BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, baik pulau-pulau kecil maupun pulau-pulau besar. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau di Indonesia adalah pulau yang sudah terdaftar dan berkoordinat (BIG 2014), luas daratan km 2 (BIG 2013), luas perairan Indonesia adalah km 2 (BIG 2013) dan garis pantai Indonesia sepanjang ± km 2 (Lembaga Pertahanan Nasional, 2013). Antara pulau satu dengan pulau yang lainnya dihubungkan oleh selat maupun laut sehinggga dibutuhkan alat transportasi. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Perhubungan Udara jumlah penumpang pesawat setiap tahunnya mengalami kenaikan. Jumlah penumpang pesawat pada tahun 2009 sebesar penumpang, tahun 2010 sebesar penumpang, tahun 2011 sebesar penumpang, tahun 2012 berjumlah penumpang, tahun 2013 sebesar penumpang sedangkan tahun 2014 sebesar penumpang. Setiap tahun jumlah penumpang pesawat mengalami kenaikan. Rata-rata kenaikkan penumpang per tahun dari tahun 2009 hingga tahun 2014 sebesar %. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan pengguna terhadap transportasi udara semakin lama semakin meningkat. Undang-undang nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan menjelaskan bahwa penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri dari atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. Penerbangan dengan menggunakan pesawat dapat menghubungkan pulau-pulau dan daerah-daerah yang sulit dijangkau. Pesawat merupakan transportasi penghubung antarpulau yang efisien, karena waktu tempuh yang digunakan lebih cepat dibandingkan alat transportasi lainnya. Maskapai penerbangan adalah sebuah organisasi atau perusahaan yang menyediakan jasa penerbangan untuk penumpang maupun barang. Beberapa 1

2 2 maskapai penerbangan yang melayani penerbangan domestik di Indonesia adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Sriwijaya Air, Citilink, Batik Air, dan lain-lain. Maskapai-maskapai tersebut saling bersaing dalam menyediakan jasa penerbangan kepada penumpang dengan persaingan harga, Penumpang dapat memilih maskapai penerbangan sesuai dengan keinginan. Tujuan penerbangan yang disediakan oleh maskapai penerbangan juga berbeda-beda. Berdasarkan Undang-undang nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan menjelaskan bahwa rute penerbangan adalah lintasan pesawat udara dari Bandar udara asal ke Bandar udara tujuan melalui jalur penerbangan yang telah ditetapkan. Setiap penerbangan yang dilakukan oleh maskapai dari bandara satu ke bandara lainnya mempunyai rute penerbangan sendiri-sendiri. Rute penerbangan setiap harinya dilewati oleh pesawat dari berbagai maskapai yang ada, sehingga terjadi lalu lintas pada rute penerbangan tersebut. Semakin banyaknya maskapai yang menyediakan jasa penerbangan pada suatu rute tertentu maka semakin padat pula lalu lintas penerbangan yang ada pada rute tersebut. Meningkatnya jumlah penumpang yang menggunakan alat transportasi udara ini mendorong maskapai-maskapai untuk menambah frekuensi penerbangan di setiap rute yang diminati oleh penumpang. Banyaknya frekuensi penerbangan domestik yang dilakukan oleh berbagai maskapai penerbangan ini dapat ditampilkan dengan menggunakan peta. Peta adalah salah satu cara untuk memvisualisasikan informasi agar mudah dipahami dan diserap oleh pengguna. Oleh karena itu untuk mengetahui banyaknya penerbangan yang dilakukan maskapai penerbangan diperlukan peta rute dan frekuensi penerbangan domestik yang dilakukan oleh berbagai maskapai di Indonesia. I.2 Rumusan Masalah Pesawat terbang merupakan alat transportasi penghubung antar pulau yang efektif jika dibandingkan dengan alat trasportasi lainnya. Kecepatan waktu tempuh pesawat menyebabkan banyak pengguna memilih alat transportasi ini sebagai alat transportasi penghubung antar pulau. Rute dan frekuensi penerbangan yang disediakan setiap maskapai berbeda-beda. Penyajian rute penerbangan yang ada saat ini disajikan dalam bentuk tabel sehingga sulit dipahami data spasialnya. Sehubungan belum tersedianya peta frekuensi penerbangan domestik di Indonesia,

3 3 maka penelitian ini perlu dilakukan untuk memetakan frekuensi penerbangan yang terdapat di Indonesia. I.3 Cakupan Kegiatan 1. Peta frekuensi penerbangan ini meliputi 160 bandara yang tersebar di Indonesia. 2. Data yang digunakan adalah data penerbangan domestik dan penerbangan perintis pada bulan Maret Maskapai yang rutenya dipetakan adalah Garuda Indonesia, Citilink, Sriwijaya Air, Lion Air, Batik Air, Wings Air, Air Asia, Kalstar Aviation, Xpress Air, Aviastar, Susi Air, dan Trigana Air. I.4 Tujuan Proyek Tujuan utama dari proyek ini adalah membuat peta rute dan frekuensi penerbangan domestik yang dilakukan beberapa maskapai penerbangan pada bandara-bandara di Indonesia. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, beberapa tujuan spesifik telah dibuat sebagai berikut : 1. Memetakan persebaran bandara yang ada di Indonesia. 2. Memetakan rute penerbangan domestik di Indonesia. 3. Membuat tabel frekuensi penerbangan di setiap rute penerbangan domestik di Indonesia. 4. Melakukan perancangan simbol, simbolisasi, layouting dan mapping frekuensi penerbangan domestik di Indonesia. I.5 Manfaat Proyek 1. Bagi maskapai penerbangan untuk mengetahui wilayah jangkauan layanan yang sudah tersedia, sehingga dapat digunakan untuk pengembangan dalam penambahan luas jangkauan layanannya. 2. Bagi BAPEDDA untuk mengetahui daerah-daerah yang paling sering menjadi tempat tujuan dari penerbangan, sehingga dapat dilakukan analisis untuk perencanaan pembangunan daerah.

4 4 3. Bagi Dinas Perhubungan untuk mengetahui maskapai yang paling banyak menyediakan jasa penerbangan penumpang ke suatu tempat. I.6 Landasan Teori I.6.1 Peta Sejak abad XVI peta sudah dikenal oleh orang-orang. Dimana peta digunakan untuk melakukan penyerangan suatu negara yang dijajah. Manfaat dari peta pada zaman tersebut yaitu digunakan untuk perencanaan strategi penyerangan dalam masa penjajahan. Sekarang ini tidak hanya digunakan untuk penyusunan strategi penyerangan, namun manfaat peta sudah mulai berkembang, sehingga peta sekarang menjadi hal yang penting. I Pengertian Peta. Peta adalah gambaran atau representasi dari permukaan bumi pada bidang datar dengan menggunakan sistem proyeksi tertentu dan dengan skala tertentu serta menggunakan simbol untuk merepresentasikan objek-objeknya. Dunia Nyata Konsep Kartografi Peta Pemakaian Gambar I.1 Peta sebagai alat komunikasi (Prihandito A, 1989) Objek-objek yang ada di dunia nyata di visualisasikan dengan menggunakan simbol-simbol tertentu, dimana dalam pemilihan dan penggunaan simbol tersebut memperhatikan aspek kartografinya. Simbol-simbol tersebut direpresentasikan ke dalam sebuah peta yang dapat digunakan oleh pemakai. Pemakai dapat memperoleh informasi mengenai objek yang ada di dunia nyata melalui peta tersebut, sehingga peta dapat digunakan sebagai alat komunikasi. I Data. Data dibedakan menjadi dua, yaitu data atribut dan data spasial. 1. Data Spasial Data spasial adalah data bereferensi pada suatu sistem koordinat tertentu dan berdimensi keruangan. Data ini menjelaskan suatu letak, posisi maupun lokasi suatu obyek. Data spasial berhubungan dengan kenampakan sebenarnya dari

5 5 obyek yang ada dipermukaan bumi. Berdasarkan koordinatnya data spasial, terdapat tiga bentuk yaitu titik, garis dan luasan (Phadke, 2006). a. Data Raster Data yang menampilkan dan menyimpan informasi spasial dalam bentuk matriks atau piksel, dimana piksel-piksel tersebut nantinya akan membentuk grid (Irwansyah, 2013). Setiap obyek yang direpresentasikan mempunyai nilai piksel yang berbeda-beda. Setiap piksel mempunyai atribut dan koordinat sendiri-sendiri. Gambar I.2 Data raster untuk titik, garis dan poligon. b. Data Vektor Data yang menampilkan dan menyimpan informasi spasial dalam bentuk titik, garis dan poligon. Dimana data tersebut bereferensi pada sistem koordinat tertentu. Data vektor mempunyai resolusi yang tinggi sehingga memiliki tingkat akurasi spasial yang tinggi (Davis, 2001). Gambar I.3 Data vektor untuk titik, garis dan poligon. 2. Data Atribut Atribut dapat didefinisikan sebagai karakteristik obyek alam (Shi, 2010). Data atribut adalah data yang berisi karakteristik-karakteristik obyek yang melekat dalam data spasial. Data atribut dapat berupa teks, angka maupun tabel yang menjelaskan obyek pada data spasial. Data atribut suatu obyek dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. a. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk deskriptif.

6 6 b. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk bilangan. Data kuantitatif merupakan data hasil pengamatan yang memperlihatkan nilai dari suatu obyek. Menurut Soedjojo dan Riqqi (2012) data kuantitatif ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : i. Data nominal, merupakan suatu ukuran dari suatu obyek tertentu yang tidak mempunyai tingkatan, sehingga obyek tersebut hanya dikenal dengan satu nama saja. Gambar I.4 Contoh simbol nominal. ii. Data ordinal, merupakan suatu ukuran dari suatu obyek tertentu yang mempunyai tingkatan. Obyek disajikan berdasarkan suatu kategori tertentu seperti ukuran, kelas dan lainnya, seperti besar dan kecil, padat dan jarang. Gambar I.5 Contoh simbol ordinal (Soendjojo dan Haqiqi, 2012).

7 7 iii. Data interval dan rasio, merupakan suatu ukuran dari suatu obyek tertentu yang mempunyai tingkatan berdasarkan urutan tertentu dan kelas-kelas tertentu dari nilai yang sebenarnya. I Fungsi Peta Gambar I.6 Contoh simbol interval dan rasio (Soendjojo dan Haqiqi, 2012) Peta merupakan gambaran dari objek-objek yang ada di permukaan bumi. Selain peta dapat digunakan sebagai alat komunikasi mengenai objek yang terdapat dipermukaan bumi, peta mempunyai fungsi yang lain. Menurut Prihandito (1989), fungsi dari peta meliputi : 1. Menampilkan posisi atau lokasi relatif. Peta dapat menampilkan posisi atau letak dari suatu objek. Posisi atau lokasi dari objek tersebut ditampilkan dengan nilai-nilai koordinat yang dimiliki objek tersebut berdasarkan suatu sistem referensi tertentu. 2. Menampilkan ukuran dan bentuk.

8 8 Ukuran yang ditampilkan pada peta seperti jarak dan luas. Adanya peta dapat diketahui jarak atau luas sebenarnya yang ada di dunia nyata. Jarak atau luas tersebut dapat dicari dengan mengkalikan ukuran yang ada di peta dengan skala peta tersebut. Sedangkan yang dimaksud bentuk adalah dimensi dari objek yang digambarkan pada peta tersebut. 3. Mengumpulkan dan menyeleksi data yang kemudian disajikan di atas peta. Dalam penyajian data di peta menggunakan simbol tertentu yang di mengerti oleh pengguna peta. Simbol tersebut merepresentasikan suatu objek di lapangan yang dapat dipahami oleh pengguna. I.6.2 Kartografi Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang ditampilkan dalam selembar kertas. Bagus tidaknya tampilan peta sangat dipengaruhi oleh kemampuan pembuat peta dalam merancang tampilan peta tersebut. Ilmu yang berkaitan dengan tampilan peta yaitu kartografi. I Definisi Kartografi. Menurut Taylor dalam Kraak dan Ormeling (2013) kartografi adalah organisasi, presentasi, komunikasi dan pengguna informasi geografis baik dalam bentuk grafis, digital maupun bentuk nyata, yang meliputi semua langkah dari persiapan data sampai dengan penggunaan akhir melalui peta maupun hasil yang berkaitan dengan informasi spasial. Kartografi merupakan seni dan ilmu membuat peta, dimana dalam pembuatan peta ini membutuhkan ilmu geodesi, fotogrametri dan produksi peta (Prihandito, 1989) I Komunikasi Kartografi. Komunikasi merupakan proses pemindahan pengetahuan, pikiran, ide atau informasi dari seseorang kepada orang lain (Riyadi, 1994) Pengirim Signal Penerima Tanda Pengirim Tanda Penerima Gambar I.7 Komunikasi dalam Kartografi (Riyadi, 1994)

9 9 Pengirim merupakan pembuat peta, penerima adalah pengguna peta, dan signal adalah penghubung antara pembuat peta dan pengguna peta. Signal dalam kartografi adalah simbol dari peta yang menyimpan informasi-informasi yang ingin disampaikan pembuat peta kepada pengguna peta. Data yang diperoleh pembuat peta akan diolah dan disajikan dalam peta. Data dan informasi yang akan disajikan dalam peta tergantung pada kebutuhan pengguna peta, sehingga dalam pembuatan peta diperlukan suatu komunikasi antara pembuat dan pengguna peta. I Simbolisasi Pembuatan peta bertujuan untuk memberikan informasi yang efektif, informatif dan komunikatif mengenai objek yang ada di permukaan bumi kepada pengguna peta, sehingga diperlukan sebuah simbol diperlukan dalam peta. Simbol tersebut berfungsi untuk mewakili objek yang ada di permukaan bumi. Kemudahan dalam membaca simbol sangat penting karena suatu peta tidak akan berarti jika pengguna tidak dapat memahami simbol yang terdapat di dalam peta tersebut. Penyajian simbol peta dapat dibedakan menurut bentuknya yaitu (Soendjojo dan Riqqi 2012) : a. Simbol titik (point) Simbol titik adalah simbol yang digunakan untuk menunjukkan suatu posisi atau lokasi dan atributnya. Contoh penggunaan simbol tititk untuk menunjukkan bandara, kantor, sekolah dan lain-lain. Gambar I.8 Simbol Titik b. Simbol garis (line) Simbol garis adalah simbol yang digunakan untuk merepresentasikan unsurunsur permukaan bumi yang mempunyai bentuk linier atau garis. Contoh penggunaan simbol garis untuk merepresentasikan jalan, rel kereta api, sungai dan lain-lain.

10 10 Gambar I.9 Simbol Garis c. Simbol luas (area) Simbol luas adalah simbol yang digunakan untuk merepresentasikan objek dimuka bumi yang berbentuk suatu area atau luasan. Contoh penggunaan simbol area adalah merepresentasikan satuan tanah, satuan tata guna tanah dan lain-lain. Gambar I.10 Simbol Luas Penyajian simbol peta berdasarkan jenis data dapat dibedakan menjadi, simbol kualitatif dan kuantitatif (Soendjojo dan Riqqi 2012). 1. Simbol kualitatif, simbol yang menyatakan keadaan asli dari objek yang diwakilinya. 2. Simbol kuantitatif, simbol yang menyatakan besaran atau jumlah dari objek yang diwakilinya. Penyajian simbol ini dapat dibedakan atas : a. Simbol titik, simbol titik pada penyajian data kuantitatif dapat dibedakan menjadi indikasi harga, satuan harga, proporsional, dan bentuk grafik. b. Simbol garis, simbol garis kuantitatif dapat dibedakan atas : i. Isoline, simbol yang merepresentasikan titik-titik pengamatan yang mempunyai nilai yang sama dan dihubungkan dalam satu garis. Gambar I.11 Simbol Isoline

11 11 ii. Flow line menurut (Robinson, dkk (1978) merupakan simbol yang digunakan untuk merepresentasikan kuantitas atau frekuensi dari unsur tertentu. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia frekuensi adalah kekerapan atau jumlah pemakaian suatu unsur bahasa di suatu teks. Kuantitas data direpresentasikan dengan tebal tipisnya garis penghubung dengan menggunakan unit lebar garis. Banyak sedikitnya unsur kuantitas dari suatu unsur dapat dengan mudah dibedakan dengan menggunakan simbol ini. Contoh pengunaan simbol flow line adalah untuk memvisualisasikan frekuensi penerbangan. Frekuensi penerbangan adalah jumlah penerbangan bolak-balik dari bandara A ke bandara B per hari. Gambar I.12 Contoh simbol Flowline dalam peta rute penerbangan Garuda Indonesia ( iii. Bentuk panah (arrow), simbol yang digunakan untuk merepresentasikan suatu pergerakan dari satu tempat ke tempat lain dalam bentuk kuantitas. c. Simbol luas, simbol luas untuk penyajian data kuantitatif dapat menggunakan gradasi warna yang menunjukkan kuantitas dari suatu luasan.

12 12 Gambar I.13 Contoh Simbol Panah pada Peta Penerbangan Kalimantan Timur (Dinas Perhubungan Kalimantan Timur 2011) I Skala Peta. Skala peta adalah perbandingan antara jarak di peta dengan jarak yang ada di lapangan. Skala peta dapat ditunjukkan dengan beberapa cara, antara lain (Prihandito 1989) a. Skala numeris Skala numeris adalah cara penyajian skala peta dengan menggunakan angka yang dituliskan secara langsung besaran skala peta tersebut. Misal Peta Topografi skala 1 : b. Skala garis Skala garis adalah cara penyajian skala peta yang menggunakan garis lurus dengan panjang tertentu, pada sisi garis yang satu dituliskan panjang garis tersebut di peta (dalam cm) dan pada sisi yang lainnya dituliskan panjang garis tersebut di lapangan (dalam m). c. Skala verbal Skala verbal adalah cara penyajian skala peta secara langsung, tanpa menggunakan simbol ataupun perbandingan. Misalkan 1 cm di peta

13 13 merepresentasikan 1 km di lapangan, maka skala tersebut dituliskan sebagai berikut : 1 cm = 1 km. I Variabel tampak Variabel tampak ialah variasi gambar yang dapat diterima oleh mata sebagai pembentuk gambar dasar utama yang ditampilkan sebagai informasi (Riyadi 1994). Bertin dalam Cartwright dkk (2009) memperkenalkan 7 variabel tampak, yaitu posisi, ukuran, bentuk, nilai, warna, orientasi dan tekstur. 1. Posisi (X,Y), variabel yang digunakan untuk memberikan informasi mengenia posisi (X,Y) atau lokasi di peta. 2. Bentuk (shape), variabel yang digunakan untuk merepresentasikan suatu obyek dengan berbagai bentuk yang berbeda-beda. Variabel bentuk ini mudah untuk membedakan antara obyek satu dengan lainnya. Gambar I.14 Variabel Tampak Bentuk. 3. Orientasi (orientation), arah simbol yang disajikan dalam peta. Orientasi disajikan pada bentuk-bentuk yang tidak beraturan, jika bentuk obyeknya beraturan maka akan sulit mengetahui arahnya karena mempunyai dimensi yang sama, seperti lingkaran, persegi, dan lain-lain Gambar I.15 Variabel Tampak Orientasi 4. Warna (colour), merupakan variabel yang paling kuat. Dengan menggunakan warna, perbedaan antara simbol satu dengan lainnya mudah dilihat dengan jelas.

14 14 Gambar I.16 Variabel Tampak Warna 5. Tekstur (texture), variabel yang digunakan untuk memahami berbagai macam ukuran dari suatu nilai yang tetap. Gambar I.17 Variabel Tampak Tekstur 6. Nilai (value), variabel yang digunakan untuk menunjukkan besaran derajat keabuan (grey scale). Variabel ini dapat menyatakan kuantitas yang berbeda dari suatu unsur terhadap unsur yang lainnya. Gambar I.18 Variabel Tampak Nilai. 7. Ukuran (size), variabel yang digunakan untuk menunjukkan variasi dari besaran suatu simbol. Untuk simbol garis, variabel ukurannya mengacu pada tebal tipisnya garis atau lebar sempitnya garis, sedangkan untuk simbol luas, variabel ukurannya mengacu pada pengulangan titik atau garis yang disajikan. Gambar I.19 Variabel Tampak Ukuran I Tingkat Persepsi Pandang Simbol-simbol yang digunakan untuk merepresentasikan objek di dalam peta dibuat berdasarkan jenis data yang direpresentasikan dengan memperhatikan aspek variabel tampak. Informasi peta yang diterima oleh pengguna peta merupakan kesan yang spontanitas terhadap variabel tampak dari suatu simbol. Soedjojo dan Riqqi

15 15 (2012) membagi empat tingkatan hierarki pada persepsi pandang terhadap suatu simbol : 1. Asosiatif, simbol-simbol akan terlihat secara individu dan sama pentingnya. 2. Selektif, simbol-simbol digambarkan dengan tingkatan atau grup. Persepsi ini mata dapat membedakan simbol dengan jelas. 3. Tingkatan/kelas, simbol-simbol tersusun berdasarkan spesifik dari tingkatan kelas. Kesan suatu simbol yang lebih penting dari simbol yang lain akan segera ditangkap oleh mata. 4. Kuantitatif, simbol-simbol digambarkan dengan tingkatan kelas hasil dari proporsional simbol. Mata dapat menaksirkan suatu simbol mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai lainnya. Pemilihan variabel tampak untuk pembuatan simbol mempengaruhi persepsi pandang yang ingin dicapai oleh pembuat peta, seperti dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel I.1 Sifat persepsi pandang (Soedjojo dan Riqqi, 2012) Persepsi Variabel Tampak Pandang Posisi Bentuk Orientasi Warna Tekstur Nilai Ukuran Asosiatif # - - Selektif - - # Kelas Kuantitatif Keterangan : ++ : Sangat baik + : Baik # : Cukup - : Kurang. Berdasarkan Tabel I.1, informasi data kuantitatif dapat disajikan menggunakan simbol ukuran. Perbedaan jumlah data terlihat pada ukuran dari simbol yang digunakan. Penggunaan simbol ukuran untuk memvisualisasikan data kuantitatif memudahkan pengguna peta untuk membaca informasi yang ada. I.6.3 Bandara Undang-undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan menjelaskan bahwa bandara atau bandar udara adalah suatu daerah dengan batas-

16 16 batas tertentu baik di darat maupun di perairan yang digunakan untuk tempat lepas landas dan mendarat pesawat udara. Berdasarkan penggunaan bandara, bandara tersebut dapat dibedakan menjadi bandara domestik dan bandara internasional. Bandar udara domestik adalah bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri (domestik) (PM 69 Tahun 2013). Sedangkan bandar udara internasional adalah bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan luar negeri. Bandar udara perintis termasuk dalam bandar udara domestik. Bandar udara perintis adalah bandar udara yang melayani rute penerbangan perintis saja. Rute penerbangan perintis adalah rute penerbangan yang menghubungkan pulau-pulau terpencil yang terdapat di Indonesia. Sedangkan rute penerbangan domestik ialah rute penerbangan yang menghubungkan bandara-bandara yang terdapat di dalam negeri. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 6 Tahun 2008 bandara diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan kelas 4 untuk kode nomornya. Pengklasifikasian bandara tersebut berdasarkan kapasitas pelayanan dan kegiatan operasional bandar udara. Kapasitas pelayanan merupakan kemampuan bandar udara untuk melayani jenis pesawat udara terbesar dan jumlah penumpang. Penilaian kapasitas pelayanan tersebut meliputi kode angka dan kode huruf. Kode angka yaitu perhitungan panjang landasan pacu berdasarkan referensi pesawat Aeroplane Reference Field Length (ARFL), sedangkan kode huruf adalah perhitungan sesuai lebar sayap dan lebar/jarak roda terluar pesawat. Berikut adalah tabel kriteria klasifikasi bandar udara; Tabel I.2 Tabel Kriteria Klasifikasi Bandar Udara (PM 69 Tahun 2013) Panjang Landasan Jarak Roda Kode Kode Bentang Sayap Pacu berdasarkan Utama Terluar Nomor Huruf (l) ARFL (r) 1 ARFL < 800 m A l < 15 m r < 4.5 m m ARFL < 1200 m B 15 m l < 24 m 4.5 m r < 6 m m ARFL < 1800 m C 24 m l < 36 m 6 m r < 9 m m ARFL D 36 m l < 52 m 9 m r < 14 m E 52 m l < 56 m 9 m r < 14 m F 56 m l < 80 m 14 m r < 16 m

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kebandarudaraan. Nasional. Tatanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 69 TAHUN 2013 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya bidang teknologi dan perubahan pola kehidupan manusia yang semakin cepat membuat begitu banyak aktivitas yang harus dilakukan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang luas, terdiri atas sepertiga wilayah daratan dan dua pertiga wilayah lautan. Untuk membangun Negeri Indonesia yang besar dan

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN Kuliah Minggu ke 2 Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta Sudarto Lab Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan OUTLINE 1 Pengertian Peta 2 Pemahaman dan Fungsi Peta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, Indonesia membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi masyarakatnya. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II Bandar Udara Radin Inten II adalah bandara berkelas umum yang penerbangannya hanya domestik. Bandara ini terletak di kecamatan Natar,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Adipandang YUDONO

Adipandang YUDONO Pengenalan Kartografi Adipandang YUDONO 11 E-mail: adipandang@yahoo.com Outline Apa itu Kartografi? Peta Definisi Peta Hakekat Peta Syarat-syarat yang dikatakan peta Fungsi peta Klasifikasi peta Simbol-simbol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perusahaan penerbangan adalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang angkutan udara yang mengangkut penumpang, barang, pos, dan kegiatan keudaraan lainnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali,

BAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana transportasi baik darat, laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia penerbangan saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan merupakan salah satu unsur penting dalam menggerakan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya itu, Indonesia juga memiliki modal besar untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. hanya itu, Indonesia juga memiliki modal besar untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan transportasi udara merupakan bagian dari pelaksanaan tugas penyediaan transportasi, baik sebagai servicing function maupun promoting function

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana perhubungan, baik perhubungan darat, laut, maupun udara. Dari ketiga

BAB I PENDAHULUAN. prasarana perhubungan, baik perhubungan darat, laut, maupun udara. Dari ketiga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

(1) Pemetaan bandar udara intemasional sebagaimana dimaksud. Pasal 7 ayat (7) tercantum dalam lampiran VIII.

(1) Pemetaan bandar udara intemasional sebagaimana dimaksud. Pasal 7 ayat (7) tercantum dalam lampiran VIII. (1) Pemetaan bandar udara intemasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) tercantum dalam lampiran I. (2) Penggunaan bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) tercamtum dalam lampiran

Lebih terperinci

Session_02. Session_02 (Lebih Lanjut dengan PETA) MATAKULIAH KARTOGRAFI

Session_02. Session_02 (Lebih Lanjut dengan PETA) MATAKULIAH KARTOGRAFI MATAKULIAH KARTOGRAFI Disusun oleh : Ardiansyah, S.Si GIS & Remote Sensing Research Center Syiah Kuala University Session_02 Session_02 (Lebih Lanjut dengan PETA) 1. Intisari Peta 2. Hakekat Peta 3. Syarat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1297, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jaringan. Rute. Penerbangan. Angkutan Udara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 88 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya tuntutan manusia terhadap sarana transportasi. Untuk menunjang kelancaran pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang cukup penting bagi pembangunan suatu negara. Transportasi berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang cukup penting bagi pembangunan suatu negara. Transportasi berperan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang cukup penting bagi pembangunan suatu negara. Transportasi berperan sebagai urat nadi kehidupan masyarakat sehingga sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

Materi Bahasan. Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG. Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial

Materi Bahasan. Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG. Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2013 Materi Bahasan Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial 2 1 Definisi

Lebih terperinci

Apa itu DATA? Apa bedanya DATA & INFORMASI?

Apa itu DATA? Apa bedanya DATA & INFORMASI? Apa itu DATA? Apa bedanya DATA & INFORMASI? Informasi data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat. Jadi ada suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bersamaan dengan pulihnya perekonomian Indonesia setelah krisis pada tahun 1997, Industri Penerbangan pun mengalami perkembangan yang signifikan. Indikasi perkembangan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI NAVIGASI DARAT DENGAN VISUALISASI TIGA DIMENSI

SISTEM INFORMASI NAVIGASI DARAT DENGAN VISUALISASI TIGA DIMENSI PEMBUATAN SISTEM INFORMASI NAVIGASI DARAT DENGAN VISUALISASI TIGA DIMENSI KUKUH HANNA PRAPANCA 06 / 20067 / ET / 05412 JURUSAN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA Latar Belakang Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik (2014), Indonesia memiliki 17.504 pulau dan luas daratan mencapai 1.910.931,32 km 2. Karena kondisi geografisnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang sangat besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang sangat besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang sangat besar dan terdiri dari banyak pulau-pulau, baik itu pulau besar maupun pulau-pulau yang kecil.

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport)

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi udara sangat efektif digunakan untuk membawa penumpang dengan jarak yang jauh dan dapat mempercepat waktu tempuh dibandingkan transportasi darat dan laut.

Lebih terperinci

BAB V PETA TEMATIK. 1. Umum

BAB V PETA TEMATIK. 1. Umum 1. Umum BAB V PETA TEMATIK Peta Tematik adalah suatu peta yang memperlihatkan infonmasi kualitatif dan atau kuantitatif pada unsur tertentu. Unsur-unsur tersebut ada hubungannya dengan detail topografi

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang disebut era globalisasi membuat semakin banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan sarana

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Model Data Spasial

Sistem Informasi Geografis. Model Data Spasial Sistem Informasi Geografis Model Data Spasial Representasi Grafis Untuk Objek Secara umum dikenal tiga jenis data. Ketiganya merupakan abstraksi sederhana dari objek-objek nyata yang lebih rumit. Titik:

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3 1. Data spasial merupakan data grafis yang mengidentifikasi kenampakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan salah satu kota di Jawa Tengah dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang memiliki prospek untuk berkembang dari

Lebih terperinci

Geographic Information and Spatial Information

Geographic Information and Spatial Information Geographic Information and Spatial Information Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Dr. Aniati Murni 1 Pengertian Informasi Geografis dan Informasi Keruangan (1) Informasi Geografis merupakan informasi

Lebih terperinci

Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU. Hari Aspriyono, S.Kom

Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU. Hari Aspriyono, S.Kom Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU Hari Aspriyono, S.Kom Nama : Hari Aspriyono, S.Kom E-Mail : hari.aspriyono@gmail.com Hp : 081373297985 Absen : 10% Tugas : 20% UTS : 30% UAS : 40% Total

Lebih terperinci

EVALUASI TAHAPAN PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA TEBELIAN SINTANG

EVALUASI TAHAPAN PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA TEBELIAN SINTANG EVALUASI TAHAPAN PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA TEBELIAN SINTANG Reza Fitriansyah 1) Komala Erwan 2) Said, 2) Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura Pontianak Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing. Mahasiswa. Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD. Sheellfia Juni Permana TUGAS AKHIR ( RC )

Dosen Pembimbing. Mahasiswa. Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD. Sheellfia Juni Permana TUGAS AKHIR ( RC ) TUGAS AKHIR ( RC09 1380 ) Dosen Pembimbing Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD Mahasiswa Sheellfia Juni Permana 3110 106 036 JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Sistem Informasi Geografis Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 5 Cara Memperoleh Data / Informasi Geografis 1. Survei lapangan Pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel (polusi air), pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Garuda Indonesia (persero) Tbk adalah maskapai penerbangan milik negara atau bisa disebut juga perusahaan BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ). Perusahaan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana. Tata Ruang. Peta. Ketelitian. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang industri, sarana transportasi, perluasan daerah pemukiman dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Ternate merupakan salah satu kota di Propinsi Maluku Utara yang memiliki prospek untuk berkembang lebih besar dibanding kota-kota lain di Propinsi Maluku Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau barang dari suatu merek dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor apapun

BAB I PENDAHULUAN. atau barang dari suatu merek dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor apapun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Loyalitas merupakan sikap seseorang yang tetap setia pada suatu hal atau benda atau produk, dalam segi ekonomi loyalitas merupakan sikap konsumen ketika konsumen atau

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBUATAN PETA TEMATIK. Dr. Sumi Amariena Hamim, ST, MT

MATA KULIAH PEMBUATAN PETA TEMATIK. Dr. Sumi Amariena Hamim, ST, MT MATA KULIAH PEMBUATAN PETA TEMATIK Dr. Sumi Amariena Hamim, ST, MT Pengertian Peta Erwin Raisz (1948), Gambaran konvensional dari permukaan bumi seperti kenampakannya kalau dilihat tegak lurus dari atas

Lebih terperinci

Model Data GIS. Arif Basofi PENS 2014

Model Data GIS. Arif Basofi PENS 2014 Model Data GIS Arif Basofi PENS 2014 Dunia Nyata dalam GIS Gambaran dunia nyata sangat kompleks sekali. Banyak sekali jenis tumbuhan (vegetasi) Kondisi alam (gunung, danau, hutan) Berbagai macam bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah merupakan sumber daya alam yang terbatas dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan pengembangan karena tanah adalah tempat dimana manusia

Lebih terperinci

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis Pendahuluan Data yang mengendalikan SIG adalah data spasial. Setiap fungsionalitasyang g membuat SIG dibedakan dari lingkungan analisis lainnya adalah karena berakar pada keaslian

Lebih terperinci

Informasi Geografis untuk Kepadatan Lalu Lintas

Informasi Geografis untuk Kepadatan Lalu Lintas Informasi Geografis untuk Kepadatan Lalu Lintas I Wayan S. Wicaksana, Anastasia, Eko Sri, Indah Kusuma Wardani, Nicky Suryo, Prima Gusti Hanum Program Studi Teknik Informatika Universitas Gunadarma iwayan@staff.gunadarma.ac.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif

Lebih terperinci

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN www.bimbinganalumniui.com 1. Ilmu yang mempelajari pemetaan disebut a. Geomorfologi b. Kartografi c. Hidrologi d. Pedologi e. Oseanografi 2. Gambaran permukaan bumi pada bidang datar yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

1. Skala Peta. Skala merupakan perbandingan antara jarak di peta dan jarak sesungguhnya di lapangan (di permukaan bumi ).

1. Skala Peta. Skala merupakan perbandingan antara jarak di peta dan jarak sesungguhnya di lapangan (di permukaan bumi ). BAB III INFORMASI PETA 1. Skala Peta. Skala merupakan perbandingan antara jarak di peta dan jarak sesungguhnya di lapangan (di permukaan bumi ). Jarak di pets Skala peta = --------------------- Jarak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bandar udara merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bandar udara berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lainnya (Peraturan Menteri Nomor: PM.66 Tahun 2015). (kini bernama Bandara Internasional Jakarta Soekarno Hatta) dan Bandara

PENDAHULUAN. lainnya (Peraturan Menteri Nomor: PM.66 Tahun 2015). (kini bernama Bandara Internasional Jakarta Soekarno Hatta) dan Bandara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas pandas, naik turun

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR EXECUTIVE SUMMARY 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud pelaksanaan pekerjaan pembuatan Rencana Induk Sub Sektor Transportasi Udara sebagai pendukung dan pendorong sektor lainnya serta pemicu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1:MENGGENAL PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN.

BAB 1:MENGGENAL PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN. BAB 1:MENGGENAL PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN. TUJUAN PEMBELAJARAN Menggenal prinsip dasar peta dan pemetaan. GEO INFO Peta sudah ada sejak zaman dahulu. dari zaman ke zaman pengetahuan peta semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bandar Udara Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat 1, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan pada Bandar Udara Husein Sastranegara terletak Jalan Pajajaran No.156 Bandung, Propinsi Jawa Barat. Bandara ini berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantara 96 buah pulau tersebut, telah diberi nama pada tahun. - sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sabu,

BAB I PENDAHULUAN. diantara 96 buah pulau tersebut, telah diberi nama pada tahun. - sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sabu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Sumba Timur merupakan bagian integral dari Nusa Tenggara Timur yang lokasinya terletak di bagian Selatan dan merupakan salah satu dari empat Kabupaten yang

Lebih terperinci

BAB VIII VARIABEL TAMPAK (VISUAL VARIABLES)

BAB VIII VARIABEL TAMPAK (VISUAL VARIABLES) BAB VIII VARIABEL TAMPAK (VISUAL VARIABLES) Di dalam komunikasi dengan percakapan (ucapan), kata-kata digunakan untuk menampilkan informasi kepada orang lain. Masing-masing kata disusun dari sejumlah huruf-huruf

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA II. 1 Peta Multiguna (Multipurpose map) Peta multiguna secara sederhana didefinisikan sebagai peta yang yang bisa digunakan oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluan.

Lebih terperinci

Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti

Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1! Latar Belakang Sistem transportasi udara di Indonesia semakin berperan dalam pengembangan perekonomian dan merupakan kewenangan transportasi udara untuk dapat melayani seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota

BAB I PENDAHULUAN. Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota Padang, yang menempati lahan seluas ± 427 hektare merupakan pintu gerbang utama Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maraknya berbagai kejadian kecelakaan belakangan ini yang melibatkan moda transportasi darat, laut dan udara telah sampai pada titik yang mengkhawatirkan. Fakta menunjukkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki potensi sumber daya alam dan buatan yang berkualitas, kualitas sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PETA DAN PEMETAAN D. SIMBOL PETA. a. Berdasarkan Wujudnya

GEOGRAFI. Sesi PETA DAN PEMETAAN D. SIMBOL PETA. a. Berdasarkan Wujudnya GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 02 Sesi NGAN PETA DAN PEMETAAN D. SIMBOL PETA Semua objek dalam peta ditampilkan dalam bentuk simbol. Artinya, simbol peta mewakili objek baik objek fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan

BAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Belitung yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai potensi sumber daya alam yang potensial baik di laut maupun di darat. Di antaranya

Lebih terperinci

LAYERING INFORMASI PETA DAN TABULASI UNTUK INFORMASI KEPADATAN LALU LINTAS

LAYERING INFORMASI PETA DAN TABULASI UNTUK INFORMASI KEPADATAN LALU LINTAS LAYERING INFORMASI PETA DAN TABULASI UNTUK INFORMASI KEPADATAN LALU LINTAS 1 Anastasia, Eko Sri, Indah Kusuma Wardani, Nicky Suryo, Prima Gusti Hanum 2 I Wayan S. Wicaksana 1 Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peningkatan permintaan jumlah penumpang Sumber : Cetak Biru Transportasi Udara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peningkatan permintaan jumlah penumpang Sumber : Cetak Biru Transportasi Udara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun, industri penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan dan perkembangan yang pesat. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan infrastruktur seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta a. Pengertian Peta Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang sangat pesat, terutama pada jasa penerbangan yang setiap tahun selalu meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aspek perekonomian, jasa angkutan yang cukup serta memadai sangat diperlukan sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Tanpa adanya transportasi sebagai

Lebih terperinci

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016 Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi

Lebih terperinci

Panduan Membaca Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan

Panduan Membaca Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Panduan Membaca Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan PETA SECARA UMUM Peta merupakan penyajian grafis obyek dipermukaan bumi sebagian maupun keseluruhan yang digambarkan pada suatu bidang datar, diskalakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Total Penumpang

BAB I PENDAHULUAN. Total Penumpang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta terletak 7 Km di sebelah timur kota Yogyakarta dan masuk di wilayah Kabupaten Sleman. Bandar Udara (Bandara) Adisutjipto Yogyakarta

Lebih terperinci

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan Pengumpulan dan Integrasi Data Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengetahui sumber data dari GIS dan non GIS data Mengetahui bagaimana memperoleh data raster dan vektor Mengetahui

Lebih terperinci

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data Batas Wilayah

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data Batas Wilayah LAMPIRAN 6 KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DASAR BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS 2012 Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data

Lebih terperinci

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengacu pada regulasi penerbangan yang terdiri atas Annex dan Dokumen

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengacu pada regulasi penerbangan yang terdiri atas Annex dan Dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan UU No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar

Lebih terperinci

Selain digunakan untuk operasional penerbangan

Selain digunakan untuk operasional penerbangan BAB III BANDAR UDARA ADISUCIPTO 3.1. KONDISI BANDAR UDARA 3.1.1. Lokasi Bandar Udara Bandar udara Adisucipto terletak sekitar 8 km arah timur kota Yogyakarta dengan koordinat geografis 07 47'S - 110 26'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website

BAB I PENDAHULUAN.  disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya memiliki karakteristik yang unik dan menarik yang sebatas pada sosial dan budayanya. Akan tetapi, keunikan lain khususnya dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2. 1 Fotogrametri

BAB II DASAR TEORI 2. 1 Fotogrametri BAB II DASAR TEORI 2. Fotogrametri Salah satu teknik pengumpulan data objek 3D dapat dilakukan dengan menggunakan teknik fotogrametri. Teknik ini menggunakan foto udara sebagai sumber data utamanya. Foto

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENANGANAN BAGASI PADA TERMINAL 1B DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM PENANGANAN BAGASI PADA TERMINAL 1B DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA E37 PERENCANAAN SISTEM PENANGANAN BAGASI PADA TERMINAL 1B DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA Tubagus Moch. Satria Erlangga dan Ervina Ahyudanari Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di daratan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana. Tata Ruang. Peta. Ketelitian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393) PERATURAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian Perhubungan 2012 ini dapat tersusun sesuai rencana. Buku Informasi Transportasi

Lebih terperinci

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan Model Data Spasial by: Ahmad Syauqi Ahsan Peta Tematik Data dalam SIG disimpan dalam bentuk peta Tematik Peta Tematik: peta yang menampilkan informasi sesuai dengan tema. Satu peta berisi informasi dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1331,2014 KEMENHUB. Organisasi. Kantor Unit Penyelenggara. Bandar Udara. Kriteria. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 39 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandara Adisucipto adalah bandar udara yang terletak di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Semula Bandara Adisucipto

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau. Kondisi geografis yang sedemikian rupa menyebabkan alat-alat transportasi baik transportasi darat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi akan terus bertambah seiring dengan semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi akan terus bertambah seiring dengan semakin tingginya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan transportasi akan terus bertambah seiring dengan semakin tingginya tingkat mobilitas masyarakat. Mobilitas masyarakat membutuhkan sebuah sarana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di segala bidang yang membawa pengaruh cukup besar bagi perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEBUTUHAN PESAWAT UDARA DENGAN KAPASITAS DIBAWAH 30 SEAT (N 219) UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PELAYANAN PENERBANGAN PERINTIS DI PAPUA

PENGKAJIAN KEBUTUHAN PESAWAT UDARA DENGAN KAPASITAS DIBAWAH 30 SEAT (N 219) UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PELAYANAN PENERBANGAN PERINTIS DI PAPUA PENGKAJIAN KEBUTUHAN PESAWAT UDARA DENGAN KAPASITAS DIBAWAH 30 SEAT (N 19) UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PELAYANAN PENERBANGAN PERINTIS DI PAPUA U.6 Idjon Sudjono, Dipl., Atr.,MM. Minda Mora, ST.,MT. Dra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bandar Udara sebagai prasarana pokok sektor transportasi udara dalam penyelenggaraan penerbangan merupakan tempat untuk pelayanan jasa angkutan udara harus ditata secara

Lebih terperinci