BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landing Gear Landing gear merupakan salah satu komponen penting dalam struktur persawat terbang. Terutama poros roda yang berfungsi menahan beban pesawat terbang pada saat pesawat terbang berada di darat dan menahan beban tumbukan (impact) saat pesawat melakukan pendaratan. Dari segi urutan mendesain, landing gear merupakan komponen utama pada pesawat yang terakhir dirancang. Dengan kata lain, semua komponen utama (badan, sayap dan ekor) dirancang sebelum mendesain landing gear. Namun dalam beberapa kasus, desain landing gear dapat mendorong perancang pesawat untuk mengubah konfigurasi pesawat agar dapat memenuhi persyaratan desain landing gear. Adapun fungsi utama dari landing gear adalah sebagai berikut: 1. Menjaga agar pesawat tetap stabil ditanah dan taxi. 2. Memungkinkan pesawat untuk bergerak bebas selama taxing. 3. Memberikan jarak aman antara komponen pesawat lainnya seperti sayap dan badan saat pesawat berada diatas tanah untuk mencegah kerusakan. 4. Untuk menyerap guncangan selama pesawat mendarat. 5. Memudahkan pesawat dalam lepas landas dengan memungkinkan pesawat untuk mempercepat laju dengan gesekan yang rendah. Dalam rangka untuk memungkinkan landing gear agar dapat beroperasi secara efektif, maka ditetapkanlah syarat desain sebagai berikut. 1. Persyaratan jarak tanah 2. Persyaratan kemudi 3. Persyaratan putaran lepas landas 4. Persyaratan pencegahan overturn (jungkir balik) 4

2 5. Persyaratan touch-down (kontak dengan tanah) 6. Persyaratan mendarat 7. Persyaratan pembebanan 8. Keutuhan struktur pesawat 9. Murah 10. Ringan 11. Mampu dirawat 12. Mampu dibuat Penjelasan secara lebih rinci mengenai syarat desain ditambah hubungan antara syarat dan parameter landing gear dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Hubungan antara syarat desain landing gear dan parameternya No Syarat dan kendala Penjelasan Parameter yang mempengaruhi 1 Jarak tanah Jarak sayap, badan, dan mesin Tinggi terhadap tanah mesti masuk akal 2 Pengendalian Beban pada roda depan harus Wheel base, X n (kemudi) dibatasi hingga X cg 3 Putaran lepas landas Pesawat harus mampu berputar Tinggi, X m di sekitar roda utama dengan hingga X cg tingkat sudut yang diinginkan 4 Jarak rotasi lepas Badan belakang dan ekor Tinggi, Roda landas pesawat selama putaran lepas dasar landas tidak boleh tertabrak 5 Pencegahan tip Mencegah benturan belakang Tinggi back/forward pada ekor selama lepas landas, mencegah benturan depan selama pemuatan penumpang 6 Pencegahan overturn Sudut lateral harus sedemikian Wheel track rupa sehingga untuk mencegah jungkir balik ketika berjalan 5

3 pada sudut tajam 7 Touch-down Shock Absorber harus menyerap dan meringankan beban dinamis 8 Mendarat Kecepatan pendaratan mesti nol sebelum akhir landas 9 Pembebanan Ban dan strut mesti bisa berfungsi terhadap pembebanan statis dan dinamis 10 Keutuhan struktur Defleksi struktur sayap di tengah karena berat pesawat harus minimal 11 Keseimbangan Pesawat tidak boleh terguling lateral tanah akibat tiupan angin Shock absorber, ban Brake (Rem) Strut Wheel track Wheel track, tinggi Walaupun landing gear merupakan komponen penting selama lepas landas dan mendarat, landing gear adalah bobot mati selama operasi penerbangan. Untuk alasan inilah di rekomendasikan untuk menarik kembali landing gear dalam pesawat untuk mengurangi drag pesawat agar kinerja pesawat meningkat. 2.2 Konfigurasi Landing Gear Langkah awal pada proses desain landing gear merupakan memilih konfigurasi landing gear. Fungsi dari landing gear dapat terlaksana melalui penerapan berbagai konfigurasi landing gear. Secaraa umum ada sembilan konfigurasi dari landing gear, yakni sebagai berikut ( Mohammad Sadraey) : 1. Single Main. 2. Bicyle. 3. Tail Gear. 4. Tricycle or Nose Gear. 5. Quadricycle. 6. Multi-bogey. 6

4 7. Releasable Rail. 8. Skid. 9. Seaplane Landing Device. Pada gambar 2.1 ditunjukkan beberapa contoh dari jenis roda pendaratan yang disebutkan diatas. Gambar 2.1 Jenis Landing Gear 1. Single Main Konfigurasi landing gear yang paling sederhana adalah single main. Ini termasuk satu gear utama yang besar yang mengangkat sebagian besar berat pesawat dan beban, ditambah satu gear yang sangat kecil didepan. Dalam hal ukuran, pastilah gear utama yang lebih besar (baik strut maupun roda) dibandingkan dengan yang sekunder. Kedua roda gigi ini terletak pada bidang simetris pesawat. Gear utama terletak didekat pusat gravitasi pesawat, sedangkan gear lainnya terletak lebih jauh. Dalam sebagian besar kasus, gear utama terletak di depan pusat gravitasi pesawat dan yang lainnya berada dibelakang pusat 7

