PEMETAAN DATA STATISTIK SECARA KUANTITATIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMETAAN DATA STATISTIK SECARA KUANTITATIF"

Transkripsi

1 BAB V PEMETAAN DATA STATISTIK SECARA KUANTITATIF Penyajian data statistik kuantitatif, dapat disajikan dalam bentuk peta berdsasarkan 3 (tiga) tipe. Pertama, distribusi kuantitas dan kualitas data dicerminkan dalam bentuk series of points; Kedua, penyajian distribusi kuantitas data berkait erat dengan luasan (area); dan ketiga, kuantitas data statistik pada peta dicerminkan dalam bentuk garis. Berikut ini diuraikan berbagai cara/metode penyajian yang terbagi dalam 3 (tiga) tipe Distribtisi Kuantitas Data Dicerminkan Dalam Bentuk Series of Points Pada prinsipnya, kuantitas data statistik pada tipe ini dicerminkan dengan bentuk simbol garis. Ada 4 (empat) bentuk penyajian pada tipe ini, masingmasing: (a) dicerminkan dengan simbol-simbol yang berulang (repeated symbols); (b) dicerminkan dengan lingkaran-lingkaran ptoporsional (proportional circles); (c) dicerminkan dengan bentuk lingkaran yang bertingkat (range of graduated circular symbols); dan (d) dicerminkan dengan bentuk bola-bola dan kubus-kubus yang proporsional (proportional spheres and cubes). a. Simbol-simbol berulang (repeated symbols) Gambar berikut menyajikan contoh distribusi data tentang besamya barang yang dibongkar pada setiap pelabuhan di Perancis, pada tahun Pada Gambar 2A, kuantitas data dapat diketahui dari banyaknya simbol titik (hasil pengulangan); demikian pula pada Gambar 2B Hanya saja, simbol yang digunakan pada dua contoh tersebut berlainan; dimana pada Gambar 2A menggunakan simbol titik yang berupa bujur sangkar, sedangkan pada Gambar 2B menggunakan simbol titik yang berupa diagram batang yang proporsional (proportional bars).

2 b. Simbol Lingkaran-lingkaran yang Proporsional (Proportional Circles) Kuantitas data, dapat secara langsung dibaca berdasarkan jari-jari lingkaran. Karena jari-jari lingkaran dibuat secara proporsional, maka pembaca peta selalu berusaha untuk mengetahui kuantitas berdasarkan interpolasi terhadap angka-angka kunci yang terdapat pada legenda (Lihat contoh pada Gambar 3A). c. Simbol-simbol Lingkaran yang Bertingkat (Eange of Graduated Circular Symbols) Besarnya lingkaran yang digunakan untuk mewakili kuantitas data ditentukan terlebih dahulu, dan dibuat secara bertingkat. Pada setiap tingkatan, mewakili julat (range) kuantitas data tertentu. Pembaca simbol peta statistik menggunakan simbol tersebut, diharapkan dapat mengelompokkan kuantitas data secara bertingkat (Lihat contoh pada Gambar 3B). d. Simbol Bola-bola yang Proporsional (Proportional Spheres) Seperti halnya pada simbol lingkaran yang proporsional, simbol bola yang proporsional ini juga berusaha menyajikan kuantitas data yang diwakili sebanding, dengan dasarnya jari-jari. Kalau pada lingkaran bentuk penyajiannya adalah merupakan bentuk 2 (dua) dimensi, tetapi pada bentuk bola (sphere)

3 mempunyai 3 (tiga) dimensi, sehingga cara menghitung jari-jari pada 2 bentuk tersebut juga berlainan. Bentuk tiga dimensi seperti tersebut, juga dapat disajikan dengan kubus, atau bangun-bangun tiga dimensi lairmya. Untuk lebih jelasnya, Gambar 3 berikut menyajikan simbol-simbol lingkaran proporsioenal (Gambar A), simbol lingkaran bertingkat (Gambar B); dan simbol bola-bola yang proporsional (Gambar C). Coba perhatikan perbedaan pokok pada tiga gambar tersebut.

4 5.2. Kuantitas Data Statistik Pada Peta Dkerminkan Dalam Bentuk Garis Peta-peta Statistik yang menggunakan simbol garis, biasanya digunakan untuk mencerminkan data yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Tebal dan tipisnya garis, proporsional / sebanding dengan kuantitas (besar / jumlah / banyak) unsur yang diwakili. Ukuran interval biasanya digunakan untuk menyajikan data, sehingga pada peta tersebut selalu diberi kunci pembacaan. Adakalanya, simbol-simbol garis yang proporsional tersebut diberi panah. Hal ini menandakan bahwa data Statistik (kuantitas) yang dipetakan mempunyai gerakan yang tegas dari satu tempat ke tempat yang lain. Apabila data yang disajikan hanya menekankan pada kuantitas saja, biasanya tidak perlu diberi simbol panah (arrow symbol). Pada simbol garis ini tidak selalu mewakili satu unsur saja, tetapi dapat juga terdiri dari berbagai unsur. Sebagai contoh, untuk menyajikan data jumlah penumpang kereta api yang digambarkan dengan simbol garis dibedakan menjadi 2 (dua) jenis kereta api, masing-masing: kereta api cepat (ekspres) dan kereta api ekonomi. Dalam penyajiannya, tebal garis yang proporsional dengan kuantitas penumpang dibedakan menjadi 2 (dua) macam dan masing-masing garis tersebut tebalnya juga sebanding dengan sub unsur yang diwakili. Untuk membedakan, dapat disajikan dengan warna atau pola yang berlainan. Contoh berikut (Gambar 4.) menyajikan jumlah penumpang kereta api yang disajikan menggunakan simbol garis yang proporsional. Dari contoh tersebut, dapat diketahuai bahwa jumlah penumpang pada setiap penggal statisun diwakili oleh tebal garis tertentu. Tebal-tebal garis tersebut mencerminkan kuantitas data yang diwakili, setelah dikelompokkan (diklasifikasikan). Untuk mengetahui proporsi tebal garis terhadap kuantitas yang diwakili, dapat dibaca pada kunci. Dengan menggunakan simbol garis tersebut, perbandingan kuantitas unsur pada setiap lokasi dapat dibaca dengan cepat. Salah satu keuntungan inilah yang menjadikan peta dapat dikatakan lebih praktis sebagai alat penyaji dan analisis data staistik daripada menggunakan cara lain.

5 Gambar 4. Distribusi Jumlah Penumpang Kereta Api di Sebagian Wilayah South Wales, yang Disajikan Menggunakan Simbol Garis Proporsional 5.3. Distribusi Kuantitas Data Berkait Erat dengan Area/Luasan Luas wilayah yang digunakan vtntuk menyajikan simbol (mapping unit), berkaitan erat dengan disain simbol yang digunakan. Contoh peta-peta statistik yang menggunakan tipe tersebut adalah: (a) Peta-peta dengan menggunakan simbol dot (Dot Maps); (b) Peta-peta dengan menggunakan simbol shading

6 (Choropleth Maps); (c) Peta-peta yang menggunakan simbol shading proporsional (Proportional Shading Maps); (d) Peta-peta Isoline (Isoline Maps); (e) Simbol-simbol kuantitatif yang berulang (Repeated Quantitative Symbols); dan (f) Diagram-diagram Statistik yang Berulang (Repeated Statistical Diagrams). a. Peta-peta dengan Menggunakan Simbol Dot (Dot Maps) Sistem dot merupakan salah satu cara yang baik untuk menyajikan distribusi data. Namun demikian, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan untuk mendisain peta-peta dot ini, antara lain: harga satuan dot, ukuran dot, lokasi untuk menempatkan dot Penentuan ketiga pertimbangan di atas, tidak bisa lepas dari luasan/areal yang dipetakan. Nomograf dari Mackay, adalah salah satu cara untuk menentukan ukuran dan harga satuan dot dalam hubungannya dengan luasan pada unit pemetaan. Pada Gambar 5., dapat diamati sebaran luas lahan pertanian yang digambarkan dengan sistem dot. Pada Gambar 5A dan 5B., luas lahan pertanian pada setiap wilayah dipresentasikan dengan gambar dot/lingkaran kecil (dimana harga 1 dot = acre/1 acre = 0,4646 ha). Walaupun harga satuan dot pada kedua peta tersebut dibuat sama, tetapi ukuran dot dibuat berlainan. Sebagai akibat, kesan distribusi dan atau pengelompokkan data tampak berlainan. Oleh sebab itu, uji coba untuk menentukan ukuran dan harga satuan dot perlu diperhitungkan terlebih dahulu. Data yang sama untuk setiap wilayah juga dapat dipresentasikan dengan lingkaran yang proporsional (proportional circle), seperti pada Gambar 5C. Namun demikian, tampaknya kesan pengelompokkan data kurang dapat diperoleh dengan sistem ini. Perhatikan contoh berikut.

7

8 b. Peta-peta dengan Menggunakan Simbol Shading (Choropleth Maps) Dalam menyajikan data statistik yang berkait erat dengan wilayah, metode shading ini lebih sederhana (simple) bila dibaadingkan dengan peta-peta dot (dot maps), Ciri utama penyajian cara ini antara lain: (a) distribusi kuantitas data dalam satu wilayah dianggap sama (rata-rata); (b) kuantitas data statistik yang diwakili secara mutlak sulit diketahui. Hal ini disebabkan karena data yang digambarkan dengan metode ini dipresentasikan dalam bentuk rasio/persentasi; dan (c) luas wilayah/unit pemetaan sangat berpengaruh terhadap klasifikasi yang dihasilkan. Gambar berikut menyajikan peta-peta shading, yang menginformasikan tentang persentase lahan pertanian pada berbagai wilayah, dan dibuat dengan berbagai cara. Pada peta A dan B., disebut dengan normal shading. Pada kedua contoh gambar tersebut, persentase lahan pertanian pada setiap luasan (grid) dihitung dan dipresentasikan dalam bentuk simbol area dengan isian pola yang bertingkat. Penulisan keterangan/kunci pada peta dapat disajikan dengan menuliskan angka-angka pada setiap batas kelas (seperti contoh Peta A), atau dituliskan seperti pada Peta B dan C Khusus pada Gambar C, data luas lahan pertanian dibuat berdasarkan batas administratif, sehingga batas-batas arealnya berlainan dengan Gambar A dan B. Gambar D dan E., persentase lahan pertanian disajikan dengan simbol garis isoline. Garis tersebut menghubungkan angka-angka persentase lahan pertanian, yang mempunyai nilai sama. Untuk kepentingan tersebut, interpolasi terhadap angka-angka yang telah ada perlu dilakukan, Pada kedua contoh tersebut klasifikasi persentase lahan pertanian dapat dibuat kelas interval yang berbeda, dengan jumlah kelas sama. Gambar D, kelas interval ditentukan 10; sedangkan pada Gambar E., mempunyai kelas interval sebesar 20, Dengan klasifikasi yang berbeda tersebut, ternyata kesan dan rincian distribusi datanya tampak berbeda. Gambar F, data persentase lahan pertanian disajikan dengan cara shading yang proporsional (proportional shading), Sebenarnya, cara penyajian yang digambarkan pada contoh tersebut sama dengan cara penyajian pada Gambar A dan B. Hanya saja, pola yag digunakan pada A dan B adalah pola yang bertingkat, sedangkan pada Gambar F adalah garis-garis hitam yang besarnya proporsional Untuk lebih, jelasnya, perhatikan gambar berikut.

9 c. Peta-peta yang menggunakan Simbol Shading Proporsional (Proportional Shading) Seperti pada contoh di atas (Gambar F), proportional shading dapat diuraikan sebagai garis-garis hitam yang ditempatkan pada suatu wilayah (unit pemetaan) yang besarnya sebanding dengan kuantitas data yang diwakili. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa variasi rasio antara hitam-putih (variation of the black-white ratio) pada suatu wilayah, akan mencerminkan proporsi kuantitas data wilayah tersebut dengan wilayah-wilayah lainnya.

10 d. Peta-peta Isoline (Isoline Maps) Batas yang digunakan untuk membuat pengelompokan data statistik diperoleh dari hasil interpolasi terhadap nilai-nilai yang ada. Oleh sebab itu, maka klasifikasi pada cara ini dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan batas-batas yang nyata (confines exactly). Pembuatan peta ini, diawali dengan pengeplotan nilai/kuantitas yang telah diketahui yang dianggap sebagai spot-height. Selanjutnya, antar spotheight tersebut dilakukan interpolasi, sehingga menghasilkan angka-angka antara. Dengan cara menentukan angka tertentu yang kan dijadikan sebagai batas kelas, selanjutnya dibuat gaiis batas klasifikasi. Ada tiga masalah utarna di dalam penyusunan peta mengunakan cara isoline ini, yaitu: (1) penempatan spot-height, (2) menentukan nilai-nilai/angka yang dipilih sebagai batas pengelompokan, yang selanjutnya dibuat dalam bentuk garis; dan (3) penggambaran/penarikan garis atau isoline. Untuk mengatasi masalah tersebut, biasanya spot-height ditempatkan pada pusat wilayah yang biasanya disebut pusat graviatasi atau centre of gravity. Berdasarkan cara tersebut, maka penarikan garis batas dapat ditentukan, dan selanjutnya pada setiap pengelompokkan (klasifikasi) dapat diisi dengan berbagai macam pola untuk mengetahui perbedaan klasifikasi antar unit. e. Simbol-simbol Kuantitatif yang Berulang (Repeated Quantitative Symbols) Biasanya cara ini digunakan untuk menyajikan distribusi dari kuantitas data yang berkaitan erat dengan area/wilayah, dan disajikan dalam bentuk series of points. Gambar 5C merupakan contoh penggunaan simbol ini, dimana kuantitas data disajikan dalam bentuk simbol titik; dan besarnya titik tersebut merupakan cerminan dari kuantitas data yang disajikan, serta berkaitan erat dengan luas wilayah. f. Diagram-diagram Statistik yang Berulang (Repealed Statistical Diagrams) Diagram-diagram statistik yang sering disajikan secara individual, dapat juga dimasukkan pada peta untuk mengetahui distribusi dan perbandingan setiap faktor yang ditampilan. Dalam diagram sttistik yang telah dimasukkan pada peta,

11 juga dimungkinkan untuk mengetahui keterkaitan antar faktor yang disajikan pada setiap wilayah. Ada berbagai macam diagram staiistik yang dapai dimasukkan pada peta, sehingga menghasilkan peta statistik (statistical map). Gambar B, misalnya menggunakan diagram batang atau bar graph untuk menyajikan distribusi curah hujan di Australia. Pada gambar tersebut, selain dapat diketahui sebaran besamya curah hujan pada setiap wilayah, sekaligus pembaca peta dapat mengetahui kuantitas, dan trend data baik dalam satu wilayah maupun antar wilayah yang dipetakan; serta dapat membandingkannya. Gambar B. Distribusi Curah Hujan di Australia, Menggunakan Repeated Statistical Diagram (Bar Garph).

12 Selain bar graphy, diagram-diagram statistik lain juga dapat dimasukkan pada peta untuk menyusun peta statistik. Contoh berikut (Gambar C menyajikan data statistik tentang pemanfataan lahan pada setiap propinsi di Nederland, menggunakan diagram lingkaran (pie graph). Gambar C. Distribusi Pemanfaatan Lahan pada Setiap Propinsi di Nederland Menggunakan Statistical Diagram (Pie Graph)

13 Kartogram Secara umum dapat didefinisikan: Peta yang sifat abstraknya sudah jauh, sudah sangat disederhanakan dan tujuan pemetaan itu untuk mencerminkan satu ide/tujuan tunggal dengan cara diagramatis. Berdasarkan hal tersebut di atas kartogram ini dibedakan menjadi 2 (dua): 1. Kartogram yang sederhana 2. Kartogram yang dinamis 1. Kartogram Sederhana Salah satu contoh kartogram dalam peta Kurto T in O map Disini permukaan bumi digambarkan dengan huruf O, benua digambarkan seperti huruf T. Bentuknya seperti huruf T dalam huruf O. Kartogram ini dibuat untuk mengajarkan Geografi atau Sejarah dalam bentuk yang sangat sederhana. Bentuk tiap-tiap negara tidak tetapi seperti bentuk aslinya, lokasinya tidak tepat hanya merupakan lokasi relatif saja dan tidak diukur dengan tepat (disini skala tidak berlaku). 2. Kartogram Dinamis (Dynamic Maps) Berbeda dengan peta-peta yang telah dikemukakan diatas. Peta dinamis menunjukkan keadaan perubahan yang dinamis bukan keadaan yang bersifatstatis. Peta dinamis menunjukkan gerakan/movement. Gerakan ini menunjukkan gerakan lalu lintas, migrasi, gerakan militer dan lain-lain. Banyak peta-peta yang bersifat politik yang bersifat dinamis. Oleh karena itu simbolnya pun harus bersifat dinamis. Di dalam peta dinamis ini banyak digunakan simbol-simbol garis dan anak-anak panah yang menunjukkan arah. Traffic-flow-Maps Di dalam peta ini jaring-jaring lalu lintas digambarkan dengan garis-garis tebal tipis & tebal tipisnya garis tergentung dari kapasitas dari jalan tersebut untuk menampung beratnya kendaraan yang lalu diatasnya.

14 Sehingga seluruhnya Traffic flow maps ini mencerminkan sistim pembuluh darah di dalam tubuh manusia. Garis-garis jalan yang ada dalam peta itu biasanya agak disederhanakan atau agak lurus tidak membelok-belok seperti sungai. Sering untuk mengukur tebal tipisnya garis sangat sulit. Karena itu garis- garis yang tebal tadi diganti dengan beberapa garis tipis yang dijajarkan. Makin banyak garis yang dijajarkan makin tinggi kapasitas jalan tadi untuk menampung kendaraan yang lalu dijalan tersebut. Kesulitan timbul untuk menggambarkan jaring lalu lintas dalam kota besar yang berskala kecil yang meliputi daerah yang luas. Kota besar mempunyai kapasitas jalan yang tinggi disamping memang jaringjaring yang nampak rapat. Padahal jaring-jaring jalan yang di sekitar jalan itu yang berkapasitas lebih rendah harus tetap digambar. Untuk mengatasi masalah ini diberi satu inset untuk menggambarkan jaring-jaring lalu lintas khusus di kota besar tersebut. Sedang gambaran jaring-jaring jalan pada kota besar tersebut dengan peta yang asli cukup digambarkan dengan garis tipis saja yang menunjukkan pola jaring-jaringnya (Lihat Gambar).

15 Isochronis Map Peta yang menunjukkan kelajuan pada lalu lintas atau kecepatan pada lalu lintas ke segala arah dari sata tilik tertentu dalam interval waktu tertentu. Titik yang dicapai dalam waktu sama dihubungkan dengan satu garis ini disebut dengan isochrone atau dengan kata lain Isochrone ialah: garis yang menghubungkan titik-titik/tempat-tempat yang dicapai kendaraan tertentu dengan kekuatan tertentu dalam waktu yang sama (Lihat Gambar). Isephodic Map Adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan ongkos yang sama dari satu titik tertentu dengan kendaraan tertentu (disini yang dipentingkan ongkos perjalanan) (Lihat Gambar).

16 Isotachic Map Peta yang menunjukkan kecepatan tertinggi dari suatu daerah yang berhubungan dengan kecepatan kendaraan. Dengan kata lain kemampuan daerah itu menerima kecepatan tertinggi dari suatu kendaraan tertentu. Pembuatannya dapat menggunakan isopleth atau arsir. Makin tinggi kecepatannya, makin gelap kenampakanya. (lihat Gambar).

BAB V PETA TEMATIK. 1. Umum

BAB V PETA TEMATIK. 1. Umum 1. Umum BAB V PETA TEMATIK Peta Tematik adalah suatu peta yang memperlihatkan infonmasi kualitatif dan atau kuantitatif pada unsur tertentu. Unsur-unsur tersebut ada hubungannya dengan detail topografi

Lebih terperinci

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN www.bimbinganalumniui.com 1. Ilmu yang mempelajari pemetaan disebut a. Geomorfologi b. Kartografi c. Hidrologi d. Pedologi e. Oseanografi 2. Gambaran permukaan bumi pada bidang datar yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala

1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala 1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala 2. Berikut ini ciri-ciri peta, kecuali... a. Berjudul c. bermata angin b. berskala d. bersampul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, baik pulau-pulau kecil maupun pulau-pulau besar. Indonesia adalah

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA

PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA Oleh : Dr.Ir.H. Ali Hanapiah Muhi, MP * 1. PEMETAAN POTENSI DESA Secara umum, peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi yang diperkecil dan mendeskripsikan

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PETA DAN PEMETAAN D. SIMBOL PETA. a. Berdasarkan Wujudnya

GEOGRAFI. Sesi PETA DAN PEMETAAN D. SIMBOL PETA. a. Berdasarkan Wujudnya GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 02 Sesi NGAN PETA DAN PEMETAAN D. SIMBOL PETA Semua objek dalam peta ditampilkan dalam bentuk simbol. Artinya, simbol peta mewakili objek baik objek fisik maupun

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA

PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA 10 PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

DIAGRAM STATISTIK BAB II

DIAGRAM STATISTIK BAB II BAB II DIAGRAM STATISTIK 2.1. Diagram Satu Dimensional 2.1.1. Diagram Garis (Line Graphs) Diagram ini untuk menuiijukkan perubahan satu variabel dalam hubungannya dengan variabel yang lain. Line graphs

Lebih terperinci

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN Kuliah Minggu ke 2 Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta Sudarto Lab Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan OUTLINE 1 Pengertian Peta 2 Pemahaman dan Fungsi Peta

Lebih terperinci

Peta Tematik. Jurusan: Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

Peta Tematik. Jurusan: Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Peta Tematik Jurusan: Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Pengertian Peta Tematik Peta tematik adalah peta yang menggambarkan suatu data yang mempunyaitema khusus dan ada kaitannya

Lebih terperinci

1. Skala Peta. Skala merupakan perbandingan antara jarak di peta dan jarak sesungguhnya di lapangan (di permukaan bumi ).

1. Skala Peta. Skala merupakan perbandingan antara jarak di peta dan jarak sesungguhnya di lapangan (di permukaan bumi ). BAB III INFORMASI PETA 1. Skala Peta. Skala merupakan perbandingan antara jarak di peta dan jarak sesungguhnya di lapangan (di permukaan bumi ). Jarak di pets Skala peta = --------------------- Jarak di

Lebih terperinci

Penyajian Data. Disusun oleh Putriaji Hendikawati, S.Si., M.Pd., M.Sc. Dr. Scolastika Mariani, M.Si.

Penyajian Data. Disusun oleh Putriaji Hendikawati, S.Si., M.Pd., M.Sc. Dr. Scolastika Mariani, M.Si. Penyajian Data Disusun oleh Putriaji Hendikawati, S.Si., M.Pd., M.Sc. Dr. Scolastika Mariani, M.Si. Secara garis besar ada dua cara penyajian data yang sering digunakan yaitu tabel atau daftar dan grafik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peta 2.1.1 Pengertian Peta Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta didefinisikan sebagai gambaran dari unsur unsure alam maupun buatan manusia

Lebih terperinci

DISTRIBUSI FREKUENSI MODUL DISTRIBUSI FREKUENSI

DISTRIBUSI FREKUENSI MODUL DISTRIBUSI FREKUENSI DISTRIBUSI FREKUENSI MODUL 3 DISTRIBUSI FREKUENSI 1. Penyajian Data Statistik deskriptif mempelajari tentang cara penyusunan dan penyajian data yang dikumpulan dalam penelitian. Biasanya data ini diucapkan

Lebih terperinci

Materi Bahasan. Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG. Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial

Materi Bahasan. Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG. Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2013 Materi Bahasan Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial 2 1 Definisi

Lebih terperinci

BAB IV PETA TOPOGRAFI. 1. umum

BAB IV PETA TOPOGRAFI. 1. umum 1. umum BAB IV PETA TOPOGRAFI Peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur alam (asli) dan unsur-unsur buatan manusia di atas permukaan bumi. Unsur-unsur tersebut diusahakan untuk diperlihatkan

Lebih terperinci

7. 5 METODE RADIUS VARIABEL BITTERLICH'S

7. 5 METODE RADIUS VARIABEL BITTERLICH'S 7. 5 METODE RADIUS VARIABEL BITTERLICH'S Bitterlich (1948) menemukan suatu cara yang efisien untuk mengukur diameter pohon dengan menerapkan prinsip titik frekuensi. Diameter batang sama halnya dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI. Definisi Display Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar (Sutalaksana,979). Display alat peraga yang

Lebih terperinci

KONTUR ILMU UKUR TANAH II. DIII Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri

KONTUR ILMU UKUR TANAH II. DIII Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri KONTUR ILMU UKUR TANAH II DIII Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Pengertian Garis Kontur Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan ketinggian

Lebih terperinci

STUDIO PEMETAAN (103 D5204)

STUDIO PEMETAAN (103 D5204) LAPORAN AKHIR BUKU AJAR 2014 BOPTN PRODI PWK UNHAS MATA KULIAH STUDIO PEMETAAN (103 D5204) Pengusul: Dr. Ir. Arifuddin Akil, M.T. 19630504 199512 1 001 Marly Valenty Patandianan, M. T. 19730328 200604

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Data statistik telah menjadi kebutuhan publik untuk lingkup yang lebih luas. Pengguna data statistik kini tak hanya instansi-instansi pemerintahan saja, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA

BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA 1. Tata Letak Peta Tata letak suatu peta (Map lay out) merupakan pengaturan data spasial dari berbagai macam elemen yang disebut dengan PETA.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA II. 1 Peta Multiguna (Multipurpose map) Peta multiguna secara sederhana didefinisikan sebagai peta yang yang bisa digunakan oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluan.

Lebih terperinci

Khatib A. Latief. First Meeting

Khatib A. Latief. First Meeting First Meeting A. Latief Email:.alatief@ar-raniry.ac.id; kalatief@gmail.com; khatibalatif@yahoo.com Twitter: @khatibalatief A. Latief Mobile: +628 1168 3019 Contract Belajar Masuk tepat waktu, toleransi

Lebih terperinci

ACARA I GRAFIK GARIS (LINE GRAPH)

ACARA I GRAFIK GARIS (LINE GRAPH) ACARA I GRAFIK GARIS (LINE GRAPH) Latihan membuat line graph yang terdiri dari empat jenis, yaitu : 1. Grafik Garis Sederhana (Simple Line Graph) 2. Grafik Garis Majemuk (Multiple Line Graph) 3. Grafik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA 3.1 Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia Penyeleksian data untuk pemetaan Laut Teritorial dilakukan berdasarkan implementasi UNCLOS

Lebih terperinci

Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI

Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI DATA dan VARIABEL DATA = Fakta atau angka-angka. Bila tidak diolah, tidak punya makna Data untuk kepentingan

Lebih terperinci

Statistik Farmasi 2015

Statistik Farmasi 2015 Statistik Farmasi 2015 Tujuan Perkuliahan Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu: 1. Mengorganisir data menggunakan distribusi frekuensi 2. Mempresentasikan data dalam distribusi frekuensi

Lebih terperinci

Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU. Hari Aspriyono, S.Kom

Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU. Hari Aspriyono, S.Kom Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU Hari Aspriyono, S.Kom Nama : Hari Aspriyono, S.Kom E-Mail : hari.aspriyono@gmail.com Hp : 081373297985 Absen : 10% Tugas : 20% UTS : 30% UAS : 40% Total

Lebih terperinci

MEMBERI UKURAN PADA GAMBAR KERJA

MEMBERI UKURAN PADA GAMBAR KERJA MEMBERI UKURAN PADA GAMBAR KERJA DASAR-DASAR PEMBERIAN UKURAN Membaca gambar adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang teknisi, oleh karena itu dalam menyajikan gambar, kita perlu memperhatikan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Tika

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Tika BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Tika (2005: 4) mengemukakan bahwa Penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan

Lebih terperinci

Diagram. A. Pengertian Diagram

Diagram. A. Pengertian Diagram Diagram A. Pengertian Diagram Diagram / skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan struktur dari obyek tertentu secara garis besar. Misal untuk mempelajari organisasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Denah 5.1.1. Perancangan Denah Lantai Satu Berdasarkan konsep pola-pola ruangan, perancangan denah ini merupakan pengembangan hubungan ruang yang telah dirancang.

Lebih terperinci

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain

Lebih terperinci

Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar TABEL ILUSTRASI TABEL TABEL. Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah di IPB

Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar TABEL ILUSTRASI TABEL TABEL. Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah di IPB K10-MPPI Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar Alfiasari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA IPB 2012 Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah di IPB ILUSTRASI

Lebih terperinci

Melakukan storytelling secara dinamis dengan smart mapping (ArcGIS Online dan Portal for ArcGIS)

Melakukan storytelling secara dinamis dengan smart mapping (ArcGIS Online dan Portal for ArcGIS) Melakukan storytelling secara dinamis dengan smart mapping (ArcGIS Online dan Portal for ArcGIS) PT Esri Indonesia Menara 165, 6th Floor Unit B, Jalan TB Simatupang Kav 1, Jakarta Selatan 12560 +62 (21)

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

3. Kuadrat dari hasil penjumlahan angka 5 dan 6, dikurangi hasil perkalian kedua angka tersebut

3. Kuadrat dari hasil penjumlahan angka 5 dan 6, dikurangi hasil perkalian kedua angka tersebut 1. Pada sisi kanan dan kiri sebuah jalan raya terdapat perumahan. Rumah-rumah yang terdapat di sisi kiri jalan dinomori berurutan dengan nomor ganjil dari angka 1 sampai 39. Rumah-rumah di sebelah kanan

Lebih terperinci

03/10/2012 SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN

03/10/2012 SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN BAB II: PENGANTAR PEMBUATAN PETA Sumber: Yuwono Dwi Priyo Ariyanto Soil Physic and Conservation Laboratory Faculty of Agriculture Sebelas Maret University Phone: +618156708076

Lebih terperinci

Dasar-dasar ArcMap. Dr. Ir. Sudarto, MS Sativandi Riza, SP., MSc Aditya Nugraha Putra, SP., MP Christanti Agustina, SP., MP Yosi Andika, SP

Dasar-dasar ArcMap. Dr. Ir. Sudarto, MS Sativandi Riza, SP., MSc Aditya Nugraha Putra, SP., MP Christanti Agustina, SP., MP Yosi Andika, SP Dasar-dasar ArcMap Dr. Ir. Sudarto, MS Sativandi Riza, SP., MSc Aditya Nugraha Putra, SP., MP Christanti Agustina, SP., MP Yosi Andika, SP JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Lebih terperinci

BAB II PENYAJIAN DATA

BAB II PENYAJIAN DATA BAB II PENYAJIAN DATA Data yang telah dikumpulkan, baik berasal dari populasi ataupun dari sampel, untuk keperluan laporan atau analisis, perlu diatur, disusun, dan disajikan dalam bentuk yang jelas dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta a. Pengertian Peta Peta merupakan alat untuk melakukan komunikasi antara pembuat peta dan penggguna peta, sehingga peta dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB VI GENERALISASI. Macam Generalisasi 1. Generalisasi Geometris 2. Generalisasi Konsep

BAB VI GENERALISASI. Macam Generalisasi 1. Generalisasi Geometris 2. Generalisasi Konsep BAB VI GENERALISASI Umum Generalisasi adalah pemilihan dan penyederhanaan dari penyajian unsur-unsur pada peta dan selalu hams berhubungan dengan skala dan tujuan dari peta itu sendiri. Semua peta disajikan

Lebih terperinci

Penyajian data hasil penelitian

Penyajian data hasil penelitian Penyajian data hasil penelitian Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Delayota Experiment Team (D Expert) 2013 Freeaninationwallpaper.blogspot.com Tanya Jawab Seputar Data Penelitian Mengapa kita perlu menyajikan

Lebih terperinci

EVALUASI METODE KLASIFIKASI DALAM PEMBUATAN PETA KEPADATAN PENDUDUK DIY DENGAN PERMUKAAN STATISTIK DAN UJI PROPORSI

EVALUASI METODE KLASIFIKASI DALAM PEMBUATAN PETA KEPADATAN PENDUDUK DIY DENGAN PERMUKAAN STATISTIK DAN UJI PROPORSI EVALUASI METODE KLASIFIKASI DALAM PEMBUATAN PETA KEPADATAN PENDUDUK DIY DENGAN PERMUKAAN STATISTIK DAN UJI PROPORSI Erna Kurniati ernakurniati@gmail.com Noorhadi Rahardjo noorhadi_ugm@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Model Data Spasial

Sistem Informasi Geografis. Model Data Spasial Sistem Informasi Geografis Model Data Spasial Representasi Grafis Untuk Objek Secara umum dikenal tiga jenis data. Ketiganya merupakan abstraksi sederhana dari objek-objek nyata yang lebih rumit. Titik:

Lebih terperinci

KONTUR.

KONTUR. KONTUR http://aanpambudi.files.wordpress.com/2010/08/kontur1.png Kontur Hal penting dalam melakukan pemetaan adalah tersedianya informasi mengenai ketinggian suatu wilayah. Dalam peta topografi, informasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si.

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si. VEKTOR 1 A. Definisi vektor Beberapa besaran Fisika dapat dinyatakan dengan sebuah bilangan dan sebuah satuan untuk menyatakan nilai besaran tersebut. Misal, massa, waktu, suhu, dan lain lain. Namun, ada

Lebih terperinci

ACARA IV GRAFIK SEMILOG DAN SPOKE GRAPH

ACARA IV GRAFIK SEMILOG DAN SPOKE GRAPH ACARA IV GRAFIK SEMILOG DAN SPOKE GRAPH Latihan membuat line graph yang terdiri dari tiga jenis, yaitu : 1. Grafik Semilogaritma (Semilog graph) 2. Grafik Suhu dan Temperatur (Spoke Graph) 3. Grafik Gabungan

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Pelajaran

Ringkasan Materi Pelajaran Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan manusia dengan bumi Kompetensi Dasar 5.1 Menginterpretasi peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi 5.2 Mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur geografis dan

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV -104)

SURVEYING (CIV -104) SURVEYING (CIV -104) PERTEMUAN 15 : PERENCANAAN FOTO UDARA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Format foto udara BEDA FOTO UDARA DAN PETA STEREOSKOPIS

Lebih terperinci

ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK MEMBERI UKURAN

ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK MEMBERI UKURAN 44 ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK MEMBERI UKURAN Memberi ukuran besaran-besaran geometrik dari bagian benda harus menentukan secara jelas tujuannya. Untuk itu semua bagian di dalam gambar harus dijelaskan sedetail

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENYAJIAN DATA HASIL PENELITIAN

PENYAJIAN DATA HASIL PENELITIAN PENYAJIAN DATA HASIL PENELITIAN Penyajian data hasil penelitian Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Delayota Experiment Team (D Expert) 2013 Freeaninationwallpaper.blogspot.com Tanya Jawab Seputar Data Penelitian

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Sistem Informasi Geografis Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 5 Cara Memperoleh Data / Informasi Geografis 1. Survei lapangan Pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel (polusi air), pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, dan batasan masalah yang disusun sebagai laporan penelitian Sistem Informasi Geografis

Lebih terperinci

Data dapat disajikan dalam bentuk : 1. Naskah yaitu cara penyajian data yang ditulis secara narasi 2. Tabel/daftar 3. Diagram / Gambar (dalam

Data dapat disajikan dalam bentuk : 1. Naskah yaitu cara penyajian data yang ditulis secara narasi 2. Tabel/daftar 3. Diagram / Gambar (dalam PENYAJIAN DATA Data dapat disajikan dalam bentuk : 1. Naskah yaitu cara penyajian data yang ditulis secara narasi 2. Tabel/daftar 3. Diagram / Gambar (dalam fungsinya:sebagai sebuah potret yang dapat memberikan

Lebih terperinci

MATERI VII DIAGRAM PENCAR PETA KENDALI HISTOGRAM. By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab.

MATERI VII DIAGRAM PENCAR PETA KENDALI HISTOGRAM. By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. MATERI VII DIAGRAM PENCAR PETA KENDALI HISTOGRAM By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 2 DIAGRAM PENCAR Tujuan : untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dalam menentukan karakteristik

Lebih terperinci

Statistika Industri I Introduction dan Penyajian Data. Azimmatul Ihwah TIP FTP UB

Statistika Industri I Introduction dan Penyajian Data. Azimmatul Ihwah TIP FTP UB Statistika Industri I Introduction dan Penyajian Data Azimmatul Ihwah TIP FTP UB Statistika Industri I (4sks: 3 sks teori/1 sks Dosen: AIH/RAT prakt) (sebelum UTS) dan NLR (sesudah UTS) Komponen penilaian

Lebih terperinci

PENDALAMAN MATERI KONSEP DASAR PETA

PENDALAMAN MATERI KONSEP DASAR PETA MODUL ONLINE 18.6 INTERPRETASI KENAMPAKAN BUDAYA PADA PETA PENDALAMAN MATERI KONSEP DASAR PETA FERANI MULIANINGSIH PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1 A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Statistika untuk Pustakawan

Statistika untuk Pustakawan Statistika untuk Pustakawan Pertemuan 1 Helmy Prasetyo Y BERBAGAI PENGERTIAN DATA DATA --- JAMAK DARI DATUM DATA KUANTITATIF DATA YANG BERUPA ANGKA DATA KUALITATIF DATA YANG TIDAK BERUPA ANGKA, DAN BIASANYA

Lebih terperinci

BAB 1:MENGGENAL PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN.

BAB 1:MENGGENAL PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN. BAB 1:MENGGENAL PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN. TUJUAN PEMBELAJARAN Menggenal prinsip dasar peta dan pemetaan. GEO INFO Peta sudah ada sejak zaman dahulu. dari zaman ke zaman pengetahuan peta semakin

Lebih terperinci

geografi Kelas X PENELITIAN GEOGRAFI II KTSP K-13 H. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN GEOGRAFI a. Merumuskan Masalah b. Merumuskan Tujuan Penelitian

geografi Kelas X PENELITIAN GEOGRAFI II KTSP K-13 H. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN GEOGRAFI a. Merumuskan Masalah b. Merumuskan Tujuan Penelitian KTSP K-13 Kelas X geografi PENELITIAN GEOGRAFI II H. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN GEOGRAFI Langkah-langkah penelitian geografi secara garis besar adalah sebagai berikut. a. Merumuskan Masalah Masalah penelitian

Lebih terperinci

MEMBACA PETA RBI LEMBAR SURAKARTA MATA KULIAH KARTOGRAFI DASAR OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

MEMBACA PETA RBI LEMBAR SURAKARTA MATA KULIAH KARTOGRAFI DASAR OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K MEMBACA PETA RBI LEMBAR 1408-343 SURAKARTA MATA KULIAH KARTOGRAFI DASAR OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K 5410012 PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

ACARA III GRAFIK LINGKARAN (CIRCULAR GRAPH)

ACARA III GRAFIK LINGKARAN (CIRCULAR GRAPH) ACARA III GRAFIK LINGKARAN (CIRCULAR GRAPH) Latihan membuat line graph yang terdiri dari empat jenis, yaitu : 1. Pie Graph yang Proporsional (Proportional Pie Graph) 2. Pie Graph yang Konsentris (Concentric

Lebih terperinci

Menemukan Pola Data yang Bermakna

Menemukan Pola Data yang Bermakna Menemukan Pola Data yang Bermakna Terdapat beberapa cara untuk mengurutkan data : Data kuantitatif, dapat diurutkan dari pengamatan terkecil hingga terbesar Data kualitatif/verbal, dapat diurutkan berdasarkan

Lebih terperinci

4. Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear x + y = 5 dan x - 2y = -4 adalah... A.{ (1, 4) }

4. Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear x + y = 5 dan x - 2y = -4 adalah... A.{ (1, 4) } 1. Diketahui himpunan P = ( bilangan prima kurang dari 13 ) Banyak himpunan bagian dari P adalah... 5 25 10 32 P = {Bilangan prima kurang dari 13} = {2, 3, 5, 7, 11} n(p) = 5 2. Dari diagram Venn di bawah,

Lebih terperinci

BAB 10 LAYOUT PETA. Pada tab General, atur units map ke meter, display ke meter, klik OK. Rubahlah simbol warnanya

BAB 10 LAYOUT PETA. Pada tab General, atur units map ke meter, display ke meter, klik OK. Rubahlah simbol warnanya BAB 10 LAYOUT PETA 10.1. Pengaturan Simbol S Buka ArcMap Tampilkan data berikut dari direktori E:\Pelatihan ArcGIS\Layout 1. Jalan 2. Sungai 3. Sungai Poly 4. Samarinda 5. Kecamatan 6. Hillshade Aturlah

Lebih terperinci

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi. Bab 8 Peta Tentang Pola dan Bentuk Muka Bumi 149 BAB 8 PETA TENTANG POLA DAN BENTUK MUKA BUMI Sumber: Encarta Encyclopedia, 2006 Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG WALIKOTA YOGYAKAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENJABARAN STATUS KAWASAN, PEMANFAATAN LAHAN DAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG YANG BERKAITAN DENGAN TATANAN FISIK BANGUNAN

Lebih terperinci

GARIS KONTUR SIFAT DAN INTERPOLASINYA

GARIS KONTUR SIFAT DAN INTERPOLASINYA U +1000-2000 1300 1250 1200 1150 1100 1065 0 1050 1000 950 900 BAB XIII GARIS KONTUR SIFAT DAN INTERPOLASINYA Garis kontur (contour-line) adalah garis khayal pada peta yang menghubungkan titik-titik dengan

Lebih terperinci

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta Pendahuluan Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih

Lebih terperinci

STATISTIK DESKRIPTIF

STATISTIK DESKRIPTIF STATISTIK DESKRIPTIF DATA & VARIABEL Data adalah sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis dan selanjutnya diinterpretasikan. Variabel

Lebih terperinci

BAB III TELAAH DEMOGRAFIK

BAB III TELAAH DEMOGRAFIK BAB III TELAAH DEMOGRAFIK Pengertian Demografi Kata demografi adalah kata yang diambil dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk, dan grafein berarti menulis. Dalam perkembangannya

Lebih terperinci

GEOGRAFI 1 LATIHAN SOAL

GEOGRAFI 1 LATIHAN SOAL GEOGRAFI 1 LATIHAN SOAL XII SMA IPS SEM I 2015 KUNJUNGI KAMI DI : Website : www.bimbelalumniaceh.com Twitter : @Bimbel_Alumni Facebook : bimbel-alumni aceh Gunakan Petunjuk A dalam menjawab soal nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan peta tematik. Peta tematik tersebut dapat digunakan sebagai metode di

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan peta tematik. Peta tematik tersebut dapat digunakan sebagai metode di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peta saat ini telah meningkat cukup pesat, terutama untuk pembuatan peta tematik. Peta tematik tersebut dapat digunakan sebagai metode di dalam memrepresentasikan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN TAHUN 2006

ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN TAHUN 2006 0 ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN TAHUN 2006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : GATOT SUHARDI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun: Nara Sumber : Sukendra Martha. Editor : Diah Kirana Kresnawati Agus Hermawan Atmadilaga

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun: Nara Sumber : Sukendra Martha. Editor : Diah Kirana Kresnawati Agus Hermawan Atmadilaga KATA PENGANTAR Panduan Membaca Peta Rupabumi Indonesia merupakan panduan untuk membaca salah satu produk BAKOSURTANAL yaitu Peta Rupabumi Indonesia yang disingkat RBI. Peta RBI sangat penting karena berisikan

Lebih terperinci

Penyajian Data. Oleh: Ayundyah K., M.Si. PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2015

Penyajian Data. Oleh: Ayundyah K., M.Si. PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2015 Penyajian Data Oleh: Ayundyah K., M.Si. PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2015 Macam-macam cara menyajikan data 1. Narasi 2. Tabel Tabel biasa Tabel distribusi frekuensi Tabel distribusi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

Home : tedyagungc.wordpress.com

Home : tedyagungc.wordpress.com Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik

Lebih terperinci

BAB III Membuat Sketsa

BAB III Membuat Sketsa BAB III Membuat Sketsa Pada dasarnya sketsa merupakan sebuah gambar sederhana dengan sentuhan goresan pensil namun tetap memperlihatkan nilai estetika pada objek yang digambar. Permasalahannya menggambar

Lebih terperinci

Pemetaan. sumber.hayati.laut

Pemetaan. sumber.hayati.laut - Pemetaan. sumber.hayati.laut Abu Bakar Sambah Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Universitas Brawijaya Malang Fungsi Peta a) menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kartografi berasal dari bahasa Yunani karto atau carto yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Kartografi berasal dari bahasa Yunani karto atau carto yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kartografi berasal dari bahasa Yunani karto atau carto yang berarti permukaan dan graft yang berarti gambaran atau bentuk, sehingga kartografi merupakan gambaran permukaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Lebih terperinci

PERTEMUAN II STATISTIK DESKRIPTIF

PERTEMUAN II STATISTIK DESKRIPTIF PERTEMUAN II STATISTIK DESKRIPTIF DATA & VARIABEL Data adalah sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis dan selanjutnya diinterpretasikan.

Lebih terperinci

PENYAJIAN DAN INTERPRETASI DATA PADA EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF (EPIDEMIOLOGY LECTURE NOTE) Ade Heryana, SST, MKM

PENYAJIAN DAN INTERPRETASI DATA PADA EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF (EPIDEMIOLOGY LECTURE NOTE) Ade Heryana, SST, MKM 1 Ade Heryana, Epidemiology Lecture Notes PENYAJIAN DAN INTERPRETASI DATA PADA EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF (EPIDEMIOLOGY LECTURE NOTE) Ade Heryana, SST, MKM TABEL Tabel adalah sekumpulan data yang disusun

Lebih terperinci

Bab II Mendesain Peta

Bab II Mendesain Peta Bab II Mendesain Peta Pada bab ini anda akan mempelajari seluruh tahapan yang dibutuhkan untuk menyusun tampilan peta yang banyak digunakan secara umum berdasarkan layerlayer peta yang tersedia. Salah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah. masalah dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis.

III. METODOLOGI. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah. masalah dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis. III. METODOLOGI A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Vektor Ada beberapa besaran fisis yang cukup hanya dinyatakan dengan suatu angka dan satuan yang menyatakan besarnya saja. Ada juga besaran fisis yang tidak

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 ILMU UKUR TANAH II Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Interval kontur berdasarkan skala dan bentuk medan Skala 1 : 1 000 dan lebih besar 1 : 1 000 s / d 1 : 10

Lebih terperinci

VISUALISASI DATA JUMLAH PENDUDUK DALAM BENTUK KARTOGRAM (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

VISUALISASI DATA JUMLAH PENDUDUK DALAM BENTUK KARTOGRAM (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) VISUALISASI DATA JUMLAH PENDUDUK DALAM BENTUK KARTOGRAM (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) Wahyu Hidayat \ wahyu.geografi@gmail.com Noorhadi Rahardjo 2 noorhadi@ugm.ac.id 1 Undergraduate Student,

Lebih terperinci

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR Peta topografi adalah peta penyajian unsur-unsur alam asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam tersebut diusahakan diperlihatkan pada

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks

Gambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks BAB 4 HASIL DA A ALISA Banyak komponen mesin yang memiliki bentuk yang cukup kompleks. Setiap komponen tersebut bisa jadi memiliki CBV, permukaan yang berkontur dan fitur-fitur lainnya. Untuk bagian implementasi

Lebih terperinci

Denny Charter

Denny Charter Thematic Map dengan MapInfo Professional Denny Charter denny_charter@gmail.com http://www.dennycharter.wordpress.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan

Lebih terperinci

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan

Lebih terperinci

Visualisasi. Subjek Matter: 4.1 Membuat dan Menambah Field dan Record 4.2 Mengolah data atribute

Visualisasi. Subjek Matter: 4.1 Membuat dan Menambah Field dan Record 4.2 Mengolah data atribute TUTORIAL 5 Visualisasi Subjek Matter: 4.1 Membuat dan Menambah Field dan Record 4.2 Mengolah data atribute A. Dasar Teori Peta merupakan penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan antara

Lebih terperinci