologi. Metode sidik pantat sista NSK merupakan metode yang cukup baik untuk membedakan spesies G. rostochiensis dan G. pallida. Berikut ini disajikan skema karakter morfologi NSK (Marks & brodie 1998).

28 14 Leher depan Bagian Perineal Vulva Gambar 2 Tipe bentuk sista untuk Globodera, Punctodera, Cactodera dan Heterodera (Marks & Brodie 1998) Bagian anus Bagian vulva Circum fenestra dari bagian vulva. Tidak terdapat fenestra pada anus. Contoh Globodera dan Cactodera Circum fenestra dari bagian vulva dan bagian anus. Contoh Punctodera Semifenestra-bifenestra dari bagian vulva. Tidak terdapat fenestra pada anus. Contoh Heterodera Semifenestra-ambifenestra dari bagian vulva. Tidak terdapat fenestra pada anus. Contoh Heterodera Gambar 3 Pola perkembangan fenestra dari sista Heteroderinae (Marks & Brodie 1998)

29 15 Anus Lapisan fenestra Celah vulva Garis transfenestra Tonjolan kutikula Fenestra Lengkungan papilate Gambar 4 Bagian perineal sista Globodera (Marks & Brodie 1998) G. rostochiensis G. pallida Gambar 5 Bentuk ridge vulval-anal G. rostochiensis dan G. pallida (Marks & Brodie 1998) Karakterisasi NSK berdasarkan Biomolekuler Polymerase Chain reaction (PCR) merupakan suatu reaksi In Vitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu dengan cara mensintesis molekul DNA baru yang berkomplemen dengan molekul DNA target tersebut dengan bantuan enzim dan oligonukleotida sebagai primer dalam suatu

30 16 Thermocycler (Wulandari 2006). Teknik ini dipakai untuk menggandakan atau memperbanyak urutan basa DNA spesifik. Teknik PCR dapat mengatasi masalah jumlah DNA yang rendah per individu. Keuntungan teknik PCR adalah sistem analisisnya cepat, tidak memerlukan DNA dalam jumlah banyak, dapat dilakukan pada fase awal pertumbuhan, dan metode ekstraksi DNAnya sederhana. Teknik PCR memerlukan DNA polymerase, dntps, molekul DNA templete, serta dua buah oligonukleotida sebagai primer. Reaksi amplifikasi sangat tergantung pada keberadaan enzim polimerase sebagai katalisator, terutama yang bersifat tahan panas. Produk PCR kemudian dielektroforesis melalui gel (agarose gel) dengan prosentase tertentu untuk memisahkan DNA sesuai dengan ukuran molekulnya, kemudian hasil elektroforesis divisualisasi di bawah lampu Ultra Violet (Rustiani 2006). Pada metode PCR yang digunakan untuk identifikasi nematoda, fragmen DNA genom nematoda yang menjadi sasaran analisa diamplifikasi terlebih dahulu dengan PCR. Dari analisis genom nematoda, diperoleh informasi bahwa bagian internal transcribed spacer (ITS) dari rdna merupakan daerah variabel sebagai kandidat yang baik untuk studi taksonomi molekuler dan filogenik sehingga sering digunakan untuk analisa patotipe suatu populasi nematoda (Thiery & Mugniery 1996). Dalam bidang fitopatologi, teknik PCR banyak digunakan untuk tujuan deteksi patogen, identifikasi patogen, karakterisasi keanekaragaman patogen maupun untuk diferensiasi patogen tumbuhan. Dengan demikian bersama-sama dengan teknik konvensional, prosedur yang didasarkan analisis DNA dan protein secara kontinyu dikembangkan untuk mengidentifikasi NSK sehingga dapat ditemukan metode pengendalian yang tepat. Penggunaan metoda PCR dalam mendeteksi G. rostochiensis dan G. pallida telah banyak dilakukan, diantaranya adalah penelitian Pylyppenko et al. (2005) yang melakukan identifikasi G. rostochiensis dan G. pallida di Ukraine dengan menggunakan PCR, penelitian Ibrahim et al. (2001) yang melakukan evaluasi teknik PCR, IEF dan ELISA untuk deteksi dan identifikasi NSK di England dan Wales UK, penelitian Jogaite et al. (2007) yang melakukan monitoring Globodera spp. di Lithuania dengan menggunakan karakter morphology dan PCR dan penelitian Sedlak et al. (2004) yang melakukan studi

31 17 populasi NSK (G. rostochiensis dan G. pallida) Eropa dan Czech menggunakan metode RAPD).

