ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten)"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten) SKRIPSI YULLY INDYASTUTI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN YULLY INDYASTUTI. H Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten). Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUHARNO). Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) merupakan salah satu tanaman perkebunan jenis palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial, sehingga jika dikelola dengan baik akan mampu bersaing khususnya dengan jenis tanaman palma lainnya. Dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk memproduksi gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman. Meskipun tidak sepopuler gula tebu, gula aren memiliki lebih banyak keunggulan baik dari segi kandungan gizi maupun tingkat harga. Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi penghasil aren terbesar di Indonesia. Hampir 72 persen dari luas area pohon aren yang ada di Provinsi Banten berada di Kabupaten Lebak dengan produksi gula aren mencapai ton. Pada tahun 2009 produk gula aren Kabupaten Lebak ditetapkan menjadi komoditas inti daerah oleh Kementrian Perdagangan RI. Hal ini karena produksi gula aren Kabupaten Lebak menempati urutan pertama di Indonesia. PD Saung Aren merupakan salah satu perusahaan yang mengolah gula semut di Kabupaten Lebak yang didirikan sejak tahun Jumlah produksi PD Saung aren meningkat setiap tahun, namun tetap belum mampu memenuhi seluruh permintaan yang ada. Pengalaman kegagalan usaha yang pernah dialami oleh pemilik perusahaan, menyebabkan pemilik PD Saung Aren ragu untuk melakukan pengembangan usaha. Hal ini karena usaha yang dijalankannya saat ini belum pernah dianalisis kelayakannya. Selain itu, penambahan investasi dengan adanya pengembangan ini tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Meskipun sudah ada investor yang bersedia menanamkan modalnya untuk pengembangan usaha nanti, tentunya dibutuhkan jaminan bahwa pengembangan usaha tesebut layak dan memberikan keuntungan yang lebih besar dari kondisi yang sedang dijalankan saat ini. Oleh karena itu diperlukan analisis untuk menilai layak atau tidaknya usaha pengolahan gula semut ini untuk dijalankan. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengkaji kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan, (2) Menganalisis kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek finansial, (3) Menganalisis tingkat sensitivitas dari usaha pengolahan gula semut apabila menghadapi perubahan-perubahan dalam hal ini peningkatan harga gula cetak dan penurunan harga gula semut. Analisis data kuantitatif menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada serta mempermudah dalam melakukan analisis data. Data kuantitatif merupakan hasil analisis apek finansial. Kelayakannya dilihat dari

3 kriteria kelayakan investasi (Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Periode) dan analisis switching value. Sedangkan untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif merupakan hasil analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, secara umum usaha pengolahan gula semut layak untuk dijalankan. Dilihat dari aspek pasar, adanya potensi pasar yang relatif tinggi dalam usaha pengolahan gula semut dari sisi permintaan dan penawaran, serta adanya strategi pemasaran gula semut yang jelas dan efektif yang dimiliki perusahaan guna mendukung pencapaian penjualan yang lebih tinggi. Dilihat dari aspek teknis, usaha pengolahan gula semut memiliki lokasi usaha yang strategis, kapasitas produksi diatas luas produksi minimum, proses produksi dan layout yang sesuai, dan pemilihan teknologi yang tepat. Dilihat dari aspek manajemen dan hukum, usaha pengolahan gula semut ini telah memiliki struktur organisasi dengan pembagian tugas yang jelas dan memiliki perizinan yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Dilihat dari aspek sosial dan ekonomi, usaha pengolahan gula semut ini mampu membuka kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan pengrajin gula semut, dan meningkatkan pendapatan daerah melaui pembayaran pajak. Dilihat dari aspek lingkungan, kegiatan usaha ini tidak menghasilkan limbah yang membahayakan lingkungan. Analisis aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi dua skenario. Skenario I adalah kondisi perusahaan saat ini dan skenario II adalah pengembangan usaha melalui peningkatan kapasitas produksi. Pada skenario I, diperoleh nilai NPV sebesar Rp ,71, IRR sebesar 65 persen, Net B/C sebesar 3,6, serta nilai Payback Periode selama 2 tahun 2 bulan dan 12 hari. Pada skenario II, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp ,24, IRR sebesar 77 persen, Net B/C sebesar 4,3, dan Payback Periode selama 1 tahun 10 bulan 11 hari. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial, kedua skenario tersebut layak untuk diusahakan. Jika dilihat dari hasil analisis switching value, skenario II memiliki tingkat kepekaan yang paling rendah terhadap kenaikan harga gula cetak dan penurunan harga gula semut. Dengan demikian, kondisi pada pengembangan usaha dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi 31,18 ton per bulan (skenario II) menjadi skenario yang paling menguntungkan untuk diusahakan sebab mampu menghasilkan tingkat keuntungan dan tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada skenario I. Berdasarkan uraian di atas, rekomendasi yang disarankan dalam penelitian ini yaitu perusahaan sebaiknya melakukan pengembangan usaha melalui peningkatan kapasitas produksi menjadi 31,18 ton per bulan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari kondisi saat ini. Apabila pengembangan usaha dilakukan, perusahaaan sebaiknya melakukan kemitraan dengan pemasok gula cetak untuk menjaga kestabilan harga gula cetak, mempertahankan kualitas produk untuk menjaga loyalitas konsumen, meningkatkan kegiatan promosi agar produk lebih dikenal masyarakat, dan merekrut karyawan yang berpengalaman di bidang pemasaran. Bagi Pemerintah, sebaiknya terus mendukung usaha pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak melalui bantuan pemasaran dan modal.

4 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHA GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak,Banten) YULLY INDYASTUTI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten) : Yully Indyastuti : H Disetujui, Pembimbing Dr. Ir. Suharno, M.Adev NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus:

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Banten) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2010 Yully Indyastuti H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rangkasbitung, Banten pada tanggal 8 Maret Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Iwa Sugriwa dan Ibunda Hj. Jubaedah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Muara Ciujung Timur XII Rangkasbitung pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 4 Rangkasbitung. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 1 Rangkasbitung diselesaikan pada tahun Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama, pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai staf Divisi Kewirausahaan Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) IPB tahun 2007, staf Departement Sport and Art Development (D SAve) Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) IPB tahun Selain itu penulis tercatat sebagai anggota aktif Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman IPB tahun 2006, Klub Tari Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB tahun dan pernah menjuarai beberapa perlombaan tari yang diselenggarakan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan baik tingkat Departemen maupun Fakultas.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten). Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kelayakan usaha baik secara finansial maupun non finansial di PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena kendala dan keterbatasan yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Juni 2010 Yully Indyastuti

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesain skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Bapak H. Iwa Sugriwa dan Ibu Hj. Jubaedah. Terimakasih atas cinta dan kasih sayangnya, serta doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini. Karya ini merupakan bukti kasihmu, dukunganmu, serta kerja kerasmu dalam mendidikku. 2. Kakak-kakak terbaikku sekaligus pendahuluku di IPB, Erwin Yudaswara, Destiana, dan Benny Irawan. Terimakasih atas kritik, semangat dan dukungannya baik moril maupun materil. Akhirnya bertambah lagi satu lulusan IPB di rumah kita. 3. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. 4. Dr. Ir. Anna Faryanti, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 5. Rahmat Yanuar, SP. MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan pada sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 6. Ir. Jajah K. Wagiono dan Ir. Dwi Rachmina, MSi yang telah menjadi pembimbing akademik serta seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis atas bantuan yang diberikan selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi. 7. Bapak Andi Maulana dan seluruh karyawan PD Saung Aren untuk kesempatan, waktu, informasi, dan dukungan yang diberikan. 8. Pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, dan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Banten atas informasi dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis. 9. Fuad Nurdiensyah Praja, Nurfitriyani, Nurhadianty, Siskha, dan Oti atas segala bantuan, doa, dan dukungannya.

10 10. Mira Septiyaningsih atas saran dan kritikan yang telah diberikan selaku pembahas dalam seminar penulis. 11. Sahabat-sahabat dan teman-teman AGB 43,42,44. Devi sebagai teman satu bimbingan skripsi untuk masukan dan semangatnya. Mayasari, Selly, Wiwin, Dhila, Anggi, Annisa, Inike, Dhida, Bagus, Bayu atas kecerian, kebersamaan, kepedulian, doa dan dukungan dalam menyusun skripsi. Shara dan Ella sebagai teman seperjuangan di panggung, terimakasih atas pengalaman luar biasa dan tak terlupakan selama tiga tahun serta semangat dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini. Nisa, Afni, Nunuz, Maryam, Melly, Itie, Yayat, dan teman-teman Andika House IV atas perhatian dan kesabarannya terus menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi. 12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya. Bogor, Juni 2010 Yully Indyastuti

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... 9 II TINJAUAN PUSTAKA Gula Aren Gula Semut Industri Pengolahan Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu mengenai Kelayakan Usaha Penelitian Terdahulu mengenai Gula Aren III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Proyek Aspek Kelayakan Proyek Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial dan Ekonomi Aspek Lingkungan Aspek Finansial Teori Biaya Manfaat Analisis Kelayakan Investasi Analisis Switching Value Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Aspek Pasar Analisis Aspek Teknis Analisis Aspek Manajemen dan Hukum Analisis Aspek Sosial dan Ekonomi Analisis Aspek Lingkungan iv vi vii

12 4.4.6 Analisis Aspek Finansial Komponen Biaya dan Manfaat Kriteria Kelayakan Investasi Analisis Switching Value Asumsi Dasar V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Profil dan Sejarah Perusahaan Kegiatan Bisnis Struktur Organisasi Perusahaan VI HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Pasar Permintaan Penawaran Strategi Pemasaran Harga Produk Promosi Distribusi Hasil Analisis Aspek Pasar Aspek Teknis Lokasi Usaha Luas Produksi Proses Produksi Layout Produksi Pemilihan Jenis Teknologi Hasil Analisis Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial dan Ekonomi Aspek Lingkungan Analisis Aspek Finansial Analisis Kelayakan Finansial Skenario I Inflow Outflow Analisa Rugi Laba Analisis Kelayakan Finansial Analisis Switching Value Analisis Kelayakan Finansial Skenario II Inflow Outflow Analisa Rugi Laba Analisis Kelayakan Finansial Analisis Switching Value Perbandingan Rugi Laba Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Perbandingan Hasil Analisis Switching Value

13 VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah Penduduk, Pendapatan Nasional, dan Konsumsi Gula Merah Perkapita per Tahun di Indonesia Tahun Sepuluh Besar Provinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun Perkembangan Luas Areal Tanaman Aren dan Produksi Gula Aren di Kabupaten Lebak Tahun Usaha Pengolahan Semut di Kabupaten Lebak Tahun Rata-Rata Produksi per Bulan dan Rata-Rata Permintaan per Bulan Gula Semut di PD Saung Aren tahun Komposisi Kimia Gula Aren, Gula Kelapa, dan Gula Siwalan (per 100 gram) Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Sebaran Permintaan dan Produksi Gula Semut di PD Saung Aren Tahun Harga Jual, HPP, dan Marjin Keuntungan per Kg Gula Semut di PD Saung Aren Berdasarkan Jenis Konsumen Perbandingan Harga Gula Semut dari Beberapa Industri Pengolahan Gula Semut di Kabupaten Lebak Sumber, Jumlah Pasokan dan Harga Gula Cetak per Bulan PD Saung Aren Perbandingan Kapasitas Produksi dengan Nilai BEP PD Saung Aren Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Gula Semut per Tahun pada Skenario I Nilai Sisa Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario I Rekapitulasi Biaya Investasi pada Skenario I Umur Ekonomis dan Penyusutan dari Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario I Rekapitulasi Biaya Reinvestasi pada Skenario I Rincian Biaya Tetap per Tahun pada Skenario I Rincian Biaya Variabel per Tahun pada Skenario I... 88

15 20. Hasil Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario I Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha I Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Gula Semut per Tahun pada Skenario II Nilai Sisa Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario II Rekapitulasi Biaya Investasi pada Skenario II Umur Ekonomis dan Penyusutan dari Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario II Rekapitulasi Biaya Reinvestasi pada Skenario II Rincian Biaya Tetap per Tahun pada Skenario II Rincian Biaya Variabel per Tahun pada Skenario II Hasil Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario II Hasil Analisis Switching Value pada Skenario II Perbandingan Hasil Rugi Laba Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Perbandingan Hasil Analisis Switching Value v

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pohon Industri Produk Turunan Aren Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula Semut oleh Petani Diagram Alur Proses Produksi Gula Semut oleh Sentra Industri Kurva Biaya Manfaat Hubungan Antara NPV dan IRR Kerangka Pemikiran Operasional Proses Produksi Gula Semut di PD Saung Aren Struktur Organisasi Usaha Pengolahan Gula Semut di PD Saung Aren Kemasan 350 gram Gula Semut PD Saung Aren Kemasan 40 kg Gula Semut PD Saung Aren Skema Distribusi Gula Semut PD Saung Aren Perbandingan Proses Produksi Gula Semut di PD Saung Aren dengan Prosedur Produksi Gula Semut di BPTP Banten Layout Lokasi Usaha Pengolahan Gula Semut di PD Saung Aren Mesin Penggiling (Slicer) Gula Cetak Mesin Pengayak Gula Semut Mesin Penepung Gula Semut Reject Mesin Pengering Gula Semut (Oven)... 74

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat menurut Kecamatan dan Keadaan Tanaman Jenis Tanaman Aren Tahun Perhitungan HPP Skenario I Perhitungan BEP Skenario I Nilai Investasi, Reinvestasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa Skenario I Proyeksi Laba Rugi Skenario I Cashflow Usaha Pengolahan Gula Semut Skenario I Analisis Switching Value Kenaikan Harga Gula Cetak 6,3% pada Skenario I Analisis Switching Value Penurunan Harga Gula Semut 5,9% pada Skenario I Perhitungan Harga Pokok Produksi Skenario II Nilai Investasi, Reinvestasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa Skenario II Proyeksi Laba Rugi Skenario II Cashflow Usaha Pengolahan Gula Semut Skenario II Analisis Switching Value Kenaikan Harga Gula Cetak 6,9% pada Skenario II Analisis Switching Value Penurunan Harga Gula Semut 6,0% pada Skenario II

18 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) merupakan salah satu tanaman perkebunan jenis palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman aren bisa tumbuh pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur maupun berpasir. Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada tanah yang memiliki ketinggian di atas meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 25 o C (Soesono 2005). Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial, sehingga jika dikelola dengan baik akan mampu bersaing khususnya dengan jenis tanaman palma lainnya. Buah aren yang masih muda dengan teknologi yang sederhana dapat diolah menjadi bahan makanan yang disebut kolang-kaling. Daunnya yang masih muda dapat digunakan sebagai pembungkus rokok dan gula aren, sedangnya daun yang sudah tua dapat digunakan sebagai bahan atap rumah, bahan pembuat sapu lidi atau bahan kerajinan tangan. Akar pohon aren dapat dijadikan bahan obat-obatan. Pada bagian luar batang aren diperoleh ijuk yang dapat dibuat menjadi sapu, sikat, tali, dan atap rumah tradisional. Selain itu, batang aren yang masih muda dapat diambil sagunya sebagai bahan baku industri makanan atau industri lem, sedangkan batang aren yang sudah tua dapat dipakai sebagai bahan furniture. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk memproduksi gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Beberapa produk turunan dari aren yang berpotensi untuk dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 1.

