KESESUAIAN DAN ARAH PENGEMBANGAN LAHAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN LEBAK
|
|
- Hartono Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KESESUAIAN DAN ARAH PENGEMBANGAN LAHAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN LEBAK (Land Suitability and Recommendation for Buffalo Development in Lebak District) E. JUARINI, SUMANTO, I-G.M. BUDIARSANA dan L. PRAHARANI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor ABSRACT Buffaloes rearing systems are still rely on the availability of graze land, so that the integration pattern with the land area of food (rice fields and farmlands) and the plantation was deadly important. Maintenance of buffaloes on agro ecosystem of palm plantation show that the productivity and performance of farmer s revenue better than on the beaches and rice fields, because of the influence of the availability of forage feed source. Herd rearing system, forage grass and cover crop is a model that can be developed and suitable for buffaloes development. Agro ecosystem of palm plantation where forage widely available, is very suitable to be used as center of breeding of buffaloes. A study on land suitability and recommendation for buffalo development was conducted in September 2010 in Lebak District. Results mapping of development areas of buffaloes showed that broad ecological suitability of land for buffalo in Lebak districts reached ha or about 50% of the total land area of ha composed of S1 (very suitable) = ha, S2 (suitable) = ha and S3 (marginally suitable) = ha. Land recommendation for developing of buffaloes is in diversification of more than: ha of dry land ha of rice field, ha diversification of farm plantation and ha of forest extensification. Key Words: Land Suitability and Recommendation, Swamp Buffalo ABSTRAK Sistem pemeliharaan ternak kerbau yang masih mengandalkan lahan pengembalaan dengan pola keterpaduan integrasi dengan kawasan pangan (sawah dan ladang) dan perkebunan sangat dirasakan penting sekali. Pemeliharaan ternak kerbau pada agroekosistem perkebunan sawit, performa produksi dan pendapatan peternak lebih baik dibandingkan di pantai dan persawahan akibat pengaruh ketersediaan sumber pakan hijauan. Sistem pemeliharaan digembalakan, hijauan rumput dan cover crop merupakan model yang dapat dikembangkan dan cocok untuk ternak kerbau. Agroekosistem perkebunan sawit dimana hijauan pakan banyak tersedia, sehingga dapat dijadikan pusat pembibitan ternak kerbau. Lokasi penelitian di Kabupaten Lebak dan penelitian dilakukan pada bulan September Hasil pemetaan wilayah pengembangan ternak kerbau diperoleh bahwa luas kesesuaian ekologis lahan untuk kerbau di Kabupaten Lebak mencapai 179,529 ha atau sekitar 50% dari keseluruhan luas lahan 356,390 ha, yang terdiri dari S1 (sangat sesuai) = 127,775 ha, S2 (sesuai) = 48,059 ha dan S3 (sesuai marginal) = 3,434 ha. Sementara itu, luas arah pengembangan untuk kelompok ternak kerbau banyak terdapat pada lahan dengan arah diversifikasi tegalan: 81,529 ha, kemudian diversifikasi sawah 52,767 ha, diversifikasi perkebunan 29,553 ha dan ekstensifikasi hutan sebanyak 12,873 ha. Dapat disimpulkan bahwa analisis kesesuaian ekologis Kabupaten Lebak memiliki kesesuaian lahan sangat luas untuk pengembangan ternak kerbau. Kata Kunci: Kesesuaian dan Rekomendasi Lahan, Kerbau PENDAHULUAN Provinsi Banten termasuk sepuluh provinsi yang memiliki populasi kerbau lebih dari ekor di Indonesia (DITJENNAK, 2006). Kerbau bersama sapi potong, sapi perah dan domba/kambing mempunyai peranan penting dalam penyediaan daging dan susu di Indonesia, termasuk untuk keperluan tenaga tarik alat pengolah lahan di persawahan dan alat pengangkut lainnya di lahan perkebunan kelapa dan sawit. Pada umumnya kerbau 100
