PENINGKATAN KERJASAMA PADA MATERI PERUBAHAN BENDA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN. Ida Wati

Transkripsi

1 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 1, Januari 2016 ISSN PENINGKATAN KERJASAMA PADA MATERI PERUBAHAN BENDA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STAD SMP Negeri 5 Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan kerja sama siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIB yang berjumlah 32 siswa. Metodologi penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dengan prosedur perencanaan, melakukan tindakan, observasi, refleksi. Hasil pembahasan diperoleh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kerjasama siswa pada materi perubahan benda Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia Kata Kunci: Hasil Belajar; Kerjasama; Tipe STAD PENDAHULUAN Kehidupan manusia semakin sejahtera dengan berkembangnya kemajuan teknologi. Segala kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara cepat dan mudah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut. Namun di sisi yang lain muncul banyak permasalahan dalam kehidupan seharihari yang memerlukan informasi ilmiah dalam pemecahannya. Oleh karena itu, literasi sains menjadi kebutuhan bagi setiap individu agar memiliki peluang yang lebih besar untuk menyesuaikan diri dengan dinamika kehidupan (Wiyanto, 2008). Mengingat pentingnya penguasaan sains dan melihat kenyataan di lapangan menimbulkan permasalahan serius yang harus segera ditangani. Data nilai 32 siswa kelas VII B tahun pelajaran 2013/2014 pada Prasiklus menunjukkan bahwa nilai tertinggi 90, nilai terendah 30, dan nilai rata-rata 58. KKM mata pelajaran IPA kelas VII adalah 75, maka ada 19 siswa belum mencapai KKM dan prosentase ketercapaiannya 40%. Jika ditinjau dari angka ketuntasan kelas secara ideal adalah 85% maka kelas VIIB masih jauh dari ketuntasan yang diharapkan. Siswa kelas VII (tujuh) yang rata-rata usianya tahun, siswa SMP memasuki masa sosial. Menurut Mappiare (1982) sikap yang berkembang pada masa ini adalah menonjolkan sifat sosial, lebih-lebih terhadap teman sebaya. Sikap solider dirasakan dalam kehidupan kelompok baik yang sengaja dibentuk atau yang terbentuk secara sendirinya. Massa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. 19

2 Kemampuan siswa untuk membangun hubungan sosial dengan teman kelompoknya akan membantu siswa dalam mengkomunikasikan permasalahan belajar dengan temannya. Kerjasama merupakan bagian dari kecakapan sosial. Belajar bekerja sama sangat dibutuhkan dalam perkembangan mental anak karena di dalamnya terdapat strategi belajar yang menyertakan partisipasi siswa dalam aktifitas belajar. Keterampilan bekerja sama dapat ditumbuhkan dengan pembelajaran kooperatif. Menurut Lundgren (1994) dalam pengajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kerjasama (kooperatif). Keterampilan kerjasama membuahkan implikasi adanya keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk berkolaboratif. Keterampilan kerjasama berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Rasa kesalingtergantungan tercipta melalui kerjasama kolaboratif. Hasil observasi kelas yang pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mitra dengan model ceramah ditemukan data bahwa secara umum siswa mengikuti pelajaran dengan penuh antusias, namun ada beberapa siswa yang nampak kurang konsentrasi. Ketika guru memberi tugas untuk dilaksanakan, tampak beberapa siswa bermalas-malasan atau bermain dengan alat tulisnya. Ketidak aktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran ini menunjukkan bahwa siswa tidak merasa terlibat dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Untuk itu perlu dirancang model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus melibatkan keaktifkan siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan hendaknya melalui pengalaman-pengalaman belajar inovatif, menantang dan menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi perkembangan sosial siswa adalah model pembelajaran kooperatif ( Cooperatif Learning). Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitik beratkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok kecil (Saptono, 2003). Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa pandai membantu yang lebih lemah. Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih bekerja sama dengan teman sebayanya. Ada kegiatan tertentu yang akan lebih berhasil dikerjakan secara kelompok dibanding kerja secara individu. Latihan kerjasama ini akan memberi latihan pada anak dalam pembentukan kepribadian. Pembelajaran kooperatif mangajarkan pada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi (Ibrahim, 2000). Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain. Model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini menggunakan tipe STAD yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPA, baik dalam kegiatan pengamatan, percobaan maupun diskusi. Langkah-langkah model STAD adalah sebagai berikut: 1). siswa dikelompokkan dengan anggota 4 secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll), 2). guru menyajikan pelajaran, 3). guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan pada anggota kelompok sampai semua anggota itu mengerti, 4). guru memberi kuis atau pertanyaan, siswa menjawab dengan tidak saling membantu, 5). memberi evaluasi, 6). kesimpulan. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah: (1) Bagaimana Model Pembelajaran Kooperative Tipe STAD pada materi Perubahan Benda dapat meningkatkan hasil belajar siswa? (2) Bagaimana Model Pembelajaran Kooperative Tipe STAD pada materi Perubahan Benda dapat meningkatkan kerja sama siswa. Tujuan dari penelitian ini yaitu 20 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 1 (2016)

3 untuk: (1) Mengetahui has il belajar siswa setelah menggunakan model kooperative Tipe STAD (2) Mengetahui kerja sama siswa setelah menggunakan model kooperative Tipe STAD. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Ulujami yang berlokasi di Desa Botekan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII B SMP N 5 Ulujami Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 32 siswa dengan rincian 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi: metode tes, observasi, dan angket atau kuesioner. Analisa data dalam PTK ini adalah deskriptif kualitatif (deskriptif prosentase, melihat rerata, menjumlah siswa yang tuntas belajar dsb), yang berdasarkan pada hasil observasi terhadap proses dan hasil belajar siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan siklus I adalah: 1) menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan instrumen penelitian seperti lembar observasi dan angket; 2) menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran seperti: media, kertas, lilin, korek api, obat nyamuk,garam, air, sendok dan gula; 3) sebeum siswa melakukan percobaan perubahan fisika, guru melakukan percobaan awal dan pengecekkan kesiapan alat 2. Pelaksanaan Pada tahap ini dilaksanakan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD seperti yang tertera dalam Rencana Pembalajaran. Di awal pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian membimbing siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan LKS yang dirancang untuk dapat menumbuhkan kerjasama siswa. 3. Observasi Observasi dilakukan secara kolaboratif dengan teman sejawat dengan menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan, lembar penilaian kinerja yang telah disiapkan. Observasi dilakukan terhadap aspek utama penelitian yaitu peningkatan hasil belajar perubahan benda benda di sekitar kita dan peningkatan kerjasama siswa. Hasil belajar yang dimaksud meliputi aspek kognitif,aspek afektif dan aspek psikomotorik. Observasi dilaksanakan selama proses kegiatan pembelajaran, dengan menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan, lembar penilaian kinerja yang telah disiapkan. Pada setiap akhir pembelajaran siswa diminta tanggapan dengan cara mengisi angket tanggapan siswa. 4. Refleksi Refleksi merupakan evaluasi dari sebuah pembelajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi bersumber dari data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi dilaksanakan setiap akhir siklus dengan melalui analisis dari data yang ada baik data kualitatif maupun kuantitatif. Hasil analisis beserta kelebihan dan kekurangan yang ada dipakai untuk merumuskan dan menentukan tindakan selanjutnya. 21

4 Siklus II 1. Perencanaan Pada perencanaan siklus II, berdasarkan hasil refleksi siklus I peneliti dan guru melakukan persiapan-persiapan agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Pada tahap perencanaan dihasilkan kegiatan: 1) menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan instrumen penelitian seperti lembar observasi dan angket; 2) menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran seperti: media, kertas, lilin, korek api, obat nyamuk, garam, air, sendok dan gula; 3) sebelum siswa melakukan percobaan perubahan fisika, guru melakukan percobaan awal dan pengecekkan kesiapan alat. 2. Pelaksanaan Pada tahap ini dilaksanakan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD seperti yang tertera dalam Rencana Pembalajaran. Di awal pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian membimbing siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan LKS yang dirancang untuk dapat menumbuhkan kerjasama siswa 3. Observasi Observasi dilakukan secara kolaboratif dengan teman sejawat menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan, lembar penilaian kinerja yang telah disiapkan. Observasi dilakukan terhadap aspek utama penelitian yaitu peningkatan hasil belajar perubahan benda benda disekitar kita dan peningkatan kerjasama siswa. Hasil belajar yang dimaksud meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Observasi dilaksanakan selama proses kegiatan pembelajaran, dengan menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan, lembar penilaian kinerja yang telah disiapkan. Pada setiap akhir pembelajaran siswa diminta tanggapan dengan cara mengisi angket tanggapan siswa. 4. Refleksi Refleksi merupakan evaluasi dari sebuah pembelajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi bersumber dari data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi dilaksanakan setiap akhir siklus dengan melalui analisis dari data yang ada baik data kualitatif maupun kuantitatif. Hasil analisis beserta kelebihan dan kekurangan yang ada dipakai untuk merumuskan dan menentukan tindakan selanjutnya. Hasil belajar kerjasama siswa melalui penggunaan model kooperatif tipe STAD siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Hasil Belajar Kerjasama Siklus I dan Siklus II Siklus Nilai rata-rata /Aspek Kognitif Psikomotorik Afektif Hasil Belajar Kumulatif Ketuntasan I % II % Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 1 (2016)

5 Kognitif Psikomotorik Afektif Siklus 1 Siklus 2 Gambar 1. Histogram Perbandingan Hasil Belajar Kerjasama Siklus I dan Siklus II SIMPULAN Pembelajaran kooperatif tipe STAD pada perubahan benda disekitar kita dapat meningkatkan hasil belajar dan kerjasama siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya. Sebelum penelitian ketuntasan belajar klasikal 40%, pada siklus I meningkat menjadi 71% dan pada siklus II menjadi 87%. Model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan kerjasama siswa hingga 74%. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih, peneliti tujukan kepada Kepala Sekolah, Kolaborator, Guru, serta siswa kelas VII B SMP Negeri 5 Ulujami atas kerjasamanya. DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, Muslimin, dkk Pembelajaran kooperatif. Surabaya: UNESA Lundgren, Linda Cooperative Lerning in the Science Classroom. New York: Glencoe. Mapiare, Andi Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional Saptono, Sigit Strategi belajar mengajar biologi. Semarang: UNNES Wiyanto Menyiapkan Guru sains mengembengkan komptensi laboratorium. Semarang: Univesitas Negeri Semarang Press. 23