BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA"

Transkripsi

1 82 BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA Dalam mekanisme pemerintahan suatu negara atau wilayah, pemerintah memiliki kewenangan sekaligus kewajiban untuk memberikan pelayanan publik kepada seluruh masyarakat yang ada dalam lingkup negara atau wilayahnya. Untuk konteks negara Indonesia, pemerintah melalui UU No. 34 Tahun 2004 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya secara otonomi, dalam hal ini lebih familiar dikenal dengan otonomi daerah. Hipotesa utama dengan pemberlakuan undang-undang ini bertujuan untuk mempercepat proses pemerataan pembangunan. Melalui desentraliasasi tersebut, Pemerintah daerah dianggap mampu untuk mengelola daerahnya dan memberikan pelayanan publik yang lebih baik ketimbang saat pemerintahan masih menggunakan sisitem sentralisasi. Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas masyarakatnya. Pelayanan publik yang prima dan memenuhi aturan standar pelayanan minimal selanjutnya harus mampu dinikmati secara nyata oleh masyarakat. Dalam pembahasan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Lebak ini, secara spesifik akan dibahas bagaimana pelayanan publik memberikan pengaruh terhadap kualitas masyarakat atau sumberdaya manusia. Dugaan yang dibangun adalah adalah hubungan yang tegak lurus antara kinerja pelayanan publik dengan kualitas sumberdaya manusia suatu wilayah. Pelayanan publik yang prima akan memberikan dampak positif terhadap kualitas sumberdaya manusia, sedangkan pelayanan publik yang jauh dari standar minimal akan berdampak kurang baik terhadap perkembangan kualitas sumberdaya manusia yang ada. Karena berhubungan dengan kualitas sumberdaya manusia, maka pelayanan publik yang dikupas akan condong dibatasi pada pelayanan di sektor pendidikan dan kesehatan. Dampak lanjutannya akan dapat dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan

2 83 dalam menilai kualitas sumberdaya manusia, yakni Indeks Pembangunan Manusia atau dapat disingkat dengan IPM. 6.1 Kinerja Pelayanan Publik Sektor Pendidikan Dalam proses pembangunan yang integral, pendidikan merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan. Karena pendidikan adalah salah satu penentu kualias sumberdaya manusia atau human resources suatu wilayah atau daerah. Tingkat pendidikan akan menunjukan bagaimana tingkat kualitas sumberdaya manusia. Pemerintah daerah sebagai stabilisator pembangunan daerah tentu saja berkewajiban memberikan pelayanan prima pendidikan demi meningkatkan kualitas sumberdaya manusia daerahnya. Kinerja pelayanan publik sektor pendidikan dapat ditunjukan sejauh mana pemerintah daerah dalam hal ini Kabupaten Lebak memenuhi pelayanannya sesuai dengan standar pelayanan minimal yang telah ditentukan oleh Kementrian Pendidikan Nasional. Dengan adanya aturan berupa standar pelayanan minimal pendidikan, diharapkan tiap pemerintah daerah mampu melaksanakan kewajibannya dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional untuk masyarakat yang berada dalam lingkup kepemerintahannya. Pelayanan dasar yang harus diberikan pemerintah daerah secara umum dibagi menjadi dua bagian, yakni fasilitas dan tenaga pendidikan. Fasilitas pendidikan yang diberikan berupa ketersediaan gedung sekolah tiap satuan pendidikan, sedangkan tenaga kependidikan adalah jumlah guru yang tersedia di Kabupaten Lebak Fasilitas dan Tenaga Pendidikan Tingkat pelayanan publik di sektor pendidikan dapat terlihat dari kondisi bangunan sekolah dan juga perbandingan jumlah tenaga pengajar dengan siswa tiap satuan pendidikan yang ada di Kabupaten Lebak. Kondisi bangunan ini mencitrakan bagaimana pelayanan infrastruktur publik bidang pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Jumlah tenaga pengajar juga akan menjelaskan bagaimana pemenuhan pelayanan ketersediaan sumberdaya pengajar. Karena guru ini adalah faktor pertama dalam proses transfer materi pengajaran kepada siswa untuk tiap satuan pendidikan di Kabupaten Lebak. Kondisi bangunan tiap satuan

3 84 pendidikan hingga tahun 2009 secara umum dapat diperlihatkan pada tabel di bawah sebagai berikut. Tabel 21 Keadaan kondisi ruang belajar tingkat SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Lebak tahun 2009 JENJANG PENDIDIKAN BAIK RUSAK RINGAN RUSAK BERAT Jumlah Jml % Jml % Jml % Jml % SD 3, , MI SMP , MTs SMA SMK MA JUMLAH 5,725 1, ,739 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Tahun 2010 Berdasarkan tabel di atas, kondisi bangunan di Kabupaten Lebak dapat dikatakan cukup baik untuk beberapa tingkat pendidikan. Dimana kondisi bangunan yang baik untuk SD, SMP, SMA dan SMA berturut-turut sebesar 79,64 persen, 76,89 persen, 85,64 persen, dan 95,54 persen. Sedangkan kondisi yang kurang memuaskan terjadi pada MI, MTs dan MA dimana kondisi bangunan yang bagus hanya sebesar 46,82 persen, 47,10 persen dan 65,63 persen. Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak memiliki kesulitan dalam melakukan pemerataan pembangunan untuk MI, MTs dan MA karena ketiga satuan pendidikan tersebut berada langsung di bawah Kemeterian Agama. Dimana selama ini sering terjadi miss-koordinasi dalam proses perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan di sektor pendidikan. Sebagian besar sekolah yang memiliki kondisi bangunan yang rusak adalah sekolah di daerah-daerah yang sulit terjangkau atau terpencil. Keterpencilan tersebut menyebabkan pemerintah kurang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dasar utama seperti fasilitas gedung sekolah. Walaupun tidak menampik kemungkinan, sekolah yang berada di pusat pemerintahan pun ada yang mengalami kerusakan dan belum diperbaiki. Kendala anggaran akhirnya menjadi akar utama kenapa banyak bangunan yang belum memenuhi standar pelayanan minimal di sektor pendidikan. Sesuai dengan rujukan derajat pelayanan publik pendidikan, maka pelayanan dasar pendidikan akan diterjemahkan oleh rasio jumlah sekolah dengan jumlah penduduk usia sekolah dan rasio guru dengan penduduk usia sekolah.

4 85 Rasio jumlah bangunan dan penduduk di tiap kecamatan secara terperinci dapat dijelaskan melalui Gambar 12 di bawah ini. 0,01 0,009 0,008 0,007 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001 0 Rasio bangunan SD- Penduduk Usia SD Rasio Bangunan SMP- Penduduk Usia SMP Rasio Bangunan SMA/SMK-Penduduk Usia SMA Malingping Wanasalam Panggarangan Bayah Cilograng Cibeber Cijaku Banjarsari Cileles Gunung Kencana Bojongmanik Leuwidamar Muncang Sobang Cipanas Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Maja Curugbitung Kalang Anyar Lebak Gedong Cirinten Cigemblong Cihara Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 11 Jumlah Rasio Bangunan sekolah dengan Penduduk Usia Sekolah di Kabupaten Lebak Tahun 2009 Berdasarkan data rasio bangunan tiap satuan pendidikan dengan penduduk, maka kecamatan yang memiliki rasio bangunan SD dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Bayah, Cibeber, Banjarsari, Cileles, Warunggunung, Sobang, Sajira, Cimarga, Warunggunung dan Rangkasbitung. Kecamatan yang memiliki rasio bangunan SD dengan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Bojongmanik dan Lebak Gedong. Kecamatan dengan rasio bangunan SMP dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Bayah, Panggarangan, Cibeber, Cileles, Cimarga dan Warunggunung, sedangkan kecamatan dengan angka rasio cukup rendah adalah Bojongmanik, Kalang Anyar dan Lebak Gedong. Untuk kecamatan dengan rasio bangunan SMA dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Rangkasbitung, Cileles dan Warunggunung, sedangkan yang rendah adalah Sobang, Kalang Anyar, Cirinten, Cigemblong dan Cihara. Indikator pelayanan publik kedua yang dapat dilihat adalah seberapa banyak jumlah guru yang disiapkan untuk bisa memberikan pengajaran kepada

5 86 siswa. Jumlah guru tersebut akan dibandingkan dengan jumlah penduduk usia sekolah yang ada di tiap kecamatan Kabupaten Lebak. Secara umum, perbandingan antara guru dengan murid yang ada di Kabupaten Lebak adalah 1 : 24 (SD), 1 : 30 (SMP) dan 1 : 27 (SMA). Akan tetapi, angka tersebut bukan berarti memberikan kabar gembira yang mutlak, karena untuk wilayah yang maju sudah memiliki guru yang cukup, sedangkan untuk wilayah tertinggal masih membutuhkan tambahan guru. Secara spesifik, jumlah guru dan murid di Kabupaten Lebak Tahun 2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0 Rasio Jumlah Guru SD - Penduduk Usia SD Rasio Guru SMP - Penduduk Usia SMP Rasio Guru SMA- Penduduk Usia SMA Malingping Wanasalam Panggarangan Bayah Cilograng Cibeber Cijaku Banjarsari Cileles Gunung Kencana Bojongmanik Leuwidamar Muncang Sobang Cipanas Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Maja Curugbitung Kalang Anyar Lebak Gedong Cirinten Cigemblong Cihara Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 12. Jumlah Rasio Guru dengan Penduduk Usia Sekolah di Kabupaten Lebak Tahun 2009 Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh Gambar 13, maka kecamatan yang memiliki rasio cukup tinggi antara guru dan murid SD adalah Bayah, Cilograng, Cibeber, Banjarsari, Warunggunung dan Rangkasbitung, sedangkan kecamatan yang rendah rasionya adalah Wanasalam, Maja, Lebak Gedong dan Cigemblong. Untuk rasio guru dengan siswa tingkat SMP, maka kecamatan yang memiliki rasio cukup tinggi adalah Panggarangan, Cijaku, Muncang, Cikulur dan Kalang Anyar, sedangkan kecamatan yang memiliki rasio rendah adalah Cileles, Gunung Kencana, Cibadak, Maja dan Cigemblong. Rasio guru dengan murid cukup tinggi di tingkat SMA diduduki oleh beberapa kecamatan seperti Panggarangan, Bojongmanik, Sajira dan Cikulur, sedangkan kecamatan yang

6 87 memiliki rasio sangat rendah adalah Kecamatan Sobang, Kalang Anyar, Cirinten, Cigemblong dan Cihara. Kondisi rasio perbandingan antara jumlah bangunan dan penduduk, serta jumlah guru dengan murid memiliki kesamaan kondisi. Sebagian besar kecamatan yang memiliki kondisi rasio cukup tinggi adalah kecamatan yang secara transportasi darat lebih mudah diakses seperti Rangkasbitung, Cibeber, Panggarangan, Warunggunung dan Banjarsari. Lain halnya dengan kecamatan yang relatif lebih sulit diakses, kecamatan tersebut memiliki rasio yang lebih rendah, contohnya seperti Cigemblong, Lebak Gedong, Maja, Sobang, Cirinten dan Cihara Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan Publik Sektor Pendidikan Hasil analisis penilaian sikap masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik pendidikan Pemkab Lebak pada wilayah tertinggal dapat dilihat pada Tabel 29. Berdasarkan Tabel 29 terlihat bahwa penilaian sikap masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik bidang pendidikan Pemkab Lebak pada wilayah tertinggal adalah buruk dengan nilai Atribut standar pelayanan pendidikan dasar dan menengah pada manajerial Pemkab Lebak dinilai masih buruk. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian evaluasi dan kepercayaan responden terhadap yang masih ada di bawah rata-rata dan menilai biasa atau sedang. Atribut-atribut produk pelayanan publik pendidikan Pemkab Lebak akan dibagi ke dalam empat kuadran yang mencerminkan kondisi kepentingan dan kinerja dari masing-masing atribut tersebut. Empat kuadran tersebut terdiri dari : Pertama, kuadran I (prioritas utama) dengan tingkat kepentingan tinggi dan kinerja atribut rendah. Kedua, kuadran II (pertahankan prestasi) dengan tingkat kepentingan dan kinerja atribut tinggi. Ketiga, kuadran III (prioritas rendah) dengan tingkat kepentingan dan kinerja rendah. Keempat, kuadran IV (berlebihan) dengan tingkat kepentingan rendah tetapi kinerja tinggi.

7 88 Tabel 22 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat Terhadap Kinerja Pelayanan Publik Pendidikan Pemkab Lebak pada Wilayah Tertinggal Atribut 1. Ketersediaan jumlah satuan pendidikan 2. Standar jumlah rombongan belajar dan ketersediaan ruang kelas 3. Ketersediaan ruang laboratorium IPA dan peralatan eksperimen 4. Ketersesiaan ruang guru, tenaga kependidikan dan kepala sekolah 5. Ketersediaan kuantitas rasio guru dengan murid/peserta didik 6. Katersediaan guru per mata pelajaran 7. Guru berkualifikasi S1 8. Guru bersertifikat 9. Sertifikasi guru untuk masing-masing mata pelajaran 10. Kepala Sekolah bersertifikat dan S1 untuk sekolah dasar 11. Kepala Sekolah bersertifikat dan S1 untuk sekolah menengah 12. Pengawas bersertifikat dan kualifikasi S1 13. Rencana pengembangan kurikulum pembelajaran efektif 14. Kunjungan pengawas ke sekolah tiap bulan selama 3 jam 15. Buku teks bersertifikat 16. Pemenuhan buku teks sesuai jumlah SPM per jumlah sekolah 17. Penyediaan satu set peraga IPA 18. Ketersediaan buku pengayaan dan referensi 19. Guru mengajar 35 jam per minggu 20. Proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun 21. Penerapan kurikulum sesuai tingkat satuan pendidikan 22. Penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran pada guru 23. penerapan program penilaian pembelajaran 24. Supervisi kepala sekolah ke dalam kelas 25. penyampaian oleh guru laporan evaluasi prestasi belajar 26. Penyampaian laporan hasil ujian oleh kepala sekolah 27. Penerapan pronsip manajemen berbasis sekolah b i (Y ei(x ) ) 4,90 3,00 4,78 2,28 4,83 2,75 4,85 2,33 4,85 2,20 4,33 2,15 4,55 2,20 4,75 3,08 4,65 2,63 4,28 2,65 4,30 2,95 4,73 2,48 4,70 2,98 4,73 2,65 4,53 2,30 4,15 2,00 4,80 2,03 4,63 2,13 4,45 2,40 4,45 2,40 4,25 2,78 4,38 2,83 4,25 2,55 4,30 2,63 4,05 2,13 4,30 2,03 4,15 2,38 4,53 2,47 b i - e i Interpretasi Kuadran 1,90 2,20 2,55 2,53 2,65 2,18 2,35 1,68 2,03 1,63 1,35 2,25 1,73 2,08 2,23 2,15 2,78 2,50 2,05 2,05 1,48 1,55 1,70 1,68 1,93 2,28 1,78 Total Skor e i (40 x 27) Interpretasi Penilaian Buruk Sumber: Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Buruk Buruk Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Buruk Buruk Buruk Buruk Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Buruk Buruk Buruk Kuadran-kuadran ini dipisahkan oleh garis pembagi yang merupakan nilai total rata-rata dari tingkat kepentingan (Y) dan nilai total rata-rata dari tingkat kinerja (X) dari atribut kinerja pelayanan publik Pemkab Lebak. Tabel 29 menggambarkan skor rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja pelayanan publik bidang pendidikan di wilayah khusus atau tertinggal secara keseluruhan. Pada Gambar 31 dapat dilihat posisi penempatan masing-masing atribut di dalam diagram kartesius. Diagram kartesius dibagi ke dalam empat kuadran dengan garis tengah pembagi berdasarkan nilai total rata-rata tingkat kepentingan (Y) yaitu sebesar 4,53 dan nilai total rata-rata tingkat kinerja (X) yaitu sebesar 2,47. Hasil ringkasan matriks posisi kuadran IPA, terdapat tujuh atribut yang menjadi prioritas utama yakni standar jumlah rombongan belajar dengan ruangan, ketersediaan ruang tenaga kependidikan, rasio guru dengan peserta didik, guru berkualifikasi S1, kunjungan pengawas sekolah, penyediaan peraga IPA serta ketersediaan buku pengayaan dan referensi. Terdapat enam atribut yang perlu dipertahankan prestasinya atau berada di kuadran II yakni ketersediaan jumlah II I II I I III I II II IV IV II II I III III I I III III IV IV IV IV III III III

8 89 satuan pendidikan, ruang lab dan peralatan eksperimen, guru bersertifikat, sertifikasi guru masing-masing mata pelajaran, pengawas berkualifikasi S1 dan bersertifikat dan kurikulum pembelajaran efektif. 6 5 Tingkat Kepentingan ,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Kinerja Pelayana Publik Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 13 Matriks Posisi Kuadran IPA Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Kabupaten lebak Di Wilayah Tertinggal Kuadran III atau prioritas rendah terdiri dari delapan atribut yakni ketersediaan guru per mata pelajaran, buku teks bersertifikat, pemenuhan kuantitas jumlah buku tiap sekolah, guru mengajar 35 jam per minggu, proses pembelajaran 34 minggu per tahun, laporan evaluasi prestasi belajar oleh guru, laporan hasil ujian oleh kepala sekolah, penerapan manajemen berbasis sekolah. Sedangkan terdapat enam atribut yang masuk ke dalam kuadran IV yakni kepala sekolah kualifikasi S1 dan bersertifikat untuk sekolah dasar, kepala sekolah kualifikasi S1 dan bersertifikat untuk sekolah menengah, kurikulum sesuai tingkat satuan pendidikan, rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru, program penialain pembelajaran, supervisi kepala sekolah ke dalam kelas.

9 90 Tabel 23 Ringkasan Matriks Posisi Kuadran IPA Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Kabupaten lebak Di Wilayah Tertinggal Kuadran I (Prioritas Utama) 1. Standar jumlah rombongan belajar dengan ruangan 2. Ketersediaan ruang tenaga kependidikan 3. Rasio guru dengan peserta didik 4. Guru berkualifikasi S1 5. Kunjungan pengawas sekolah 6. Penyediaan peraga IPA 7. Ketersediaan buku pengayaan dan referensi Kuadran III (Prioritas Rendah) 1. Ketersediaan guru per mata pelajaran 2. Buku teks bersertifikat 3. Pemenuhan kuantitas jumlah buku tiap sekolah 4. Guru mengajar 35 jam per minggu 5. Proses pembelajaran 34 minggu per tahun 6. Laporan evaluasi prestasi belajar oleh guru 7. Laporan hasil ujian oleh kepala sekolah 8. Penerapan manajemen berbasis sekolah Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Kuadran II (Pertahankan Prestasi) 1. Ketersediaan jumlah satuan pendidikan 2. Ruang Lab dan peralatan eksperimen 3. Guru bersertifikat 4. Sertifikasi guru masing-masing mata pelajaran 5. Pengawas berkualifikasi S1 dan bersertifikat 6. Kurikulum pembelajaran efektif Kuadran IV (Berlebihan) 1. Kepala sekolah kualifikasi S1 dan bersertifikat untuk sekolah dasar 2. Kepala sekolah kualifikasi S1 dan bersertifikat untuk sekolah menengah 3. Kurikulum sesuai tingkat satuan pendidikan 4. Rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru 5. Program penilaian pembelajaran 6. Supervisi kepala sekolah ke dalam kelas Kuadran I (Prioritas Utama) Kuadran I diagram kartesius Important Performance Analysis (IPA) berarti tingkat kepentingan dari suatu atribut pelayanan publik dianggap oleh masyarakat adalah sangat penting, tetapi kinerja dari atribut ini biasa saja. Dengan demikian atribut ini harus menjadi prioritas utama bagi Pemkab Lebak untuk meningkatkan kepuasan masyarakat Standar Jumlah Rombongan Belajar dengan Ruangan Atribut standar jumlah rombongan belajar dengan ruangan mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 2,28. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,78 dengan selisih cukup besar yakni 2,20. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih menilai kinerja pelayanan publik pendidikan Pemkab Lebak di wilayah tertinggal lebih buruk atau di bawah standar dibandingkan dengan harapan yang masyarakat inginkan. Masih terdapat banyak sekolah yang perserta didiknya belum memenuhi syarat maksimal 32 untuk sekolah dasar dan maksimal 36 orang untuk sekolah menengah. Selain itu, sebagian besar sekolah di wilayah tertinggal masih kekurangan ruangan, sehingga perlu pergiliran penggunaan ruangan untuk belajar. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus meningkatkan kinerja karena standar jumlah rombongan belajar dan ketersediaan ruangan merupakan prioritas utama pilihan masyarakat di wilayah khusus.

10 Ketersediaan Ruang Tenaga Kependidikan Atribut ketersediaan ruang tenaga kependidikan mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 2,33. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,85 dengan selisih cukup besar yakni 2,53. Kondisi ketersediaan ruang tenaga kependidikan pada beberapa sekolah khususnya sekolah dasar di daerah atau wilayah tertinggal masih belum memenuhi standar pelayanan minimal pendidikan. Dimana belum tersedia satu ruangan guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya. Sedangkan penyediaan ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru pada sekolah menengah belum terpenuhi semua Rasio Guru dengan Peserta Didik Atribut rasio guru dengan peserta didik mendapat skor evaluasi kinerja kurang memuaskan dengan nilai 2,20. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat kepentingan sebesar 4,85 dengan selisih cukup besar yakni 2,65. Rasio guru dengan peserta didik pada beberapa sekolah baik pada sekolah dasar maupun menengah di daerah atau wilayah tertinggal masih belum memenuhi standar pelayanan minimal pendidikan. Belum seluruh SD/MI menyediakan satu orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 orang guru untuk setiap satuan pendidikan. Rasio guru dengan murid ini tentu saja menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pelayanan pendidikan dan juga perkembangan pendidikan anak didik. Karena guru adalah fasilitator utama dalam penyampaian materimateri pembelajaran di sekolah Guru Berkualifikasi S1 (Sarjana) Atribut guru berkualifikasi S1 (Sarjana) mendapat skor evaluasi kinerja kurang memuaskan dengan nilai 2,20. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat kepentingan sebesar 4,55 dengan selisih 2,35. Ketersediaan guru yang berkualifikasi S1 atau sarjana pada beberapa sekolah baik pada sekolah dasar maupun menengah di daerah atau wilayah tertinggal masih belum memenuhi standar pelayanan minimal pendidikan. SD/MI dan SMP/SMA seharusnya mampu menyediakan dua orang guru yang memenuhi kualifikasi standar

11 92 akademik S1 atau sarjana. Standar pelayanan minimal berupa sarjana S1 ini mengacu pada standar pelayanan pendidikan yang mengharuskan seluruh tenaga pengajar memiliki kemampuan terhadap keilmuannya Kunjungan Pengawas Sekolah Atribut kunjungan pengawas sekolah mendapat skor evaluasi kinerja kurang memuaskan dengan nilai 2,65. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat kepentingan sebesar 4,73 dengan selisih 2,08. Kunjungan pengawas ke seluruh satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan. Supervisi dan pembinaan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan memberikan evaluasi program pendidikan sehingga dapat dilakukan perbaikan demi kemajuan proses pembelajaran peserta didik Penyediaan Peraga IPA Atribut penyediaan peraga IPA mendapat skor evaluasi kinerja kurang memuaskan dengan nilai 2,03. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat kepentingan sebesar 4,80 dengan selisih 2,78. Penyediaan peraga IPA yang dimaksud adalah satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar dan poster IPA. Peraga IPA ini tentu saja sangat substansial untuk menyokong pelajaran teks dengan praktek langsung Ketersediaan Buku Pengayaan dan Referensi Atribut ketersediaan buku pengayaan dan referensi mendapat skor evaluasi kinerja kurang memuaskan dengan nilai 2,13. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat kepentingan sebesar 4,63 dengan selisih 2,13. Untuk tingkat sekolah dasar, SD/MI minimal harus memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi. Sedangkan pada tingkat sekolah menengah harus memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi. Buku pengayaan tersebut merupakan salah satu gerbang dalam membuka khasanah ilmu pengetahun. Sehingga peserta didik dalam hal ini pelajar akan memiliki tambahan pengetahuan yang mungkin tidak

12 93 didapat di dalam kelas. Sama halnya dengan buku referensi yang juga menjadi alat pendukung dalam proses belajar Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Kuadran II diagram kartesius Important Performance Analysis (IPA) berarti tingkat kepentingan suatu atribut produk kebijakan publik dianggap oleh masyarakat adalah sangat penting dan kinerja atribut ini dianggap sudah baik. Dengan demikian atribut tersebut harus dipertahankan oleh Pemkab Lebak dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa puas dan loyal kepada pemerintah. Tingkat kepuasan dan loyalitas masyarakat ini secara langsung tentu akan mendukung program pembangunan baik dalam tingkat lokal atau daerah maupun nasional Ketersediaan Jumlah Satuan Pendidikan Atribut ketersediaan jumlah satuan pendidikan mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik dengan skor 3,00. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,90 dengan selisih sebesar 1,90. Masyarakat telah menilai bahwa ketersediaan jumlah satuan pendidikan sudah cukup memenuhi kebutuhan dasar dalam melayani masyarakat. Ketersediaan ini berupa tersedianya satuan pendidikan pada pemukiman padat penduduk di atas orang. Untuk sekolah dasar, jarak maksimal yang mampu diakses penduduk adalah 3 km, sekolah menengah pertama jarak maksimalnya adalah 6 km, dan sekolah menengah atas adalah 10 km Ruang Lab dan Peralatan Eksperimen Atribut ruang laboratorium dan peralatan eksperimen mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,75. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,83 dengan selisih sebesar 2,55. Ketersediaan laboratorium ini berupa adanya satu ruangan khusus yang digunakan untuk laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik. Selain itu juga, perlu disediakannya satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen. Laboratorium dan peralatan eksperimen ini akan menjadi wahana

13 94 bagi peserta didik dalam memacu kreativitas dan inovasi dalam bidang ilmu alam serta menstimulus rasa keingintahuan Guru Bersertifikat Atribut guru bersertifikat mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 3,08. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,75 dengan selisih sebesar 1,68. Pada tingkat sekolah dasar, minimal tersedia dua orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik. Sedangkan untuk tingkat sekolah menengah, minimal telah tersedia 20 persen dari keseluruhan jumlah guru. Sertifikasi ini merupakan salah satu program departemen pendidikan nasional dalam meningkatkan kualitas tenaga pengajar secara menyeluruh untuk seluruh daerah. Kualitas tenaga pengajar harus memenuhi empat kriteria utama berupa kemampuan pedagogik, kepribadian, profesional dan juga sosial Sertifikasi Guru Masing-masing Mata Pelajaran Atribut sertifikasi guru pada masing-masing mata pelajaran mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,63. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,65 dengan selisih sebesar 2,03. Sertifikasi guru ini berupa adalanya masing-masing satu orang untuk mata pelajaran matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sertifikasi guru pada masing-masing mata pelajaran ini tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan mutu tenaga pengajar dan juga meningkatkan prestasi akademik peserta didik. Masyarakat menilai bahwa pelayanan pemerintah dalam hal ketersediaan sertifikasi guru masingmasing mata pelajaran ini sudah cukup baik sehingga minimal perlu dipertahankan performansinya Pengawas berkualifikasi S1 dan bersertifikat Atribut pengawas berkualifikasi S1 dan juga bersertifikat mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,48. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,73 dengan selisih sebesar 2,25. Kabupaten minimal harus memiliki pengawas sekolah yang telah berkualifikasi S1 dan juga telah memiliki sertifikat pendidik. Sertifikasi ini telah menjadi hal yang mutlak dilaksanakan

14 95 karena terkait dengan profesionalitas seorang pengawas dalam menjalankan tugasnya untuk pengawasan sekolah Kurikulum Pembelajaran Efektif Atribut kurikulum pembelajaran yang efektif mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,98. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,70 dengan selisih sebesar 1,73. Pemerintah kabupaten perlu memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif ini erat hubungannya dengan sistem pembelajaran yang interaktif, inspiratif, partisipatif, prakarsa, kreatif, mengembangkan bakat, minat, fisik dan psikis peserta didik dalam proses pembelajaran Kuadran III (Prioritas Rendah) Kuadran III diagram kartesius Important Performance Analysis (IPA) berarti tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari suatu atribut produk dianggap rendah oleh masyarakat. Sehingga atribut ini harus diperbaiki kinerjanya setelah pihak Pemkab Lebak memperbaiki kinerja atribut yang terdapat pada kuadran I dan mampu mempertahankan kinerja yang baik pada kuadran II Ketersediaan Guru per Mata Pelajaran Atribut guru per mata pelajaran mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,15. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,33 dengan selisih sebesar 2,18. Ketersediaan guru pada tiap mata pelajaran pada sekolah menengah ini ditunjukkan dengan menyediakan satu orang guru untuk setiap mata pelajaran. Karena biar bagaimanapun, spesifikasi tenaga pendidikan ini sangat menentukan dalam proses pembelajaran dalam sekolah menengah. Proses pembelajaran yang efektif perlu ditunjang oleh ketersediaan guru yang sesuai dengan tiap mata pelajaran sekolah tingkat menengah.

15 Buku Teks Bersertifikat Atribut buku teks bersertifikat mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,30. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,53 dengan selisih sebesar 2,23. SD/MI harus mampu menyediakan buku teks yang sudah disertifikasi oleh pemerintah, mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik. Sedangkan untuk sekolah menengah, mampu menyediakan buku teks yang sudah disertifikasi oleh pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik Pemenuhan Kuantitas Jumlah Buku Tiap Sekolah Atribut pemenuhan kuantitas jumlah buku tiap sekolah mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,00. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,15 dengan selisih sebesar 2,15. Pemenuhan kuantitas ini terkait dengan sudah terpenuhinya sesuai dengan standar pelayanan minimum per jumlah sekolah di wilayah kabupaten atau kota. Kurang puasnya masyarakat ini disebabkan oleh belum teredianya buku teks sesuai standar pelayanan minimal di tiap sekolah. Sehingga pemerintah harus segera melakukan langkah strategis dengan memenuhi kuantitas minimal jumlah buku teks tiap sekolah di Kabupaten Lebak Guru Mengajar 35 Jam per Minggu Atribut guru mengajar selama 35 jam per minggu mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,40. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,45 dengan selisih sebesar 2,05. Standar pelayanan minimal ini mendeskripsikan bahwa setiap guru tetap bekerja selama 35 jam per minggu di setiap satuan pendidikan. Rincian mengajar ini termasuk melakukan tatap muka dikelas, merencanakan pembelajaran, membimbing peserta didik dan melaksanakan tugas tambahan lainnya.

16 Proses Pembelajaran 34 Minggu per Tahun Atribut proses pembelajaran 34 minggu per tahun mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,40. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,45 dengan selisih sebesar 2,05. Standar pelayanan minimal pendidikan menjelaskan bahwa setiap satuan pendidikan wajib menyelenggarakan proses pembelajaran selama 24 minggu per tahun. Kegiatan tatap muka terdiri dari kela I-II selama 18 jam per minggu, kelas III selama 24 jam per minggu, IV-VI selama 27 jam per minggu dan kelas VII-IX selama 27 jam per minggu Laporan evaluasi prestasi belajar oleh guru Atribut laporan evaluasi prestasi belajar oleh guru mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,13. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,05 dengan selisih sebesar 1,93. Dalam proses belajar mengajar, setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil evaluasi peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester. Laporan tersebut dalam bentuk laporan prestasi belajar peserta didik Laporan Hasil Ujian oleh Kepala Sekolah Atribut laporan hasil ujian oleh kepala sekolah mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,03. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,30 dengan selisih sebesar 2,38. Setiap kepala sekolah dalam satuan pendidikan wajib menyampaikan laporan akhir ulangan akhir semester (UAS) dan ulangan kenaikan kelas (UKK) serta yang terakhir adalah ujian akhir sekolah atau ujian nasional (UN) kepada orang tua/wali peserta didik pada setiap akhir semester Penerapan manajemen berbasis sekolah Atribut penerapan manajeman berbasis sekolah mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,38. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,15 dengan selisih sebesar 1,78. Berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional dan standar pelayanan pendidikan, maka setiap satuan

17 98 pendidikan wajib menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS). Manajemen berbasis sekolah tersebut meliputi rencana kerja tahunan, laporan tahunan dan komite sekolah yang berfungsi dengan baik Kuadran IV (Berlebihan) Kuadran IV diagram kartesius Important Performance Analysis (IPA) berarti tingkat kepentingan rendah dan tingkat kinerja dari suatu atribut produk dianggap tinggi oleh masyarakat. Dengan demikian terjadi kesalahan prioritas dalam pengalokasian sumber daya. Sehingga pemerintah perlu melakukan perbaikan strategi kebijakan dan program pembangunan yang akan diimplementasikan pada periode selanjutnya. Dengan perbaikan kebijakan tersebut diharapkan mampu meningkatkan efektifitas penyerapan dan disiplin penggunaan anggaran belanja daerah yang tepat guna Kepala Sekolah Kualifikasi S1 dan Bersertifikat Untuk Sekolah Dasar Atribut kepala sekolah berkualifikasi S1 dan bersertifikat pendidik untuk sekolah dasar mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di bawah ratarata dengan skor 2,65. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di atas rata-rata dengan skor kepercayaannya adalah 4,28 dengan selisih sebesar 1,63. Standar pelayanan minimal ini menunjukkan agar kabupaten atau kota telah memiliki kepala SD/MI berkualifikasi akademik S1 dan juga telah memiliki sertifikat pendidik. Pelayanan atribut ini dinilai telah cukup baik oleh masyarakat, akan tetapi tingkat kepercayaan masyarakat di bawah rata-rata. Artinya masyarakat lebih menghendaki atribut lain sebagai prioritas pembangunan di sektor pendidikan Kepala Sekolah Kualifikasi S1 dan Bersertifikat Untuk Sekolah Menengah Atribut kepala sekolah berkualifikasi S1 dan bersertifikat pendidik untuk sekolah menengah mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,95. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat

18 99 di bawah rata-rata dengan skor kepercayaannya adalah 4,30 dengan selisih sebesar 1,35. Standar pelayanan minimal ini menunjuk agar kabupaten atau kota telah memiliki kepala SMP/SMA berkualifikasi akademik S1 dan juga telah memiliki sertifikat pendidik. Pelayanan atribut ini dinilai telah cukup baik oleh masyarakat, akan tetapi tingkat kepercayaan masyarakat di bawah rata-rata dimana masyarakat lebih menginginkan atribut lain sebagai prioritas pembangunan dalam sektor pendidikan Kurikulum Sesuai Tingkat Satuan Pendidikan Atribut kurikulum sesuai dengan tingkat satuan pendidikan mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,78. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di bawah rata-rata dengan skor kepercayaanya adalah 4,25 dengan selisih sebesar 1,48. Untuk penerapan standar pelayanan minimal ini, setiap satuan pendidikan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dalam hal ini standar pelayanan pendidikan nasional yang mengatur kurikulum sesuai dengan tingkat satuan pendidikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Oleh Guru Atribut rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,83. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di bawah rata-rata dengan skor kepercayaannya adalah 4,38 dengan selisih sebesar 1,55. Setiap guru harus menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang dipegangnya. Rencana pelaksanaan pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan efektifitas temu tatap muka di kelas dan juga sistem penugasan di rumah Program Penilaian Pembelajaran Atribut program penilaian pembelajaran mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,55. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di bawah rata-rata dengan skor kepercayaanya adalah

19 100 4,25 dengan selisih sebesar 1,70. Setiap guru harus mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik. Penilaian pembelajaran ini juga menjadi salah satu tolak ukur yang dilakukan untuk melihat perkembangan belajar peserta didik dalam satu masa belajar semester Supervisi Kepala Sekolah Ke Dalam Kelas Atribut supervisi kepala sekolah ke dalam kelas mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,63. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di bawah rata-rata dengan skor kepercayaannya adalah 4,30 dengan selisih sebesar 1,68. Setiap kepala sekolah untuk seluruh satuan pendidikan harus memenuhi syarat melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester. Supervisi kepala sekolah juga diharapkan memberikan inspirasi kepada peserta untuk mampu belajar dengan baik dan juga menemukan cara belajar yang kreatif, menyenangkan, menantang, partisipatif dan juga mampu menumbuhkembangkan bakat-bakat serta minat belajar di dalam maupun luar kelas. 6.2 Kinerja Pelayanan Publik Sektor Kesehatan Kesehatan merupakan kunci kedua dalam pembangunan modal manusia baik pada tingkat negara maupun pada level daerah dalam hal ini kabupaten. Kesehatan dan pendidikan menjadi dua kunci utama dalam pembangunan modal manusia yang kelak akan mempengaruhi tingkat ekonomi atau kesejahteraan masyarakat. Karena kesehatan, pendidikan dan ekonomi merupan tiga pilar yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam membentuk kualitas penduduk atau sumberdaya manusia. Tanpa kesehatan yang baik, pendidikan sulit untuk berjalan dengan baik, dan bila kesehatan dan pendidikan tidak baik, maka mustahil ekonomi keluarga/masyarakat dapat ikut membaik. Sama halnya dengan pelayanan sektor pendidikan yang telah dibahas sebelumnya, maka indikator kinerja pelayanan kesehatan di Kabupaten Lebak akan dilihat dari dua perspektif, yakni dari segi ketersediaan fasilitas dan dari hal tenaga kesehatan serta persebarannya di tiap kecamatan. Fasilitas kesehatan yang

20 101 ditinjau adalah ketersediaan fasilitas dasar pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu). Tenaga kesehatan yang coba diteliti adalah dokter, bidan dan perawat. Kedua hal tersebut akan dilihat rasio perbandingannya dengan masing-masing jumlah penduduk kecamatan Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Harapan utama pembangunan infrastruktur yang selama ini dilaksanakan adalah mampu mempengaruhi tingkat ekonomi. Selain itu juga lambat laun akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan pendidikan di Kabupaten Lebak terutama terkait dengan aksesibilitas ke fasilitas kesehatan dan pendidikan. Berikut ini disajikan bagaimana kondisi umum fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Lebak pada tahun Tabel 24 Jumlah Fasilitas Kesehatan yang Tersedia Tiap Kecamatan tahun 2009 No. Kecamatan PUSKESMAS PUSTU/ WAHANA Poliklinik/ Balai Pengobatan Praktek Dokter Praktek Bidan 1 Malingping Wanasalam Panggarangan Cihara B a y a h Cilograng Cibeber Cijaku Cigemblong Banjarsari Cileles Gunung Kencana Bojongmanik Cirinten Leuwidamar Muncang Sobang Cipanas Lebak Gedong Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Kalanganyar M a j a Curugbitung Kab. Lebak Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Tahun 2010 Kondisi umum pelayanan publik kesehatan di Kabupaten Lebak terlihat masih jauh dari harapan. Jumlah Puskesmas yang ada masih belum cukup untuk memberikan pelayanan kepada seluruh penduduk di tiap kecamatan. Untuk pelayanan kesehatan di wilayah selatan, keberadaan rumah sakit di Kecamatan

21 102 Malingping belum bisa sepenuhnya memberikan solusi pemerataan pelayanan kesehatan. Karena dari sisi kelengkapan peralatan pendukung dan sumberdaya dokter masih kekurangan, sehingga jika membutuhkan pelayanan rawat inap, sebagian besar penduduk lebih memilih untuk pergi ke Kabupaten Sukabumi yang memiliki peralatan rumah sakit lebih lengkap dan pelayanannya lebih baik. Pemerintah Kabupaten Lebak masih kesulitan untuk mendapatkan sumberdaya tenaga kesehatan. Karena kendala utama masih berkutat pada kesediaan calon tenaga kesehatan yang akan ditempatkan di tepat terpencil. Keterpencilan masih menjadi alasan utama tenaga kesehatan untuk bisa ikut membangunan. Selain itu juga dilengkapi dengan buruknya akses transportasi darat yang membuat siapapun enggan untuk ditempatkan di wilayah Lebak selatan. Namun di balik itu semua, pemerintah tetap berusaha meningkatkan derajat kesehatan manusia, secara terperinci di Kabupaten Lebak telah tersedia berbagai sumber daya kesehatan sebagai berikut : a). 3 (tiga) unit Rumah Sakit, yaitu RSUD Adjidarmo, RSU Misi, dan RSUD Malingping b). 36 unit Puskesmas (kondisi baik 26 dan kondisi rusak ringan 10), termasuk 11 Puskesmas DTP (kondisi baik 10 dan kondisi rusak ringan 1). c). 73 unit Puskesmas Pembantu dengan kondisi baik 16 Pustu, kondisi rusak ringan 11 Pustu, kondisi rusak berat 46 Pustu. d). 27 unit Puskesmas Keliling (Puskesling) termasuk 3 Puskesling Lengkap dengan kondisi baik 3 Puskesling Lengkap dan 15 Puskesling, kondisi laik jalan (rusak ringan) 9 Puskesling. e). 39 Balai Pengobatan, 7 unit Apotik, 20 Toko Obat Berijin. f). 508 Tenaga Medis/Paramedis, yang terdiri dari Dokter Umum 57 orang, Dokter Gigi 19 orang, Bidan 199 orang, Perawat Umum 185 orang, Perawat Gigi 10 orang, Tenaga Kesehatan lainnya 38 orang. Ratio antara jumlah penduduk dengan Tenaga Medis/Paramedis adalah 4,51 : Mantri Keliling (Manling). Pelayanan publik dasar kesehatan dalam penelitian ini akan menggunakan rasio fasilitas kesehatan dan rasio jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk. Dengan data rasio tersebut, maka akan terlihat bagaimana kuantitas

22 103 pelayanan publik pemerintah dari segi fasilitas fisik dan ketersediaan serta pemerataan pembangunan di sektor kesehatan. Kekurangan terbesar dalam tenaga kesehatan adalah tenaga dokter, dimana untuk mengatasi hal tersebut, Pemkab Lebak memberikan stimulus berupa beasiswa bagi mahasiswa yang mampu masuk seleksi kedokteran di universitas negeri dan kelak bersedia dikontrak selama 10 tahun untuk ditempatkan di Kabupaten Lebak. Ketersedian dokter spesialis lebih memprihatinkan, dimana tidak tersedia satu pun dokter spesialias di Kabupaten Lebak. Rasio antara fasilitas kesehatan puskesmas dan puskesmas pembantu dengan penduduk di Kabupaten Lebak rata-rata adalah 0, Secara jelas akan dirinci pada Gambar 15 di bawah ini. 0, ,0002 0, ,0001 0, Rasio Puskesmas- Penduduk Rasio Puskesmas Pustupenduduk Malingping Wanasalam Panggarangan Bayah Cilograng Cibeber Cijaku Banjarsari Cileles Gunung Kencana Bojongmanik Leuwidamar Muncang Sobang Cipanas Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Maja Curugbitung Kalang Anyar Lebak Gedong Cirinten Cigemblong Cihara Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 14 Grafik Rasio Fasilitas Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Masingmasing Kecamatan di Kabupaten Lebak Berdasarkan data di atas, maka kecamatan yang memiliki rasio Puskesmas dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Banjarsari, Cileles, Cibeber Leuwidamar, Sajira, Cimarga, Warunggunung dan Rangkasbitung, sedangkan kecamatan dengan rasio cukup rendah adalah Malingping, Gunung Kencana, Cipanas dan Lebak Gedong. Kecamatan dengan rasio puskesmas pembantu dan penduduk cukup tinggi adalah Panggarangan, Bayah, Cileles, Leuwidamar, dan Muncang, sedangkan kecamatan dengan rasio cukup rendah adalah Cigemblong, Lebak Gedong, Maja, Cibadak, Cikulur, Sajira, Cijaku dan Bojongmanik.

23 104 0,0012 0,001 0,0008 0,0006 0,0004 0, Rasio Dokter- Penduduk Rasio Perawat- Penduduk Rasio Bidan-Penduduk Malingping Wanasalam Panggarangan Bayah Cilograng Cibeber Cijaku Banjarsari Cileles Gunung Kencana Bojongmanik Leuwidamar Muncang Sobang Cipanas Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Maja Curugbitung Kalang Anyar Lebak Gedong Cirinten Cigemblong Cihara Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 15 Grafik Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Masingmasing Kecamatan di Kabupaten Lebak Rasio tenaga kesehatan dokter dengan penduduk di Kabupaten Lebak masih sangatlah kurang. Dimana hanya ada dua kecamatan yang memiliki angka rasio cukup tinggi yakni Kecamatan Rangkasbitung dan Warunggunung. Hal tersebut sangat wajar karena dua kecamatan tersebut termasuk dalam wilayah kota padat penduduk dan pusat kegiatan ekonomi dan juga pemerintahan. Namun kecamatan lainnya masih kekurangan dokter umum, bahkan ada beberapa kecamatan yang tidak memiliki sama sekali dokter yakni Cihara, Cikulur, Sajira, Sobang, Leuwidamar dan Cijaku. Rasio perawat dengan penduduk masih lebih baik daripada dokter, dimana hampir di tiap kecamatan sudah terdapat perawat, walau dengan jumlah yang masih kurang memadai. Tercatat bahwa kecamatan yang memiliki rasio perawat dengan penduduk cukup tinggi adalah Rangkasbitung, Warunggunung, Cimarga, Sajira, Muncang dan Banjarsari. Angka perawat tersebut cukup menggembirakan, karena di daerah-daerah pelosok, perawat tersebut cukup efektif dalam menggantikan peran dokter untuk pengobatan-pengobatan penyakit umum seperti batuk, flu, demam dan sakit kepala, serta penyakit lainnya yang relatif mudah diobati oleh perawat atau mantri.

24 105 Jumlah bidan di Kabupaten Lebak tidak jauh berbeda kondisinya dengan perawat. Dimana rasio bidan dengan penduduk dianggap sudah cukup tersebar walau dengan jumlah yang masih jauh dari memadai. Terdapat empat kecamatan yang memiliki jumlah rasio cukup tinggi, yakni Rangkasbitung, Sajira, Muncang dan Cijaku. Namun masih terdapat beberapa kecamatan dengan jumlah bidang sangat sedikit yang terlihat dari rendahnya rasio bidan dengan penduduk seperti Kecamatan Cikulur, Bojongmanik, Cijaku dan Lebak Gedong. Posisi bidan ini sangat vital perannya dalam kehidupan bermasyarakat dan proses peningkatan kualitas kesehatan. Karena bidan adalah palang pintu proses persalinan penduduk perempuan yang menghadapi proses kelahiran anaknya Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan Publik Sektor Kesehatan Hasil analisis penilaian sikap masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik kesehatan Pemkab Lebak pada wilayah tertinggal dapat dilihat pada Tabel 32. Berdasarkan data pada Tabel 32 terlihat bahwa interpretasi penilaian sikap masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik bidang kesehatan Pemkab Lebak pada wilayah tertinggal adalah sangat buruk dengan nilai total Tabel 25 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat Terhadap Kinerja Pelayanan Publik Kesehatan Pemkab Lebak pada Wilayah Tertinggal Atribut b i (Y ei(x ) ) 1. Pelayanan kunjungan ibu hamil k4 4,38 2,60 2. Pelayanan komplikasi kebidanan 4,25 2,28 3. Pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kebidanan 4,30 2,10 4. Pelayanan nifas 4,05 1,93 5. Penanganan neonatus dengan komplikasi 4,30 1,85 6. Pelayanan kunjungan bayi 4,15 2,25 7. Pelayanan imunisasi anak tingkat desa/kelurahan 4,50 3,28 8. Pelayanan anak balita 4,60 3,03 9. Makanan pendamping asi anak usia 6-24 bulan keluarga miskin 4,65 2, Pelayanan perawatan balita gizi buruk 4,73 2, Pelayanan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 4,33 2, Pelayanan peserta KB 3,75 2, Pelayanan penemuan dan penanganan penderita penyakit 4,45 1, Pelayanan dasar kesehatana masyarakat miskin 4,68 1, Pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 4,58 1, Pelayanan gawat darurat level 1 sarana kesehatan (rumah sakit) 4,48 2, Pelayanan penyelidikan epidemiologi 4,23 2, Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat desa siaga 4,35 1,88 Rata-rata 4,37 2,27 (40 x 27) Interpretasi Penilaian b i - e i Interpretasi Kuadran 1,78 1,98 2,20 2,13 2,45 1,90 1,23 1,58 2,60 2,15 2,00 1,00 2,53 2,83 2,60 2,33 2,23 2,48 Biasa Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Biasa Biasa Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Total Skor e i Sangat Buruk Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 II IV III III III III II II I II IV II I I I I III III

25 106 Atribut-atribut standar pelayanan minimal kesehatan yang terdapat dalam sistem manajerial Pemkab Lebak dinilai masih buruk oleh masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah yang cenderung tertinggal. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian evaluasi dan kepercayaan responden terhadap masing-masing atribut yang sebagian besar di bawah rata-rata dengan penilaian buruk dan beberapa atribut saja yang dinilai biasa atau sedang. 5 4,5 4 Tingkat Kepentingan 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, ,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Kinerja Pelayanan Publik Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 16 Matriks Posisi Kuadran IPA Pelayanan Publik Bidang Kesehatan Kabupaten lebak Di Wilayah Tertinggal Pada Gambar 17 dapat dilihat posisi penempatan masing-masing atribut pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan minimal kesehatan di dalam diagram kartesius. Diagram kartesius dibagi ke dalam empat kuadran dengan garis tengah pembagi berdasarkan nilai total rata-rata tingkat kepentingan (Y) yaitu sebesar 4,37 dan nilai total rata-rata tingkat kinerja (X) yaitu sebesar 2,27. Hasil ringkasan matriks posisi kuadran IPA, terdapat lima atribut yang menjadi prioritas utama yakni makanan pendamping asi keluarga miskin, pelayanan penemuan/penanganan penderita penyakit, pelayanan dasar kesehatan masyarakat miskin, pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin dan pelayanan

26 107 darurat level 1 rumah sakit. Terdapat lima atribut yang perlu dipertahankan prestasinya atau berada di kuadran II yakni pelayanan kunjungan ibu hamil, pelayanan imunisasi anak tingkat desa/kelurahan, pelayanan anak balita, pelayanan perawatan balita gizi buruk dan pelayanan peserta KB. Tabel 26 Ringkasan Matriks Posisi Kuadran IPA Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Kabupaten Lebak Di Wilayah Tertinggal Kuadran I (Prioritas Utama) 1. Makanan pendamping asi keluarga miskin 2. Pelayanan penemuan/penanganan penderita penyakit 3. Pelayanan dasar kesehatan masyarakat miskin 4. Pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 5. Pelayanan darurat level 1 rumah sakit Kuadran III (Prioritas Rendah) 1. Pelayanan pertolongan oleh nakes kebidanan 2. Pelayanan nifas 3. Penanganan neonatus dengan komplikasi 4. Pelayanan kunjungan bayi 5. Pelayanan penyelidikan epidemiologi 6. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyaraka desa siaga Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Kuadran II (Pertahankan Prestasi) 1. Pelayanan kunjungan ibu hamil 2. Pelayanan imunisasi anak tingkat desa/kelurahan 3. Pelayanan anak balita 4. Pelayanan perawatan balita gizi buruk 5. Pelayanan peserta KB Kuadran IV (Berlebihan) 1. Pelayanan komplikasi kebidanan 2. Pelayanan penjaringan kesehatan siswa Sekolah dasar Kuadran III atau prioritas rendah terdiri dari enam atribut yakni pelayanan pertolongan oleh nakes kebidanan, pelayanan nifas, penanganan neonatus dengan komplikasi, pelayanan kunjungan bayi, pelayanan penyelidikan epidemiologi serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat desa siaga. Sedangkan terdapat dua atribut yang masuk ke dalam kuadran IV yakni pelayanan komplikasi kebidanan dan pelayanan penjaringan kesehatan sisiwa sekolah dasar Kuadran I (Prioritas Utama) Makanan Pendamping Asi Keluarga Miskin Atribut makanan pendamping asi keluarga miskin mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 2,05. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,65 dengan selisih cukup besar yakni 2,60. Makanan pendamping asi ini khusus untuk diberikan kepada anak usis 6-24 bulan. Masyarakat menilai jika makanan pendaming asi sangat penting untuk diperhatikan oleh Pemkab Lebak. Karena tidak bisa dipungkiri hingga tahun 2009 angka kemiskinan di Kabupaten Lebak masih sangat tinggi. Permasalahan utama keluarga miskin dari tahun ke tahun adalah kurang diperhatikannya kesehatan bayi-bayi keluarga miskin. Oleh karena itu tidak sedikit ditemukan kasus bayi kekurangan gizi atau gizi buruk. Oleh karena itu, kebijakan publik di bidang kesehatan yang harus menjadi prioritas

27 108 Pemkab lebak adalah meningkatkan kinerja dalam pelayanan makanan pendamping asi keluarga miskin Pelayanan Penemuan/Penanganan Penderita Penyakit Atribut pelayanan penemuan atau penanganan penderita penyakit mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 1,93. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,45 dengan selisih cukup besar yakni 2,53. Pelayanan dalam penemuan dan penanganan berbagai macam penyakit ini tentu menjadi prioritas utama oleh masyarakat baik penyakit menular atau tidak menular. Hal itu menjadi begitu penting saat makin maraknya penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus hewan. Penanganan dini terhadap suatu penyakit akan menjadi faktor penentu tingkat kesehatan suatu wilayah Pelayanan Dasar Kesehatan Masyarakat Miskin Atribut pelayanan dasar kesehatan masyarakat miskin mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 1,85. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,68 dengan selisih cukup besar yakni 2,83. Pelayanan dasar kesehatan masyarakat miskin ini telah dijamin dengan asuransi kesehatan masyarakat miskin (Askeskin). Dengan Askeskin ini masyarakat miskin memiliki jaminan untuk mendapatkan pelayanan dasar kesehatan baik untuk level Puskesmas maupun tingkat rumah sakit sekalipun. Namun yang terjadi sat ini, walaupun masyarakat miskin tersebut mendapatkan pelayanan, tetapi tidak mendapatkan pelayanan yang prima, bahkan ada sebagian yang ditelantarkan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Atribut pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 1,98. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,58 dengan selisih cukup besar yakni 2,60. Sesuai dengan petunjuk teknis standar pelayanan minimal kesehatan, maka setiap pasien masyarakat miskin berhak pelayanan kesehatan rujukan pasien. Pelayanan ini dikhususkan pasien masyarakat miskin yang mendapatkan rujukan pasien di rumah sakit. Diharapkan

28 109 melalui kebijakan pelayanan minimal tersebut, tingkat kesehatan masyarakat miskin mampu ditingkatkan Pelayanan Darurat Level 1 Rumah Sakit Atribut pelayanan darurat level satu rumah sakit mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 2,15. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,48 dengan selisih cukup besar yakni 2,15. Kebijakan pelayanan minimum ini memberikan jaminan kepada seluruh masyarakat umum untuk mendapatkan pelayanan darurat level satu pada rumah sakit. Karena sebelumnya sebagian besar rumah sakit memerlukan dana awal untuk mengurus pasien yang memerlukan pelayanan darurat level 1. Sehingga masyarakat pun memberikan harapan yang lebih terhadap kebijakan salah satu pelayanan dasar di rumah sakit Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Pelayanan Kunjungan Ibu Hamil Atribut pelayanan kunjungan ibu hamil mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,60. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,38 dengan selisih sebesar 1,78. Masyarakat di wilayah tertinggal sudah cukup puas dengan pelayanan kunjungan pemeriksaan ibu hamil. Tingkat kepuasan ini juga mendekati harapan yang menjadi ekspektasi masyarakat. Selain itu, pelayanan kunjungan ibu hamil ini secara tidak langsung akan sangat menentukan proses persalinan dan tingkat kesehatan ibu melahirkan dengan bayi Pelayanan Imunisasi Anak Tingkat Desa/Kelurahan Atribut pelayanan imunikasi anak tingkat desa/kelurahan mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 3,28. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,50 dengan selisih sebesar 1,23. Pelayanan imunisasi anak tingkat desa atau kelurahan ini menjadi salah satu program yang cukup baik kinerjanya. Imunisasi ini menjadi hal yang sangat wajib dilaksanakan demi kesehatan secara jangka panjang anak-anak di Kabupaten Lebak. Program

29 110 imunisasi ini dilakukan pada dua tempat, yakni di puskesmas dan juga pada kegiatan tingkat RW yakni Posyandu Pelayanan Anak Balita Atribut pelayanan anak balita mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 3,03. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,60 dengan selisih sebesar 1,58. Pelayanan yang telah diberikan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak terhadap anak balita dianggap cukup baik kinerjanya. Pelayanan ini dapat berupa pemeriksaan kesehatan, gigi, berat badan, kondisi gizi dan juga kelengkapan imunisasi. Masyarakat menilai kinerja pelayanan pemerintah terhadap anak balita sudah cukup baik sehingga perlu dipertahankan atau bahkan dapat juga ditingkatkan kualitasnya Pelayanan Perawatan Balita Gizi Buruk Atribut pelayanan perawatan balita gizi buruk mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,58. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,73 dengan selisih sebesar 2,15. Pelayanan perawatan gizi buruk ini diberikan kepada anak-anak yang termasuk ke dalam gizi buruk. Anak-anak yang termasuk gizi buruk akan mendapatkan pelayanan perawatan dan juga suplemen serta makanan tambahan agar beratnya kembali normal Pelayanan Peserta Keluarga Berencana Atribut pelayanan peserta Keluarga Berencana (KB) mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,75. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,75 dengan selisih sebesar 1,00. Peserta Keluarga Berencana akan mendapatkan layanan berupa penyediaan alat kontrasepsi kepada keluarga untuk merencanakan jumlah anak. Kebijakan pelayanan ini kembali menjadi prioritas utama pemerintah dalam menekan pertumbuhan jumlah penduduk yang sempat meningkat cukup tajam selama sepuluh tahun terakhir. Dengan adanya

30 111 program keluarga berencana ini diharapkan pertumbuhan penduduk dapat ditekan dan keluarga yang dibentuk pun menjadi keluarga sejahtera Kuadran III (Prioritas Rendah) Pelayanan Pertolongan oleh Tenaga Kesehatan Kebidanan Atribut pelayanan pertolongan oleh tenaga kesehatan kebidanan mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,10. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,30 dengan selisih sebesar 2,20. Rendahnya pelayanan pertolongan oleh tenaga kesehatan kebidanan ini disebabkan oleh minimnya tenaga kesehatan di wilayah tertinggal. Sehingga masyarakat masih kesulitan untuk bisa mengakses pelayanan bidan. Selain itu, ditambah dengan perilaku masyarakat yang lebih memilih pelayanan paraji atau dukun beranak dalam proses pra dan pasca kelahiran bayi Pelayanan Nifas Atribut pelayanan nifas mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 1,93. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,05 dengan selisih sebesar 2,13. Pelayanan ini didapatkan untuk ibu melahirkan yang masih menjalani masa nifas selama 40 hari. Masyarakat belum menganggap atribut ini penting untuk dijadikan prioritas. Kinerja pelayanan yang telah diberikan pun masih dianggap belum memuaskan dan memenuhi harapan masyarakat Penanganan Neonatus dengan Komplikasi Atribut penanganan neonatus dengan komplikasi mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 1,85. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,30 dengan selisih sebesar 2,45. Penanganan neonatus ini adalah penanganan kelahiran yang

31 112 terdapat komplikasi dimana proses persalinan tidak berjalan dengan lancar. Komplikasi neonatus ini cukup beragam penyebabnya, ada yang berupa kasus bayi sungsang, pendarahan, jalan lahir terhalang ari-ari, tidak ada kontraksi dan lain sebagainya. Tidak sedikit dari kasus ini menjadi salah satu penyebab kematian ibu dan bayi saat persalinan Pelayanan Kunjungan Bayi Atribut pelayanan kunjungan bayi mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,25. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,15 dengan selisih sebesar 1,90. Pelayanan kunjungan bayi merupakan salah satu pelayanan dasar kesehatan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah. Pelayanan kunjungan bayi ini terdiri dari berbagai macam, diantaranya adalah pelayanan imunisasi, konsultasi perkembangan anak, konsultasi gizi dan konsultasi kesehatan anak. Pelayanan bayi ini bisa jadi sebagai faktor penentu dalam menurunkan angka kematian bayi. Karena dengan optimalnya pelayanan bayi, maka orang tua yang tengah mengasuh bayi akan lebih antispatif dalam mengurus dan membesarkan dan menjaga kesehatan bayinya Pelayanan Penyelidikan Epidemiologi Atribut pelayanan penyelidkan epidemiologi mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,00. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,23 dengan selisih sebesar 2,48. Pelayanan penyelidikan epidemiologi adalah penyelidikan terhadap frekuensi, distribusi dan determinasi penyakit. Penyelidikan epidemiologi ini dilakukan pada desa atau kelurahan yang mengalami kasus penyakit luar biasa. Dengan adanya penyelidikan epidemiologi ini, maka pihak pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan akan mampu memberikan kebijakan yang tepat dalam menangani penyakit Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Siaga

32 113 Atribut promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat desa siaga mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 1,88. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,35 dengan selisih sebesar 2,48. Masyarakat menilai jika kinerja pemerintah daerah dalam memberikan promosi kesehatan dan pemberdayaan belum berjalan sesuai dengan harapan. Seharusnya, apabila promosi kesehatan dapat berjalan dengan baik, maka kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan akan meningkat. Promosi kesehatan ini akan berjalan beriringan dengan pemberdayaan masyarakat dalam membentuk desa siaga. Dimana desa siaga ini adalah desa yang mampu memberdayakan masyarakatnya bahu-membahu dalam mensukseskan berbagai macam program-program pemerintah terkait dengan kesehatan Kuadran IV (Berlebihan) Pelayanan Komplikasi Kebidanan Atribut pelayanan komplikasi kebidanan mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,60. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di atas rata-rata dengan skor kepercayaannya adalah 4,38 dengan selisih sebesar 1,78. Pelayanan komplikasi kebidanan ini terjadi cukup banyak di berbagai wilayah di Kabupaten Lebak. Sehingga pelayanan komplikasi kebidanan merupakan salah satu program yang menjadi fokus utama dalam meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Namun, yang terjadi pada wilayah tertinggal adalah bahwa masyarakat masih belum mengerti dan sadar untuk memanfaatkan keberadaan bidan desa dalam menangani komplikasi kebidanan. Karena sebagian besar masih memegang teguh budaya tradisional dalam proses persalinan dan lebih percaya kepada dukun beranak atau paraji Pelayanan Penjaringan Kesehatan Siswa Sekolah Dasar Atribut pelayanan penjaringan kesehatan siswa sekolah dasar mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,33. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di atas rata-rata dengan skor

33 114 kepercayaanya adalah 4,33 dengan selisih sebesar 2,00. Pendidikan tingkat sekolah dasar merupakan tingkat pendidikan yang mencoba untuk menanamkan perilaku dan kebiasaan. Oleh karena itu, penjaringan kesehatan kepada siswa sekolah dasar untuk membiasakan diri hidup sehat tentu saja sangat penting. Ketika kebiasaan hidup sehat dan bersih sudah tertanam, maka pembentukan konsep masyarakat peduli kesehatan dan kebersihan akan terbentuk lebih mudah dan dalam jangka waktu relatif lebih singkat. Pelayanan publik pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Lebak dinilai buruk oleh masyarakat di wilayah tertinggal. Hal tersebut dapat ditunjukan dengan belum terpenuhinya berbagai indikator yang menjadi standar pelayanan minimum baik dalam hal kesehatan dan pendidikan. Rendahnya rasio belanja publik infrastruktur untuk bidang pendidikan memberikan pengaruh kurang baik terhadap pelayanan pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang berada dalam kondisi rusak, sehingga murid tidak mendapatkan kenyamanan dalam belajar. Sama halnya dengan kesehatan, rendahny rasio belanja infrastruktur kesehatan berimplikasi negatif terhadapa pelayanan kesehatan. Masyarakat menilai bahwa, tingkat pelayanan kesehatan, baik pada tataran puskesmas, puskesmas pembantu maupun rumah sakit masih jauh dari memuaskan. Sehingga, hal tersebut harus segera menjadi bahan pekerjaan rumah untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak agar bisa meningkatkan kinerja pelayanan sesuai dengan juknis standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan. 6.3 Disparitas Pembangunan SDM antara Wilayah Utara dengan Selatan Penilaian sikap masyarakat terhadap buruknya kinerja pelayanan publik di wilayah tertinggal memberikan indikasi terjadinya disparitas pembangunan antara wilayah utara dengan selatan. Kriteria pembagian wilayah ini berdasarkan karakteristik geografis dan kondisi infrastuktur khususnya jalan. Wilayah pembangunan di bagian utara adalah wilayah yang secara geografis berada di Lebak bagian utara dan disokong oleh infrastruktur yang cukup baik. Infrastruktur tersebut berupa sekolah, puskesmas, rumah sakit dan jalan darat. Akses antara satu kecamatan dengan kecamatan lain relatif lebih mudah untuk dijangkau. Pada sisi lainnya, wilayah pembangunan di bagian selatan adalah wilayah

34 115 pembangunan yang menggabungkan tiga wilayah pembangunan yakni tengah, barat dan timur. Penggabungan tersebut sengaja dilakukan untuk mempermudah analisis dan ketiga wilayah tersebut memiliki karakateristik infrastruktur yang tidak jauh berbeda. Karakteristik dari wilayah selatan ini memiliki kondisi infrastruktur yang kurang baik dan belum mencukupi standar pelayanan minimal. Akses antara satu kecamatan dengan lainnya cukup sulit ditempuh karena kondisi jalan yang sebagian besar masih rusak. Pembagian wilayah pembangunan antara utara dengan selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 27 Pembagian Wilayah Pembangunan Utara dan Selatan Pembagian Wilayah Pembangunan (Kecamatan) No. Wilayah Utara Jumlah Jumlah No. Wilayah selatan Penduduk Penduduk 1 Cipanas Malingping Cimarga Wanasalam Warunggunung Panggarangan Cibadak Bayah Rangkasbitung Cilograng Kalang Anyar Cibeber Cijaku Banjarsari Cileles Gunung Kencana Bojongmanik Leuwidamar Muncang Sobang Sajira Cikulur Maja Curugbitung Lebak Gedong Cirinten Cigemblong Cihara Sumber : Bappada Kabupaten Lebak, Tahun 2010 Berdasarkan informasi yang ditunjukan pada Tabel 36 di atas dapat diketahui bahwa telah terjadi disparitas pengembangan infrastruktur dan sumberdaya aparatur untuk sektor pendidikan dan kesehatan. Disparitas ini terjadi antara dua wilayah, yakni wilayah bagian utara dengan wilayah di bagian selatan. Secara rasio, wilayah bagian utara memiliki rasio infrastruktur dan aparatur

35 116 sumberdaya yang telah mencapai angka standar pelayanan minimal, bahkan bisa dikatakan di atas rata-rata atau lebih dari cukup. Akan tetapi hal tersebut bertolak belakang dengan kondisi infrastruktur di wilayah selatan yang masih jauh di bawah standar pelayanan minimal. Tabel 28 Perbandingan Pembangunan Fisik dan Tenaga Sektor Pendidikan dan Kesehatan antara Wilayah Utara dan Selatan Tahun 2009 No Indikator Pembangunan Wilayah Pembangunan Rasio ideal Utara Selatan 1 Penduduk Usia SD - Bangunan SD Penduduk Usia SMP - Bangunan SMP Penduduk Usia SMA - Bangunan SMA Penduduk Usia SD - Guru SD Penduduk Usia SMP - Guru SMP Penduduk Usia SMA - Guru SMA Penduduk - Puskesmas Penduduk - Puskesmas Pembantu Penduduk - Dokter Umum Penduduk - Perawat Penduduk - Bidan Sumber : Bappeda Kabupaten Lebak, Tahun 2010 Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak masih memberikan porsi yang lebih besar pembangunan pada wilayah utara, hal tersebut terlihat dalam pengembangan infrastruktur. Ketimpangan pembangunan antara wilayah utara dan selatan ini secara tidak langsung menjadi jurang pemisah ketimpangan kualitas sumberdaya manusia. Selain itu, wilayah-wilayah yang cenderung memiliki rasio mendekati ideal adalah wilayah yang secara geografis merupakan wilayah yang mudah diakses, sebagian besar adalah wilayah di bagian utara, walaupun tidak sedikit wilayah selatan yang maju dengan catatan kondisi aksesibilitas transportasi cukup baik. Beberapa wilayah selatan yang cukup baik di antaranya adalah Kecamatan Banjarsari, Malingping, Bayah, Wanasalam dan Cipanas. Kelima kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang memiliki infrastruktur transportasi darat yang cukup baik dan relatif lebih mudah untuk di akses, walaupun secara jarak bisa dianggap sangat jauh. Jadi jarak tempuh bukan faktor utama penyebab ketimpangan, namun lebih besar disebabkan oleh kualitas dari jalan itu sendiri.

36 117 Kerusakan infrastruktur utama jalan, baik jalan nasional, provinsi maupun kabupaten disebabkan oleh dua faktor. Pertama adalah faktor alam, dimana sebagian besar jalan rusak karena intensitas air yang sangat tinggi mengguyur jalan di saat musim penghujan jalan. Kedua, faktor teknis, dimana proses pembangunan jalan tidak sesuai dengan standar pembuatan jalan yang baik. Hal tersebut terlihat dari buruknya drainase jalan, dimana ketika hujan besar turun, air tidak mengalir ke drainase namun tergenang, sehingga menyebabkan percepatan kerusakan jalan. Penyebab lainnya adalah tidak seimbangnya kapasitas jalan dengan kendaraan yang melewatinya. Saat ini Lebak Selatan merupakan pemasok utama bahan-bahan galian C di Provinsi Banten. Kendaraan-kendaraan yang membawa bahan galian tersebut merupakan kendaraan dengan beban yang sangat tinggi di atas 20 ton. Pada sisi lain, kapasitas sebagain besar jalan berkisat antara 5-10 ton, sehingga kerusakan jalan yang sangat parah akan semakin sulit dihindari. Proses penggalian-penggalian di wilayah selatan sebetulnya telah lama menjadi industri yang kontraproduktif atau menghadapi sebuah paradoks. Menurut penuturan salah satu ahli perencanaan wilayah di Bappeda Lebak, pajak yang diterima dari hasil-hasil penggalian tersebut ternyata tidak sebanding dengan kerusakan-kerusakan yang didapatkan, diantaranya adalah kerusakan jalan akibat ketidak seimbangan beban dengan kapasitas jalan. 6.4 Kualitas Sumberdaya Manusia Kualitas sumberdaya manusia secara implisit akan terlihat dari tingkat pendidikan dan juga kesehatannya. Oleh karena itu, sebagain besar negara-negara, baik maju maupun berkembang banyak menggunakan Human Development Indeks (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator untuk menilai kualitas sumberdaya manusia di suatu wilayah. IPM menjadi begitu populer di kalangan ekonomi sumberdaya karena kemampuannya dalam melihat kualitas manusia dari sisi pendidikan, kesehatan dan juga ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator gabungan dari beberapa indikator (komposit), yaitu indikator kesehatan (Indeks Lama Hidup), Indikator Pendidikan (Indeks Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah), dan indikator ekonomi yang ditunjukan dengan Tingkat Daya Beli Penduduk

37 118 (Purchasing Power Parity). Gabungan ketiga indikator tersebut diharapkan mampu mengukur tingkat kesejahteraan dan keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah. Dibandingkan dengan indeks komposit lain, IPM dinilai sebagai indikator yang cukup baik karena mencakup tiga sektor pembangunan yang dominan dan memiliki sumbangan yang cukup besar dalam membentuk kualitas sumberdaya manusia. Jika ketiga sektor tersebut mengalami peningkatan yang cukup berarti, maka secara langsung sumberdaya manusia yang dihasilkan akan menjadi lebih berkualitas. Namun hal tersebut bukanlah perkara yang mudah begitu saja dicapai, perlu kerja keras dari berbagai pihak untuk bisa merealisasikannya. Sama halnya dengan Kabupaten Lebak yang masih menjadi juru kunci IPM di Provinsi Banten, peningkatan IPM terbentur oleh berbagai macam faktor, mulai dari kendala anggaran, faktor akses transportasi, hingga etos budaya masyarakat itu sendiri yang pada akhirnya menjadi palang pintu terakhir peningkatan pembangunan manusia Indeks Kelangsungan Hidup Angka Harapan Hidup (AHH) menggambarkan tingkat kesehatan rata-rata yang telah dicapai suatu kelompok masyarakat. Angka harapan hidup berkaitan erat dengan derajat kesehatan masyarakat. Semakin tinggi angka harapan hidup, maka dapat diasosiasikan dengan tingginya derajat kesehatan masyarakat. Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Lebak pada tahun 2008 adalah 63,1 tahun, yang dapat diartikan bahwa rata-rata masa hidup penduduk Kabupaten Lebak mulai dari lahir hingga meninggal adalah sekitar 63 tahun 1 bulan. AHH tahun 2008 tidak mengalami perubahan dibandingkan AHH tahun Angka Kelangsungan Hidup yang tidak berubah dari tahun sebelumnya dapat juga berarti bahwa perbaikan kualitas kesehatan penduduk sebagai implikasi dari program pembangunan kesehatan tidak berpengaruh secara signifikan. Pembangunan yang dilakukan sepanjang tahun tidak memberikan dampak yang cukup berarti terhadap kualitas sumberdaya manusia, karena AHH penduduk di Kabupaten Lebak jalan di tempat, atau dengan kata lain tidak mengalami peningkatan. Seharusnya banyak hal yang dapat dilakukan untuk

38 119 perbaikan kesehatan, diantaranya adalah mempermudah penduduk untuk mengakses fasilitas kesehatan. Semua itu dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah dan penyebaran tenaga paramedis dan dokter, dalam hal ini lebih sering disebut dengan tenaga kesehatan, sehingga rasio antara jumlah penduduk dengan tenaga kesehatan akan semakin mengecil. Selain itu, optimalisasi peran posyandu sebagai ujung tombak keberhasilan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat di wilayah-wilayah yang sulit terjangkau, terutama untuk peningkatan kualitas kesehatan penduduk usia muda. Peningkatan kualitas Paraji (dukun beranak) diharapkan cukup signifikan menekan angka kematian bayi dan ibu melahirkan. 63,80 64,00 64,30 64,45 64,60 63,10 62,40 62,50 62,85 62,40 62,60 62,30 62,40 62,60 63,00 63,11 63,12 61, AHH Kab. Lebak AHH Prov. Banten Sumber : Bappeda Kab Lebak, Tahun 2009 Gambar 17 Tren Angka Harapan Hidup Lebak dan Rata-rata Provinsi Banten Periode Tahun Bercermin dari daerah lain, jika dilihat perbandingan rata-rata angka harapan hidup, terlihat bahwa Kabupaten Lebak masih di bawah rata-rata provinsi. Gambar di atas menunjukan gap yang semakin lebar dari tahun ke tahun selama sembilan tahun terakhir ( ). Hal tersebut menunjukan bahwa daerah lain mengalami percepatan angka harapan hidup yang lebih tinggi. Pada tahun 2003 perbandingan antara harapan hidup Kabupaten Lebak dengan Provinsi Banten masih 62,3 tahun berbanding 62,6 tahun, kemudian di tahun 2008

39 120 perbandingannya semakin menjauh, dimana 63,1 tahun untuk Kabupaten Lebak berbanding 64,60 untuk Provinsi banten. Indeks Kelangsungan Hidup merupakan konversi Angka Harapan Hidup dalam persen terhadap rentang angka harapan hidup yang dapat dicapai di Indonsia. Tahun 2008, angka harapan hidup sebesar 63,1 tahun setara dengan 63,60 persen pencapaian indeks. Hal ini mengindikasikan bahwa Angka Harapan Hidup Kabupaten Lebak masih terbuka lebar untuk dapat ditingkatkan. Namun meningkatkan angka harapan hidup bukanlah program yang dapat secara langsung dirasakan hasilnya, tetapi program peningkatan AHH adalah program yang membutuhkan investasi yang sangat besar khususnya dalam hal pembiayaan program dan waktu yang juga cukup panjang. Karena angka harapan hidup berhubungan dengan komposisi dan struktur umur penduduk serta jumlah penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan. Tabel 29 Perkembangan Angka Harapan Hidup dan Indeks Kelangsungan Hidup Kabupaten Lebak dan Rata-Rata Provinsi Banten, Tahun Tahun Angka Harapan Hidup Indeks Kelangsungan Hidup Kab. Lebak Prov. Banten Kab. Lebak Prov. Banten Sumber : Bappeda Kabupaten Lebak, Tahun Indeks Melek Huruf dan Indeks Lama Sekolah Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah adalah dua indikator yang digunakan untuk menggambarkan hasil pembangunan di bidang pendidikan. Kedua indikator tersebut dipandang cukup untuk mewakili beberapa indikator pendidikan lainnya. Hasil SUSENAS tahun 2008 menunjukan bahwa persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis adalah sebesar 84,1 persen, sehingga yang buta huruf sebanyak 5,9 persen, angka ini tidak jauh berbeda

40 121 dengan keadaan beberapa tahun sebelumnya. Khusus di Kabupaten Lebak, penduduk buta aksara selain dipengaruhi oleh jumlah penduduk tua, dipengaruhi juga oleh keberadaan suku Baduy terutama Baduy Dalam yang masih menabukan penduduknya untuk mengenyam pendidikan formal. Apabila peraturan adat tersebut tidak dapat dirubah, maka pencapaian Angka Melek Huruf di Kabupaten Lebak tidak akan pernah mencapai 100 persen. Angka melek huruf di Kabupaten Lebak masih dikategorikan kecil bila dibandingkan rata-rata angka melek huruf Provinsi Banten yang pada tahun 2008 mencapai 95,6 persen. Indikator rata-rata lama sekolah di Kabupaten lebak tahun 2008 lebih rendah dari angka rata-rata Provinsi banten yang sebesar 8,1 tahun, yakni hanya 6,2 tahun, atau baru setara dengan lulusan sekolah dasar. Kondisi ini mengindikasikan bahwa angka melek huruf di kabupaten Lebak lebih rendah bila dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Banten. Tabel 30 Perkembangan Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lamanya Sekolah Kabupaten Lebak dan Rata-Rata Provinsi Banten, Tahun Angka Melek Huruf (%) Rata-rata Lama sekolah (Tahun) Tahun Kab. Lebak Prov. Banten Kab. Lebak Prov. Banten Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2010 Nilai indeks melek huruf sama dengan angka melek huruf karena capaian maksimal angka melek huruf adalah 100 persen, sehingga konversi juga tidak memerlukan formula khusus. Indeks lama sekolah tahun 2008 masih sama dengan tahun 2007, yaitu sebesar 41,33 persen, yang mempresentasikan rendahnya ratarata lama sekolah yang hanya 6,2 tahun. Capaian 41,33 persen juga hanya dapat ditingkatkan dalam jangka panjang melalui cakupan partisipasi sekolah. Tabel 31 Perkembangan Indeks Pengetahuan Kabupaten Lebak dan Rata-Rata Provinsi Banten, Tahun Tahun Indeks Melek Indeks Lama Indeks Pengetahuan Huruf Sekolah Kab. Lebak Prov. Banten

41 Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2009 Indikator yang dapat menunjukan pembangunan pendidikan digambarkan dengan menghitung indeks pengetahuan sebagai rata-rata dari indeks melek huruf dan rata-rata lam sekolah. Tahun 2007 indeks pengetahuan Kabupaten Lebak adalah 76,51, hal tersebut dapat dikatak bahwa pencapaian pembangunan bidang pendidikan jika dilihat dari sisi outputnya adalah 76,51 persen. Angka ini merupakan peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2002 yang hanya mencapai angka 71,9. 80,12 80,8 82,02 81,51 81,73 81,73 81,73 76,16 76,51 76,51 76,51 76,51 71,9 73, Kab. Lebak Prov. Banten Sumber : Bappeda Kab. Lebak, 2009 Gambar 18 Tren Indeks Pengetahuan Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten Tahun Penyumbang terbesar dari indeks komponen pendidikan berasal dari indeks AMH yang mencapai 94,10, sedangkan indeks RLS hanya sebesar 41,33. Data tersebut memberikan pemahaman bahwa penduduk (terutama usia tua) kurang memberi perhatian yang labih pada pentingnya jenjang pendidikan formal dan merasa cukup puas bila sudah dapat membaca dan menulis, terkadang pemahan tersebut dipraktekan pada sejauh mana pendidikan yang harus ditempuh

42 123 oleh keturunan-keturunan mereka, dengan landasan anggapan bahwa hanya dengan membaca dan menulis saja sudah cukup bekal untuk mencari penghasilan. Penomena ini kebanyak terjadi di daerah pedesaan yang penduduknya banyak bekerja di sektor agraris atau sektor primer lainnya yang tidak memerlukan keahlian khusus yang didapat dari pendidikan formal. Namun, keyakinan tersebut sedikit demi sedikit mulai terkikis. Berbeda dengan indeks kelangsungan hidup dimana terdapat kesenjangan yang makin lebar antara angka Kabupaten Lebak dengan Provinsi Banten, pada indeks pengetahuan tidak terlihat adanya pola kesenjangan yang semakin melebar. Bahkan sejak tahun 2002, terdapat pola yang menyempit, sehingga hal tersebut menunjukan bahwa telah terjadi percepatan indeks pengetahuan, walau secara skala masih jauh dari harapan Indeks Tingkat Daya Beli Untuk mengukur standar hidup layak, data PDRB per kapita buknlah ukuran yang peka untuk mengukur tingkat daya beli (Purchasing Power Parity/PPP) penduduk, sehingga tidak dapat digunakan. Pada perhitungan IPM digunakan konsumsi riil perkapita yang telah disesuaikan, sehingga angkanya diharapkan lebih mendekati untuk mengukur kemampuan daya beli penduduk. Nilai indeks tingkat daya beli menggambarkan besar kecilnya kemampuan daya beli penduduk. Diharapkan dengan semakin besarnya tingkat daya beli maka kesejahteraan penduduk semakin membaik. Indeks daya beli penduduk (PPP) atau konsumsi riil perkapita penduduk Kabupaten Lebak tahun 2008 sebesar 61,30 yang berarti tingkat daya beli penduduk Lebak 61,30 persen dari daya beli maksimal di Indonesia. Dalam nilai uang, nilai tersebut setara dengan Rp pada tahun Nilai indeks daya beli Kabupaten Lebak pada tahun 2008 sama dengan nilai indeks daya beli Provinsi banten pada tahun yang sama. Indikasinya adalah bahwa kemampuan daya beli yang sama antara penduduk Lebak dengan penduduk kabupaten/kota lainnya di Provinsi Banten. Tentu saja hal ini menunjukan bahwa ada peluang untuk perbaikan di bidang investasi human capital karena secara ekonomi memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda

43 124 dengan daerah lain. Angka yang relatif sama pada tingkat daya beli namun memiliki perbedaan jauh dalam bidang pengetahuan dan kesehatan dibandingkan kabupaten/kota lain di Provinsi Banten memberikan gambaran bahwa sebagian besar pendapatan yang dihasilkan hanya digunakan untuk keperluan konsumsi. Tabel 32 Perkembangan Pengeluaran Riil Per Kapita dan Indeks Daya Beli Kabupaten Lebak dan Rata-Rata Provinsi Banten, Tahun Tahun Pengeluaran Riil/Kapita (000) Indeks daya beli Kab. Lebak Prov Banten Kab. Lebak Prov. Banten Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2009 Apabila dilihat perkembangan dari tahun sebelumnya, pengeluaran riil per kapita mengalami kenaikan yang cukup berarti, yaitu Rp pada tahun 2007 menjadi Rp , naik sebesar 0,76 persen. Meskipun peningkatan ini tampaknya diakibatkan oleh tingkat kesejahteraan masyarakat yang makin membaik namun ada kekhawatiran bahwa kenaikan daya beli penduduk dipengaruhi oleh inflasi, terutama inflasi di sektor perdagangan yang naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 11,50 persen pada tahun 2008 dibandingkan 7,27 persen pada tahun Sehingga kenaikan daya beli di Kabupaten Lebak sebagian besar hanya digunakan untuk pemenuhan konsumsi primer saja, belum memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya pendidikan dan kesehatan Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indeks komposit nilai rata-rata dari gabungan tiga komponen penilaian kualitas sumberdaya manusia, digunakan untuk mengukur pencapaian keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah. Jika ketiga komponen tersebut memiliki kualitas yang baik, maka secara otomatis sumberdaya manusianya pun memiliki kualitas yang baik pula. Masing-masing

44 125 indeks dari komponen IPM memperlihatkan seberapa besar tingkat pencapaian yang telah dilakukan selama ini di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Secara internasional, nilai IPM dibagi menjadi tiga kelompok yakni tingkat pembangunan manusia yang rendah (0,0 hingga 0,499), tingkat pembangunan manusia menengah (0,50 hingga 0,799) dan tingkat pembangunan manusia yang tinggi (0,80 hingga 1,0). Tabel 33 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lebak Menurut Komponen IPM Tahun Tahun Indeks Indeks Indeks IPM IPM Kelangsungan Pengetahuan Daya Beli Kabupaten Provinsi Hidup Lebak Banten ,50 62,17 62,33 71,90 73,16 76,16 51,28 52,23 59,02 61,56 62,52 65,84 66,64 67,21 69, ,67 76,51 59,76 66,31 68, ,33 76,51 60,12 66,65 69, ,52 76,51 60,18 66,74 69, ,51 61,30 67,10 69,70 Sumber : Bappeda, IPM Kabupaten Lebak, Tahun 2009 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lebak pada tahun 2008 mencapai 67,10 yang merupakan rata-rata dari pencapaian indeks kelangsungan hidup/kesehatan (63,60), indeks pengetahuan (76,51) dan indeks daya beli (61,30). Hal tersebut berarti pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten lebak saat ini telah mencapai 67,10 persen dari nilai maksimal. Dari tiga komponen penyusun IPM, terlihat jelas bahwa pencapaian tertinggi didapat dari indeks pengetahuan. Indeks daya beli yang merefleksikan kemampuan ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya memiliki pencapaian yang paling rendah. Namun rendahnya nilai indeks daya beli ini memang secara umum juga terjadi di Provinsi Banten. Dibandingkan pencapaian daerah-daerah lain di Provinsi Banten, IPM Kabupaten Lebak dapat dikatakan masih tertinggal. IPM Provinsi Banten berada pada level 69,70 yang berarti kabupaten/kota lain ada yang mencapai IPM di atas angka 70%. Oleh karena itu masih banyak hal yang perlu dilakukan agar pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Lebak dapat setara dengan daerah lain di Provinsi Banten. Bidang pendidikan atau pengetahuan yang terdiri dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mempunyai nilai sebesar 76,51 yang berarti pencapaian

45 126 pembangunan bidang pendidikan pada tahun 2008 mencapai 76,51 persen dari pencapaian yang diharapkan. Sumbangan terbesar indeks komponen pendidikan berasal dari AMH yang mencapai 94,10 sedangkan indeks RLS hanya sebesar 41,33. Untuk sektor kesehatan yang diwakili indeks kelangsungan hidup, Kabupaten Lebak baru mampu mencapai angka 63, ,56 62,52 65,84 66,31 66,65 66,74 67, Indeks Kelangsungan Hidup Indeks Daya Beli Indeks Pengetahuan IPM Kabupaten Lebak Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2009 Gambar 19 Grafik Perkembangan IPM dan Elemen Penyusunnya Kabupaten Lebak Tahun Terdapat kenaikan signifikan jika melihat pola tren IPM Kabupaten Lebak pada rentang tahun 2002 hingga Pada periode 2005 sampai 2007 peningkatannya tidak cukup nyata yakni hanya 0,2 persen. Namun perkembangan yang cukup menggembirakan terjadi pada tahun 2008 dimana persentase kenaikkan IPM lebih besar yakni 0,5 persen dibandingkan pada tahun Hal tersebut mengindikasikan terdapat perbaikan dalam percepatan pembangunan manusia di Kabupaten Lebak. Kenaikan IPM yang cukup besar terutama disumbangkan oleh indeks daya beli, sehingga memberikan sinyal bahwa pembangunan yang selama ini dilaksanakan terutama di bidang infrastruktur sudah memberikan hasil yang cukup berarti. Diharapkan bahwa pembangunan infrastruktur yang selama ini dilaksanakan selain mempengaruhi tingkat ekonomi juga lambat laun akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan pendidikan di Kabupaten Lebak terutama berkaitan dengan aksesibilitas ke fasilitas pendidikan dan kesehatan. Karena

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini 69 BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Lebak terletak antara 6º18-7º00 Lintang Selatan dan 105º25-106º30 Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha (3.044,72 Km²) yang terdiri

Lebih terperinci

Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Tahun 2013

Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Tahun 2013 Laporan Tahun 2013 Bidang Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Tahun 2013 I PENDIDIKAN DASAR OLEH KABUPATEN / KOTA 1. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL Persentase SD/ MI yang semua rombongan... belajar (rombel)nya tidak melebihi 32 orang

DAFTAR TABEL Persentase SD/ MI yang semua rombongan... belajar (rombel)nya tidak melebihi 32 orang DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jumlah Desa dan Dusun di Kabupaten Lombok Barat... 4 Menurut Kecamatan 1.2 Luas Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan... 4 1.3 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis...

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK TAHUN ANGGARAN 2016 DPPA - SKPD 2.

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK TAHUN ANGGARAN 2016 DPPA - SKPD 2. DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK TAHUN ANGGARAN 06 Formulir DPPA - SKPD. Urusan Pemerintahan Organisasi :.0. - PERTANIAN :.0.0. - DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR

RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR NO JENIS PELAYANAN INDIKATOR SUB INDIKATOR KEGIATAN VOL SATUAN NILAI JUMLAH TARGET JUMLAH DANA TARGET JUMLAH DANA 2013 Rp 2014 Rp 1 2 3 1

Lebih terperinci

Indikator Kinerja Program. A. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Indikator Kinerja Program. A. Standar Pelayanan Minimal (SPM) No. Indikator Kinerja Program A. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Satuan Tabel 2.7. Pencapaian Kinerja pelayanan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2016 Target Target Kinerja Program Realisai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 14 TAHUN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 14 TAHUN TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN e-pemantauan dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Nama

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2015-2019 V I S I M I S I 1 : TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT : Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

KESIAPAN PELAYANAN KESEHATAN ARUS MUDIK IDUL FITRI 1436 H / 2015

KESIAPAN PELAYANAN KESEHATAN ARUS MUDIK IDUL FITRI 1436 H / 2015 KESIAPAN PELAYANAN KESEHATAN ARUS MUDIK IDUL FITRI 1436 H / 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBAK JL. MULTATULI NO. 5 RANGKASBITUNG TLP. 0252-201312 FAX. 0252-201024 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang

Lebih terperinci

CAPAIAN, TARGET, DAN RENCANA PEMBIAYAAN SPM BIDANG PENDIDIKAN DASAR

CAPAIAN, TARGET, DAN RENCANA PEMBIAYAAN SPM BIDANG PENDIDIKAN DASAR CAPAIAN, TARGET, DAN RENCANA PEMBIAYAAN SPM BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN/KOTA : BANYUWANGI PROVINSI : JAWA TIMUR NO TARGET (%) PROGRAM/ KEGIATAN masukkan bahan RENCANA PEMBIAYAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENSTRA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TANGERANG PERIODE TAHUN 2014-2018 Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2019 merupakan amanat perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan amat stategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

Lebih terperinci

Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan. via pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul 14:21 WIB.

Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan. via  pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul 14:21 WIB. Lampiran 1 Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Anies Baswedan. Wawancara dilakukan via E-mail pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN e-pemantauan dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Nama

Lebih terperinci

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA

Lebih terperinci

Penataan Ruang Kabupaten Lebak

Penataan Ruang Kabupaten Lebak Penataan Ruang Kabupaten Lebak Sumber daya kewilayahan harus dikelola secara bijaksana untuk mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan dengan memperhatikan

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 472 TAHUN 2011 TANGGAL

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 472 TAHUN 2011 TANGGAL A. BIDANG PENDIDIKAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 472 TAHUN 2011 TANGGAL 1-8 - 2011 STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN DASAR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT NO JENIS PELAYANAN

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN DI KABUPATEN BARITO UTARA BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BARITO UTARA BUPATI BARITO UTARAA Menimbang : a. b. c. Mengingat :

Lebih terperinci

Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 KM. Jumlah kelompok permukiman permanen di kab/kota

Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 KM. Jumlah kelompok permukiman permanen di kab/kota Analisis Capaian Standar Pelayanan Minimal IP-1.1 = (a) Permukiman Permanen=penduduk yang berjumlah 1000 org, khusus di daerah terpencil; (b) Kewajiban kab/kota=1 Sekolah/Madrasah bisa saja berada dalam

Lebih terperinci

SALINAN. b. bahwa untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah perlu menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar;

SALINAN. b. bahwa untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah perlu menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar; SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKANASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2O1O TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMA TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010-2014 mencantumkan empat sasaran pembangunan kesehatan, yaitu: 1) Menurunnya disparitas status kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB)

ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) SLINN LMPIRN III PERTURN MENTERI PENDIDIKN DN KEBUDYN NOMOR 23 THUN 2013 TENTNG PERUBHN TS PERTURN MENTERI PENDIDIKN NSIONL NOMOR 15 THUN 2010 TENTNG STNDR MINIML PENDIDIKN DSR DI KBUPTEN/KOT. NLISIS STNDR

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) KABUPATEN / KOTA OPD : CILEGON : DINAS PENDIDIKAN TUGAS DAN FUNGSI

Lebih terperinci

Hasil Perhitungan SPM

Hasil Perhitungan SPM THE WORLD BANK Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Utara Juli 2012 Buku Laporan Hasil Perhitungan SPM Menggunakan Aplikasi TRIMS (Tool for Reporting and Information Management by Schools)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

B. MATRIKS RENCANA STRATEGIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN SINJAI TAHUN

B. MATRIKS RENCANA STRATEGIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN SINJAI TAHUN B. MATRIKS RENCANA STRATEGIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN SINJAI TAHUN 2008-2013 Instansi : Dinas Kesehatan Visi : Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Sinjai dalam Rangka Mewujudkan Sinjai Religius,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah yang dilaksanakan per 1 Januari 2001 telah memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengurus sendiri urusan pemerintahannya, berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG, PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG Jl. Lintas Malindo Entikong (78557) Telepon (0564) 31294 Email : puskesmasentikong46@gmail.com KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG NOMOR

Lebih terperinci

REVISI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA RPJMD REALISASI TAHUN 2013, 2014 dan 2015 SKPD : DINAS KESEHATAN

REVISI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA RPJMD REALISASI TAHUN 2013, 2014 dan 2015 SKPD : DINAS KESEHATAN REVISI CAPAIAN INDIKATOR 2011-2016 TAHUN 2013, 2014 dan 2015 SKPD : DINAS KESEHATAN NO 2010 2011 2013 2014 2015 2016 2013 PEMBILANG PENYEBUT 2014 PEMBILANG PENYEBUT % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9 10 11 12 13

Lebih terperinci

BAB IV PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATAN

BAB IV PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATAN BAB IV PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATAN Deskripsi : Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, di mulai pada pemahaman hirarkhi peraturan perundang-undangan di Indonesia menurut UU Nomor 32

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA - 1- PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MURUNG RAYA SEHAT 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PP No 38/2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA PP 65/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN

PP No 38/2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA PP 65/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN EVALUASI PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN (Perbaikan SK Menkes) Dr Siti Noor Zaenab,M.Kes Dinas Kab. Bantul DASAR HUKUM UU No 32 /2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PP No 38/2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 15 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA

KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA Buku Laporan Hasil Perhitungan SPM Pendidikan Dasar Dengan Menggunakan TRIMS KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 212 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA 2 Laporan Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN HALAMAN NARASI Rencana Pembangunan Jangka Menengah () Kota Kendari Tahun 2013-2017 VIII - 1 Kode (1) Bidang Urusan Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dikatakan bahwa Kesehatan merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya

Lebih terperinci

PANDUAN APLIKASI. Pengolahan Data Pendidikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan

PANDUAN APLIKASI. Pengolahan Data Pendidikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan PANDUAN APLIKASI Pengolahan Data Pendidikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) KATA PENGANTAR merupakan aplikasi yang didesain untuk menghasilkan output Standar Pelayanan Minimal (SPM) berdasarkan data yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 4 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 4 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 4 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN. Nomor : 449.1/KEP-III/003 / 03/ 2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA DI UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SUSUKAN

KEPUTUSAN. Nomor : 449.1/KEP-III/003 / 03/ 2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA DI UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SUSUKAN PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS SUSUKAN Jl.KH Umar Imam Puro No.96 Telp ( 0298 ) 615066 Susukan 50777 Email : pkmsusukan_kabsmg @yahoo.co.id KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSAT KESEHATAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di kabupaten Lebak Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di kabupaten Lebak Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di kabupaten Lebak Tahun 2013 sebanyak 187.364 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di kabupaten Lebak Tahun 2013 sebanyak 17 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN. Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan

STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN. Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan AGUNG DWI LAKSONO EVIE SOPACUA SUHARMIATI LESTARI HANDAYANI RISTRINI HERTI MARYANI BAMBANG WASITO Diterbitkan

Lebih terperinci

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012 PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman tingkat persaingan di bidang kesehatan semakin meningkat demikian

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN TAHUN LAMPIRAN XII PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 23 TAHUN 2014 TANGGAL : 16 SEPTEMBER 2014 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN TAHUN 2014-2019 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN-KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN 2015 Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS PERAWATAN RATU AGUNG NOMOR :800/ /PRA/I/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS PERAWATAN RATU AGUNG NOMOR :800/ /PRA/I/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA PEMERINTAH KOTA BENGKULU DINAS KESEHATAN KOTA BENGKULU UPTD PUSKESMAS PERAWATAN RATU AGUNG JL. WR. Supratman No.22 Kota Bengkulu Kode Pos 38125 Email puskesmas_ratuagung@yahoo.co.idtelepon (0736) 7310378

Lebih terperinci

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO Subangun FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo pak.b.jozz@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INDIKATOR PENCAPAIAN (IP)

PERHITUNGAN INDIKATOR PENCAPAIAN (IP) SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA 1 Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya Aksesibilitas dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1. VISI : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang mandiri untuk hidup sehat MISI I : Meningkatkan Kemandirian dalam Jaminan Kesehatan Nasional Pelayanan Kesehatan. Meningkatkan Masyarakat Miskin Cakupan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBJEKTIF MASYARAKAT DI LEBAK

BAB II KONDISI OBJEKTIF MASYARAKAT DI LEBAK BAB II KONDISI OBJEKTIF MASYARAKAT DI LEBAK A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Lebak 1. Kondisi Geografis Secara geografi Kabupaten Lebak, terletak pada posisi 105º25' -106º30' Bujur Timur dan

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWNCARA BAGAIMANA IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DI UPT PUSKESMAS HILIDUHO KABUPATEN NIAS TAHUN 2015

PEDOMAN WAWNCARA BAGAIMANA IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DI UPT PUSKESMAS HILIDUHO KABUPATEN NIAS TAHUN 2015 PEDOMAN WAWNCARA BAGAIMANA IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DI UPT PUSKESMAS HILIDUHO KABUPATEN NIAS TAHUN 2015 A. PERTANYAAN PUSKESMAS I. Identitas Puskesmas 1. Nama Puskesmas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN DATA : Peningkatan Pengelolaan Data untuk Mencapai Target SPM Bid. Kesehatan dan Pendidikan Dasar

MANAJEMEN DATA : Peningkatan Pengelolaan Data untuk Mencapai Target SPM Bid. Kesehatan dan Pendidikan Dasar PRAKTIK CERDAS Seri Lembaran Informasi BASICS No.9 - Februari 203 MANAJEMEN DATA : Peningkatan Pengelolaan Data untuk Mencapai Target SPM Bid. Kesehatan dan Pendidikan Dasar 27 Indikator Standar Pelayanan

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

Akses dan Pelayanan Prima Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat

Akses dan Pelayanan Prima Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Akses dan Pelayanan Prima Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Oleh Arsad Rahim Ali (Fungsional Epidemiologi Kesehatan Ahli Dinkes Polman) Abstrak Tulisan dengan judul Akses dan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. berpedoman pada tujuan dan prioritas pembangunan

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. berpedoman pada tujuan dan prioritas pembangunan BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Tujuan dan sasaran pembangunan yang direncanakan dalam tahun 2015 berpedoman pada tujuan dan prioritas pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2016 SASARAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA Tabel II.16 Pencapaian Indikator Kinerja Utama Urusan Wajib Pendidikan No. Indikator Kinerja Tahun 2015 Tahun 2016 1 2 3 4 1 APK PAUD 49,38 168,96 2 APK SD/MI/Paket A 108,77 108,74 3 APK SMP/MTs/Paket

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

STANDAR PELAYANAN MINIMAL MATERI INTI 2 POKOK BAHASAN 5: STANDAR PELAYANAN MINIMAL Prinsip standar pelayanan minimal (SPM) merupakan salah satu hal penting dalam alokasi anggaran. Selama tahun 2000-2007 belum berperan sama sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan sistem kesehatan (nasional) adalah meningkatkan dan memelihara status kesehatan penduduk, responsif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan sistem kesehatan (nasional) adalah meningkatkan dan memelihara status kesehatan penduduk, responsif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan sistem kesehatan (nasional) adalah meningkatkan dan memelihara status kesehatan penduduk, responsif terhadap kebutuhan non-medis penduduk dan mewujudkan (fairnes)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan salah satu kebijakan pengembangan wilayah yang mencoba merubah sistem sentralistik menjadi desentralistik. Melalui kebijakan ini, diharapkan

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2015 SASARAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

BAB I PELAYANAN MASYARAKAT BERBASIS PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI TINGKAT DESA

BAB I PELAYANAN MASYARAKAT BERBASIS PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI TINGKAT DESA BAB I PELAYANAN MASYARAKAT BERBASIS PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI TINGKAT DESA Deskripsi : Sebelum menjelaskan Pelayanan Masyarakat Berbasis pada Standar Pelayanan Minimal di Tingkat Praja, praja diharapkan

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun) URUSAN WAJIB: PENDIDIKAN PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya Budi Pekerti, 1 Persentase pendidik yang disiplin Tata Krama

Lebih terperinci

ANALISIS SEBARAN KEMISKINAN DAN FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI KABUPATEN LEBAK

ANALISIS SEBARAN KEMISKINAN DAN FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI KABUPATEN LEBAK ANALISIS SEBARAN KEMISKINAN DAN FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI KABUPATEN LEBAK Arief Rahman Susila Universitas Terbuka ariefrs@ut.ac.id Abstract: The problem of this study comes from the current issues

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 A. POTRET AKI/AKB DI PROVINSI NTB 1. Trend Kematian Bayi 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 276 300 248 265 274 240 Tren Angka Kematian Bayi Provinsi

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1. Sasaran Pokok Pembangunan Jangka Panjang Tujuan pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2005 2025 adalah mewujudkan Lebak sebagai daerah investasi

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1406 TAHUN 2015 TANGGAL 31-12 - 2015 INDIKATOR DAN TARGET SPM 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Masyarakat Esensial dan Keperawatan Masyarakat 1 Pelayanan

Lebih terperinci