32 18 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei dilaksanakan di sentra pertanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah. Lokasi hamparan pengambilan contoh tanah ditandai dengan GPS (Geo Positioning System) untuk mengukur posisi geografis dan elevasi tanah dan dilakukan pengukuran suhu tanah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember Metode Penelitian Penentuan lahan contoh Lahan yang digunakan untuk pengambilan sampel NSK (lahan contoh) adalah hamparan tanaman kentang berumur lebih dari 50 hari, yang diduga terinfeksi NSK di lapangan dengan gejala daun menguning, layu dan pertumbuhan kerdil dari beberapa daerah pertanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng Jawa tengah. Lokasi lahan contoh dibagi menjadi 5 wilayah berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut (d.p.l.) (Lampiran 1) : kurang dari 1250 m, 1250 m 1500 m, 1500 m 1750 m, 1750 m m dan Lebih dari 2000 m. Jumlah lahan contoh yang digunakan berdasarkan ketersediaan lahan kentang (2 7 lahan / kategori). Pengumpulan sampel tanah dari tanaman kentang yang terinfeksi Pada setiap lokasi diambil 10 sampel tanah yang mewakili kondisi lahan pada hamparan tersebut. Pengambilan sampel tanah dan akar tanaman dilakukan dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Been & Schomaker (1996;2000) dalam Marks & brodie (1998) yang merekomendasikan cara pengambilan sampel NSK dengan Sistem Grid yaitu mengambil sampel tanah pada petak berukuran 5 x 5 m pada setiap titik infeksi NSK. Jumlah sampel tanah yang diambil pada setiap petak adalah sebanyak 250 ml, jumlah tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Southey (1974) mengenai Probabilitas sista yang terdeteksi pada sampel tanah dari lahan yang terinfeksi NSK, yang mengambil sampel tanah sebanyak 250 ml untuk setiap titik infeksi (Marks & brodie 1998).

33 19 Metode pengambilan sampel untuk mengetahui sebaran spesies NSK berdasarkan ketinggian tempat dan prevalensi NSK, dilakukan dengan cara mengambil sampel tanah sebanyak 250 ml/petak pada kedalaman 0-20 cm (daerah perakaran tanaman/rizosfer). Pada setiap lokasi diambil 10 petak yang mewakili kondisi lahan pada hamparan tersebut. Semua sampel tanah dan akar dibawa dan dianalisis di laboratorium Nematologi dan laboratorium Biomolekuler Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian. Dari 10 sampel yang terkumpul yang berasal dari lokasi yang sama dilakukan pencampuran di laboratorium, kemudian diambil sampel tanah sebanyak 500 ml ( Been & Schomaker 2000; Reid et al. 2005) untuk dilakukan ekstraksi sista NSK (dilakukan pemisahan sista dari tanah). Prevalensi NSK diketahui dengan cara menghitung persentase lokasi yang terserang NSK dari seluruh lokasi yang disurvai untuk setiap kisaran ketinggian tempat, yang ditentukan dengan rumus : Prevalensi NSK = Jumlah lokasi tanaman kentang bergejala NSK x 100% Jumlah lokasi total tanaman kentang yang disurvai Ekstraksi sista NSK Ekstraksi sista NSK dilakukan terhadap 500 ml tanah/lokasi lahan contoh. Tanah dicampur dengan air (1 : 3) ke dalam beaker glass, kemudian di aduk, setelah itu bagian yang terangkat kepermukaan air (sista NSK, tanah, bahan organik dan kotoran) diambil, kemudian ditiriskan selama 24 jam. Bahan yang telah ditiriskan tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass, kemudian dicampur dengan ethanol (1:3) dan diaduk, sista akan terangkat ke permukaan ethanol. Kemudian larutan yang mengandung sista NSK disaring, sista NSK yang menempel di kertas saring diambil dan dihitung. Identifikasi Spesies NSK berdasarkan Karakter Morfologi Identifikasi spesies NSK dengan menggunakan karakter morfologi dilakukan dengan metode sidik pantat (perineal pattern) sista NSK. Sista NSK yang akan digunakan untuk sidik pantat diambil masing-masing 10 sista dari tiap lokasi yang positif NSK berdasarkan kelas ketinggian. Kemudian sista dari kelas ketinggian yang sama dicampur untuk kemudian diambil 10 sista untuk dilakukan pengamatan sidik pantat.

34 20 Pembuatan preparat untuk sista dilakukan dengan mengambil satu sista menggunakan kuas, dan diletakkan diatas gelas objek, kemudian sista dipotong 3/4 bagian dari anterior di bawah mikroskop stereo dengan pembesaran 50X, kemudian bagian anteriornya dibuang dan 1/4 bagian ujung posterior / pantat digunakan untuk identifikasi. Telur dan juvenil yang berada di dalam sista dikeluarkan dengan memencet bagian posterior dengan menggunakan kuas, sehingga diperoleh irisan perennial pattern (sidik pantat). Irisan perennial pattern dibersihkan dengan menambahkan satu tetes larutan asam laktat 45% sambil dibersihkan perlahan-lahan dengan menggunakan kuas, lalu dibiarkan selama beberapa jam. Asam laktat dibuang dengan menggunakan kertas tissue, setelah itu ditambahkan lactofenol kemudian tutup dengan cover glass dan diberi kutek dibagian sisi-sisi cover glass. Kemudian dilakukan pengamatan di bawah mikroskop compound dengan pembesaran 200X. Perbedaan ciri morfologi antara G. rostochiensis dan G. pallida diketahui dengan melakukan penghitungan jumlah tonjolan kutikula antara anus dan fenestra, melakukan pengukuran jarak antara anus dan fenestra, mengukur diameter fenestra, dan dilakukan penghitungan rasio graneks (tabel 2 dan gambar 6). Rasio graneks = jarak antara anus dengan fenestra Diameter fenestra Tabel 2 Perbedaan ciri morfologi G. rostochiensis dan G. pallida (CABI 2007) G. rostochiensis G. pallida Jarak anus 66,5 ±10,3 (µm) 50 ± 13,4 (µm) fenestra Diameter fenestra 19 ± 2 (µm) 24,5 ± 5 (µm) (VB) Rasio Granek 1,3 9,5 1,2-3,5 (4,5) (2,3) Jumlah garis /gelombang antara anus-fenestra (ridge) (CR) ( umumnya sekitar 22) 8 20 (umumnya sekitar 12)

SEBARAN SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG

SEBARAN SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG SEBARAN SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT DI DATARAN TINGGI DIENG JAWA TENGAH NURJANAH SEKOLAH

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kentang (Solanum tuberosum)

TINJAUAN PUSTAKA. Kentang (Solanum tuberosum) TINJAUAN PUSTAKA Kentang (Solanum tuberosum) Kentang (Solanum tuberosum) awalnya didomestifikasi di Pegunungan Andes Amerika Selatan sekitar 8000 tahun yang lalu. Beberapa jenis tanaman di Andes yang memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala Penyakit. (a) Gambar 7 Tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012 (a) terinfeksi NSK, (b) sehat.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala Penyakit. (a) Gambar 7 Tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012 (a) terinfeksi NSK, (b) sehat. HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Penyakit Gejala pada tajuk (bagian di atas permukaan tanah) Gejala penyakit yang ditimbulkan oleh NSK sangat khas. Tanaman akan mengalami kerusakan akar yang menyebabkan berkurangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman pangan utama dunia yang menempati urutan keempat sesudah padi, gandum dan jagung (Rubatzky & Yamaguchi 1998 ; Tjitrosoepomo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu pangan utama dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008). Kentang juga merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN POPULASI Globodera spp. DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT DAN HASIL UMBI PADA TANAMAN KENTANG SELAMET

HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN POPULASI Globodera spp. DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT DAN HASIL UMBI PADA TANAMAN KENTANG SELAMET HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN POPULASI Globodera spp. DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT DAN HASIL UMBI PADA TANAMAN KENTANG SELAMET SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

SURVEI DAN IDENTIFIKASI NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.) ASAL WONOSOBO DAN BANJARNEGARA JAWA TENGAH T E S I S

SURVEI DAN IDENTIFIKASI NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.) ASAL WONOSOBO DAN BANJARNEGARA JAWA TENGAH T E S I S SURVEI DAN IDENTIFIKASI NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.) ASAL WONOSOBO DAN BANJARNEGARA JAWA TENGAH T E S I S Oleh DANI SUTANTA S 107001010/MAET PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis (Woll) Behrens dan Globodera pallida (Stone) Behrens)

ANALISIS DAMPAK EKONOMI NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis (Woll) Behrens dan Globodera pallida (Stone) Behrens) ANALISIS DAMPAK EKONOMI NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis (Woll) Behrens dan Globodera pallida (Stone) Behrens) Oleh: Ir. M. Achrom, M.Si Kresnamurti T.K., S.Si, M.Si Nurul Dwi Handayani,

Lebih terperinci

PREVALENSI SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.) DI DATARAN TINGGI DIENG, JAWA TENGAH USHWANUURI RACHMADHANI LESTARI

PREVALENSI SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.) DI DATARAN TINGGI DIENG, JAWA TENGAH USHWANUURI RACHMADHANI LESTARI PREVALENSI SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.) DI DATARAN TINGGI DIENG, JAWA TENGAH USHWANUURI RACHMADHANI LESTARI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nematoda Meloidogyne spp. adalah sebagai berikut

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nematoda Meloidogyne spp. adalah sebagai berikut TINJAUAN PUSTAKA Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) Klasifikasi Klasifikasi nematoda Meloidogyne spp. adalah sebagai berikut (Dropkin, 1991) : Filum Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Nematoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen 3 TINJAUAN PUSTAKA Nematoda Entomopatogen 1. Taksonomi dan Karakter Morfologi Nematoda entomopatogen tergolong dalam famili Steinernematidae dan Heterorhabditidae termasuk dalam kelas Secernenta, super

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae,

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman semusim yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas Dicotyledonae, Ordo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Sistem Perakaran Tanaman Pisang Sistem Bercocok Tanam Pisang

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Sistem Perakaran Tanaman Pisang Sistem Bercocok Tanam Pisang 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Tanaman pisang tumbuh subur di daerah tropis dataran rendah yang curah hujannya lebih dari 1250 mm per tahun dan rata-rata suhu minimum 15 0 C (Simmonds

Lebih terperinci

EVALUASI TIGA METODE PREPARASI RNA TOTAL UNTUK DETEKSI

EVALUASI TIGA METODE PREPARASI RNA TOTAL UNTUK DETEKSI EVALUASI TIGA METODE PREPARASI RNA TOTAL UNTUK DETEKSI Turnip mosaic virus PADA BENIH Brassica sp. DENGAN REVERSE TRANSCRIPTION POLYMERASE CHAIN REACTION JATI ADIPUTRA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN NEMATODA PARASIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT LAYU MWP (Mealybug wilt of pineapple) PADA NANAS (Ananas comosus L.

HUBUNGAN NEMATODA PARASIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT LAYU MWP (Mealybug wilt of pineapple) PADA NANAS (Ananas comosus L. HUBUNGAN NEMATODA PARASIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT LAYU MWP (Mealybug wilt of pineapple) PADA NANAS (Ananas comosus L. Merr) ISMAWARDANI NURMAHAYU PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kentang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Sejarah Awal mulanya kentang diintroduksi dari Amerika Selatan ke Spanyol sekitar tahun 1570. Penerimaan masyarakat Spanyol menyebabkan penanaman dan distribusi kentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) tunggal, dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik, dan cabang air

TINJAUAN PUSTAKA. sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik, dan cabang air TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kopi (Coffea sp.) Adapun klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) dari literatur Hasbi (2009) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisi Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK

PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK No Negara Perorangan Badan 1 Algeria a. tempat tinggal; tata cara persetujuan bersama b. kebiasaan tinggal; c. hubungan pribadi dan ekonomi. 2 Australia a. tempat tinggal;

Lebih terperinci

Strategi Pengendalian Terpadu Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis) pada Tanaman Kentang

Strategi Pengendalian Terpadu Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis) pada Tanaman Kentang Strategi Pengendalian Terpadu Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis) pada Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas hortikultura jenis sayuran umbi penting di Indonesia

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN KUMBANG KHAPRA,

PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN KUMBANG KHAPRA, PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN KUMBANG KHAPRA, Trogoderma granarium Everts., (COLEOPTERA: DERMESTIDAE) DAN HAMA GUDANG LAINNYA DI WILAYAH DKI JAKARTA, BEKASI, SERANG, DAN CILEGON MORISA PURBA SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung yang mendapatkan prioritas dalam pengembangannya di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung yang mendapatkan prioritas dalam pengembangannya di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang merupakan salah satu pangan utama dunia setelah padi, gandum dan jagung yang mendapatkan prioritas dalam pengembangannya di Indonesia (Wattimena, 2000 dalam

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada 5. Bioekologi 5.1. Gerak (movement) Nematoda seringkali disebut sebagai aquatic animal, karena pada dasarnya untuk keperluan gerak sangat tergantung adanya film air. Film air bagi nematoda tidak saja berfungsi

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR 49 PRODUKSI PANGAN DUNIA Nuhfil Hanani AR Produksi Pangan dunia Berdasarkan data dari FAO, negara produsen pangan terbesar di dunia pada tahun 2004 untuk tanaman padi-padian, daging, sayuran dan buah disajikan

Lebih terperinci

II. SURVEI DAN SEBARAN GEOGRAFI NEMATODA SISTA KENTANG INDONESIA

II. SURVEI DAN SEBARAN GEOGRAFI NEMATODA SISTA KENTANG INDONESIA II. SURVEI DAN SEBARAN GEOGRAFI NEMATODA SISTA KENTANG INDONESIA Abstrak LISNAWITA. Survei dan Sebaran Geografi Nematoda Sista Kentang Indonesia. Dibimbing oleh MEITY SURADJI SINAGA, GUSTAF ADOLF WATTIMENA,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan hidayah-nya, selanjutnya skripsi yang berjudul Deteksi Morfologi

KATA PENGANTAR. rahmat dan hidayah-nya, selanjutnya skripsi yang berjudul Deteksi Morfologi ABSTRAK Andi Irma. Deteksi Morfologi dan Molekuler Parasit Anisakis sp pada Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis). Di bawah bimbingan Hilal Anshary dan Gunarto Latama. Penelitian ini bertujuan mengetahui

Lebih terperinci

Ralstonia solanacearum

Ralstonia solanacearum NAMA : Zuah Eko Mursyid Bangun NIM : 6030066 KELAS : AET-2A Ralstonia solanacearum (Bakteri penyebab penyakit layu). Klasifikasi Kingdom : Prokaryotae Divisi : Gracilicutes Subdivisi : Proteobacteria Famili

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI, KAJIAN BIOLOGI DAN KETAHANAN TANAMAN TERHADAP NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.) INDONESIA LISNAWITA

IDENTIFIKASI, KAJIAN BIOLOGI DAN KETAHANAN TANAMAN TERHADAP NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.) INDONESIA LISNAWITA IDENTIFIKASI, KAJIAN BIOLOGI DAN KETAHANAN TANAMAN TERHADAP NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.) INDONESIA LISNAWITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK A. MUBARRAK. Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa pada akar tomat memang benar terdapat nematoda setelah dilakukan ekstraksi pertama kali untuk mengambil

Lebih terperinci

PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN

PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN No Negara Memiliki wewenang untuk menutup kontrak atas nama Menyimpan dan melakukan pengiriman barang atau barang dagangan milik

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri pangan. Prioritas pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri pangan. Prioritas pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran umbi yang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat dan mempunyai arti penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Filum: Nematoda, Kelas: Secernentea, Ordo: Tylenchida, Superfamili: Heteroderoidae, Famili: Heteroderidae, Subfamili: Heteroderinae, Genus: Globodera, Spesies: G. rostochiensis Oleh: Edi Suwardiwijaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dikenal sebagai The King of Vegetable dan produksinya menempati urutan keempat dunia setelah beras, gandum dan jagung (The International

Lebih terperinci

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit layu bakteri dapat mengurangi kehilangan hasil pada tanaman kentang, terutama pada fase pembibitan. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum

Lebih terperinci

PERANAN Pratylenchus spp. DALAM MENGINDUKSI PENYAKIT LAYU MWP (Mealybug Wilt of Pineapple) PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosus L.

PERANAN Pratylenchus spp. DALAM MENGINDUKSI PENYAKIT LAYU MWP (Mealybug Wilt of Pineapple) PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosus L. PERANAN Pratylenchus spp. DALAM MENGINDUKSI PENYAKIT LAYU MWP (Mealybug Wilt of Pineapple) PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosus L. Merr) Oleh: AFIF FERDIANTO A44103058 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Nematoda Puru Akar (NPA)

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Nematoda Puru Akar (NPA) 5 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Nematoda Puru Akar (NPA) Nematoda puru akar adalah nama umum untuk spesies Meloidogyne. Kata Meloidogyne berasal dari bahasa Yunani melon (apel atau labu) + oides, oid (menyerupai)

Lebih terperinci

Efektivitas Dosis Serbuk Daun Kenikir terhadap Pengendalian Nematoda Sista Kuning pada Tanaman Tomat

Efektivitas Dosis Serbuk Daun Kenikir terhadap Pengendalian Nematoda Sista Kuning pada Tanaman Tomat ISSN: 2252-3979 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio Efektivitas Dosis Serbuk Daun Kenikir terhadap Pengendalian Nematoda Sista Kuning pada Tanaman Tomat Nyemas Rachmawati, Tjipto Haryono,

Lebih terperinci

Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi

Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi Menambah jumlah kursi DPR menjadi wacana baru dalam formulasi Rancangan Undang- Undang Penyelenggaraan Pemilu (RUU Pemilu)

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG (GLOBODERA SPP.) ASAL KABUPATEN BANJARNEGARA DAN WONOSOBO

IDENTIFIKASI SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG (GLOBODERA SPP.) ASAL KABUPATEN BANJARNEGARA DAN WONOSOBO IDENTIFIKASI SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG (GLOBODERA SPP.) ASAL KABUPATEN BANJARNEGARA DAN WONOSOBO SKRIPSI OLEH ABDI HUDAYYA 05/186156/PN/10404 PROGRAM STUDI ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN JURUSAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta menimbulkan perubahan diri sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenting ke-4 di dunia setelah gandum, jagung dan beras (Rowe, 1993 dalam

BAB I PENDAHULUAN. terpenting ke-4 di dunia setelah gandum, jagung dan beras (Rowe, 1993 dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan bahan pangan yang terpenting ke-4 di dunia setelah gandum, jagung dan beras (Rowe, 1993 dalam Fitriyani, 2009). Kentang mengandung

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh : Adwin Baraji Nugraha

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh : Adwin Baraji Nugraha PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK GULMA DENGAN BERBAGAI FREKUENSI APLIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI DAERAH ENDEMIK NEMATODA SISTA KUNING SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing

Lebih terperinci

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. GENERASI F0 BAMBANG KUSMAYADI GUNAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGENDALIAN NSK (NEMATODA SISTA KUNING) DENGAN BAHAN ALAMI BERKHITIN

PENGENDALIAN NSK (NEMATODA SISTA KUNING) DENGAN BAHAN ALAMI BERKHITIN LAPORAN PENELITIAN PENGENDALIAN NSK (NEMATODA SISTA KUNING) DENGAN BAHAN ALAMI BERKHITIN OLEH : PROF.DR.H. SADELI NATASASMITA, IR. TOTO SUNARTO, IR.,MP. UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI

PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI Triyani Dumaria DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Mengacu pada program pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Mengacu pada program pemerintah akan 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kentang merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi. Sebagai sumber karbohidrat, kentang merupakan sumber bahan pangan yang dapat

Lebih terperinci

Pengenalan dan Pengendalian Nematoda pada Kentang

Pengenalan dan Pengendalian Nematoda pada Kentang Pengenalan dan Pengendalian Nematoda pada Kentang Nematoda telah menjadi masalah serius di sentra sentra produksi kentang di Indonesia, nematoda dapat menurunkan produksi secara drastis baik dari kualitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014 PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014 Kentang merupakan unggulan kelima besar dari komoditas sayuran utama yang dikembangkan di Indonesia,

Lebih terperinci

PENGUJIAN WAKTU TANAM Asparagus officinalis L. DALAM MENEKAN PERKEMBANGAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis) PADA TANAMAN KENTANG

PENGUJIAN WAKTU TANAM Asparagus officinalis L. DALAM MENEKAN PERKEMBANGAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis) PADA TANAMAN KENTANG LAPORAN PENELITIAN PENGUJIAN WAKTU TANAM Asparagus officinalis L. DALAM MENEKAN PERKEMBANGAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis) PADA TANAMAN KENTANG Oleh : Toto Sunarto, Ir., MP. JURUSAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI, KAJIAN BIOLOGI DAN KETAHANAN TANAMAN TERHADAP NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.) INDONESIA LISNAWITA

IDENTIFIKASI, KAJIAN BIOLOGI DAN KETAHANAN TANAMAN TERHADAP NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.) INDONESIA LISNAWITA IDENTIFIKASI, KAJIAN BIOLOGI DAN KETAHANAN TANAMAN TERHADAP NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.) INDONESIA LISNAWITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

PENGUJIAN KETAHANAN KULTIVAR KENTANG TERHADAP NEMATODA SISTA KUNING (Globodera rostochiensis)

PENGUJIAN KETAHANAN KULTIVAR KENTANG TERHADAP NEMATODA SISTA KUNING (Globodera rostochiensis) LAPORAN PENELITIAN PENGUJIAN KETAHANAN KULTIVAR KENTANG TERHADAP NEMATODA SISTA KUNING (Globodera rostochiensis) OLEH : TOTO SUNARTO, IR., MP. LUCIANA DJAJA, IR. HERSANTI, IR., MP. DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN BEBERAPA NOMER KENTANG (Solanum tuberosum Linn.) TERHADAP SERANGAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis Woll.

UJI KETAHANAN BEBERAPA NOMER KENTANG (Solanum tuberosum Linn.) TERHADAP SERANGAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis Woll. UJI KETAHANAN BEBERAPA NOMER KENTANG (Solanum tuberosum Linn.) TERHADAP SERANGAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis Woll.) SKRIPSI Oleh Rudal Agung Wahyudi NIM. 051510401063 JURUSAN HAMA DAN

Lebih terperinci

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI Oleh: NURFITRI YULIANAH A44103045 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK NURFITRI YULIANAH. Tungau pada Tanaman

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

KENDALI STABILITAS BETA KAROTEN SELAMA PROSES PRODUKSI TEPUNG UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) CHRISTINA MUMPUNI ERAWATI

KENDALI STABILITAS BETA KAROTEN SELAMA PROSES PRODUKSI TEPUNG UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) CHRISTINA MUMPUNI ERAWATI KENDALI STABILITAS BETA KAROTEN SELAMA PROSES PRODUKSI TEPUNG UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) CHRISTINA MUMPUNI ERAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK CHRISTINA MUMPUNI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

PENGARUH INDEKS BENTUK TELUR TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS ITIK MAGELANG DI SATUAN KERJA ITIK BANYUBIRU SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD AULIA RAHMAN

PENGARUH INDEKS BENTUK TELUR TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS ITIK MAGELANG DI SATUAN KERJA ITIK BANYUBIRU SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD AULIA RAHMAN PENGARUH INDEKS BENTUK TELUR TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS ITIK MAGELANG DI SATUAN KERJA ITIK BANYUBIRU SKRIPSI Oleh MUHAMMAD AULIA RAHMAN PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

DEKONTAMINASI UMBI KENTANG YANG TERINFEKSI NEMATODA SISTA KUNING (NSK)

DEKONTAMINASI UMBI KENTANG YANG TERINFEKSI NEMATODA SISTA KUNING (NSK) LAPORAN PENELITIAN DEKONTAMINASI UMBI KENTANG YANG TERINFEKSI NEMATODA SISTA KUNING (NSK) OLEH : PROF.DR.H. SADELI NATASASMITA, IR. TOTO SUNARTO, IR.,MP. UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN

Lebih terperinci

ISOLASI, SELEKSI DAN OPTIMASI PERTUMBUHAN GANGGANG MIKRO YANG POTENSIAL SEBAGAI PENGHASIL BAHAN BAKAR NABATI

ISOLASI, SELEKSI DAN OPTIMASI PERTUMBUHAN GANGGANG MIKRO YANG POTENSIAL SEBAGAI PENGHASIL BAHAN BAKAR NABATI ISOLASI, SELEKSI DAN OPTIMASI PERTUMBUHAN GANGGANGG MIKRO YANG POTENSIAL SEBAGAI PENGHASIL BAHAN BAKAR NABATI YOLANDA FITRIA SYAHRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman Wortel: (a) Umbi wortel, (b) Bunga, (c) Bagian-bagian penampang wortel (Makmum 2007)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman Wortel: (a) Umbi wortel, (b) Bunga, (c) Bagian-bagian penampang wortel (Makmum 2007) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Wortel Tanaman Wortel dalam taksonomi tumbuhan termasuk ke dalam Kelas Dicotyledonae (berkeping dua), Ordo Umbeliferae, Genus Daucus, dan Spesies Daucus carota (L.) (Cahyono

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO

DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR

PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Soil

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Soil III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Soil Rehabilitation yang dilaksanakan atas kerjasama GMP-UNILA-YNU. Pengambilan sampel

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015 NO NEGARA LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 A F R I K A 2 0 2 2 AFGHANISTAN 61 61 122 3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kentang Varietas Tedjo MZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kentang Varietas Tedjo MZ BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kentang Varietas Tedjo MZ Kentang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila ditanaman pada kondisi lingkungan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya.

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. PENGUJIAN SODIUM HYPOCHLORITE (NaOCl) TERHADAP PERKEMBANGAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis) PADA TANAMAN KENTANG

LAPORAN PENELITIAN. PENGUJIAN SODIUM HYPOCHLORITE (NaOCl) TERHADAP PERKEMBANGAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis) PADA TANAMAN KENTANG LAPORAN PENELITIAN PENGUJIAN SODIUM HYPOCHLORITE (NaOCl) TERHADAP PERKEMBANGAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis) PADA TANAMAN KENTANG Oleh : TOTO SUNARTO, IR.,MP. LUCIANA DJAJA, IR. DR.

Lebih terperinci

EVALUASI DAN OPTIMALISASI PROGRAM PCR DALAM DETERMINASI KELAMIN IKAN BARBIR EMAS Puntius conchonius SECARA MOLEKULAR RADI IHLAS ALBANI

EVALUASI DAN OPTIMALISASI PROGRAM PCR DALAM DETERMINASI KELAMIN IKAN BARBIR EMAS Puntius conchonius SECARA MOLEKULAR RADI IHLAS ALBANI EVALUASI DAN OPTIMALISASI PROGRAM PCR DALAM DETERMINASI KELAMIN IKAN BARBIR EMAS Puntius conchonius SECARA MOLEKULAR RADI IHLAS ALBANI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN HAYATI SERANGGA PREDATOR KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn) DAN KUTU DAUN (Aphid spp.) PADA TANAMAN KEDELAI TESIS

KEANEKARAGAMAN HAYATI SERANGGA PREDATOR KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn) DAN KUTU DAUN (Aphid spp.) PADA TANAMAN KEDELAI TESIS KEANEKARAGAMAN HAYATI SERANGGA PREDATOR KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn) DAN KUTU DAUN (Aphid spp.) PADA TANAMAN KEDELAI TESIS Oleh ROCHMAH NIM 111820401005 PROGRAM PASCA SARJANA JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan. pengembangannya di Indonesia (Suwarno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan. pengembangannya di Indonesia (Suwarno, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Kentang merupakan bahan pangan dari umbi tanaman perennial Solanum tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan utama dunia setelah padi,

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Capsicum annuum L, Chromoloena odorata L, Lantana camara L. Meloidoyne spp dan Piper betle L.

ABSTRAK. : Capsicum annuum L, Chromoloena odorata L, Lantana camara L. Meloidoyne spp dan Piper betle L. ABSTRAK Magna Dwipayana. NIM 1105105018. Uji Efektifitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.),Kirinyuh (Chromoloena odorata L) Dan Tembelekan (Lantana camara L.)Terhadap Populasi Nematoda Puru Akar (Meloidogyne

Lebih terperinci

PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SOFIANDI

PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SOFIANDI PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SOFIANDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 i SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan

Lebih terperinci

Penyebaran Populasi Sista Globodera

Penyebaran Populasi Sista Globodera Penyebaran Populasi Sista Globodera sp. Berdasarkan Penggunaan Lahan dan Kedalaman Tanah di Sentra Penanaman Kentang Desa Karang Tengah, Kacamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Edi

Lebih terperinci

PENGARUH FILTRAT BAKTERI ENDOFIT TERHADAP PENETASAN TELUR NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis (Wollenweber)) SKRIPSI

PENGARUH FILTRAT BAKTERI ENDOFIT TERHADAP PENETASAN TELUR NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis (Wollenweber)) SKRIPSI PENGARUH FILTRAT BAKTERI ENDOFIT TERHADAP PENETASAN TELUR NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis (Wollenweber)) SKRIPSI Oleh: LAILA HIDAYATI FAJAR HARTININGSIH NIM. 08620021 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 NO NEGARA LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 A F R I K A 2 0 2 2 AFGHANISTAN 61 63 124 3 ALJAZAIR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Pengaruh populasi awal Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) varietas hot beauty dan tm-888 UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Febriana

Lebih terperinci

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN Epinephelus fuscoguttatus DI KARAMBA JARING APUNG BALAI SEA FARMING KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA AGNIS MURTI RAHAYU DEPARTEMEN

Lebih terperinci