2 dipelihara petani dalam skala pemilikan yang kecil, dengan tujuan utamanya untuk dimanfaatkan tenaganya dalam mengolah lahan sawah dan dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging (WIRYOSUHANTO, 1980 dan KUSNADI et al., 2005). Populasi kerbau di Indonesia pada tahun 1994 mencapai ekor. Namun dalam decade 10 tahun terakhir menurun secara signifikan, hingga mencapai angka ekor pada tahun 2005 (DITJENNAK, 2006). Penurunan ini terjadi hampir di setiap provinsi, termasuk di Banten. Pada tahun 1994 populasi kerbau di Provinsi Banten sebesar ekor. Namun pada tahun 2004 tercatat hanya ekor di Banten (DITJENNAK, 2006). Ini berarti di provinsi tersebut terjadi penurunan populasi rata-rata 0,27% per tahun. Menurut WIRYOSUHANTO (1980) populasi kerbau di Indonesia menurun sejak tahun 1925 dengan laju penurunan yang makin besar. Sebagai contoh penggemukan kerbau tidak berkembang bahkan diantaranya bangkrut, karena sulitnya bakalan dan terdesaknya lahan pangonan. Namun untuk daerah Pulau Jawa masih ada yang melakukan, berarti ada sumber bakalan di lokasi terdekat (masih survive) tapi informasinya kurang. Apabila kondisi ini dibiarkan terus tanpa penanganan khusus tidak mustahil kerbau di Indonesia akan terkuras terutama yang memiliki bibit yang unggul, sehingga untuk pengembangan selanjutnya akan lebih sulit lagi. Menurut TRIWULANNINGSIH (2005) sistem pemeliharaan tradisional menyebabkan terjadi perkawinan sedarah (in-breeding) sehingga kualitas bibit kerbau menurun yang berakibat pada perkembangan populasi yang lambat. Disisi lain bahwa lokasi lahan untuk pangonan kerbau semakin menyempit, akibat lahan sudah banyak berobah penggunaannya baik untuk hunian penduduk maupun penggunaan lainnya. Disamping itu terganggunya lingkungan hidup kerbau dalam suatu agroekosistem, seperti berkurangnya lahan baik sebagai lahan garapan petani maupun lahan sebagai sumber pakan menyebabkan kerbau sulit berkembang. Alasan lainnya adalah pendapatan usaha kerbau relatif rendah, sekitar adalah Rp. 204 ribu/ekor/tahun. Minimnya keuntungan dalam memelihara kerbau, menyebabkan petani kurang bergairah untuk mengembangkan usaha ternak kerbau (KUSNADI et al., 2005). Disamping itu, hasil penelitian pada tahun 2007 juga menunjukkan bahwa usaha ternak secara sosial diterima petani, secara teknis dapat dilakukan dan secara ekonomis menguntungkan sehingga layak untuk dikembangkan lebih lanjut dengan intervensi teknologi (KUSNADI et al., 2007). Pengembangan ternak kerbau perlu dilakukan mengingat kontribusinya dalam sistem usaha pertanian yang cukup besar dan kontribusinya sebagai sumber pendapatan keluarga peternak cukup besar dan menguntungkan. Model pengembangan ternak kerbau harus disesuaikan dengan agro-ekosistem untuk memperoleh hasil optimal. Atas dasar pemikiran tersebut dilakukan penelitian ini dengan tujuan melihat usaha ternak kerbau yang cocok dengan kondisi agroekosistem setempat. Oleh karena itu, model pengembangan ternak kerbau dengan intervensi teknologi yang tepat perlu dirancangkan sebagai acuan bagi program pengembangan kerbau nasional, khususnya Propinsi Banten, terutama untuk pemetaan wilayah potensial pengembangan kerbau sebagai sumber informasi dalam menunjang perencanaan pembangunan peternakan, khususnya kerbau di Kabupaten Lebak. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di Kabupaten Lebak untuk mencari kesesuaian lahan suatu wilayah yang selanjutnya untuk menunjang program pengembangan kerbau sebagai komoditas unggulan daerah. Ruang lingkup kegiatan pengamatan adalah Peta-peta dasar (ketinggian, jenis tanah, kelerengan, iklim/curah hujan, peta penggunaan lahan) diperoleh dari beberapa instansi terkait, Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), Bakosurtanal, Ditjen Pertambangan, BPN (Pusat, Propinsi, Kabupaten), dan BPS. Hasil peta adalah peta kesesuaian dan peta rekomendasi kesesuaian lahan untuk pengembangan ternak kerbau basis desa (1 : ), melalui analisis yang dikembambangkan oleh ASHARI et al. (2000). Data komponen agroekosistem dianalisa secara tabulatif deskriptif: dalam batas administrasi desa/kecamatan-tegantung ketersediaan data di daerah. Peta arahan pengembangan lahan ternak kerbau dibuat dengan melakukan penumpang tindihan (super imposed) peta 101