5 gravitasi (di bawah bagian ekor). Dalam hal dimana gear utama di belakang pusat gravitasi, gear sekunder biasanya ditukar menjadi skid dibawah badan bagian depan. Mayoritas sailplane menggunakan single main landing gear karena kesederhanaannya. Umumnya, single main landing gear tidak ditarik masuk ke badan pesawat, sehingga tinggi gearnya sangatlah kecil. Sebuah pesawat dengan single main landing gear tidak stabil di atas tanah, sehingga pesawat akan terbalik pada satu sisi (biasanya pada ujung sayap) ketika beristirahat di atas tanah. Dengan konfigurasi seperti ini, operator harus menahan kerataan sayap ketika pesawat diam dan sebelum lepas landas. Untuk mencegah jungkit ke samping, beberapa pesawat dilengkapi dengan dua gear kecil tambahan di bawah dua bagian sayap. Dalam sebuah pesawat tanpa roda tambahan, ujung sayap harus diperbaiki secara berkala, karena ujung sayap yang rusak selama setiap jungkit. Dua keuntungan dari konfigurasi ini adalah kesederhanaannya dan keringanannya. Di sisi lain, di samping ketidakstabilan tanah, kelemahan konfigurasi ini adalah lepas landas yang lebih lama dikarenakan putaran lepas landas yang terbatas. Jenis roda pendaratan single main landing gear ditunjukkan pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Glider PZL-Bielsko SZD-48 Jantar Standard 3 dengan single gear landing gear. 2. Bicycle Seperti namanya, bicycle landing gear ini mempunyai dua gear utama, satu di belakang dan satu di depan pusat gravitasi pesawat, dimana keduanya 8

6 memiliki ukuran yang sama. Untuk mencegah terjadinya jungkit ke samping, dua roda kecil sama ukuran di pasang pada sisi sayap. Jarak antara dua gear ke pusat gravitasi pesawat adalah sama, dan kedua gear tersebut mengangkut beban yang sama. Bicycle landing gear ini memiliki fitur yang sama dengan single main dan nyatanya merupakan kelanjutan dari single main. Konfigurasi ini tidak lah modern diantara desainer pesawat dikarenakan ketidakstabilan pada saat di tanah. Keuntungan dari konfigurasi ini adalah murah bagi pesawat dengan badan yang kecil dan konfigurasi sayap tinggi. 3. Tail-gear Tail-gear landing gear memiliki dua roda utama di depan pusat gravitasi pesawat dan sebuah roda kecil dibawah ekor pesawat. Roda di depan pusat gravitasi pesawat sangat dekat dengan pusat tersebut (jika dibandingkan dengan roda belakang) dan mengangkat banyak berat pesawat dan bebannya, sehingga disebut juga dengan roda utama. Dua gear utama memiliki jarak yang sama terhadap pusat gravitasi dan mengangkat beban yang sama juga. Roda belakang jauh terhadap pusat gravitasi dan juga mengangkat beban yang lebih kecil sehingga disebut juga sebagai gear pembantu. Bagian beban total yang diangkat oleh gear utama adalah sekitar 80-90%, sehingga gear ekor hanya mengangkut sekitar 10-20%. Konfigurasi landing gear ini disebut juga dengan landing gear konvensional karena merupakan landing gear utama sejak 50 tahun pertama sejarah penerbangan. Sekarang ini hanya sekitar 10% pesawat yang diproduksi dengan menggunakan tail-gear. Dalam rangka untuk mengurangi drag, pada beberapa pesawat menggunakan sebuah skid (pelat rata vertikal) daripada roda ekor. Landing gear seperti itu disebut juga dengan tail-dragger. Pesawat dengan menggunakan tail-gear ini stabil di tanah. Namun, secara umum tidak stabil apabila sedang berbelok. Jenis roda pendaratan Tail-gear landing gear ditunjuukan pada gambar

7 Gambar 2.3 Douglas C-47A Skytrain dengan tail-gear landing gear. 4. Tricycle Tricycle adalah konfigurasi landing gear yang paling banyak digunakan. Roda belakang sangat dekat dengan pusat gravitasi pesawat (dibandingkan dengan gear depan) dan mengangkat sebagian besar beban dan berat pesawat, sehingga disebut dengan roda utama. Kedua gear utama berada pada jarak yang sama dari pusat gravitasi dalam sumbu x maupun sumbu y, dan keduanya mengangkat jumlah beban yang sama. Gear depan jauh dari pusat gravitasi (dibandingkan dengan gear utama), sehingga hanya mengangkat beban yang kecil. Bagian beban yang diangkat oleh gear utama adalah % dari total beban, sehingga gear depan hanya mengangkat beban sekitar % saja. Konfigurasi in kadang kadang disebut juga dengan nose-gear. Kebanyakan pesawat penumpang yang besar dan beberapa pesawat militer menggunakan dua roda pada gear depan untuk meningkatkan keamanan selama take-off dan landing. Namun apabila jumlah roda meningkat, biaya produksi, operasi, dan perawatan juga akan meningkat, sedangkan keselamatan ditingkatkan. Selain itu, karena jumlah roda yang meningkat, daerah luas roda depan akan berkurang, segingga kinerja pesawat meningkat terutama saat take-off. Alasan lain untuk memiliki beberapa roda adalah untuk menyesuaikan volume total roda agar mencocokkannya dengan ukuran geometri sayap atau badan pesawat. Biasanya, apabila berat pesawat adalah antara lb lb, maka digunakan dua roda depan. Untuk pesawat yang lebih berat lagi bebannya (seperti lb) digunakan empat roda depan untuk membagi beban tersebut. Jenis roda pendaratan Tricycle landing gear ditunjukkan pada gambar

8 Gambar 2.4 Transport aircraft McDonnell Douglas MD-88 dengan tricycle landing gear. 5. Quadricycle Seperti namanya, landing gear quadricycle menggunakan empat gear, sama seperti mobil. Dua roda pada setiap sisi dimana dua roda di depan pusat gravitasi pesawat dan dua lagi di belakang pusat gravitasi tersebut. Beban pada setiap gear bergantung pada jaraknya terhadap pusat gravitasi. Jika roda depan dan belakang memiliki jarak yang sama terhadap pusat gravitasi pesawat, maka mereka akan mengangkat jumlah beban yang sama. Dalam kasus ini, sangatlah susah untuk memutar pesawat saat take-off dan landing, jadi pesawat akan melakukan take-off dan landing secara lurus. Hal ini tentu menyebabkan pesawat dengan konfigurasi ini memakan waktu yang lebih lama untuk take-off jika dibandingkan dengan konfigurasi tricycle. Fitur konfigurasi ini memungkinkan pesawat untuk memiliki jarak yang lebih dekat dengan tanah, sehingga memudahkan proses pemuatan dan penurunan penumpang. Konfigurasi landing gear quadricycle biasanya digunakan pada pesawat kargo yang sangat berat ataupun pesawat bomber. Pesawat dengan konfigurasi ini juga memliki kelebihan yakni kestabilannya di tanah dan selama taxi. Jenis roda pendaratan Quadcycle landing gear ditunjukkan pada gambar

