Gambar 4.40 Koefisien gaya akibat arus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 4.40 Koefisien gaya akibat arus"

Transkripsi

1 Gambar 4.40 Koeisien gaa akibat arus BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-44

2 Gambar 4.41 Koeisien koreksi kedalaman akibat arus BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-45

3 Gaa Mooring Total Gaa Mooring sejajar as kapal (longitudinal) FL FLW + FCW Gaa Mooring tegak lurus as kapal (transversal) FT FTW + FTC Laout Mooring Line Untuk dermaga ini sistem mooring line terdiri dari: Stern Line Ater Breast Line Spring Line Head Line Karakteristik Mooring Line tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Stern/Head Line dan Spring Line akan menahan beban angin/arus ang datangna dari depan maupun belakang kapal. Breast Line akan menahan beban angin/arus ang datangna dari samping kapal. Berdasarkan karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa Stern/Head Line berungsi memikul beban angin/arus baik arah melintang maupun memanjang. Oleh karena itu sudut pemasangan Stern Line dan Head Line dianjurkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan tahanan 50% arah memanjang serta 50% arah melintang. Berdasarkan BS 6349, part 4, dapat ditentukan posisi titik tambat kapal (Bollard) sebagai berikut: Stern Line dan Head Line membentuk sudut 45 terhadap axis memanjang dermaga. Spring Line membentuk sudut maksimum 15 terhadap axis memanjang dermaga. Ater dan Forward Breast Line membentuk sudut tegak lurus terhadap axis memanjang dermaga. Kemudian hasil perhitungan tersebut diatas dianalisa untuk memperoleh beban maksimum ang bekerja pada bollard sebagai berikut Beban arah melintang akan dipikul oleh: a) 1 Head line dan 1 Stern Line, ang masing-masing membentuk sudut maksimum 45 terhadap axis memanjang dermaga. b) Breast Line (ater dan orward), ang masing-masing membentuk sudut tegak lurus terhadap axis memanjang dermaga. beban arah memanjang akan dipikul oleh: a) Spring Line, ang masing-masing membentuk sudut maksimum 15 terhadap axis memanjang dermaga. BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-46

4 Gambar 4.4 Sketsa mooring line Agar tali dapat menahan beban dengan eekti maka sudut vertikal juga dibuat sedatar mungkin, dan maksimum besar sudutna adalah 5. Oleh karena itu perlu diperhatikan posisi tali pada saat terjadina perubahan muka air akibat pasang seperti pada Gambar 4.43 dibawah ini: Gambar 4.43 Sketsa perubahan mooring line akibat perubahan muka air pasang BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-47

5 Gambar 4.44 Posisi mooring line akibat perubahan muka air pasang Untuk menghitung sudut vertikal pada tali tambat, terlebih dahulu harus diketahui perbedaan ketinggian muka air laut akibat pasang surut terhadap lantai dermaga. 4.4 Perhitungan Pembebanan Pada Struktur Struktur Dermaga Seperti telah disebutkan sebelumna, pembangunan dermaga ini akan dilaksanakan per tahap dengan panjang masing-masing modul adalah 40 m, sehingga perhitungan pembebanan berdasarkan panjang modul tersebut. Berikut adalah data-data umum ang menjadi auan dalam perhitungan pembebanan: Ukuran Dermaga Ukuran dermaga Satuan Panjang dermaga 40 m Lebar Dermaga 11 m Elevasi Dermaga 3,6 m Parameter Gelombang (Joseph W. Tedeso: Strutural Dnami) Tinggi gelombang renana untuk perhitungan struktur, dengan perioda ulang 50 tahunan: 5,1 m. (Sumber : Per Bruun, Port Engineering Volume 1 Chapter, Hal 48) Perioda gelombang renana (OCDI, hal. 44) T 3,86 H 1 3,86 5,1 8,8 dt BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-48

6 Bilangan gelombang (k), didapat dengan ara trial dan error menggunakan persamaan dispersi: ω gk Dimana: tanh ( kh ) ω h g T π T kedalaman perairan + HWS 4,1 + 1,6 5,7 m perepatan gravitasi 9,81 m/dt perioda gelombang 8,8 detik Dengan memasukkan variabel-variabel di atas, didapat nilai k sebesar 0,1 1/m. Panjang gelombang (L), didapat dengan menggunakan persamaan berikut ini (Sumber: Joseph W Tedeso, Strutural Dnami, Hal 714) 1 ( ) π h L π hlo 1 3 Lo Dimana: gt Lo π L panjang gelombang di laut dalam L o 11, m. Sehingga L bernilai 6,7 m. Parameter Material Berat jenis beton ρ beton 400 kg/m 3 Berat jenis baja ρ baja 7850 kg/m 3 a. Beban Mati (keseluruhan) 1) Pelat Panjang (l) Dimensi Pelat 40 m Lebar (b) 11 m Tebal (t) 0,35 m q pelat ρ beton * l * b * t 400 * 40 * 11 * 0,35 369,6 ton BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-49

7 ) Balok Dimensi Balok Panjang (l) 30 m Lebar (b) 0,5 m Tebal (t) 0,8 m q balok ρ beton * l * b * t 400 *30 * 0,5 * 0,8 0,8 ton 3) Pile Cap Tipe 1 Pile Cap adalah pileap pada struktur dermaga dan trestle ang menahan tiang tunggal. Dimensi Pile Cap Tinggi (h) 1,5 m Panjang (l) 1, m Lebar (b) 1, m Jumlah buah Volume 1 Pile Cap W pile ap ((b * h) Luas Penampang Balok) * l ((1, * 1,5) (0,8 * 0,5) * 1, 1,3 m 3 ρ beton * volume * n 400 * 1,3 * 69,69 ton 4) Pile Cap Tipe Pile Cap adalah pada struktur dermaga ang menahan tiang miring. Dimensi Pile Cap Tinggi (h) 1,5 m Panjang (l) m Lebar (b) 1, m Jumlah 8 buah Volume 1 Pile Cap ((l * h) Luas Penampang Balok) * b BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-50

8 (( * 1,5) (0,8 * 0,5) * 1,,5 m 3 W pile ap ρ beton * volume * n 5) Tiang a. Tiang tegak 400 *,5 * 8 5,85 ton Dimensi Tiang Diameter (d) 0,457 m Tebal(t) 0,01 m Jumlah buah 1 * * 4 π d d t Luas 1 tiang (A) ( ) ( ) m Panjang 1 tiang (L) kedalaman + elevasi dermaga + ixit point 4,1 + 3,6 +,5 10, m Perhitungan ixit point adalah sebagai berikut : Diameter 45,7 m E,1 *10 6 kg/m 3 I 4161,33 m 4 N-SPT 13 (Merupakan nilai N-SPT dari permukaan tanah sampai dengan kedalaman 1 ). β Kh 0,015 * 13 1,95 kg /m 3 β k 4 h D 4 EI BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-51

9 β 0, Letak jepitan tiang (ixit point) ditentukan berdasarkan persamaan berikut ini : (Sumber : OCDI Hal 14 dan Tomlinson, Pile Design and Constrution Pratie, Hal 4 ) 1 Zr β Zr,5 m Diambil Fixit Point,5 meter. W tiang ρ baja * L* n * A b. Tiang miring 7850 * 10, * * ,011 ton Dimensi Tiang Diameter (d) 0,457 m Tebal(t) 0,01 m Jumlah 16 buah 1 * π * d d t 4 Luas 1 tiang (A) ( ) ( ) m Panjang 1 tiang (L) kedalaman + elevasi dermaga + ixit point 10,9 m W tiang ρ baja * L* n * A 7850 * 10, * 16* ,9 ton b. Beban Hidup Beban hidup ang bekerja pada dermaga adalah beban UDL maksimum, aitu beban truk 7,8 ton. UDL 1,4 t/m Lebar Dermaga (b) 11 m BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-5

10 Panjang Dermaga (l) 40 m q LL UDL * b * l 1,4 * 11 * ton. Beban Gelombang i. Gelombang Pada Tiang Gaa gelombang ini hana bekerja dari seabed hingga HWS. Gambar 4.45 Gaa gelombang pada tiang ρ air laut 105 kg/m 3 BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-53

11 g 9,81 m/dt h tinggi muka air kedalaman + HWS 4,1 + 1,6 5,7 m k bilangan gelombang 0,1 D H diameter tiang panang dermaga 0,457 m tinggi gelombang renana 50 tahunan 5,1 m C D koeisien drag ( C D 1 ) C M koeisien inersia ( C M 1,7 ) Gaa Drag Maksimum F d max ( kh) + ( kh) 1 sinh kh ρgcd DH 16 sinh F d max 1, 4 ton Gaa Inersia Maksimum π ρ 8 tanh ( ) Fi max gc m D H kh F i max 0,34 ton Total gaa horizontal ang terjadi pada struktur tiang adalah : F x F d max osωt osωt F i max sinωt Gaa gelombang pada tiang panang akan maksimum jika nilai besar gaa gelombang per tiang panang adalah Fx 1,4 ton ω t 0 sehingga ii. Gelombang Pada Tepi Dermaga Gaa ini hana bekerja pada elevasi atas tepi dermaga ang terkena gelombang. BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-54

12 S Gambar 4.46 Gaa gelombang pada tepi dermaga Gaa gelombang pada tepi dermaga diturunkan dari OCDI (hal 35): ρ g H P k h + s + t k h + s k osh kh P 1,0 ton/m Dimana : ρ air laut 105 kg/m 3 g 9,81 m/dt ( sinh ( ) sinh ( )) h H tinggi muka air kedalaman + HWS 4,1 + 1,6 5,7 m tinggi gelombang renana 50 tahunan 5,1 m k bilangan gelombang 0,1 t tebal pelat dermaga 0,35 m S Elevasi atas HWS t 3,6 1,6 0,35 1,65 m BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-55

13 d. Beban Arus Gaa arus bekerja dari seabed hingga HWS. Drag Fores Gambar 4.47 Gaa arus F D 1 C D ρ AU 0 1 *1*1,05*(5,7*0, 457)*1,7 0,39 ton BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-56

14 Lit Fores F L 1 C L ρ A U 0 L 1 **1,05*(5,7*0,457)*1,7 0,79 ton Beban arus merata arah horizontal F D h 0,39 0,068 5,7 ton/m Dimana : A luas penampang ang kena arus (kedalaman + HWS) * Diameter tiang panang,61 m U keepatan arus 1,7 m/s ρ berat jenis air laut 1,05 t/m 3 C D koeisien Drag (C d 1 untuk tiang panang silinder) C L koeisien Lit ( C L untuk tiang panang silinder ) e. Beban Gempa Faktor keutamaan (I) 1 Faktor respons gempa (C i ) 0,38 Faktor daktalitas (R) 5,6 W t berat total struktur total beban mati + 50% beban hidup (berat pelat + berat balok + berat pile ap + berat tiang) + 50% beban hidup (739 ton) + (50% * 616 ton) 1046,9 ton Ci V Wt R V 71 ton Beban gempa ini akan terbagi rata pada setiap portal. BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-57

15 . Beban Berthing dan Pemilihan Fender General Cargo 1000 DWT Uraian Satuan General argo Ships DWT / GRT ton 1000 LOA m 67 BEAM m 10,9 DRAFT m 3,9 Keepatan merapat m/dt 0,08 Sudut merapat derajat 10 Perhitungan Beban Berthing Metode perhitungan beban berthing pada perenanaan dermaga ini diambil dari OCDI. Koeisien Eksentrisitas (C e ) C e 1 1+ l r Diambil nilai C e maksimum 1 Koeisien Masa Semu (C m ) C m 1+ π d x C B b C b L Bd pp Dimana: volume air ang dipindahkan kapal log ( ) log ( DWT ) 1766 ton BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-58

16 L pp panjang garis air (m) log ( Lpp) log ( DWT ) 63 m B d lebar kapal 10,9 m drat kapal 3,9 m Dengan memasukkan nilai-nilai variabel ang ada, maka diperoleh besar: C b 0,66 dan C m 1,85 Koeisien Sotness (C S ) Nilai koeisien sotness diambil sebesar 1 (OCDI). Koeisien Konigurasi penambatan (C C ) C 1 untuk jenis struktur dermaga dengan pondasi tiang. Sehingga besar energi berthing adalah: E M sv C C C C e m s 1766*0, 08 *1*1,85*0, 66*1 10,7 knm Energi ang diserap ender 10,7 5,35 knm Gaa Berthing adalah : F Berthing MsV t 1766*0, ,3 ton Pemilihan Fender Hasil perhitungan energi berthing di atas akan menentukan jenis ender ang akan digunakan. Dalam pemilihan ini, akan menggunakan rumus dari Fentek Marine Fendering Sstem. BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-59

17 Dari hasil analisa energi berthing, maka diperoleh energi berthing maksimum sebesar E E *SF, di mana SF diambil sebesar, sehingga E A adalah 1.07 ton-m. Dengan A energi sebesar itu, maka dipilih ender V-shaped tipe SV 50H V4, dengan spesiikasi sebagai berikut: Tabel 4.11 Energi ender V-shaped tipe SV 50H V4 Vendor Shibata Tipe V-Shaped SV 50H V4 Energi (E) knm 6.8 Reaksi (R) kn 3 Gambar 4.48 Dimensi ender. Gambar 4.49 Kurva energi BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-60

18 Jarak Antar Fender Gambar 4.50 Ilustrasi jarak antar ender. ( δ ) S R R P + + C B B U F R B 1 B L OA + 8* B Dimana: S jarak antar ender R B radius bow kapal P U proeksi ender δ F deleksi ender 0,45 * P U C ruang kebebasan ( 5%-15% Pu) Tabel 4.1 Jarak antar ender Jenis Jenis Rb Pu δφ C Smaks Kapal Fender (m) (m) (m) (m) (m) 1000 DWT V-Shaped SV 50H V4 8,5 0,5 0,115 0,075 5 Dari hasil perhitungan di atas, maka jarak antar ender ang diambil dan memenuhi kriteria adalah 4,5 m. BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-61

19 Hull Pressure Untuk perenanaan rontal rame, tekanan izin lambung kapal diambil dengan mengau kepada BS 6349 Part 4, aitu: Tabel 4.13 Hull pressure Hull Pressures dapat dihitung dengan menggunakan rumus: R P W H P p Dimana: P hull pressure (kn/m ) ΣR total reaksi ender (N/m) W lebar panel (m) H tinggi panel (m) P p permissible hull pressure/tekanan kontak izin (kn/m ) Tabel 4.14 Perhitungan hull pressure Jenis Jenis Pp Rmax W H Areq P Kapal Fender kn/m kn m m m kn/m 1000 DWT V-Shaped SV 50 V 600,00 3 0,5 3,5 1, Elevasi Pemasangan Fender Untuk mengantisipasi bervariasina ukuran kapal ang bersandar maka perlu diperhitungkan elevasi renana pemasangan ender rame terhadap kapal ang terkeil pada saat air surut. Elevasi rame juga akan menentukan elevasi pemasangan ender sehingga titik kontak pada saat air terendah untuk kapal dengan reeboard keil tidak merusak sistem ender ang dipasang. BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-6

20 Gambar 4.51 Ilustrasi pemasangan ender General Cargo Ship 1000 DWT kondisi pasang Gambar 4.5 Ilustrasi pemasangan ender General Cargo Ship 1000 DWT kondisi surut BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-63

21 g. Beban Mooring dan Pemilihan Bollard Data Untuk Perhitungan Beban Mooring Data Kapal Uraian Satuan General argo Ships DWT / GRT ton 1000 LOA m 67 BEAM m 10,9 DRAFT m 3,9 Freeboard m 1,8 LPP m 63 ρ UDARA 1,5 kg/m 3 ρ AIR LAUT 105 kg/m 3 Perhitungan Beban Mooring Akibat Gaa Angin Arah Transversal F C * ρ * A * V *10 4 TW TW U L W Dimana: C TW A L koeisien gaa angin transversal, diambil maksimum dari Gambar 4.39, akni sebesar 3. luas bidang proeksi longitudinal lambung kapal di atas air, akni L OA * Freeboard V W keepatan angin renana, diambil keepatan angin maksimum 1 tahunan, akni 1,36 m/dt. Sehingga besar gaa angin transversal / F TW ang terjadi adalah: ( ) ( ) 4 F TW 3*1, 5* 67 *1,8 * 1,36 *10 F TW 6,9 kn 0,7 ton Arah Longitudinal F C * ρ * A * V *10 4 LW LW U T W Dimana: C LW koeisien gaa angin longitudinal, diambil maksimum dari Gambar 4.39, akni sebesar 0,8. A T luas bidang proeksi transversal lambung kapal di atas air, akni Beam * Freeboard V W keepatan angin renana, diambil keepatan angin maksimum 1 tahunan, akni 1,36 m/dt. BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-64

22 Sehingga besar gaa angin transversal / F LW ang terjadi adalah: ( ) ( ) 4 F LW 0,8*1,5* 10,9*1,8 * 1,36 *10 F LW 0,9 kn 0,03 ton Perhitungan Beban Mooring Akibat Gaa Arus Arah Transversal F C * C * ρ * A * V *10 4 TC TC CT A L C Dimana: C TC koeisien gaa arus transversal, diambil dari Gambar 4.40, akni sebesar 1. C CT aktor koreksi kedalaman, diambil dari Gambar 4.41, akni sebesar. A L luas bidang proeksi longitudinal lambung kapal di bawah air, akni L PP * Drat keepatan arus renana pada hasil survei didapat sebesar 1,17 m/dt V Sehingga besar gaa arus transversal / F TC ang terjadi adalah: ( ) ( ) 4 F TC 1* *104 * 63*3,9 * 1,17 *10 F 68,8 kn 6,9 ton TC Arah Longitudinal F C * C * ρ * A * V *10 4 LC LC CL U T C Dimana: C LC koeisien gaa arus transversal, diambil maksimum dari Gambar 4.40, akni sebesar 0,4. C CL aktor koreksi kedalaman, diambil dari Gambar 4.41, akni sebesar 0,5. A T luas bidang proeksi longitudinal lambung kapal di bawah air, akni Beam * Drat keepatan arus renana pada hasil survei didapat sebesar 1,17 m/dt V C Sehingga besar gaa angin transversal / F LC ang terjadi adalah: ( ) ( ) 4 F LC 0,4 * 0,5*104 * 10,9 *3,9 * 1,17 *10 F LC 3,6 kn 0,36 ton Sehingga beban tambat untuk masing-masing arah adalah: Arah Longitudinal : FL FLC + FLW F L 0,36 + 0,03 F L 0,39 ton Arah Transversal : FT FTC + FTW F T 6,9 + 0,7 F 7,6 ton T BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-65

23 Pemilihan Bollard Kemudian hasil perhitungan tersebut di atas dianalisis untuk memperoleh beban maksimum ang bekerja pada bollard sebagai berikut: Beban arah melintang / transversal akan dipikul oleh: 1 Head Line dan 1 Stern Line, ang masing-masing membentuk sudut maksimum 45 0 terhadap axis memanjang dermaga Breast Line (ater dan orward), ang masing-masing membentuk sudut tegak lurus terhadap axis memanjang dermaga Sehingga beban pada titik tambat adalah: 7,6 ( *0,707) + ( *1 ), ton Beban arah memanjang / longitudinal akan dipikul oleh: Spring Line, masing-masing membentuk sudut maksimum 15 0 terhadap axis memanjang dermaga. Sehingga beban pada titik tambat adalah: 7,6 (*0,966) 3,9 ton Sehingga berdasarkan perhitungan di atas, pemasangan bollard 5 ton untuk dermaga Pulau Kalukalukuang ukup memadai. Menurut Tabel..1 dalam OCDI untuk kapal dengan gross tonnage 500< GT 1000 ton memiliki beban tambat 5 ton, sehingga untuk dermaga ini dipakai bollard dengan kapasitas 5 ton. Tabel 4.15 Tabel beban mooring BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-66

24 4.4. Struktur Trestle Struktur trestle berungsi sebagai penghubung antara dermaga dengan daratan. Trestle direnanakan sepanjang 160 m. Seperti telah disebutkan sebelumna, pembangunan trestle ini akan dilaksanakan per tahap dengan panjang modul adalah 80 m. Berikut adalah data-data umum ang menjadi auan dalam perhitungan pembebanan: Dimensi Trestle Ukuran dermaga Satuan Panjang trestle 80 m Lebar trestle 6 m Elevasi trestle 3,6 m Parameter Gelombang (Joseph W. Tedeso: Strutural Dnami) Tinggi gelombang renana untuk perhitungan struktur, dengan perioda ulang 50 tahunan: 5,1 m. (Sumber : Per Bruun, Port Engineering Volume 1 Chapter, Hal 48). Perioda gelombang renana (OCDI, hal. 44) T 3,86 H 1 3,86 5,1 8,8 dt Bilangan gelombang (k), didapat dengan ara trial dan error menggunakan persamaan dispersi: ω Dimana: gk tanh ( kh) ω π T BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-67

25 h g T kedalaman perairan + HWS 3,8 + 1,6 5,4 m perepatan gravitasi 9,81 m/dt perioda gelombang 8,8 detik Dengan memasukkan variabel-variabel di atas, didapat nilai k sebesar 0,10 Panjang gelombang (L), didapat dengan menggunakan persamaan: 1 ( ) π h L π hlo 1 3 Lo Dimana : gt Lo π L o panjang gelombang di laut dalam L o 11, m. Sehingga L ( panjang gelombang di laut dangkal ) bernilai 61, m. Parameter Material Berat jenis beton ρ beton 400 kg/m 3 Berat jenis baja ρ baja 7800 kg/m 3 a. Beban Mati (keseluruhan) 1) Pelat Dimensi Pelat Panjang (l) 80 m Lebar (b) 6 m Tebal (t) 0,35 m W pelat ) Balok ρ beton * l * b * t 400 * 80 * 6 * 0,35 403, ton Dimensi Balok Panjang (l) 74 m Lebar (b) 0,5 m BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-68

26 Tebal (t) 0,8 m W balok ρ beton * l * b * t 400 *74 * 0,5 * 0,8 63,04 ton 3) Pile Cap Pile Cap pada trestle menahan tiang tunggal. Dimensi Pile Cap Tinggi (h) 1,5 m Lebar (b) 1, m Jumlah 38 buah Volume 1 Pile Cap ((b * h) Luas Penampang Balok) * b ((1, * 1,5) (0,8 * 0,5) * 1 1,3 m 3 W pile ap 4) Tiang ρ beton * volume * n 400 * 1, *38 10,38 ton Dimensi Tiang Diameter (d) 0,457 m Tebal(t) 0,01 m Jumlah 38 buah 1 * π * d d t 4 Luas 1 tiang (A) ( ) ( ) 0,0085 m Panjang 1 tiang (L) q tiang kedalaman + elevasi trestle + ixit point 3,8 + 3,6 +,5 9,9 m ρ baja * L* n * A 7850 * 9,9 * 38 * BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-69

27 b. Beban Hidup 5,007 ton. Beban hidup ang bekerja pada trestle adalah beban UDL maksimum, berupa truk 7,8 ton. UDL 1,4 t/m Lebar Trestle (b) 6 m Panjang Trestle (l) 80 m W LL UDL * b * l 1,4 * 6 *80 67 ton. Beban Gelombang i. Gelombang Pada Tiang Gaa gelombang ini hana bekerja dari seabed hingga HWS. Gaa Drag Maksimum F d max ( kh) + ( kh) 1 sinh kh ρgcd DH 16 sinh F d max 1,4 ton Gaa Inersia Maksimum π ρ 8 tanh ( ) Fi max gc m D H kh F i max 0,37 ton Total gaa horizontal ang terjadi pada struktur tiang adalah : F F x d max osωt osωt F i max sinωt BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-70

28 Gaa gelombang pada tiang panang akan maksimum jika nilai besar gaa gelombang per tiang panang adalah F x 1,4 ton. ω t 0 sehingga Dimana : ρ air laut 105 kg/m 3 g 9,81 m/dt h tinggi muka air kedalaman + HWS 3,8 + 1,6 5,4 m k bilangan gelombang 0,10 D diameter tiang panang dermaga 0,457 m H tinggi gelombang renana 50 tahunan 5,1 m C D koeisien drag ( C D 1 ) C M koeisien inersia ( C M 1,7 ) Gambar 4.53 Gaa gelombang pada tiang BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-71

29 ii. Gaa Gelombang Pada Tepi Gaa ini hana bekerja pada elevasi atas tepi trestle ang terkena gelombang. S Gambar 4.54 Gaa gelombang pada tepi trestle Gaa gelombang pada tepi dermaga diturunkan dari OCDI (hal 35): ρ g H P k h + s + t k h + s k osh kh ( sinh ( ) sinh ( )) P 1,04 ton/m Dimana : ρ air laut 105 kg/m 3 g 9,81 m/dt h H tinggi muka air kedalaman + HWS 3,8 + 1,6 5,4 m tinggi gelombang renana 50 tahunan 5,1 m k bilangan gelombang 0,10 t tebal pelat dermaga 0,35 m S Elevasi atas HWS t 3,6 1,6 0,35 1,65 m BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-7

30 d. Beban Arus Gaa arus bekerja dari seabed hingga HWS. Drag Fores Gambar 4.55 Gaa arus F D 1 C D ρ AU 0 1 *1*1,05*(5, 4*0,457)*1,7 0,37 ton Lit Fores F L 1 C L ρ A U 0 L 1 **1,05*(5, 4*0, 457)*1,7 BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-73

31 0,74 ton Beban arus merata arah horizontal F D h 0,37 0,068 5,4 ton/m Dimana : A luas penampang ang kena arus (kedalaman + HWS) * Diameter tiang panang,48 m U keepatan arus 1,7 m/s ρ berat jenis air laut 1,05 t/m 3 C D koeisien Drag (C d 1 untuk tiang panang silinder) C L koeisien Lit ( C L untuk tiang panang silinder ) e. Beban Gempa Faktor keutamaan (I) 1 Faktor respons gempa (C i ) 0,38 Faktor daktalitas (R) 5,6 W t berat total struktur total beban mati + 50% beban hidup (berat pelat + berat balok + berat pile ap + berat tiang) + 50% beban hidup (81 ton) + 50% * 67 ton 1147,63 ton Ci V W R V 77,9 ton Beban gempa ini akan terbagi rata pada setiap portal. BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-74

32 4.5 Analisis Struktur Material Material ang digunakan dalam perenanaan ditetapkan sebagai berikut: a. Beton Beton dalam hal ini merupakan beton bertulang biasa, or di tempat. 1) Karakteristik material beton untuk dermaga adalah sebagai berikut: Jenis Pelat Balok Pile Cap Mutu K300 K300 K300 ) Kekuatan Tarik Kekuatan beton di dalam tarik adalah suatu siat ang penting ang mempengaruhi perambatan dan ukuran dari retak di dalam struktur. Kekuatan tarik adalah suatu siat ang lebih bervariasi dibanding kekuatan tekan, dan besarna berkisar antara 10 sampai 15 % dari kekuatan tekan. Kekuatan tarik ( t )dari perobaan pembelahan silinder telah ditemukan sebanding dengan ( ) '. Dalam SI, dengan ' 3) Modulus Elastisitas dan t dalam Mpa. t 0,5 ' sampai 0,6 ' untuk beton berbobot biasa t 0,4 ' sampai 0,5 ' untuk beton berbobot ringan Modulus elastisitas beton berubah-rubah menurut kekuatan. Modulus elastisitas juga bergantung pada umur beton,siat-siat dari agregat dan semen, keepatan pembebanan, jenis dan ukuran dari benda uji. Rumus empiris ang diberikan oleh ACI M: E 4700 untuk beton biasa ' BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-75

33 Dimana: E modulus elastisitas beton w berat jenis beton (kg/m 3 ) 4) Kekuatan Lentur Kekuatan lentur (M n ) dapat diperoleh dengan menggunakan tegangan persegi ekivalen sebagai berikut : ' C 0,85 ba T A s Di mana pemakaian dari memisalkan bahwa tulangan meleleh sebelum kehanuran beton. Penamaan C T menghasilkan: As a ' 0,85 b M n A s ( d a / ) Dimana: C a b ' gaa tekan (N) tinggi distribusi tegangan persegi (mm) lebar penampang beton (mm) kekuatan tekan (MPa) A s luas tulangan tarik (mm ) d tegangan tarik leleh (MPa) ketinggian eekti (mm) 5) Perbandingan Tulangan ( ρ ) Perbandingan tulangan ( ρ ) digunakan untuk menatakan jumlah relati dari tulangan tarik di dalam suatu balok seara lebih mudah. ρ 6) Perbandingan Tulangan Maksimum A s bd BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-76

34 Untuk menjamin pola keruntuhan ang daktail di dalam lentur, maka aat peraturan ACI membatasi jumlah tulangan tarik untuk tidak melebihi 75 % dari tulangan keadaan regangan berimbang, aitu: maksimum ρ 0,75ρ b ρ b 0,85 ' β ρ b perbandingan tulangan dalam keadaan berimbang. Dengan ' dan dalam Mpa, β 1 0,85 untuk ' 30 MPa. Rasio dari tulangan spiral persamaan: ρ s tidak boleh kurang dari nilai ang diberikan oleh A ρ s 0,45 A g 1 ' dimana: A luas penampang bruto (tanpa tulangan) (mm ) g A s luas inti dari batang tekan bertulangan spiral, diukur dari sisi luar garis tengah spiral (mm ) 7) Perbandingan Tulangan Minimum Bila baja tulangan di dalam suatu unsur ang mengalami lentur dengan Mu ang keil hana sedikit jumlahna, balok kemungkinan akan berungsi di dalam keadaan tidak retak. 8) Penaluran dari Penulangan 1,4 ρ min Di dalam perenanaan ang berdasarkan metoda kekuatan, tujuanna adalah menapai tegangan leleh di dalam tulangan. Tegangan lekat u adalah satuan tegangan nominal di ambang pintu keruntuhan aitu, kapasitas tegangan lekat batas u. Dengan demikian panjang penaluran u L ang dibutuhkan d untuk pengangkeran batang tulangan ang bekerja dengan tegangan leleh adalah: L d d b 4 u u Di mana: BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-77

35 L d d b u u panjang penaluran (mm) garis tengah tulangan (mm) kapasitas tegangan lekat ultimit 9) Panjang Penaluran Dasar Untuk Tulangan Tarik Untuk SI dan ACI M, dengan L db dan d b dalam mm, A b dalam mm, dan ' dalam Mpa panjang penaluran dasar untuk tulangan tarik: 1) Untuk #35 M atau lebih keil Ab d L db ' atau b ) Untuk #45 M L db 6 ' 3) Untuk #55 M L db 0,36d b ' 4) Untuk kawat berproil 0,36d L db b ' 10) Panjang Penaluran Untuk Tulangan Tekan Rumus panjang penaluran untuk penulangan tekan dapat diperoleh dari persamaan berikut, dengan L L : d db L db 0,4 d b ' L 0, 44 Seara umum panjang penaluran untuk tulangan tekan: db d b BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-78

36 L As perlu 0, 44 d [ 0,75untuk penutup spiral] 00mm As ada d b 11) Kekuatan Geser Kekuatan Geser dari Beton Tidak Bertulangan Geser Kekuatan pada saat terjadina retak miring umumna sebagai retak lentur geser) diambil sebagai kekuatan geser dari suatu balok ang tidak bertulangan geser sesuai dengan peraturan ACI. Dengan mendeinisikan V sebagai kekuatan nominal dari balok dan memakai lebar web ( w b ) untuk b memberikan persamaan: V 1 6 ' ρ wvg d bwd 0,3 M u Kekuatan Geser dari Beton Bertulangan Geser ' b w d Cara tradisional dari ACI di dalam perenanaan kekuatan geser adalah dengan jalan meninjau kekuatan geser nominal V n sebagai jumlah dari dua bagian: V V + V n s Dimana: V n kekuatan geser nominal (knm) V kekuatan geser dari balok ang dikerahkan oleh beton (knm) V s kekuatan geser dari penulangan geser (knm) Dimana: V ( 1+ otα ) Av ( sinα + osα ) d A sinα s s v A v luas tulangan geser dengan jarak (mm ) s tegangan tarik leleh untuk tulangan geser s BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-79

37 Bila α 90 0 maka V s 1) Jumlah Penulangan Geser A v s d Jumlah penulangan geser tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banak untuk menjamin melelehna tulangan sewaktu kekuatan runtuh geser diapai. Peraturan ACI mensaratkan luas tulangan geser minimum A v sebesar : bws Av min 3 V s 1 MPa b 3 w d dimana: b w lebar penampang beton (mm) Untuk komponen struktur ang hana dibebani oleh geser dan lentur maka kekuatan geser adalah: V 1 6 ' b w d V ' ( 0,07 + 8,3ρ ) b d w w Jarak antar sengkang d s max 1 4 inhi Untuk penulangan geser minimum dilakukan berdasarkan ketentuan ang dimuat dalam SK SNI , akni sebagai berikut: Bila dipasang sengkang pengikat untuk memindahkan geser, maka luas sengkang tidak boleh diambil kurang dari ang diperlukan oleh aat 13.5 butir 5 sub 3, dan spasi sengkang pengikat tidak boleh melebihi empat kali dimensi terkeil dari elemen ang didukung atau 600 mm. Sengkang pengikat untuk geser horizontal boleh terdiri dari batangan tulangan tunggal atau kawat, sengkang berkaki banak, atau kaki vertikal dari jarring kawat-las. Semua sengkang pengikat harus dijangkarkan sepenuhna ke dalam elemenelemen ang saling dihubungkan dengan aat BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-80

38 Masing-masing aat ang telah disebutkan di atas dapat dilihat pada buku SK SNI ) Selimut Beton Selimut beton pada pekerjaan ini sebesar 8 m untuk pelat, 8m untuk balok dan 8 m untuk pile ap. Selimut beton ini penting untuk dipenuhi mengingat kebutuhan penulangan sangat dipengaruhi oleh jarak antara titik pusat tulangan utama terhadap sisi depan. Selimut ini juga diperhitungkan sebagai perlindungan terhadap korosi akibat air laut. b. Baja Tulangan Baja tulangan ang digunakan, memiliki karakteristik sebagai berikut : Yield Stress ( ) Modulus Elastisitas 350 MPa MPa. Tiang Panang Baja Tiang panang dalam perenanaan mengau kepada spesiikasi ASTM A5 atau STK-41. Tiang panang baja pada daerah splash zone akan dipasang selimut beton tebal 150 mm atau material lain. 1) Karakteristik Karakteristik tiang panang ang digunakan adalah sebagai berikut: Yield Stress ( ) Modulus Elastisitas 400 MPa MPa ) Tegangan Ijin (Allowable Stress) Tegangan ijin pada tiang panang diperhitungkan berdasarkan prosedur AISC sebagai berikut: i. Tegangan Aksial - Tegangan ijin aksial tekan diperhitungkan sebagai berikut: BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-81

39 a kl r 1.0 C kl kl 5 3 r r C 8C 3 3 * F dimana: kl kl kl nilai terbesar dari dan r r r x x C π / E F - Tegangan ijin aksial tarik diperhitungkan sebagai berikut: F a 0.6F ii. Tegangan Lentur 3) Geser Tegangan ijin lentur untuk penampang pipa diperhitungkan sebagai berikut: Fb 0.60F Fb 340 kg/m Fb F Fb kg/m Tegangan ijin geser diperhitungkan sebagai berikut: F 0.40F v Untuk tegangan geser luas penampang tiang panang adalah menapai 0.6IA. Hal ini berkaitan dengan eek beban lentur ang terjadi pada tiang pada saat bersamaan. d. Pelindung Korosi Perlindungan korosi tiang panang adalah beton or dimulai dari 100 m di bawah LWS hingga ujung tiang panang bagian atas. Tingkat korosi dari baja akan tergantung dari kondisi lingkungan tempat struktur dibangun karena laju korosi tergantung dari kondisi lokasi ang korosi. Laju korosi pada material baja dapat dilihat pada Tabel 4.16 BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-8

40 Laut Darat Tabel 4.16 Laju korosi material baja (OCDI 17) Lingkungan Korosi Laju Korosi (mm/tahun) HWS ~ Diatas 0,3 HWS ~ LWS -1m 0,1 ~ 0,3 LWS -1m ~ seabed 0,1 ~ 0, Dibawah seabed 0,03 Diatas tanah dan terekspos udara 0,1 Dibawah tanah (diatas lapisan air tanah) 0,03 Dibawah tanah (dibawah lapisan air tanah) 0,0 Dari tabel diatas kita dapat menghitung laju korosi untuk tiang panang dermaga dan trestle setelah 5 tahun. Tiang panang dermaga 0,3 x 5 tahun 7,5 mm. Tiang panang trestle 0,3 x 5 tahun 7,5 mm. Dari hitungan tersebut, dapat diperkirakan setelah 5 tahun tebal tiang panang dermaga dan trestle akan berkurang sekitar 7,5 mm. Oleh karena itu, dibutuhkan proteksi untuk mengurangi laju korosi dari tiang panang ini. BAB 4 KRITERIA DESAIN 4-83

Gambar 4.28 Fender Seibu tipe V.

Gambar 4.28 Fender Seibu tipe V. Gambar 4.8 Fender Seibu tipe V. Gambar 4.9 Raykin Fender. 4-36 Gambar 4.30 Fender Gravitasi dari blok beton Gambar 4.31 Fender gravitasi gantung. 4-37 Mengingat energi berthing yang dihasilkan oleh impact

Lebih terperinci

Perancangan Dermaga Pelabuhan

Perancangan Dermaga Pelabuhan Perancangan Dermaga Pelabuhan PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kompetensi mahasiswa program sarjana Teknik Kelautan dalam perancangan dermaga pelabuhan Permasalahan konkret tentang aspek desain dan analisis

Lebih terperinci

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane.

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane. Bab 4 Analisa Beban Pada Dermaga BAB 4 ANALISA BEBAN PADA DERMAGA 4.1. Dasar Teori Pembebanan Dermaga yang telah direncanakan bentuk dan jenisnya, harus ditentukan disain detailnya yang direncanakan dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. maupun bangunan baja, jembatan, menara, dan struktur lainnya.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. maupun bangunan baja, jembatan, menara, dan struktur lainnya. BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Pondasi Pondasi adalah struktur yang digunakan untuk menumpu kolom dan dinding dan memindahkan beban ke lapisan tanah. Beton bertulang adalah material yang paling ook sebagai

Lebih terperinci

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

Bab 6 DESAIN PENULANGAN Bab 6 DESAIN PENULANGAN Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan 6.1 Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Lentur

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB VII PENUTUP. Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 225 BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari analisa penetapan tata

Lebih terperinci

Beban ini diaplikasikan pada lantai trestle sebagai berikut:

Beban ini diaplikasikan pada lantai trestle sebagai berikut: Beban ini diaplikasikan pada lantai trestle sebagai berikut: Gambar 5.34a Pemodelan Beban Pelat pada SAP 2000 untuk pengecekan balok Namun untuk mendapatkan gaya aksial pada tiang dan pile cap serta untuk

Lebih terperinci

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok Julfikhsan Ahmad Mukhti Program Studi Sarjana Teknik Kelautan ITB, FTSL, ITB julfikhsan.am@gmail.com Kata

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.

Lebih terperinci

Gambar 5.83 Pemodelan beban hidup pada SAP 2000

Gambar 5.83 Pemodelan beban hidup pada SAP 2000 Beban Gelombang Gambar 5.83 Pemodelan beban hidup pada SAP 2000 Beban Gelombang pada Tiang Telah dihitung sebelumnya, besar beban ini adalah 1,4 ton dan terdistribusi dengan bentuk segitiga dari seabed

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 6 Penulangan Bab 6 Penulangan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²). DAFTAR NOTASI A cp Ag An Atp Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton (mm²). Luas bruto penampang (mm²). Luas bersih penampang (mm²). Luas penampang tiang pancang (mm²). Al Luas total tulangan

Lebih terperinci

Berat sendiri balok. Total beban mati (DL) Total beban hidup (LL) Beban Ultimate. Tinjau freebody diagram berikut ini

Berat sendiri balok. Total beban mati (DL) Total beban hidup (LL) Beban Ultimate. Tinjau freebody diagram berikut ini Berat sendiri balok. q = γ b h balok beton 3 qbalok 2,4 ton / m 0,6 m 0,6 m q balok = = 0,864 ton / m Total beban mati (DL) DL = q + q + q balok pelat pilecap DL = 0,864 ton/ m + 1,632 ton / m + 6,936

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan Bab 7 DAYA DUKUNG TANAH Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On ile di ulau Kalukalukuang rovinsi Sulawesi Selatan 7.1 Daya Dukung Tanah 7.1.1 Dasar Teori erhitungan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 PENDAHULUAN 4.1.1 Asumsi dan Batasan Seperti yang telah disebutkan pada bab awal tentang tujuan penelitian ini, maka terdapat beberapa asumsi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

Perhitungan momen pada pile cap tunggal juga dilakukan secara manual sebagai berikut: Perhitungan beban mati : Berat sendiri pilecap.

Perhitungan momen pada pile cap tunggal juga dilakukan secara manual sebagai berikut: Perhitungan beban mati : Berat sendiri pilecap. Perhitungan momen pada pile cap tunggal juga dilakukan secara manual sebagai berikut: Perhitungan beban mati : Berat sendiri pilecap. q = γ b h pilecap beton 3 qpilecap 2,4 ton / m 1,7m 1,7m q pilecap

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Lentur Balok T. Analisis Penampang Ber-flens

Analisis Lentur Balok T. Analisis Penampang Ber-flens Analisis Lentur Balok T 1 Analisis Penampang Ber-lens Sistem lantai dengan plat dan balok umumna di or seara monolit. Plat akan berungsi sebagai saap atas balok; Balok-T dan Balok L terbalik (Spandrel

Lebih terperinci

Bab 4 KRITERIA DESAIN

Bab 4 KRITERIA DESAIN Bab 4 KRITERIA DESAIN Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan 4.1 Pengertian Pelabuhan dan Dermaga Pelabuhan

Lebih terperinci

TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA

TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA Perhitungan tiang pancang dermaga & trestle: Dimensi tiang pancang Berdasarkan dari Technical Spesification of Spiral Welded Pipe, Perusahaan Dagang dan Industri PT. Radjin,

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir DAFTAR ISTILAH A0 = Luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (mm 2 ) A0h = Luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar (mm 2 ) Ac = Luas inti komponen struktur

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA PETI KEMAS TELUK LAMONG TANJUNG PERAK SURABAYA JAWA TIMUR

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA PETI KEMAS TELUK LAMONG TANJUNG PERAK SURABAYA JAWA TIMUR PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA PETI KEMAS TELUK LAMONG TANJUNG PERAK SURABAYA JAWA TIMUR Faris Muhammad Abdurrahim 1 Pembimbing : Andojo Wurjanto, Ph.D 2 Program Studi Sarjana Teknik Kelautan Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang

Lebih terperinci

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² Ag = Luas bruto penampang (mm²) An = Luas bersih penampang (mm²) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm²) Al = Luas total

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cd = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas bruto

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²) DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi Disampaikan Oleh : Habiby Zainul Muttaqin 3110100142 Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Iriani W, M.Sc Ir. Fuddoly,

Lebih terperinci

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat PROYEK AKHIR Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat menampung kapal tongkang pengangkut batubara

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 5 Pemodelan SAP Bab 5 Pemodelan SAP Perancangan Dermaga dan Trestle

Lebih terperinci

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG GROUP BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG 11. Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Perencanaan pondasi tiang pancang meliputi daya dukung tanah, daya dukung pondasi, penentuan jumlah tiang pondasi, pile

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Surat Pernyataan iv Kata Pengantar v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI xviii DAFTAR LAMPIRAN xxiii ABSTRAK xxiv ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan 213 BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari analisa Perencanaan Struktur Baja Dermaga Batu Bara Meulaboh Aceh Barat provinsi DI Aceh, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari analisa penetapan

Lebih terperinci

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm 2 Ag = Luas bruto penampang (mm 2 ) An = Luas bersih penampang (mm 2 ) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) Al = Luas

Lebih terperinci

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis Menghitung As perlu Dari perhitungan didapat nilai ρ = ρ min As = ρ b d perlu As = 0,0033x1700 x1625 perlu Asperlu = 9116, 25mm 2 Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan Coba D25 sehingga As perlu 9116,

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI 03-2847-2002 ps. 12.2.7.3 f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan BAB III A cv A tr b w d d b adalah luas bruto penampang beton yang

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Beban Gempa 3.1.1 Klasifikasi Situs Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN III.. Gambaran umum Metodologi perencanaan desain struktur atas pada proyek gedung perkantoran yang kami lakukan adalah dengan mempelajari data-data yang ada seperti gambar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG GRAFIK UNTUK ANALISIS DAN DESAIN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP BEBAN AKSIAL DAN LENTUR BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG (RSNI 03-XXXX-2002) Oleh : David Simon NRP

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan para peneliti (Lorensten, 1962; Nasser et al., 1967; Ragan &

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan para peneliti (Lorensten, 1962; Nasser et al., 1967; Ragan & II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Tentang Balok Berlubang Peranangan suatu balok di atas perletakan sederhana dengan bukaan yang ditempatkan pada daerah yang dibebani kombinasi lentur dan geser

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan Data Data dan asumsi ang digunakan pada penelitian ini adalah: a. Dimensi pelat lantai Dimensi pelat lantai ang dianalisa disajikan pada Tabel 4.1 berikut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.. Pembebanan 2... Pengertian beban Perenanaan struktur bangunan harus memperhitungkan beban mati, beban hidup, beban gempa dan beban hujan yang bekerja pada struktur tersebut.

Lebih terperinci

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi DAFTAR SIMBOL a tinggi balok tegangan persegi ekuivalen pada diagram tegangan suatu penampang beton bertulang A b luas penampang bruto A c luas penampang beton yang menahan penyaluran geser A cp luasan

Lebih terperinci

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban yang mampu diterima serta pola kegagalan pengangkuran pada balok dengan beton menggunakan dan tanpa menggunakan bahan perekat Sikadur -31 CF Normal

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENULANGAN LENTUR DAN GESER BALOK PERSEGI MENURUT SNI 03-847-00 Slamet Wioo Staf Pengajar Peniikan Teknik Sipil an Perenanaan FT UNY Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan

Lebih terperinci

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga pemanfaatannya LNG belum optimal khususnya di daerah

Lebih terperinci

tegangan tekan disebelah atas dan tegangan tarik di bagian bawah, yang harus ditahan oleh balok.

tegangan tekan disebelah atas dan tegangan tarik di bagian bawah, yang harus ditahan oleh balok. . LENTUR Bila suatu gelagar terletak diatas dua tumpuan sederhana, menerima beban yang menimbulkan momen lentur, maka terjadi deformasi (regangan) lentur. Pada kejadian momen lentur positif, regangan tekan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Penopang 3.1.1. Batas Kelangsingan Batas kelangsingan untuk batang yang direncanakan terhadap tekan dan tarik dicari dengan persamaan dari Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Pertemuan 13, 14 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN JETTY. 4.1 Layout gambar rencana terhadap gambar existing

BAB IV PERANCANGAN JETTY. 4.1 Layout gambar rencana terhadap gambar existing BAB IV PERANCANGAN JETTY 4.1 Layout gambar rencana terhadap gambar existing Gambar 4.1 Layout Rencana 4.2 Data Laut Kondisi Pasang Surut Kondisi pasang surut diambil berdasarkan data survey HWS MSL LWS

Lebih terperinci

Trestle : Jenis struktur : beton bertulang, dengan mtu beton K-300. Tiang pancang : tiang pancang baja Ø457,2 mm tebal 16 mm dengan panjang tiang

Trestle : Jenis struktur : beton bertulang, dengan mtu beton K-300. Tiang pancang : tiang pancang baja Ø457,2 mm tebal 16 mm dengan panjang tiang BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP 8.1. KESIMPULAN Dari hasil Perencanaan Pembangunan Dermaga Pangkalan TNI Angkatan Laut Tarakan - Kalimantan Timur yang meliputi : analisa data, perhitungan reklamasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Bertulang Beton terdiri atas agregat, semen dan air yang dicampur bersama-sama dalam keadaan plastis dan mudah untuk dikerjakan. Sesaat setelah pencampuran, pada adukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembebanan Beban yang ditinjau dan dihitung dalam perancangan gedung ini adalah beban hidup, beban mati dan beban gempa. 3.1.1. Kuat Perlu Beban yang digunakan sesuai dalam

Lebih terperinci

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar :

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar : BAB V PONDASI 5.1 Pendahuluan Pondasi yang akan dibahas adalah pondasi dangkal yang merupakan kelanjutan mata kuliah Pondasi dengan pembahasan khusus adalah penulangan dari plat pondasi. Pondasi dangkal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai 8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG TUGAS AKHIR 1 HALAMAN JUDUL PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990 memberikan pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan merupakan hasil dari perhitungan perencanaan struktur gedung Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya dengan metode SRPMM.

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. : PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : KEVIN IMMANUEL

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan Pertemuan - 15 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan penulangan pada elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Berdasarkan Pasal 3.25 SNI 03 2847 2002 elemen struktural kolom merupakan komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil melebihi tiga,

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

Studi Geser pada Balok Beton Bertulang

Studi Geser pada Balok Beton Bertulang Dosen Pembimbing : 1. Tavio, ST, MT, Ph.D 2. Prof.Ir. Priyo Suprobo, MS, Ph.D 3. Ir. Iman Wimbadi, MS Oleh : Nurdianto Novansyah Anwar 3107100046 Studi Geser pada Balok Beton Bertulang Pendahuluan Tinjauan

Lebih terperinci

Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan tegangan regangan untuk material beton dan baja!

Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan tegangan regangan untuk material beton dan baja! Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan tegangan regangan untuk material beton dan baja! Lokasi Tulangan Jarak Tulangan desain balok persegi Tinggi Minimum Balok Selimut Beton Terdapat tiga jenis balok

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 5 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain pondasi telapak

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1)

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1) LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG B POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG Oleh: Sonny Sucipto (04.12.0008) Robertus Karistama (04.12.0049) Telah diperiksa dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN LOKASI STUDI PERUMUSAN MASALAH Diperlukannya dermaga umum Makasar untuk memperlancar jalur transportasi laut antar pulau Diperlukannya dermga

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA. Bill Antoni 1), Elvira 2), Aryanto 2) Abstrak

ANALISA STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA. Bill Antoni 1), Elvira 2), Aryanto 2) Abstrak ANALISA STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA Bill Antoni 1), Elvira 2), Aryanto 2) Abstrak Bangunan Rumah Sakit Universitas Tanjungpura yang di bangun di kota Pontianak, dihitung dengan

Lebih terperinci

MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I LENTUR PADA PENAMPANG 4 PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS

MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I LENTUR PADA PENAMPANG 4 PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I Minggu ke : 2 LENTUR PADA PENAMPANG 4 PERSEGI Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Spesifikasi Struktur Gedung Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada merupakan bangunan bertingkat ang digunakan sebagai gedung perkuliahan. Gedung tersebut diranang

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM. PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 OLEH : DHIMAS AKBAR DANAPARAMITA / 3108100091 DOSEN PEMBIMBING : IR. FUDDOLY M.SC. CAHYA BUANA ST.,MT. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

= keliling dari pelat dan pondasi DAFTAR NOTASI. = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen. = luas penampang bruto dari beton

= keliling dari pelat dan pondasi DAFTAR NOTASI. = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen. = luas penampang bruto dari beton DAI'TAH NOTASI DAFTAR NOTASI a = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen Ab = luas penampang satu bentang tulangan, mm 2 Ag Ah AI = luas penampang bruto dari beton = luas dari tulangan geser yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : GO, DERMAWAN

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN III.1 ALUR PELABUHAN Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke dalam kolam pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang

Lebih terperinci

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971 ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-97 Modul-3 Sistem lantai yang memiliki perbandingan bentang panjang terhadap bentang pendek berkisar antara,0 s.d. 2,0 sering ditemui. Ada

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR 3.1. Pemodelan Struktur Pada tugas akhir ini, struktur dimodelkan tiga dimensi sebagai portal terbuka dengan penahan gaya lateral (gempa) menggunakan 2 tipe sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko

Lebih terperinci