3 dasar-fisik (jenis tanah, elevasi, iklim dan penggunaan lahan) dengan karakterisasi sesuai perilaku ternak kerbau. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan umum Populasi kerbau di Kabupaten Lebak tersebar di 10 Kecamatan dengan total populasi kerbau sebanyak ekor. Kecamatan Maja memiliki populasi kerbau sebesar 3418 ekor yang terdiri dari 1061 jantan dan 2357 betina, Meskipun populasi ternak kerbau tidak cukup besar, Kecamatan Maja memiliki peranan cukup penting dalam mendukung produksi daging kerbau bagi Kabupaten Lebak karena sebagian besar luasan lahan merupakan perkebunan kelapa sawit yang banyak dimanfaatkan peternak sebagai lokasi penggembalaan. Disnak Kabupaten Lebak memilih Kampung Solear, Desa Sindang Mulya di Kecamatan Maja sebagai tempat lokasi wilayah pengembangan berdasarkan keberadaan kelompok peternak kerbau dengan pertimbangan ketersediaan pakan hijauan yang melimpah sepanjang tahun dan keaktifan serta besarnya minat kelompok peternak. Lokasi kelompok berada di perkebunan sawit dengan sistem pemeliharaan integrasi sawit-kerbau. Perkebunan kelapa sawit seluas 1500 hektar merupakan sumber pakan hijauan yang mampu menampung sedikitnya 3000 ekor kerbau sangat cocok sebagai lokasi pembibitan kerbau karena memiliki sumber pakan yang melimpah baik dari biomasa berupa cover crop maupun dari pelepah sawit. Letak Desa Sindang Mulya berada pada ketinggian m diatas permukaan laut dengan curah hujan 1870 mm dan temperatur C serta kelembaban 65 85%. Jarak dari kecamatan 12 km, dari Kabupaten 20 km dan dari Ibukota Provinsi 60 km. Sementara lokasi kawasan pengembangan perbibitan kerbau terletak di daerah agroekosistem perkebunan kelapa sawit milik PTP VIII Cisalak. Lokasi kelompok pembibitan sangat stategis yaitu di pinggir jalan Kabupaten dengan jarak tempuh dari jalan Kabupaten sekitar 100 m, sehingga memudahkan petugas untuk mencapai lokasi pengembangan. Kelompok Peternak memiliki rumah (saung) pertemuan kelompok ternak yang dibangun swadaya dan kandang koloni yang terletak di tengah pemukiman anggota kelompok ternak, sehingga keamanan dan pengawasan ternak kerbau lebih terjamin. Secara umum lokasi pengembangan bibit kerbau ini telah memenuhi persyaratan kemudahan akses dan keamanan. Meskipun dari segi kesehatan lingkungan peternak kurang memenuhi persyaratan karena sangat berdekatan dengan pemukiman peternak. Lokasi ini menurut Dinas Kabupaten termasuk wilayah pengembangan ternak kerbau yang akan dijadikan sebagai pusat pembibitan kerbau khususnya di Kampung Solear mengingat letaknya berada di dalam kawasan perkebunan kelapa sawit. Kandang koloni pemeliharaan kerbau berada di pinggir kebun sawit. Sementara itu, penggembalaan kerbau dilakukan di bawah kebun sawit yang telah berumur 6 7 tahun sehingga keberadaan kerbau di dalam kebun sawit sama sekali tidak mengganggu pohon sawit. Kelompok peternak telah mendapat ijin resmi dari Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit dari PTP VIII melalui Dinas Peternakan Lebak. Luasan lahan perkebunan kelapa sawit ini diharapkan dapat menampung ternak kerbau lebih banyak lagi yang memberikan keuntungan kompos bagi tanaman kelapa sawit, sehingga mengurangi biaya pemupukan organik dari perusahaan. Melihat potensi kawasan perkebunan kelapa sawit ini sebagai kawasan sumber pakan hijauan, Dinas Peternakan Lebak merencanakan akan menjadikan tempat ini sebagai pusat pembibitan kerbau dan diharapkan bertambahnya kelompok peternak pembibit yang baru. Pemeliharaan ternak kerbau masih dilakukan secara tradisional, meskipun pelatihan dan penyuluhan dari dinas terkait telah dilakukan. Peternak belum mampu menerapkan teknologi yang telah dipelajari disebabkan pola usaha ternak kerbau masih bersifat sampingan dan berskala kecil serta peran ternak kerbau masih sebagai tabungan. Pencatatan produksi dan perkawinan ternak belum dilakukan, sehingga informasi yang diperoleh hasil wawancara berdasarkan daya ingat peternak. 102
4 Lokasi Neglasari sistem pemeliharaannya di dalam kandang yang terletak di sebidang tanah yang belum dimanfaatkan oleh pemiliknya yang dapat berubah fungsi penggunaanya setiap saat, dan menggusur peternakan kerbau pada lokasi tersebut. Kandang dibangun secara berkelompok antara 2 3 kandang individu per peternak. Jumlah peternak per kelompok sebanyak 42 peternak, Ternak kerbau biasanya dibawa ke sungai dekat kandang kelompok pada siang hari untuk berkubang. Oleh karena itu, umumnya lokasi kandang kelompok kerbau dipilih tidak jauh dari sungai yang digunakan sebagai tempat berkubang. Rata-rata kepemilikan lahan 0,5 1 ha per petani yang terdiri dari sawah tadah hujan dan kebun tanaman pangan (singkong, jagung, kacang tanah). Peternak/kelompok peternak tidak memiliki padang penggembalaan dengan komposisi dominan hijauan pakan ternak, tetapi kawasan perkebunan sawit menjadi area penggembalaan kerbau. Mata pencaharian utama adalah pertanian (padi) perkebunan tanaman pangan, tetapi pada umumnya petani memiliki ternak kerbau 2 3 ekor per petani meskipun kisaran kepemilikan ternak berbeda antara agroekosistem.kepemilikan ternak di Solear lebih banyak karena ketersediaan pakan yang melimpah di kawasan perkebunan yang dekat dengan lokasi kandang dan perumahan peternak sehingga peternak merasa masih mampu memelihara lebih banyak kerbau dibandingkan dengan peternak Neglasari dengan sistem dikandangkan. Populasi ternak ruminansia Populasi ternak ruminansia yang diwakili oleh sapi potong, kerbau dan domba di Kabupaten lebah terdapat pada Tabel 1. Jumlah populasi kerbau ( ekor) tampaknya masih lebih tinggi dibandingkan dengan populasi sapi potong (1.836 ekor). Keadaan kemiringan, ketinggian dan jenis tanah. Luas kesesuaian ekologis dan arah pengembangan lahan untuk kerbau Informasi potensi lahan peternakan dalam peta spasial dengan skala tertentu di Kabupaten Lebak adalah penting, terutama menelaah peta kesesuaian ekologis lahan dan arah pengembangan ternak ruminansia, terutama kerbau. Dalam penyajiannya, semua desa dalam masing-masing kecamatan ditampilkan dalam bentuk peta dalam luasan ha. Informasi potensi lahan peternakan dalam peta spasial dengan skala tertentu di Kabupaten Lebak adalah penting, terutama menelaah peta kesesuaian ekologis lahan dan arah pengembangan ternak ruminansia, terutama kerbau. Dalam penyajiannya, semua desa dalam masing-masing kecamatan ditampilkan dalam bentuk peta dalam luasan ha. Tabel 1. Populasi ternak ruminansia Kabupaten Lebak Kecamatan Sapi potong Kerbau Domba Malimping Wanasalam Panggarangan Cihara Bayah Cilograng Cibeber Cijaku Cigembong Banjarsari Cileles Gunung Kencana Bojongmanik Cirenten Leuwidamar Muncang Sobang Cipanas Lebakgedong Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Kalang Anyar Maja Curugbitung Jumlah Sumber: LAPORAN DINAS PETERNAKAN KABUPATEN LEBAK (2009); BPS KAB. LEBAK (2009) 103
5 Kesesuaian ekologis lahan ternak kerbau terdiri dari empat kelompok, yaitu kelompok 1 (S1) merupakan kondisi lahan yang sangat sesuai, kelompok 2 (S2) merupakan kondisi lahan yang sesuai, kelompok 3 (S3) merupakan kondisi lahan yang sesuai marjinal dan kelompok 4 (NS) merupakan kondisi lahan yang tidak sesuai. Namun secara teknis lahan, bukan berarti bahwa kelompok lahan yang kurang sesuai dan tidak sesuai tidak dapat digunakan sebagai wilayah usaha untuk ternak, tetapi dalam membangun wilayah untuk keperluan usaha ternak sapi potong perlu pembiayaan yang lebih besar dibanding pada kelompok 1 dan 2. Bab ini membahas luas wilayah kesesuaian ekologis dan luas arah pengembangan, khususnya untuk ternak kerbau. Penggabungan hasil peta kesesuaian lahan ternak sapi potong dengan peta penggunaan lahan, maka terlahir bentuk peta dan informasi tentang arah pengembangan lahan untuk ternak kerbau. Luas kesesuaian dan arah rekomendasi kerbau hanya ditampilkan ditingkat kecamatan, dan informasi luas dalam skala desa hanya dicantumkan dalam lampiran saja, yang dimaksudkan sebagai informasi tambahan apabila diperlukan nantinya. Distribusi sebaran luas kesesuaian ekologis lahan dan arah pengembangan untuk ternak kerbau di semua kecamatan di Kabupaten Lebak dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kesesuaian lahan kerbau di Kabupaten Lebak Kecamatan Luas kesesuaian lahan (ha) NS S1 S2 S3 ha % Malimping 5,856 2,114 2, Wanasalam 13, Panggarangan 2,822 13, Cihara 3,203 4,016 7, Bayah 2,476 4,371 8, Cilograng 12, Cibeber 11,914 30, Cijaku 1,833 1,239 3, Cigemblong 2,250 9, Banjarsari 8, , Cileles 10,942 1,413 4, Gunung Kencana 15, Bojong Manik 6, Cirinten 8, Leuwidamar 3, , Muncang 892 6, Sobang 9, Cipanas 571 3,440 1,183 2, Lebakgedong 533 4, Sajira 4,821 3,549 3, Cimarga 11,947 2,705 4, Cikulur 6, Warung Gunung 5,422 Cibadak 32,099 1,330 Rangkasbitung 2,231 3,837 1, Kalang Anyar 2, Maja 6, Curug Bitung 4,438 2, Total 127,775 48,059 3, ,121 % S1: sangat sesuai; S2: sesuai; S3: Sesuai marginal, NS: tidak sesuai 104
6 Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa luas kesesuaian ekologis lahan untuk kerbau di seluruh kecamatan di Kabupaten Lebak mencapai 179,529 ha atau sekitar 50% dari keseluruhan luas lahan 356,390 ha yang terdiri dari S1 = 127,775 ha, S2 = 48,059 ha dan S3 = 3,434 ha. Sementara itu, distribusi sebaran luas kesesuaian lahan ternak kerbau di masingmasing desa secara lebih rinci di Kabupaten Lebak ditampilkan pada Lampiran. Sedangkan distribusi luas arah pengembangan ternak kerbau di Lebak dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Arah pengembangan lahan kerbau di Lebak Kecamatan Diversivikasi sawah Luas wilayah (ha) untuk rekomendasi kerbau Diversivikasi tegalan Diversivikasi perkebunan Ekstensifikasi hutan Ekstensifikasi semak-semak Malimping 2,551 4, ,971 Wanasalam 3,242 5,178 3,138 1, ,769 Panggarangan 1,227 1, ,822 Cihara 969 4, ,219 Bayah 317 3, ,671 6,847 Cilograng Cibeber 5, ,227 1,114 11,914 Cijaku 532 1, ,072 Cigemblong 2,250 2,250 Banjarsari 2,469 4,118 2, ,368 Cileles 1,781 5,346 3, ,385 12,356 Gunung Kencana Bojong Manik Cirinten Leuwidamar 774 2, ,305 Muncang Sobang Cipanas 1,152 2,145 1, ,195 Lebakgedong Sajira 1,632 3,033 2,392 1,314 8,370 Cimarga 3,151 5,909 2,942 2, ,651 Cikulur 3,073 3, ,460 Warung Gunung 2,873 2,549 5,422 Cibadak 15,985 17,444 33,429 Rangkasbitung 2,231 3,837 1, ,341 Kalang Anyar 949 1, ,324 Maja 1,884 3,017 1,233 6,135 Curug Bitung 544 3,328 2, ,885 Total 52,767 81,529 29,553 12,873 2, ,529 % Ds: Diversifikasi sawah; Dt: diversifikasi tegalan; Dp: diversifikasi perkebunan; Eh: Ekstensifikasi hutan; Ea: Ekstensifikasi semak-semak Total 105
7 Dari Tabel 3 terlihat bahwa luas area pengembangan untuk ternak kerbau banyak terdapat pada lahan dengan arah diversifikasi tegalan 81,529 ha, diversifikasi sawah 52,767 ha, diversifikasi perkebunan 29,553ha, dan ekstensifikasi hutan sebanyak 12,873 ha. Hasil analisis tersebut diatas hanya dapat diimplementasikan apabila penggunaan lahan dan daya dukung wilayah ini diketahui sehingga dapat dihitung berapa banyak ternak kerbau dapat dikembangkan. Secara rinci sebaran arah pengembangan lahan untuk kerbau di Lebak disajikan pada Gambar 1. KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa 50% wilayah Kabupaten Lebak secara ekologis sangat potensial dan sesuai untuk digunakan sebagai kawasan pengembangan ternak kerbau. Gambar 1. Peta arahan pengembangan ternak kerbau di Kabupaten Lebak 106
8 DAFTAR PUSTAKA ASHARI Panduan Analisis Potensi Wilayah Pengembangan Peternakan. Balai Penelitian Ternak, Bogor. DITJENNAK Statistik Peternakan Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta. BPS KAB. LEBAK Kabupaten Lebak dalam Angka. Badan Pusat Stastistik Kabupaten Lebak. KUSNADI, U., L. PRAHARANI, E. JUARINI, A. THAHAR dan I. HERDIAWAN Analisa Efisiensi Usaha Ternak Kerbau. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian DIPA. Tahun Anggaran Edisi Khusus Buku I. Ruminansia. Balai Penelitian Ternak, Bogor. KUSNADI, U., D.A. KUSUMANINGRUM, R.S. SIANTURI dan E. TRIWULANINGSIH Fungsi dan Peranan Kerbau dalam Sistem Usahatani di Provinsi Banten. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veternier. Bogor September Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm TRIWULANNINGSIH. E Laporan Hasil Penelitian Breeding dan Reproduksi Ternak Kerbau di Indonesia. Balitnak, Bogor. WIRYOSUHANTO Peternakan Kerbau di Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. Pertanyaan: DISKUSI 1. Sejauh mana pihak Kabupaten Lebak melindungi lahan petenak untuk dikemudian hari agar tidak tergusur?. 2. Jika sudah ada pihak pengguna dan pemilik lahan sebaiknya dibuat MoU?. Jawaban: 1. Tingkat operasional harus pertingkat kabupaten disesuaikan dengan penataan ruang. 2. MoU dilakukan jika didukung dengan pelaksaan di lapang, yang paling bagus adalah dengan peran kemitraan. 107
DAYA DUKUNG HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DAN KERBAU DALAM MENDUKUNG PSDS/K 2014 DI KABUPATEN LEBAK
DAYA DUKUNG HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DAN KERBAU DALAM MENDUKUNG PSDS/K 2014 DI KABUPATEN LEBAK (Carrying Capacity of Forage and Crop Waste for Development of Buffalo and Cattle
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini
69 BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Lebak terletak antara 6º18-7º00 Lintang Selatan dan 105º25-106º30 Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha (3.044,72 Km²) yang terdiri
Lebih terperinciDOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK TAHUN ANGGARAN 2016 DPPA - SKPD 2.
DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK TAHUN ANGGARAN 06 Formulir DPPA - SKPD. Urusan Pemerintahan Organisasi :.0. - PERTANIAN :.0.0. - DINAS PERTANIAN
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN KERBAU DI KABUPATEN LEBAK BANTEN
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN KERBAU DI KABUPATEN LEBAK BANTEN (Strategy for Buffaloes Farming Development in Lebak District of Banten Province) I.G.M. BUDIARSANA, E. JUARINI dan L. PRAHARANI
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN TERNAK KERBAU DI PROVINSI BANTEN
STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN TERNAK KERBAU DI PROVINSI BANTEN (Feasibility Study of Buffalo Breeding Farm in Banten Province) E. JUARINI, SUMANTO, I.G.M. BUDIARSANA dan L. PRAHARANI Balai Penelitian
Lebih terperinciJumlah rumah tangga usaha pertanian di kabupaten Lebak Tahun 2013 sebanyak rumah tangga
Jumlah rumah tangga usaha pertanian di kabupaten Lebak Tahun 2013 sebanyak 187.364 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di kabupaten Lebak Tahun 2013 sebanyak 17 Perusahaan Jumlah perusahaan
Lebih terperinciPROFIL USAHATANI KERBAU DI PROPINSI BANTEN
PROFIL USAHATANI KERBAU DI PROPINSI BANTEN (The Profile of Buffalo Rearing System in Banten Province) E. JUARINI, I. HERDIAWAN, I G.M. BUDIARSANA dan U. KUSNADI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciPOTENSI LAHAN PENGEMBANGAN SAPI POTONG MENUNJANG KETERSEDIAAN DAGING DI KABUPATEN 50 KOTO SUMATERA BARAT
POTENSI LAHAN PENGEMBANGAN SAPI POTONG MENUNJANG KETERSEDIAAN DAGING DI KABUPATEN 50 KOTO SUMATERA BARAT (The Potency of Land Capacity for Beef Cattle Development in the 50 Koto District of West Sumatera)
Lebih terperinciPenataan Ruang Kabupaten Lebak
Penataan Ruang Kabupaten Lebak Sumber daya kewilayahan harus dikelola secara bijaksana untuk mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan dengan memperhatikan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini
Lebih terperinciSISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI
SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI BUSTAMI dan ENDANG SUSILAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi ABSTRAK Ternak kerbau mempunyai nilai sejarah kebudayaan masyarakat Jambi. Pada
Lebih terperinciANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR
ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah
Lebih terperinciKARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN (Body Measurement Characteristics of Swamp Buffalo in Lebak and Pandeglang Districts, Banten Province) SAROJI, R.
Lebih terperinciKESIAPAN PELAYANAN KESEHATAN ARUS MUDIK IDUL FITRI 1436 H / 2015
KESIAPAN PELAYANAN KESEHATAN ARUS MUDIK IDUL FITRI 1436 H / 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBAK JL. MULTATULI NO. 5 RANGKASBITUNG TLP. 0252-201312 FAX. 0252-201024 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2002
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Hasil sensus ternak 1 Mei tahun 2013 menunjukkan bahwa populasi ternak
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil sensus ternak 1 Mei tahun 2013 menunjukkan bahwa populasi ternak kerbau di Provinsi Banten mencapai 14,2 juta ekor, sementara populasi ternak pada tahun 2011 kurang
Lebih terperinciKELAYAKAN USAHA TERNAK KERBAU UNTUK PENGHASIL BIBIT DAN DAGING DI BEBERAPA AGROEKOSISTEM
KELAYAKAN USAHA TERNAK KERBAU UNTUK PENGHASIL BIBIT DAN DAGING DI BEBERAPA AGROEKOSISTEM (Feasebility of Buffalo Rearing System in Several Agroecosystem) UKA KUSNADI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221,
Lebih terperinciPOTENSI PENGEMBANGAN KERBAU DI PROVINSI BANTEN MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING
POTENSI PENGEMBANGAN KERBAU DI PROVINSI BANTEN MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING (Potency of Developing Buffalo in Banten Province for Supporting Beef Self Sufficiency) MAUREEN CH dan E. KARDIYANTO Balai Pengkajian
Lebih terperinciPROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI
PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan
Lebih terperinciFUNGSI DAN PERANAN KERBAU DALAM SISTEM USAHATANI DI PROPINSI BANTEN
FUNGSI DAN PERANAN KERBAU DALAM SISTEM USAHATANI DI PROPINSI BANTEN (The Role and Function of Buffalo in Farming System in Banten Province) UKA KUSNADI, D.A. KUSUMANINGRUM, RIASARI GAIL SIANTURI dan E.
Lebih terperinciPropinsi BANTEN. Total Kabupaten/Kota
Propinsi BANTEN Total Kabupaten/Kota Total Kecamatan Total APBN (Juta) Total APBD (Juta) Total BLM (Juta) : 8 : 154 : Rp. 236.193 : Rp. 16.353 : Rp. 252.545 92 of 342 PERDESAAN PERKOTAAN INFRASTRUKTUR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan
Lebih terperinciPROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING (Prospect of Beef Cattle Development to Support Competitiveness Agrivusiness in Bengkulu) GUNAWAN 1 dan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung
Lebih terperinciLampiran I.36 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I.6 : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 108/Kpts/KPU/TAHUN 01 : 9 MARET 01 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 01 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk
Lebih terperinciTabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95
Lebih terperinciPOTENSI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR
POTENSI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR (Suitability of Land Potential for Ruminant Development in East Nusa Tenggara) SUMANTO dan E. JUARINI Balai
Lebih terperinci3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis
3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan
Lebih terperinciPEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DALAM SISTEM USAHATANI TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI KECAMATAN CIEMAS, KABUPATEN SUKABUMI
PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DALAM SISTEM USAHATANI TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI KECAMATAN CIEMAS, KABUPATEN SUKABUMI S.RUSDIANA dan TATI HERAWATI Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jl. Pajajaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Geografis Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah dataran yang sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian wilayahnya dimanfaatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi
I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dalam era otonomi seperti saat ini, dengan diberlakukannya Undang- Undang No tahun tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi sesuai dengan keadaan dan keunggulan daerah
Lebih terperinciX. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO
X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak
Lebih terperinciDINAMIKA KELESTARIAN POPULASI (HERD SURVIVAL) KERBAU: KASUS DI KABUPATEN LEBAK, BANTEN
DINAMIKA KELESTARIAN POPULASI (HERD SURVIVAL) KERBAU: KASUS DI KABUPATEN LEBAK, BANTEN (Population Dynamics (Herd Survival) of Buffalo: A Case in Lebak District of Banten) LISA PRAHARANI dan ASHARI Balai
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan Gambar 2, pada bulan Oktober 2008 sampai dengan Februari 2011. Secara geografis
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI USAHA TERNAK KERBAU
ANALISIS EFISIENSI USAHA TERNAK KERBAU (Analysis of Efficiency in Buffaloes Farming) UKA KUSNADI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor16022 ABSTRACT A continued study on Buffalo Farming Efficiency
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan
KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INTEGRASI TERNAK KERBAU DENGAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI BANTEN
PENGEMBANGAN INTEGRASI TERNAK KERBAU DENGAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI BANTEN Buffalo Livestock Development Integration with Oil Palm in Province Banten HASANATUN HASINAH 1, ENDANG ROMJALI 1 dan AGUS M.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa untuk menyesuaikan program
Lebih terperinciLampiran I.36 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I.6 : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 108/Kpts/KPU/TAHUN 01 : 9 MARET 01 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak Tahun 2014-2034 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan rahmat-nya
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk
PENGANTAR Latar Belakang Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yang berbasis pada keragaman bahan pangan asal ternak dan potensi sumber
Lebih terperinciUKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN
1 SEMINAR MAHASISWA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS Nama : Yul Afni No. BP : 07161055 Jurusan : Produksi Ternak UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI
Lebih terperinciRENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN
RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar
Lebih terperinciBAB II KONDISI OBJEKTIF MASYARAKAT DI LEBAK
BAB II KONDISI OBJEKTIF MASYARAKAT DI LEBAK A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Lebak 1. Kondisi Geografis Secara geografi Kabupaten Lebak, terletak pada posisi 105º25' -106º30' Bujur Timur dan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN-KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan
Lebih terperinciKONDISI PETERNAKAN KERBAU DI DESA TAMBAKBOYO KECAMATAN AMBARAWA, KABUPATEN SEMARANG
KONDISI PETERNAKAN KERBAU DI DESA TAMBAKBOYO KECAMATAN AMBARAWA, KABUPATEN SEMARANG (Buffalo Livestock Conditions in the Village of Tambakboyo Ambarawa Sub district, Semarang District) ISNANI HERIANTI,
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinci09. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI BANTEN
09. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI BANTEN 98 Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Banten/ 1. Ciledug Kodya Tangerang 2. Larangan
Lebih terperinci3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa
3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LEBAK RENCANA KERJA DAERAH TAHUN 2016 PEMBANGUNAN
PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 BADAN PERENCANAANPEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LEBAK 2015 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG : TENTANG
Lebih terperinciPROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG
PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG S. RUSDIANA Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jl. Raya Pajajara,n Kav.E 59, Bogor ABSTRAK Usaha ternak
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi
Lebih terperinciReny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK
ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,
Lebih terperinciEFISIENSI PENGGUNAAN MODAL USAHA PEMELIHARAAN KERBAU DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN BOGOR
EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL USAHA PEMELIHARAAN KERBAU DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN BOGOR (Efficientcy of Capital Maintenance in Buffalo Farming in Bogor) S. RUSDIANA dan A.M. BAMUALIM Pusat Penelitian
Lebih terperinciANALISIS DAYA DUKUNG PAKAN UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM SKRIPSI. Oleh : AHMAD ZEKI
ANALISIS DAYA DUKUNG PAKAN UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM SKRIPSI Oleh : AHMAD ZEKI 07164016 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 ANALISIS
Lebih terperinciPOTENSI DAN KESESUAIAN WILAYAH UNTUK PETERNAKAN SAPI POTONG DI PERKOTAAN (STUDI KASUS KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG)
POTENSI DAN KESESUAIAN WILAYAH UNTUK PETERNAKAN SAPI POTONG DI PERKOTAAN (STUDI KASUS KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG) (Potency and Land Suitabilityfor Beef Cattle Farming System in Urban Areas (Case Study
Lebih terperinciPENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein hewani yang tergolong mudah dipelihara dan sudah dikenal luas oleh masyarakat. Kambing
Lebih terperinciSistem Usahatani Integrasi Tanaman Pangan dengan Kerbau Lumpur (Bubalus bubalus) di Kabupaten Brebes
Sains Peternakan Vol. 5 (2), September 2007: 34-38 ISSN 1693-8828 Sistem Usahatani Integrasi Tanaman Pangan dengan Kerbau Lumpur (Bubalus bubalus) di Kabupaten Brebes Prasetyo dan Muryanto Laboratorium
Lebih terperinci4. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
4. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Demografi Objek Penelitian Lokasi KDT Cinyurup berada di lereng gunung karang dengan kemiringan minimum 30%. Luas wilayah Kelurahan Juhut 402,86 ha dan terbagi dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan peternak serta mampu meningkatkan gizi masyarakat. Pengelolaan usaha
Lebih terperinciRENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018
RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi dan Tata Kerja Balai Inseminasi Buatan Lembang ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Menteri
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :
54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciPotensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON
Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327
Lebih terperinciDINAMIKA POPULASI DAN PRODUKTIVITAS KERBAU DI JAWA : STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG
Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000 DINAMIKA POPULASI DAN PRODUKTIVITAS KERBAU DI JAWA : STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG Kate kunck Populasi, produktivitas, kerbau R.H. MAToNDANG dan A.R. SiPEGAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Kabupaten Lebak memiliki luas sebesar 304.472 Ha (3.044,72 Km 2 ) dan memiliki batas administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara :
Lebih terperinciRencana Strategis Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Tahun
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian secara umum telah dan akan terus memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah, baik secara langsung dalam peningkatan Produk Domestik Regional
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BAMBANG PRAYUDI 1, NATRES ULFI 2 dan SUPRANTO ARIBOWO 3 1 Balai Pengkajian
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010
PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010 (SUATU SUMBANG SARAN PEMIKIRAN) Oleh: Suharyanto PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan
Lebih terperinciDaya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi
Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia
Lebih terperinciTINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN
TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN RIJANTO HUTASOIT Loka Penelitan Kambing Potong, P.O. Box 1 Galang, Medan RINGKASAN Untuk pengujian terhadap tingkat adopsi
Lebih terperinciKETERSEDIAAN BIOMASA TANAMAN JAGUNG DI DESA SUKAJADI (P-6) KARANG AGUNG TENGAH, SUMATERA SELATAN
KETERSEDIAAN BIOMASA TANAMAN JAGUNG DI DESA SUKAJADI (P-6) KARANG AGUNG TENGAH, SUMATERA SELATAN ISBANDI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRACT The Availability of Corn Plant Biomass
Lebih terperinciBAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA
82 BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA Dalam mekanisme pemerintahan suatu negara atau wilayah, pemerintah memiliki kewenangan sekaligus kewajiban untuk memberikan
Lebih terperinciPEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI SELATAN
PEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI SELATAN Muhammad Anshar Tenaga Pengajar pada Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar Abstract, This study
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Kerbau sangat bermanfaat bagi petani di Indonesia yaitu sebagai tenaga kerja untuk
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Ciampea adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor tepatnya di bagian barat Kabupaten Bogor.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang
70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Lebih terperinciPROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT A. MUZANI dan MASHUR Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat, PO Box 1017, Mataram ABSTRAK Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup
Lebih terperinci5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 27 POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT FERDINAL RAHIM Fakultas Peternakan Universitas Andalas,
Lebih terperinciPengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan
BAB VII PENUTUP Perkembangan industri kelapa sawit yang cepat ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : (i) secara agroekologis kelapa sawit sangat cocok dikembangkan di Indonesia ; (ii) secara
Lebih terperinciLampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......
LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Prosedur
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) sapi perah Kabupaten Bogor seluas 94,41 hektar, berada dalam dua wilayah yang berdekatan
Lebih terperinci