9 Gambar 2.5 Bomber aircraft B-52 Stratofortress dengan quadricycle landing gear. 6. Multi-Bogey Semakin berat pesawat, jumlah gear yang dibutuhkan semakin meningkat. Suatu konfigurasi landing gear dengan beberapa gear lebih dari empat roda juga meningkatkan performa take-off dan keselamatan landing. Ketika beberapa roda digunakan bersama sama, mereka akan melekat pada suatu komponen struktural yang disebut sebagai bogey yang terhubung ke ujung strut (topangan). Pesawat dengan landing gear multi-bogey ini sangat stabil pada tanah dan selama taxi. Dari berbagai pengaturan landing gear, multi-bogey ini adalah yang paling mahal dan paling kompleks dalam manifakturnya. Ketika berat pesawat lebih dari lb, digunakan beberapa bogey masing masing beroda 4 6. Jenis roda pendaratan Multi-bogey ditunjukkan pada gambar 2.6. Gambar 2.6 Transport aircraft Boeing 747 dengan multi-bogey landing gear. 7. Skid Helikopter dan beberapa pesawat dengan posisi take-off dan landing secara vertikal tidak perlu taxi di tanah, sehingga mereka dilengkapi dengan struktur sejenis balok yang disebut dengan skid, bukan menggunakan landing gear pesawat yang biasa. Konfigurasi dari skid menggunakan 3 4 balok penyangga 12

10 tetap yang terdefleksi keluar ketika beban seperti berat pesawat diaplikasikan. Defleksi dari skid memainkan peran shock absorber selama operasi pendaratan. Namun karena sifat dari balok, maka tidak seefisien oleo shock absorber. Desain dari skid jika dibandingkan dengan landing gear biasa yang dilengkapi dengan roda jauh lebih sederhana. Persamaan dasar untuk defleksi balok dan tegangan bending dapat digunakan dalam merancang dan menganalisis skid. Selain itu, beban lelah dan umur lelah harus diperhitungkan untuk memprediksi ketahanan selip. 8. Seaplane Landing Device Take-off dan landing di laut membutuhkan konfigurasi landing gear khusus. Fitur teknis dari jalur air sama sekal berbeda dari aspal permukaan keras. Dengan demikian, pesawat laut tidak mampu mengambil keuntungan dari roda apabila bekerja di air. Landing gear dari pesawat laut dan bentuk badan diatus oleh persyaratan desain sebagai berikut. 1. Peluncuran. 2. Pengurangan beban tiba -tiba air. 3. Mengambang. 4. Kestabilan statis lateral. Sebuah pesawat laut biasanya mendarat pada air pertama tama dengan badannya dan kemudian memanfaatkan skid khusus untuk tetap stabil. Bentuk bawah badan pesawat (atau lambung) merupakan bagian utama dari landing gear seaplane ini. Bentuk badan mesti di desain untuk memenuhi persyaratan diatas serta syarat desain asli badan pesawat tersebut untuk dapat menampung muatan. Persyaratan peluncuran dan pengurangan beban tiba tiba air sering mempengaruhi rancangan dari bentuk bawah badan pesawat, sedangkan kebutuhan persyaratan mengambang mempengaruhi ketinggian pesawat. Stabilitas statis lateral pada air biasanya didukung oleh sayap yang terpasang pada skid. Skid tersebut mesti diletakkan sehingga mereka menyentuh air ketika pesawat laut menyamping sekitar kurang dari

11 Salah satu variabel penting dalam merancang bentuk bawah badan pesawat adalah waterline (garis air) yang diambil dari dinamika kapal (lihat gambar 2.8). Tujuan dari garis beban adalah untuk memastikan bahwa sebuah kapal (seperti pesawat laut) memiliki lambung timbul yang cukup (yaitu ketinggiannya dari garis air ke dek utama) dan juga daya apung cadangan yang cukup. Lambung timbul dari kapal laut diukur antara titik terendah dari dek paling atas kontinu pada sisi dan permukaan air dan ini tidak boleh kurang dari lambung timbul yang diijinkan. Garis air atau garis beban menunjukkan batas yang diijinkan bagi kapal untuk diberi muatan. Setiap bagian dari pesawat di bagian bawah garis air akan terendam air. Kecepatan take-off dan landing pesawat ditentukan dari berbagai parameter lainnya seperti panjang garis air. Panjang dari garis air dapat berubah secara signifikan sebagai tumit kendaraan, dan dapat secara dinamis mempengaruhi kecepatan kendaraan. Badan yang berada dalam cairan ditopang oleh gaya yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan. Gaya apung (F b ) bereaksi secara vertikal keatas melalui pusat massa (centroid) dari volume dipindahkan. Pengurangan syarat beban tiba tiba air dapat dipenuhi dengan menggunakan bagian bawah bentuk V. Tinggi dari V disebut sebagai dead-rise, dan sudut nya disebut juga dengan dead-rise angle. Sudut dead-rise perlu ditingkatkan untuk kecepatan landing yang lebih tinggi. Sudut ini juga meningkat menuju hidung pesawat sekitar 40 0 untuk pemotongan gelombang air yang lebih baik. Untuk mengurangi cipratan air, strip cipratan dapat diterapkan pada bagian ujung bawah. Strip ini biasanya miring sekitar 40 0 secara horizontal. Sea-plane landing gear ditunjukkan pada gambar

12 a. Pandangan depan b. Pandangan samping Gambar 2.7 Ketentuan geometri pendaratan pesawat laut. 2.3 Landing Gear dan Pusat Gravitasi Pesawat Salah satu faktor penting dalam proses mendesain landing gear pesawat adalah untuk menentukan lokasi dari gear utama relatif terhadap pusat gravitasi pesawat. Gambar 2.8 menunjukkan geometri roda pendaratan dengan jenis Tailgear landing gear. Gambar 2.8 Landing Gear 15

13 Penting mengkaitkan desain landing gear dengan pusat gravitasi pesawat adalah untuk memastikan variabel landing gear utama seperti wheel base, wheel track dan ketinggian roda yang memenuhi semua persyaratan. 2.4 Tinggi Landing Gear Tinggi landing gear didefinisikan sebagai jarak antara tanah yanh berhubungan dengan strut gear utama ke struktur pesawat. Dalam pemilihan tinggi pesawat ketika berada ditanah, ketinggian landing gear diukur ketika pesawat berada di tanah dan ketika badan pesawat berada pada posisi horizontal. (Mohammad Sadraey). Gambar 2.9 Tinggi landing gear pada berbagai konfigurasi. Pada gambar 2.9 menunjukkan tinggi dari roda pendarata pada berbagai konfigurasi roda pendaratan. Ban menyediakan kemampuan seperti shock arbsorber oleh defleksi ketika terjadi tubrukan dengan tanah. Pesawat dengan porors kaku hanya mengandalkan ban untuk menyerap goncangan. Ada lima persyaratan desain utama dimana ketinggian landing gear memainkan peran penting, yaitu: (Mohammad Sadraey) 1. Tinggi landing gear memberikan jarak dengan tanah selama taxi. 2. Tinggi landing gear memberikan jarak belakang pesawat terhadap tanah selama rotasi take-off. 16

14 3. Tinggi landing gear memberikan kontribusi untuk pencegahan tipback. 4. Tinggi landing gear memberikan kontribusi untuk pencegahan overturn. 5. Tinggi landing gear memenuhi persyaratan pemuatan dan penurunan. 2.5 Persyaratan Umum Jarak Tanah Salah satu fungsi utama dari landing gear adalah untuk melindungi struktur pesawat dari tanah. Hal ini dilakukan dengan memberikan jarak terhadap tanah. Jarak diukur dari titik terendah pesawat dari tanah. Pada beberapa pesawat komponen terendah adalah sayap, sedangkan di beberapa pesawat adalah badan pesawat dan beberapa lainnya mesin jet yang memiliki ketinggian terendah dari tanah. Dalam kasus apapun, jarak harus disediakan melalui ketinggian landing gear. Besar minimum jarak adalah fungsi dari beberapa parameter desain termasuk kebutuhan biaya, keamanan, kinerja, berat, stabilitas, inlet mesin, pemuatan dan operasional (Mohammad Sadraey). Pada Tabel 2.2 menunjukkan jarak dari berbagai komponen pesawat terhadap tanah. Tabel 2.2 Jarak berbagai komponen terhadap tanah yang di rekomendasikan. No Komponen Pesawat Jarak tanah Catatan (m) 1 Badan 0,2 1,2 2 Badan Belakang 0,2 0,5 Selama rotasi take-off 3 Sayap 0,2 1,5 Termasuk jarak sirip sayap 4 Mesin Turbojet 0,5 1,5 Jarak inlet 5 Propeller Pesawat darat 0,2 1 Jarak ujung 6 Propeller-Pesawat laut 1-2 Jarak ujung 7 Tangki bahan bakar 0,2 0,6 17

15 Jarak yang direkomendasikan memiliki rentang nilai karena fakta bahwa jenis pesawat, misi pesawat, kecepatan pesawat, jenis landasan dan biaya menetukan kendala lainnya. Untuk pesawat aeromodeling memiliki jarak tinggi sekitar 20 cm 100 cm. (Mohammad Sadraey) Persyaratan Jarak Tanah Rotasi Take-off Sebuah pesawat biasanya berotasi sekitar roda utama untuk meningkatkan gaya angkat bagian depan pesawat untuk melakukan take-off. Pada sebuah pesawat tail-gear, ketinggian dari landing gear harus dirancang secara teliti sehingga ekor atau bagian belakang pesawat tidak terbentur dengan tanah selama rotasi take-off ataupun landing dengan sudut rotasi yang besar. Namun, dalam prakteknya, pesawat angkut disediakan dengan perisai yang dapat dilepas yang melindungi badan pesawat dari benturan tanah, disebabkan oleh fakta bahwa beberapa pilot yang tidak terampil merotasi pesawat begitu cepat sehingga pesawat belakang membentur tanah. Hal yang sama berlaku untuk operasi landing/pendaratan di mana sudut rotasi pesawat dan ketinggian roda harus sedemikian rupa sehingga tidak ada bahaya dari benturan ekor dan kru memiliki pandangan yang baik dari landasan pacu. Meskipun jarak tanah termasuk dalam desain landing gear, setiap tahun, ada beberapa laporan benturan pada ekor oleh pesawat transportasi. Kecelakaan benturan ekor harus dicegah melalui peningkatan ketinggian landing gear. Solusi lain yang umum untuk masalah ini adalah untuk memotong badan pesawat bagian belakang dengan sudut upsweep. Terjadinya benturan itu diperiksa dengan melihat sudut antara tanah (dari kontak gear utama dengan tanah) ke awal sudut upsweep di badan pesawat (yaitu α C ). Persyaratan jarak tanah rotasi take-off untuk mencegah benturan pesawat adalah sebagai berikut: αα CC αα TTTT.. (2.1) dimana sudut jarak tanah adalah: αα CC = tan 1 HH ff (2.2) AAAA 18