19 Akar Industri Obat Industri Alat RT AREN Batang Daun Sagu Industri Makanan Industri Lem Industri Rokok Industri Kerajinan Tangan Bunga Nira Gula Aren Industri Makanan dan Minuman Buah Kolang-Kaling Industri Makanan Gambar 1. Pohon Industri Produk Turunan Aren Sumber : BPTP Banten (2005) Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman. Hingga saat ini kedudukan gula aren sebagai pemanis belum dapat digantikan oleh pemanis lainnya seperti gula pasir. Hal ini karena gula aren memiliki rasa yang khas dibandingkan zat pemanis lainnya. Apabila gula aren dikemas dengan kemasan yang lebih baik dari kemasan tradisional selama ini, maka gula aren dapat menjadi produk yang berpotensi untuk diekspor ke negara seperti Jepang, Singapura, Hongkong, Philipina, Arab Saudi, Bahrain, Brunei Darusalam, Belanda, Swiss, Maladewa, Amerika Serikat, Kanada, dan Australia (Ditjenbun 2007). Meskipun tidak sepopuler gula tebu, gula aren memiliki lebih banyak keunggulan baik dari segi kandungan gizi maupun tingkat harga. Gula aren mengandung kadar sukrosa lebih tinggi (84%) dibandingkan gula tebu (20%). Selain itu, kandungan nutrisi gula aren seperti kadar protein, lemak, kalium dan fosfor ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan gula tebu (BPTP Banten 2005). Kelebihan lainnya, gula aren tidak mengandung bahan kimia dan bisa menjadi obat. Kandungan kalori dan glisenik indeknya yang rendah membuat gula aren 2

20 tidak berbahaya bagi penderita diabetes. Ini sesuai dengan gaya hidup sehat yang semakin popular di masyarakat 1). Aren jauh lebih produktif dari tanaman tebu dalam menghasilkan kristal gula per satuan luas. Produktivitasnya bisa 4-8 kali dibandingkan tebu. Rendemen gula aren 12 persen, sedangkan tebu rata-rata hanya 7 persen. Gula aren dinilai baik dan dapat dijadikan gula kristal yang dapat diekspor. Harga ekspornya mencapai Rp /kg dan di tingkat konsumen di Belanda dapat mencapai Rp /kg, sedangkan harga gula tebu hanya mencapai Rp7.000/kg 2). Permintaan gula aren baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri meningkat setiap tahunnya. Terkait dengan permintaan dalam negeri, kebutuhan gula semut terbesar datang dari industri makanan dan obat yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sementara untuk pasar lokal, permintaan tertinggi terjadi pada saat dan menjelang bulan puasa Ramadhan. Sedangkan untuk permintaan ekspor, banyak datang dari Jerman, Swiss dan Jepang 3). Peningkatan permintaan gula aren dari dalam negeri dapat terlihat pada konsumsi gula merah (termasuk gula aren di dalamnya) di Indonesia yang mengalami kenaikan setiap tahun (Tabel 1). Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa dari tahun 2001 sampai 2006 terjadi peningkatan konsumsi gula merah perkapita pertahun dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1,70 persen. Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan nasional. Selama kurun waktu laju pertumbuhan penduduk sebesar rata-rata per tahun sebesar 1,27 persen dan peningkatan pendapatan nasional rata-rata per tahun mencapai 4,40 persen 1) Zuhri Sepudin Gula Aren Laris Manis. [Diakses tanggal 11 Februari 2010] 2) Kusumanto D. Potensi Besar Agribisnis Aren [Diakses tanggal 12 Januari 2010] 3) [BI] Bank Indonesia Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Gula Aren. [Diakses tanggal 22 Desember 2009] 3

21 Tabel 1. Jumlah Penduduk, Pendapatan Nasional, dan Konsumsi Gula Merah Perkapita per Tahun di Indonesia Tahun Tahun Jumlah Penduduk Pendapatan Nasional Konsumsi gula merah (ribu) (milyar Rupiah) perkapita per tahun (kg) ,6 1, ,4 1, ,6 1, ,1 1, ,4 1, ,9 1,36 Sumber : BPS 2006, diacu dalam Nurani (2008) Tanaman aren banyak tumbuh dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Di Pulau Jawa, tanaman aren banyak tumbuh di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sedangkan di luar Pulau Jawa, tanaman aren banyak tumbuh di daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara. Secara nasional, Provinsi Banten menempati urutan ke-7 sebagai provinsi penghasil aren terbesar di Indonesia (Tabel 2). Pada tahun 2008 produksi gula aren di Provinsi Banten mencapai ton dengan luas area pohon aren yang diusahakan seluas hektar. Hal inilah yang mendorong dijadikannya gula aren sebagai salah satu produk unggulan Provinsi Banten. Tabel 2. Sepuluh Besar Provinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun 2008 Lokasi Luas Area (Ha) Produksi (Ton) Jawa Barat Sulawesi Selatan Sumatera Utara Jawa Tengah Sulawesi Utara Bengkulu Banten Kalimantan Selatan Nanggroe Aceh Darussalam 2, , Sulawesi Tenggara 2, Sumber : Statistik Perkebunan (2008) Pada tahun 2008, seluas 1.992,75 hektar atau hampir 72 persen dari luas area pohon aren yang ada di Provinsi Banten berada di Kabupaten Lebak dengan produksi gula aren mencapai ton. Pada tahun 2009 produk gula aren Kabupaten Lebak ditetapkan menjadi komoditas inti daerah oleh Kementrian Perdagangan RI. Hal ini karena produksi gula aren Kabupaten Lebak menempati 4

22 urutan pertama di Indonesia 4), yaitu sebesar ton dengan area pohon aren seluas 2.111,5 hektar. Dilihat dari segi perkembangannya dari tahun 2003 hingga tahun 2009, terlihat bahwa peningkatan luas areal tanaman aren masih cukup tinggi yaitu mencapai rata-rata 7,2 persen per tahun dengan rata-rata peningkatan produksi gula aren sebesar 4,7 persen per tahun (Dishutbun Kabupaten Lebak 2009). Tabel 3. Perkembangan Luas Areal Tanaman Aren dan Produksi Gula Aren di Kabupaten Lebak Tahun Tahun Luas Area (Ha) Produksi (Ton) , , , , , , , , , , , , , ,00 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak (2009) Tanaman aren banyak ditemukan di hampir semua kecamatan yang ada di Kabupaten Lebak (Lampiran 1). Namun, dari 28 kecamatan yang ada, hanya 12 Kecamatan yang dijadikan sebagai sentra gula aren di Kabupaten Lebak, yaitu Kecamatan Cijaku, Cigemblong, Sobang, Muncang, Gunungkencana, Bojongmanik, Cihara, Cibeber, Cilograng, Panggarangan, Malingping dan Wanasalam. Sebagian besar sentra gula aren di Kabupaten Lebak menghasilkan gula aren dalam bentuk gula cetak dan hanya sebagian kecil yang membuat gula semut. Padahal, konsumen lebih menyukai gula aren dalam bentuk gula semut. Hal ini dikarenakan gula semut lebih tahan lama, lebih praktis dan dapat dikemas secara lebih menarik dibandingkan gula cetak. Namun tidak semua sentra gula aren dapat memproduksi gula semut. Hal ini karena harga mesin, harga peralatan produksi dan modal kerja untuk memproduksi gula semut sangat besar. Sedangkan, sebagian besar usaha pengolahan gula aren di Kabupaten Lebak merupakan usaha skala kecil dan mikro dengan modal yang tidak besar. Dari 44 4) Febi Gula Aren Lebak Jadi Komoditas Inti Daerah. [Diakses tanggal 16 April 2010] 5

23 sentra gula aren yang ada di Kabupaten Lebak, hanya 6 usaha yang melakukan pengolahan gula aren menjadi gula semut (Tabel 4). Keenam usaha ini tersebar di Kecamatan Sobang, Cihara, Cibeber, Sajira dan Rangkasbitung. Setiap bulannya keenam usaha ini hanya mampu memproduksi gula semut sebanyak 70 ton, padahal permintaan pasar terhadap gula semut dari Kabupaten Lebak mencapai 180 ton per bulan (Dishutbun Kabupaten Lebak 2009). Hal ini menunjukkan masih banyaknya permintaan yang belum mampu dipenuhi oleh usaha pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak. Tabel 4. Usaha Pengolahan Gula Semut di Kabupaten Lebak Tahun 2008 No Nama Usaha Lokasi 1. Kelompok Mitra Mandala Hariang Kecamatan Sobang 2. Kelompok Mandiri Kecamatan Cihara 3. Kelompok Berkah Jaya Arenga Kecamatan Cibeber 4. PD Saung Aren Kecamatan Sajira 5. Usaha Pengolahan Gula Semut H. Wiwin Kecamatan Rangkasbitung 6. Usaha Pengolahan Gula Semut Ibu Rina Kecamatan Rangkasbitung Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak (2009) Usaha pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak merupakan usaha yang memberikan nilai tambah pada produk unggulan daerah yaitu gula aren. Usaha ini tidak hanya melibatkan para pelaku usaha pengolahan gula semut, tetapi juga melibatkan kurang lebih orang pengrajin gula cetak sebagai pemasok bahan baku utama dan pihak-pihak yang terlibat dalam saluran distribusinya. Untuk mendirikan usaha pengolahan gula semut dibutuhkan modal yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis yang menilai layak atau tidaknya usaha pengolahan gula semut untuk dijalankan Perumusan Masalah PD Saung Aren merupakan salah satu perusahaan yang mengolah gula semut di Kabupaten Lebak. Perusahaan yang dimiliki oleh Bapak Andi Maulana ini telah berdiri sejak tahun 2008 atau sekitar dua tahun yang lalu. Pada awal pendiriannya, PD Saung Aren mampu memproduksi gula semut sebesar 8 ton per bulan. Produksi gula semut di PD Saung Aren meningkat di tahun kedua menjadi 15 ton per bulan dan pada tahun 2010 ini produksinya mencapai 26 ton per bulan. Meskipun jumlah produksinya meningkat setiap tahun, namun PD Saung Aren tetap belum mampu memenuhi seluruh permintaan yang ada. Permintaan yang 6

24 belum terpenuhi berasal dari trader dan supermarket yang berada di Jakarta, serta konsumen langsung yang berada di Provinsi Banten. PD Saung Aren memproduksi gula semut dalam dua kemasan yaitu kemasan 40 kg dan kemasan 350 gram. Kedua kemasan gula semut ini dipasarkan ke industri makanan seperti PT Indofood, PT Mayora, dan PT Gandum Mas Kencana. Pemasarannya dilakukan secara langsung atau melalui trader yang ada di daerah Jakarta. Jumlah produksi dan permintaan pasar atas gula semut di PD Saung Aren dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-Rata Produksi per Bulan dan Rata-Rata Permintaan per Bulan Gula Semut di PD Saung Aren tahun 2010 Jenis Produk Rata-Rata Produksi per Rata-Rata Permintaan Bulan (ton) per Bulan (ton) Gula semut kemasan 40 kg Gula semut kemasan 350 gram 0,175 7 Sumber : PD Saung Aren (2010) Tabel 5 menunjukkan bahwa kapasitas produksi perusahaan saat ini hanya mampu memenuhi 30,7 persen dari jumlah permintaan pasar terhadap gula semut PD Saung Aren. Dengan kata lain PD Saung Aren belum mampu memenuhi permintaan pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar. Tahun 2010 ini, PD Saung Aren mendapatkan tawaran dari salah satu supermarket yaitu Hero untuk memasok gula semut kemasan 350 gram sebanyak 5 ton setiap bulannya. Namun, pengalaman kegagalan usaha yang pernah dialami sebelumnya menyebabkan pemilik PD Saung Aren ragu untuk melakukan pengembangan usaha. Hal ini karena usaha yang dijalankannya saat ini belum pernah dianalisis kelayakannya. Selain itu, penambahan investasi dengan adanya pengembangan ini tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar, padahal modal merupakan sumberdaya yang terbatas. Meskipun sudah ada investor yang bersedia menanamkan modalnya untuk pengembangan usaha nanti, tentunya dibutuhkan jaminan bahwa pengembangan usaha tesebut layak dan memberikan keuntungan yang lebih besar dari kondisi yang sedang dijalankan saat ini. Oleh karena itu diperlukan analisis untuk menilai layak atau tidaknya usaha pengolahan gula semut ini untuk dijalankan. Usaha pengolahan gula semut ini tidak lepas dari risiko yaitu adanya perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha ini. Perubahan- 7

25 perubahan ini terjadi pada harga input dan harga output yang berfluktuasi. Input yang paling banyak menghabiskan biaya adalah gula cetak yang merupakan bahan baku utama dalam memproduksi gula semut. Hampir 95 persen dari total biaya variabel yang dikeluarkan PD Saung Aren adalah untuk membeli gula cetak. Adanya peningkatan harga gula cetak tentu akan mengubah kelayakan usaha sehingga perlu dilakukan analisis sensivitas karena adanya perubahan harga gula cetak. Harga output yaitu gula semut sampai saat ini cenderung berfluktuasi. Jika terjadi penurunan harga gula semut, maka akan mempengaruhi kelayakan usaha sehingga diperlukan adanya analisis sensitivitas terhadap penurunan harga gula semut. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian, sebagai berikut: 1) Bagaimana kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan? 2) Bagaimana kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek finansial? 3) Bagaimana tingkat sensitivitas dari usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren apabila menghadapi perubahan-perubahan dalam hal ini peningkatan harga gula cetak dan penurunan harga gula semut? 1.3. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengkaji kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan. 2) Menganalisis kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek finansial. 3) Menganalisis tingkat sensitivitas dari usaha pengolahan gula semut apabila menghadapi perubahan-perubahan dalam hal ini peningkatan harga cetak dan penurunan harga gula semut. 8

26 1.4. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan : 1) Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah. 2) Bagi PD Saung Aren, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi untuk bahan pertimbangan dalam menjalankan operasional usaha dan dalam membuat kebijakan pengembangan usaha lebih lanjut. 3) Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk mengembangkan dan mendukung usaha pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak. 4) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca, dan dapat dijadikan acuan atau perbandingan dalam melakukan studi lanjutan, khususnya di bidang studi kelayakan bisnis Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji aspek-aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingkungan serta aspek finansial. Hal ini dilakukan untuk meneliti kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren yang terletak di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. 9

27 2.1. Gula Aren II TINJAUAN PUSTAKA Dalam istilah kuliner, gula adalah tipe makanan yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar, yaitu manis. Komponen utama dari gula adalah karbohidrat. Jenis gula yang paling sering digunakan sehari-hari adalah kristal sukrosa padat. Gula berfungsi untuk merubah rasa dan struktur makanan atau minuman. Saat ini setidaknya dikenal tiga jenis gula yaitu gula tebu, gula bit, dan gula aren (BPTP Banten 2005). Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman yang bisa menjadi substitusi gula pasir (gula tebu). Gula aren diperoleh dari proses penyadapan nira aren yang kemudian dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Kekhasan gula aren dibandingkan dengan gula lainnya adalah gula aren mengandung kadar sukrosa lebih tinggi (84%), dibandingkan gula tebu (20%) dan gula bit (17%). Selanjutnya kandungan nutrisi gula aren seperti kadar protein, lemak, kalium dan fosfor ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan gula tebu dan gula bit. Sebagai bahan komparasi, Tabel 6 memperlihatkan kandungan beberapa zat penting dalam komoditas gula yang berasal dari sumber bahan baku yang berbeda. Tabel 6. Komposisi Kimia Gula Aren, Gula Kelapa, dan Gula Siwalan (per 100 gram) No. Sifat Kimia Gula Aren (%) Gula Kelapa (%) Gula Siwalan (%) 1. Kadar air 9,16 10,32 8,61 2. Sukrosa 84,31 71,89 76,85 3. Gula pereduksi 0,53 3,70 1,66 4. Lemak 0,11 0,15 0,19 5. Protein 2,28 0,06 1,04 6. Total Mineral 3,66 5,04 3,15 7. Kalsium 1,35 1,64 0,86 8. Fosfor (P 2 O 5 ) 1,37 0,06 0,01 Sumber : BTPN Banten (2005) Proses pembuatan gula aren terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap penyaringan nira dari kotoran, pemasakan, dan pencetakan.

28 1) Penyaringan Nira dari Kotoran Seharusnya nira yang diperoleh dari pohon aren segera diperiksa derajat keasamannya (ph). Nira aren dengan ph 6-7 masih baik untuk diolah menjadi gula aren. Sebelum dimasak, nira perlu disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran. Penyaringan dilakukan dua kali, pertama penyaringan terhadap kotoran kasar seperti ranting, daun dan serangga, serta kedua penyaringan terhadap kotoran halus yang dilakukan pada saat proses pemasakan dimana kotoran terkumpul di permukaan. 2) Pemasakan Pemasakan dilakukan diatas penggorengan di atas tungku api dengan bahan bakar kayu. Hal penting yang perlu dilakukan selama proses pemasakan adalah penyaringan kotoran halus yang dapat dilakukan dengan menggunakan serokan. Dalam pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng atau minyak kelapa dengan perbandingan 10 gram minyak kelapa per 25 liter nira. Tujuannya agar buih nira tidak sampai meluap keluar penggorengan atau wajan. Untuk menguapkan air dalam nira diperlukan waktu pemasakan 3-4 jam. Selama pemasakan dijaga agar asap tidak masuk ke dalam bahan, untuk menghindari warna gula aren menjadi gelap. Apabila nira yang dimasak sudah kental, secara perlahan-lahan api dikecilkan untuk menurunkan panas sambil diaduk agar tidak gosong. Untuk mengetahui kemasakan nira biasanya dilakukan dengan cara meneteskan nira ke dalam air dingin. Apabila tetesan nira tesebut meluncur dengan panjang 2 cm, berarti nira sudah masak. 3) Pencetakan Dalam proses pencetakan, biasanya kojor (tempat untuk mencetak gula aren) direndam terlebih dahulu dalam air untuk memudahkan pelepasan gula nantinya, kemudian pekatan nira diaduk dan selanjutnya dituangkan ke dalam cetakan tersebut. Pelepasan gula dari cetakan dilakukan setelah gula mencapai suhu kamar Gula Semut Gula semut adalah gula aren yang berbentuk butiran halus. Butirannya lebih halus dari gula pasir bahkan mirip seperti pasir rumah semut, oleh karena itu disebut gula semut. Sebagai pemanis, gula semut ini memiliki keunggulan 11

29 dibandingkan gula cetak. Gula semut bersifat kering karena kadar airnya yang rendah sehingga gula semut bisa bertahan hingga dua tahun. Aroma, rasa, dan warna gula semut relatif seragam. Gula semut memiliki tampilan yang lebih menarik karena dapat dikemas dalam berbagai bentuk dan ukuran. Gula semut memiliki bentuk yang lembut dan mudah larut dalam air sehingga sering digunakan sebagai bahan baku industri makanan olahan maupun konsumsi rumah tangga. Mutu dan penampilan gula semut yang lebih baik dibandingkan gula cetak mendukung untuk menembus pasar dalam negeri dan pasar ekspor dengan nilai jual yang lebih tinggi dari pada gula cetak (Forum Pengembangan Kemitraan, diacu dalam Gunawan 1997). Proses produksi gula semut hampir sama dengan gula cetak. Perbedaannya adalah gula semut proses pemasakan lebih lama dibandingkan pada gula cetak. Setelah nira aren yang dimasak berubah menjadi pekat, api kemudian dikecilkan. Setelah 10 menit, kuali diangkat dari tungku dan dilakukan pengadukan secara perlahan sampai terjadi pengkristalan. Setelah terjadi pengkristalan, pengadukan dipercepat hingga terbentuk serbuk kasar. Serbuk yang masih kasar inilah yang disebut dengan gula semut setengah jadi dengan kadar air masih di atas 5 persen. Gula semut setengah jadi, kemudian dikirim kepada produsen gula semut skala industri kecil di masing-masing sentra produksi. Secara garis besar alur proses produksi gula aren oleh pengrajin dapat dilihat pada Gambar 2. Industri kecil gula semut yang terdapat di beberapa sentra industri gula aren menerima gula semut setengah jadi dari pengrajin. Gula semut setengah jadi dari pengrajin terlebih dahulu digiling dengan mesin penggiling untuk menghaluskan gula yang masih menggumpal. Setelah penggilingan, gula semut diayak sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Ukuran yang umum dipakai adalah 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20 mesh dengan kadar air di bawah 3 persen. Untuk memperoleh tiga tingkat kehalusan tersebut, gula yang sudah digiling diayak dengan ayakan dari ukuran yang paling besar terlebih dahulu, yaitu 10 mesh. Gula semut yang tidak lolos pada ayakan ini, yang disebut dengan gula reject. Gula reject tersebut kemudian dimasak kembali hingga meleleh dan mengental untuk dibentuk menjadi gula cetak. 12

30 Gambar 2. Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula Semut oleh Petani Sumber : BPTP Banten (2005) Gula semut hasil ayakan pertama, kemudian diayak kembali dengan ayakan ukuran yang lebih kecil, demikian seterusnya hingga ukuran ayakan yang terkecil. Jumlah produksi gula semut dengan tiga jenis kehalusan ini disesuaikan dengan permintaan pasar. Selanjutnya, gula semut dengan tiga ukuran ayakan tersebut kemudian dijemur di bawah panas matahari hingga kadar airnya mencapai di bawah 3 persen. Jika tidak ada sinar matahari, proses pengeringan dapat dilakukan menggunakan alat pengering, misalnya oven pemanas. Gula semut yang sudah kering kemudian dikemas dalam kemasan karung untuk dikirim kepada industri makanan atau pedagang besar dan dengan kemasan plastik untuk dipasarkan. Secara garis besar alur proses produksi gula aren oleh sentra industri dapat dilihat pada Gambar 3. 13

31 Gambar 3. Diagram Alur Proses Produksi Gula Semut Oleh Sentra Industri Sumber : BPTP Banten (2005) 2.3. Industri Pengolahan Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi atau setengah jadi, mengubah barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perusahaan yang melakukan jasa industri dan pekerja perakitan (BPS 2007, diacu dalam Musarofah 2009). Industri pengolahan digolongkan menjadi empat golongan yaitu industri/usaha besar, industri/usaha menengah, industri/usaha kecil, dan industri/ usaha mikro. Sampai saat ini belum ada definisi maupun kriteria baku mengenai usaha mikro, kecil dan menengah. Masing-masing institusi atau lembaga pemerintah mempunyai kriteria berbeda terhadap UMKM di Indonesia 5). Berdasarkan pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM, dijelaskan mengenai kriteria UMKM berdasarkan jumlah kekayaan bersih dan total penjualan per tahun. Anonim Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. [Diakses tanggal 30 Mei 2010] 14

32 a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah).. b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). c. Usaha Menengah adalah sebagai berikut: Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima puluh milyar rupiah). Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp ,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp ,00. Ciri-ciri usaha mikro adalah sebagai berikut: a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti; b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat; c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai; 15

33 e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah; f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank; g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. Berdasarkan Undang-undang No.9 Tahun 1995, usaha kecil adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp ,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp ,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp ,00 (lima ratus juta rupiah). Ciri-ciri usaha kecil adalah sebagai berikut: a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah; b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah; c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha; d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP; e. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha; f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal; g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. Berdasarkan Inpres No.10 tahun 1998, usaha menengah adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp ,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp ,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) s/d Rp ,00 (lima milyar rupiah). Ciri-ciri usaha menengah adalah sebagai berikut: 16

34 a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi; b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan; c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll; d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll; e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan; f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan topik dan produk yang dipilih dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian yang menjadi rujukan adalah penelitian mengenai kelayakan usaha dan gula aren Penelitian Terdahulu mengenai Kelayakan Usaha Penelitian mengenai analisis kelayakan terutama kelayakan pada usaha pengolahan produk tertentu telah dilakukan oleh peneliti terdahulu namun dengan objek kajian atau produk yang berbeda. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Debie Natalia Francisca Fausta Napitupulu pada tahun 2009 yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul). Analisis kelayakan ini dilakukan karena CV WPIU akan melakukan pengembangan usaha dengan memasok jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah ke supermarket. Hasil penelitian menunjukkan analisis kualitatif aspekaspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan serta aspek hukum menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan CV WPIU ini layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis kelayakan finansial tingkat diskonto 14 persen menunjukan nilai NPV positif sebesar 17

35 Rp , Net B/C sebesar 3,09, nilai IRR sebesar 48,95 persen, Payback Period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau 3 tahun 7 bulan 4 hari, dan layak untuk dijalankan dengan tingkat diskonto yang ada. Sedangkan hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 14 persen menunjukan bahwa usaha ini menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir mengalami kenaikan melebihi 18,84 persen, harga botol jus mengalami kenaikan melebihi 20,94 persen, penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen, dan penurunan penjualan sirup lebih dari 10,48 persen. Penelitian Siti Munawarohtul Musarofah pada tahun 2009 menganalisis kelayakan usaha pengolahan nugget ikan (Kasus pada Usaha Pengolahan Nugget Ikan Putra Barokah, Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat). Hasil penelitian menunjukkan analisis kualitatif aspek-aspek non finansial yaitu aspek komersial, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial lingkungan dan aspek ekonomi menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. Peneliti membuat dua skenario pada analisis finansial. Skenario I merupakan usaha yang saat ini sedang dijalankan yaitu usaha pengolahan nugget ikan yang berada di Desa Blanakan dengan skala usaha berdasarkan pada kondisi saat ini. Sedangkan skenario II merupakan pengembangan usaha dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi kemasan per hari. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Pada skenario I diperoleh NPV sebesar Rp , Net B/C sebesar 5,08, nilai IRR sebesar 89 persen, Payback Period yang diperoleh adalah 2,15 tahun. Sedangkan skenario II menghasilkan NPV sebesar Rp , Net B/C sebesar 6,00, nilai IRR sebesar 98 persen, Payback Period yang diperoleh adalah 2,53 tahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kedua skenario tidak layak saat menghadapi penurunan penjualan sebesar 46 persen, sementara saat menghadapi perubahan berupa kenaikan harga kemasan sebesar 64,7 persen menunjukkan bahwa skenario I tidak layak untuk dijalankan sedangkan skenario II masih layak untuk dijalankan. Analisis switching value menunjukkan bahwa perubahan penurunan penjualan yang masih dapat diterima agar usaha layak untuk dijalankan pada skenario I adalah sebesar 13,22709 persen sedangkan pada skenario II adalah 18

36 sebesar 10, persen. Perubahan berupa kenaikan harga kemasan yang masih dapat diterima pada skenario I adalah sebesar 51, persen dan pada skenario II adalah 66, persen. Rustiana (2008) menganalisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga (Mangifera Indica L.) (studi kasus pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat). Hasil penelitian menunjukkan analisis kualitatif aspek-aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan menunjukkan bahwa usaha pengolahan puree mangga layak untuk dilaksanakan. Pada aspek finansial diperoleh NPV sebesar Rp ,00, Net B/C sebesar 6,14, nilai IRR sebesar 87,26 persen, dan Payback Period yang lebih singkat dari umur usaha selama 10 tahun yaitu 2 tahun, 1,6 bulan. Dengan demikian dari aspek finansial usaha pengolahan puree mangga layak untuk dilaksanakan. Analisis switching value menunjukkan bahwa usaha pengolahan puree mangga masih layak untuk dilaksanakan jika volume produksi puree mangga mengalami penurunan maksimal sebesar 15,08664 persen, harga jual puree mangga turun sebesar 15,08664 persen, serta kenaikan harga mangga Harumanis grade C maksimal sebesar 31,896 persen. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Musarofah (2009) adalah pembuatan dua skenario di analisis finansial yang menganalisis kondisi perusahaan saat ini dan rencana pengembangan usaha yang akan dilakukan. Pada penelitian Rustiana (2008) fokus untuk menganalisis kondisi perusahaan saat ini sedangkan penelitian Napitupulu (2009) hanya menganalisis pengembangan usahanya saja. Aspek non finansial yang dikaji Musarofah (2009) sama dengan penelitian ini, yaitu meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan. Semua kriteria investasi untuk menganalisis aspek finansial yang digunakan dalam penelitian ini, digunakan pula dalam penelitian Napitupulu (2009) Musarofah (2009) dan Rustiana (2008) seperti NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Untuk mengetahui alternatif kemungkinan hasil analisis kelayakan yang telah diperoleh sehubungan dengan kemungkinan terjadinya perubahan atas komponen yang menyangkut pelaksanaan usaha, Napitupulu (2009) dan Rustiana 19

37 (2008) menggunakan alat analisis yang sama yaitu analisis switching value, namun Musarofah (2009) menambahkan satu analisis lagi yaitu analisis sensitivitas. Terdapat perbedaan dalam pemilihan variabel yang akan dianalisis dalam switching value. Pada Napitupulu (2009) dan Musarofah (2009) variabel yang dipilih dalam analisis switching value adalah kenaikan harga input dan penurunan volume penjualan, pada Rustiana (2008) variabel yang dipilih dalam analisis switching value adalah kenaikan harga input, penurunan harga output dan penurunan volume penjualan, sedangkan pada penelitian ini variabel yang dipilih dalam analisis switching value adalah kenaikan harga input dan penurunan harga output Penelitian Terdahulu mengenai Gula Aren Tinjauan yang digunakan dalam penelitian ini juga harus merujuk pada penelitian terdahulu mengenai produk yang sama yaitu gula aren. Ada beberapa peneliti yang menganalisis mengenai gula aren namun dengan kajian yang berbeda. Nurani (2008) meneliti tentang Analisis Usaha Pengolahan Gula Merah Aren di Desa Sukamurni Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh pengrajin gula merah aren berdasarkan status kepemilikan pohon, menganalisis saluran pemasaran, pelaksanaan fungsi pemasaran gula merah aren yang terjadi di setiap lembaga pemasaran di Desa Sukamurni serta efisiensi pemasaran gula merah aren yang terjadi di Desa Sukamurni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan gula merah aren yang dikembangkan oleh pemilik sekaligus penyakap telah efisien. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rasio R/C baik atas biaya tunai maupun biaya total lebih dari satu. Nilai rasio R/C atas biaya total yang diperoleh pemilik sekaligus penggarap yaitu 1,81 dan penyakap yaitu 1,89. Sementara itu, pemilik sekaligus penggarap dan penyakap memperoleh nilai rasio R/C atas biaya tunai yang sama besar yaitu 35,56. Nilai tambah yang diterima pemilik sekaligus penggarap yaitu Rp. 808,73 per liter nira sedangkan penyakap sebesar Rp. 776,27 per liter nira. Baik pada pemilik sekaligus penggarap maupun penyakap nilai tambah tersebut sebagian besar didistribusikan untuk keuntungan usaha. Marjin yang diperoleh pemilik 20

38 sekaligus penggarap memberikan balas jasa terhadap pendapatan kerjanya sebesar 23,04 persen, bagi keuntungan perusahaan 65,03 persen dan sisanya sebesar 11,93 persen merupakan bagian input lain. Sementara itu penyakap mendistribusikan marjin yang diperolehnya terhadap tenaga kerja sebesar 11,81 persen, keuntungan perusahaan sebesar 75,92 persen, dan 12,26 persen bagi sumbangan input lain. Hal ini menunjukkan usaha pengolahan gula merah aren sangat menunjang bagi kehidupan ekonomi pengrajian. Di daerah penelitian ditemukan sembilan alternatif saluran pemasaran untuk menyalurkan gula merah aren dari pengrajin sampai ke konsumen akhir yang melibatkan tujuh lembaga pemasaran yaitu perajin, tengkulak, pedagang pengecer, pedagang besar antar kota (PBAK), pedagang di pasar Bojong Loa dan di pasar Ciawitali, supermarket yang berada di Kabupaten Garut. Saluran pemasaran yang paling efisien untuk menyalurkan gula merah aren adalah saluran pemasaran lima dengan total marjin dan biaya pemasaran yang paling rendah. Selain itu pada saluran pemasaran ini bagian harga yang dibayar konsumen dapat dinikmati seluruhnya oleh perajin. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Nurani (2008) terletak pada tujuan penelitian dan alat analisis yang digunakan. Tujuan dari penelitian terdahulu adalah untuk menganalisis tingkat efisiensi dari usaha pengolahan gula aren dengan menggunakan Return Cost Ratio (R/C) sebagai alat analisisnya serta menghitung nilai tambah yang dihasilkan dari usaha pengolahan aren ini. Sedangkan pada penelitian ini, tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kelayakan usaha baik dari aspek finansial maupun non finansial serta mengantisipasi risiko perubahan harga input dan outpun dengan menggunakan analisis switching value sebagai alat analisisnya. Gunawan (1997) meneliti tentang Perspektif Sosiobudaya Perajin Gula Aren Semut (Studi Kasus Desa Padasuka Kecamatan Cibinong Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas perajin gula aren semut dalam upaya berinteraksi dengan lingkungan hidupnya dari aspek sosiobudaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak dulu tataniaga gula aren didominasi oleh para Bandar yang menyebabkan posisi tawar para perajin menjadi lemah akibat sistem ijon. Saat ini kegiatan menyadap dan membuat gula sudah 21

39 menjadi rutinitas pekerjaan sehari-hari bagi perajin gula aren di Desa Padasuka. Tahap perkembangan orientasi nilai budaya perajin gula aren menunjukkan perkembangan yang positif, hal ini ditandai hakekat hidup pengrajin yang mengarah pada optimis, hakekat karya yang berorientasi pada prestasi, orientasi masa depan, menyelaraskan pada alam dan menguasainya, serta berjiwa gotong royong. Sebagian besar perajin berperilaku partisipatif secara moral terhadap program gula semut, hanya sedikit sekali perajin yang berperilaku secara alienatif. Sedangkan perajin yang berperilaku secara kalkulatif lebih bersifat laten dengan beralih ke gula cetak sambil menunggu perbaikan sistem. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Gunawan (1997) terletak pada topik penelitian. Perbedaan topik penelitian ini menyebabkan tujuan dari penelitian ini dengan penelitian Gunawan (1997) pun berbeda. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Gunawan (1997) terletak pada kesamaan produk yang diteliti, yaitu gula semut. Secara ringkas penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. 22

40 Tabel 7. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Tahun Judul Beda Penelitian Terdahulu Napitupulu 2009 Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul) Musarofah 2009 Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Nugget Ikan (Kasus pada Usaha Nugget Ikan Putra Barokah, Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat) Rustiana 2008 Analisi Kelayakan Usaha Pengolahan Puree Mangga (Mangifera Indica L.) (Studi Kasus pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat) Nurani 2008 Analisis Usaha Pengolahan Gula Merah Aren di Desa Sukamurni Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut Jawa Barat Gunawan 1997 Perspektif Sosiobudaya Perajin Gula Aren Semut (Studi Kasus Desa Padasuka Kecamatan Cibinong Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) Dalam penelitian ini objek kajian yang akan di bahas adalah jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji. Pada aspek finansial dianalisis kelayakan rencana pengembangan usaha Dalam penelitian ini objek kajian yang akan dibahas adalah nugget ikan Dalam penelitian ini objek kajian yang akan dibahas adalah puree mangga. Pada aspek finansial dianalisis kondisi perusahaan saat ini Penelitian ini menganalisis pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh pengrajin gula merah aren berdasarkan status kepemilikan pohon, menganalisis saluran pemasaran, pelaksanaan fungsi pemasaran gula merah aren yang terjadi di setiap lembaga pemasaran serta efisiensi pemasaran gula merah aren Penelitian ini menganalisis aktivitas perajin gula aren semut dalam upaya berinteraksi dengan lingkungan hidupnya dari aspek sosiobudaya. Metode Analisis NPV, IRR, PBP, NET B/C, Analisis Switching Value NPV, IRR, PBP, NET B/C, Analisis Sensitivitas, Analisis Switching Value NPV, IRR, PBP, NET B/C, Analisis Switching Value R/C Ratio, Nilai Tambah, Marjin pemasaran Analisis secara kuantitatif dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang, serta analisis kualitatif dalam bentuk analisis deskriptif 23

41 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Proyek Gray et al. (2007) mendefinisikan proyek sebagai suatu kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan berbagai sumber daya untuk mendapatkan benefit. Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Nurmalina et al. (2009) mendefinisikan studi kelayakan bisnis atau proyek sebagai penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat bila bisnis dilakukan. Menurut Husnan dan Muhammad (2000), studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya proyek investasi), dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang lebih luas. Artian yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari pihak pemerintah atau lembaga nonprofit, pengertian menguntungkan bisa berarti mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas seperti penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah, penghematan devisa, ataupun penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah. Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi proyek yang dijalankan. Menurut Nurmalina et al. (2009) pihak yang membutuhkan studi kelayakan antara lain :

42 1. Investor Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal dalam suatu proyek akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut (tingkat keuntungan yang diharapkan). 2. Kreditur (Bank) Kreditur merupakan pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan proyek. 3. Analis Digunakan analis sebagai penunjang kelancaran tugas-tugas dalam melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis baru, pengembangan bisnis atau menilai kembali bisnis yang sudah ada. 4. Masyarakat Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonominan rakyat baik yang terlibat langsung maupun muncul diakibatkan adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya binis tersebut. 5. Pemerintah Pemerintah lebih berkepentingan dengan manfaat proyek bagi perekonomian nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak yang diberikan proyek tersebut Studi kelayakan proyek bertujuan untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Meskipun studi kelayakan akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar Aspek Studi Kelayakan Menurut Husnan dan Muhammad (2000) secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan aspek sosial. Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti. untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek harus dilihat dari berbagai aspek. 25

43 Setiap aspek untuk dikatakan layak harus memiliki suatu standar tertentu. Namun, penilaian tidak hanya dilakukan pada hanya satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai, tidak berdiri sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa saran perbaikan sehingga memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut sebaiknya jangan dijalankan Aspek pasar Aspek pasar merupakan aspek penting yang terlebih dahulu harus dianalisis sebelum memutuskan untuk memulai atau mengembangkan suatu usaha. Kelayakan aspek pasar akan sangat berkaitan dengan besarnya penerimaan yang akan diperoleh dalam usaha, karena aspek ini akan menentukan besarnya penekanan biaya pemasaran dan peningkatan nilai jual output yang dapat diupayakan. Analisis aspek pasar pada studi kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan prakiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan (Nurmalina et al. 2009). Pada permintaan mengkaji secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan, dan proyeksi permintaan. Pada penawaran mengkaji dari dalam negeri maupun luar negeri, bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Pada harga mengkaji perbandingan dengan produk saingan yang sekelas dan apakah ada kecenderungan perubahan harga atau tidak. Program pemasaran mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix) serta market share yang bisa dikuasai perusahaan atau dapat diserap oleh bisnis dari keseluruhan pasar potensial yang merupakan keseluruhan jumlah produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu Aspek Teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan & Muhammad 2000). Analisis aspek teknis akan memberikan batasan-batasan lingkup proyek secara kuantitatif terutama pada perkiraan dan jadwal. 26

44 Menurut Husnan dan Muhammad (2000) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis diantaranya lokasi proyek, skala operasi/luas produksi, pemilihan mesin dan equipment, proses produksi dan layout, dan pemilihan teknologi. 1) Lokasi bisnis Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi bisnis. Variabel tersebut dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu variabel utama (primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Penggolongan ke dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output atau proyek bersangkutan. Variabel-variabel utama (primer) yang secara teknis harus dipertimbangkan antara lain sebagai berikut: Ketersediaan bahan mentah Bila suatu perusahaan membutuhkan bahan mentah dalam jumlah yang besar dan bahan mentah merupakan komponen yang sangat penting dari keseluruhan proses operasi perusahaan, maka ketersediaan bahan baku menjadi variabel yang cukup penting dalam penentuan lokasi bisnis. Oleh karena itu perlu diketahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan, kelayakan harga bahan baku, kapasitas, kualitas, dan kontinuitas sumber bahan baku, serta biaya pendahuluan yang diperlukan sebelum bahan baku diproses. Letak pasar yang dituju Pada perusahaan-perusahaan dengan skala yang tidak terlalu besar atau industri barang-barang konsumtif memilih menempatkan fasilitas produksinya di daerah yang dekat dengan pemasaran. Tujuannya adalah untuk memperpendek jaringan distribusi produk sehingga cepat sampai ke tangan konsumen. Oleh karena itu perlu diketahui informasi mengenai daya beli konsumen, pesaing, dan analisis pasar lainnya. Tenaga listrik dan air Pada perusahaan yang menggunakan listrik dalam jumlah besar perlu mempertimbangkan ketersediaan tenaga listrik dalam menentukan lokasi 27

45 bisnis. Begitu pula dengan perusahaan yang menggunakan banyak air, perlu mempertimbangkan ketersediaan air dalam menentukan lokasi bisnisnya. Supply tenaga kerja Ketersediaan tenaga kerja baik terdidik maupun terlatih akan berpengaruh terhadap biaya produksi yang ditanggung perusahaan. Oleh karena itu variabel ini menjadi penting dalam menentukan lokasi bisnis. Fasilitas transportasi Fasilitas transportasi berkaitan erat dengan pertimbangan bahan baku dan pertimbangan pasar. Jika lokasi berdekatan dengan sumber bahan baku, maka pertimbangan utama adalah transportasi menuju pasar. Sedangkan variabel-variabel bukan utama (sekunder) yang juga perlu mendapat perhatian dalam pemilihan lokasi bisnis antara lain hukum dan peraturan yang berlaku baik di Indonesia maupun di tingkat lokal pada rencana lokasi, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat), dan perencanaan masa depan perusahaan dalam kaitannya dengan perluasan bisnis. 2) Skala Operasional dan Luas Produksi Skala operasional atau luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, persediaan kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen, serta kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. Secara sederhana luas produksi ditentukan oleh kemungkinan market share yang dapat diraih dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dari peralatan yang dimiliki. Namun demikian terdapat beberapa metode yang dipakai untuk menentukan luas produksi minimal, salah satunya adalah pendekatan Break Event Point (BEP). BEP(unit)= 3) Layout atau Tata Letak Alur Produksi Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian pengertian 28

46 layout mencakup layout site (layout lokasi proyek), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. Kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi layout pabrik yaitu adanya konsistensi dengan teknologi produksi, adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan melakukan ekspansi, meminimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja. 4) Proses Produksi Terdapat tiga jenis proses produksi yaitu 1) proses produksi yang terputusputus (intermiten), 2) kontinu, dan 3) kombinasi. Sistem yang kontinu akan mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi hargadan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus. Umumnya proses produksi kontinu menggunakan mesin-mesin dengan teknologi yang lebih baik (Ahmad 2003, diacu dalam Nurmalita et al.2009) 5) Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan (Equipment) Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penentuan jenis teknologi dan peralatan antara lain seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan, manfaat ekonomi yang diharapkan, ketepatan teknologi dengan bahan mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat, dan kemungkinan pengembangannya serta pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan Aspek Manajemen dan Hukum Analisis manajerial sangat diperlukan agar rancangan dan pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik. Pengkajian aspek manajeman pada dasarnya adalah menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap pengendaliannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya. 29

47 Menurut Husnan dan Muhammad (2000) hal-hal yang dipelajari dalam aspek manajemen yaitu manajemen dalam masa pembangunan proyek dan manajemen dalam operasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen masa pembangunan proyek, yaitu pelaksana proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang melakukan studi masing-masing aspek. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan manajemen dalam operasi adalah bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan, anggota direksi, dan tenaga kunci serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan Analisis aspek hukum meliputi bentuk badan usaha yang akan digunakan dengan mempertimbangkan kekuatan hukum dan konsekuensinya, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Adapun tujuan dari analisis aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Hal ini sangat penting mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan, segala prosedur yang berkaitan dengan izinizin atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu sudah terpenuhi Aspek Sosial dan Ekonomi Analisis terhadap aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan merupakan suatu analisis yang berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial tersebut harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan ketanggapan suatu proyek terhadap keadaan sosial yang terjadi. Aspek sosial yang dinilai antara lain pengaruh proyek terhadap perluasan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja, dan pengaruh proyek tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Dari aspek ekonomi akan dinilai apakah suatu bisnis mampu memberikan peluang bagi peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi Aspek Lingkungan Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan. Apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan yang semakin 30

48 baik atau semakin rusak. Selain itu dinilai pula bagaimana dampak limbah proyek terhadap lingkungan sekitar Aspek Finansial Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan & Muhammad 2000). Penelitian dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan berapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek dijalankan. Penelitian ini meliputi lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat suku bunga yang berlaku. Sehingga jika dihitung dengan formula penilaian investasi akan sangat menguntungkan. Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam penelitian aspek ini antara lain : 1) Biaya Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli aset-aset yang dibutuhkan proyek tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Oleh karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya kebutuhan investasi yang digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis proyek yang akan dijalankan. Secara umun komponen biaya kebutuhan investasi terdiri dari biaya prainvestasi dan biaya pembelian aktiva tetap. Aktiva tetap atau aktiva jangka panjang terdiri dari tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin, dan aktiva tetap lainnya. Biaya modal kerja dapat diartikan sebagai modal kerja bruto atau modal kerja netto. Modal kerja bruto merupakan semua investasi yang dipergunakan untuk aktiva lancar yang terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan. Sedangkan modal kerja netto merupakan selisih antara aktiva lancar dengan utang jangka pendek. Yang dimaksud dengan aktiva lancar adalah aktiva yang untuk berubah menjadi kas memerlukan waktu yang pendek, kurang dari satu tahun atau satu siklus produksi. Dibandingkan biaya modal netto, biaya 31

49 modal bruto lebih sering digunakan dalam analisis kelayakan (Husnan & Muhammad 2000). 2) Sumber-Sumber Dana Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada, seperti modal sendiri, modal pinjaman, dan gabungan keduanya. Pilihan apakah menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman atau gabungan dari keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan pengusaha. Pada dasarnya pemilihan sumber dana bertujuan untuk memilih sumber dana yang ada pada akhirnya bisa memberikan kombinasi dengan biaya terendah, dan tidak menimbulkan likuiditas bagi proyek atau perusahaan yang mensponsori proyek tersebut (artinya jangka waktu pengembalian sesuai dengan jangka waktu penggunaan dana). Sumber-sumber dana yang utama terdiri dari modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan, penerbitan saham atau saham preferan di pasar modal, obligasi yang diterbitkan oleh penjual dan dijual di pasar modal, kredit bank, leasing (sewa guna) dari lembaga keuangan nonbank, dan project finance (Husnan & Muhammad 2000). 3) Aliran Kas (Cash Flow) Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash Flow menggambarkan berapa uang yang masuk ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi investor adalah kas bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu aliran kas permulaan (initial cash flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode merupakan aliran kas permulaan. Aliran kas yang timbul selama operasi proyek disebut aliran kas operasional. Sedangkan aliran kas terminal adalah aliran kas yang diperoleh ketika proyek berakhir. Pada umumnya initial cash flow bernilai negatif, sedangkan 32

50 operational dan terminal cash flow bernilai positif. Aliran-aliran kas ini dinyatakan dengan dasar setelah pajak (Husnan & Muhammad 2000) Teori Biaya dan Manfaat Dalam analisis proyek, tujuan-tujuan analisis harus disertai dengan definisi biaya dan manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti : tanah, bangunan, pabrik, mesin. 2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja. 3) Biaya lainnya yaitu pajak, bunga dan pinjaman. Manfaat dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat dapat dibedakan menjadi : 1) Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan nilai output, fisik, dan atau dari penurunan biaya. 2) Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan adanya proyek tersebut dan biasanya dirasakan oleh orang tertentu dan masyarakat berupa adanya efek multiplier, skala ekonomi yang lebih besar dan adanya dynamic secondary effect, misalnya perubahan dalam produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh keahlian. 3) Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible effect), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi pendapatan, dan lainnya. 33

51 Q Gambar 4. Kurva Biaya Manfaat Analisis Kelayakan Investasi Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaanya terletak pada konsep Time Value of Money yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger 1986). Konsep nilai waktu uang (time value of money) menyatakan bahwa sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat sekarang (present value) lebih disenangi daripada jumlah yang sama jika tersedia pada masa yang akan datang (future value). Inilah yang dinamakan sebagai time preferred dan berlaku untuk setiap orang ataupun masyarakat secara keseluruhan (Gray et al. 2007). Terdapat beberapa kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1) Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan 34

52 oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. 2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) Net Benefit and Cost ratio (net B/C Ratio) menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif. 3) Internal Rate Return (IRR) Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0). Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen.. Hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada Gambar 5. NPV IRR 0 I = Discount Rate (%) Gambar 5. Hubungan Antara NPV dan IRR Sumber: Nurmalina et al. (2009) 4) Payback Period (PP) Payback Period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain. 35

53 Analisis Switching Value Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan maupun dari sisi pengeluaran. Perubahan-perubahan tersebut akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelayakan suatu proyek sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan proyek yang telah dilakukan (Gittinger, 1986). Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu unsur atau mengkombinasikan perubahan beberapa unsur dan menentukan pengaruh dari perubahan pada hasil semula. Analisis switching value merupakan salah satu pendekatan dari analisis sensitivitas. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) atau perubahan komponen outflow (penurunan harga output, penurunan produksi) yang dapat ditoleransi sehingga bisnis masih tetap layak untuk dijalankan. Analisis ini menunjukkan sampai berapa persen perubahan yang terjadi pada variabel (yang diduga bisa menyebabkan perubahan) sampai menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, nilai Net B/C sama dengan satu, dan nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku sehingga proyek dikatakan masih tetap layak untuk dijalankan. Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow dan outflow Kerangka Pemikiran Operasional Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) adalah salah satu tanaman perkebunan jenis palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk produksi gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Propinsi Banten merupakan salah satu dari sepuluh besar Propinsi penghasil aren di Indonesia. Pada tahun 2008 sekitar 76 persen dari luas area pohon aren yang ada di Propinsi Banten berada di Kabupaten Lebak. Hal inilah yang menjadikan Kabupaten Lebak sebagai sentra pengembangan aren di 36

54 Propinsi Banten dan ditetapkannya produk gula aren sebagai komoditas inti daerah Kabupaten Lebak oleh Kementrian Perdagangan RI. Sebagian besar sentra gula aren di Kabupaten Lebak menghasilkan gula aren dalam bentuk gula cetak, dan hanya sebagian kecil yang membuat gula semut. Dari 44 sentra gula aren di Kabupaten Lebak, hanya 6 usaha yang melakukan pengolahan gula aren menjadi gula semut. PD Saung Aren merupakan salah satu perusahaan yang mengolah gula semut di Kabupaten Lebak. Jumlah permintaan pasar terhadap gula semut PD Saung Aren meningkat setiap tahunnya. Sampai saat ini PD Saung Aren belum mampu memenuhi permintaan pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar. Tahun 2010 ini, PD Saung Aren mendapatkan tawaran dari salah satu supermarket yaitu Hero untuk memasok gula semut kemasan 350 gram sebanyak 5 ton setiap bulannya. Namun, pengalaman kegagalan usaha yang pernah dialami sebelumnya menyebabkan pemilik PD Saung Aren ragu untuk melakukan pengembangan usaha. Hal ini karena usaha yang dijalankannya saat ini belum pernah dianalisis kelayakannya. Selain itu, penambahan investasi dengan adanya pengembangan ini tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar, padahal modal merupakan sumberdaya yang terbatas. Meskipun sudah ada investor yang bersedia menanamkan modalnya untuk pengembangan usaha nanti, tentunya dibutuhkan jaminan bahwa pengembangan usaha tesebut layak dan memberikan keuntungan yang lebih besar dari kondisi yang sedang dijalankan saat ini. Oleh karena itu diperlukan analisis untuk menilai layak atau tidaknya usaha pengolahan gula semut ini untuk dijalankan. Kriteria kelayakan ditinjau dari aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Variabel-variabel aspek pasar meliputi potensi pasar dan strategi pemasaran. Analisis terhadap aspek teknis meliputi lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi. Analisis aspek manajemen dan hukum meliputi manajemen sumber daya manusia, bentuk organisasi, dan struktur organisasi usaha. Analisis terhadap aspek sosial dan ekonomi serta lingkungan mengkaji pengaruh negatif dan positif dari usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren 37

55 terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar dilihat dari sisi sosial, ekonomi dan lingkungan. Sedangkan aspek finansial terdiri dari analisis finansial dan analisis sensitivitas. Pengukuran analisis finansial menggunakan kriteria kelayakan investasi NPV, IRR, Net B/C Rasio, dan Payback period. Analisis finansial menerapkan dua skenario perhitungan. Analisis kelayakan finansial skenario I didasarkan pada kondisi usaha yang dijalankan saat ini dengan kapasitas produksi sebesar 26,175 ton per bulan. Analisis kelayakan finansial skenario II mengacu pada kondisi pengembangan usaha untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 31,18 ton per bulan dengan menambah satu unit mesin kemasan dan menambah 2 orang karyawan produksi untuk memenuhi seluruh permintaan dari supermarket yaitu Hero. Pada pengukuran analisis sensitivitas menggunakan metode nilai pengganti (switching value) untuk melihat batas kelayakan dari usaha jika terjadi perubahan pada variabel harga bahan baku dan harga output. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi mengenai pelaksanaan usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren selanjutnya. Kerangka operasional penelitian pada usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren ditunjukan pada Gambar

56 PD Saung aren memproduksi gula semut - Besarnya permintaan pada sasaran pasar Kapasitas produksi terbatas Tawaran modal dari investor Pengalaman kegagalan usaha Keinginan mengembangkan usaha dengan penambahan produksi Mengkaji kelayakan usaha pengolahan gula aren di PD Saung Aren dari berbagai Analisis kelayakan usaha Aspek non finansial Aspek Finansial - NPV - Payback Period - IRR - Analisis Switching Value - Net B/C Aspek Pasar: - Potensi Pasar - Strategi pemasaran Aspek Teknis: - Lokasi menunjang - Luas Produksi Optimum - Proses produksi sesuai - Layout sesuai - Pemilihan teknologi yang tepat Aspek Manajemen dan Hukum: MSDM terorganisir Memilki Legalitas Usaha Aspek Sosial dan Ekonomi Peningkatan kesempatan kerja Peningkatan pendapatan Aspek Lingkungan: - Tidak ada dampak negatif terhadap lingkungan Kondisi Saat Ini Pengembangan Usaha Layak Tidak Layak Dapat diusahakan dan dikembangkan Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional 39

57 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di PD Saung Aren yang terletak di Jalan Raya Cipanas Km 9 Kecamatan Sajra, Kabupaten Lebak, Banten. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa gula aren Kabupaten Lebak telah ditetapkan sebagai komoditas inti daerah oleh Kementrian Perdagangan RI dengan produksi gula aren mencapai ton (Dishutbun Kabupaten Lebak, 2009), dan PD Saung Aren adalah salah satu usaha pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak yang masih memiliki potensi untuk melakukan pengembangan usaha karena permintaan yang ada belum dapat terpenuhi. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan pemilik dan karyawan PD Saung Aren serta masyarakat sekitar perusahaan. Adapun data primer yang diperoleh meliputi : 1) Data keuangan yang mencakup penerimaan, biaya-biaya operasional, biaya investasi yang telah dikeluarkan sampai dengan biaya investasi yang digunakan untuk menjalankan usaha. 2) Aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan. 3) Tanggapan masyarakat sekitar terhadap usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren. Data sekunder yang digunakan berasal dari studi literatur berbagai buku, skripsi, internet dan instansi-instansi terkait seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, serta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Banten. Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini merupakan instumen-instrumen sederhana seperti kuesioner yang akan diisi oleh peneliti sendiri berdasarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan

58 penelitian ini. Instrumen lainnya yaitu alat perekam dan penyimpan data elektronik lainnya Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data sekunder dilakukan pada bulan Desember-Maret 2010 atau selama empat bulan. Sedangkan pengumpulan data primer dilakukan pada saat turun lapang ke lokasi penelitian, yaitu pada bulan Maret-Mei Metode yang dilakukan untuk pengumpulan data primer adalah dengan cara wawancara langsung, wawancara mendalam dan observasi. Sedangkan untuk data sekunder, metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan browsing internet Metode Pengolahan Data Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha pengolahan gula semut secara finansial. Data dan informasi yang bersifat kualitatif seperti analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan akan disajikan dalam bentuk analisis deskriptif. Sedangkan data dan informasi kuantitatif yang telah diperoleh akan diolah dengan bantuan software Microsoft Excel untuk membuat cashflow dari total biaya dan manfaat yang dihasilkan oleh usaha pengolahan gula semut ini beberapa tahun ke depan, yang kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi dengan tujuan untuk mengklasifikasikan serta memudahkan dalam menganalisis data Aspek Pasar Aspek pasar menempati urutan yang pertama dalam studi kelayakan. Usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dikatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Jumlah permintaan pasar terhadap gula semut PD Saung Aren masih lebih tinggi dibandingkan jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. 41

59 2) Perusahaan memiliki program atau strategi pemasaran yang jelas dan efektif yang dapat mendukung pencapaian penjualan perusahaan yang lebih tinggi (Husnan & Muhammad 2000) Aspek Teknis Usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dikatakan layak dalam aspek teknis apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Lokasi pabrik mampu menunjang pelaksanaan usaha tersebut. Hal ini dicirikan oleh ketersediaan bahan baku, jarak dengan pasar yang dituju, ketersediaan tenaga listrik, air dan sarana komunikasi, ketersediaan tenaga kerja, dan ketersediaan fasilitas transportasi (jalan raya, kendaraan umum, dan lain-lain) yang memadai guna menjamin kelancaran akses terhadap bahan baku dan akses terhadap pasar yang dituju. 2) Kapasitas produksi sudah melebihi luas produksi minimum yang harus dicapai. 3) Proses produksi yang sesuai dengan standar yang ditetapkan Badan Pengkajian Teknologi Provinsi Banten. 4) Layout pabrik yang sesuai yang dicirikan oleh adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruangan yang optimal, dan kemudahan melakukan ekspansi. 5) Pemilihan jenis teknologi dan peralatan yang tepat, yaitu teknologi dan peralatan dapat dioperasikan secara tepat oleh tenaga kerja yang ada, teknologi dan peralatan yang tidak mengganggu keseimbangan ekologi dan keharmonisan sosial budaya setempat (tidak menghasilkan limbah yang berlebihan dan tidak menimbulkan kebisingan) (Husnan & Muhammad 200) Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen dan hukum di PD Saung Aren dapat dikatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Manajemen sumberdaya manusia dan manajemen organisasi yang terdapat pada usaha ini telah dikelola dengan baik. Hal ini dicirikan oleh adanya stuktur organisasi serta adanya pembagian dan deskripsi tugas yang jelas dari masing-masing jabatan yang ada. 42

60 2) Perusahaan memiliki badan hukum dengan kekuatan dan konsekuensi yang mendukung berjalannya usaha ini, memiliki akta, sertifikat atau surat izin yang diperlukan untuk menjalankan usaha (Husnan & Muhammad 2000) Aspek Sosial dan Ekonomi Usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dikatakan layak pada aspek sosial dan ekonomi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Mampu meningkatkan kesempatan kerja yang dicirikan dengan adanya penyerapan tenaga kerja dari usaha yang dilakukan. 2) Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli Kabupaten Lebak (Husnan & Muhammad) Aspek Lingkungan Usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dikatakan layak pada aspek lingkungan apabila tidak menghasilkan limbah yang dapat memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan (Husnan dan Muhammad) Aspek Finansial Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial usaha tersebut. Analisis pada aspek finansial dapat dilihat dari komponen biaya dan manfaat, kriteria kelayakan investasi, dan analisis sensitivitas dengan metode switching value Komponen Biaya dan Manfaat Analisis dilakukan melalui penyusunan arus tunai (cashflow) dari usaha pengolahan gula semut, dengan terlebih dahulu mengelompokkan komponen yang termasuk manfaat dan biaya. Pada penelitian ini, perhitungan terhadap biaya dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya operasional, dan biaya lainnya. Biaya investasi yang dikeluarkan PD Saung Aren diantaranya meliputi biaya ijin usaha, biaya sewa bangunan pabrik, biaya rehab pabrik, biaya pembelian mesin (mesin slaicer, oven, mesin penepung, mesin ayakan), dan biaya pembelian peralatan produksi (troli, gerobak, loyang alumunium, bak plastik, timbangan duduk 500 kg, dan palet kayu), pemasangan jet pump dan peralatan 43

61 kantor (komputer, laptop, meja, kursi, lemari, dan mobil pick up). Biaya operasional dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dalam usaha pengolahan aren terdiri dari gaji karyawan tetap, biaya komunikasi, biaya listrik, biaya administrasi, biaya promosi, biaya peralatan karyawan (sarung tangan) dan biaya pemeliharaan mesin. Biaya variabel dalam usaha pengolahan gula semut terdiri dari pembelian bahan baku (gula cetak), biaya pengemasan, gaji karyawan produksi, dan biaya transportasi. Sedangkan biaya lainnya adalah pembayaran pajak penghasilan. Perhitungan manfaat pada usaha pengolahan gula semut adalah banyaknya produksi produk yang dihasilkan PD Saung Aren yaitu gula semut yang dikalikan dengan harga jual dan nilai sisa yang didapat dari barang-barang investasi Kriteria Kelayakan Investasi Kelayakan suatu usaha dapat ditinjau dari berbagai hal, salah satunya melalui kriteria kelayakan investasi. Beberapa kriteria investasi yang umum dikenal diantaranya analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV), Net benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio), tingkat penegembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR), dan masa pengembalian investasi (Payback Period). 1) Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relavan. Rumus menghitung NPV adalah sebagai berikut : NPV = n B t= 0 1 t C t t ( + i) Sumber : Gray et al. (2007) Keterangan : B t = Manfaat proyek pada tahun ke-t (Rp) C t = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp) t = Umur ekonomis proyek (tahun), dimana t = 1,2,3,, n 44

62 i = Tingkat suku bunga/diskonto (% per tahun) Adapun kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV yaitu : NPV > 0, artinya usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren layak untuk dijalankan. NPV < 0, artinya usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren tidak layak untuk dijalankan. Dengan kata lain, usaha tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. NPV = 0, artinya usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, usaha tersebut berada pada keuntungan normal. 2) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah present value yang negatif (sebagai penyebut). Secara umum, rumusnya adalah: Net B/C = n t= 0 n t= 0 B C t t (1 + i) B C t (1 + i) t t t Dimana ( Bt C ( B C t t t > 0) < 0) Sumber : Gray et al. (2007) Keterangan : B t = Manfaat proyek pada tahu ke-t (Rp) C t = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp) t = Umur ekonomis proyek (tahun), dimana t = 1,2,3,, n i = Tingkat suku bunga/diskonto (% per tahun) Adapun kriteria kelayakan investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah : Net B/C > 1, maka NPV > 0, usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren layak untuk dijalankan. Net B/C < 1, maka NPV < 0, usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren tidak layak untuk dijalankan. 45

63 Net B/C = 1, maka NPV = 0, usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, usaha tersebut berada pada keuntungan normal. 3) Internal Rate Return (IRR) Husnan dan Suwarsono (2000) menyebutkan bahwa Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value dari aliran kas keluar dan present value dari aliran kas masuk. Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. IRR juga merupakan nilai discount rate yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus untuk menghitung IRR adalah : NPV IRR = i + ( i i 2 1) 1 NPV NPV 1 2 Sumber : Gray et al. (2007) Keterangan : i 1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i 2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV yang bernilai positif NPV 2 = NPV yang bernilai negatif Adapun kriteria kelayakan investasi berdasarkan IRR adalah : IRR > Discount rate, maka usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren layak untuk dijalankan. IRR < Discount rate, maka usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren tidak layak untuk dijalankan. 4) Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period) Payback Period mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Jika payback period lebih pendek daripada yang disyaratkan, maka proyek dikatakan 46

64 menguntungkan, sedangkan jika lebih lama proyek ditolak (Husnan dan Sawarsono, 2000). Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima. Jika payback period lebih pendek waktunya dari maximum payback period-nya maka investasi dapat diterima. Rumus yang digunakan untuk menghitung jangka pengembalian investasi adalah : Payback period = I A b Sumber: Husnan dan Muhammad (2005) Keterangan : I = besarnya investasi yang dibutuhkan A b = benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya Semakin kecil nilai payback period pada usaha pengolahan gula aren di PD Saung Aren ini maka semakin cepat pengembalian investasi yang telah dikeluarkan sehingga usaha ini akan semakin layak untuk dilaksanakan Analisis Switching Value Analisis switching value (nilai pengganti) digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada biaya dan manfaat yang akan menghasilkan keuntungan normal, yaitu NPV sama dengan nol atau mendekati, IRR mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu. Analisis switching value yang dilakukan pada PD Saung Aren digunakan untuk melihat ambang batas dimana usaha pengolahan gula semut tetap layak untuk dijalankan meskipun terdapat perubahan pada variabel yang dianggap signifikan dalam usaha ini, yaitu (1) tingkat harga gula semut dan (2) tingkat harga gula cetak Asumsi Dasar Analisis kelayakan finansial usaha pengolahan gula semut di PD. Saung Aren menggunakan beberapa asumsi dasar yaitu : 47

65 1) Seluruh modal yang digunakan dalam usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren menggunakan modal sendiri 2) Umur proyek dari usaha pengolahan gula aren di PD Saung Aren ini didasarkan pada umur ekonomis dari variabel investasi terlama yaitu mesin. Adapun umur ekonomis dari mesin adalah 8 tahun, sehingga umur proyek dari usaha pengolahan gula semut ini juga selama 8 tahun. 3) Output yang dihasilkan oleh PD Saung Aren adalah gula semut yang dijual dalam kemasan karung 40 kg secara grosir dan dalam kemasan toples 350 gram secara eceran. 4) Bahan baku untuk membuat gula semut adalah gula cetak yang diperoleh dari tiga sentra gula aren di Kabupaten Lebak dengan tingkat harga yang berbeda. 5) Penentuan harga input dan output yang digunakan dalam perhitungan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian dilakukan tahun 2010 dan diasumsikan konstan hingga umur usaha berakhir. 6) Dalam satu bulan diasumsikan hari kerja selama 26 hari dan satu tahun selama 12 bulan. 7) Dalam analisis finansal dibuat dua skenario. Skenario I merupakan kondisi perusahaan saat ini dengan kapasitas produksi 26,175 ton per bulan. Skenario II merupakan pengembangan usaha melalui peningkatan kapasitas produksi menjadi 36,18 ton per bulan. 8) Mesin penggiling (slicer) beroperasi selama 5 jam per hari dengan kapasitas maksimum 80 kg setiap kali proses. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali proses adalah 30 menit. Sehingga dalam satu hari dengan 10 kali proses, kapasitas maksimum mesin penggiling mencapai 800 kg per hari. Terdapat dua unit mesin penggiling di PD Saung Aren sehingga kapasitas mesin penggiling menjadi kg per hari atau 1,6 ton per hari, atau 41,6 ton per bulan. 9) Mesin pengering (oven) beroperasi selama 6 jam per hari dengan kapasitas maksimum 200 kg setiap kali proses. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali proses adalah 45 menit, 30 menit untuk proses pengeringan pertama dan 15 menit untuk proses pengeringan kedua. Sehingga dalam satu hari 48

66 dengan 8 kali proses, kapasitas maksimum oven mencapai kg per hari atau 1,6 ton per hari atau 41,6 ton per bulan. 10) Mesin penepung beroperasi selama 6 jam per hari dengan kapasitas maksimum 25 kg setiap kali proses. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali proses adalah 15 menit. Sehingga dalam satu hari dengan 24 kali proses, kapasitas maksimum mesin penepung mencapai 600 kg per hari. Terdapat dua unit mesin penepung di PD Saung Aren sehingga kapasitas mesin penepung menjadi kg atau 1,2 ton per hari, atau 31,2 ton per bulan. 11) Mesin pengayak beroperasi selama 6 jam per hari dengan kapasitas maksimum 100 kg per jam. Sehingga dalam satu hari kapasitas maksimum mesin pengayak mencapai 600 kg per hari. Terdapat dua unit mesin pengayak di PD Saung Aren sehingga kapasitas mesin penggiling menjadi kg atau 1,2 ton per hari, atau 31,2 ton per bulan. 12) Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama usaha yaitu tahun 2010 karena perbaikan bangunan pabrik dan masa indent mesin pengolah gula semut hanya membutuhkan waktu dua bulan. Diasumsikan awal investasi berada pada bulan pertama di tahun yang pertama. 13) Biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur ekonomisnya. 14) Penyusutan barang investasi menggunakan metode garis lurus. Perhitungan beban penyusutan dilakukan untuk perhitungan laba-rugi yang akan menghasilkan besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan setiap tahunnya. 15) Tingkat diskonto yang digunakan untuk kelayakan usaha pengolahan gula semut diasumsikan tetap hingga akhir umur usaha, yaitu tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia sebesar 6,5 persen. Penentuan didasarkan pada social opportunity cost of capital dari dana yang dimiliki usaha. 16) Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a dan 31 E, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : 49

67 Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Pasal 17 ayat 2 a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak

68 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Profil dan Sejarah Perusahaan PD Saung aren adalah lembaga usaha yang bergerak dibidang pengolahan, pemasaran dan pengembangan produk yang berbahan baku gula aren. PD Saung aren didirikan pada tahun 2008 oleh Bapak Andi Maulana. Bapak Andi Maulana sebenarnya sudah mulai berbisnis gula aren sejak tahun Awalnya beliau hanya melakukan kegiatan jual beli gula cetak. Gula cetak yang dijual berasal dari pedagang gula aren di Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak yang kemudian dipasarkan ke supermarket di Jakarta. Setiap bulannya Bapak Andi mampu memasok buah gula cetak. Pada awal tahun 2002, Bapak Andi mendapat tawaran dari salah satu perusahaan di Tanggerang untuk memasok gula semut dalam jumlah besar. Melihat peluang tersebut beliau memutuskan untuk mendirikan tempat pengolahan gula semut sendiri yang berlokasi di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten. Dengan modal awal sebesar Rp ,00 yang berasal dari modal pribadi, beliau membeli mesin dan modal kerja. Usaha ini hanya berjalan selama 4 tahun. Pada tahun 2006 usaha ini mengalami kebangkrutan. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku yang cukup tinggi yang tidak mampu diantisipasi perusahaan karena skala produksinya yang masih rendah. Untuk menutupi kerugian, hampir seluruh asset seperti mesin dan perlengkapan pabrik dijual. Selama tahun , Bapak Andi melihat adanya peningkatan permintaan gula semut khususnya dari pabrik makanan dan minuman. Kekhasan aroma dan rasa gula aren mendorong banyak pabrik makanan dan minuman memilih gula aren sebagai bahan pemanis dari produk mereka, dan gula aren dalam bentuk gula semut lebih diminati sebab sifatnya yang lebih tahan lama, lebih kering, dan lebih praktis. Di sisi lain, usaha yang mengolah gula cetak menjadi gula semut belum begitu banyak khususnya di Provinsi Banten. Hal ini di karenakan sebagian besar usaha pengolahan gula aren di Provinsi Banten merupakan usaha sampingan dan usaha berskala mikro yang memiliki keterbatasan modal untuk membeli mesin pembuat gula semut. Hal ini menunjukkan masih terbukanya peluang pasar yang cukup besar untuk

69 memproduksi dan memasarkan gula semut. Hal inilah yang mendorong Bapak Andi mendirikan PD Saung Aren, suatu usaha yang mengolah gula aren menjadi gula semut atau biasa disebut palm sugar pada tahun Modal awal yang dikeluar untuk mendirikan usaha ini sebesar Rp ,00. Modal ini berasal dari modal pribadi pemilik yang dipergunakan untuk menyewa bangunan untuk pabrik dan membeli beberapa peralatan untuk melakukan produksi seperti mesin penggiling (slicer), mesin penepung, mesin pengayak, oven, dan peralatan pendukung lainnya. Pada tahun pertama berdirinya, PD Saung Aren berlokasi di Jalan Raya Cikande, Rangkasbitung. Di tahun kedua yaitu tahun 2009 hingga sekarang, pabrik PD Saung Aren terletak di Jalan Raya Cipanas Km 9 Kecamatan Sajra, Lebak, Banten Kegiatan Bisnis Kegiatan bisnis yang dilakukan PD Saung Aren adalah kegiatan pengolahan, pemasaran, dan pengembangan produk yang berbahan baku dari gula aren. Produk utama yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah gula semut. 1. Pengadaan Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan oleh PD Saung Aren adalah gula cetak. Mengenai ketersediaan bahan baku, perusahaan tidak pernah mengalami kendala. Hal ini karena gula aren adalah komoditas lokal asli Kabupaten Lebak yang melibatkan ribuan petani aren yang berasal dari kurang lebih 12 kecamatan di Kabupaten Lebak. Perusahaan memperoleh bahan baku dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Cijaku, Malingping, dan Panggarangan. Untuk bahan baku yang berasal dari Kecamatan Cijaku dan Malingping, perusahaan melakukan kemitraan dengan kelompok pengrajin setempat. Sedangkan untuk bahan baku dari Kecamatan Panggarangan, perusahaan hanya melakukan proses pembelian biasa dari pedagang pengumpul yang ada di daerah tersebut. Untuk bahan baku yang berasal dari Kabupaten Lebak tersebut, pihak pemasok yang mengantar langsung bahan baku tersebut ke pabrik PD Saung Aren di Kecamatan Sajra. Dari daerahdaerah tersebut dapat dipasok bahan baku berupa gula cetak sebanyak 29,74 ton tiap bulannya dengan harga Rp 8.300,00 Rp 8.500,00 per kilogram. 52

70 2. Produksi Proses pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilakukan secara mekanik dengan menggunakan mesin. Pada awal pendiriannya hingga sekarang perusahaan sudah memiliki dua unit mesin penggiling (slicer), dua unit mesin pengayak, dua unit mesin penepung, dan satu unit oven. Semua mesin yang digunakan digerakan dengan tenaga listrik. Proses produksi gula semut di PD Saung Aren yaitu terdiri dari beberapa tahap. Adapun tahapan proses produksinya sebagai berikut : a. Persiapan Bahan Baku Gula cetak yang akan diproses terlebih dahulu dilepaskan dari pembungkusnya. Setelah itu dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Gula cetak yang akan diproses adalah gula yang paling awal masuk ke gudang bahan baku. Hal ini untuk menghindari kerusakan gula cetak akibat terlalu lama disimpan di dalam gudang. Dengan menggunakan troli, gula diangkut dari gudang bahan baku menuju ruang produksi. b. Penghancuran Gula cetak yang sudah dibersihkan kemudian dimasukan ke dalam mesin penggiling (slicer) untuk dihancurkan. Proses penghancuran dilakukan hingga gula aren benar-benar hancur. Proses ini biasanya berlangsung selama 30 menit. c. Pengeringan I Gula aren yang sudah dihancurkan di mesin penggiling disimpan dalam loyang alumunium untuk kemudian dilakukan proses pengeringan. Proses pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air di dalam gula hingga di bawah 5 persen. Proses pengeringan di PD Saung Aren dilakukan melalui proses penjemuran di bawah sinar matahari selama 2 jam. Jika tidak ada sinar matahari, proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pemanas selama 30 menit dengan suhu 110 o C. d. Pengayakan Setelah dikeringkan, gula diayak di mesin pengayak dengan ukuran 18 mesh. Gula yang lolos pada proses pengayakan disebut gula semut sedangkan gula yang tidak lolos pada proses pengayakan disebut dengan gula reject. 53

71 e. Penepungan Gula reject hasil pengayakan dimasukan ke mesin penepung untuk dihaluskan. Proses penghalusan berlangsung selama menit sampai gula reject benar-benar halus. f. Pencampuran Gula semut dan gula reject yang sudah melalui proses penepungan dicampur dalam wadah baskom berukuran besar. Proses pencampuran ini bertujuan agar gula semut yang dihasilkan memiliki warna dan kehalusan yang seragam. Proses ini dilakukan secara manual tanpa menggunakan mesin. g. Pengeringan II Setelah proses pencampuran, gula semut kemudian dikeringkan kembali. Proses pengeringan yang kedua ini hampir sama dengan proses pengeringan yang pertama. Yang membedakan hanya lama waktu pengeringannya saja. Apabila pengeringan dilakukan melalui proses penjemuran di bawah sinar matahari, proses pengeringan dilakukan selama 45 menit. Apabila melalui proses pemanasan di oven, proses pengeringan dilakukan selama 15 menit dengan suhu 110 o C. Proses pengeringan yang kedua ini bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam gula semut hingga dibawah 3 persen. Dengan demikian gula semut bisa memiliki daya tahan yang lebih lama. h. Pengemasan Gula semut yang sudah dikeringkan kemudian dikemas dalam dua ukuran yang berbeda. Untuk ukuran 40 kg, gula semut dikemas dalam karung yang dilapisi dengan plastik bening di bagian dalamnya (inner bag). Untuk ukuran 350 gram, gula semut dikemas dalam toples plastik atau toples bambu yang dilapisi plastik bagian dalamnya. Kemasan ini dipesan secara langsung berdasarkan desain yang diinginkan disertai label nama produk, berat, komposisi bahan baku, cara pakai dan nomor Departemen Kesehatan RI. Untuk skema proses pengolahan gula semut di PD Saung Aren dapat dilihat pada Gambar 7 berikut: 54

72 Persiapan Bahan Baku Penghancuran Pengeringan I Pengayakan Halus Kasar/ Reject Penepungan Halus Pencampuran Pengeringan II Gambar 7. Proses Produksi Gula Semut di PD Saung Aren Sumber : PD Saung Aren, 2010 Selama proses pengolahan gula semut, terjadi penyusutan gula sekitar 12 persen. Jadi untuk menghasilkan 1 kg gula semut dibutuhkan 1,2 kg gula cetak atau setiap 10 kg gula cetak akan menghasilkan 8,8 kg gula semut. 3. Pemasaran Pengemasan Pasar untuk produk gula semut atau palm sugar saat ini semakin luas. Selain untuk bahan pemanis yang dikonsumsi langsung oleh konsumen, gula semut sudah dijadikan sebagai bahan pemanis alami pada industri makanan dan minuman. Saat ini PD Saung Aren sudah memasarkan produknya secara langsung ke PT Indofood dan secara tidak langsung melalui trader ke PT Gandum Mas 55

73 Kencana dan PT Mayora. Selain itu perusahaan ini juga menjual produknya secara langsung kepada konsumen. Gula semut yang dijual ke pabrik dan trader adalah gula semut dengan kemasan 40 kg yang dijual secara grosir. Sedangkan gula semut yang dijual kepada konsumen langsung adalah gula semut yang dikemas dalam toples plastik dan toples bambu dengan ukuran 350 gram Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi PD Saung Aren masih sangat sederhana. Pemilik yang juga penanam modal berperan sebagai pimpinan perusahaan. Pimpinan membawahi bagian administrasi dan keuangan, serta bagian produksi yang dikoordinir oleh seorang kepala pabrik. Adapun struktur usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dapat dilihat pada gambar 8. Komisaris Pimpinan Bagian Administrasi dan Keuangan Bagian Produksi Karyawan Gambar 8. Struktur Organisasi Usaha Pengolahan Gula Semut di PD Saung Aren Sumber: PD Saung Aren (2010) a. Komisaris Komisaris adalah investor yang ikut menanamkan modal di PD Saung Aren namun tidak terlibat secara langsung dalam usaha pengolahan gula semut ini. Mereka hanya mengawasi jalannya setiap kegiatan di perusahaan. b. Pimpinan Pada struktur organisasi ini, pemilik sekaligus penanam modal terlibat langsung dalam usaha pengolahan gula semut ini sebagai pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan bertanggung jawab untuk menentukan kebijaksanaan umum 56

74 perusahaan; memimpin, mengkoordinir, mengawasi pelaksanaan tugas para kepala bagian; memberi petunjuk, bimbingan, dan pengarahan kepada bawahan, serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas bawahan; dan menetapkan sasaran jangka pendek dan panjang serta rencana kegiatan perusahaan. Di PD Saung Aren pimpinan perusahaan juga bertanggung jawab terhadap pemasaran gula semut yang dihasilkan. Jabatan ini dipegang oleh Bapak Andi Maulana. c. Bagian administrasi dan keuangan Bagian administrasi dan keuangan bertanggungjawab terhadap segala urusan administrasi yang berhubungan dengan usaha pengolahan gula semut ini. Selain itu, kepala admistrasi dan keuangan juga bertanggungjawab terhadap keuangan perusahaan, baik dalam hal pemasukan maupun pengeluaran perusahaan. Dan secara berkala harus membuat laporan kemajuan usaha yang ditujukan kepada pimpinan perusahaan. d. Bagian Produksi Bagian produksi di koordinir oleh seorang kepala pabrik. Kepala pabrik bertanggung jawab atas jalannnya proses produksi secara keseluruhan, mengawasi pelaksanaan standar yang telah ditetapkan dalam pembuatan produk, menjaga kualitas produk yang telah ditetapkan, dan mengawasi ketersediaan bahan baku. e. Karyawan Karyawan dalam usaha pengolahan gula semut ini adalah karyawan yang terlibat dalam proses produksi di PD Saung Aren. Mulai dari proses persiapan bahan baku, penghancuran, pengeringan I, pengayakan, penepungan, pencampuran, pengeringan II hingga proses pengemasan. Saat ini, usaha ini telah memiliki delapan orang karyawan yang kesemuanya adalah laki-laki. Rata-rata karyawan merupakan tamatan SD dan SLTP yang sebagian besar berasal dari penduduk sekitar pabrik. Karyawan masuk setiap hari Senin hingga Sabtu dan mendapat libur pada hari Minggu. Setiap hari kerja, mereka masuk pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore. Masing-masing karyawan memperoleh gaji Rp per bulan. 57

75 6.1. Aspek Pasar VI HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek pasar merupakan salah satu aspek bisnis yang penting dikaji kelayakannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memulai atau mengembangkan suatu usaha. Jika pasar yang akan dituju tidak jelas, prospek usaha ke depan pun tidak jelas, maka risiko kegagalan usaha menjadi besar. Pada usaha pengolahan gula semut sebagai objek penelitian, variabel-variabel aspek pasar yang akan dianalisis meliputi permintaan, penawaran, dan strategi pemasaran yang akan dilaksanakan Permintaan Tingkat permintaan untuk produk gula semut di PD Saung Aren cukup tinggi dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun pertama berdiri, permintaan rata-rata untuk gula semut PD Saung Aren mencapai 35 ton per bulan. Pada tahun kedua permintaan gula semut meningkat menjadi 50 ton per bulan. Permintaan terus meningkat hingga pada awal tahun ketiga yang mencapai 85 ton per bulan. Hingga saat ini, permintaan gula semut tersebut belum dapat terpenuhi seluruhnya oleh perusahaan. Hal ini karena terbatasnya kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan finansial perusahaan. Saat ini PD Saung Aren hanya mampu memenuhi permintaan gula semut sebesar 26,175 ton per bulan atau 30,7 persen dari total permintaan yang ada. Permintaan yang belum terpenuhi berasal dari trader dan supermarket yang ada di daerah Jakarta dan Tanggerang serta konsumen yang ada di Provinsi Banten. Sebaran permintaan dan produksi gula semut di PD Saung Aren tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Permintaan dan Produksi Gula Semut di PD Saung Aren Tahun 2010 Target pasar Permintaan per bulan Produksi per bulan (ton) (ton) Pabrik/Industri Makanan Trader Supermarket 5 - Konsumen Langsung 2 0,175 Sumber : PD Saung Aren 2010

76 Tingginya permintaan gula semut ini menunjukkan bahwa potensi pasar yang dimiliki cukup besar, bahkan potensi ini dapat terus dikembangkan mengingat masih adanya permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh PD Saung Aren. Hal ini merupakan peluang bagi PD Saung Aren untuk meningkatkan kapasitas produksinya agar permintaan pasar dapat terpenuhi Penawaran Potensi pasar yang dimiliki oleh PD Saung Aren juga dapat dilihat dari sisi penawaran gula semut yang ada di pasar. Di Kabupaten Lebak, selain PD Saung Aren, ada satu usaha pengolahan gula semut yang memiliki kapasitas produksi yang hampir sama yaitu Kelompok Mitra Mandala Hariang. Usaha pengolahan gula semut yang berlokasi di Kecamatan Sobang ini memiliki peluang untuk memasok gula semut di pasar yang sama dengan PD Saung Aren. Hal ini karena kapasitas produksinya yang relatif besar dibandingkan usaha pengolahan gula semut lainnya yang ada di Kabupaten Lebak, sehingga usaha ini memiliki kemampuan untuk memasok gula semut ke pabrik atau trader dalam jumlah yang besar secara kontinyu. Setiap bulannya Kelompok Mitra Mandala Hariang mampu memproduksi 30 ton gula semut. Meskipun usaha ini memasok gula semut ke pasar yang sama dengan PD Saung Aren, masih ada sekitar 28,8 ton atau 33,9 persen permintaan gula semut PD Saung Aren yang belum bisa dipenuhi. Apalagi jika jumlah permintaan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan potensi usaha pengolahan gula semut ini masih cukup besar dan berpotensi untuk dikembangkan Strategi Pemasaran Strategi pemasaran diperlukan salah satunya untuk menghadapi persaingan di pasar. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh PD Saung Aren dalam memasarkan produknya adalah menggunakan bauran pemasaran yang meliputi harga, produk, promosi, dan distribusi Harga Harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix. Harga adalah sejumlah uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa. Kebijakan dalam penetapan harga 59

77 merupakan kegiatan yang sangat penting, karena jika harga terlalu tinggi produk tersebut mengalami kesulitan dalam memasuki pasar, demikian pula sebaliknya jika harga terlalu rendah dapat menyebabkan kerugian terhadap kegiatan usaha. Oleh karena itu, kebijakan dalam penetapan harga harus benar-benar diperhitungkan secara tepat. Penetapan harga gula semut di PD Saung Aren didasarkan pada biaya operasional perusahaan, khususnya harga bahan baku gula cetak. Walaupun begitu, perusahaan tetap mempertimbangkan harga gula semut dari perusahaan pesaing. Hal ini agar harga yang ditetapkan perusahaan dapat tetap bersaing di pasar. Perhitungan HPP usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren dapat dilihat pada Lampiran 2. Untuk meningkatkan keuntungan, perusahaan menetapkan tingkat harga yang berbeda-beda untuk setiap jenis konsumennya. Harga terendah ditetapkan pada trader. Hal ini untuk mempertahankan trader tetap menjadi pelanggan perusahaan mengingat trader membeli dalam jumlah yang banyak dan kontinyu setiap bulannya. Tingkat harga tertinggi ditetapkan pada konsumen akhir. Hal ini dikarenakan konsumen membeli secara ecer dalam jumlah yang tidak begitu banyak. Selain itu konsumen akhir cenderung membeli gula semut dalam ukuran 350 gram yang dikemas dalam toples, sehingga biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan lebih besar. Harga jual, HPP, dan marjin keuntungan per kg gula semut berdasarkan jenis konsumen yang membeli dapat dilihat di Tabel 9. Tabel 9. Harga Jual, HPP, dan Marjin Keuntungan per Kg Gula Semut di PD Saung Aren Berdasarkan Jenis Konsumen No. Jenis Konsumen Harga persatuan (Rp/Kg) HPP (Rp/Kg) Marjin (Rp/Kg) 1. Trader ,99 554,01 2. Pabrik , ,01 3. Konsumen Langsung , ,15 Sumber : PD Saung Aren 2010 Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa harga yang ditetapkan perusahaan terhadap ketiga jenis konsumennya berada di atas Harga Pokok Produksi (HPP). Penetuan marjin keuntungan untuk masing-masing konsumen ditentukan berdasarakan jumlah gula semut yang dibeli oleh masing-masing jenis konsumen tersebut. 60

78 Dibandingkan dengan usaha pengolahan gula semut yang ada di Kabupaten Lebak, harga gula semut di PD Saung Aren cukup kompetitif. Untuk pemasaran ke trader, perusahaan menetapkan harga Rp per kg. Harga ini memang lebih mahal dibandingkan harga gula semut yang berasal dari usaha sejenis di Kabupaten Lebak. Namun harga ini sebanding dengan kualitas gula semut yang dihasilkan PD Saung Aren. Perbandingan harga gula semut dari beberapa industri pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Perbandingan Harga Gula Semut dari Beberapa Industri Pengolahan Gula Semut di Kabupaten Lebak Nama Perusahaan Harga Gula Semut (Rp/Kg) PD Saung Aren Rp Koperasi Mitra Mandala Rp Usaha Pengolahan Gula Semut H. Wiwin Rp Usaha Pengolahan Gula Semut Ibu Rina Rp Sumber : PD Saung Aren 2010 Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik sekaligus pimpinan PD Saung Aren, selama perusahaan beroperasi dari tahun 2008, harga gula semut cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kenaikan harga ini disebabkan permintaan yang semakin meningkat yang tidak diimbangi dengan peningkatan penawaran yang ada di pasar. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan gula semut sangat potensial untuk dikembangkan Produk Produk yang dihasilkan oleh PD Saung Aren adalah gula aren semut atau biasa disebut gula semut (palm sugar). Gula semut ini mengandung nilai gizi yang relatif tinggi, aroma yang khas, warna yang seragam dan tahan lama karena kadar air yang terkandung sedikit. Kelebihan gula semut di PD Saung Aren dibandingkan dengan perusahaan sejenis adalah rasanya yang tidak pahit. Umumnya gula semut yang beredar di pasar sering terasa pahit akibat proses pengeringan dengan menggunakan oven bersuhu tinggi. Tujuannya adalah agar kadar air dalam gula semut berkurang dalam waktu yang singkat, namun hal ini justru membuat gula semut menjadi gosong dan terasa pahit. Di PD Saung Aren, proses pengeringan gula semut dilakukan secara tradisional dengan bantuan sinar matahari. Proses penjemuran ini menurunkan kadar air dalam gula semut tanpa 61

79 menyebkan gula menjadi gosong. Proses penjemuran biasanya dilakukan pada musim kemarau. Ketika curah hujan tinggi, perusahaan menggunakan oven untuk menurunkan kadar air gula semut, namun dengan suhu yang sedang sehingga rasa gula semut tetap terjaga. Untuk menjamin kualitas dan keamanan produknya, gula semut yang dihasilkan PD Saung Aren telah memiliki izin dari Departemen Kesehatan RI. No /09.05/99. Gambar 9. Kemasan 350 gram Gula Semut PD Saung Aren Sumber: PD Saung Aren 2010 Gula semut yang dihasilkan oleh PD Saung Aren dijual secara grosir dan eceran. Untuk gula semut eceran dikemas dalam wadah toples plastik atau toples bambu dengan berat 350 gram setiap toplesnya sedangkan untuk gula semut grosir dikemas dalam karung yang dilapisi plastik di bagian dalamnya (inner bag) berukuran 40 kilogram. Pembagian gula semut dalam dua kemasan bertujuan untuk memenuhi permintaan yang ada. Pabrik makanan atau obat-obatan biasanya meminta gula semut dalam kemasan grosir. Hal ini karena mereka menggunakan gula semut tersebut sebagai bahan baku atau bahan campuran dari produk yang dihasilkan. Sehingga kemasan menarik tidak menjadi perhatian yang utama, yang penting bagi mereka adalah kualitas, kuantitas, dan harga. Sedangkan konsumen langsung menilai kemasan sebagai hal yang penting. Kemasan suatu produk bisa menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk melakukan pembelian. Oleh karena itu gula semut yang dipasarkan ke konsumen langsung dikemas secara lebih menarik. 62

80 Gambar 10. Kemasan 40 kg Gula Semut PD Saung Aren Sumber: PD Saung Aren Promosi Selama ini promosi yang dilakukan PD Saung Aren untuk mempromosikan produknya adalah dengan mengikuti pameran-pameran. Selama dua tahun beroperasi perusahaan sudah beberapa kali mengikuti pameran, baik yang berskala nasional ataupun skala regional. Beberapa pameran yang pernah diikuti diantaranya Pameran Produk Ekspor (PPE), Jakarta Fair di Kemayoran Jakarta, Agro & Food Expo di Jakarta, Gebyar Pariwasata Dinas Pariwisata di BSD Junction, Banten Expo di Serang, HKSN Expo di JHCC Jakarta dan pameran-pameran berskala nasional, provinsi atau kabupaten yang dilaksanakan secara berkala setiap tahunnya. Dari pameran-pameran inilah PD Saung Aren mendapatkan tawaran untuk memasok gula semut ke pabrik makanan, ke trader, dan ke retail seperti supermarket hingga saat ini. Keikutsertaan perusahaan dalam beberapa pameran merupakan hasil kerjasama perusahaan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak untuk mempromosikan produknya Distribusi Produk yang dihasilkan PD Saung Aren akan dipasarkan ke 3 jenis konsumen yang berbeda, yaitu konsumen langsung, pabrik, dan trader. Biasanya trader akan menjual kembali gula semut tersebut ke pabrik atau konsumen langsung. Sebanyak 61,13 persen produk yang dihasilkan di PD Saung Aren di jual melalui trader, 38,20 persen dijual langsung ke pabrik, dan sisanya dijual ke konsumen langsung. Pemasaran gula semut PD Saung Aren dilakukan melalui empat saluran distribusi yaitu (1) PD Saung Aren konsumen akhir (pembeli langsung); (2) PD Saung Aren pabrik konsumen; (3) PD Saung Aren trader pabrik 63

81 konsumen akhir; dan (4) PD Saung Aren trader konsumen akhir. Skema saluran distribusi pemasaran gula semut PD Saung Aren dapat dilihat pada Gambar 11. Saluran 1 PD Saung Aren Saluran 2 Trader Saluran 3 Saluran 4 Pabrik Gambar 11. Skema Distribusi Gula Semut PD Saung Aren Sumber : PD Saung Aren 2010 Pada saluran distribusi (1), gula semut yang dihasilkan perusahaan dibeli langsung oleh konsumen akhir. Biasanya konsumen datang langsung ke pabrik atau datang ke outlet PD Saung Aren ketika sedang mengikuti sebuah pameran. Pada saluran distribusi (2), gula semut dibeli oleh pabrik. Di pabrik gula semut biasanya dijadikan bahan pemanis untuk membuat makanan atau minuman tertentu. Makanan atau minuman itulah yang kemudian dibeli oleh konsumen akhir. Pada saluran distribusi (3), gula semut dibeli oleh trader untuk kemudian dijual ke pabrik untuk diolah. Hasil olehannya kemudian dibeli oleh konsumen akhir. Pada saluran distribusi (4), gula semut dibeli oleh trader untuk kemudian dijual ke konsumen akhir Hasil Analisis Aspek Pasar Konsumen Akhir Analisis aspek pasar mengkaji mengenai potensi pasar. Dari analisis ini dihasilkan informasi bahwa dari sisi permintaan, PD Saung Aren memiliki potensi pasar yang cukup besar. Potensi pasar ini ditunjukkan oleh permintaan gula semut yang kontinu dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Sementara itu, dari sisi penawaran, PD Saung Aren tidak mendapat tekanan persaingan yang berarti, 64

82 khususnya di Kabupaten Lebak. Hal ini karena PD Saung Aren merupakan salah satu usaha pengolahan gula semut yang memiliki mutu yang baik dan produktivitas yang tinggi bila dibanding pengolahan gula semut lainnya. PD Saung Aren memiliki strategi pemasaran yang diterapkan dengan baik melalui strategi harga, produk, promosi, maupun distribusi yang mampu membuat gula semut ini diterima di pasar dan mampu bersaing dengan produk sejenis yang dihasilkan oleh pesaing. Berdasarkan analisis terhadap aspek pasar tersebut, dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren layak untuk dijalankan Aspek Teknis Analisis terhadap aspek teknis yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup lokasi usaha, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi. Berikut adalah hasil analisis pada setiap variabel aspek teknis Lokasi Usaha Lokasi usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren terletak jalan Raya Cipanas Km. 9 Desa Pajagan, Kecamatan Sajra, Kabupaten Lebak, Banten. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi usaha adalah: 1. Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku merupakan komponen penting dari keseluruhan proses operasi perusahaan sehingga penanganannya menjadi signifikan dalam penentuan lokasi usaha. Bahan baku utama yang digunakan dalam gula semut ini adalah gula cetak. Untuk memperoleh gula cetak, pihak PD Saung Aren melakukan kerjasama dengan pengrajin gula cetak di daerah Cijaku dan Malingping. Kerjasama yang dilakukan berupa kemitraan, dimana petani mitra harus menyuplai gula cetak secara kontinyu kepada perusahaan dengan tingkat harga dan kuantitas yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Perusahaan juga memasok bahan baku dari pedagang pengumpul di daerah Panggarangan. Hal ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan bahan baku ketika permintaan gula semut meningkat. Perusahaan memilih ketiga lokasi ini sebagai pemasok bahan baku dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra gula aren di Kabupaten Lebak. Berdasarkan data Dishutbun Kabupaten Lebak mengenai luas areal dan 65

83 produksi tanaman aren pada sentra produksi di Kabupaten Lebak tahun 2008 (Lampiran 1), Kecamatan Cijaku, Malingping, dan Panggarangan mampu memproduksi 387,392 ton gula cetak per tahun. Ini menunjukkan bahwa ketiga lokasi ini memiliki potensi bahan baku yang relatif tinggi. Selain itu, ketiga daerah ini memiliki kemudahan aksesibilitas, kualitas gula aren yang baik, dan biaya untuk mendapatkan bahan baku yang cukup murah, karena perusahaan tidak harus menanggung biaya pengankutan bahan baku dari sumber bahan baku ke lokasi usaha. Dalam menetukan kebutuhan bahan baku, perusahaan biasa menyesuaikan dengan kapasitas produksi usaha per bulan. Tiap bulannya perusahaan membutuhkan 29,74 ton gula cetak. Sebanyak 8 ton diperoleh dari Kecamatan Cijaku, 13 ton diperoleh dari Kecamatan Malingping, dan 8,75 ton diperoleh dari Kecamatan. Rincian sumber, jumlah pasokan dan harga gula cetak per bulan PD Saung Aren dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sumber, Jumlah Pasokan dan Harga Gula Cetak per Bulan PD Saung Aren Sumber Bahan Baku Jumlah Pasokan per bulan (ton) Harga (Rp/ Kg) Kecamatan Cijaku 8, Kecamatan Malingping 13, Kecamatan Panggarangan 8, Jumlah 29,75 Sumber : PD Saung Aren Letak Pasar yang Dituju Pertimbangan dalam pemilihan lokasi usaha juga disesuaikan dengan letak pasar yang dituju. Sebagian besar pasar tujuan produk gula semut PD Saung Aren adalah pabrik dan trader yang berlokasi di daerah Tanggerang dan Jakarta. Sebagian lagi berasal dari pembeli perorangan yang berasal dari Provinsi Banten. Pasar gula semut PD Saung Aren bisa ditempuh dalam waktu 2-3 jam dari lokasi usaha dengan menggunakan kendaraan operasional yang ada untuk mendistribusikan gula semut. 3. Tenaga Listrik dan Air Proses produksi gula semut bergantung dari ketersediaan listrik di lokasi usaha. Hal ini karena, semua mesin produksi yang digunakan perusahaan digerakan oleh tenaga listrik. Bila tidak ada listrik pengerjaan harus dilakukan 66

84 secara manual dengan peralatan sederhana. Hal ini tentunya akan menurunkan kapasitas produksi yang bisa dicapai perusahaan. Lokasi usaha di Desa Pajagan Kecamatan Sajra, Kabupaten Lebak sudah terjangkau oleh aliran listrik. Selain itu daerah ini hampir tidak pernah mengalami pemadaman listrik, sehingga tidak ada masalah pada pemenuhan kebutuhan tenaga listrik. Sedangkan untuk akses air bersih juga tidak mengalami kendala yang berarti. Air yang digunakan berasal dari sumur sendiri yang dilengkapi dengan jet pump. 4. Suplai Tenaga Kerja Suplai tenaga kerja bagi perusahaan tidak mengalami masalah. Tenaga kerja perusahaan terdiri dari dua lingkup, tenaga kerja internal dan eksternal. Tenaga kerja internal perusahaan berasal dari daerah Rangkasbitung. Bahkan untuk Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi merupakan anggota keluarga dari investor yang menamkan modal di perusahaan ini. Sedangkan tenaga kerja eksternal yang dimiliki perusahaan berasal dari masyarakat sekitar lokasi usaha pengolahan gula semut. Tenaga kerja ini diperuntukkan di bagian produksi gula semut. Tenaga kerja ini tidak sulit diperoleh oleh perusahaan. Hal ini karena kriteria untuk perekrutan tenaga kerja eksternal ini mudah yaitu tekun, rajin, ulet dan dapat dipercaya. 5. Fasilitas Transportasi Lokasi usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren terletak di pinggir Jalan Raya Cipanas. Kondisi jalan yang melalui lokasi usaha ini sangat baik karena merupakan jalan kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Sajra dengan Kecamatan Rangkasbitung yang merupakan ibukota Kabupaten Lebak. Akses menuju lokasi usaha ini sangat mudah, banyak angkutan umum seperti angkutan kota dan bis antarkota yang melalui lokasi ini. Fasilitas transportasi menuju sumber bahan baku di Kecamatan Cijaku, Malingping, dan Panggarangan tersedia dengan baik. Lokasi bahan baku bisa ditempuh selama 1-2 jam dari lokasi usaha dengam menggunakan kendaraan roda empat. Fasilitas transportasi menuju pasar gula semut PD Saung Aren di Tanggerang dan Jakarta tersedia dengan baik. Lokasi pasar bisa ditempuh selama 2-3 jam dari lokasi usaha dengan menggunakan kendaraan operasional 67

85 perusahaan. Kondisi jalan yang memadai menjadikan proses produksi dan pemasaran gula semut di PD Saung Aren berjalan dengan lancar. 6. Hukum dan Peraturan yang Berlaku Usaha pengolahan gula semut yang didirikan PD Saung Aren di Kecamatan Sajira tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan yang berlaku di wilayah tersebut sehingga tidak ada hambatan bagi usaha untuk mengoperasikan usahanya. Usaha ini telah mendapat izin resmi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak. 7. Iklim Cuaca di Kecamatan Sajra yang cenderung panas dengan suhu mencapai 27 o C (Lebak dalam Angka 2007) sangat mendukung proses produksi di PD Saung Aren khususnya saat proses pengeringan gula semut. Hal ini dikarenakan proses pengeringan gula semut di PD Saung Aren masih menggunakan bantuan sinar matahari untuk menjaga rasa gula semut agar tetap terjaga. Namun perusahaan memiliki oven untuk melakukan proses pengeringan ketika musim hujan datang. 8. Sikap masyarakat Sikap masyarakat Desa Pajagan sangat terbuka dan mendukung terhadap keberadaan usaha pengolahan gula semut ini. Hal ini karena perusahaan sudah mampu menyerap tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar pabrik meskipun jumlahnya belum begitu banyak. Selain itu, proses produksi gula semut yang tidak menghasilkan limbah dan tidak menimbulkan polusi baik polusi udara maupun polusi suara, menyebabkan masyarakat tidak merasa terganggu dengan keberadaan usaha ini. 9. Rencana Perluasan Usaha PD Saung Aren berkeinginan memperluas skala usahanya melalui peningkatan kapasitas produksi. Kapasitas produksi saat ini hanya mencapai 26,175 ton per bulan, akan ditingkatkan menjadi 31,18 ton per bulan sesuai dengan kapasitas mesin pengayak dan penepung yang dimiliki yang mencapai 31,2 ton per bulan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan dari supermarket yang ada di Jakarta. Peningkatan kapasitas ini disertai dengan penambahan satu unit mesin kemasan dan perluasan area penjemuran gula semut. 68

86 Luas ruang pengemasan yang mencapai 40 m 2 dan luas area penjemuran yang mencapai 60 m 2 masih memungkinkan perluasan usaha dilaksanakan di lokasi ini Luas Produksi Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Secara sederhana luas produksi ditentukan oleh kemungkinan market share yang dapat diraih dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dari peralatan yang dimiliki. Namun demikian terdapat beberapa metode yang dipakai untuk menentukan luas produksi yang optimal, salah satunya adalah pendekatan Break Event Point (BEP). Berdasarkan perhitungan BEP pada Lampiran 3, diperoleh nilai BEP untuk penjualan ke pabrik sebesar 50,59961 ton per tahun, BEP untuk penjualan ke trader sebesar 88,31931 ton per tahun, dan BEP untuk penjualan ke konsumen langsung sebesar 0,37191 ton per tahun. Kapasitas produksi gula semut di PD Saung Aren tahun 2010 mencapai 314,1 ton per tahun dengan sebaran produksi 120 ton dipasarkan ke pabrik, 192 ton dipasarkan ke trader, dan sebesar 2,1 ton dipasarkan ke konsumen langsung. Kapasitas produksi PD Saung Aren tahun 2010 ini lebih besar dari nilai BEP, ini menunjukkan bahwa kapasitas produksi gula semut sudah melebihi luas produksi minimal perusahaan. Perbandingan kapasitas produksi gula semut dengan nilai BEP di PD Saung Aren dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perbandingan Kapasitas Produksi dengan Nilai BEP PD Saung Aren Target Pasar Kapasitas Produksi per Tahun (Ton) BEP per Tahun (Ton) Pabrik ,59961 Trader ,31931 Konsumen Langsung 2,1 0,37191 Jumlah 314,1 139, Proses Produksi Proses produksi merupakan proses pengubahan bahan baku menjadi hasil akhir atau produk. Tahapan proses produksi gula semut di PD Saung Aren yaitu persiapan bahan baku (gula cetak), penghancuran, pengeringan, pengayakan, penepungan, pencampuran dan pengemasan. 69

87 Proses produksi pembuatan gula semut di PD Saung Aren termasuk ke dalam proses produksi kontinu (continuous production). Hal ini karena fasilitas produksi atau mesin diatur berdasarkan urutan pembuatan produk. Perusahaan yang menggunakan stategi proses yang fokus terhadap produk umumnya berproduksi dalam volume yang tinggi dengan tingkat variasi yang rendah. Hal ini sesuai dengan kondisi PD Saung Aren yang hanya memproduksi satu jenis produk yaitu gula semut dengan volume yang relatif besar yaitu 26,175 ton per bulan. Proses produksi gula semut yang dilakukan perusahaan sudah sesuai dengan prosedur produksi yang ditetapkan oleh Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Banten. Adanya beberapa tahap produksi yang tidak sama disebabkan karena adanya perbedaan bahan baku yang digunakan. Menurut BPTP Banten, bahan baku yang digunakan untuk membuat gula semut di skala industri adalah gula semut setengah jadi yang berasal dari pengrajin gula aren. Sedangkan bahan baku yang digunakan perusahaan adalah gula cetak. Hal ini dikarenakan sulitnya mencari pengrajin yang menghasilkan gula semut setengah jadi di Kabupaten Lebak, sehingga untuk menjaga ketersediaan bahan baku perusahaan menggunakan gula cetak sebagai bahan baku utama. Agar kualitas gula semut tetap sesuai standar yaitu dengan kadar air di bawah 3 persen, perusahaan melakukan dua kali proses pengeringan. Proses pengeringan pertama dilakukan setelah proses penghancuran gula cetak. Pengeringan ini dilakukan selama 2 jam di bawah panas matahari untuk menurunkan kadar air hingga di bawah 5 persen. Proses pengeringan I dilakukan sebelum proses pengayakan, sebab mesin pengayakan sangat rentan terhadap materi yang lembab. Bila gula aren yang sudah digiling tidak dikeringkan terlebih dahulu sebelum diayak, maka saat proses pengayakan, gula aren akan menggumpal kembali dan proses pengayakan tidak berjalan dengan baik. Di PD Saung Aren, gula reject yang dihasilkan setelah proses pengayakan tidak dibuat menjadi gula cetak, tetapi dimasukan ke dalam mesin penepung sehingga ukurannya lebih halus seperti gula semut yang lolos pada proses pengayakan. Untuk menjaga keseragaman warna dan tekstur, gula semut reject dan gula semut yang lolos pada proses pengayakan di campur secara manual untuk kemudian dikeringkan di bawak sinar matahari selama 45 menit. 70

88 Perbandingan proses produksi gula semut di PD Saung Aren dengan proses produksi gula semut di BPTP Banten dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Perbandingan Proses Produksi Gula Semut di PD Saung Aren dengan Prosedur Produksi Gula Semut di BPTP Banten Layout Produksi Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Proses penentuan bentuk atau layout pada usaha pengolahan gula semut ini masih sederhana. Antara gudang, tempat produksi, dan bagian administrasi sudah berada pada ruangan yang berbeda walaupun masih dalam satu bangunan. Hal ini bertujuan agar gula semut yang dihasilkan memiliki kualitas dan mutu yang tinggi serta higienis karena hanya karyawan produksi saja yang diperbolehkan masuk ke ruang produksi. Layout dari lokasi usaha pengolahan gula semut dapat dilihat pada Gambar

89 Gambar 13. Layout Lokasi Usaha Pengolahan Gula Semut di PD Saung Aren Sumber: PD Saung Aren 2010 Bahan baku utama yaitu gula cetak di simpan di dalam gudang bahan baku yang terletak di sebelah ruang produksi. Hal ini ditujukan untuk memudahkan pengambilan bahan baku ketika akan melakukan proses produksi. Di ruang produksi terdapat 4 buah mesin yang diletakan secara berjejer. Mesin slicer diletakan paling dekat dengan gudang karena mesin ini yang pertama kali digunakan untuk menghancurkan gula cetak, kemudian diletakan oven, mesin penepung dan mesin pengayak. Ketika musim kemarau proses pengeringan dilakukan dengan menjemur gula semut di bawah sinar matahari. Proses ini dilakukan di lapang dekat ruang produksi. Jika hujan, proses pengeringan dilakukan di dalam oven yang terdapat di ruang produksi. Proses pengemasan dilakukan di ruang terpisah dekat ruang produksi. Ruang ini dibuat terpisah agar tidak terjadi kontaminasi dengan lingkungan luar. Pada ruangan ini terdapat timbangan duduk 500 kg. Gula semut yang sudah dikemas disimpan di dalam gudang gula semut Pemilihan Jenis Teknologi Penggunaan teknologi pada usaha pengolahan gula semut ini terlihat dari penggunaan mesin pada proses produksinya. Terdapat 4 mesin utama yang digunakan perusahaan untuk memproduksi gula semut, yaitu sebagai berikut : 1. Mesin Penggiling (slicer) 72

90 Mesin penggiling (slicer) terbuat dari bahan stainless steel dengan frame yang berbahan besi. Mesin ini berfungsi untuk menghancurkan gula cetak menjadi bongkahan yang lebih kecil dan halus. Mesin penggiling digerakan oleh tenaga listrik dengan kapasitas 80 kg per proses. Gambar 14. Mesin Penggiling (Slicer) Gula Cetak 2. Mesin Pengayak Mesin Pengayak atau Vibrator Screen ini terbuat dari bahan plat stainless steel dengan frame berbahan besi. Terdiri dari 3 (tiga) lapisan kasa screen berbahan stainless steel. Dua lapisan teratas untuk mengayak bahan dan satu lapisan paling bawah untuk menampung bahan hasil ayakan. Mesin ini digerakan oleh tenaga listrik. Mesin pengayak atau Vibrator Screen berfungsi untuk menyortir gula semut yang masih memiliki ukuran yang cukup besar. Mesin pengayak yang dimiliki perusahaan memiliki ukuran 18 mesh. Mesin ini memiliki kapasitas 100 kg per jam. Gambar 15. Mesin Pengayak Gula Semut 3. Mesin Penepung 73

91 Mesin Penepung digunakan untuk menghancurkan gula semut reject menjadi lebih halus seperti tepung. Mesin ini toleran terhadap produk yang agak basah dan tidak begitu merubah warna. Mesin penepung terbuat dari Stainless Steel yang digerakan oleh tenaga listrik dengan kapasitas 25 kg per proses. Gambar 16. Mesin Penepung Gula Semut Reject 4. Oven Mesin Pengering/Oven berfungsi menggantikan sinar matahari sebagai pengering alami ketika kondisi cuaca mendung atau hujan. Mesin ini digunakan untuk menurunkan kadar air yang ada di dalam gula semut. Rangka mesin pengering terbuat dari plat besi kotak sedangkan seluruh body dibuat dari plat stainless steel food grade (khusus makanan). Mesin ini dilengkapi alat kontrol suhu otomatis, sehingga suhu pengeringan dapat diatur dan dikendalikan secara otomatis. Gambar 17. Mesin Pengering Gula Semut (Oven) 74

AREN. Gambar 1. Pohon Industri Produk Turunan Aren Sumber : BPTP Banten (2005)

AREN. Gambar 1. Pohon Industri Produk Turunan Aren Sumber : BPTP Banten (2005) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) merupakan salah satu tanaman perkebunan jenis palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Gula Aren

II TINJAUAN PUSTAKA Gula Aren 2.1. Gula Aren II TINJAUAN PUSTAKA Dalam istilah kuliner, gula adalah tipe makanan yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar, yaitu manis. Komponen utama dari gula adalah karbohidrat. Jenis gula

Lebih terperinci

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN GULA SEMUT DENGAN PENGOLAHAN SISTEM REPROSESING PADA SKALA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN BLITAR Arie Febrianto M Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc & Tim Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Disampaikan pada Pertemuan Pengembanan dan Pemanfaatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku pembuatan gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa

Lebih terperinci

SKRIPSI DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU H

SKRIPSI DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN JUS DAN SIRUP BELIMBING MANIS DAN JAMBU BIJI MERAH (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat) SKRIPSI DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) GULA AREN (Gula Semut dan Gula Cetak)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) GULA AREN (Gula Semut dan Gula Cetak) POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) GULA AREN (Gula Semut dan Gula Cetak) HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KATA PENGANTAR Cetakan Syariah Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR FADIL DHIKAWARA A14103535 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu tanaman tropis yang tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan mulai dari akar, batang, buah,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun Produksi Impor

I. PENDAHULUAN. Tahun Produksi Impor I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia karena tergolong dalam kelompok bahan pokok untuk konsumsi seharihari. Pada tahun 2010, total konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia, yakni sebagai penghasil devisa negara, penyedia

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula pasir merupakan sumber bahan pemanis yang banyak digunakan, baik untuk keperluan konsumsi rumah tangga maupun untuk bahan baku industri makanan dan minuman. Gula

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENGGUNAAN TEKNOLOGI VACUUM EVAPORATOR DAN SPINNER UNTUK PENGEMBANGAN PROSES PRODUKSI GULA AREN SEMUT DI KABUPATEN LEBAK Putro Ferro Ferdinant 1, Nurul Ummi 2, Ade Irman Saeful M S 3, Hadi Setiawan 4 1,2,3,4

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1) Persyaratan Tumbuh Aren (Arenga pinnata)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1) Persyaratan Tumbuh Aren (Arenga pinnata) 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Aren a. Budidaya 1) Persyaratan Tumbuh Aren (Arenga pinnata) Menurut peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 133 tahun 2013

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aren (Arenga pinnata) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Aren (Arenga pinnata) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aren (Arenga pinnata) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dapat tumbuh di daerah-daerah perbukitan dengan curah hujan yang relatif tinggi. Awalnya aren merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki iklim tropis. Oleh karena itu di Indonesia banyak tumbuh tanaman seperti pohon kelapa dan pohon aren. Pohon kelapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan PENDAHULUAN Latar Belakang Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan bunga jantan tanaman penghasil nira seperti aren, kelapa, tebu, bit, sagu, kurma, nipah, siwalan, mapel,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN WORKSHOP NASIONAL PENGEMBANGAN GULA KELAPA DAN AREN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN Oleh : Adisatrya Suryo Sulisto Anggota Komisi VI DPR RI Purwokerto, 16-17 Desember 2015 POTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA DAN TEKNOLOGI PEMBUATAN GULA SEMUT AREN (STUDI KASUS : PADA USAHA PEMBUATAN KUE SKALA RUMAH TANGGA BOMIS JAYA) 1.

ANALISIS USAHA DAN TEKNOLOGI PEMBUATAN GULA SEMUT AREN (STUDI KASUS : PADA USAHA PEMBUATAN KUE SKALA RUMAH TANGGA BOMIS JAYA) 1. Prosiding SNaPP2016 Sains dan Teknologi ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 ANALISIS USAHA DAN TEKNOLOGI PEMBUATAN GULA SEMUT AREN SEBAGAI ALTERNATIVE PEMANIS ALAMI (STUDI KASUS : PADA USAHA PEMBUATAN KUE SKALA

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN (Studi Kasus Unit Usaha Kelompok Wanita Tani Damai, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk,

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang terpenting setelah kelapa (nyiur) karena merupakan tanaman serba guna. Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

Untuk Daerah Tertinggal

Untuk Daerah Tertinggal Daya Saing Agroindustri Gula Semut Untuk Daerah Tertinggal Oleh :Edi Mulyadi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UPN Veteran Jawa Timur Gula a. Komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga RINGKASAN EJEN MUHAMADJEN. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Ir. Netty Tinaprilla,MM Taman Sringanis merupakan wujud kepedulian terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN PENGOLAHAN CUMI-CUMI (Loligo sp.) SIAP SAJI

KAJIAN PENGOLAHAN CUMI-CUMI (Loligo sp.) SIAP SAJI KAJIAN PENGOLAHAN CUMI-CUMI (Loligo sp.) SIAP SAJI oleh KURNIA MEIRINA F34102031 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR KAJIAN PENGOLAHAN CUMI-CUMI (Loligo sp.) SIAP SAJI Sebagai

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A14105555 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang salah satunya berupa hasil pertanian yang melimpah. Kekayaan alam dari sektor pertanian ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Septiawan, 2 Dini Rochdiani, 3 Muhamad Nurdin Yusuf

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR SKRIPSI ITA FUSFITAWATI H34053987 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KERUPUK RAMBAK KULIT SAPI DAN KULIT KERBAU (Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah) SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT Oleh: NIA ROSIANA A14104045 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian. Indonesia juga sejak lama dikenal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT Uswatun Chasanah dan Hikma Ellya Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur hikmapolihasnur@gmail.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT Oleh : SUHENDRI A 14105610 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

SKRIPSI SELLY RIESTI H

SKRIPSI SELLY RIESTI H ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS PADA KONDISI RISIKO (Studi Kasus: Instalasi Biogas Skala 5 M 3, Kecamatan Cisarua dan Megamendung, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi (agroindustri) dapat menjadi salah satu pilihan strategis dalam menghadapi masalah dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat di pedesaan serta mampu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN BANDENG ISI Pada BANISI di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN BANDENG ISI Pada BANISI di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN BANDENG ISI Pada BANISI di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat Oleh: MOCHAMAD EVAN SETYA MAULANA A14104128 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. yang awalnya dirasa dapat mencukupi menjadi tidak optimal lagi. Dalam keadaan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. yang awalnya dirasa dapat mencukupi menjadi tidak optimal lagi. Dalam keadaan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Industri Rumah Tangga Nata De Coco a. Industri Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di Indonesia yang sangat berperan dalam penyediaan lapangan

Lebih terperinci

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA Ole h IMAM ROSYADI F 24. 1455 1991 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI OLEH SUCI NOLA ASHARI A14302009 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN.

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. Dwi Nugroho Artiyanto E 24101029 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci