BAB I PENDAHULUAN. pembuatan peta tematik. Peta tematik tersebut dapat digunakan sebagai metode di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pembuatan peta tematik. Peta tematik tersebut dapat digunakan sebagai metode di"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peta saat ini telah meningkat cukup pesat, terutama untuk pembuatan peta tematik. Peta tematik tersebut dapat digunakan sebagai metode di dalam memrepresentasikan data statistik, karena menurut Truran dalam Sudaryatno dan Muhammad Kamal (2013) terdapat tiga macam metode di dalam memvisualisasi data statistik, yaitu: grafik statistik, diagram statistik, dan peta statistik. Perbedaan dari ketiganya adalah apabila untuk grafik statistik merujuk pada visualisasi dinamika perubahan dari data yang disajikan, diagram statistik merujuk pada visualisasi hasil dari data yang digunakan, sedangkan untuk peta statistik merujuk pada visuaslisasi data yang ditinjau berdasarkan sebarannya secara spasial. Ketiga bentuk metode penyajian data tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang sesuai dengan tujuan tiap metode tersebut. Namun diketahui pula bahwasanya suatu data statistik itu dapat dibaca atau diserap informasinya dengan baik apabila data tersebut disajikan atau divisualisasikan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan tujuan pemanfaatan data tersebut. 1

2 Data Statistik Gambar 1.1 : Contoh Cara Visualisasi Data Sumber : Kraak 2010 Perkembangan peta tematik yang meningkat cukup pesat, membuat metode pembuatan ataupun transformasi bentuk peta tematik itu sendiri juga memiliki macam jenis di dalam memvisualisasikan data statistik. Terdapatnya berbagai jenis metode peta tematik tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan efektivitas peta di dalam memvisualisasikan data statistik. Salah satu cara untuk visualisasi data tematik dengan cara dipetakan adalah dengan menggunakan kartogram. 2

3 Gambar 1.2 : Bentuk-bentuk Transformasi pada Peta Sumber : Kraak 2010 Kartogram merupakan bentuk dari peta tematik yang bersifat unik, karena kartogram merupakan peta tematik yang masuk dalam ketegori graphic manipulation (Kraak dan Omerling, 2010), yaitu perubahan grafik tersebut akan disesuaikan dengan nilai data yang diwakilinya. Terdapat 2 jenis kartogram, yaitu kartogram linier dan kartogram area. Perbedaan jenis kartogram tersebut didasarkan atas dimensi kenampakan yang divisualisasikan, yaitu untuk kartogram linier menggunakan dimensi kenampakan garis, sedangkan kartogram 3

4 area menggunakan dimensi kenampakan area. Kartogram area yang biasa juga disebut sebagai value-by-area cartogram, yang secara implisit memiliki makna nilai yang diwakili oleh area, dimana untuk nilai data yang digunakan akan di representasikan oleh ukuran dari area. Ukuran area wilayah pada kartogram tersebut tentunya akan berbeda dengan ukuran luasan area aslinya secara aktual. Ukuran luasan area pada kartogram secara proporsional dibuat sesuai dengan data yang diwakilinya, yang membuatnya luasan areanya tersebut berbeda dengan kondisi yang sebenarnya. Hal tersebut memberikan sisi keuntungan kartogram untuk memvisualisasikan data secara absolut menjadi lebih fleksibel, karena kartogram menitikberatkan atas modifikasi area dan terapannya dapat ditujukan dengan karakteristik data yang variatif secara lebih baik dibandingkan metode peta yang menitikberatkan pada pemberian simbol. Namun bentuk modifikasi dari kartogram tersebut menyebabkan lokasi, jarak, serta area tidak sama dengan kondisi asli secara aktual. Perbedaan itulah yang harus tetap dijaga sebagai acuan di dalam pembacaan kartogram. Selain itu, perbedaan visualisasi tersebut juga mendorong timbulnya persepsi visual yang berbeda. Hal tersebut akan mengacu pada perbedaan tingkat efektivitas dari pembacaan informasi yang diserap oleh user. Perbedaan tingkat efektivitas penyajian data akan berpengaruh terhadap tingkat akurasi dari metode penyajian data yang digunakan. Menurut Judith Tyner (1992) modifikasi bentuk ukuran area yang terjadi di dalam kartogram membawa dampak perhatian visual yang kuat, karena perubahan tersebut membuat tampilan area atau wilayah menjadi tidak biasa, dan 4

5 hal tersebut justru menarik perhatian pembaca. Berbeda dengan peta tematik dengan metode yang lain, dimana luasan area maupun bentuknya masih sesuai dengan kondisi yang sebenarnya namun menggunakan penambahan simbol untuk memvisualisasi data tematik yang ditampilkan seperti salah satu contohnya adalah peta titik proporsional. Harris dan McDowell dalam Borden (1998) juga mengemukakan bahwa kartogram merupakan suatu metode yang baik untuk mendapatkan suatu informasi yang ditinjau atas distribusinya secara spasial. Gambar 1.3 Perbandingan Visualisasi Kartogram dan Peta Simbol Titik Proporsional dengan Menggunakan Data yang Sama (Sumber : Judith Tyner (1992)) Gambar di atas merupakan perbedaan antara visualisasi kartogram dengan peta simbol titik proprosional. Kartogram tidak menggunakan tambahan simbol sebagai visualisasi data, akan tetapi merujuk pada perubahan ukuran area yang sesuai dengan data yang diwakili, sedangkan untuk peta di sebelahnya menggunakan simbol titik dalam memvisualisasikan data yang diwakili untuk tiap administrasinya. Kartogram telah lama dan sering digunakan oleh Negara-negara maju untuk menyajikan data statistik. Data jumlah penduduk yang merupakan salah 5

6 satu contoh dari data statistik kependudukan, merupakan data yang sering divisualisasikan dengan menggunakan kartogram, seperti yang berada di Negara Amerika Serikat dan Inggris. Berikut ini adalah contoh penerapan kartogram di kedua Negara tersebut di dalam memvisualisasikan data jumlah penduduk. a. b. Gambar 1.4 : Aplikasi Kartogram (a). Populasi Penduduk Amerika Serikat Tahun 1990, (b) Populasi Penduduk Inggris Tahun 1961 (Hunter and Young (1968) dalam Dorling (1996)) Sumber : Daniel Dorling, 1996 Gambar di atas menampilkan visualisasi jumlah populasi penduduk yang ada di Amerika Serikat (1990) dan Inggris (1961) dengan menggunakan kartogram. Kedua Negara tersebut merupakan contoh dari Negara maju yang sering menerapkan kartogram untuk visualisasi data statistik. Kondisi tersebut masih berlangsung sampai sekarang, bahkan kartogram di Negara-negara maju sudah mengalami perkembangan. National Geographic Society juga telah merilis sebuah aplikasi ipad (produk komputer tablet) yang bernama 7 Billion, dimana aplikasi tersebut memiliki fitur untuk menampilkan informasi dunia, termasuk informasi mengenai jumlah penduduk di dunia dalam bentuk kartogram. Hal tersebut merupakan salah 6

7 satu contoh penerapan kartogram yang telah dimanfaatkan oleh Negara-negara maju dan telah mengalami perkembangan. Berikut ini adalah fitur aplikasi yang menampilkan data jumlah penduduk dunia dalam bentuk kartogram. Gambar 1.5 : Kartogram Populasi Dunia Tahun 2011 Sumber : National Geographic ipad App 7 Billion Seringnya Negara-negara maju di dalam menggunakan kartogram untuk visualisasi data jumlah penduduk, menunjukan bahwa Negara-negara tersebut menilai kartogram telah efektif di dalam memvisualisasi data jumlah penduduk. Efektivitas tersebut mengindikasikan suksesnya proses penerimaan informasi visual kartogram oleh persepsi visual user, yang hal tersebut menyebabkan baiknya komunikasi yang terjadi di dalam pembacaan kartogram. 7

8 Terdapat banyaknya penggunaan kartogram di Negara-negara maju tidak di ikuti kondisi yang sama di Indonesia. Masih jarang di temui kartogram di Indonesia, atau penggunaannya di dalam memrepresentasi data jumlah penduduk masih sangat jarang ditemui. Dapat diketahui bahwasanya semakin sering suatu metode penyajian data digunakan sebagai visualisasi data, maka secara logika metode penyajian data tersebut telah di anggap efektif di dalam memvisualisasikan data. Begitu pula halnya dengan kartogram yang telah lama dan sering digunakan oleh Negara-negara maju untuk memrepresentasikan data jumlah penduduk. 1.2 Rumusan Masalah Di Indonesia, data jumlah penduduk biasanya divisualisasikan dalam bentuk peta dengan menggunakan metode peta choropleth, peta dasimetrik, peta dot, dan peta titik proporsional. Hal tersebut kondisinya berbeda dengan yang ada di Negara-negara maju yang sering memanfaatkan kartogram di dalam memvisualisasikan data jumlah penduduk. Meskipun kartogram merupakan bagian dari peta tematik, akan tetapi representasi data yang digunakan akan mengacu pada graphic manipulation dari wilayah kajiannya, yang membuat visualisasi yang di timbulkan tidak biasa seperti pada bentuk metode peta tematik yang lainnya. Perubahan ukuran luasan area wilayah pada kartogram dibuat sesuai atas data yang diwakili dari wilayah tersebut, karena kekuatan dari kartogram terdapat 8

9 pada data yang divisualisasikan dengan ukuran luasan wilayahnya. Perbedaan itu yang membuat visualisasi kartogram berbeda dengan peta pada umumnya. Hal tersebut tentunya harus digunakan sebagai acuan pada saat pembacaan kartogram agar pembaca peta dapat menerima informasi dari kartogram dengan baik. Apabila data jumlah penduduk tersebut divisualisasikan dalam bentuk kartogram dan diterapkan di Indonesia, apakah kartogram tersebut efektif di dalam menyajikan data jumlah penduduk tersebut dan dapat menyampaikan informasi data jumlah penduduk yang digunakan dengan baik, terlepas dari Indonesia yang masih masuk di dalam kategori Negara berkembang, bukan Negara maju. Selain itu kondisi wilayah-wilayah yang ada di Indonesia juga bervariatif bentuknya dan memiliki jumlah yang jauh lebih banyak daripada di Negara-negara maju. Dalam penelitian ini akan dicoba membuat kartogram yang memvisualisasikan data jumlah penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan tingkatan administrasi Kecamatan. Selain membuat kartogram, juga akan dilakukan evaluasi untuk mengetahui kartogram tersebut akan lebih efektif atau tidak dibandingkan dengan peta tematik dengan metode yang lain dalam memrepresentasikan data jumlah penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk terapannya di Indonesia. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut : 9

10 1. Bagaimana cara membuat kartogram agar dapat memvisualisasikan data jumlah penduduk secara baik dan proporsional? 2. Bagaimana tingkat efektivitas kartogram di dalam memrepresentasikan data jumlah penduduk? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan atas permasalahan penelitian yang ada, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Menyajikan data jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010 dalam bentuk kartogram. 2. Mengetahui efektivitas visualisasi data jumlah penduduk menggunakan kartogram yang dibandingkan dengan peta bantu (peta choropleth, peta dasimetrik, peta dot, dan peta titik proporsional). 1.5 Telaah Pustaka Berikut ini akan diuraikan mengenai dua hal, yang pertama adalah telaah pustaka yang digunakan sebagai referensi yang berkaitan dengan penelitian ini seperti data statistik dan penyajiannya, ilmu kartografi, persepsi visual, dan kartogram. Kedua adalah telaah atau referensi dari penelitian-penelitian yang sebelumnya dan hampir serupa dengan penelitian ini yang digunakan sebagai referensi. 10

11 1.5.1 Data Statistik dan Penyajiannya Data statistik adalah data yang dikumpulkan secara periodik, dengan metode ilmiah yang teruji, dan direkam untuk jangka waktu yang cukup lama. Semakin lama dan banyak data yang tersedia maka akan semakin menghasilkan analisa serta prediksi yang akurat. Representasi data statistik dilakukan untuk mempermudah dalam pembacaan dan pemahaman data bagi pengguna. Apabila data statistik yang terlihat berupa angka, maka seringkali tidak menarik dan cukup sulit untuk memahaminya. Di sisi lain, di dalam hal persepsi visual manusia, mata manusia lebih rileks melihat suatu bentuk gambaran daripada angka-angka yang rumit. Menurut Trauran (1977), terdapat tiga macam metode untuk representasi data statistik, yaitu : grafik statistik, diagram statistik, dan peta statistik. Gambar 1.6 Contoh Macam Bentuk Representasi Data (Kraak, 2010) 11

12 1.5.2 Kartografi Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan telaah pustaka terkait kartografi yang terdiri dari definisi dari kartografi itu sendiri yang ditinjau dari para ahli kartografer. Selain itu juga diuraikan mengenai pengertian peta beserta contohnya baik itu peta dasar maupun terapan serta contoh dari berbagai metode dari peta tematik Pengertian Kartografi Menurut Sukwardjono & Mas Sukoco (1997) Kartografi adalah suatu teknik yang secara mendasar dihubungkan dengan kegiatan memperkecil keruangan suatu daerah yang luas sebagian atau seluruh permukaan bumi, atau benda-benda angkasa dan menyajikan dalam suatu bentuk yang dapat mudah di observasi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan komunikasi. Sedangkan menurut Aryono Prihandito dalam K Endro S dan Muhammad N (2010), pengertian kartografi adalah ilmu yang mempelajari peta, dimulai dari pengumpulan data di lapangan, pengolahan data, simbolisasi, penggambaran, analisis peta, serta interpretasi peta. Sehingga dapat diketahui bahwa orang yang berkecimpung di dunia kartografi merupakan orang yang identik dengan pembuatan peta atau dalam hal ini biasa disebut dengan kartografer. Kartografer mendasari ilmu kartografi di dalam pembuatan dan desain peta, yang secara pengertian juga merupakan seni, yang menunjukan bentuk desain peta agar mendapatkan 12

13 hasil yang komunikatif dan mudah untuk dimengerti oleh pembaca peta atau user. Berikut ini adalah komponen atau elemen dalam estetika ilmu kartografi yang perlu diperhatikan agar peta yang disajikan dapat komunikatif dan informasinya dapat tersampaikan dengan baik. Gambar 1.7 Cartographic Aesthetics (Estetika Kartografi) Sumber : After Trifonoff, 1999 dan Cognitive Science, 1999 dalam Milap Punia Peta Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. (PP Republik Indoneisa Nomor 8 Tahun 2013) Peta menurut ICA (International Cartographic Association) adalah gambaran atau representasi unsur-unsur kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Peta juga dapat berarti gambaran 13

14 permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu (Aryono Prihandito, 1988). Menurut Kraak dan Ormeling (2010), peta digunakan untuk memvisulisasikan data geospasial, data tersebut merujuk pada suatu lokasi atau suatu fenomena yang ada dibumi. Peta digunakan sebagai alat bantu di dalam memahami hubungan geospasial. Dari peta, informasi mengenai jarak, arah dan ukuran suatu daerah dapat diambil, serta dapat dianalisis pola dan hubungan secara baik dan terukur. Peta-peta ditujukan untuk menjawab berbagai pertanyaan serta solusi terhadap pertanyaan yang berhubungan aspek spasial atau keruangan. Berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan aspek keruangan itu akan terjawab apabila desain serta isi peta dibuat dengan baik. Menurut PP RI No 08 tahun 2013, dijelaskan bahwa ketelitian peta adalah ketepatan, kerincian dan kelengkapan data, dan/atau informasi georeferensi dan tematik, sehingga merupakan penggabungan dari sistem referensi geometris, skala, akurasi, atau kerincian basis data, format penyimpanan secara digital termasuk kode unsur, penyajian Gambar 1.8 Proses Komunikasi Kartografi Sumber : M.J Kraak dan A.Brown,

15 Kartografis mencakup simbol, warna arsiran dan notasi, serta kelengkapan muatan peta. Sehingga dengan peta yang dibuat secara teliti, akan menghasilkan peta yang baik dan akurat. Secara umum peta dibagi menjadi 3, yaitu peta topografi, peta tematik dan chart. a. Peta topografi merupakan peta yang menyajikan unsur-unsur atau elemen dipermukaan bumi yang direpresentasikan sebagai sumber informasi yang tersedia, sejauh skala yang memungkinkan, tanpa mempertimbangkan fenomena khusus yang identik aktivitas manusia atau fenomena fisik tertentu (yaitu yang menentukan kondisi iklim atau faktor). Gambar 1.9 Contoh Peta Topografi Sumber : 15

16 b. Peta tematik, adalah peta yang menggambarkan tema tertentu yang digunakan untuk pembuatan peta rencana tata ruang (PP RI No 08 tahun 2013). Sedangkan menurut Bakosurtanal, peta tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi dll) dengan menggunakan peta rupabumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakan informasi tematiknya. Beberapa contoh dari peta tematik : - Peta Choropleth - Kartogram - Peta Titik Proporsional - Peta Dot - Peta Dasimetrik a. b. c. Gambar 1.10 Contoh Peta Tematik (a. Choropleth Map yang menggunakan variabel visual kepadatan pada area, b. Graduated Circle Map dengan menggunakan simbol titik, c. Kartogram dengan visualisasi value by area) Sumber : Kraak, 2010 c. Chart, menurut ICA (1977) merupakan grup peta-peta yang dibuat dan disain khusus untuk kepentingan navigasi baik darat, laut, maupun udara. Contoh dari chart adalah : Pilotage Chart, Bathymetric Chart, Aeronautical Chart, Sea Nautical Chart. Peta Arah Angin 16

17 1.5.3 Persepsi Visual Menurut Keates (1973) penggunaan peta adalah proses komunikasi visual, karena visual itulah maka ia merupakan proses persepsi. Dari cahaya yang memantul dari peta dan diterima oleh mata, yang selanjutnya diteruskan ke otak yang menghasilkan suatu respon. peta cahaya Mata Dilanjutkan menuju otak Responn Gambar 1.11 Model Persepsi Visual Persepsi yang ditimbulkan bergantung pada pemilihan variabel visual pembuat peta. Penerapan variabel visual digunakan pada saat proses desain simbol peta, dimana dari variabel visual tersebut akan ditinjau berdasarkan atas karakteristik data yang digunakan. Berdasarkan atas pemilihan variabel visual tersebut selanjutnya akan diterima oleh persepsi user untuk mendapatkan informasi yang ditampilkan pada peta dari bahasa simbol tersebut. Terdapat empat tingkatan mengenai persepsi visual, yaitu : asosiatif, selektif, bertingkat, dan kuantitatif. Gambar 1.12 : Hubungan Persepsi Visual dengan Variabel Visual dalam Simbol Peta Sumber : Bertin,

18 1.5.4 Kartogram Kartogram yang oleh Erwin Raisz dalam Borden (1998) disebut juga sebagai diagrammatic maps merupakan modifikasi dari hubungan yang biasanya dilihat pada peta. Kartogram dibuat dengan sengaja memperbesar atau memperkecil ukuran (jarak ataupun ukuran) unit area secara proporsional terhadap data yang diwakili, sehingga perubahan ukuran unit tersebut membuat area wilayah tidaklah sama dengan kondisi aslinya. Sehingga sifat perbedaan tersebut antara peta dan kartogram harus tetap disimpan di dalam pikiran pembaca disaat proses intepretasi kartogram. Secara umum terdapat dua tipe kartogram, yaitu kartogram linier dan kartogram area. a. Kartogram linier, yang sering disebut juga distance transformation maps atau distance cartogram, di desain untuk menampilkan suatu bentuk hubungan jarak antara lokasi, akan tetapi tidak pada jarak yang sebenarnya. Melainkan pada segi jarak relatif yang didasarkan atas suatu ukuran, seperti contohnya adalah biaya perjalanan dari satu wilayah ke wilayah lainnya, ataupun bisa juga dari segi ukuran waktu tempuh yang diperlukan untuk perjalanan dari kedua wilayah tersebut. b. Kartogram area, sering juga disebut juga dengan value-by-area cartogram, merupakan kartogram yang di desain untuk menampilkan ukuran nilai data dengan representasi ukuran besaran unit area secara proporsional. Sehingga ukuran besaran area suatu unit wilayah pada kartogram area ini tidaklah sama dengan besaran ukuran pada kenyataannya. Perbedaan skala 18

19 ukuran bentuk tersebutlah yang membuat sulitnya di dalam pembuatan area kartogram terkait pada segi penyesuaian antara nilai data dengan bentuk aktual batas area sebenarnya. Artinya disaat kondisi ukuran proporsional dari suatu wilayah yang saling berbatasan itu berbeda, maka sulit di dalam mempertahankan bentuk dan lokasi, karena variasi proporsi data yang berbeda. Terdapat dua macam bentuk utama value-by-cartogram, yaitu : - Contiguous Cartogram, adalah representasi nilai data dalam bentuk kartogram area yang di dalam pembuatannya antar area dibuat saling berhimpit sesuai dengan batas administrasi wilayah tersebut. Batas administrasinya dibuat sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Gambar 1.13 : Contiguous Cartogram Sumber : Borden (1998) - Non-Contiguous Cartogram, adalah representasi nilai data dalam bentuk kartogram area yang di dalam pembuatannya antar area akan dibuat tidak saling berhimpit satu dengan yang lain. Hal 19

20 tersebut membuat lokasi dari tiap area tidak sama sesuai kondisi sebenarnya di peta. Gambar 1.14 : non-contiguous cartogram Sumber : Borden (1998) Penelitian Terkait Penelitian yang dilakukan oleh Kaspar, Febrikant, dan Freckmann pada tahun 2011 merupakan kegiatan di dalam mengkaji visualisasi kartogram dalam menyajikan data yang memiliki variabel lebih dari 1 data yang divisualisasikan adalah data jumlah penduduk dengan usia kerja dan data jumlah penduduk yang tidak bekerja (menganggur). Metode yang digunakan untuk menilai tingkat efektivitas kartogram tersebut adalah dengan cara membandingkannya dengan choropleth map. Kartogram yang menyajikan data dengan 2 variabel disajikan dengan menggunakan simbol area tambahan dengan varibel visual nilai, sedangkan untuk choropleth map akan digabungkan dengan simbol titik yang 20

21 proporsional. Cara analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kartogram tersebut adalah dengan pendekatan analisis korelasi ANOVA with Bonferroni. Gambar 1.15 : Visualisasi Kartogram dan Peta choropleth pada Data Multivarian Sumber : Kaspar, Fabrikant, Freckmann (2011) Penelitian kedua yang terkait adalah penelitian yang dilakukan oleh Bhatt pada tahun Penelitian tersebut mengkaji mengenai kesesuaian kartogram untuk memvisualisasikan data kesehatan. Kartogram yang digunakan untuk memvisualisasikan data kesehatan tersebut yang secara dasar pembuatannya mengadopsi algoritma Gastner-Newman dan selanjutnya dibandingkan dengan peta tematik choropleth dengan menggunakan data yang sama. Penelitian ketiga yang terkait adalah penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Ullah, Menno-Jan Kraak, dan Corne P.J.M van Elzakker. Penelitian tersebut mengkaji mengenai peenggunaan kartogram untuk memvisualisasikan data yang bersifat temporal. Data yang digunakan pada penelitian tersebut adalah data lokasi stasiun dan data jaringan jalur kereta api yang ada di 21

22 Belanda. Metode untuk evaluasi pemanfaatan kartogram dalam memvisualisasikan data temportal tersebut adalah dengan analisis penilaian user atau pembaca peta. Pembaca peta tersebut adalah orang-orang yang sering menggunakan layanan kereta api atau penumpang kereta api tersebut yang biasanya menggunakan peta skema atau peta jaringan jalur kereta api biasa untuk menentukan lokasi yang dituju. Penumpang kereta api membandingkan antara kartogram yang telah dibuat dengan peta yang ada dan biasa digunakan penumpang untuk melihat jaringan jalur kereta api (Geographic map dan Schematic map). Berdasarkan atas kegiatan perbandingan dan penilaian penumpang tersebut, selanjutnya data penilaian tersebut digunakan sebagai dasar atas evaluasi kartogram untuk memvisualisasikan data yang bersifat temporal. Gambar 1.16 : (a) Geographic maps, (b) Schematic map, (c) Cartogram map of the Dutch railways network. Sumber : Rahmat Ullah, Menno-Jan Kraak, Corne P.J.M van Elzakker Berdasarkan atas penelitian-penelitian terkait di atas, merupakan penelitian yang hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, 22

23 yaitu akan mengkaji atas visualisasi kartogram atas data yang digunakan dengan cara membandingkannya dengan peta tematik dengan metode yang lain. Perbedaan ketiga penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah di dalam penelitian ini kajian tidak hanya menyangkut pada segi perbandingan kartogram dengan metode peta tematik yang lain, namun juga untuk mengetahui penerapan kartogram di Indonesia apakah bisa lebih efektif atau tidak dengan acuan seperti pada Negara-negara maju yang sering menerapkan kartogram dalam visualisasi data jumlah penduduk. Selanjutnya terkait atas penelitian-penelitian yang telah dijabarkan di atas akan dirinci sesuai dengan tabel di bawah ini : 23

24 Tabel 1.1 Penelitian Terkait NO Judul Penelitian Nama Peneliti Tahun Tujuan Metode Hasil 1. Empirical Study Kaspar,S Mengetahui tingkat 1. Membandingkan 1. Kartogram dan peta Of Cartograms,Fabrikant, S.I., efektivitas dan efisiensi kartogram dengan peta choropleth yang telah Freckmann P. visualisasi data dengan choropleth yang digabungkan dengan menggunakan kartogram digabung kan dengan simbol titik yang pada data statistik simbol pada graduated proporsional. multivarian. circle map, dengan 2. Tabel perbandingan pendekatan analisis tingkat akurasi dan secara statistik atas efisiensi kedua peta jawaban user. dengan pendekatan analisis korelasi ANOVA with Bonferroni. 2. Investigating the Bhatt, L.M 2006 Mengetahui kesesuaian 1. Membandingkan 1. Kartogram dan peta 24

25 Lanjutan Tabel 1.1 Appropriateness of kartogram untuk visualisasi kartogram choropleth yang Gastner- memvisualisasikan data dengan algoritma Gastner- memvisualisasikan data Newman s kesehatan. Newman dengan kesehatan. Cartogram Versus choropleth map dengan Conventional pendekatan analisis secara Maps in Visual statistik. Representation and Modeling of Health Data. 25

26 Lanjutan Tabel Using cartogram to Rahmat Ullah, Mengetahui efektivitas 1. Membandingkan 1. Kartogram jalur explore temporal Menno-jan Kraak, kartogram untuk cartogram dengan jaringan stasiun dan data : Do they Corne P.J.M. van menampilkan data secara geographic map dan tempat pemberhentian work? Elzakker temporal. schematic map dalam stasiun kereta api di menyajikan informasi Belanda. jalur kereta api dan lokasi 2. geographic map dan stasiun. schematic map jaringan 2. Evaluasi kartogram stasiun dan tempat berdasarkan atas jawaban pemberhentian stasiun user dalam kereta api di Belanda. membandingkan ketiga peta tersebut. 4. Visualisasi data Wahyu Hidayat Membuat kartogram 1. Membandingkan 1. Evaluasi kartogram dalam 26

27 Lanjutan Tabel 1.1 jumlah penduduk jumlah penduduk di kartogram dengan metode memvisualisasikan data dalam bentuk Daerah Istimewa peta tematik lain yang jumlah penduduk dan kartogram (Studi Yogyakarta tahun cocok untuk terapannya di Indonesia. kasus di Daerah 2010 dengan tingkatan memvisualisasikan data Istimewa administrasi jumlah penduduk (Peta Yogyakarta) Kecamatan. choropleth, peta 2. Mengetahui efektivitas dasimetrik, peta dot, dan kartogram dalam graduated circle map) memvisualisasi data dengan metode indepth jumlah penduduk dan interview dan dengan di terapkan di bantuan kuisioner. Indonesia. Tabel 1.1 Penelitian Terkait 27

28 1.6 Kerangka Penelitian Dapat diketahui bahwasanya terdapat berbagai macam metode di dalam menyajikan data, yakni metode tersebut adalah dengan cara grafik, diagram, ataupun peta. Kegiatan menyajikan data tersebut bertujuan untuk mempermudah di dalam pembacaan data terutama untuk kepentingan analisis ataupun tujuannya. Seperti halnya pada penyajian data statistik dengan cara dipetakan, terdapat berbagai macam metode di dalam memvisualisasikan data statistik, seperti dengan metode peta choropleth, peta dasimetrik, peta dot, peta titik proporsional, dan kartogram. Berbagai macam bentuk penyajian data tersebut tentunya akan menghasilkan visualisasi yang berbeda karena menggunakan bahasa simbol yang berbeda untuk menyampaikan informasi dari data yang digunakan. Perbedaan visualisasi dari bentuk metode penyajian yang berbeda, mengindikasikan munculnya perbedaan persepsi visual di dalam pembacaan datanya. Disisi lain, untuk tiap cara penyajian data tentunya memiliki kelebihan serta kelemahan masing-masing. Keterbatasan itulah yang membuat tiap cara penyajian data tersebut memiliki tingkat efektivitas yang berbeda di dalam menyajikan data. Perbedaan persepsi visual dari proses pembacaan data serta tingkat efektivitas yang berbeda dari tiap metode, maka akan membuat informasi yang diterima user akan berbeda pula. Perbedaan informasi yang diterima oleh user tersebut berdampak pada tingkat akurasi dari data yang dibaca. Kesalahan dalam pembacaan data yang ditunjukan atas bahasa simbol dari tiap metode peta tematik akan merujuk pada kesalahan pembacaan pula, selain itu faktor eksternal seperti 28

29 noise juga dapat menimbulkan kesalahan pembacaan maupun persepsi visual yang ditangkap oleh pembaca peta. Kartogram yang merupakan salah satu metode di dalam menyajikan data statistik dengan cara di petakan, tentunya juga memiliki suatu bentuk kelebihan maupun kekurangannya di dalam menyajikan data. Pemanfaatan yang sering digunakan di Negara-negara maju merupakan bentuk penilaian kartogram yang efektif di dalam menyajikan data, namun hal tersebut tidak diikuti kondisi yang sama di Indonesia, karena memang kartogram masih jarang di temukan di Indonesia. Perbedaan itulah yang mendorong diperlukannya evaluasi tingkat efektivitas kartogram di dalam menyajikan data statistik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat berdasarkan atas diagram alir pemikiran pada gambar 1.17 di bawah ini : Data Statistik Perbedaan metode penyajian data Tingkat efektivitas berbeda Perbedaan informasi yang ditangkap user Perbedaan visualisasi Timbul perbedaan persepsi visual Gambar 1.17 : Diagram alir pemikiran Tingkat akurasi metode penyajian data 29

30 1.7 Batasan Operasional Penegasan istilah-istilah maupun definisi yang seringkali digunakan dalam penelitian ini sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi atau penafsiran. Dalam hal ini, istilah-istilah tersebut ruang lingkupnya tidak terlalu luas yakni mencakup atau sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Berikut ini adalah beberapa istilah penting terkait dengan penelitian ini: Data Statistik Data yang dikumpulkan secara periodik, dengan metode ilmiah yang teruji, dan direkam untuk jangka waktu yang cukup lama. (Jerry Alphanto, 2010) Visualisasi Data/Penyajian Data Kegiatan di dalam menyajikan atau mengubah bentuk visual dari suatu data statistik agar dapat dipahami dan dianalisis dengan mudah sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Peta Pola permukaan bumi yang dilukiskan pada bidang datar dalam ukuran yang lebih kecil. (Bisri Mustofa dan Inung Sektiyawan, 2007) Peta Tematik Peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi, dll) dengan menggunakan peta rupabumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakan informasi tematiknya. 30

31 Kartogram Kartogram dibuat dengan sengaja memperbesar atau memperkecil ukuran (jarak ataupun ukuran) unit area secara proporsional terhadap data yang diwakili, sehingga perubahan ukuran unit tersebut membuat area tersebut tidaklah sama dengan kondisi aslinya. (Borden, 1998) Kartografi Suatu teknik yang secara mendasar dihubungkan dengan kegiatan memperkecil keruangan suatu daerah yang luas sebagian atau seluruh permukaan bumi, atau benda-benda angkasa dan menyajikan dalam suatu bentuk yang dapat mudah diobservasi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan komunikasi. (Sukwardjono & Mas Sukoco, 1997) Evaluasi Sebagai proses pengukuran dan efektivitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan. ( 31

VISUALISASI DATA JUMLAH PENDUDUK DALAM BENTUK KARTOGRAM (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

VISUALISASI DATA JUMLAH PENDUDUK DALAM BENTUK KARTOGRAM (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) VISUALISASI DATA JUMLAH PENDUDUK DALAM BENTUK KARTOGRAM (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) Wahyu Hidayat \ wahyu.geografi@gmail.com Noorhadi Rahardjo 2 noorhadi@ugm.ac.id 1 Undergraduate Student,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, baik pulau-pulau kecil maupun pulau-pulau besar. Indonesia adalah

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBUATAN PETA TEMATIK. Dr. Sumi Amariena Hamim, ST, MT

MATA KULIAH PEMBUATAN PETA TEMATIK. Dr. Sumi Amariena Hamim, ST, MT MATA KULIAH PEMBUATAN PETA TEMATIK Dr. Sumi Amariena Hamim, ST, MT Pengertian Peta Erwin Raisz (1948), Gambaran konvensional dari permukaan bumi seperti kenampakannya kalau dilihat tegak lurus dari atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kartografi berasal dari bahasa Yunani karto atau carto yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Kartografi berasal dari bahasa Yunani karto atau carto yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kartografi berasal dari bahasa Yunani karto atau carto yang berarti permukaan dan graft yang berarti gambaran atau bentuk, sehingga kartografi merupakan gambaran permukaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana. Tata Ruang. Peta. Ketelitian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah kendaraan pengangkut barang atau manusia di atas jarak yang diberikan (oleh kendaraan), misalnya transportasi manusia oleh kereta api, bis atau pesawat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BIG. Peta. Rencana Tata Ruang. Pengelolaan. Tata Cara.

BIG. Peta. Rencana Tata Ruang. Pengelolaan. Tata Cara. No.1517, 2014 BIG. Peta. Rencana Tata Ruang. Pengelolaan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

Adipandang YUDONO

Adipandang YUDONO Pengenalan Kartografi Adipandang YUDONO 11 E-mail: adipandang@yahoo.com Outline Apa itu Kartografi? Peta Definisi Peta Hakekat Peta Syarat-syarat yang dikatakan peta Fungsi peta Klasifikasi peta Simbol-simbol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website

BAB I PENDAHULUAN.  disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya memiliki karakteristik yang unik dan menarik yang sebatas pada sosial dan budayanya. Akan tetapi, keunikan lain khususnya dari

Lebih terperinci

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN Kuliah Minggu ke 2 Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta Sudarto Lab Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan OUTLINE 1 Pengertian Peta 2 Pemahaman dan Fungsi Peta

Lebih terperinci

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana. Tata Ruang. Peta. Ketelitian. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) KARTOGRAFI SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) KARTOGRAFI SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) KARTOGRAFI Oleh: Ir. Ig. Indradi, M.Si. PROGRAM STUDI DIPLOMA I PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL 2016 KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Data statistik telah menjadi kebutuhan publik untuk lingkup yang lebih luas. Pengguna data statistik kini tak hanya instansi-instansi pemerintahan saja, tetapi juga

Lebih terperinci

SELAMATKAN ARSIP KARTOGRAFI!

SELAMATKAN ARSIP KARTOGRAFI! SELAMATKAN ARSIP KARTOGRAFI! Felix Yanuar Endro Wicaksono Abstrak Kebutuhan para pengguna peta semakin banyak, entah peta yang berwujud peta digital maupun peta kertas. Peta-peta digital dan peta kertas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang industri, sarana transportasi, perluasan daerah pemukiman dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Teknologi merupakan era dimana informasi serta data dapat didapatkan dan ditransfer secara lebih efektif. Perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1:MENGGENAL PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN.

BAB 1:MENGGENAL PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN. BAB 1:MENGGENAL PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN. TUJUAN PEMBELAJARAN Menggenal prinsip dasar peta dan pemetaan. GEO INFO Peta sudah ada sejak zaman dahulu. dari zaman ke zaman pengetahuan peta semakin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial BAB II DASAR TEORI 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial Dalam konteks aktivitas, ruang lingkup pekerjaan ilmu geodesi umumnya mencakup tahapan pengumpulan data, pengolahan dan manipulasi data,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisikan penjabaran dan pembahasan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah PRAKTEK KARTOGRAFI Kode C14309 PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL 2015 TIM PENYUSUN Tullus Subroto Ig. Indradi HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

Informasi*Geospasial*

Informasi*Geospasial* Informasi*Geospasial* Peta& Pertemuan&ke&2& 2014& Informasi*Geospasial* Peta Gambaran/bayangan muka bumi yang disajikan pada suatu bidang datar dengan memperhatikan sistem proyeksi peta dan skala peta.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Yunani Graphein) yang berarti pencitraan, pelukisan atau deskripsi.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Yunani Graphein) yang berarti pencitraan, pelukisan atau deskripsi. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri dari dua kata yaitu; Geo yang berarti bumi dan

Lebih terperinci

BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT

BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT 2.1 Peta Laut Peta laut adalah representasi grafis dari permukaan bumi yang menggunakan simbol, skala, dan sistem proyeksi tertentu yang mengandung informasi serta menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang luas, terdiri atas sepertiga wilayah daratan dan dua pertiga wilayah lautan. Untuk membangun Negeri Indonesia yang besar dan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA KONSULTASI PENYUSUNAN PETA RENCANA TATA RUANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA KONSULTASI PENYUSUNAN PETA RENCANA TATA RUANG PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA KONSULTASI PENYUSUNAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik transportasi darat, laut maupun udara. Perkembangan ini diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik transportasi darat, laut maupun udara. Perkembangan ini diiringi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia transportasi di Indonesia pada saat ini sangat pesat, baik transportasi darat, laut maupun udara. Perkembangan ini diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB 3 IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI UU NOMOR 4 TAHUN 2011 MENGENAI INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KELAUTAN

BAB 3 IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI UU NOMOR 4 TAHUN 2011 MENGENAI INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KELAUTAN BAB 3 IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI UU NOMOR 4 TAHUN 2011 MENGENAI INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KELAUTAN Informasi geospasial tematik (IGT) merupakan informasi geospasial (IG) yang menggambarkan satu

Lebih terperinci

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan Model Data Spasial by: Ahmad Syauqi Ahsan Peta Tematik Data dalam SIG disimpan dalam bentuk peta Tematik Peta Tematik: peta yang menampilkan informasi sesuai dengan tema. Satu peta berisi informasi dengan

Lebih terperinci

PENGENALAN DAN PENGETAHUAN PEMETAAN

PENGENALAN DAN PENGETAHUAN PEMETAAN PENGENALAN DAN PENGETAHUAN PEMETAAN dalam rangka Bimbingan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Dr. Sri Handoyo Cisarua Bogor, 30 Nov s/d 4 Des 2008 * Apa itu PETA? Peta adalah penggambaran kembali

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI NAVIGASI DARAT DENGAN VISUALISASI TIGA DIMENSI

SISTEM INFORMASI NAVIGASI DARAT DENGAN VISUALISASI TIGA DIMENSI PEMBUATAN SISTEM INFORMASI NAVIGASI DARAT DENGAN VISUALISASI TIGA DIMENSI KUKUH HANNA PRAPANCA 06 / 20067 / ET / 05412 JURUSAN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA Latar Belakang Informasi

Lebih terperinci

BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA

BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA 1. Tata Letak Peta Tata letak suatu peta (Map lay out) merupakan pengaturan data spasial dari berbagai macam elemen yang disebut dengan PETA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan masalah tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja (Undang-undang RI Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM MODUL 1 PRAKTIKUM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM DASAR PEMETAAN Tehnik Pemetaan Manual OLEH : Syahrul Kurniawan Christanti Agustina JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MARET, 2010 I. TUJUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Yunani Graphein) yang berarti pencitraan, pelukisan atau deskripsi. Jadi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Yunani Graphein) yang berarti pencitraan, pelukisan atau deskripsi. Jadi dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri dari dua kata yaitu; Geo yang berarti bumi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik (2014), Indonesia memiliki 17.504 pulau dan luas daratan mencapai 1.910.931,32 km 2. Karena kondisi geografisnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan pada saat ini, maka turut berkembang pula teknologi yang digunakan. Dalam kesehariannya, manusia selalu membutuhkan teknologi

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI. Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi

RINGKASAN SKRIPSI. Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi RINGKASAN SKRIPSI Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informatika dengan produk yang bernama Flexi. Telkom Flexi tersebut merupakan suatu operator yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah merupakan sumber daya yang sangat penting dalam aspek kehidupan manusia. Tanah adalah modal dasar dari berbagai macam pembangunan yang dilakukan oleh manusia

Lebih terperinci

Geographic Information and Spatial Information

Geographic Information and Spatial Information Geographic Information and Spatial Information Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Dr. Aniati Murni 1 Pengertian Informasi Geografis dan Informasi Keruangan (1) Informasi Geografis merupakan informasi

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA

PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA 10 PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan

Lebih terperinci

Indah Octavia Koeswandari Noorhadi Rahardjo

Indah Octavia Koeswandari Noorhadi Rahardjo PENGGUNAAN PETA UNTUK MENGETAHUI HUBUNGAN ANTARA ARAH PERKEMBANGAN WILAYAH DENGAN KONEKTIVITAS JALAN DAN POLA PERSEBARAN FASILITAS UMUM DI PERKOTAAN KLATEN Indah Octavia Koeswandari indahoctaviakoeswandari@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI III.1 Sistem Informasi Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Terdapat dua kelompok pendekatan dalam

Lebih terperinci

I. PEDAHULUAN. disekalakan serta dilengkapi dengan tanda pengenal berupa keterangan-keterangan

I. PEDAHULUAN. disekalakan serta dilengkapi dengan tanda pengenal berupa keterangan-keterangan 1 I. PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peta merupakan suatu media yang ditampilkan dalam bentuk gambar dua dimensi dan disekalakan serta dilengkapi dengan tanda pengenal berupa keterangan-keterangan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN ATLAS PERTANIAN WILAYAH KABUPATEN KULONPROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Aniendyta Apty Haryono

PENYUSUNAN ATLAS PERTANIAN WILAYAH KABUPATEN KULONPROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Aniendyta Apty Haryono PENYUSUNAN ATLAS PERTANIAN WILAYAH KABUPATEN KULONPROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Aniendyta Apty Haryono chibitata@ymail.com Noorhadi Rahardjo noorhadi@ugm.ac.id Abstract The direction of this

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. 2.1 Update. Merupakan suatu proses memperbaharui, memperbaiki, serta menambahkan

II. LANDASAN TEORI. 2.1 Update. Merupakan suatu proses memperbaharui, memperbaiki, serta menambahkan II. LANDASAN TEORI 2.1 Update Merupakan suatu proses memperbaharui, memperbaiki, serta menambahkan suatu data yang sudah ada kemudian dikembangkan sesuai dengan keadaan sekarang ( Erwin Raisz, 2003). 2.1.1

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA II. 1 Peta Multiguna (Multipurpose map) Peta multiguna secara sederhana didefinisikan sebagai peta yang yang bisa digunakan oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluan.

Lebih terperinci

INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL

INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL RANCANGAN PENGELOLAAN IG STRATEGIS NASIONAL DALAM MENDUKUNG PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SISTEMATIKA PEMBAHASAN: 1. DASAR HUKUM 2. MEKANISME BERBAGI PAKAI MELALUI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka membangun infratsruktur data spasial, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah, setidaknya ada 5 (lima) komponen utama yang dibutuhkan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa penting di masa lampau yang terjadi di kehidupan manusia dan menyangkut perubahan serta perkembangan manusia (Ali, R.M., 2005).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan fisik di Kota Malang dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan yang pesat ini tentunya juga membawa masalah baru. Salah

Lebih terperinci

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN www.bimbinganalumniui.com 1. Ilmu yang mempelajari pemetaan disebut a. Geomorfologi b. Kartografi c. Hidrologi d. Pedologi e. Oseanografi 2. Gambaran permukaan bumi pada bidang datar yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

Session_02. Session_02 (Lebih Lanjut dengan PETA) MATAKULIAH KARTOGRAFI

Session_02. Session_02 (Lebih Lanjut dengan PETA) MATAKULIAH KARTOGRAFI MATAKULIAH KARTOGRAFI Disusun oleh : Ardiansyah, S.Si GIS & Remote Sensing Research Center Syiah Kuala University Session_02 Session_02 (Lebih Lanjut dengan PETA) 1. Intisari Peta 2. Hakekat Peta 3. Syarat

Lebih terperinci

BAB 2 PENGANTAR KARTOGRAFI. Pengetahuan Dasar Peta

BAB 2 PENGANTAR KARTOGRAFI. Pengetahuan Dasar Peta BAB 2 PENGANTAR KARTOGRAFI Pengetahuan Dasar Peta 16 2.1. PENDAHULUAN Bab ini merupakan perkenalan terhadap kartografi khususnya peta seperti pengertian, jenis,fungsi, standard an prosedur pembuatan peta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni perolehan informasi objek di permukaan Bumi melalui hasil rekamannya (Sutanto,2013). Objek di permukaan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN APLIKASI STATPLANETS UNTUK MENUNJANG KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN VISUALISASI DATA STATISTIK BERBASIS SPASIAL

PEMANFAATAN APLIKASI STATPLANETS UNTUK MENUNJANG KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN VISUALISASI DATA STATISTIK BERBASIS SPASIAL PEMANFAATAN APLIKASI STATPLANETS UNTUK MENUNJANG KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN VISUALISASI DATA STATISTIK BERBASIS SPASIAL Priyono 1, Rudiyanto 2 Geography Faculty of Universitas Muhammadiyah Surakarta Email:

Lebih terperinci

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING Jarot Mulyo Semedi disampaikan pada: Workshop Continuing Professional Development (CPD) Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota Jakarta, 7 Oktober 2016 Isi Presentasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PRT/M/2014

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PRT/M/2014 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam Arif Roziqin 1 dan Oktavianto Gustin 2 Program Studi Teknik Geomatika, Politeknik Negeri Batam, Batam 29461 E-mail : arifroziqin@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang disajikan dalam bidang datar

I. PENDAHULUAN. Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang disajikan dalam bidang datar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang disajikan dalam bidang datar (kertas) yang diproyeksikan dan skalakan. Peta merupakan alat komunikasi nonverbal antara

Lebih terperinci

SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya

SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya Disampaikan dalam Workshop Pengelolaan Data Geospasial

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 Matakuliah Waktu : Sistem Informasi Geografis / 3 SKS : 100 menit 1. Jelaskan pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG). Jelaskan pula perbedaan antara SIG dan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peta menggambarkan data spasial (keruangan) yang merupakan data yang berkenaan dengan lokasi atau atribut dari suatu objek atau fenomena di permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat cepat telah membawa manusia memasuki kehidupan yang berdampingan dengan informasi dan teknologi itu sendiri. Yang berdampak pada

Lebih terperinci

KARTOGRAFI TEMATIK (KPG

KARTOGRAFI TEMATIK (KPG GBPP DAN SAP KARTOGRAFI TEMATIK (KPG 229) Dosen Pengampu: 1. Dedy Miswar, S.Si., M.Pd. UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDAR LAMPUNG 2013 SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Mata

Lebih terperinci

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga kini, semakin banyak bidang aplikasi yang menggunakan data spasial, baik sebagai masukan, maupun sebagai produk akhir. Jika dilihat dari dimensi dasarnya, data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Hill, hlm Chase, dkk., Operations Management for Advantage Competition. New York: McGraw-

BAB 2 LANDASAN TEORI. Hill, hlm Chase, dkk., Operations Management for Advantage Competition. New York: McGraw- BAB LANDASAN TEORI.1. Jabaran Pekerjaan Dalam mendefinisikan pekerjaan yang dilakukan maka perlu ditentukan apa yang dilakukan diurutkan menjadi kesatuan yang disusun secara sistematis. Hal ini juga tentu

Lebih terperinci

GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014

GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014 COVER Page 1 MODUL GEOGRAFI GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014 Wahyu Gilang Ramadan, S.Pd SMA BAKTI IDHATA, JAKARTA Jl. Melati, No. 25 Cilandak barat, Cilandak Jakarta Selatan 12260

Lebih terperinci

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM UU no. 4 Tahun 2011 tentang INFORMASI GEOSPASIAL Istilah PETA --- Informasi Geospasial Data Geospasial :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta a. Pengertian Peta Menurut ICA (International Cartographic Association), peta adalah suatu gambaran atau representasi unsur-unsur

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu alat transportasi modern saat ini yang paling sering digunakan sebagai alat transportasi utama di beberapa kota besar di Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebar di muka bumi, serta menggambarkan fenomena geografikal dalam wujud

I. PENDAHULUAN. tersebar di muka bumi, serta menggambarkan fenomena geografikal dalam wujud I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peta merupakan media yang digunakan sebagai sarana memperoleh gambaran fakta di permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai gejala seperti gunung, dan danau.

Lebih terperinci

EVALUASI METODE KLASIFIKASI DALAM PEMBUATAN PETA KEPADATAN PENDUDUK DIY DENGAN PERMUKAAN STATISTIK DAN UJI PROPORSI

EVALUASI METODE KLASIFIKASI DALAM PEMBUATAN PETA KEPADATAN PENDUDUK DIY DENGAN PERMUKAAN STATISTIK DAN UJI PROPORSI EVALUASI METODE KLASIFIKASI DALAM PEMBUATAN PETA KEPADATAN PENDUDUK DIY DENGAN PERMUKAAN STATISTIK DAN UJI PROPORSI Erna Kurniati ernakurniati@gmail.com Noorhadi Rahardjo noorhadi_ugm@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR i Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 3 1 Ruang lingkup... 4 2 Istilah dan definisi... 4 2.1 Istilah Teknis Perpetaan... 4 2.2 Istilah Tata Ruang... 5 3 Penyajian Muka

Lebih terperinci

Seminar Sosialisasi SKKNI Informasi Geospasial RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL.

Seminar Sosialisasi SKKNI Informasi Geospasial RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL. Seminar Sosialisasi SKKNI Informasi Geospasial RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL Subbidang Kartografi Oleh: Bowo Susilo Fakultas Geografi Universitas Gadjah

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii DAFTAR LAMPIRAN I iv DAFTAR LAMPIRAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut saling keterkaitannya (inter-relasi) di dalam (usaha) mencapai suatu tujuan (atau sasaran bersama

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTANSELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTANSELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTANSELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PENGEMBANGAN DATA DAN INFORMASI BIDANG PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Augmented Reality dapat memvisualisasikan dengan baik model 3 dimensi, video, paparan area, maupun animasi 3 dimensi dengan hanya membutuhkan deteksi visual

Lebih terperinci

PERBANDINGAN FUNGSI SOFTWARE ARCGIS 10.1 DENGAN SOFTWARE QUANTUM GIS UNTUK KETERSEDIAAN DATA BERBASIS SPASIAL

PERBANDINGAN FUNGSI SOFTWARE ARCGIS 10.1 DENGAN SOFTWARE QUANTUM GIS UNTUK KETERSEDIAAN DATA BERBASIS SPASIAL PERBANDINGAN FUNGSI SOFTWARE ARCGIS 10.1 DENGAN SOFTWARE QUANTUM GIS 2.14.5 UNTUK KETERSEDIAAN DATA BERBASIS SPASIAL Jeri Kurniawan 1, Bebas Purnawan 2, Dessy Apriyanti 3 ABSTRAK Ketersediaan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan komputer dan alat pengambilan gambar secara digital yang semakin berkembang saat ini, sehingga menghasilkan banyak fasilitas untuk melakukan proses

Lebih terperinci

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis Company LOGO Sistem Informasi Geografis ibi Basis data spasial yaitu: sekumpulan entity baik yang memiliki lokasi atau posisi tetap maupun tidak tetap

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS Danang Budi Susetyo, Aji Putra Perdana, Nadya Oktaviani Badan Informasi Geospasial (BIG) Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46, Cibinong 16911 Email: danang.budi@big.go.id

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah memiliki peranan penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB VIII VARIABEL TAMPAK (VISUAL VARIABLES)

BAB VIII VARIABEL TAMPAK (VISUAL VARIABLES) BAB VIII VARIABEL TAMPAK (VISUAL VARIABLES) Di dalam komunikasi dengan percakapan (ucapan), kata-kata digunakan untuk menampilkan informasi kepada orang lain. Masing-masing kata disusun dari sejumlah huruf-huruf

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. seorang tersebut Aryono Prihandito (1988) yang mengungkapkan Peta

BAB II LANDASAN TEORI. seorang tersebut Aryono Prihandito (1988) yang mengungkapkan Peta BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peta Pendaftaran Peta pendaftaran merupakan gabungan kata dari Peta dan Pendaftran tanah. Pengertian peta menurut beberapa ahli sangat banyak dan beragam, salah seorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Lokasi penelitian adalah Perairan Timur Laut Jawa, selatan Selat Makassar, dan Laut Flores, meliputi batas-batas area dengan koordinat 2-9 LS dan 110-126

Lebih terperinci

Panduan Membaca Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan

Panduan Membaca Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Panduan Membaca Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan PETA SECARA UMUM Peta merupakan penyajian grafis obyek dipermukaan bumi sebagian maupun keseluruhan yang digambarkan pada suatu bidang datar, diskalakan

Lebih terperinci