16 Gambar 2.10 Geometri jarak tanah rotasi take-off Pada gambar 2.10 dapat dilihat geometri jarak tanah pada saat take-off. Dengan kata lain, jika sudut izin (α C ) kurang dari sudut rotasi pesawat (α TO ) saat take-off, pesawat akan membentur permukaan tanah. Jika tidak, akan ada jarak antara pesawat dan tanah dan badan pesawat tidak akan rusak selama rotasi takeoff. Besarnya jarak dapat ditentukan dengan memeriksa segitiga (gambar ) yang terdiri dari tiga sisi: 1. jarak gear utama dibelakang ke awal sudut upsweep (yaitu AB); 2. ketinggian pesawat (H f ), dan 3. sudut rotasi take-off (α TO ). Gambar menunjukkan segitiga ABC (bagian dari pesawat pada gambar ) yang terbentuk antara badan pesawat bagian bawah dan gear utama. Pesawat dirotasi sekitar gear utama (O atau C) dengan jumlah sudut rotasi take-off tertentu. Jarak minimum antara pesawat dan tanah (H c ) selama rotasi take-off adalah sekitar 30 cm. Pada Tabel 2.3 menujuukan rotasi Take-off pada pesawat. Tabel 2.3 Rotasi Take-Off pada pesawat No Tipe Pesawat sudut pitch take-off ( o ) 1 Sangat mudah digerakkan (seperti acrobatic, fighter) 2 Semi acrobatic Penerbangan umum normal ringan Transport kecil Transport besar

17 Gambar 2.11 Pemeriksaan jarak tanah belakang badan pesawat selama take-off Pada gambar 2.11 menunjukkan pemeriksaan bagian ekor pesawat terhadap tanah. HHHHHHHHHHHHHHHH = HHHH + HH cc cos αα CC... (2.3) 2.6 Wheel Base Wheel base merupakan jarak antar roda depan dan belakang. Wheel base mempunyai peran penting dalam distribusi beban antar roda utama dan roda belakang. Dengan demikian, wheel base harus ditentukan secara baik untuk memenuhi semua persyaratan desain yang relevan. (Mohammad Sadraey) Pada pesawat dengan tipe landing gear tail gear posisi wheel base ditentukan dengan menghitung posisi roda depan dan belakang sesuai dengan sudut sudut yang telah di tentukan (L. Pazzani). Gambar 2.3 menunjukkan geometri landing gear. 20

18 Gambar 2.12 Geometri Landing Gear Desain posisi roda depan didasarkan pada posisi pusat gravitasi pesawat dan desain sesuai sudut yang diberikan pada bagian depan pesawat yaitu sekitar o. dan sudut kemiringan tiang roda pesawat yaitu sebesar 5 o. Untuk menetukan posisi roda belakang pesawat dilakukan dengan mengikuti sudut yang telah diberikan pada bagian belakang pesawat. Perhitungan didasarka pada posisi sayap ekor pesawat dengan sudut 45 o. dan kemiringan tiang roda belakang sebesar 5 o. (L.Pazzani) Gambar 2.5 menunjukan goemetri beban pada pesawat. Berat pesawat diangkut oleh 3 roda. Karena bentuk dari badan pesawat tersebut, beban yang diangkut oleh roda depan diasumsikan sebesar 70-80% dan roda depan 20-30%.(L.Pazzani) Gambar 2.13 Geometri beban pesawat 21

19 Pada gambar 2.13 menunjukkan geometri beban pesawat. Perhitungan beban statis pada setiap gear dilakukan dengan menggunakan persamaan kesetimbangan. Roda depan diasumsikan sebagai gaya depan (Fdepan) dan roda belakang sebagai gaya belakang (Fbelakang). Karena pesawat dalam keadaan kesetimbangan statis, penjumlahan dari semua arah gaya z harus nol: Σ Fz = 0 F depan + F belakang = W... (2.4) nol: Selain itu, penjumlahan dari semua momen sekital roda belakang adalah Σ M belakang = 0 F depan b + Wm = W... (2.5) Dengan demikian persentase beban statis yang dibawa oleh gear depan pesawat : Fn = = W x aa... (2.6) bb Selain itu, persentasse beban statis yang dibawa oleh gear belakang adalah: Fn = W x mm bb... (2.7) Untuk menghitung beban dinamis roda depan digunakan rumus: FF nndddddd = aa LL WWHH cccc (2.8) gggg Oleh karena itu, beban total pada gear depan selama landing adalah: FF DDDDDDDD mmmmmm = FF AA + FF nndddddd (2.9) 2.7 Wheel Track Wheel track (T) didefinisikan sebagai jarak antara gear yang paling kiri dan paling kanan (ketika melihat tampilang depan). Wheel track ditunjukkan pada gambar

20 Whell Track Gambar 2.14 Wheel track pesawat Wheel track dari roda utama harus diatur sehingga pesawat tidak mudah terguling karena angin atau selama pembelokan pada tanah. Sudut overturn diperkenalkan untuk dapat menentukan ukuran wheel track. Ada dua sudut overturn seperti yang ditunjukkan pada gambar Gambar 2.15 Sudut overturn 1. Ketika melihat pandangan depan pesawat, sudut antara garis vertikal melewati pusat gravitasi pesawat dan salah satu roda utama adalah sudut overturn (Gambar 2.5-2). Dalam gambar ini parameter Hcg adalah ketinggian pusat gravitasi pesawat dari tanah. 2. Ketika melihat pandangan atas pesawat, pertama, buatlah suatu garis melewati pesawat dari gear utama dan gear hidung. Kemudian, menarik garis sejajar dengan garis ini melewati pusat gravitasi pesawat. Langkah 23

21 berikutnya adalah untuk membentuk segitiga dengan memilih jarak pada garis ini yang sama dengan panjang dari H CG (lihat Gambar 2.5-1), dan menarik garis tegak lurus ke titik ini. Langkah terakhir adalah untuk melewati garis dari persimpangan garis terakhir dari pusat gravitasi pesawat. Sudut overturn dibentuk oleh garis ini seperti yang ditunjukkan. Persyaratan sudut overturn yang dihasilkan tidak boleh mencapai 60 o, jika sudut overturn mencapai 60 o maka perhitungan wheel track dianggap gagal. Sebagai aturan praktis, trek roda harus sedemikian rupa sehingga sudut overturn Φ ot berada di dalam batas yang direkomendasikan berikut: Φ ot (2.10) 2.8 Roda Roda didesainagar dapat menahan berat dari pesawat. Biasanya roda utama menahan 90% dari total berat pesawat. Untuk konsep awal perancangan digunakan pendekatan statistik. Pada Tabel 2.4 memberikan persamaan untuk menghitung roda. (P. Raymer) D = A WW B ww... (2.11) Dimana WW ww = berat pada roda Tabel 2.4 Statistik ukuran roda 24

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika PESAWAT TERBANG Dengan mempelajari bagaimana pesawat bisa terbang Anda akan mendapatkan kontrol yang lebih baik atas UAV Anda. Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika Empat gaya aerodinamik yang

Lebih terperinci

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP Gunawan Wijiatmoko 1) 1) TRIE, BBTA3, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan PUSPIPTEK Gedung 240, Tangerang

Lebih terperinci

Analisis dan Pengujian Stabilitas Saat Kondisi Berbelok pada Kendaraan Bermotor Roda Tiga sebagai Alat Bantu Transportasi bagi Penyandang Disabilitas

Analisis dan Pengujian Stabilitas Saat Kondisi Berbelok pada Kendaraan Bermotor Roda Tiga sebagai Alat Bantu Transportasi bagi Penyandang Disabilitas Analisis dan Pengujian Stabilitas Saat Kondisi Berbelok pada Kendaraan Bermotor Roda Tiga sebagai Alat Bantu Transportasi bagi Penyandang Disabilitas Agus Setiawan 1, Wahyudi 2, Dhika Aditya P. 3 1 Program

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS PERHITUNGAN RODA PENDARATAN PESAWAT TANPA AWAK. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

DESAIN DAN ANALISIS PERHITUNGAN RODA PENDARATAN PESAWAT TANPA AWAK. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik DESAIN DAN ANALISIS PERHITUNGAN RODA PENDARATAN PESAWAT TANPA AWAK Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik T MUHAMMAD RINALDI AULIA NIM. 090401052 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

GAYA ANGKAT PESAWAT Untuk mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang

GAYA ANGKAT PESAWAT Untuk mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang GAYA ANGKAT PESAWAT Untuk mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang 1. Pendahuluan Pesawat terbang modern sudah menggunakan mesin jet, namun prinsip terbangnya masih menggunakan ilmu gaya udara seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara. subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara. subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam memilih kendaraan, masyarakat hendaknya mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan

Lebih terperinci

Oleh : Bimo Arindra Hapsara Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi. Proposal Tugas Akhir. Tugas Akhir

Oleh : Bimo Arindra Hapsara Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi. Proposal Tugas Akhir. Tugas Akhir Proposal Tugas Akhir Tugas Akhir Oleh : Bimo Arindra Hapsara 2106 100 047 Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kecelakaan

Lebih terperinci

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda KEGIATAN BELAJAR 1 Hukum I Newton A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda DINAMIKA PARTIKEL Mungkin Anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan Anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak,

Lebih terperinci

Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body.

Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body. SISTEM SUSPENSI Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body. SPRUNG WEIGHT DAN UNSPRUNG WEIGHT Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Metode Kendali Umpan Maju Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada fenomena berkendara ketika berbelok, dimana dilakukan pemodelan matematika yang

Lebih terperinci

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering STEERING Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

Variabel-variabel Pesawat

Variabel-variabel Pesawat Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Impact of Aircraft Characteristics on Airport Design Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Variabel-variabel Pesawat Berat (weight) diperlukan

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT

KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2018 ISSN 2085-4218 KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT Gunawan Wijiatmoko 1) Meedy Kooshartoyo 2) 1,2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Abutmen merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Adapun fungsi abutmen ini antara lain : Sebagai perletakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 35 BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 3.1. Daftar Spesifikasi Kendaraan 1) Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0 V M/T Tahun 2004 Tabel 3.1. Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkendara, ketika kendaraan telah mencapai sebuah tikungan dan akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer dan

Lebih terperinci

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR BAB DNAMKA OTAS DAN KESEMBANGAN BENDA TEGA. SOA PHAN GANDA. Dengan menetapkan arah keluar bidang kertas, sebagai arah Z positif dengan vektor satuan k, maka torsi total yang bekerja pada batang terhadap

Lebih terperinci

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω =

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω = v adalah kecepatan bola A: v = ωr. ω adalah kecepatan sudut bola A terhadap sumbunya (sebenarnya v dapat juga ditulis sebagai v = d θ dt ( + r), tetapi hubungan ini tidak akan kita gunakan). Hukum kekekalan

Lebih terperinci

BAB - 3 T O R S I. Gambar 3.2

BAB - 3 T O R S I. Gambar 3.2 BAB - 3 T O R S I Hukum pertama newton tentang gerak (sifat 5, bagian 2.2) merupakan suatu kondisi yang perlu untuk suatu benda berada dalam kesetimbangan. Dalam bab terakhir ini digunakan untuk menghitung

Lebih terperinci

BAGIAN III: PRAKTIK & KEMAJUAN Pastikan Anda berlatih sampai Anda yakin pada langkah sebelum Anda melanjutkan ke langkah berikutnya.

BAGIAN III: PRAKTIK & KEMAJUAN Pastikan Anda berlatih sampai Anda yakin pada langkah sebelum Anda melanjutkan ke langkah berikutnya. RC Helicopter Flying Tips BAGIAN I: PROFIL Penting saran untuk belajar terbang helikopter model cepat, aman dan tanpa menabrak setiap minggu: 1. Mengundang flyer berpengalaman untuk membantu Anda: Menyiapkan

Lebih terperinci

Desain pesawat masa depan

Desain pesawat masa depan Desain pesawat masa depan Flying Wing = Sayap Terbang? Itu memang terjemahan bebasnya. Dan arti yang sebenarnya memang tidak terlalu jauh berbeda. Flying Wing sebenarnya merupakan istilah untuk desain

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gokart saat ini sangat berkembang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam bidang otomotif.

Lebih terperinci

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar A. Torsi 1. Pengertian Torsi Torsi atau momen gaya, hasil perkalian antara gaya dengan lengan gaya. r F Keterangan: = torsi (Nm) r = lengan gaya (m) F = gaya

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

MODUL FISIKA SMA Kelas 10 SMA Kelas 0 A. Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda Dinamika adalah ilmu yang mempelajari gerak suatu benda dengan meninjau penyebabnya. Buah kelapa jatuh dan pohon kelapa dan bola menggelinding di atas

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Kuliah kedua STATIKA Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Pendahuluan Pada bagian kedua dari kuliah Statika akan diperkenalkan

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN

PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN Nama : Fatimah NIM : 20214039 Mata Kuliah :Metodelogi Penelitian PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN Secara prinsip mobil terdiri dari tiga bagian utama. Yang pertama adalah mesin sebagai

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR MENGAPA PESAWAT DAPAT TERBANG

PRINSIP DASAR MENGAPA PESAWAT DAPAT TERBANG PRINSIP DASAR MENGAPA PESAWAT DAPAT TERBANG Oleh: 1. Dewi Ariesi R. (115061105111007) 2. Gamayazid A. (115061100111011) 3. Inggit Kresna (115061100111005) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GERAK ROTASI. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com

GERAK ROTASI. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com GERAK ROTASI Hoga saragih Benda tegar yang dimaksud adalah benda dengan bentuk tertentu yang tidak berubah, sehinga partikelpartikel pembentuknya berada pada posisi tetap relatif satu sama lain. Tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Industri mobil di Indonesia ini sangatlah maju, dalam penggunaannya mobil digunakan sebagai sarana yang dapat membantu kebanyakan orang untuk memindahkan

Lebih terperinci

Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012.

Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012. Nama : Kelas : Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012. 1. Besaran yang satuannya didefinisikan lebih dulu disebut

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1 PERENCANAAN BANDAR UDARA Page 1 SISTEM PENERBANGAN Page 2 Sistem bandar udara terbagi menjadi dua yaitu land side dan air side. Sistem bandar udara dari sisi darat terdiri dari sistem jalan penghubung

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar!

Pilihlah jawaban yang paling benar! Pilihlah jawaban yang paling benar! 1. Besarnya momentum yang dimiliki oleh suatu benda dipengaruhi oleh... A. Bentuk benda B. Massa benda C. Luas penampang benda D. Tinggi benda E. Volume benda. Sebuah

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan

Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2301-9271 A-35 Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan Faisal

Lebih terperinci

1. a) Kesetimbangan silinder m: sejajar bidang miring. katrol licin. T f mg sin =0, (1) tegak lurus bidang miring. N mg cos =0, (13) lantai kasar

1. a) Kesetimbangan silinder m: sejajar bidang miring. katrol licin. T f mg sin =0, (1) tegak lurus bidang miring. N mg cos =0, (13) lantai kasar 1. a) Kesetimbangan silinder m: sejajar bidang miring katrol licin T f mg sin =0, (1) tegak lurus bidang miring N mg cos =0, (2) torka terhadap pusat silinder: TR fr=0. () Dari persamaan () didapat T=f.

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Latihan I IMPULS MOMENTUM DAN ROTASI

Latihan I IMPULS MOMENTUM DAN ROTASI Latihan I IMPULS MOMENTUM DAN ROTASI 1. Bola bergerak jatuh bebas dari ketinggian 1 m lantai. Jika koefisien restitusi = ½ maka tinggi bola setelah tumbukan pertama A. 50 cm B. 25 cm C. 2,5 cm D. 12,5

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fase Fase Dalam Proses Perancangan Perancangan merupakan rangkaian yang berurutan, karena mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Kemudi Di dalam sebuah sistem kemudi ada dua faktor yang menjadi tujuan dari setiap pengembangan teknologi otomotif yaitu mempermudah pengendalian kendaraan dan meningkatkan

Lebih terperinci

USAHA DAN ENERGI. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS.

USAHA DAN ENERGI. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. USAHA DAN ENERGI Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. SOAL - SOAL : 1. Pada gambar, kita anggap bahwa benda ditarik sepanjang jalan oleh sebuah gaya 75

Lebih terperinci

ULANGAN UMUM SEMESTER 1

ULANGAN UMUM SEMESTER 1 ULANGAN UMUM SEMESTER A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d atau e di depan jawaban yang benar!. Kesalahan instrumen yang disebabkan oleh gerak brown digolongkan sebagai... a. kesalahan relatif

Lebih terperinci

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi I.1 Pendahuluan Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik,

Lebih terperinci

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com Gesekan Hoga Saragih Gaya Gesekan Gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang bergesekan dan arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. Beberapa cara memperkecil gaya gesekan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BIDANG STUDI : FISIKA

BIDANG STUDI : FISIKA BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 013 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan.. Tuliskan

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR Dinamika mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu sistem. Pada dasarya persoalan dinamika dapat dirumuskan sebagai berikut: Bila sebuah sistem dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Hovercraft Hovercraft adalah suatu kendaraan yang berjalan diatas bantalan udara (air cushion) yang pergerakannya dihasilkan dari gaya angkat dan gaya dorong yang

Lebih terperinci

2 Mekanika Rekayasa 1

2 Mekanika Rekayasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN S ebuah konstruksi dibuat dengan ukuran-ukuran fisik tertentu haruslah mampu menahan gaya-gaya yang bekerja dan konstruksi tersebut harus kokoh sehingga tidak hancur dan rusak. Konstruksi

Lebih terperinci

BAB 2 GAYA 2.1 Sifat-sifat Gaya

BAB 2 GAYA 2.1 Sifat-sifat Gaya BAB 2 GAYA Dua bab berikutnya mengembangkan hukum statistika, yang merupakan suatu kondisi dimana suatu benda tetap diam. Hukum ini dapat dipakai secara universal dan dapat digunakan untuk mendesain topangan

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua Daftar Isi Daftar Isi.. i Prakata. ii 1. Ruang Lingkup 1 2. Acuan Normatif 1 3. Istilah Dan Definisi.. 1 4. Komponen Keselamatan 2 4.1. Peralatan.. 2 4.2. Sistem

Lebih terperinci

2.1 Zat Cair Dalam Kesetimbangan Relatif

2.1 Zat Cair Dalam Kesetimbangan Relatif PERTEMUAN VI 1.1 Latar Belakang Zat cair dalam tangki yang bergerak dengan kecepatan konstan tidak mengalami tegangan geser karena tidak adanya gerak relative antar partikel zat cair atau antara partikel

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Jurnal Elemen Volume 4 Nomor 1, Juni 2017 ISSN : 2442-4471 PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Kurnia Dwi Artika 1, Rusuminto Syahyuniar 2, Nanda Priono 3 1),2) Staf Pengajar Jurusan Mesin

Lebih terperinci

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014 Jawaban Soal OSK FISIKA 4. Sebuah benda bergerak sepanjang sumbu x dimana posisinya sebagai fungsi dari waktu dapat dinyatakan dengan kurva seperti terlihat pada gambar samping (x dalam meter dan t dalam

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan

Lebih terperinci

LAPORAN PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM. GESEKAN STATIS DAN GESEKAN KINETIS Tanggal Pengumpulan : Senin, 28 November 2016

LAPORAN PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM. GESEKAN STATIS DAN GESEKAN KINETIS Tanggal Pengumpulan : Senin, 28 November 2016 LAPORAN PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM GESEKAN STATIS DAN GESEKAN KINETIS Tanggal Pengumpulan : Senin, 28 November 2016 Nama ` : Nur Apriliani Rachman NIM : 11160162000062 Kelompok : 3 (Tiga) Nama Anggota :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Sistem Hidroulik Pada Forklift Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinding Penahan Tanah Bangunan dinding penahan tanah berfungsi untuk menyokong dan menahan tekanan tanah. Baik akibat beban hujan,berat tanah itu sendiri maupun akibat beban

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan jenis wesel yang umum digunakan di Indonesia Mahasiswa dapat menjelaskan standar pembuatan bagan wesel dengan

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON B A B B A B

HUKUM NEWTON B A B B A B Hukum ewton 75 A A 4 HUKUM EWTO Sumber : penerbit cv adi perkasa Pernahkah kalian melihat orang mendorong mobil yang mogok? Perhatikan pada gambar di atas. Ada orang ramai-ramai mendorong mobil yang mogok.

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA DASAR PENGUKURAN MEKANIKA 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah alat ukur berikut dan berikan contoh! a. Kemampuan bacaan b. Cacah terkecil 2. Jelaskan tentang proses kalibrasi alat ukur! 3. Tunjukkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suspensi

BAB II DASAR TEORI Suspensi digilib.uns.ac.id BAB II DASAR TEORI 2. 1. Suspensi Suspensi adalah suatu sistem yang berfungsi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA Antiremed Kelas FISIKA Persiapan UAS - Latihan Soal Doc. Name: K3ARFIS0UAS Version : 205-02 halaman 0. Jika sebuah partikel bergerak dengan persamaan posisi r= 5t 2 +, maka kecepatan rata -rata antara

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 4) Dinamika Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Dinamika Mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013 Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional Jakarta, 14 November 2013 ANALISA PERILAKU GULING KENDARAAN TRUK ANGKUTAN BARANG (STUDI

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit Gambar 8.6-24: Marka taxiway pavement-strength limit Marka tepi taxiway utama atau apron terkait, atau marka runway side stripe, harus terpotong di sepanjang lebar jalan masuk taxiway berkekuatan rendah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Soal :Stabilitas Benda Terapung TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75

Lebih terperinci

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av Contoh Soal dan tentang Fluida Dinamis, Materi Fisika kelas 2 SMA. Mencakup debit, persamaan kontinuitas, Hukum Bernoulli dan Toricelli dan gaya angkat pada sayap pesawat. Rumus Minimal Debit Q = V/t Q

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI DAN MOMENTUM. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

USAHA, ENERGI DAN MOMENTUM. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. USAHA, ENERGI DAN MOMENTUM Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. Impuls dan momentum HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINIER : Perubahan momentum yang disebabkan

Lebih terperinci

Dari gamabar diatas dapat dinyatakan hubungan sebagai berikut.

Dari gamabar diatas dapat dinyatakan hubungan sebagai berikut. Pengertian Gerak Translasi dan Rotasi Gerak translasi dapat didefinisikan sebagai gerak pergeseran suatu benda dengan bentuk dan lintasan yang sama di setiap titiknya. gerak rotasi dapat didefinisikan

Lebih terperinci

Rizqi An Naafi Dosen Pembimbing: Ir. J. Lubi

Rizqi An Naafi Dosen Pembimbing: Ir. J. Lubi Analisa Perilaku Arah Mobil GEA pada Jalan Belok Menurun dengan Variasi Kecepatan, Berat Muatan, Sudut Kemiringan Melintang, Sudut Turunan Jalan dan Radius Belok Jalan Rizqi An Naafi 2109 100 035 Dosen

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

Analisa Perilaku Gerak Belok Mobil Listrik ITS 1

Analisa Perilaku Gerak Belok Mobil Listrik ITS 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (212) ISSN: 231-9271 1 Analisa Perilaku Gerak Belok Mobil Listrik ITS 1 Pradana Setia B.L dan Unggul Wasiwitono Jurusan Teknik Mesin ITS, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika. Hukum Newton. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika. Hukum Newton. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika Hukum Newton Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinematika Mempelajari gerak materi tanpa melibatkan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Analisa Kestabilan Arah pada Kendaraan Formula Sapu Angin Speed Berdasarkan Variasi Posisi Titik Berat, Kecepatan dan Tes Dinamik Student Formula

Lebih terperinci

TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Indikator : 1. Konsep usaha sebagai hasil

Lebih terperinci

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah: PEGAS Ketika fleksibilitas atau defleksi diperlukan dalam suatu system mekanik, beberapa bentuk pegas dapat digunakan. Dalam keadaan lain, kadang-kadang deformasi elastis dalam suatu bodi mesin merugikan.

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI & DAYA

USAHA, ENERGI & DAYA USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. seperti mesin, suspensi transmisi serta digunakan untuk menjaga mobil agar

BAB II LANDASAN TEORI. seperti mesin, suspensi transmisi serta digunakan untuk menjaga mobil agar 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Chassis Chassis merupakan komponen utama pada kendaraan yang terbuat dari material kuat seperti besi dan baja, yang di buat dengan struktur dan perhitungan yang presisi

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci