IMPLEMENT ASI MODEL PEMBELAJARAN
|
|
- Siska Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IMPLEMENT ASI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI 'BAHAN KIMIA DALAM KEHIDUPAN' DI KELAS VIII A SMP N 29 SEMARANG Atiningsih SMP Negeri 29 Semarang maminyaoi@gmail.com ABSTRAK Masalah utama dalam penyampaian mata pelajaran biologi adalah bagaimana menghubungkan fakta yang pernah dilihat dan dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep pembelajaran biologi sehingga menjadikan siswa lebih paham. Proses untuk mencapai prestasi belajar secara optimal pada pembelajaran biologi membutuhkan motivasi dan perhatian yang lebih, serta dibutuhkan komponen pendidikan yang baik dari faktor siswa, faktor guru, sistem pembelajaran, maupun strategi pembelajaran. Peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan metode make a match. Model pembelajaran ini menekankan adanya kelompok-kelompok, dengan tingkat kemampuan siswa yang berbeda-beda dalam satu kelompok. Nilai ulangan harian sebelum perlakuan tindakan kelas dengan metode make a match cukup rendah, yaitu sebesar 67,73 dengan ketuntasan belajar 55%. Hasil perlakuan tindakan kelas dengan metode make a match pada Siklus I adalah rata-rata nilai ulangan harian sebesar 75,55 dengan ketuntasan belajar klasikal 82,5%. Pada Siklus II diperoleh hasil rata-rata nilai ulangan harian 82,33 dengan ketuntasan belajar klasikal 95%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode make a match dapat meningkatkan rata-rata nilai ulangan harian dan persentase ketuntasan belajar. Kata Kunci: make a match, motivasi belajar, persentase ketuntasan belajar. PENDAHULUAN Pembelajaran IPA Biologi adalah pembelajaran berbasis konsep yang menuntut siswa untuk banyak menghafal dan membaca, sehingga siswa bisa mengerti konsep dasarnya. Pembelajaran dengan karakteristik seperti ini memerlukan beragam variasi penyampaian sehingga siswa tidak bosan dan bisa memperoleh pengetahuan dengan cara yang menyenangkan. Masalah utama dalam penyampaian mata pelajaran biologi adalah bagaimana menghubungkan fakta yang pemah dilihat dan dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep pembelajaran biologi sehingga menjadikan siswa lebih paham. Sikap kurang aktif, tidak antusias, dan siswa yang bermain-main sendiri di kelas, merupakan beberapa ciri bahwa kelas kurang berpusat pada siswa dan kurangnya motivasi dalam belajar. Keadaan ini merupakan masalah yang sering dihadapi peneliti di SMP Negeri 29 Semarang terutama di kelas VIII A. Dampak buruknya adalah penguasaan konsep dan persentase ketuntasan belajar yang rendah. Kondisi seperti ini tentunya Jmplemetitasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan 91
2 sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar. Peneliti telah berusaha menciptakan metode pembelajaran agar siswa lebih aktif, antara lain dengan pengamatan objek langsung, diskusi kelompok dalam mengerjakan LKS, penggunaan media yang ada di sekolah, dan penggunaan metode tanya-jawab. Meskipun demikian hasil yang diperoleh belum dapat meningkatkan persentase ketuntasan belajar, motivasi, dan kemauan belajar siswa. Kondisi seperti ini menyebabkan perlunya disusun suatu pendekatan pembelajaran yang lebih komprehensif dan inovatif. Untuk itulah, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan metode make a match. Nur (2000:25) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep IPA yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kerjasama, berfikir kritis, kemauan membantu teman dan sebagainya. Selain itu, model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial, sehingga model pembelajaran ini dapat membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Selain itu, hasil penelitian Linda Lundgren menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya. Hasil-hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman belajar individual atau kompetitif. Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah yaitu 'Apakah model pembelajaran make a match dapat meningkatkan persentase ketuntasan belajar IPA Biologi pada materi "Bahan Kimia dalam Kehidupan" bagi siswa kelas VIII A SMP Negeri 29 Semarang?' Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif make a match dapat meningkatkan persentase ketuntasan belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 29 Semarang dalam mata pelajaran biologi materi "Bahan Kimia dalam Kehidupan". KAJIAN TEORI A. Makna dan Strategi Belajar Strategi belajar merujuk pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa yang mempengaruhi apa yang dipelajarinya, termasuk ingatan dan proses metakognitif (Nur, 2000:7). Tujuan utama dari strategi belajar adalah mengajar siswa untuk belajar mandiri. Bagaimanakah siswa yang dikatakan dapat mengatur dirinya sendiri? Menurut Nur (2000: 9), siswa mandiri mampu secara cermat mendiagnosis suatu situasi belajar tertentu, bisa memonitor keefektifan strategi tersebut, serta cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalah itu terselesaikan. Menurut Weinstein dan Meyer (1986, dalam Nur, 2000:5) mengajar yang baik mencakup mengajari siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri sendiri. Banyak pendidik sepakat dengan Weinstein dan Meyer bahwa mengajar siswa cara belajar adalah tujuan Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan 92
3 pendidikan yang penting dan mungkin yang paling utama. Mereka menyadari bahwa pendidik belum berhasil mencapai tujuan ini. Menurut Norman (1980 dalam Nur, 2000:6), perlu waktu lebih banyak untuk mengajari siswa bagaimana belajar, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri sendiri. Mengajarkan strategi belajar berpedoman pada premis bahwa keberhasilan siswa banyak bergantung pada kemahiran mereka untuk belajar sendiri dan untuk memonitor belajarnya sendiri. Hal ini menunjukkan pentingnya strategi-strategi pembelajaran dan belajar yang diajarkan kepada siswa, dimulai dari kelas-kelas sekolah dasar dan berlanjut pada sekolah menengah dan perguruan tinggi. Siswa harus mempelajari strategistrategi yang tersedia dan tahu kapan mengunakannya dengan benar. B. Pembelajaran IPA (Sains) Carin menyatakan bahwa sains sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori sains. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris di dalam sains, sementara konsep, prinsip, hukum-hukum, dan teori merupakan kegiatan-kegiatan analisis di dalam sains. Sebagai proses, sains dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan dengan cara antara lain, mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefmisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menginterpretasikan data, mengontrol variabel, dan melakukan eksperimen. Sebagai sikap, sains dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan, menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif (Departemen Pendidikan Nasional, 2002:1). Dengan demikian, pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam. C. Teori Motivasi Para ahli psikologi mendefmisikan motivasi sebagai suatu proses internal (dari dalam diri seseorang) yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu (Baron, 1992; Schunk, 1990 dalam Nur, 2001). Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat sehingga "motif" merupakan driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalamnya mengandung satu tujuan tertentu. Motivasi dapat berbeda dalam intensitas (kekuatan) dan arah. Gage dan Berliner (1984, dalam Nur, 2001) menganalogikan motivasi dengan sebuah mobil, dimana mesin analog dengan intensitas dan kemudi analog dengan arah. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan. 93
4 lebih baik (Gamer, Alexander, Gillingham, Kulikowich, dan Brown, 1991; Graham dan Golan, 1991 dalam Nur, 2001). D. Pembelajaran Kooperatif Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil (Saptono, 2003:32). Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya. Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut Nur (2001:3): a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda-beda. d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu. Menurut Lundgren (dalam Nur dkk., 2000), Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar cooperative learning lebih efektif adalah sebagai berikut: a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka "tenggelam atau berenang bersama". b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya di antara anggota kelompok. e. Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. g. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. E. Pembelajaran Kooperatif Make a Match Teknik pembelajaran make a match atau mencari pasangan yang dikembangkan oleh Lorna Curran merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah dalam metode make a match adalah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban) 2) Setiap siswa mendapat satu kartu. Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan 94
5 3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban). 5) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. 7) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 9) Kesimpulan. Teknik pembelajaran ini terbukti cukup efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, yang pada akhirnya berdampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar biologi seperti yang telah dilakukan terdahulu oleh Rahayu (2009) dan Ramadhan (2008) pada mata pelajaran yang berbeda. Penerapan metode ini terbukti cukup efektif dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. F. Kerangka Pemikiran Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berupa proses, produk dan memerlukan munculnya sikap ilmiah sebagai basis mata pelajaran yang diajarkan pada siswa. Sebagai upaya mendapatkan hakekat pembelajaran sains/ipa di ruang kelas bisa diterapkan model pembelajaran cooperative learning, salah satunya model pembelajaran make a match. Metode ini dapat bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan tanggung jawab, kerjasama, memunculkan sikap kepemimpinan dan saling menghargai serta membantu guru sebagai fasilitator saat pembelajaran. Kondisi kelas yang seperti ini menunjukkan kelas yang berpusat pada siswa, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan pada akhimya meningkatkan prestasi belajar siswa. Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan 95
6 METODE PENELITIAN Setting dan Obyek Penelitian Penelitian tindakan kelas dengan metode pembelajaran make a match dirancang dalam dua siklus. Masingmasing siklus terdiri atas empat tahap, yaitu: perencanaan {planning), pelaksanaan tindakan {acting), observasi {observing), dan refleksi {reflecting). Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 29 Semarang, Jl. Kedung Mundu Semarang, telp. (024) Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni Obyek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 29 Semarang. Populasi berjumlah 32 siswa, siswa putra berjumlah 16 dan putri 16. Kelas VIII A dipilih karena melihat kondisi nilai rata-rata ulangan harian biologi yang lebih rendah dibandingkan kelas lain pada semester I. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data a. Tes Tes digunakan untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi Bahan Kimia dalam Kehidupan, dan juga untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Observasi Observasi digunakan untuk mengetahui: - Apakah model pembelajaran make a match dapat membuat siswa senang dan termotivasi dalam pembelajaran biologi? - Apakah model pembelajaran make a match dapat meningkatkan prestasi belajar biologi pada siswa? Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan... 96
7 c. Kuesioner dan wawancara Pemberian kuesioner dilakukan untuk mendapatkan data tentang perasaan siswa, pendapat secara umum ketertarikan mereka dengan metode make a match yang diterapkan. 2. Alat Pengumpulan Data a. Soal tes tertulis Soal tes berupa pilihan ganda dan uraian. b. Lembar Observasi. a Pedoman kuesioner dan wawancara, sebagai data langsung dari siswa. Analisis Data 1. Hasil tes tertulis di rata-rata dan dianalisa secara deskriptif. Selanjutnya dianalisis untuk mengetahui persentase KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). 2. Hasil Observasi dianalisis secara deskriptif meliputi kegiatan yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian mengikuti tabel di bawah ini: Tabel 1. Pedoman Penskoran Penilaian Tingkat Keaktifan Siswa Skor Keterangan % Siswa sangat aktif berpartisipasi dalam pembelajaran Siswa aktif - 79 % berpartisipasi dalam pembelajaran - 59 % Siswa cukup aktif berpartisipasi dalam pembelajaran Siswa kurang - 39 % aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa tidak aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. 19% 80% 60% 40% 20% 0% - 3. Hasil wawancara dianalisis secara deskriptif. Dinyatakan menyenangkan jika > 50 % siswa menyatakan tertarik, dan tidak menyenangkan jika > 50 % siswa menyatakan tidak tertarik. Indikator Kinerja Penelitian tindakan kelas ini dianggap berhasil jika: 1. Lebih dari 55% siswa aktif dalam pembelajaran dengan model make a match. 2. Lebih dari 55% siswa memiliki persepsi positif dan merasakan mendapat manfaat dengan model pembelajaran make a match ini. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam dua siklus. Masingmasing siklus terdiri atas empat tahap, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Langkah-langkah penelitian digambarkan dalam diagram berikut: Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan... 97
8 Langkah-langkah yang dilakukan pada tiap siklus adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan mencari referensi yang berkaitan dengan metode make a match dari buku dan internet, serta contoh-contoh penelitian terdahulu dengan metode tersebut. Selain itu, peneliti juga melakukan kegiatan berikut ini: a. Pembuatan jadwal penelitian. b. Pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). c. Merancang instrumen untuk kegiatan pembelajaran dengan pembuatan kartu soal dan kartu jawaban tentang materi Bahan Kimia dalam Rumah Tangga. d. Pembuatan instrumen penilaian dan lembar catatan harian tentang fenomena yang terjadi selama penelitian tindakan. e. Mendaftar pertanyaan untuk wawancara dengan siswa. f. Kuesioner yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan data tentang kesan mereka terhadap metode yang digunakan. 2. Tindakan Setelah semua perencanaan selesai, tindakan akan diberikan kepada siswa. Tindakan dilakukan untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa. Pada tahap ini: 1. Guru mengajar seperti biasa sesuai dengan RPP yang telah dibuat. 2. Materi diberikan dengan metode diskusi informasi dan pengamatan, selanjutnya guru membagikan kartu soal dan jawaban yang telah disiapkan kepada siswa. 3. Siswa diminta menyiapkan buku dan referensi dari mana saja, untuk dibaca dan mencari jawaban yang sesuai dengan kartu yang mereka dapatkan. 4. Guru memberikan motivasi agar siswa mampu menyelesaikan tugasnya tepat waktu. 5. Guru memberikan skor bagi siswa yang mampu menemukan jawaban dengan tepat sesuai dengan waktu yang disediakan. 3. Observasi Observasi dilakukan pada Siklus I untuk melihat keaktifan, ketrampilan siswa dalam mencari dan menemukan jawaban. Observasi dilakukan oleh obsever bersama dengan guru peneliti dengan berpedoman pada lembar observasi guru. Untuk mengetahui perasaan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dibagikan juga lembar observasi untuk siswa, yang diisikan pada akhir pembelajaran berlangsung. Tes akhir Siklus I dilaksanakan untuk mengetahui daya serap siswa. Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan... 98
9 4. Refleksi Refleksi dilakukan dengan melihat hasilhasil pengumpulan data dari: a. Wawancara. b. Pengamatan. c. Hasil tes Siklus I. Hasil yang diperoleh pada Siklus I akan dianalisis. Hal ini untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang muncul selama Siklus I berlangsung. Guru akan melakukan penyempurnaan dalam tindakan pada Siklus II, sehingga tercapai hasil seperti yang diharapkan. HASIL PENELITIAN Deskripsi Kondisi Awal Sebelum pembelajaran dengan metode make a match peneliti menggunakan metode ceramah langsung dan latihan soal. Setelah pembelajaran selesai, peneliti melakukan penilaian formatif, serta mengamati aktivitas siswa. Hasil kondisi awal tanpa menggunakan metode make a match menunjukkan dari 32 siswa kelas VIII A yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya 22 siswa. Rata-rata perolehan nilai ulangan harian adalah 67,73 dan besarnya ketuntasan belajar adalah 55 %. Hasil ini sangat rendah karena siswa kurang tertarik dan termotivasi untuk mempelajari konsep yang diajarkan dengan metode konvensional. Hasil Penelitian Siklus I Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan materi Bahan Kimia dalam Rumah Tangga. Pengamatan terhadap siswa yang dilakukan oleh observer ditujukan untuk mengamati beberapa aktivitas siswa di kelas selama pembelajaran dengan menggunakan metode make a match yang sedang berlangsung. Hasil pengamatan dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut. Tabel 2. Jenis Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus I No Jenis aktivitas yang muncul Jumlah aktivitas siswa Rata-rata Kategori yang terlihat per (%) aktivitas babak ( / I II III 1. Berdiskusi dengan teman Aktif kelompok 2. Bertanya kepada guru Cukup aktif 3. Membaca materi pada buku Kurang aktif yang relevan 4. Mencari dan menemukan kartu Sangat aktif pasangan 5. Menggunakan waktu secara Aktif tertib 6. Membagi tugas dan berbagi Kurang aktif tanggung jawab dengan kelompok Persentase aktivitas siswa Cukup aktif Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan... 99
10 Dilihat dari Tabel 2, rata-rata aktivitas siswa adalah % (termasuk dalam kategori cukup aktif). Dalam setiap babak terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa walaupun sedikit. Dari pengamatan observer didapatkan bahwa aktivitas siswa paling aktif saat mencari dan menemukan kartu pasangan (92.5%), (lihat Gambar 3). Kebanyakan siswa langsung mencari kartu pasangan tanpa terlebih dahulu mencoba mencari jawaban dari kartu yang mereka pegang. Aktivitas berdiskusi dan menggunakan waktu dengan tertib masuk dalam kategori baik (62.5 % dan %). Aktivitas bertanya pada guru masuk dalam kategori cukup aktif, sedangkan aktivitas membaca buku dan membagi tugas kelompok masuk dalam kategori kurang aktif (29.17 % dan %). Aktivitas membaca buku tergolong rendah karena rata-rata siswa enggan membaca buku terlebih dahulu untuk mendapatkan jawaban. Keadaan kelas :: saat berlangsungnya Siklus I terlihat sangat sibuk karena siswa banyak berkeliling kelas untuk mencari pasangan kartu mereka. Keeenganan mereka dalam berdiskusi dan mencoba mencari jawaban dari buku sangat terlihat jelas sehingga mereka kekurangan waktu untuk menemukan kartu yang cocok dengan kartu yang mereka pegang. Hasil penyebaran angket dan hasil wawancara siswa yang direkap menyatakan 32 siswa (100%) berpendapat bahwa pembelajaran dengan metode make a match ini dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam mempelajari materi yang diajarkan. Sebanyak 75% siswa merasakan manfaat dari pembelajaran model make a match. Hanya 25% siswa yang mengatakan kesulitan dengan metode ini dan 32.5% siswa mengaku memerlukan waktu yang lebih lama untuk dalam mendapatkan kartu pasangannya. Gambar 3. (a) dan (b) Suasana Kelas Ketika Pembelajaran Metode Make A Match Dilangsungkan.
11 Hasil dari tes ulangan harian Siklus I dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Persentase Perolehan Nilai Siswa pada Siklus I Skor/nilai Kategori % Jumlah siswa yang mendapatkan nilai Sangat tinggi 6 (18.75) Tinggi 20 (62, 5) Sedang 6 (18.75) Kurang Kurang tinggi - Jumlah (%) 32 (100) Rata-rata (Kategori) (tinggi) Tabel 3 menunjukkan ada 6 siswa yang mendapatkan skor sangat tinggi, 20 siswa mendapatkan skor tinggi, 6 siswa sedang, dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai kurang. Persentase ketuntasan belajar adalah 82.5%. Hasil tes ulangan harian dari Siklus I naik jika dibandingkan dengan persentase kondisi awal sebesar 55%. Nilai rata-rata perolehan siswa pada Siklus I adalah 75.55, termasuk dalam kategori tinggi. Hasil Penelitian Siklus II Siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan materi zat aditif dalam makanan. Hasil dari Siklus II untuk non tes dapat dilihat dari Tabel 4 berikut. Tabel 4 menunjukkan peningkatan aktivitas siswa yang signifikan dibandingkan dengan Siklus I. Pada Siklus II, keaktifan siswa termasuk dalam kategori aktif, dengan persentase keaktifan rata-rata adalah 74.58%. Tabel 4. Jenis Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus II No Jenis aktivitas yang muncul Jumlah aktivitas siswa Rata- Kategori -' yang terlihat per rata aktivitas babak (%) (%) I II III 1. Berdiskusi dengan teman Sangat Aktif kelompok 2. Bertanya kepada guru Kurang aktif 3. Membaca materi pada buku yang Aktif relevan 4. Mencari dan menemukan kartu Sangat aktif pasangan 5. Menggunakan waktu secara tertib Sangat Aktif 6. Membagi tugas dan berbagi tanggung jawab dengan kelompok Sangat Aktif Persentase aktifitas siswa Aktif Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan
12 Pada Siklus II ini siswa terlihat sangat aktif sekali dalam diskusi kelompok, saling berbagi, dan menggunakan waktu dengan lebih efektif. Aktivitas bertanya kepada guru menurun dibandingkan pada Siklus I dan yang paling menonjol adalah keaktifan mencari dan membaca buku yang relevan (lihat gambar 4 (a) dan (b)). Hasil pengamatan kegiatan siswa tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kegiatan belajar yang positif dan siswa terlihat semakin dapat menunjukkan kegiatan4iegiatan yang diharapkan dalam pemanfaatan metode make a match untuk memotivasi belajar mereka. Suasana kelas saat pembelajaran berlangsung juga terlihat lebih menyenangkan, siswa tampak enjoy dan dapat menjalankan peran masing-masing sebagai anggota kelompok sehingga semua anggota kelompok bisa mendapatkan kartu jawaban maupun kartu soal sesuai dengan waktu yang telah disediakan. Hasil penyebaran angket untuk Siklus II didapatkan 32 siswa (100%) berpendapat bahwa metode pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam mempelajari materi yang diajarkan, 32 siswa (100%) merasakan mendapat manfaat yang baik dengan model make a match yang diterapkan. Tidak ada siswa yang menyatakan mendapatkan kesulitan dalam model pembelajaran make a match yang dilakukan dan siswa tidak memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan jawaban dan berbagi dengan teman. Selain itu, kondisi kelas juga tidak segaduh saat berlangsungnya Siklus I, hal ini dikarenakan siswa sudah mulai dapat membagi waktu untuk berdiskusi, dan proses pencarian jawaban menjadi lebih mudah. (a) (b) Gambar 4. (a) dan (b). Pada Gambar (a) Terlihat Aktivitas Siswa Sedang Membaca Buku untuk Menemukan Jawaban dan pada Gambar (b) Terlihat Aktivitas Siswa Sedang Berbagi dengan Teman Satu Kelompoknya. Hasil tes ulangan harian untuk Siklus II dapat dilihat dari Tabel 4 berikut. Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan
13 Tabel 5. Persentase Perolehan Nilai Siswa pada Siklus II Skor/nilai Kategori % Jumlah siswa yang mendapatkan nilai Sangat tinggi 10 (31.25) Tinggi 15 (46.8) Sedang 7 (21.8) Kurang Kurang tinggi - Jumlah (%) 32(100) Rata-rata (Kategori) (tinggi) Dari Tabel 5 dapat dilihat ada 10 siswa (31.25%) yang mendapatkan kategori nilai sangat tinggi, 15 siswa (46.8%) kategori nilai tinggi, 7 siswa (21.8%) masuk dalam kategori sedang dan tidak ada siswa yang masuk kategori kurang. Rata-rata nilai perolehan siswa adalah 82.33%, termasuk dalam kategori tinggi. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada Siklus II adalah 95%. Pembahasan Pelaksanaan PTK ini dilakukan dalam rentang waktu dua siklus, sebagai upaya untuk melaksanakan rencana tindakan serta untuk pengambilan keputusan atau kesimpulan akhir. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata aktivitas siswa adalah % pada Siklus I, termasuk dalam kategori cukup aktif dan meningkat menjadi kategori aktif, dengan persentase keaktifan rata-rata adalah 74.58%. Hasil wawancara per siklus juga menyatakan bahwa siswa senang dan merasakan manfaat dari metode make a match ini. Peningkatan ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif make a match terbukti memberikan manfaat dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil non tes menunjukkan peningkatan yang signifikan dari Siklus I ke Siklus II. Keadaan ini disebabkan oleh semakin membaiknya cara belajar siswa yang menjadi lebih efektif dengan penggunaan metode make a match. Dengan metode ini mereka lebih mudah dalam memahami serta menghafal konsep dengan kondisi yang menyenangkan. Sifat metode make a match ini yang mengharuskan para siswa untuk saling berbagi dan bertukar pikiran secara efektif berhasil membuat siswa termotivasi untuk bersama-sama menemukan jawaban yang diminta. Metode ini sangat membantu mereka untuk lebih memahami tentang materi yang diajarkan, sementara mereka tetap bisa bennain-main bersama dengan teman-temannya. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa hasil ulangan harian meningkat dari Siklus I sampai Siklus II. Saat kondisi awal, siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori sangat tinggi tidak ada, sedangkan pada Siklus I meningkat sebanyak 6 siswa dan meningkat sebanyak 10 siswa pada Siklus II. Siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori tinggi pada kondisi awal adalah 10 siswa, meningkat pada saat Siklus I sebanyak 20 siswa dan menurun menjadi 15 siswa pada Siklus II. Penurunan jumlah siswa yang memiliki kategori nilai tinggi bisa jadi karena beberapa siswa yang Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan
14 mendapatkan nilai tinggi di Siklus I mendapatkan nilai sangat tinggi pada Siklus II. Siswa yang mendapatkan nilai kategori kurang masih ada 2 pada saat kondisi awal, sedangkan pada Siklus I dan Siklus II sudah tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori kurang. Tabel 5. Perbandingan Nilai Ulangan Harian Siswa pada Saat Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Skor/nilai Kategori % Jumlah siswa yang mendapatkan nilai Kondisi awal Siklus I Siklus II Sangat tinggi 0 (0) 6 (18.75) 10 (31.25) Tinggi 10(31.25) 20 (62, 5) 15 (46.8) Sedang 20 (62.5) 6 (18.75) 7 (21.8) Kurang 2 (6.25) Kurang tinggi Jumlah (%) 32 (100) 32 (100) 32 (100) Rata-rata (Kategori) (sedang) (tinggi) (tinggi) Persentase Ketuntasan 22 (55) 26(81.25) 30 (93,5) Rata-rata nilai ulangan harian pada kondisi awal adalah 67,73 dengan kategori sedang, kemudian pada Siklus I adalah 75,55 dengan kategori tinggi, selanjutnya rata-rata ulangan harian pada Siklus II adalah 82,33. Hasil nilai rata-rata ulangan harian terlihat jelas meningkat dari Kondisi Awal ke Siklus I dan ke Siklus II. Peningkatan ini cukup signifikan dari sebelumnya berkategori sedang pada saat Kondisi Awal menjadi kategori tinggi pada Siklus I dan II. Ketuntasan belajar secara klasikal juga meningkat dari 55% pada kondisi awal, menjadi 81,25% pada Siklus I dan wawancara dengan siswa mengungkapkan bahwa siswa mudah dalam mempelajari konsep yang biasanya sulit. Tanpa disadari siswa telah mempelajari konsep dalam keadaan yang menyenangkan dan lebih termotivasi, serta memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan yang dibuktikan dengan hasil ketuntasan belajar pada tiap siklus yang mengalami peningkatan. Selain itu, siswa terlihat lebih bergairah belajar karena mereka dapat bekerjasama, saling membagi tugas antara anggota kelompok sehingga mereka lebih merasakan manfaat dan makna belajar IPA. 93,5 % pada Siklus II. Persentase ketuntasan pada Siklus II sudah melebihi batas ketuntasan klasikal yang ditetapkan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan sebesar 85% di SMP Negeri 29. Berdasarkan data yang telah Dari data-data tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa digunakannya metode make a match dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan peran dikumpulkan, dianalisa dan ditafsirkan dari PTK ini dapat diambil simpulan sebagai berikut: (1). Penerapan metode pembelajaran make a match untuk mata dan keterampilan guru saat mengajarkan pelajaran biologi dapat digunakan secara konsep IPA yang sulit pada siswa. Hasil efektif untuk Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan
15 meningkatkan rata-rata nilai siswa dan persentase ketuntasan belajar. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa yang naik dari 67,73 pada kondisi awal menjadi 75,43 pada Siklus I dan 82,33 pada Siklus II. Persentase ketuntasan belajar siswa naik dari 55% pada kondisi awal menjadi 81,25% pada Siklus I dan 93,5 % pada Siklus II. (2). Metode make a match dapat digunakan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran untuk meningkatan motivasi belajar siswa, terbukti dengan meningkatkan aktivitas siswa yang positif (berdiskusi dengan teman kelompok, membaca materi pada buku yang relevan, dan membagi tugas dan berbagi tanggung jawab dengan kelompok). Saran Saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk penerapan metode pembelajaran make a match adalah: (1). Metode make a match baik untuk meningkatkan prestasi siswa. Dari pengalaman peneliti diketahui bahwa hasil yang lebih baik akan diperoleh seiring dengan semakin seringnya penerapan metode make a match pada siswa. (2). Selama proses pembelajaran dengan metode make a match, diperlukan perhatian yang lebih pada ketertiban kelas. Kenaikan aktivitas siswa menyebabkan suasana kelas menjadi lebih ramai dan sibuk. (3). Guru harus memahami konsep pembelajaran make a match dan harus menyediakan segala sarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran ini. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Nur, M Strategi-Strategi Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Nur, M Pemotivasian Siswa untuk Belajar, Buku Afar Mahasiswa. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Nur, M., Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., dan Ismono Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press-UNESA. Nur, M Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas IPA. Surabaya:' UNESA. Saptono, Sigit Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: UNNES Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan 105
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus Data yang didapat sebelum melaksanakan penelitian, ditemukan permasalahan yang perlu diberikan solusi untuk
Lebih terperinciJURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014
JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI POKOK SENYAWA TURUNAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian SD N Ngrandah 1 yang terletak di desa Ngrandah, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Tenaga pengajar yang ada di SD Negeri
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PADA MATA KULIAH GEOGRAFI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2006A DI JURUSAN GEOGRAFI-FIS-UNESA Sri Murtini *) Abstrak : Model pembelajaran
Lebih terperinciPENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 156 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH Umbar Rumanti *) NIP 19630407
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA WANDY Guru SMP Negeri 3 Tapung wandy6779@gmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciPROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN KELAS 7C
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN KELAS 7C SMP NEGERI 2 BLADO Oleh : Nama : Ahmad Baroyi NIP : 197903232010011020
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciC027. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRAK
C027 PENINGKATAN MINAT BELAJAR BIOLOGI SISWA MELALUI Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) BERBANTUAN MODUL PADA SISWA KELAS VII-D SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 Evin
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SD 5 Karangbener, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Siswa kelas II ini berjumlah 24 anak
Lebih terperinciPENINGKATAN KERJASAMA PADA MATERI PERUBAHAN BENDA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN. Ida Wati
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 1, Januari 2016 ISSN 2477-2240 PENINGKATAN KERJASAMA PADA MATERI PERUBAHAN BENDA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STAD SMP Negeri
Lebih terperinciEka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK
Jurnal Dinamika, September 2011, halaman 74-90 ISSN 2087-7889 Vol. 02. No. 2 Peningkatan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo
28 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Observasi Awal Sebelum peneliti melakukan tindakan di kelas, maka terlebih dahulu melakukan observasi awal terhadap
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS (Think Pair Share) PADA SISWA KELAS V SDN SIDOMEKAR 07 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER Kawit Supriana 14 Abstrak. Pendidikan Kewarganegaraan
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK ERIKA NADAPDAP Guru SMP Negeri 1 Patumbak Email : seriussembiring@gmail.com
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak Mikran, Marungkil Pasaribu, I Wayan Darmadi Email: Mikran_fisika@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang telah dilaksanakan pada siklus I sampai dengan siklus II. Setelah penyajian hasil penelitian
Lebih terperinciMaulizar. Kata-kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Make A Match, Materi Tumbuhan Biji (Spermatophyta).
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE-A MATCH PADA MATERI TUMBUHAN BIJI (SPERMATOPHYTA) DI KELAS VII SMP N KEMBANG TANJONG KABUPATEN PIDIE Maulizar STKIP Bina Bangsa Meulaboh,
Lebih terperinciJEMBER TAHUN PELAJARAN
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING MODEL PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MATERI MENGIDENTIFIKASIKAN CIRI- CIRI NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU BAGI
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK DIANA MANURUNG Guru SMPN 1 Patumbak Email : chairini.nurdin@gmail.com
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS Ermayanti ermayanti@unsri.ac.id Abstrak. Telah dilakukan Penelitian
Lebih terperinciDwi Wurciptaningsih. Kata Kunci : Hasil Belajar, Pedosfer, Pembelajaran Kooperatif, Investigasi Kelompok.
Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar Geografi Konsep Pedosfer Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Pada Siswa Kelas X Sma Negeri I Klirong Kabupaten Kebumen Dwi Wurciptaningsih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MENCARI PASANGAN (MAKE A MATCH) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN PASINAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MENCARI PASANGAN (MAKE A MATCH) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN PASINAN Suseno Guru di SDN Pasinan Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Metode Peer Tutoring ( Tutor Sebaya )
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Peer Tutoring ( Tutor Sebaya ) Menurut Ischak dan Warji dalam Suherman (2003:276) berpendapat bahwa tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah
Lebih terperinciPenelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Sekolah SD Negeri Karanganyar 03 terletak di Desa Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan. Sekolah Dasar ini berdiri pada tahun 1985, pemerintah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil observasi dan hasil tes, baik tes lesan maupun tes tertulis dapat disimpulkan dan dianalisa bahwa pembelajaran dengan menggunakan
Lebih terperinciPENINGKATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH
PENINGKATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH Iin Karina 1, Nur Hardini Warastiti 2, Rina Marlina 3, Imam Suyanto 4, Kartika Chrysti Suryandari. 5 FKIP Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yaitu suatu action research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas (Wardhani, 2007:1.3).
Lebih terperinciTri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang
Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 138-143 PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
Lebih terperinciSebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan
31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Kondisi awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning Tipe STAD diketahui ketuntasan hasil belajar IPA semester I kelas
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.
1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA Oleh Bustaman Asis Abstrak Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
Lebih terperinciUpaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini dideskripsikan dalam tiga kondisi yaitu kondisi awal (prasiklus), kondisi siklus I, dan kondisi
Lebih terperinciEsthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TIPE MAKE-A MATCH BERBANTUAN MEDIA KOMIK INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPS Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani
Lebih terperinciBAB III METODEI PENELITIAN
15 BAB III METODEI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD Negeri Besani, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Siswa kelas III
Lebih terperinciPenerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018
Penerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018 Nehru dan Nurfathurrahmah Abstrak: Pendidikan di Indonesia
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP
PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM Tri Sari Wijayanti Guru IPA SMAN 7 Mataram E-mail:- ABSTRAK:
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus Gambaran yang dijadikan pangkal menentukan permasalahan upaya peningkatan hasil belajar IPA di kelas V SD menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi. Keberhasilan proses pembelajaran biologi dapat diukur dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan biologi menjadi bagian dari pendidikan sains dan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional
Lebih terperinciNur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304,
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE SILIH TANYA PADA MATERI POKOK LINGKARAN Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) 8296427, 8290009 Ps. 304, 0318297677 email
Lebih terperinciMondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA FITRA YULIA ROZI Guru IPS SMP Negeri 6 Pekanbaru fitria@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA (BIOLOGI) MATERI EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH: NAMA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
19 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri 5 Pringsewu Barat Kabupaten Pringsewu, dengan waktu penelitian mulai bulan Maret sampai dengan bulan
Lebih terperinciArun Haryanto, Siti Nuryanti, dan Minarni R.J. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SDN Pembina Toli-Toli Pada Pokok Bahasan Fungsi Organ Pencernaan Manusia Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif dan Edutainment Arun Haryanto, Siti Nuryanti, dan Minarni
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1 Dalam Siklus 1 terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) Pada siklus
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Seting dan Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI IPA MA Al-Huda Temanggung pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011, yaitu bulan Februari
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme.
Lebih terperinciX f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :
40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Wringingintung 01 yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Berdasarkan
Lebih terperinciBimafika, 2016, 8, 10 15
Bimafika, 2016, 8, 10 15 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 AIR BUAYA Hairan Wali 1
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW FAHRUDDIN Guru SMA Negeri 1 Medan Email: fahruddin1958@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SDN Karanggondang 01, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada semester 2 Tahun Pelajaran
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,
Lebih terperinci17 Media Bina Ilmiah ISSN No
17 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK HIMPUNAN SISWA KELAS VII.3 SMPN 4 MATARAM TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri
PENERAPAN MODEL STAD DENGAN PERMAINAN KUIS MAKE A MATCH PADA MATERI SISTEM GERAK TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII J SMPN 2 NGUNUT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
Lebih terperinciEwisahrani Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta,
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMPN 13 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Ewisahrani Universitas Ahmad
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus, deskripsi siklus I, deskripsi siklus II. Deskripsi pra siklus membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sulit dan abstrak menjadi aktivitas yang membosankan bagi sebagian siswa. Hal ini dapat dilihat dari situasi kelas
Lebih terperinciPENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT PADA SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 BANDUNGAN
PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT PADA SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 BANDUNGAN Eko Purwanti ABSTRAK Pembelajaran secara konvensional
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi
Lebih terperinciMENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS I.A SD NEGERI 9 KABANGKA TAHUN AJARAN 2014/2015 Nur
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GUMELAR 03 BALUNG. Nanik Sudaryati 24
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GUMELAR 03 BALUNG Nanik Sudaryati 24 Abstrak. Pada tahun pelajaran sebelumnya, sebagian besar peserta
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MIS Sullamut Taufiq yang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MIS Sullamut Taufiq yang terletak di Jalan Manggis Gang Taufiq Rt. 27 No. 11 Banjarmasin.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan
60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Make a Match 2.1.1 Pengertian Model pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran sebagai hasil penurunan teori psikologi pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran matematika di kelas IIIa MI Daarul Aitam Palembang
52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Pra Siklus Pembelajaran matematika di kelas IIIa MI Daarul Aitam Palembang sebelum proses perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Seting dan Karateristik Subjek Penelitian 4.1.1 Seting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV pada Semester I tahun 2012/2013 SDN Sukoharjo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO
232 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO Oleh: SUSMIATI SMP Negeri 1 Balongbendo Abstrak:
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan
Lebih terperinciElistina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK
Penerapan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Berbantuan Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 5 Basi Kecamatan Basidondo Tolitoli Elistina Mahasiswa
Lebih terperinciKata kunci : pembelajaran aktif, pencocokan kartu indeks, hasil belajar
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN MEDIA PENCOCOKAN KARTU INDEKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII E SMP N 2 PECANGAAN JEPARA 1) 1 Oleh : Nikmatul Isnaini 2) dan Siti Fatonah 3)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subejk Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas I SDN Madugowongjati 02, kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan (planning), (2)
BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian Sesuai dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur penelitian yang akan ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus
Lebih terperinciAbas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X D SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD YANG DIINTERVENSI DENGAN STRATEGI INKUIRI Abas Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester
III. METODE PENELITIAN A. Seting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester genap tahun pelajaran 2010-2011. Jumlah siswa pada kelas tersebut ada 32 orang
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN 105400 MAROMBUN UJUNG JAWI Usrek Sarwini Guru SDN 105400 Marombun Ujung Jawi Surel : Rizkiandriani21@yahoo.com
Lebih terperinciARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGENTONG 01 TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEAKTIFAN BERDISKUSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VII SMP NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD BAGI SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 CILONGOK SEMESTER II TAHUN 2016/2017
12 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD BAGI SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 CILONGOK SEMESTER II TAHUN 2016/2017 Afrita Heksa Guru SMP Negeri 2 Cilongok Email: afrita_heksa@yahoo.com
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Kalicari 2 Desa Kalicari Kecamatan Pedurungan Semarang. Peneliti memilih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan memahami konsep merupakan syarat mutlak dalam mempelajari fisika untuk mencapai keberhasilan belajar fisika. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran fisika bukanlah
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Table 8. Kategori aktivitas belajar siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian Kategori aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran, diklasifikasikan menjadi siswa yang aktif dan siswa yang tidak aktif. Sebagaimana disajikan
Lebih terperinciJurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Bahasa Inggris Peserta didik Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD) Pada Kelas X.3 SMA Negeri 5 Bukittingi Gusviar SMA
Lebih terperinciPROSIDING ISBN :
P 5 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII C SMP ANGGREK BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN SCRAMBLE Agisna
Lebih terperinciFariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII SMP MA ARIF 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Tematik Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dimensi Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar memiliki beberapa ciri khas, yang mengharuskan pembelajaran dengan pola kreatif dan komprehensif. Kreatif mengharuskan
Lebih terperinci