Makassar, 31 Desember 2015 Kepala Perwakilan, Deni Suardini NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Makassar, 31 Desember 2015 Kepala Perwakilan, Deni Suardini NIP"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Berdasarkan Peraturan Presiden No.29 Tahun 204 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Permenpan No.53 Tahun 204 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk melaporkan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya selama satu tahun dalam Laporan Kinerja (LKj). Melaksanakan Peraturan Presiden Republik Indonesia tersebut dan sebagai wujud penerapan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) dan akuntabel, maka Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu instansi pemerintah berkewajiban juga untuk menyusun Laporan Kinerja (LKj) Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan tahun 205. Laporan Kinerja (LKj) tersebut dimaksudkan sebagai Laporan dari Kinerja yang telah dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan selama Tahun 205. Penyusunan Laporan Kinerja (LKj) ini telah didukung dengan sistem pengelolaan data kinerja di lingkungan BPKP melalui penggunaan New IPMS (New Integrated Performance Management System), serta sistem pengelolaan data keuangan melalui penggunaan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Informasi yang disajikan dalam Laporan Kinerja (LKj) 205 mencakup realisasi kinerja tahun 205 yang meliputi output dan outcome serta perbandingan-perbandingan yang relevan. Tahun 205 ini merupakan periode pertama pelaksanaan Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan Tahun i

2 Laporan Kinerja (LKj) Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan, selain sebagai media pertanggungjawaban atas mandat yang diemban dan kinerja yang telah ditetapkan, juga menjadi media pemantauan atas pencapaian kinerja serta memberikan umpan balik bagi upaya perbaikan kinerja pada masa yang akan datang. Semoga Laporan Kinerja (LKj) Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 205 ini menjadi bagian dari kecukupan Akuntabilitas Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan, serta bermanfaat bagi Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dalam rangka meningkatkan kinerja di masa-masa mendatang dan bagi BPKP secara keseluruhan serta pihak yang berkepentingan dalam menilai Akuntabilitas Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar, 3 Desember 205 Kepala Perwakilan, Deni Suardini NIP ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF... i iii vi Bab I. PENDAHULUAN... A. TUGAS DAN FUNGSI... B. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI ASPEK STRATEGIS EKSTERNAL ASPEK STRATEGIS INTERNAL... 6 C. KEGIATAN DAN PRODUK ORGANISASI... D. STRUKTUR ORGANISASI... 2 E. SISTEMATIKA PENYAJIAN... 3 Bab II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA... 5 A. RENCANA STRATEGIS PERNYATAAN VISI PERNYATAAN MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA UTAMA... 9 iii

4 7. PROGRAM DAN KEGIATAN... 9 B. PERJANJIAN KINERJA Bab III. AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Sasaran I : Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara Sasaran II : Meningkatnya Kualitas Penerapan SPI KLPK serta Meningkatnya Upaya Pencegahan Korupsi Sasaran III : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern K/L/P Sasaran IV : Meningkatnya Kualitas Layanan Dukungan Teknis pengawasan C. REALISASI KEUANGAN Bab IV. PENUTUP... 0 LAMPIRAN Lampiran I Tapkin 205 Lampiran II Capaian Output Tahun 205 Lampiran III Perbandingan Capaian Output Tahun 205 dengan Tahun 204 Lampiran IV Capaian Outcome Tahun 205 Lampiran V Lampiran VI Perbandingan Capaian Outcome Tahun 205 dengan Tahun 204 Hasil Assessment Tata Kelola APIP iv

5 Lampiran VII Opini BPK atas LKPD Tahun 204 Lampiran VIII Opini dan Nilai Kinerja PDAM Tahun 204 Lampiran IX Daftar Atensi Tahun 205 Lampiran X Rekapitulasi Penyelenggaraan Diklat di Kantor Pengelola Diklat Pusdiklatwas BPKP di Makassar v

6 RINGKASAN EKSEKUTIF Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran dan kegiatan, dilengkapi dengan indikator kinerja dan target yang akan dicapai, untuk selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan Perjanjian Kinerja setiap tahun. Pencapaian target dan indikator kinerja setiap tahunnya diungkapkan dalam Laporan Kinerja (LKj). Laporan Kinerja (LKj) Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan tahun 205 ini merupakan salah satu media yang menunjukkan kesiapan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dalam menjawab pertanyaan atas kinerja tahun 205. Selain itu, Laporan Kinerja (LKj) ini juga sebagai alat kendali dan alat pengukuran kinerja secara kuantitatif menuju terwujudnya akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas. Hasil penilaian atas pelaksanaan kinerja tahun 205 menunjukkan bahwa ratarata sasaran program Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan telah tercapai. Keberhasilan capaian sasaran strategis diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menggambarkan peran Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dalam memberikan nilai tambah bagi stakeholders. Realisasi pencapaian empat sasaran program tersebut di atas, adalah sebagai berikut:. Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara Capaian sasaran sasaran program ini ditunjukkan oleh capaian satu IKU outcome dan satu indikator output. Capaian outcome untuk tahun 205 sebanyak 4,38% atau mencapai 03,45% dari target tahun 205 sebesar 40%. Sedangkan capaian output untuk tahun 205 sejumlah 45 rekomendasi atau mencapai 00% dari target sebesar 45 rekomendasi. vi

7 2. Meningkatnya Kualitas Penerapan SPI KLPK serta Meningkatnya Upaya Pencegahan Korupsi Capaian sasaran sasaran program ini ditunjukkan oleh capaian satu IKU outcome dan satu indikator output. Capaian outcome untuk tahun 205 sebanyak 50% atau mencapai 00% dari target tahun 205 sebesar 50%. Sedangkan capaian output untuk tahun 205 sejumlah 2 rekomendasi atau mencapai 00% dari target sebesar 2 rekomendasi. 3. Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern K/L/P Capaian sasaran sasaran program ini ditunjukkan oleh capaian satu IKU outcome dan satu indikator output. Capaian outcome untuk tahun 205 sebanyak 0% atau mencapai 0% dari target tahun 205 sebesar 5%. Sedangkan capaian output untuk tahun 205 sejumlah 2 rekomendasi atau mencapai 00% dari target sebesar 2 rekomendasi. Belum tercapainya Kondisi existing kapabilitas APIP tahun 204 di Provinsi Sulawesi Selatan, adalah empat APIP PEMDA berada pada Level 2 Dengan Catatan dan sisanya sebanyak 2 APIP PEMDA masih berada pada Level. Hal ini menunjukkan masih jauh dari target RPJMN yaitu sebanyak 85,00% dari APIP PEMDA. Dalam tahun 205 target pencapaian kapabilitas APIP PEMDA di Provinsi Sulawesi Selatan belum ada, namun Pewakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan sudah mencanangkan target Kapabalitas APIP PEMDA Level 3 dalam tahun 206 sebanyak 25,00% dari jumlah 25 Pemerintah Daerah atau enam Pemerintah Daerah. 4. Meningkatnya Kualitas Layanan Dukungan Teknis pengawasan Capaian sasaran sasaran program ini ditunjukkan oleh capaian satu IKU outcome dan tiga indikator output. Capaian outcome untuk tahun 205 sebanyak 7,2 atau mencapai 02,86% dari target tahun 205 sebesar 7. Sedangkan capaian output untuk tahun 205 sejumlah 86 laporan dan 6 unit sarana prasarana atau mencapai 229,69% dari target sebesar 60 laporan dan 4 unit sarana prasarana. Selain pencapaian sasaran program, beberapa hal yang merupakan hasil konkrit dari peran pengawasan oleh Perwakilan BPKP Sulawesi Selatan selaku Internal Auditor Presiden selama tahun 205 antara lain: vii

8 . Nilai penyelamatan uang negara dari temuan hasil audit dan monitoring sebesar Rp , Dari 2 Pemda yang diasistensi oleh Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 205, sebanyak 8 Pemda berhasil memperoleh opini WTP, Pemda mendapatkan opini WDP, dan 2 Pemda memperoleh opini TMP dari hasil Audit BPK- RI. 3. Sebanyak 2 PDAM berkinerja baik, 4 PDAM berkinerja cukup, 6 PDAM berkinerja kurang, dan Pemda berkinerja tidak baik. 4. Nilai koreksi penyesuaian harga dan klaim sebesar Rp ,0. 5. Jumlah kerugian negara dari hasil Audit Investigasi dan Penghitungan Kerugian Keuangan Negara yang diserahkan ke Instansi Penyidik sebesar Rp ,24. Keberhasilan lain yang diperoleh Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dalam tahun 205 berupa penghargaan-penghargaan yang terdiri dari: a. Juara I Lomba Karya Tulis dalam rangka HUT BPKP ke - 32; b. Juara II Lomba Eco Office; c. Juara I Kategori Video Profil Unit Kerja Terbaik; d. Juara II Kategori Majalah Internal Terbaik; e. Juara II Kategori Unit Kerja Pengirim Berita Harian Teraktif; f. Juara III Kategori Unit Kerja Pengunggah Berita Harian Teraktif; Hasil evaluasi penyelenggaraan SPIP Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh Inspektorat BPKP. Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP berada pada level terdefinisi atau tingkat 4 dari 6 tingkat maturitas SPIP. Penilaian maturitas ini menghasilkan nilai maturitas SPIP sebesar 3,28 dari pengukuran terhadap 25 fokus penilaian. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan telah mengirimkan atensi kepada beberapa stakeholders sebagai upaya memberikan rekomendasi kebijakan yang bersifat strategis. Atensi yang telah dikirimkan selama tahun 205 se banyak 2 atensi yang ditujukan kepada Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, para Bupati/Walikota se-sulawesi viii

9 Selatan, Direksi PT Pelindo (Persero), Kepala Perwakilan Ombudsman Sulawesi Selatan serta Direksi RSUD Andi Makkasau. Rincian dari 22 atensi dapat dilihat pada lampiran 9. Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan selama tahun 205 menghasilkan temuan pemeriksaan sebanyak 270 kejadian dengan nilai Rp ,00. Keseluruhan program yang dilaksanakan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 205 menggunakan dana sebesar Rp ,00 yang terdiri dari dana DIPA Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan sebesar Rp ,00 dan dana pihak ketiga sebesar Rp ,00. Keberhasilan ini dicapai berkat dukungan seluruh pegawai organisasi dan kerja sama dengan pihak-pihak lain (stakeholders) dalam memberikan layanan jasa pengawasan kepada pemerintah daerah, instansi penyidik, dan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini sejalan dengan perubahan paradigma BPKP sebagai auditor internal pemerintah yang dapat memberikan jasa konsultasi perbaikan manajemen, khususnya sebagai auditor yang mendukung akuntabilitas Presiden. Dalam pencapaiannya, seluruh sasaran output program telah tercapai, namun masih terdapat IKU outcome yang belum mencapai target yang ditentukan. Untuk itu, diperlukan upaya dan kerja yang lebih keras lagi untuk mengoptimalkan pencapaian semua sasaran strategis di masa mendatang. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh BPKP dalam upaya memperbaiki kinerja antara lain:. Meningkatkan kualitas Perencanaan Pengawasan dengan Pendekatan BPKP Sentris, penetapan skala prioritas/strategi fokus, terukur dan jelas tahapannya, komprehensif, berkesinambungan sehingga terwujud keselarasan tujuan organisasi (Goals Congcruence). 2. Melakukan internalisasi perencanaan pengawasan berbasis resiko dan anggaran berbasis kinerja sehingga lebih berorientasi pada hasil. 3. Meningkatkan kapabilitas pengawasan intern melalui peningkatan IA-CM APIP yang mampu mendorong pemantapan penerapan sistem pengendalian intern kementerian, lembaga, pemerintah daerah dan korporasi (K/L/P/K) dan mampu ix

10 bersinergi dengan APIP lain dalam membangun tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan dalam melakukan pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. 4. Meningkatkan kualitas pengawasan terhadap ketaatan dan kinerja/value-for-money audit serta kualitas advisory services. x

11 BAB I PENDAHULUAN Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan merupakan unit perwakilan dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). BPKP merupakan Lembaga Pemerintah yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Tugas dan fungsi BPKP, aspek strategis organisasi, kegiatan dan layanan produk BPKP, struktur organisasi serta sistematika penyajian Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi lebih lanjut diuraikan sebagai berikut : A. TUGAS DAN FUNGSI Melalui Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 204 Tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, BPKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPKP menyelenggarakan dua fungsi utama yaitu fungsi pengarahan dan pengoordinasian pengawasan intern dan fungsi pengawasan intern. Tugas Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan adalah melaksanakan pengawasan keuangan dan pembangunan serta penyelenggaraan akuntabilitas di daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai fungsi yaitu : ) Fungsi Pengarahan dan Pengoordinasian Pengawasan Intern Fungsi pertama meliputi (a) fungsi perumusan kebijakan nasional pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional

12 meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden dan (b) fungsi pengoordinasian dan sinergi penyelenggaraan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional bersama-sama dengan aparat pengawasan intern pemerintah lainnya. 2) Fungsi Pengawasan Intern Fungsi kedua berupa pengawasan intern yang terdiri dari:. Pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran keuangan negara/daerah serta pembangunan nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara/daerah dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang di dalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, serta akuntabilitas pembiayaan keuangan negara/daerah; 2. Pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan asset negara/daerah; 3. Pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian intern, dan tata kelola terhadap instansi/badan usaha/badan lainnya dan program/kebijakan pemerintah yang strategis; 4. Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit perhitungan kerugian keuangan negara/daerah, pemberian keterangan ahli dan upaya pencegahan korupsi; 5. Pelaksanaan reviu atas laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah pusat; dan 2

13 6. Pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, dan konsultansi penyelenggaraan sistem pengendalian intern kepada instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan badan lainnya. Dengan diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, Dan Bupati/Walikota wajib melakukan pengendalian atas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Menurut PP tersebut, BPKP adalah Auditor Presiden yang bertugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilias keuangan negara dan melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Berdasarkan PP tersebut, BPKP mempunyai tugas dan fungsi, yaitu melakukan :. Pengawasan intern terhadap akuntabilias keuangan negara atas kegiatan tertentu (Pasal 49 ayat 2), meliputi : a. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral; b. Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN); c. Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. 2. Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Pasal 59 ayat 2); 3. Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebelum disampaikan ke Menteri Keuangan kepada Presiden (pasal 57 ayat 4); 4. Penyampaian ikhtisar laporan hasil pengawasan yang bersifat nasional dari hasil 5. pengawasan BPKP dan APIP lainnya (pasal 54 ayat 3). B. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI. ASPEK STRATEGIS EKSTERNAL Dengan teknik analisis SWOT, analisis lingkungan eksternal menghasilkan peluang dan tantangan pengawasan BPKP. Peluang lengkapnya sebagai berikut: 3

14 a. Adanya dukungan yang jelas dari Presiden, termasuk beberapa stakeholders, menunjukkan bahwa BPKP diharapkan berperan sesuai dengan mandat yang diberikan oleh pemerintah; b. Tingginya komitmen pemerintah untuk menyelenggarakan negara yang bersih, tertib, dan bertanggung jawab (clean government and good governance), menjadi peluang BPKP untuk dapat berperan dalam pengawasan intern; c. Meningkatnya permintaan jasa assurance dan consultancy dari instansi pemerintah, membuat BPKP berpeluang melaksanakan pengawasan intern; d. Reputasi dan kinerja BPKP dari hasil pengawasan yang telah dilakukan selama ini memberikan kepercayaan bagi instansi pemerintah yang memerlukan jasa pengawasan yang tidak dapat dilakukan oleh APIP-nya sendiri; e. Dengan terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008 dan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 204, semakin menguatkan BPKP di dalam menjalankan perannya; f. Dalam kondisi masih banyaknya kasus korupsi, masih besar pula harapan instansi penyidik meminta BPKP untuk melakukan audit investigatif atas kasus TPK; Wilayah kerja Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan mencakup wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang terdiri atas:. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan 2. Pemerintah Kota Makassar 3. Pemerintah Kota Palopo 4. Pemerintah Kota Parepare 5. Pemerintah Kabupaten Gowa 6. Pemerintah Kabupaten Maros 7. Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 8. Pemerintah Kabupaten Takalar 9. Pemerintah Kabupaten Jeneponto 0. Pemerintah Kabupaten Bantaeng. Pemerintah Kabupaten Bulukumba 2. Pemerintah Kabupaten Sinjai 4

15 3. Pemerintah Kabupaten Bone 4. Pemerintah Kabupaten Wajo 5. Pemerintah Kabupaten Barru 6. Pemerintah Kabupaten Pinrang 7. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar 8. Pemerintah Kabupaten Enrekang 9. Pemerintah Kabupaten Tana Toraja 20. Pemerintah Kabupaten Toraja Utara 2. Pemerintah Kabupaten Luwu 22. Pemerintah Kabupaten Luwu Timur 23. Pemerintah Kabupaten Luwu Utara 24. Pemerintah Kabupaten Soppeng 25. Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang Keduapuluh lima pemerintah daerah tersebut telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) pengelolaan keuangan daerah dengan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan. Di luar pemerintah daerah, juga terdapat 5 BUMN yang berkantor pusat di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan 29 BUMD serta 30 Rumah Sakit Umum Daerah, dimana BUMN/BUMD tersebut telah mendatangani nota kesepahaman (MoU) tentang Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan juga telah berkerja sama dengan beberapa Perguruan Tinggi Negeri (Universitas Negeri Makassar, Universitas Hasanuddin, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Politeknik Kesehatan Makassar dan UIN Alauddin), Pengadilan Tinggi Agama, KPU Provinsi Sulawesi Selatan, dan beberapa Instansi vertikal yang ada di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Guna mendukung pelaksanaan kepemerintahan yang bersih, BPKP juga telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan instansi penyidik untuk membantu penyidik dalam menangani kasus-kasus berindikasi TPK. 5

16 2. ASPEK STRATEGIS INTERNAL Dengan teknik analisis SWOT, analisis lingkungan internal menghasilkan identifikasi potensi dan permasalahan pengawasan BPKP. Potensi pengawasan internal BPKP antara lain sebagai berikut: a. BPKP memiliki SDM pengawasan yang kompeten, berpengalaman, berintegritas, inovatif, adaptif, dan terpercaya sehingga cukup untuk melaksanakan pengawasan sesuai dengan mandat yang dimilikinya; b. BPKP memiliki core competency unggulan di bidang pengawasan yang dapat diandalkan untuk melakukan pengawasan intern terhadap seluruh stakeholders; c. Adanya PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP dan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 204 menandakan bahwa BPKP memiliki mandat untuk melakukan lingkup penugasan yang bersifat makro dan strategis, pembinaan penyelenggaraan SPIP, penyedia laporan pengawasan yang berskala nasional ke Presiden, dan pembinaan penyelenggaraan JFA; d. BPKP mempunyai peran melakukan pengawasan intern dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden; e. Adanya produk-produk unggulan yang dibutuhkan oleh stakeholders (GCG, KPI, PE, FCP, SAKD, MR, SIMDA) yang memungkinkan BPKP melakukan penugasan sesuai dengan kebutuhan stakeholders; f. BPKP memiliki sistem informasi dan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang cukup mumpuni, sehingga BPKP dapat memberikan data yang terkait dengan hasil pengawasan intern; g. BPKP memiliki pengalaman berupa task force yang melaksanakan evaluasi kebijakan atau evaluasi program. Pelaksanaan pengawasan intern BPKP mengalami beberapa tantangan. Perubahan paradigma pengawasan intern dari watchdog menjadi quality assurance atau consultant, memerlukan pengelolaan perubahan yang memadai karena beberapa kelemahan antara lain: 6

17 a. Berkaitan dengan penugasan pengawasan intern baik assurance maupun consulting, BPKP belum memiliki komposisi SDM yang ideal baik kuantitas maupun kualitas; b. Untuk memotivasi SDM agar mempunyai kinerja yang baik perlu didukung dengan adanya reward and punishment system, namun dalam hal ini BPKP belum dapat mengimplementasikannya secara optimal; c. Dalam melaksanakan peran BPKP dalam hal melakukan pengawasan lintas sektoral, metodologi pengawasan lintas sektoral yang digunakan oleh BPKP masih perlu ditingkatkan; d. Peran pengawasan intern yang dilakukan BPKP saat ini membutuhkan kompetensi pengetahuan makro yang harus dimiliki oleh SDM BPKP, namun kompetensi pengetahuan makro tersebut kurang dimiliki oleh SDM BPKP; e. Dalam mendukung peran BPKP saat ini, organisasi, tatalaksana dan SDM BPKP belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan peran yang dimandatkan oleh pemerintah; dan f. Belum terbangunnya sistem informasi hasil pengawasan intern nasional yang terintegrasi. Guna mendukung tugas pokok dan fungsi, Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan memiliki tiga aspek strategis internal yang berasal dari sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta sumber dana.. SUMBER DAYA MANUSIA Pegawai Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan per 3 Desember 205 berjumlah 60 orang yang dapat diklasifikasikan berdasarkan jabatan dan golongan kepangkatan sebagai berikut : a. Komposisi Pegawai Menurut Jabatan Per 3 Desember 205 Komposisi pegawai Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan per 3 Desember 205 menurut jabatan tercermin pada tabel.. 7

18 Tabel.. Komposisi Pegawai Menurut Jabatan Per 3 Desember 205 No. Jenjang Jabatan Posisi per (Orang) Mutasi selama 205 Tambah Kurang Posisi per (Orang) I. Struktural Eselon II Eselon III Eselon IV 4 4 II. Fungsional Tertentu A. Fungsional Auditor Auditor Madya Auditor Muda Auditor Pertama Auditor Penyelia Auditor Pelaksana Lanjutan Auditor Pelaksana Calon Auditor B. Fungsional Tertentu Lainnya. Analis Kepegawaian Pelaksana 2. Arsiparis Pelaksana Lanjutan Prakom Pelaksana III. Fungsional Umum Fungsional Umum Jumlah b. Komposisi Pegawai Menurut Golongan Per 3 Desember 205 Komposisi pegawai Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan per 3 Desember 205 menurut golongan sebagaimana tertuang dalam tabel.2. 8

19 Tabel.2. Komposisi Pegawai Menurut Golongan Per 3 Desember 205 No. Uraian Posisi per Mutasi selama 205 Posisi per (Orang) Tambah Kurang (Orang). Golongan IV Golongan III Golongan II Golongan I CPNS Jumlah Jumlah pegawai tersebut menurut jenjang pendidikan dapat terlihat pada grafik.. Grafik.. Komposisi pegawai menurut jenjang pendidikan per 3 Desember 205 SMP SMA DIII S/DIV S2 4% 2% 6% 49% 29% Disamping itu, untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas, dipekerjakan tenaga harian lepas sebanyak 33 orang yang ditempatkan disetiap Subbagian pada Bagian Tata Usaha. 2. SARANA DAN PRASARANA Sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan tugas fungsi Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan meliputi tanah, bangunan, peralatan dan mesin (termasuk 9

20 didalamnya kendaraan dinas), irigasi dan jaringan. Sarana dan prasarana terlihat pada tabel.3. Tabel.3. Sarana dan Prasarana No Uraian Jumlah Satuan. Tanah m 2 2. Bangunan 67 unit 3. Peralatan dan Mesin.522 unit 4. Irigasi 2 unit 5. Jaringan unit 6. Mobil 9 Unit 7. Sepeda Motor 4 unit Selain ruang untuk bekerja, bangunan kantor yang ada telah dilengkapi dengan sarana olah raga, ruang untuk poliklinik, perpustakaan, arsip, aula, dan sarana ibadah. 3. SUMBER DANA Dana tersedia untuk melaksanakan tugas dan fungsi pada tahun 205 sebesar Rp ,00 yang bersumber dari DIPA Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan tahun 205 dengan rincian sebagaimana yang disajikan dalam tabel.4. Tabel.4. Rincian dana DIPA Perwakilan BPKP Provinsi Selawesi Selatan tahun 205 per program No Program Anggaran 2 Program pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembangunan nasional serta pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Jumlah

21 C. KEGIATAN DAN PRODUK ORGANISASI Sesuai dengan Renstra, BPKP telah merubah paradigmanya sebagai pengawas internal pemerintah dengan menjalankan dua jenis jasa, yaitu memberikan jasa assurance dan consultative yang diharapkan dapat memberikan perbaikan dan nilai tambah terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan membantu pemerintah mencapai tujuannya. Jasa assurance dilakukan melalui kegiatan audit, evaluasi, reviu, sedangkan consultative dilakukan dengan sosialisasi, asistensi/bimbingan teknis, pengembangan sistem. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan turut mengembangkan beberapa produk BPKP yang bermanfaat bagi manajemen perubahan. Selain produk untuk pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menurut PP 60 tahun 2008, BPKP juga menghasilkan produk unggulan antara lain :. Pengembangan Sistem Monitoring dan Evaluasi Program Pembangunan 2. Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) 3. Good Governance di Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4. Program Peningkatan Kinerja Sektor Korporat 5. Sistem Informasi Akuntansi PDAM 6. Program Pengembangan Manajemen Risiko Sektor Korporat dan Sektor Publik 7. Program Pengembangan GCG BUMN/BUMD 8. Program Pengembangan Internal Control BUMN/BUMD berbasis COSO 9. Program Implementasi Penerapan PPK BLU/BLUD 0. Program Anti Korupsi (PAK). Fraud Control Plan (FCP) 2. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP) 3. Management Assessment Center (MAC) 4. Sistem Informasi Manajemen Keuangan Desa (Simkeu-Desa) 5. Program Peningkatan Kapabilitas APIP 6. Program Peningkatan Tingkat Kematangan SPIP

22 D. STRUKTUR ORGANISASI Sesuai dengan Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep /K/200 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPKP sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor 3 Tahun 204 tanggal 26 Agustus 204, Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dipimpin oleh seorang Kepala Perwakilan yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh: ). Bagian Tata Usaha 2). Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat 3). Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah 4). Bidang Akuntan Negara 5). Bidang Investigasi 6). Kelompok Jabatan Fungsional Bagan Struktur Organisasi Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan terurai pada gambar.. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI SELATAN Kepala Perwakilan Bagian Tata Usaha Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Kepegawaian Sub Bagian Umum Sub Bagian Program dan Pelaporan Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah Bidang Akuntan Negara Bidang Investigasi Kelompok Jabatan Fungsional Gambar.. Bagan Struktur Organisasi Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan 2

23 Selama tahun 205 terdapat perubahan manajemen pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan sebagaimana termuat dalam tabel.5. Tabel.5. Perubahan manajemen Perwakilan BPKP Provinsi Sulsel pada tahun 205. No Jabatan Pejabat Lama Pejabat Baru Tanggal Pelantikan 2 Kepala Bidang Akuntan Negara Kepala Subbagian Program dan Pelaporan Yuler Bastian Anto hendrarto 06 Oktober 205 Wahyu Utomo Achmad Karsono 22 Juni 205 E. SISTEMATIKA PENYAJIAN Sistematika penyajian Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan tahun 205 dapat diikhtisarkan sebagai berikut ini : Berisi Kata Pengantar Kepala Perwakilan Kata Pengantar Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan Daftar Isi Berisi daftar isi Laporan Kinerja Menguraikan rangkuman capaian kinerja Ringkasan Eksekutif organisasi secara ringkas. Bab I Pendahuluan Menjelaskan secara ringkas gambaran umum Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Menjelaskan muatan Rencana dan Perjanjian Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 205. Bab III Menjelaskan analisis pencapaian kinerja dan Akuntabilitas realisasi keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Kinerja Sulawesi Selatan Tahun 205. Bab IV Penutup Menjelaskan simpulan menyeluruh dari 3

24 Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 205 dan strategi perbaikan kinerja pada Tahun 206. Lampiran Berisi capaian kinerja outcome dan output dan lampiran lainnya 4

25 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS Perencanaan strategis Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan periode Tahun telah disusun dalam bentuk dokumen Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Strategis BPKP tahun dan telah digunakan sebagai acuan dalam menyusun Perencanaan Kinerja Tahun 205. Lebih lanjut Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan untuk tahun dapat diuraikan sebagai berikut:. PERNYATAAN VISI Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat baru sesuai Perpres Nomor 92 Tahun 204 Tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, BPKP menegaskan jati dirinya sebagai Auditor Presiden. Konsekuensinya, BPKP dituntut untuk dapat memberikan informasi yang berharga bagi Presiden dari hasil pengawasan yang dilakukan dan mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pemerintah. Kontribusi BPKP tersebut dimaksudkan untuk membantu pemerintah mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance). Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai BPKP agar BPKP dapat bermanfaat bagi stakeholder. Perubahan lingkungan strategis tersebut, berpengaruh terhadap harapan dan arahan organisasi Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan berkomitmen untuk mengakomodasi dan mengantisipasi hal-hal yang terjadi dan akan terjadi akibat dari perubahan tersebut. Komitmen tersebut 5

26 selanjutnya dituangkan dalam pernyataan visi Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan, sebagai berikut: VISI Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional di Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Pernyataan visi ini sekaligus mengartikan bahwa visi BPKP ini telah konsisten dengan visi Presiden yang telah berwujud menjadi visi pembangunan nasional. Terwujudnya visi merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus dihadapi oleh segenap jajaran BPKP baik di tingkat pusat maupun tingkat perwakilan. Sebagai penjabaran dari visi tersebut, ditetapkanlah misi BPKP. 2. PERNYATAAN MISI Misi yang ditetapkan untuk mencapai visi Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan tahun adalah sebagai berikut: MISI. Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif; 2. Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang Efektif; dan 3. Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten. 6

27 Misi Pertama berkaitan dengan tugas dan fungsi Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Auditor Presiden dalam melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara dan pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan serta manfaatnya yaitu mendukung tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih dan efektif. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 204, serta peraturan perundang-undangan lainnya tentang fungsi pengawasan, Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan menjadi mitra kerja Menteri dan Kepala Lembaga/Pemerintah Daerah/Korporasi melalui jasa assurance dan jasa consultative. Jasa assurance mencakup pemberian informasi kepada Presiden tentang capaian pelaksanaan tugas dari para mitra kerja Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan jasa consultative berwujud rekomendasi yang mempunyai daya ungkit dalam peningkatan kinerja KLPK sebagai mitra kerja Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan. Fungsi lain yang sejalan dengan peran BPKP adalah memberikan rekomendasi perbaikan penerapan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) dan membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya. Misi Kedua terkait dengan tugas pembinaan penyelenggaraan SPIP terhadap seluruh instansi pemerintah yang diamanatkan kepada BPKP sesuai dengan pasal 50 PP Nomor 60 Tahun Peran Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dalam pembinaan SPIP tidak terlepas dari posisi strategis BPKP yang langsung berada di bawah Presiden dan membantu Presiden untuk memastikan tercapainya akuntabilitas kinerja Presiden yang merupakan suatu kesatuan akumulatif-integratif dari kinerja berbagai Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah. Untuk itu perlu dipastikan efektifitas penyelenggaraan SPIP pada seluruh instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah. Misi Ketiga ditetapkan dalam rangka perwujudan pengawasan yang terpadu, terarah, dan memberi nilai tambah yang dapat mendukung perwujudan kepemerintahan yang baik, bersih dan kredibel, serta berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kinerja APIP yang maksimal dapat diperoleh jika pemberdayaan APIP dijalankan dalam semangat profesionalitas dan kesetaraan antar APIP. Namun, efektifitas sinergi akan menjadi lebih besar jika pihak-pihak yang bersinergi memiliki kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, 7

28 misi ketiga diperlukan sebagai dasar dalam menetapkan strategi pemberdayaan, pembelajaran, dan pertumbuhan kapasitas Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan sendiri maupun kapasitas APIP secara umum di Provinsi Sulawesi Selatan. 3. TUJUAN Tujuan merupakan pengejawantahan visi dan misi yang telah ditetapkan serta berorientasi pada operasionalisasi visi dan misi. Tujuan merupakan penjabaran atau impelementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahun. Tujuan utama Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan tercermin dalam tujuan-tujuan strategis sebagai berikut : a. Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif; b. Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; c. Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten. 4. SASARAN STRATEGIS Sasaran strategis merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan, yang dirumuskan secara spesifik dan terukur untuk dapat dicapai dalam kurun waktu lebih pendek dari tujuan. Sebagaimana tujuan, sasaran strategis merupakan kondisi yang diharapkan dalam kurun waktu tertentu, sasaran strategis merupakan ukuran pencapaian dari tujuan. Dengan pengertian ini, dan dikaitkan dengan tujuannya, sasaran strategis Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan yang diharapkan dicapai tahun 205 adalah sebagai berikut: SASARAN STRATEGIS. Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional 2. Meningkatnya Maturitas Sistem Pengendalian Intern pada Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah dan Korporasi dan Program Prioritas Pembangunan Nasional 3. Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah serta Korporasi 8

29 5. SASARAN PROGRAM Arah kebijakan pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan akan dilaksanakan dengan program pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembangunan nasional, pembinaan SPIP serta program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Program pertama dilaksanakan dengan kegiatan utama pengawasan intern atas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional, pembinaan penyelenggaraan SPIP serta pembinaan kompetensi aparat pengawasan intern pemerintah, sasaran yang akan dicapai dari program-program tersebut antara lain: ) Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara; 2) Meningkatnya Kualitas Penerapan SPI K/L/P/K serta Meningkatnya Upaya Pencegahan Korupsi; 3) Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern K/L/P/K; 4) Meningkatnya Kualitas Layanan Dukungan Teknis Pengawasan. 6. INDIKATOR KINERJA UTAMA Keberhasilan pencapaian program dan kegiatan diukur dengan menggunakan indikator kinerja yang terdiri dari indikator hasil (outcome) dan indikator keluaran (output). Indikator kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan merupakan indikator kinerja yang berada pada perspektif manfaat bagi stakeholders yang menunjukkan peran utama Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dalam pengawasan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara dan pembangunan nasional, pembinaan SPIP dan pembinaan APIP. Rincian atas indikator kinerja tersebut tertuang dalam Perjanjian Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan periode tahun sebagaimana termuat dalam Lampiran. 7. PROGRAM DAN KEGIATAN Program BPKP merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi BPKP yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi BPKP dan berisikan kegiatan untuk mencapai hasil pengawasan dengan indikator kinerja yang terukur. Kegiatan- 9

30 kegiatan ini sekaligus penjabaran tugas dan fungsi BPKP untuk mewujudkan sasaran strategis yang telah ditetapkan sebelumnya. Rincian program dan kegiatan pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut : a. Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara Dan Pembangunan Nasional Serta Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Program 06) Kegiatan yang mendukung program ini yaitu pengawasan akuntabilitas pelaporan keuangan, pengawasan kebendaharaan umum negara, pengawasan korporasi (BUMN/D/BLU/D/BUL), pengawasan pengelolaan keuangan daerah, pengawasan infrastruktur, pendidikan dan kesehatan, serta fokus pembangunan nasional lainnya, pengawasan keinvestigasian & penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan, Pembinaan SPIP Program Prioritas Nasional (Infrastruktur, Pendidikan dan Kesehatan serta Fokus Pembangunan Nasional Lainnya), pembinaan SPIP K/L, pencegahan korupsi pada K/L, pembinaan penyelenggaraan SPIP pemerintah daerah, pencegahan korupsi pada pemerintah daerah, pembinaan penyelenggaraan SPI pada korporasi, pencegahan korupsi pada korporasi, pembinaan kapabilitas pengawasan intern K/L, dan pembinaan kapabilitas pengawasan intern Pemda. b. Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya (Program 0) Kegiatan yang mendukung program ini yaitu Penyusunan Perencanaan, Koordinasi, Pemantauan dan Evaluasi, Pengelolaan dan Pengembangan SDM dan Organisasi Tata Laksana, Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana BPKP, Fasilitasi Dukungan Manajemen BPKP, Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis BPKP, Penyelenggaraan dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan dan Penyelenggaraan, Penelitian dan Pengembangan Pengawasan dan Pengelolaan Data Sistem Informasi Pengawasan. 20

31 B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 205 Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya. Perjanjian kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan tahun 205 merupakan periode awal Renstra , dengan demikian target kinerja yang ada pada tahun ini tidak dapat dibandingkan dengan target kinerja tahun lalu. Untuk penyajian target kinerja tahun 205 dapat dilihat pada Tabel 2.. Tabel 2. Penetapan Kinerja Tahun 205 Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan PROGRAM SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA Program pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembangunan nasional serta pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah (Program 06) ) Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara 2) Meningkatnya Kualitas Penerapan SPI KLPK serta Meningkatnya Upaya Pencegahan Korupsi 3) Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern K/L/P Rekomendasi Hasil Pengawasan Rekomendasi Pembinaan Penyelenggaraan SPIP/SPI Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas APIP TARGET SATUAN JUMLAH Rekomendasi 45 Rekomendasi 2 Rekomendasi 2 2

32 Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (Program 0) Meningkatnya Kualitas Layanan Dukungan Teknis pengawasan Jumlah Layanan Dukungan Manajemen Perwakilan BPKP Tersedianya sarana dan prasarana BPKP Terlaksananya Rehabilitasi Berat Rumah Negara Perwakilan BPKP Laporan 60 Unit Unit 3 22

33 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA 205 Laporan Kinerja (LKj) Instansi Pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayai kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja yang (seharusnya) terjadi dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran kinerja tersebut menggambarkan posisi kinerja instansi pemerintah. Laporan kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 205 menggambarkan capaian tujuan, sasaran strategis dan sasaran program, dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja. Indikator kinerja tujuan mencerminkan benefit/impact sedangkan sasaran mencerminkan manfaat/hasil dari output yang pada umumnya dikaitkan dengan capaian kegiatan yang dianggap sebagai penggerak kinerja terdekat atau mempunyai kontribusi terbesar untuk pencapaian program. Sedangkan indikator kinerja kegiatan terdiri atas indikator input dan output, indikator kinerja input terdiri atas jumlah dana yang digunakan dan pemakaian sumber daya manusia (SDM) yang dihitung dengan penggunaan orang hari (OH) dan indikator kinerja output berupa hasil yang diperoleh dari kegiatan yang dilaksanakan. 23

34 Laporan kinerja tahun 205 merupakan laporan kinerja pertama periode Renstra , oleh karenanya perbandingan dengan tahun sebelumnya belum dapat dilakukan karena indikator kinerja yang ditetapkan dalam periode berbeda dengan Renstra BPKP periode sebelumnya. Uraian lebih lengkap tentang pencapaian kinerja yang disajikan menurut sasaran program beserta realisasinya dapat dilihat pada table berikut, sedangkan rincian realisasi beserta penggunaan dana dan OH dapat dilihat pada lampiran 3. Capaian Kinerja per Sasaran Program No Sasaran Program Capaian Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara 00 2 Meningkatnya Kualitas Penerapan SPI K/L/P/K serta Meningkatnya Upaya Pencegahan Korupsi 00 3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern K/L/P 0 4 Meningkatnya Kualitas Layanan Dukungan Teknis pengawasan 00 B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA 205 Analisis capaian kinerja dilakukan terhadap capaian kinerja sasaran program, terutama terhadap indikator kinerja pada tiap-tiap sasaran program. Indikator kinerja untuk tiap sasaran program terdiri dari indikator kinerja outcome dan indikator kinerja output. Secara rinci capaian kinerja masing-masing sasaran program dapat dijelaskan sebagai berikut: Sasaran Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan akan bermuara pada pemberian informasi assurance dan rekomendasi atas penyelenggaraan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. Prinsip 24

35 dari akuntabilitas adalah kesiapan pemerintah untuk merespon pertanyaan masyarakat dan stakeholder lainnya tentang pelaksanaan mandat dan penggunaan sumber daya yang diamanatkan kepada penyelenggara pemerintahan. Sasaran program Perbaikan pengelolaan keuangan negara merupakan perwujudan peran pengawasan intern oleh BPKP dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai melalui informasi assurance atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah dan sasaran pembangunan nasional di samping consultancy sebagai pengungkit bagi peningkatan tata kelola, manajemen risiko, dan proses pengendalian intern. BPKP bertekad untuk berperan aktif dalam memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan atau kecurangan, inefektivitas manajemen risiko, dan kurang memadainya kualitas proses tata kelola penyelenggaraan pemerintahan dan risiko tidak tercapainya Sasaran Pembangunan Nasional dalam RPJMN Sasaran program Perbaikan pengelolaan keuangan negara dilengkapi satu indikator kinerja yaitu Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern pengelolaan keuangan negara yang diukur dengan menghitung persentase perbaikan yang telah terjadi dari hasil pengawasan BPKP terhadap rekomendasi yang disampaikan. Realisasi indikator kinerja sasaran program Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara sampai dengan tahun 205 sebesar 4,38% atau mencapai 03,45% dari target periode yang sama sebesar 40%. Realisasi sebesar 00% merupakan perbaikan yang terjadi atas 60 rekomendasi tindak lanjut dari 45 rekomendasi yang disampaikan. Realisasi indikator kinerja program didukung dengan dana sebesar Rp ,00 atau 98,06% dari anggaran sebesar Rp ,00 dan dengan SDM sebanyak OH atau 87,86% dari rencana tahun 205 sebanyak OH. Dari sisi penggunaan dana, indikator kinerja sasaran program Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara telah tercapai secara efisien. Kondisi ini terlihat dari 25

36 capaian indikator kinerja tahun 205 sebesar 98,06% lebih rendah dibandingkan dengan anggaran yang tersedia. Dari sisi penggunaan sumber daya manusia (OH), kinerja program Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara telah tercapai secara efisien. Kondisi ini terlihat dari capaian indikator kinerja tahun 205 sebesar 87,86% lebih rendah dibandingkan dengan rencana penggunaan OH. Sasaran program Perbaikan pengelolaan keuangan negara dihasilkan melalui pencapaian sasaran kegiatan Tersedianya informasi hasil pengawasan dalam mencapai perbaikan tatakelola, perbaikan sistem pengendalian intern pengelolaan keuangan negara/daerah, dan peningkatan kapabilitas APIP dengan indikator kinerja Rekomendasi hasil pengawasan. Realisasi indikator kinerja Rekomendasi hasil pengawasan sebanyak 45 rekomendasi atau mencapai 00% dari target tahun 205 sebanyak 45 rekomendasi. Perbaikan tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern yang terjadi di tahun 205 adalah sebagai berikut: Penugasan Pengawaan dari Bidang IPP:. Laporan Auditor Independen atas PNPM Mandiri Perdesaan pada BPMPDK Provinsi Sulawesi Selatan untuk Tahun Anggaran yang berakhir 3 Desember 204 telah ditindaklanjuti dengan penyetoran ke Kas Negara sebesar Rp ,00 atas kelebihan pembayaran honorarium dan tunjangan fasilitator serta penyerahan 2 buah laptop ke kepada Bagian Umum Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa dan Kelurahan Provinsi Sulawesi Selatan untuk dicatat dalam SA- BMN sebagai aset Satker; 2. Laporan Auditor Independen Dukungan atas Laporan Keuangan WISMP-2 Loan IBRD No ID pada Bappeda Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan untuk TA 204 telah ditindaklanjuti dengan penyeteron ke Kas Negara sebesar Rp ,00 atas pembayaran biaya pelatihan/sosialisasi dan honor pelatihan TPM/KTPM yang tidak sesuai ketentuan serta penyetoran PPh Pasal 2 yang belum dipungut; 3. Laporan Auditor Independen Dukungan atas Laporan Keuangan WISMP-2 Loan IBRD No ID pada KPIU Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten 26

37 Pangkajene dan Kepulauan TA 204 telah ditindaklanjuti sebagian dengan penyetoran ke Kas Negara sebesar Rp ,00 atas Pengeluaran/Biaya yang tidak dapat dipertanggungjawabkan; 4. LAI Dukungan atas Laporan Keuangan Project Implementing Unit - Unit Pelaksana Teknis (PIU-UPT) COREMAP-CTI (Loan IBRD 8336-ID/Credit Grant TF 05470) pada Balai Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar Tahun Anggaran yang berakhir 3 Desember 204 telah ditindaklanjuti dengan penyetoran ke Kas Negara sebesar Rp ,00 atas Pertanggungjawaban Perjalanan Dinas Dalam Negeri yang tidak sesuai ketentuan; 5. Laporan Auditor Independen Dukungan atas FMR WISMP 2 for PIU pada Dinas PU dan Kimpraswil Kab. Bantaeng TA 204 telah ditindaklanjuti dengan penyetoran ke Kas Negara sebesar Rp ,00 atas kelebihan pembayaran honor dan biaya transportasi; 6. Laporan Auditor Independen Dukungan atas FMR WISMP 2 for PIU pada Dinas PSDA Kab. Pinrang TA 204 telah ditindaklanjuti dengan penyetoran ke Kas Negara sebesar Rp ,00 atas kelebihan pembayaran biaya dokumentasi; 7. LAI Dukungan atas Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Program PAMSIMAS) Kabupaten Selayar (Grant TF ) Tahun Anggaran 204 telah ditindaklanjuti dengan penyerahan kembali dana oleh pihak ketiga kepada KKM yang bersangkutan sebesar Rp ,00 atas Kemahalan harga dan kekurangan fisik pengadaan serta Rp ,00 atas double pembayaran biaya angkutan pipa dan aksesorisnya; 8. LAI Dukungan atas Laporan Keuangan PNPM Mandiri Perkotaan (Loan IBRD No. 823-ID) Kabupaten Bulukumba TA 204 telah ditindaklanjuti dengan penarikan dana sebesar Rp ,00 dari rekening KSM kemudian disetorkan kembali ke rekening BKM untuk selanjutnya digunakan sesuai dengan hasil musyarawah; 9. LAI Dukungan atas Lap Keu PNPM Mandiri Perkotaan (Loan IBRD 823-ID) pada Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kab Toraja Utara TA 204 telah ditindaklanjuti dengan penyetoran kembali ke Kas UPK BKM sebesar Rp ,00, kemudian digunakan untuk menambah pekerjaan yang dilaksanakan; 27

38 0. LAI Dukungan atas Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Program PAMSIMAS) Kabupaten Bantaeng Grant TF Tahun Anggaran 204 telah ditindaklanjuti dengan melengkapi seluruh dokumen yang dibutuhkan pada Laporan Penyelesaian Hasil Pekerjaan dan segera melakukan uji fungsi;. Laporan Auditor Independen Dukungan atas Laporan Keuangan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Kab. Bantaeng Loan IBRD Number 823-ID untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 3 Desember 204 telah ditindaklanjuti menarik kelebihan dana pada KSM kemudian disetorkan kembali ke rekening BKM untuk dipergunakan kembali sesuai hasil musyawarah sebesar Rp ,00; 2. Laporan Auditor Independen Dukungan atas Laporan Keuangan Eastern Indonesia National Roads Improvement Project (Einrip) Ausaid Loan No. L-002 Pada Satker Pelaksnaan Jalan Nasional Wilayah II Prov Sulsel Untuk Tahun Anggaran Yang Berakhir 3 Desember 204 telah ditindaklanjuti dengan pengurangan nilai pembayaran pada interim payment certificate (IPC) payment no. 29 sebesar Rp ,08; 3. Laporan Hasil Audit Program Pamsimas II Grant TF Dinas Pekerjaan Umum TA 204 Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan telah ditindaklanjuti menarik kelebihan dana pada KSM kemudian disetorkan kembali ke rekening BKM untuk dipergunakan kembali sesuai hasil musyawarah sebesar Rp ,00; 4. LAI Dukungan atas Lap Keu Program Pamsimas II Kabupaten Wajo Loan IDA No IND grant TF Tahun Anggaran 204 dengan melengkapi pekerjaan dengan nilai Rp ,00; 5. PNPM-Perkotaan Kota Makassar telah ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi administratif; 6. Audit Dukungan atas Laporan Keuangan PNPM - Mandiri Perkotaan Loan IBRD No823-ID Kabupaten Wajo Tahun anggaran 204 telah ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi administratif; 7. Laporan Hasil Audit atas Laporan Keuangan PNPM-PISEW (Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah) JICA IP-564 pada Dinas PU Kab. Enrekang TA 28

39 204 dengan pengembalian ke Kas LKD sebesar Rp ,3 dan Rp ,00 dan dipergunakan kembali sesuai hasil musyawarah; 8. Audit Operasional Paket EINRIP ESS-06 (Bulukumba Tondong Sinjai) Provinsi Sulawesi Selatan pada Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wil II Prov. Sulsel utk periode Januari s.d Mei 205 telah ditindaklanjuti dengan kelebihan pembayaran sebesar Rp ,00 diperhitungkan pada IPC 3, terbaca pada huruf F point 4 summary progress payment sebesar Rp ,08 dengan rincian: Koreksi hasil audit TA 205 = Rp ,00, TA 204 = Rp ,08; 9. Laporan Hasil Audit Kinerja Program Jaminan Kesehatan Nasional Tahun 204 pada kabupaten Pangkajene dan Kepulauan per 3 Desember 204 telah ditindaklanjuti sebagaian dengan menyalurkan dana klaim non kapitasi ke masing-masing puskesmas sebesar Rp ,00 serta penyetoran dana klaim non kapitasi ke Kas Daerah sebesar Rp ,00; 20. LAI Dukungan atas Coremap CTI Kabupaten Kepulauan Selayar TA 204 telah ditindaklanjuti sebagian dengan penyetoran ke Kas Negara sebesar Rp ,00 atas pembebanan biaya ganda (double) dalam RAB kontrak serta Rp ,00 atas kelebihan pembayaran honor tim survey; 2. LAI Dukungan atas Laporan Keuangan atas laporan keuangan WISMP-2 Loan IBRD ID pada Bappeda Kabupaten Luwu Utara untuk TA yang berakhir per 3 Desember 204 telah ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi administratif; 22. Laporan Auditor Independen Dukungan atas Laporan Keuangan WISMP-2 pada PIU Bappeda Kab. Wajo (IBRD Loan No.8027-ID) untuk Tahun yang Berakhir 3 Des 204 telah ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi administratif; 23. Laporan Hasil Audit Dukungan atas Laporan Keuangan COREMAP-CTI Kabupaten Pangkep untuk Tahun Anggaran Yang berakhir 3 Desember 204 telah ditindaklanjuti dengan penyetoran ke Kas Negara sebesar Rp ,00 atas Kelebihan Pembayaran Kegiatan Monitoring dan Kelebihan Pembayaran Honor Narasumber; 24. Laporan Hasil Audit Keuangan atas laporan keuangan WISMP-2 Loan IBRD-8027 ID pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara untuk tahun anggaran yang 29

40 berakhir per 3 Desember 204 telah ditindaklanjuti sebagian dengan penyetoran ke Kas Negara sebesar Rp ,00 atas Kelebihan Pembayaran Honor Moderator; 25. Laporan Auditor Independen Dukungan atas Laporan Keuangan Water Resources and Irrigation Sector Management Program Phase II (WISMP-2) Loan IBRD Number 8027-ID pada Provincial Project Implemen-tation Unit (PPIU) Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sulawesi Selatan untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 3 Desember 204 telah ditindaklanjuti dengan menambahkan kekurangan pekerjaan yang dilaksanakan senilai Rp ,00; 26. Laporan Auditor Independen Dukungan atas Laporan Keuangan Water Resources and Irrigation Sector Management Program Phase 2 (WISMP-2) Loan IBRD Number 8027-ID pada Kabupaten Project Implementation Unit (KPIU) Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Luwu untuk Tahun yang Berakhir 3 Desember 204 telah ditindaklanjuti dengan melakukan penambahan pekerjaan irigasi senilai Rp ,00; 27. LAI Dukungan atas Laporan Keuangan Water Resources and Irrigation Sector Management Project (WISMP)-2 Loan IBRD No.8027-ID pada Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan untuk Tahun yang Berakhir tanggal 3 Desember 204 telah ditindaklanjuti dengan penyetoran ke Kas Daerah sebesar Rp ,96 atas pekerjaan fisik yang tidak sesuai ketentuan serta Rp ,00 atas kelebihan pembayaran biaya pengawasan teknis; 28. LAI Dukungan Atas laporan Keuangan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas II) pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Maros Tahun 204 telah ditindaklanjuti dengan menyetorkan kembali dana ke rekening masing-masing KKM sebesar Rp ,00 dan dipergunakan kembali sesuai hasil musyawarah; 29. LAI Dukungan atas Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Program PAMSIMAS II) pada Dinas Pekerjaan Umum Kab. Barru Grant TF Tahun Anggaran 204 telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi administratif; 30

41 30. LAI Dukungan atas Laporan Keuangan Program PAMSIMAS (Grant TF ) pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sidenreng Rappang TA 204 telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi administratif; 3. LHA atas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Loan IBRD Nomor-823-IND Kota Palopo Tahun Anggaran 204 telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi administratif; 32. LAI Dukungan atas Laporan Keuangan Health Professional Education Quality Project (HPEQ) Loan IBRD No ID pada Universitas Muslim Indonesia untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 3 Desember 204 telah ditindaklanjut sebagian dengan penyetoran ke Kas Negara sebesar Rp ,00 atas sisa dana Loan HPEQ; 33. Audit atas Laporan Keuangan Health Professional Education Quality (HPEQ) Loan IBRD 7737-ID pada Universitas Muhammadiyah Makassar Tahun Anggaran 204 telah ditindaklanjuti dengan penyetoran ke Kas Negara sebesar Rp ,00 atas kelebihan pembayaran peralatan. Penugasan Pengawasan dari Bidang APD: ) Evaluasi Program Strategis Local Content Daerah Capaian Kinerja Evaluasi atas program strategis atau local content di daerah wilayah Sulawesi Selatan, dilaksanakan melalui : Kajian atas rencana penyerahan Barang Milik Daerah (BMD) berupa satu Unit Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) senilai Rp ,00 kepada Perusahaan Daerah sebagai Penyertaan Modal Pemerintah Kota Palopo yang selanjutnya akan dikerjasamakan dengan PT PLN (Persero). Sebelum proses kerjasama dilaksanakan terlebih dahulu berkoordinasi dengan Instansi terkait untuk memproses penerbitan IUPTL, serta harga jual yang akan disepakati dengan PT PLN (Persero) benar-benar telah memenuhi persyaratan menguntungkan daerah, dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. 3

42 Pendampingan Addendum Naskah Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan - PT Yasmin Bumi Asri atas Pelaksanaan Reklamasi Kawasan Center Point of Indonesia (CPI)yang merupakan Kawasan Bisnis Global Terpadu. Pengembangan kawasan CPI seluas 57 Ha, dimana Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan akan mendapat bagian lahan seluas 50 Ha yang akan diperuntukkan untuk berbagai fasilitas umum, area terbuka hijau, kantor pemerintahan, pantai buatan dan lain-lain. 2) Perbaikan Kinerja Program Pembangunan Daerah Capaian Kinerja Perbaikan Kinerja Program Pembangunan Daerah, diperoleh melalui : Asistensi Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah, melalui kegiatan narasumber diklat/bimtek/asistensi/review Penyusunan RPJMD,Renstra,Lakip dan Tapkin pada Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Selayar, Luwu Timur, Soppeng, Bulukumba, Toraja Utara dan Kota Makassar, Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,menyatakan perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan pembangunan di daerah masih belum memadai karena : Lemahnya komitmen pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan karena keterbatasan data. Lemahnya konsistensi antara visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan, Perlunya reviu untuk memastikan konsistensi dari visi sampai ke kegiatan Tidak konsistennya perencanaan pembangunan yaitu jangka panjang (RPJPD), menengah (RPJMD) maupun tahunan (RKPD), dan 32

43 Perlunypengawasan pengawalan dari semua pihak yang terkait dalam setiap penyusunan dokumen perencanaan. Kebijakan perencanaan bersifat sektoral dan tidak terkoordinasi, Perlunya keselarasan dalam penyusunan perencanaan sehingga tidak ada lagi kebijakan perencanaan yang bertentangan dan tumpang tindih Perencanaan hanya mengandalkan data historis (masa lalu), Perlu dibuatnya proyeksi terkait dengan perancanaan Kurangnya keterlibatan publik dalam proses perencanaan sehingga proses penyusunan perencanaan hanya bersifat top-down. Perencanaan pembangunan daerah yang belum memadai tersebut, telah di diperbaiki melalui fungsi konsultansi Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dengan kegiatan diklat/bimtek/asistensi/review terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota yang ada di wilayah kerjanya, sehingga dalam Tahun 205 nilai EKPPD terhadap LPPD Tahun 204 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut : Tahun 204 Tahun Sangat Tinggi Tinggi 0 2 Sedang 0 0 Rendah Grafik 3. Nilai EKPPD Terhadap LPPD Tahun 204 Sedangkan nilai LPPD Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam dua tahun terakhir yang penilaiannya dilakukan oleh Kementerian Dalam 33

44 Negeri berpredikat Sangat Tinggi. Oleh karena itu kondisi LPPD Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota se-sulawesi Selatan tahun 204 yang penilaiannya dilakukan dalam tahun 205 menunjukkan capaian nilai LPPD Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi Selatan telah melampui target RPJMN sebesar 85,00% dari jumlah Pemerintah Daerah dengan predikat minimal Tinggi. 3) Perbaikan Penyelenggaraan SPIP Progras Prioritas Pemerintah Daerah Perbaikan Penyelenggaran SPIP Program Prioritas Pemerintah Daerah, dilaksanakan dengan mengacu kepada Program Prioritas Nasional yang dibagi kedalam tiga Program Wajib (Pendidikan, Kesehatan dan Kemiskinan); empat Program Prioritas (Infrastruktur, Maritim, Energi dan Pangan) serta satu Program Pendukung (Reformasi Birokrasi). Capaian kinerja indikator kegiatan ini, dilaksanakan melalui : Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Kesehatan pada Pemerintah Kabupaten Pangkajene Kepulauan dan Barru Salah satu misi Presiden RI adalah mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. Upaya yang akan dilakukan untuk melaksanakan misi tersebut diantaranya dengan menetapkan Program Kartu Indonsia Sehat melalui layanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan menjadi urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Hasil Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Kesehatan pada Pemerintah Kabupaten Pangkajene Kepulauan dan Barru, adalah sebagai berikut : o Pemerintah Kabupaten Pangkajene Kepulauan, seluruh masyarakat miskin telah tercakup jaminan kesehatan, belum sepenuhnya menaati Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, dari 8 indikator kinerja bidang 34

45 kesehatan baru diterapkan tujuh indikator, telah memenuhi penyediaan anggaran kesehatan sebesar,57% dari APBD (minmal 0,00%), belum menyusun rencana kebutuhan SDMK, prasarana kesehatan telah memadai, kualitas pelayanan kesehatan pada puskesmas dan RSUD yang di sampling sudah baik dan layanan kesehatan adalah sangat baik dengan nilai IKM 3,64 dari 4,00. o Pemerintah Kabupaten Barru, seluruh masyarakat miskin telah tercakup jaminan kesehatan, telah menaati Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, dari 20 indikator kinerja bidang kesehatan telah diterapkan seluruhnya, telah memenuhi penyediaan anggaran kesehatan sebesar 0,67% dari APBD (minmal 0,00%), telah menyusun rencana kebutuhan SDMK, prasarana kesehatan telah memadai, kualitas pelayanan kesehatan pada puskesmas dan RSUD yang di sampling sudah baik dan dalam hal layanan kesehatan Pemerintah Kabupaten belum menyusum IKM. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Pendidikan pada Pemerintah Kabupaten Bone dan Sidenreng Rappang Salah satu misi Presiden R I adalah mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. Upaya yang akan dilakukan untuk melaksanakan misi tersebut diantaranya dengan menetapkan Program Kartu Indonsia Pintar melalui. Pelayanan pendidikan menjadi urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah, sehingga tidak terdapat lagi anak usia sekolah (7-8 tahun) yang tidak dapat menikmati pendidikan formal karena kurangnya daya tampung pada sekolah yang ada di wilayah pemukiman dan tersedianya akses pendidikan serta diterapkannya SPM bidang pendidikan. Hasil Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Pendidikan pada Pemerintah Kabupaten Bone dan Sidenreng Rappang Tahun 204, adalah sebagai berikut : 35

46 o Pemerintah Kabupaten Bone, belum sepenuhnya mentaati Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 29a/U/2004 tanggal 4 Oktober 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 203 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 5 Tahun 200 tanggal 9 Juli 200 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar. dari 27 indikator spm bidang pendidikan belum seluruhnya dituangkan dalam RPJMD dan belum dituangkannya target tahunan pencapaian SPM Bidang Pendidikan dalam RKPD. Disamping itu juga belum menuangkan dan menetapkan rencana 5 tahun pencapaian SPM, target tahunan dalam Renja SKPD dan target tahunan pencapaian SPM dalam RKA/DPA-SKPD tahun 204. o Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang, belum sepenuhnya mentaati Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidkan dasar yang diimplementasikan dengan 27 indikator yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.23 Tahun 203 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 5 Tahun 200 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota. SPM bidang pendidikan menengah masih menggunakan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 29a/U/2004 tanggal 4 Oktober 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan dan RPJMD tahun 204 telah disusun Dari 27 indikator SPM tersebut baru dituangkan tujuh Indikator dan telah menetapkan target capaian 5 tahunan. SPM bidang pendidikan menengah belum menuangkan indikator dalam RPJMD dan belum menetapkan target capaian 5 tahunan, sedangkan Renstra SKPD Tahun telah disusun dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala 36

47 Dinas Pendidikan Kabupaten Sidenreng Rappang No. 90/204 tanggal 20 oktober 204 namun baru menuangakan tujuh indikator dari 27 indikator dan menetapkan target capaian 5 tahunan. Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan melalui kegiatan diklat/bimtek/ asistensi/review telah melakukan fasilitasi dalam peningkatan capaian nilai LPPD yang ada di wilayah Sulawesi Selatan. Hasil Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintaha Daerah (EKPPD) tahun 204 yang dilakukan tahun 205 menunjukkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan sepuluh Pemerintah Kabupaten/Kota memperoleh skor dengan predikat Sangat Tinggi serta 4 Pemerintah Kabupaten/Kota lainnya memperoleh skor dengan predikat Tinggi, sebagaimana dapat dilihat pada garfik berikut : Sangat Tinggi 8 0 Tinggi 4 4 Sedang Rendah Tahun 203 Tahun 204 Grafik 3.2 Hasil Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintaha Daerah (EKPPD) tahun 204 Hasil ini menunjukkan bahwa capaian nilai LPPD Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi Selatan telah melampui target RPJMN yaitu 37

48 sebesar 85,00% dari jumlah Pemerintah Daerah dengan predikat minimal Tinggi. Pencegahan/Pemberantasan Korupsi dalam PBJ dan Peningkatan Kinerja Probity audit atas pengadaan barang dan jasa yang dilakukan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dengan hasi terciptanya efisiensi anggaran sebesar 25,27% dari nilai HPS, terus didorong sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi sekaligus untuk peningkatan kinerja pemerintah daerah. Probity audit dilakukan melalui pendampingan pada Inspektorat Kota Parepare dan Kabupaten Tana Toraja sebagai media transfer knowledge. Pemerintah Kota Parepare melalui Walikota telah membuat kebijakan dengan mewajibkan pengadaan barang dan jasa yang bernilai di atas Rp,00 Milyar agar terlebih dahulu di lakukan probity audit oleh Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan bersama dengan Inspektorat Kota Parerpare. Sedangkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memintakan pendampingan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dalam proses pembangunan Wisma Negara. Disamping itu pemerintah daerah melalui Kepala Daerah didorong membuat kebijakan mengenai probity audit dengan menerbikan Peraturan Kepala Daerah, sebagaimana telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Palopo. Audit Kinerja Pelayanan Pemda Bidang Perhubungan/Kemaritiman Pembangunan kelautan/kemaritiman Indonesia belum optimal, dicerminkan masih lemahnya kedaulatan maritim (lemahnya armada tangkap nasional, maraknya aksi illegal fishing/pencurian ikan serta lemahnya penegakkan hukum), masih minimnya infrastruktur transportasi kelautan, serta birokrasi yang berbelit-belit dalam pelayanan perizinan usaha perikanan. Oleh karena itu penyediaan/perbaikan infrastruktur pelabuhan yang terintegrasi dengan prasarana transportasi darat yang memadai serta pengembangan teknologi kelautan, penetapan dan 38

49 pengawasan batas wilayah laut antar negara tetangga sebagai upaya pengamanan dan optimalisasi hasil laut (dengan menerapkan kebijakan yang tegas) dan penyederhanaan birokrasi perijinan usaha perikanan Hasil Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Kemaritiman pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Pangkajene Kepulauan, adalah sebagai berikut : o Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, secaraumum kinerja pemerintah daerah bidang kemaritiman menunjukkan kategori Baik dengan skor kinerja 72,50. Penilaian upaya peningkatan potensi kelautan dan perikanan melalui pemberdayaan nelayan denganpemberian bantuan, penyelenggaraan pelatihan dan penyuluhan serta penyusunan dan pengembangan data informasi statistik perikanan menunjukkan kategori Baik dengan skor kinerja sebesar 86,00. Sedangkan kinerja pemerintah daerah dalam perizinan bidang kelautan dan perikanan menunjukkan kategori Kurang Baik dengan skor kinerja sebesar 60,00. o Pemerintah Kabupaten Pangkajene Kepulauan, secara umum kinerja pemerintah daerah bidang kemaritiman menunjukkan kategori Baik dengan skor kinerja 73,28. Penilaian keberadaan dan kelayakan infrastruktur pelabuhan yang terintegrasi dengan sasaran transportasi darat menunjukkan kategori Baik dengan skor kinerja sebesar 83,75. Penilaian penanganan permasalahan illegal fishing menunjukkan kategori Baik dengan skor kinerja sebesar 73,3. Penilaian penanganan upaya peningkatan potensi kelautan dan perikanan melalui pemberdayaan nelayan dengan pemberian bantuan, penyelenggaraan pelatihan dan penyuluhan serta penyusunan dan pengembangan data informasi statistik perikanan menunjukkan kategori Baik dengan skor kinerja sebesar 73,75. Sedangkan kinerja pemerintah daerah dalam perizinan bidang kelautan dan perikanan menunjukkan kategori Baik dengan skor kinerja sebesar 62,50. 39

50 Peningkatan Kualitas LAKIP Capaian nilai hasil evaluasi LAKIP masih rendah, oleh karena itu perlu ada kegiatan reviu yang memungkinkan dilakukannya peningkatan kualitas LAKIP guna keakuratan informasi yang disajikan dalam LAKIP dapat diyakini kewajarannya. Kegiatan untuk peningkatan kualitas LAKIP dilakukan dalam bentuk : o Pendampingan/asistensi penyusunan dan reviu LAKIP, Renja SKPDlingkup Pemerintah Kabupaten Soppeng, o Pendampingan Penyusunan dan reviu LAKIP Kabupaten Toraja Utara, o Asistensi Penyusunan RTP LAKIP, Penyusunan Penetapan Kinerja, Renja SKPD dan LAKIP Tahun 205 serta Pendampingan Evaluasi pada Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, o Sosialisasi Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 204 pada Pemerintah Kabupaten Bulukumba dan Soppeng, o Asistensi Perjanjian Kinerja dan pendampingan evaluasi LAKIP SKPD Lingkup Pemerintah Kota Makassar Tahun 205. Pemantauan Transparansi Pengadaan Barang dan Jasa Sebagai bagian dari transparansi dalam Pengadaan Barang dan Jasa, Pemerintah Daerah mempunya kewajiban untuk mengumumkan Rencana Umum Pengadaan pada seluruh SKPD/PA/KPA lingkung Pemerintah Daerah masing. Hasil pemantauan RUP per 29 Januari 205 diperoleh data bahwa jumlah paket pekerjaan yang akan dilakukan pelelangan umum sebanyak 653 paket. Dari jumlah paket tersebut jumlah RUP-nya yang di umumkan pada LPSE/Portal Pengadaan Nasional sebanyak 76 paket atau baru mencapai,64% dan belum di umumkan pada website Pemerintah Daerah. Disamping itu dari hasil pemantauan tersebut tidak tersedia data jumlah paket yang telah di umumkan pada papan pengumuman resmi. Oleh karena itu telah sampaikan kepada Gubernur Sulawesi Selatan agar para Kepala Daerah mengeluarkan Instruksi kepada seluruh SKPD untuk 40

51 mengumumkan RUP dan pelelangan paket pengadaan pada Papan Pengumuman resmi, website Pemerintah dan Portal Nasional melalui LPSE dan APIP memantau pengumuman tersebut dengan menggunakan indikator. Kajian Permasalahan Pengadaan Barang dan Jasa Permasalahan yang paling sering terjadi adalah pada tahapan penyelesaian akhir tahun. Apalagi dengan adanya penafsiran dapat dilakukan addendum perpanjangan selama 50 hari. Disamping itu masih tingginya temuan dan permasalahan Pengadaan Barang dan Jasa oleh Auditor Internal, Eksternal, Aparat Penegak Hukum, Legislatif dan Masyarakat, sehingga diperlukan kajian permasalahan dalam Pengadaan Barang dan Jasa. Kegiatan kajian ini dilaksanakan melalui Kajian Permasalahan Pengadaan Barang dan Jasa pada Pemerintah Kabupaten Enrekang Tahun Anggaran 204, dengan hasil penyebab sebagai berikut : o Kelemahan pengawasan internal yakni satuankerja/pejabat yang diberitang-gungjawab menguji jalannya system dan prosedur tidak berfungsi denganbaik, o Pada Dinas Kesehatan adalah tidak efektifnya pengawasan pekerjaan oleh masing-masing SKPD dan konsultan pengawas tidak melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan, serta rekanan tidak melaksanakan peklerjaan sesuai Surat Perjanjian, o Ketidakmampuan dari rekanan dalam menyelesaikan pekerjaan serta terdapat upaya dari Kepala SKPD untuk mencairkan anggaran tanpa melihat realisasi fisik sesungguhnya. Probity Audit Pengadaan Barang dan Jasa Salah satu upaya untuk meningkatkan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam melakukan pengawasan adalah dengan melaksanakan audit selama proses pengadaan barang/jasa berlangsung 4

52 (real time) yang disebut probity audit. Probity audit adalah sebagai kegiatan penilaian (independen) untuk memastikan bahwa prosespengadaan barang/jasa telah dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan prinsip penegakan integritas, kebenaran, dan kejujuran dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan berlaku yang bertujuan meningkatkan akuntabilitas penggunaan dana sektor publik. Untuk kegiatanprobity audit ini, Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan selaku pembina APIP di wilayah Sulawesi Selatan telah melakukan pendampingan sebagai bentuk quality assurance dalam pelaksanaan Probity Audit pada Inspektorat Kota Parepare. Disamping itu Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam Pembangunan Wisma Negara mewajibkan dalam proses pembayaran kepada rekanan dharuskan melalui tahapan probity audit Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan. Dan Walikota Parepare yang mewajibkan kepada para Kepala SKPD/PA/KPA untuk pengadaan barang dan jasa bernilai diatas Milyar harus dilakukan probity audit oleh Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan. 4) Perbaikan Kebijakan Keuangan Daerah terkait Pendapatan dan Penerimaan Daerah Perbaikan Kebijakan Daerah terkait pendapatan dan penerimaan daerah difokuskan kepada pengawasan atas Optimalisasi Pendapatan Daerah, yang bertujuan untuk mendorong peningkatan ruang fiskal guna kemandirian keuangan daerah, mendorong perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didukung oleh database potensi perencanaan yang memadai, mendorong terciptanya ketaatan hukum atas penyusunan peraturan daerah terkait PAD, serta perbaikan Sistem Pengendalian Intern atas pengelolaan PAD. Parameter kinerja PAD, adalah elastisitas PAD, konstribusi PAD, derajat desentraslisasi fiskal, kemampuan keuangan daerah serta ketersediaan ruang fiskal. Capaian kinerja indikator kegiatan ini, dilaksanakan melalui : 42

53 Pengawasan PAD pada pada Pemerintah Kabupaten Bantaeng, Jeneponto, Pinrang, Maros dan Toraja Utara. Hasil Pengawasan PAD pada lima Pemerintah Kabupaten tersebut, adalah sebagai berikut : o Pemerintah Kabupaten Bantaeng, belum melakukan update database dan data potensi PAD secara berkala, penetapantarget PAD dalam APBD belum seluruhnya didasarkan pada potensi PAD; o Pemerintah Kabupaten Jeneponto, belum pernah menyusun data potensi PAD sehingga dari tahun ke tahun proses perhitungan penetapan target PAD menggunakan realisasi PAD tahun sebelumnya yang dihitung berdasarkan incremental realisasi PAD yang tidak didukung oleh perhitungan yang memadai. Target PAD tahun 204 hanya tercapai sebesar 86,98% karena banyaknya wajib retribusi yang menunggak dalam melakukan pembayaran retribusi, terbatasnya jumlah petugas pemungut dan potensi atas pendapatan retibusi belum digali secara optimal, namun meskipun demikian realisasi pendapatan atas pajak daerah melebihi target yang ditetapkan dikarenakan penetapan target pendapatan pajak daerah relatif rendah sehingga mudah dicapai; o Pemerintah Kabupaten Pinrang, belum pernah menyusun data potensi PAD sehingga dari tahun ke tahun proses perhitungan penetapan target PAD menggunakan realisasi PAD tahun sebelumnya yang dihitung berdasarkan incremental dan atau penetapan target PAD relatif rendah sehingga mudah dicapai. Realisasi PAD tahun 204 melebihi target sebesar 07,49%, namun apabila realisasi PAD dibandingkan dengan realisasi belanja daerah tahun 204 hanya sebesar 9,87% yang artinya bahwa kemampuan kontribusi PAD didalam membiayai belanja daerah masih sangat rendah sehingga Pemerintah Kabupaten Pinrang masih perlu menggali secara optimal pajak dan retribusi daerah 43

54 o Pemerintah Kabupaten Maros, dalam menentukan target penerimaan pajak tahun berikutnya masih berdasarkan pada data penerimaan pajak atau Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-D) tahun sebelumnya dengan memperhitungkan kemungkinan kenaikan skala produksi sekitar 2% - 5%; o Pemeintah Kabupaten Toraja Utara, belum pernah menyusun data potensi PAD sehingga dari tahun ke tahun proses perhitungan penetapan target PAD menggunakan realisasi PAD tahun sebelumnya yang dihitung berdasarkan incremental realisasi PAD yang tidak didukung oleh perhitungan yang memadai. Penetapan target Pendapatan Asli daerah. Pemerintah Kabupaten Toraja Utara relatif rendah sehingga mudah dicapai. Hal ini dapat lihat dari realisasi Pendapatan Asli Daerah tahun 204 yang melebihi dari target Pendapatan Asli Daerah sebesar 26,70%, namun apabila realisasi PAD dibandingkan dengan realisasi belanja daerah tahun 204 hanya sebesar 4,47% yang artinya bahwa kemampuan kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) didalam membiayai belanja daerah masih sangat rendah sehingga Pemerintah Kabupaten Toraja Utara masih perlu mengali secara optimal pajak dan retribusi daerah. 5) Perbaikan Kebijakan Keuangan Daerah Perbaikan Kebijakan Bendahara Umum Negara Kebijakan Dana transfer kepada daerah terkadang tidak menyentuh kebutuhan masyarakat berupa penciptaan lapangan kerja dan mengurangi penduduk miskin. Disamping itu kebijakan dana transfer dalam bentuk DAU, DAK, DBH dan lain-lain, mulai dari perumusan kebijakan sampai dengan penyaluran dan pemanfaatannya oleh Pemerintah Daerah tidak tepat. Oleh karena itu dilakukan monitoring untuk memberika informasi kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan Kementerian Teknis sebagai bahan masukan/pertimbangan dalam rangka penyempurnaan kebijakan 44

55 perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawan dan pelaporan dana transfer di masa mendatang. Capaian kinerja indikator kegiatan ini, dilaksanakan melalui : Verifikasi Advance Payment atas Penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur Triwulan I Tahun 205, Reviu Proposal DAK Tambahan Usulan Daerah (TUD) Tahun Anggaran 205 pada 22 Pemerintah Daerah, serta Monitoring DAK Tahun 204 pada Pemerintah Kabupaten Jeneponto dan Gowa masing 8 dan 4 Bidang. Hasil reviu proposal DAK TUD Tahun Anggaran 205 pada 22 Pemerintah Daerah, menunjukkan adanya DAK TUD yang not elegible senilai Rp ,00. Atas hasil reviu tersebut telah disampaikan atensi kepada para Kepala Daerah penerima DAK TUD dimaksud agar dalam pelaksanaan anggaran DAK Tambahan Usulan Daerah Tahun 205 memperhatikan prinsip efisiensi; efektifitas; akuntabel; berorientasi pada hasil (outcomes); jelas pekerjaan yang akan dilaksanakan; spesifikasi jelas dan lengkap; satuan pembiayaan terukur dan wajar dalam satuan/jumlah, waktu dan tempat; serta bebas dari campur tangan pihak manapun yang diduga atau patut diduga berpotensi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) terutama terhindar dari kemungkinan terjadinya mark up harga, fiktif dan gratifikasi. Sedangkan hasil monitoring DAK Tahun 204 pada Pemerintah Kabupaten Jeneponto dan Gowa masing 8 dan 4 Bidang, adalah sebagai berikut : o Pemerintah Kabupaten Jeneponto, terdiri 8 Bidang DAK Reguler dan 4 Bidang DAK Tambahan). Dari realisasi DAK Reguler sebesar Rp ,00 dan DAK Tambahan Rp ,00 masih terdapat sisa DAK Reguler dan DAK Tambahan di BUD per 3 Desember 204 masing-masing sebesar Rp ,00 dan Rp ,00. Permasalahan yang dijumpai dalam proses monitoring, adalah kekurangan volume pekerjaan sebanyak 2 kejadian senilai Rp ,00; 45

56 kelebihan pembayaran melebihi nilai kontrak 7 kejadian senilai Rp ,00 serta pekerjaan tidak sesuai spesifikasi lima kejadian senilai Rp ,00. Disamping itu terdapat ketidaktepatan sasaran kegiatan DAK Reguler dan Tambahan masing-masing sebesar Rp ,00 dan Rp ,00 serta kegiatan yang belum dimanfaatkan masing-masing sebesar Rp ,00 dan Rp ,00. o Pemerintah Kabupaten Gowa dengan 4 Bidang DAK Reguler, dari realisasi DAK Reguler sebesar Rp ,00 masih terdapat sisa DAK di BUD per 3 Desember 204 sebesar Rp ,00. Permasalahan yang dijumpai dalam proses monitoring, adalah kekurangan volume pekerjaan sebanyak kejadian senilai Rp ,42,00; denda keterlambatan Rp ,00; kewajiban perpajakan yang belum disetorkan ke kas negara sebesar Rp ,27;pekerjaan tidak sesuai spesifikasi satu kejadian senilai Rp ,04 dan kelebihan perhitungan volume RAB sebanyak lima kejadian senilai Rp ,4. Disamping itu terdapat ketidaktepatan sasaran kegiatan DAK sebesar Rp ,00 serta kegiatan yang belum dimanfaatkan sebesar Rp ,00. 6) Perbaikan Kebijakan Keuangan Daerah Pengelolaan Aset Daerah Capaian kinerja indikator kegiatan perbaikan kebijakan keuangan daerah terkait pengawalan akuntabilitas sset daerah dilaksanakan melalui pengawasan atas pengelolaan Kerja Sama Daerah (KSD) pada Pemerintah Kota Palopo dan Kabupaten Barru, dan pengawasan atas pengelolaan pinjaman daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Bulukumba. Hasil pengawasan KSD menunjukkan pada Pemerintah Kota Palopo dan Kabupaten Barru, menunjukkan pemerintah daerah tersebut belum memiliki : 46

57 o Regulasi yang mengatur tentang pengelolaan Kerjasama pemanfaatan aset, o Identifikasi risiko, analisis atas perhitungan dan penerimaan konstribusi serta masa konsesi kerjasama, o Penatausahaan dan pengawasan atas pengolahan dan pelaksanaan kerjasama, dan o Masukan kepada masyarakat serta sarana penyampaian masukan penerima manfaat. Sedangkan hasil pengawasan atas pengelolaan pinjaman, yang bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan berserta penyebabnya berkaitan kelembagaan dan kebijakan pengelolaan pinjaman daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Bulukumba, menunjukkan: o Kelembagaan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah membentuk dan menetapkan tim/unit pelaksana teknis penatausahaan pinjmana daerah, namun tidak membentuk tim pemantau pemanfaatan. Sedangkan Pemerintah Kabupaten Bulukumba tidak memberntuk tim perencana dan tim pemantau pemanfaatan pinjaman. o Kebijakan, untuk Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sektor yang dibiaya dari pinjaman dimaksud adalah merupakan sektor prioritas yaitu sektor pekerjaan umum yang merupakan sektor prioritas dengan tujuan percepatan pembangunan infrastruktur jalan. Sektor/kegiatan tersebut telah tertuang dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan tahun Pemerintah Kabupaten Bulukumba juga menggunakan pinjaman tersebut untuk pembiayaan sektor prioritas, yaitu sektor kesehatan. o Perencanaan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah merencanakan dan membahas dengan SKPD terkait, namun pada tahapan ini tidak dibentuk tim perencanaan untuk pinjaman ini, 47

58 sehingga perencanaan atas usulan pinjaman tersebut tidak dikelola secara memadai. Sedangkan pada Pemerintah Kabupaten Bulukumba, salinan berita acara pelantikan bupati tidak dilampirkan. o Penatausahaan pinjaman daerah, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah menyelenggarakan penatausahaan pinjaman daerah sesuai ketentuan yang berlaku, namun belum menyusun laporan keuangan untuk dijadikan laporan dukungan penyusunan LKPD Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan Pemerintah Kabupaten Bulukumba menerbitkan Perda No. 5/204 tanggal 25 Juli 204 tentang pinjaman daerah dan petunjuk pelaksanaanya No. 54/204 tanggal 30 September 204. o Publikasi Pinjaman, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah dilaporkan ke Kemeterian Dalam Negeri namu pelaporan ke Kementerian Keuangan belum dilaporkan serta belum menyelenggarakan publikai informasi mengenai manfaat dan dampak ekonomis pinjaman daerah secara berkala. Sedangkan Pemerintah Kabupaten Bulukumba belum melaporkan sebagai hutang daerah dalam LKPD. o Pemanfaatan pinjaman daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah digunakan sesuai dengan perjanjian investasi dan telah dimanfaatkan kecuali satu kegiatan pembangunan jalan karena masih dalam proses pelaksanaan. Sedangkan pada Pemerintah Kabupaten Bulukumba belum dimanfaatkan karena masih dalam proses pelaksanaan pekerjaan. 7) Perbaikan Kebijakan Keuangan Daerah Perbaikan Kinerja Program Lintas Sektoral Capaian kinerja indikator kegiatan perbaikan kebijakan keuangan daerah terkait perbaikan kinerja program lintas sektotal, dilaksanakan melalui evaluasi program lintas sektor pembangunan daerah atas 48

59 penyelenggaraan penanggulangan penyakit menular (PPM) Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah Kabupaten Bantaeng, Bulukumba, Bone, Wajo dan Luwu. Tujuan kegiatan ini, adalah mengidentifikasi permasalahan dan penyebab berkaitan sikronisasi dan efektifitas koordinasi program lintas sektor pembangunan daerah atas penyelenggaraan penanggungan penyakit menular di daerah serta mengidentifkasi permasalahan beserta penyebab dalam implementasi program lintas sektor pembangunan daerah atas penyelenggaraan penanggungan penyakit menular. Hasil evaluasi program lintas sektor pembangunan daerah atas penyelenggaraan penanggungan penyakit menular pada tingkat Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten, menunjukkan antara lain : o Kebijakan, dalam bentuk strategi penyelenggaraan hanya untuk penyakit HIV/AIDS, sedangkan untuk jenis penyakit menular lainnya menggunakan strategi yang tertuang dalam buku Pedoman Penanggulangan Nasional PPM. o Perencanaan, telah mengikuti kriteria yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 82/204 dan penetapan sasaran, indikator sasaran dan target PPM pada APBD-Provinsi telah mengakomodir dari RPJMN. o Penganggaran, dibebankan ke DPA Dinsa Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan memanfaatkan data suveilens, namun alokasi anggaran dimaksud belum memadai. Pelaksanaan, promosi kesehatan tidak efektif, surveilans telah mampu menyediakan data, terdiri dari : Pemberian imunisasi, pemeliharaan terhadap kualitas vaksin dan distribusi vaksin ke Kabupaten/Kota. Penemuan kasus/pasien baru, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bertindak sebagai koordinasi dan fasilitasi. 49

60 Penanganan/pengobatan PPM belum cukup memadai. Mitigasi dampat, tidak dilakukan dalam rangka mengurangi dampak kesehatan, sosial dan ekonmi akibat penyakit menular yang di alami penderita. o o Pencatatan dan pelaporan penyakit menular dan penanggulangannya telah dilakukan secara memadai. Monitoring dan evaluasi, telah dilakukan secara memadai. 8) Perbaikan Akuntabilitas Pelaporan Salah satu indikator yang dapat menjadi ukuran keberhasilan good governance dan clean government yaitu opini BPK RI atas hasil audit terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah dapat dikatakan memadai apabila dari hasil audit BPK RI Laporan Keuangan mendapat predikat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Laporan Keuangan yang merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban pemerintah atas penggunaan keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan, merupakan tolok ukur pemerintahan yang dipertanggungjawabkan pada setiap akhir tahun anggaran. Selain itu laporan keuangan pemerintah daerah dapat digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas laporan dan membantu menentukan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Terwujudnya Kepemerintahan yang baik (Good Governance) bukanlah suatu ungkapan yang asing lagi bagi para penyelenggara negara. Ungkapan ini telah menjadi salah satu tujuan dari agenda reformasi yang merupakan tuntutan dari masyarakat Indonesia untuk mendapatkan perubahan 50

61 kearah yang lebih baik. Pemerintahan yang baik ditandai dengan tiga pilar elemen dasar yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu : Transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Transparan pada proses perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan, program, kegiatan, dan juga transparan dalam proses/prosedur pencapaian hasil. Pemerintahan yang Partisipatif dan akomodatif bagi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Akuntabilitas, yaitu setiap instansi pemerintah berkewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban secara periodik, sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan dan terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada Pemerintah. Kualitas akuntabilitas pelaporan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban sampai dengan saat dilakukan penilaian oleh BPK dalam bentuk audit LKPD untuk pemberian opini. Siklus pengelolaan keuangan daerah dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 5

62 Gambar 3.. Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah Capaian kualitas pelaporan keuangan, diukur dari capaian kinerja indikator kegiatan, melalui : Evaluasi penyusunan dan penetapan APBD Kualitas pelaporan keuangan mempunyai hubungan yang positif dengan kelemahan dalam perencanaan daerah, yang ditandai dengan : o APBD belum disusun secara tepat waktu namun tahapannya belum sesuai dengan tahapan dan jadwal yang ditetapkan. o Keterlambatan penyerapan. o Belum dilakukan penetapan target kinerja tahunan dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil 52

63 Asistensi dan bimtek pengelolaan keuangan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dalam tahun 204 mulai dari proses perencanaan sampai dengan pertanggungjawaban telah menghasilkan capaian kinerja dalam tahun 205. Capaian tersebut, adalah seluruh pemerintah daerah dari 25 pemerintah daerah di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan atau 00,00 telah melakukan penyusunan dan penetapan APBD secara tepat waktu. Sehubungan dengan seluruh pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan telah melakukan penyusunan dan penetapan APBD secara tapat waktu, maka Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan melakukan evaluasi atas struktur APBD tahun 205 dihubungkan dengan target-target RPJMN dalam Penguatan Tata Kelola Pemerintah Daerah dengan indikator Kinerja Keuangan Daerah, antara lain : Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Indikator kinerja keuangan daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sesuai APBD 205, dapat dilihat pada grafik dibawah ini : 50.80% 40.00% 50.00% 45.04% 26.68% 30.00% 3.00% 5.07% Pendpt Pjk - Retribsui of Tot. Pendapatan Rasio Pendpt Transfer of Jlh Pendapatan B.Pegawai of Total Belanja B.Modal of Total Belanja Sulsel RPJMN (209) Grafik 3.3 Indikator kinerja keuangan daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sesuai APBD

64 Berdasarkan grafik tersebut di atas dapat dilihat, bahwa rasio ratarata pajak retribusi provinsi terhadap total pendapatan sebesar 50,80% telah melampaui target akhir (209) RPJMN sebesar 40,00. Sedangkan rata-rata ketergantungan dana transfer, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 50,00 masih berada di atas target akhir (209) RPJMN sebesar 45,04% namun sudah berada di bawah baseline-204 RPJMN sebesar 53,9%. Disamping itu rata-rata persentase belanja pegawai sebesar 20,68 masih berada di atas target akhir (209) RPJMN sebesar 3% dan baseline-204 sebesar 5%. Demikian halnya untuk rata-rata belanja modal provinsi sebesar 5,07% masih berada di bawah target akhir (209) RPJMN sebesar 30,0% dan baseline-204 sebesar 6,2%. Rata-rata pajak retribusi kabupaten/kota terhadap total pendapatan Indikator kinerja keuangan daerah rata-rata pajak retribusi kabupaten/kota terhadap total pendapatan pada 24 Pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada grafik dibawah ini : 54

65 3.3% 7.82% 7.78% 8.67% 9.5% 7.37% 7.82% 6.84% 2.83% 4.38% 4.97% 5.35% 2.74%2.7%2.62% 3.20%.97% 3.90% 2.69%.69%.76%2.08% 2.58% 3.8% Pendpt Pjk -Retribsui of Tot. Pendapatan RPJMN 209 (,00%) Baseline 204 (5,90%) Grafik 3.4 Rata-Rata Pajak Retribusi Total Pendapatan Pada 24 Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan grafik tersebut di atas dapat dilihat, bahwa rata-rata pajak retribusi kabupaten/kota terhadap total pendapatan baru Pemerintah Kota Makassar yang telah melampui target akhir (209) RPJMN yaitu sebesar 3,3% sedangkan tujuh pemerintah daerah lainnya, yaitu Pemerintah Kabupaten Gowa (7,82%), Luwu Timur (7,78%), Maros (8,67%), Pangkep (9,5%), Sidrap (7,37%), Takalar (7,82%) dan Tana Toraja (6,84%) telah berada diatas target baseline-204 RPJMN sebesar 5,9%. Rata-rata ketergantungan dana transfer kabupaten/kota Indikator kinerja keuangan daerah rata-rata ketergantungan dana transfer kabupaten/kota pada 24 Pemerintah Kabupaten/Kota se- Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada grafik dibawah ini : 55

66 93.22% 94.03% 94.62% 9.50% 88.50% 90.7% 92.95% 94.56% 93.94% 90.45% 88.03% 88.5% 88.66% 9.2% 90.96% 93.4% 93.70% 89.45% 9.42% 92.74% 84.28% 83.37% 78.84% 67.52% Rasio Pendpt Transfer of Jlh Pendapatan RPJMN 209 (70,00%) Baseline 204 (72,20%) Grafik 3.5 Rata-Rata Ketergantungan Dana Transfer Kabupaten/Kota Pada 24 Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan grafik tersebut di atas dapat dilihat, bahwa rata-rata ketergantungan dana transfer kabupaten/kota baru Pemerintah Kota Makassar yang telah berada dibawah target akhir (209) RPJMN yaitu sebesar 67,92%, sedangkan 23 pemerintah kabupaten/kota lainnya masih berada di atas target akhir (209) dan baseline-204 RPJMN Rata-rata persentase belanja pegawai kabupaten/kota Indikator kinerja keuangan daerah rata-rata persentase belanja pegawai kabupaten/kota pada 24 Pemerintah Kabupaten/Kota se- Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada grafik dibawah ini : 56

67 Makassar Palopo Parepare Bantaeng Barru Bone Bulukumba Enrekang Gowa Jeneponto Selayar Luwu Lutim Lutra Maros Pangkep Pinrang Sidrap Sinjai Soppeng Takalar Tator Torut Wajo 6.36% 5.5% 55.9% 56.45% 56.5% 55.8% 54.85% 59.75% 52.67% 55.85% 56.77% 46.0% 5.30% 5.8% 50.50% 60.3% 55.97% 6.03% 65.5% 69.64% 62.27% 57.69% 54.8% 32.49% B.Pegawai of Total Belanja RPJMN 209 (35,00%) Baseline 204 (42,00%) Grafik 3.6 Rata-Rata Persentase Belanja Pegawai Kabupaten/Kota Pada 24 Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan grafik tersebut di atas dapat dilihat, bahwa persentase belanja pegawai kabupaten/kota se-provinsi Sulawesi Selatan baru Pemerintah Kabupaten Luwu Timur yang telah berada dibawah target akhir (209) RPJMN yaitu sebesar 32,49%, sedangkan 23 pemerintah kabupaten/kota lainnya masih berada di atas target akhir (209) dan baseline-204 RPJMN Rata-rata persentase belanja modal kabupaten/kota Indikator kinerja keuangan daerah rata-rata persentase belanja modal kabupaten/kota pada 24 Pemerintah Kabupaten/Kota se- Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada grafik dibawah ini : 57

68 39.2% 23.49% 23.64% 22.7% 9.72% 8.78% 9.93% 2.30% 22.46% 7.00% 4.8% 2.3% 4.00% 9.75% 28.23% 29.48% 8.03% 30.35% 7.32% 7.64%.39% 24.48% 23.37% 8.57% B.Modal of Total Belanja RPJMN 209 (30,00%) Baseline 204 (9,90%) Grafik 3.7 Rata-Rata Persentase Belanja Modal Kabupaten/Kota Pada 24 Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan grafik tersebut di atas dapat dilihat, bahwa persentase belanja modal Pemerintah Kabupaten Luwu Timur (39,2%) dan Sidrap (30,35%) telah berada di atas target akhir (209) RPJMN sebesar 30,00% dan sepuluh pemerintah kabupaten yaitu Pemerintah Kabupaten Barru (9,93%), Bulukumba (23,48%), Enrekang (23,64%), Gowa (22,7%), Jeneponto (2,30%), Selayar (22,46%), Maros (28,23%), Pangkep (29,48%, Tana Toraja (24,48%) serta Toraja Utara (23,37%) telah berada di atas target baseline- 204 RPJMN sebesar 9,90%. sedangkan 2 pemerintah kabupaten/kota lainnya masih berada di bawah target akhir (209) dan baseline-204 RPJMN Di samping itu dalam struktur APBD 205, juga dapat dilihat persentase belanja urusan wajib dan pilihan dari total masingmasing belanja pemerintah daerah, sebagai mana dapat dilihat pada grafik dibawah ini: 58

69 Wajo Torut Tator Takalar Soppeng Sinjai Sidrap Pinrang Pangkep Maros Lutra Lutim Luwu Selayar Jeneponto Gowa Enrekang Bulukumba Bone Barru Bantaeng Parepare Palopo Makassar Sulsel 5.06% 4.43% 4.76% 3.65% 3.48% 6.9%.83% 7.62% 7.78% 6.23% 4.70% 6.39% 6.27% 9.9% 6.87% 3.85% 8.40% 3.75% 4.34% 5.69% 6.38% 3.7% 5.93% 2.53% 7.76% 94.94% 95.57% 95.24% 96.35% 96.52% 93.09% 98.7% 92.38% 92.22% 93.77% 95.30% 93.6% 93.73% 90.8% 93.3% 96.5% 9.60% 96.25% 95.66% 94.3% 93.62% 96.83% 94.07% 97.47% 92.24% B. Ur.Pilihan of Tot. Belanja B. Ur.Wajib of Tot. Belanja Grafik 3.8 Persentase Belanja Urusan Wajib Dan Pilihan Dari Total Masing-Masing Belanja Pemerintah Daerah Asistensi/bimtek pengelolaan keuangan dengan aplikasi SIMDA Salah satu upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan (SAP). SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah atau merupakan pernyataan yang mempunyai kekuatan hukum dalam 59

70 upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Asistensi/bimtek pengelolaan keuangan, diarahkan kepada perbaikan atas permasalahan umum LKPD se-provinsi Sulawesi Selatan, yaitu : Sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah belum sepenuhnya mengacu pada Permendagri 64 Tahun 203 dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Penatausahaan Barang Milik Daerah belum tertib Pengendalian Intern belum memadai Pengelolaan Belanja SKPD belum tertib Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan Permasalahan tersebut disebabkan kelemahan dalam perencanaan daerah, tugas dan fungsi organisasi, akuntabilitas keuangan, akuntabilitas pengelolaan aset tetap, proses pengadaan barang dan jasa, sumber daya manusia. Kondisi akuntabilitas pelaporan keuangan berupa opini LKPD hasil audit BPK dil wilayah Provinsi Sulawesi Selatan mengalami perkembangan dengan trend positif dari LKPD Tahun 20 sampai dengan LKPD 204. Kondisi tersebut sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini : LKPD 20 % LKPD 202 % LKPD 203 % LKPD 204 % WTP WDP TMP Grafik 3.9 Kondisi Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Berupa Opini LKPD 60

71 Capaian akuntabilitas pelaporan keuangan dihubungkan dengan Target RPJMN dengan indikator Penguatan Tata Kelola Pemerintahan khususnya rata-rata nasional WTP Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Opin WTP 204 Baseline RPJMN 209 Provinsi Kota Kabupaten Grafik 3.0 Penguatan Tata Kelola Berdasarkan grafik tersebut di atas dapat dilihat, rata-rata nasional WTP pemerintah provinsi telah sama dengan target akhir (209) RPJMN sebesar 85,00% (dibulatkan = ) atau satu pemerintah provinsi, di mana Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah meraih opini WTP lima kali berturut-turut. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah mengimplementasi SIMDA BMD yang dikembangakan BPKP dalam pengelolaan asetnya. Capaian WTP pemerintah kabupaten sebanyak sembilan pemerintah kabupaten melebihi target baseline 204 RPJMN untuk rata-rata nasional WTP pemerintah kabupaten sebesar enam pemerintah kabupaten (30% x 2 pemerintah kabupaten = 6,3 atau 6 pemerintah kabupaten) namun masih dibawah target akhir (209) RPJMN (60% x 3 pemerintah kabupaten = 2,65 atau 3 6

72 pemerintah kabupaten) atau capaian target WTP pemerintah kabupaten baru mencapai 69,23% dari target akhir (209) RPJMN Adapun pemerintah kabupaten yang telah mengimplementasi SIMDA Keuangan dan BMD dan atau salah satu yang dikembangkan BPKP dalam pengelolaan keuangan dan asetnya sebanyak tujuh pemerintah kabupaten. Sementara dua pemerintah daerah yang lain difasilitasi melalui kegiatan asistensi/bimtek melalui penugasan lain berupa pendampingan reviu LKPD. Sedangkan rata-rata nasional WTP pemerintah kota belum tercapai sesuai target baseline 204 (4% x 3 pemerintah kota =,2 atau pemerintah kota) dan target akhir (209) RPJMN (65% x 3 pemerintah kota =,95 atau 2 pemerintah kota). Adapun pemerintah kota yang telah mengimplementasi SIMDA Keuangan dan BMD yang dikembangkan BPKP dalam pengelolaan keuangan dan asetnya adalah Pemerintah Kota Palopo yang berhasil meraih opini WDP dari opini TMP pada LKPD tahun 203. Adapun pengguna aplikasi SIMDA Keuangan, BMD dan Lainnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Aplikasi LAIN, 7 SIMDA-BMD, 5 SIMDA KEU + BMD, 3 Grafik 3. Grafik Pengguna Aplikasi SIMDA Keuangan, BMD dan Lainnya 62

73 Asistensi/bimtek pengelolaan keuangan dengan aplikasi SIMDA baik SIMDA Keuangan maupun SIMDA BMD, untuk meminimalisir, kelemahan : Akuntabilitas Keuangan, antara lain kelemahan : - Pengelolaan kas, berupa pencairan kas daerah tidak sesuai SP2D, penumpukan pencairan pada akhir tahun anggaran, pertanggungjawaban dana TU yang terlambat - Pengelolaan pendapatan dan belanja tidak sesuai dengan ketentuan antara lain..pembayaran tidak sesuai dengan standar biaya, pembayaran belanja dinas ganda/rangkap yang disebabkan overlapping tanggal hari keberangkatan, pengadaan barang/jasa yang menjadi objek pajak, belum dipungut pajaknya oleh Bendahara Pengeluara, pemungutan Pajak yang belum disetorkan ke Kas Negara, pembayaran tunjangan kepada pegawai yang tidak berhak. - Ketidakcukupan bukti pertanggungjawaban belanja. - Dokumen bukti belanja tidak lengkap. Akuntabilitas pengelolaan aset tetap, antara lain : - Aset tetap tidak dapat diyakini kewajarannya karena, tidak dapat ditelusuri nilainya dan keberadaan aset tetap dalam neraca tidak jelas, Pencatatan aset tetap tidak akurat, Data aset tetap tidak didukung dengan bukti-bukti kepemilikan, Belum di reklasifikasi atas Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) dan pembayaran utang atas aset tetap - Aset daerah masih banyak yang dikuasai oleh pihak yang tidak berhak (pegawai yang sudah pensiun) - Aset daerah belum jelas kepemilikannya, Belum adanya serah terima asset dari Kabupaten Biak ke Kabupaten Pemda, Belum jelas dokumen kepemilikannya (sertifikat atas tanah). 63

74 Tantangan tahun 205 dengan implementasi SAP Berbasis Akrual makin besar. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan telah melakukan pemetaan dalam bentuk monitoring kesiapan 25 pemerintah daerah dalam implementasi akuntansi berbasis akrual, dengan hasil dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Kesiapan SDM Kesiapan REGULASI Kesiapan DATA Kesiapan APLIKASI % Siap % Cukup Siap 7 - % Kurang Siap % Tidak Siap Grafik 3.2 Monitoring Kesiapan 25 Pemerintah Daerah Dalam Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual Asistensi/bimtek Reviu LKPD Berbasis Akrual Reformasi pengelolaan keuangan negara mewajibkan kepala daerah untuk menyusun dan menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang disajikan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Terbitnya PP Nomor 7 Tahun 200 merupakan tindak lanjut dari pasal 36 ayat UU Nomor 7 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 tahun. Mendasarkan pada ketentuan-ketentuan tersebut di atas maka 64

75 akuntansi berbasis akrual pada instansi pemerintah seharusnya sudah diterapkan pada tahun 2008, namun dalam strategi penerapan PP Nomor 7 Tahun 200 dinyatakan basis akrual paling lambat tahun 205 wajib diimplementasikan secara penuh. Sebagai regulator keuangan daerah, Kementerian Dalam Negeri menerbitkan Permendagri Nomor 64 Tahun 203 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, yang mengatur bahwa pemerintah daerah harus sudah mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual paling lambat mulai tahun anggaran 205. SAP merupakan acuan bagi instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam menyusun laporan keuangan. Dengan mengacu pada SAP, laporan keuangan yang dihasilkan diharapkan akan berkualitas dan dapat dibandingkan, baik antar entitas maupun antar periode pelaporan. Disinilah diperlukan peran APIP untuk melakukan reviu atas LKPD dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum disampaikan kepala daerah kepada BPK sebagaimana dinyatakan dalam dalam PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Penerapan akuntansi berbasis akrual memerlukan kesiapan yang memadai, baik dari sisi sarana dan prasarana maupun SDM pemda. SDM yang terkait dengan penerapan tersebut terutama SDM yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan dan aset, juga SDM yang berhubungan dengan pengawasan, yaitu APIP. Dalam hal reviu LKPD berbasis akrual, diperlukan APIP yang mengerti laporan keuangan yang disusun dengan basis akrual serta proses penyusunannya, sehingga APIP mampu memberikan keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah diselenggarakan berdasarkan SAPD dan LKPD telah 65

76 disajikan sesuai dengan SAP dalam upaya membantu kepala daerah untuk menghasilkan LKPD yang berkualitas. Review LKPD, adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian LKPD oleh inspektorat untuk untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) dan LKPD telah disajikan sesuai SAP dalam upaya membantu kepala daerah untuk menghasilkan LKPD yang berkualitas. Review LKPD bertujuan membantu terlaksananya penyelenggaraan akuntansi dan penyajian LKPD dan memberikan keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah diselenggarakan berdasarkan SAPD dan LKPD telah disajikan sesuai dengan SAP. Review atas LKPD Berbasis Akrual akan dilakukan oleh Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota dalam tahun 206 untuk LKPD 205. Sampai saat Kementerian Dalam Negeri sebagai regulator keuangan daerah, belum menerbitkan Pedoman Pelaksanaan Review LKPD Berbasis Akrual yang akan digunakan oleh Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan telah melakukan asistensi/ bimtek review LKPD berbasis akrual pada Inspektorat Kota Makassar, Kabupaten Takalar, Sidrap dan Luwu Utara dengan mengunakan Pelaksanaan Review LKPD Berbasis Akrual yang diterbitkan Deputi Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah. Asistensi/bimtek Reviu Rencana Aksi Hasil Temuan BPK Rencana Aksi disusun sesuai standar normatif pemeriksaan BPK, yaitu difokuskan untuk memperbaiki SPI, temuan tentang ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, kecukupan pengungkapan (disclosure) dan kesesuaian dengan SAP. Selain itu rencana aksi merupakan langkah-langkah penyelesaian temuan pada tahun yang akan datang, berupa langkah perbaikan kebijakan, sistem dan prosedur lainnya. Salah satu faktor penting untuk peningkatan opini 66

77 adalah konsisten, konsekuen dan kontinue dalam melaksanakan rencana aksi tersebut. Asistensi/bimtek reviu rencana aksi hasil temuan BPK, telah dilakukan pada Pemerintah Kota Parepare, Palopo, Pemerintah Kabupaten Bantaeng, Wajo, Sidrap, Bone, Takalar, Sinjai, Luwu dan Takalar. Rencana aksi yang dibuat berisikan langkah-langkah penyelesaian temuan yang akan dilakukan, yang menyangkut temuan BPK RI tahun sekarang dan tahun-tahun sebelumnya serta langkah-langkah perbaikan kebijakan, sistem dan prosedur. Pembuatan rencana aksi ini agar seluruh jajaran pemerintah daerah dapat mengetahui prasyarat apa saja yang dipenuhi untuk menuju Opini WTP berikut jadwal pelaksanaannya. Adapun rencana aksi atas temuan BPK, antara lain : Membuat action plan peningkatan kualitas LKPD Tahun 205 tindak lanjut rekomendasi BPK-RI atas Sistem Pengendalian Intern tahun sebelumnya Membuat action plan peningkatan kualitas LKPD Tahun 205 tindak Lanjut Rekomendasi BPK-RI atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun sebelumnya Kompilasi LKPD dan Analisis Keuangan pemerintah Daerah. Dalam rangka mendukung terwujud good governance dalam penyelenggaraan negara/daerah, pengelolaan keuangan negara/daerah perlu diselenggarakan secara secara professional, transparan dan bertanggungjawab sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. LKPD dapat dieksplorasi dan ditelaah, sehingga diperoleh berbagai informasi penting, antara lain : Informasi keuangan untuk memonitor kinerja keuangan daerah, kesesuaian dengan ketentuan yang berlaku, kontrak kerja yang telah disepakati dan ketentuan yang disyaratkan. 67

78 Informasi untuk perencanaan dan penganggaran. Informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional, yaitu : - Untuk menentukan biaya program, fungsi dan aktivitas sehingga memudahkan analisis dan melakukan perbandingan dengan kriteria yang telah ditetapkan, membandingkan dengan kineja periode-periode sebelumnya dan dengan kinerja unit pemerintah lain. - Untuk mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas operasi, program, aktivitas dan fungsi tertentu pemerintahan. Adapun tujuan dari penyusunan kompilasi laporan keuangan dan analisis kinerja pemerintah daerah, adalah : Memberikan informasi mengenai total kekayaan pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan, Menganalisis dan membandingkan kinerja keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan kompilasi laporan keuangan dan analisis kinerja pemerintah daerah maka dapat dilihat pertumbuhan total aset dan aset tetap pada 25 pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan, sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini : 68

79 Sulsel Makassar Palopo Parepare Bantaeng Barru Bone Bulukumba Enrekang Gowa Jeneponto Selayar Luwu Lutim Lutra Maros Pangkep Pinrang Sidrap Sinjai Soppeng Takalar Tator Torut Wajo 22.28% 22.49% 6.33% 7.40% 6.65%.87% 3.74% 0.59% 23.84% 24.3% 0.4% 2.00% 5.54%4.5% 5.87%9.67% 8.47% 2.32% 6.90% 8.27% 9.26% 9.29% 9.53% 4.9% 5.63% 4.52% 6.35% 7.05% 9.72%0.83% 0.90% 2.64% 5.22% 4.29% 4.24% 7.96% 9.40% 0.4% 5.87%.3% 5.2%.72% 6.56% -3.79% -0.70%.56% -8.69% -2.% -30.0% -38.4% Pertumbuhan Total Aset Pertumbuhan Aset Tetap Grafik 3.3 Pertumbuhan Total Aset Dan Aset Tetap Pada 25 Pemerintah Daerah Di Provinsi Sulawesi Selatan Dari grafik tersebut terlihat rata-rata pertumbuhan total aset 25 pemerintah daerah se-provinsi Sulawesi Selatan hanya sebesar,44%. Pemerintah daerah yang tingkat pertumbuhan total asetnya adalah Kabupaten Toraja Utara sebesar sebesar 24,3% dan yang terendah adalah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sebesar -30,0%. Pemerintah daerah lainnya yang juga mengalami pertumbuhan total aset negatif adalah Kabupaten Sidrap. Adapun rata-rata pertumbuhan total aset tetap adalah sebesar -,42% artinya secara umum terjadi penurunan total aset tetap pemerintah daerah dalam tahun 204. Pertumbuhan aset tetap tertinggi adalah Kabupaten Toraja Utara 22,49% dan yang terendah Provinsi Sulawesi Selatan -38.4%. 69

80 Sulsel Makassar Palopo Parepare Bantaeng Barru Bone Bulukumba Enrekang Gowa Jeneponto Selayar Luwu Lutim Lutra Maros Pangkep Pinrang Sidrap Sinjai Soppeng Takalar Tator Torut Wajo Adapun pertumbuhan SiLPA yang menunjukkan sebesar besar anggaran belanja yang telah disetujui, dapat dilaksanakan atau direalisasikan, sehingga makin besar SiLPA berarti lebih banyak anggaran belanja yang tidak terealisasi atau lebih banyak kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan. Indikator pertumbuhan SiLPA dapat dilihat pada grafik berikut : % 49.2% % % 83.64% % 08.00% 68.26% 57.57% 60.% 45.5% 34.6% 40.73% 47.54% 33.37% 35.67% 43.32% 8.70% 27.26% 26.7% 20.5% 7.48% -5.82% -20.2% % Pertumbuhan SiLPA Grafik 3.4 Pertumbuhan SiLPA Dari grafik tersebut, terlihat rata-rata tingkat pertumbuhan SiLPA 25 pemerintah daerah se-provinsi Sulawesi Selatan sebesar 38,35%. Pertumbuhan SiLPA tertinggi dicapai Kabupaten Sidrap 527,88% dan yang terendah Kabupaten Pangkep -37,90%. Pemerintah daerah lain yang juga 70

81 mengalami pertumbuhan SiLPA negatif adalah Kabupaten Soppeng (-5,82) dan Kabupaten Gowa (-20,2). Analisis lain, adalah analisis rasio keuangan atas laporan realisasi anggaran, antara lain : Rasio derajat desentraliasi yang menunjukkan derajat konstribusi PAD terhadap total pendapatan daerah. Semakin tinggi konstribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi. Rasio derajat kemandirian dihitung dari rasio total PAD terhadap total pendapatan transfer dan penerimaan pinjaman dalam negeri. Rasio derajat ketergantungan dihitung dari rasio pendapatan transfer terhadap total pendapatan. Rasio derajat kemandirian dan ketergantungan mempunyai makna yang berkebalikan. Semakin besar angka rasio PAD terhadap total pendapatan transfer dan penerimaan pinjaman dalam negeri maka kemandirian keuangan daerah semakin besar, sebaliknya semakin besar angka rasio pendapatan transfer terhadap total pendapatan semakin kecil kemandirian daerah dalam mendanai belanja daerah. Oleh karena itu, daerah yang mempunyai kemandirian tinggi adalah daerah yang mempunyai rasio PAD tinggi sekaligus pendapatan transfer yang rendah. Derajat desentralisasi, kemandirian dan ketergantungan atas pemerintah daerah yang ada di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, dapat dilihat pada grafik dibawah ini : 7

82 Wajo 9.03% 89.25% 0.2% Torut 4.47% 95.53% 4.68% Tator 0.89% 87.49% 2.45% Takalar 8.88% 89.2% 9.96% Soppeng 7.5% 9.29% 7.84% Sinjai 5.93% 92.7% 6.43% Sidrap 7.87% 90.40% 8.7% Pinrang 9.39% 88.59% 0.59% Pangkep 2.60% 85.83% 4.68% Maros.87% 86.67% 3.70% Lutra 4.6% 83.86% 7.42% Lutim 3.39% 80.38% 6.65% Luwu 6.8% 90.90% 7.49% Selayar 5.3% 93.72% 5.67% Jeneponto 5.72% 92.07% 6.22% Gowa 2.04% 85.32% 4.% Enrekang 4.75% 95.7% 4.99% Bulukumba 8.5% 86.24% 9.45% Bone 0.3% 88.%.49% Barru 6.49% 9.85% 7.07% Bantaeng 6.95% 92.82% 7.49% Parepare 5.74% 83.3% 8.93% Palopo.59% 86.23% 3.45% Makassar 27.80% 69.82% 39.8% Sulsel 55.04% 44.78%.70% Derajat Desentralisasi Derajat Ketergantungan Derajat Kemandirian Grafik 3.5 Derajat Desentralisasi, Kemandirian Dan Ketergantungan Atas Pemerintah Daerah Dari grafik diatas terlihat bahwa secara rata-rata derajat desentralisasi 25 pemerintah daerah se-provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 9,8%. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan lebih mampu menyelanggarakan desentralisasi denga rasio 55,04% dibandingkan dengan kabupaten kota yang ada yang lain. Pada tingkat kabupaten/kota kemampuan untuk menyelenggarakan desentralisasi paling tinggi Kota Makassar (27,80%) dan paling rendah Kabupaten Toraja Utara (4,47%). 72

83 Sedangkan rasio derajat ketergantungan rata-rata 78,47%, artinya tingkat ketergantungan pemerintah daerah di Sulawesi Selatan cukup tinggi terhadap pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan atau provinsi. Pemerntah daerah yang paling tinggu derajat ketergantungannya adalah Kabupaten Toraja Utara sebesar 95,53% dan paling rendah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan 44,78%. Adapun derajat kemandirian rata-rata 24,97% artinya tingkat kemandirian pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan masih Sangat Rendah terhadap pendapatan transfer dari pemerintah pusat/ provinsi dan penerimaan pinjaman daerah. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai tingkat kemandirian keuangan daerah paling tinggi sebesar,70% dan yang paling rendah adalah Kabupaten Toraja Utara 4,68%. Atas kondisi tersebut, telah sampaikan atensi kepada pemerintah provinsi/ Kabupaten/Kota agar meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan daerah dalam rangka peningkatan derajat desentralisasi, ketergantungan daerah dan kemnadirian daerah dalam rangka mewujudkan otonomi daerah. Sedangkan analisis belanja melalui rasio belanja operasional terhadap total belanja, rasio belanja modal terhadap total belanja dan rasio belanja pegawai terhadap total belanja, dapat dilihat pada grafik di bawah ini : 73

84 Wajo Torut Tator Takalar Soppeng Sinjai Sidrap Pinrang Pangkep Maros Lutra Lutim Luwu Selayar Jeneponto Gowa Enrekang Bulukumba Bone Barru Bantaeng Parepare Palopo Makassar Sulsel 73.8% 72.98% 73.9% 8.3% 79.89% 78.92% 75.8% 79.42% 70.72% 68.5% 86.9% 63.5% 8.44% 74.5% 8.7% 69.73% 8.98% 78.87% 85.25% 80.24% 79.43% 84.6% 85.3% 82.22% 84.95% 26.09% 27.02% 26.09% 8.68% 20.% 20.96% 23.69% 20.52% 29.26% 3.45% 3.77% 36.85% 8.56% 25.79% 8.83% 30.27% 7.83% 2.06% 4.75% 9.76% 20.38% 5.79% 4.87% 7.78% 5.4% 48.88% 56.22% 57.59% 6.95% 55.4% 60.4% 56.05% 52.56% 48.66% 50.5% 34.84% 50.4% 48.92% 52.43% 53.28% 59.60% 58.09% 60.78% 58.79% 48.78% 48.5% 53.5% 50.22% 5.03% 22.68% Rasio Belanja Operasional terhadap total belanja Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Grafik 3.6 Derajat desentralisasi, kemandirian dan ketergantungan atas pemerintah daerah Rasio belanja operasi terhadap total belanja paling tinggi Kabupaten Luwu Utara sebesar 86,9% dan paling rendah Kabupaten Luwu Timur 63,5%. Semakin tinggi rasio belanja operasi terhadap total belanja menggambarkan semakin sedikitnya porsi belanja yang dialokasikan untuk investasi. Rasio belanja moda terhadap total belanja yang paling tinggi adalah Kabupaten Luwu Timur sebesar 36,85% dari total belanja dialokasikan untuk investasi yaitu untuk belanja modal dan yang terendah Kabupaten Luwu Utara dengan proporsi 3,77%. Semakin tinggi rasio ini semakin besar porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi 74

85 belanja modal. Sedangkan rasio belanja pegawai terhadap total belanja paling tinggi Kabupaten Soppeng sebesar 6,95% dan paling rendah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 22,68%. Semakin tinggi persentase belanja pegawai menggambarkan semakin sedikitnya porsi belanja yang dialokasikan untuk investasi. Keterkaitan pencapaian indikator keuangan tahun 204 dengan target RPJMN untuk Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, adalah rasio pendapatan pajak retribusi dari total pendapatan (50,9%) dan ketergantungan dana transfer (44,78%) telah melampaui target akhir 209 RPJMN (40,00% dan 50,00%). Sedangan rasio belanja pegawai terhadap total belanja (22,68%) dan belanja modal terhadap total belanja (5,03) masih diatas dan dibawah target baseline 204 RPJMN (5,00% dan 6,205) sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini : 50.9% 40.00% 33.60% 53.90% 50.00% 44.78% 30.00% 22.68% 5.00% 5.03% 6.20% 3.00% Pendpt Pjk -Retr. of Tot. Pendptn Ketergantungan Dana Transfer B. Pegawai of Tot. Belanja Belanja Modal of Total Belanja SULSLEL RPJMN (Baseline 204) RPJMN (209) Grafik 3.7 Derajat Desentralisasi, Kemandirian Dan Ketergantungan Atas Pemerintah Daerah Sedangkan rasio pendapatan pajak restribusi dari total pendapatan atas 24 Pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Sulawesi Selatan, dapat dilihat pada grafik berikut : 75

86 26.52% 3.25% 4.42%5.37% 3.55%3.37% 2.79%2.64% 9.38% 4.40%.72% 4.48% 8.3% 2.24% 9.83% 0.53% 2.8% 6.07% 2.0%2.36% 6.26% 8.78% 2.32% 3.82% Pendpt Pjk -Retribsui of Tot. Pendapatan RPJMN (BL. 204 = 5,90%) RPJMN (209 = %) Gambar 3.8 Rasio Pendapatan Pajak Restribusi Dari Total Pendapatan Atas 24 Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan grafik tersebut, persentase rata-rata pajak retribusi kabupaten/kota terhadap total pendapatan Pemerintah Kota Makassar (26,52%) telah berada di atas target akhir (209) RPJMN (,00%) dan enam pemerintah kabupaten yaitu Pemerintah Kabupaten Luwu Timur (8,3%), Maros (9,83%), Pangkep (0,53%), Sidrap (6,07%), Takalar (6,26%) dan Tana Toraja (8,78%) telah berada di atas target baseline-204 RPJMN 205 (5,90%). Adapun rasio ketergantungan dana transfer dari 24 Pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Sulawesi Selatan, menunjukkan hanya Pemerintah Kota Makassar (69,82%0 yang telah mencapai atau telah berada dibawah target akhir RPJMN (70,00%). Sedangkan 23 Pemerintah Kabupaten/Kota yang lain masih berada diatas target baseline- 204 RPJMN (72,00%), sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut : 76

87 69.82% 92.82% 95.7% 9.85% 92.07% 93.72% 90.90% 86.23% 88.% 86.24% 83.3% 85.32% 80.38% 83.86% 86.67% 85.83% 88.59% 90.40% 92.7% 95.53% 9.29% 89.2% 87.49% 89.25% Ketergantungan Dana Transfer (Baseline 204 = 72,20% RPJMN (209 = 70%) Gambar 3.9 Rasio Ketergantungan Dana Transfer Sedangkan rasio belanja pegawai terhadap total belanja dari 24 Pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Sulawesi Selatan, menunjukkan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur (34,84%) telah mencapai atau berada di bawah target akhir 209 RPJMN (35,00%), sedangkan 23 Pemerintah Kabupaten/Kota lainnya masih berada diatas baseline 204 RPJMN (42,00%), sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut : 77

88 Makassar Palopo Parepare Bantaeng Barru Bone Bulukumba Enrekang Gowa Jeneponto Selayar Luwu Lutim Lutra Maros Pangkep Pinrang Sidrap Sinjai Soppeng Takalar Tator Torut Wajo 50.22% 53.5% 48.5% 48.78% 58.79% 60.78% 58.09% 59.60% 53.28% 52.43% 48.92% 50.4% 60.4% 6.95% 56.05% 57.59% 55.4% 56.22% 52.56% 50.5% 48.66% 48.88% 5.4% 34.84% Belanja Pegawai of Total Belanja (Baseline 204 = 42% RPJMN (209 = 35%) Gambar 3.20 Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Adapun rasio belanja modal terhadap total belanja dari 24 Pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Sulawesi Selatan, dapat dilihat pada grafik berikut: 78

89 Makassar Palopo Parepare Bantaeng Barru Bone Bulukumba Enrekang Gowa Jeneponto Selayar Luwu Lutim Lutra Maros Pangkep Pinrang Sidrap Sinjai Soppeng Takalar Tator Torut Wajo 36.85% 20.38% 2.06% 9.76% 7.78% 4.87% 5.79% 7.83% 4.75% 30.27% 8.83% 25.79% 8.56% 3.77% 3.45% 29.26% 20.52% 23.69% 20.96% 20.% 8.68% 26.09% 27.02% 26.09% Belanja Modal of Total Belanja Baseline 204 = 9,90% RPJMN 209 Gambar 3.2 Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Berdasarkan grafik tersebut, rasio belanja modal terhadap total belanja dari 24 Pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Sulawesi Selatan, menunjukkan tiga Pemerintah Kabupaten, yakni Pemerintah Kabupaten Luwu Timur (36,85%), Gowa (30,27%) dan Maros (3,45%) telah mencapai atau berada di atas target akhir 209 RPJMN (30,00%), sedangkan sembilan Pemerintah Kabupaten/Kota yaitu Pemerintah Kabupaten Bantaeng (20,38%), Bulukumba (2,06%), Selayar (25,79%), Pangkep (29,26%), Pinrang (20,56%),Sidrap (23,69%), Sinjai (20,96%), Tana Toraja (26,09%) Toraja Utara (27,02%) dan Wajo (26,09%) telah berada di atas target baseline 204 RPJMN (9,90%) dan Pemerintah Kabupaten/Kota masih berada dibawah target baseline 204 RPJMN

90 9) Perbaikan Kebijakan Keuangan Daerah Kebijakan keuangan daerah terkadang tidak menyentuh Aset/BMD daerah dan hibah/bansos yang dikelola tidak secara transparan dan akuntabel sehingga banyak menjadi 'pengecualian' dari opini hasil pemeriksaan BPK. Apalagi dalam tahun 205 pemerintah sudah diwajibkan menerapkan SAP Berbasi Akrual dalam pengelolaan keuangannya yang memerlukan kesiapan sumber daya manuasi, regulasi, data dan aplikasi pengelolaan keuangan berbasis akrual. Dalam konteks regulasi diperlukan revisi Peraturan Kepala Daerah terkait kebijakan akuntansi, sistem akuntansi dan bagan akun standar dari berbasis Cash to Accrual menjadi Accrual Basis. Disamping penyerapan anggaran pemerintah daerah yang terukur dan tepat sasaran juga memegang peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Capaian kinerja indikator kegiatan ini, dilaksanakan melalui : Penyusunan database permasalahan aset. Database permasalahan aset yang disusun berdasarkan hasil audit LKPD tahun 204 oleh BPK, menunjukkan seluruh pemerintah daerah di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai catatan atas pengelolaan asetnya dan hanya sepuluh pemerintah daerah yang tidak mempengaruhi opini. Permasalahan aset yang ditemukan dibagi kedalam 38 kode permasalahan dengan 209 kejadian. Adapun lima permasalahan utama yang paling banyak diungkapkan, adalah sebagai berikut : o Kode penatausahaan, pengelolaan serta penilaian aset yang belum dilakukan secara memadai, o Kode penyajian aset tetap yang belum memadai o Kode 7. - keberadaan dan dokumen kepemilikan yang belum memadai, o Kode aset tetap dikuasai dan dimanfaatkan oleh pihak lain, 80

91 o Kode. - perhitungan dan penyusutan aset tetap. Lima permasalahan utama diatas dihubungkan dengan jumlah kejadian dan jumlah pemerintah daerah tempat terjadinya permasalahan dimaksud serta persentase dari jumlah total kejadian, dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Jumlah Pemda Kejadian % of Total Kejadian % 6.22% % % % 3 Kode 3.2 Kode 3.5 Kode 7. Kode 7.5 Grafik 3.22 Permasalahan Aset Kode. Penyusunan database permasalahan hibah dan bansos. Database permasalahan hibah dan bansos yang disusun berdasarkan hasil audit LKPD tahun 204 oleh BPK, menunjukkan 76,00% dari 25 Pemerintah Daerah di wilayah Provinsi Sulawesi masih terdapat permasalahan terkait hibah dan bansos dengan total 26 kejadian. Permasalaha hibah dan bansos yang diungkap BPK, antara lain mekanisme penganggaran penyaluran, penatausahaan dan pertanggungjawaban tidak sesuai ketentuan, penerima hibah dan bantuan partai politik belum menyampaikan pertanggungjawaban, realisasi belanja hibah yang akan diserahkan tidak didukung NPHB dan hibah berupa uang dan barang tidak sesuai ketentuan. Secara garis besar permasalahan hibah dan bansos tersebut, dapat dikelompokkan kedalam empat golongan (kode) besar, yaitu : o Kode. Belanja bantuan sosial dan hibah belum sesuai ketentuan (misalnya tidak ada NPHD) empat kejadian, 8

92 o Kode.2 Mekanisme penganggaran bantuan sosial dan hibah belum sesuai ketentuan empat kejadian, o Kode.3 Mekanisme penyerahan bantuan sosial dan hibah baik berupa uang maupun barang belum sesuai ketentuan kejadian, o Kode.4 Bantuan sosial dan hibah belum dipertanggungjawabkan tujuh kejadian, Secara rinci berdasarkan tempat, jumlah dan kode permasalahan dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Kejadian Kode. Kode.2 Kode.3 Kode.4 Toraja Utara 2.00 Luwu Timur Luwu Utara Enrekang 2.00 Pinrang Sidrap Wajo Soppeng 2.00 Bone Barru Sulsel 2.00 Makassar Palopo Pangkep Maros Sinjai 2.00 Jeneponto 3.00 Bulukumba.00 Selayar.00 Grafik 3.23 Permasalahan Aset Berdasarkan Tempat, Jumlah Dan Kode Permasalahan 82

93 Pendampingan Penyusunan PERKADA Kebijakan Akuntansi Seiring dengan penerapan Standa Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual sesuai dalam tahun 205, maka pemerintah daerah perlu mempersiapkan sumber daya manuasi, regulasi, data dan aplikasi pengelolaan keuangan berbasis akrual. Dalam konteks regulasi Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi telah melakukan sosialiasi, pendamping dan asistensi penyusunan revisi Peratuaran Kepala Daerah terkait kebijakan akuntansi, sistem akuntansi dan bagan akun standar dari berbasis Cash to Accrual menjadi Accrual Basis pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terkait kebijakan akuntansi tentang pendapatan dan penyusutan aktiva retap, Pemerintah Kabupaten Jeneponto, Luwu, Selayar, Sidrap, Barru, Wajo, Toraja Utara, Luwu Timur, Luwu Utara, Bulukumba, Gowa, Pangkep dan Kota Palopo. Kesiapan regulasi pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan dalam implementasi akuntansi berbasis akrual sesuai hasil konfirmasi ke masingmasing pemerintah daerah, dapat dilhat pada grafik dibawah ini : Jumlah Pemda 2 2 Tidak Siap Kurang Siap Cukup Siap Siap Grafik 3.24 Kesiapan Regulasi Pemerintah Daerah Di Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual 83

94 Secara rinci berdasarkan kesiapan jenis regulasi yang terdiri dari Kebijakan Akuntansi, Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan Bagan Akun Standar dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Kebijakan Akuntansi SAPD BAS Lutim Lutra Luwu Torut Tator Sidrap Pinrang Enrekang - Wajo Bone Soppeng Sinjai Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Barru Pangkep Maros - Palopo Parepare - Makassar Sulsel Grafik 3.25 Kesiapan Jenis Regulasi 84

95 Penyerapan Anggaran Pemerintah Daerah Penyerapan anggaran pemerintah daerah yang terukur dan tepat sasaran memegang peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan telah melakukan evaluasi penyerapan anggaran pemerintah daerah semester I tahun anggaran 205 pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah Kota Palopo, Pemerintah Kabupaten Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, Pangkep, Sidrap dan Wajo. Evaluasi penyerapan anggaran pemerintah daerah dilakukan untuk memperoleh informasi tentang penyerapan anggaran pemerintah daerah, mengidentifikasi permasalahan yang menghambat penyerapan anggaran, dan memberikan saran serta langkah-langkah strategis percepatan penyerapan anggaran pemerintah daerah. Berdasarkan hasil evaluasi, persentase penyerapan APBD, belanja barang dan jasa (B.BJ), belanja modal, belanja hibah dan belanja bansos pada sepuluh pemerintah daerah yang disampling dapat dillihat pada grafik dibawah ini : APBD B. Barang & Jasa B. Modal B. Hibah B. Bansos Grafik 3.26 Persentase Penyerapan APBD, Belanja Barang Dan Jasa (B.BJ), Belanja Modal, Belanja Hibah Dan Belanja Bansos 85

96 Rendahnya penyerapan anggaran pemerintah daerah pada semester I tahun anggaran 205, disebabkan : o Kesalahan dalam proses penganggaran, o Perencanaan pekerjaan terlambat, sehingga proses pelelangan terlambat, o Pelelangan ulang, o Keterlambatan penetapan DPA SKPD, o Kegiatan tidak dilaksanakan sesuai rencana dan target yang ditetapkan, o Tidak ada atau sedikit yang mau berperan sebagai anggota ULP, o Terdapat revisi kegiatan, dan lain-lain. Atas segala permasalahan tersebut telah disampaikan saran kepada para Kepala Daerah untuk melakukan dapat melaksanakan percepatan pelaksanaan dan penyerapan anggaran secara tertib dan penuh keteraturan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 0) Perbaikan Kinerja Pembangunan Daerah Dengan disahkannya UU Nomor 6 Tahun 204 tentang Desa, desa diberikan kesempatan yang besar untuk mengurus tata pemerintahannya sendiri serta melaksanakan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa melalui pemberina dana desa. Alokasi dana ke desa yang begitu besar menuntut tanggung jawab yang besar pula. Besarnya dana yang harus dikelola jangan sampai menjadi bencana khususnya bagi aparatur pemerintah desa. Fenomena pejabat daerah yang tersangkut kasus hukum jangan sampai terjadi dalam skala pemerintahan desa. Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa, dimana semua kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan dan atau dipertanggung gugatkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan sehingga terwujud tata kelola pemerintahan desa yang baik. 86

97 Hasil kajian Komisi Pemberantasan Korupsi, menyatakan Laporan pertanggungjawaban yang dibuat desa belum mengikuti standar dan rawan manipulasi. Dan disaran kepada BPKP dan Kemendagri untuk segera menyusun sistem keuangan desa yang sesuai kondisi dan kemampuan desa, termasuk komponen pelaporan pertanggungjawaban keuangan desa. BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan melakukan pengawalan atas akuntabilitas pengelolaan keuangan desa yang bertujuan o Memastikan seluruh ketentuan dan kebijakan dalam implementasi UU Desa khususnya keuangan desa dapat dilaksanakan dengan baik untuk seluruh tingkatan pemerintahan, dan o Pemerintah desa dapat melaksanakan siklus pengelolaan keuangan desa secara akuntabel mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, per-tanggungjawaban dan pengawasan. Tujuan pengawalan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa dimaksudkan untuk menciptakan kepemerintahan desa yang baik, dengan : o Tata kelola keuangan dengan yang baik, o Perencanaan desa yang partisipatif, terintegrasi dan selaras dengan perencanaan daerah dan nasional, o Berkurangnya penyalahgunaan kekuasaan/kewenangan yang mengakibatkan permasalahan hukum, serta o Mutu pelayanan kepada masyarakat meningkat. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dalam rangka pengawalan pengelolaan keuangan desa, mengambil peran dalam fasilitasi peningkatan kompetensi SDM pada pemerintah daerah dan desa serta bimbingan dan konsultas pengelolaan keuangan desa termasuk implementasi aplikasi SIMDA-Desa. Wujud dari peran itu dilakukan melalui kegiatan : o Bimbingan teknis penguatan kapasitas aparatur desa pada Pemerintah Kabupaten Gowa, Luwu Timur, Bantaeng, Enrekang, Bulukumba, Sidrap, Takalar, Tana Toraja, Bone, Wajo dan Barru. 87

98 o Sosialisasi Pengelolaan Pertanggungjawaban dan Pelaporan Dana Desa dengan Aplikasi SIMDA-DESA pada Kepala BPMD se-provinsi Sulawesi Selatan serta Pengurus dan Anggota Ikatan Akuntan Negara Wilayah Sulawesi Selatan. Sampai dengan per tanggal 9 Desember 205, dari total alokasi dana desa untuk 2 pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar Rp ,00 telah diterima dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) di Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) sebesar Rp ,00 atau 84,63% dan telah disalurkan ke Rekening Kas Desa sebesar Rp ,00 atau 94,8%. Secara grafis persentase pencairan dana desa dari RKUN ke RKUD dan dari RKUD ke RKD dapat dilihat dibawah ini : Toraja Utara Luwu Timur Luwu Utara Tator Luwu Enrekang Pinrang Sidrap Wajo Soppeng Bone Barru Pangkep Maros Sinjai Gowa Takalar Jenepont0 Bantaeng Bulukumba Selayar 80% 80% 80% 80% 00% 80% 00% 80% 80% 80% 80% 00% 80% 80% 80% 80% 00% 80% 00% 80% 00% RKUN to RKUD RKUD to RKD 00% 9% 00% 00% 80% 00% 90% 00% 94% 00% 99% 93% 99% 00% 00% 00% 73% 00% 82% 00% 88% Grafik 3.27 Persentase Pencairan Dana Desa Dari RKUN Ke RKUD Dan Dari RKUD Ke RKD 88

99 Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa sampai dengan per tanggal 9 Desember 205 baru enam pemerintah kabupaten yang memperoleh pencairan dana desa tahap ke-iii dari RKUN serta atas seluruh dana desa yang telah masuk ke RKUD baru pemerintah kabupaten yang telah menyalurkan 00,00% ke RKD. Pengawalan dana desa oleh Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan telah dilakukan penatausahan melalui SIMDA Desa, pada lima pemerintah kabupaten dengan 447 desa atau 9,96% dari total jumlah desa yang mendapat alokasi (2.239 Desa), dengan rincian dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Jumlah Desa % of Total Desa Wajo Gowa Bantaeng Tana Toraja.79 Barru Grafik 3.28 Pengawalan Dana Desa Adapun permasalahan yang mengemuka dalam pengelolaan dana desa, adalah : o o o Pencairan dana desa ke RKD tidak tepat waktu (terlambat), Regulasi di daerah yang kurang jelas, terkait belum adanya kesamaan persepsi antar BPMD, Keuangan, Bappaeda dan Inspektorat, Kemampuan sumber daya manusia aparatur desa yang belum memadai, 89

100 o o o Tunjangan TPKPD yang belum ada dan atau masih kurang, Tenaga pendamping desa yang belum maksimal atau masih kurang efektif menjalankan fungsinya, dan Kemampuan dalam perencanaan pembangunan dan atau pekerjaaan fisik masih kurang. ) Perbaikan Kebijakan Keuangan Daerah Perbaikan SPIP Pemerintah Daerah Wilayah 3 Capaian perbaikan kebijakan keuangan daerah terkait perbaikan SPIP pemerintah daerah wilayah 3 dilaksanakan melalui kegiatan koordinasi dan supervisi pencegahan korupsi (Korsupgah) tahun 205 pada Pemerintah Kabupaten Pinrang dan Bantaeng, dengan tujuan untuk : Mendorong pengelolaan APBD sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, Memastikan prosedur perencanaan, pengadaan dan pemanfaatan barang dan jasa telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Mendorong optimalisasi pendapatn asli daerah melalui pencegahan terhadap potensi kebocoran penerimaan daerah, Mengindentifikasi kelemahan sistem pengendalian intern dan risiko pada unit kerja terkait sebagai dasar penyusunan rencana aksi pencegahan korupsi dan peningkatan pelayanan publik. Sedangkan sasaran dan ruang lingkup Korsupgah tahun 205, sebagaimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 90

101 Gambar 3.2 Sasaran Dan Ruang Lingkup Korsupgah Tahun 205 Adapun permasalahan yang mengemuka dalam Korsupgah tahun 205, antara lain : Penyusunan dokumen RKPD, Renja SKPD dan KUA/PPAS belum sesuai ketentuan, Penyusunan RAPBD belum sepenuhnya berdasarkan SHS dan ASB, Pemecahan paket PBJ dalam RKA SKPD, Mekanisme penyaluran hibah belum sesuai ketentuan, Penetapan penerima Bansos belum sesuai ketentuan, RUP belum didukung dokumen indentifikasi kebutuhan barang, HPS yang ditetapkan PPK tidak didukung survey harga pasar, Pekerjaan yang tida efisien dan efektif, dan Penetapan target penerimaan tidak berdasarkan potensi 9

102 Atas permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan Korsupgah tersebut, Pemerintah Kabupaten Pinrang dan Bantaeng dengan fasilitasi Tim Korsupgah Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan telah melakukan identifikasi risiko atas permasalahan pengelolaan APBD, PBJ serta Pendapatan. Indentifikasi risiko tersebut telah menghasilkan Rencana Aksi Tindak Lanjut. Risiko atas permasalahan pengelolaan APBD, PBJ dan Pendapatan pada kedua pemerintah kabupaten dimaksud dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Pinrang Banteng Pengelolaan APBD PBJ Pendapatan Total Pinrang Banteng Grafik 3.29 Risiko Atas Permasalahan Pengelolaan APBD, PBJ Dan Pendapatan Kabupaten Bantaeng Dan Pinrang 2) Perbaikan Penyelenggaraan SPIP Pemerintah Daerah Capaian indikator perbaikan penyelenggraan SPIP, dilaksanakan melalui kegiatan Penyusunan Rencana Tindak Pengendalian Aset pada Pemerintah Kabupaten Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Sidrap, Selayar, Luwu Timur, Sinjai dan Wajo. Secara umum, RTP meliputi pernyataan tujuan dan sasaran unit kerja dan tingkatan kegiatan yang terkonfirmasi, rencana penguatan lingkungan pengendalian, peta risiko yang dihadapi dalam pencapaian tujuan dan sasaran,rencana penguatan struktur, kebijakan, dan prosedur organisasi untuk mengendalikan risiko, rencana pengkomunikasian informasi keseluruhan unsur 92

103 pengendalian termasuk hasil penguatannya, dan rencana pemantauan keseluruhan unsur pengendalian termasuk hasil penguatannya. Tahapan penyusunan RTP dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 3.23 Tahapan Penyusunan RTP Kegiatan penyusunan (RTP) aset tahun 205, didasarkan pada temuan hasil audit BPK atas LKPD tahun 204 pada Pemerintah Kabupaten Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Sidrap, Selayar, Luwu Timur, Sinjai dan Wajo. Setiap kejadian dari permasalahan aset yang disampaikan BPK, Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan memfasilitas pemerintah daerah terkait untuk pembuatan Rencana Tindak Pengendalian. Fasilitasi Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dalam pembuatan RTP aset pemerintah daerah dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Permasalahan Jumlah Kejadian Grafik 3.30 Fasilitasi Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Pembuatan RTP Aset Pemerintah Daerah 93

Suplemen Rencana Strategis

Suplemen Rencana Strategis Suplemen Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat 2010-2014 Lampiran Keputusan Nomor KEP-2220/PW14/1/2012 Tanggal 28 Desember 2012 SASARAN STRATEGIS PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat PERJANJIAN KINERJA P enetapan indikator kinerja pada tingkat program dan kegiatan merupakan prasyarat bagi pengukuran kinerja. Kriteria pengukuran yang dipakai adalah target kinerja yang ditetapkan. Target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI BAB I PENDAHULUAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013, disusun dalam rangka mewujudkan dukungan terhadap sistem administrasi di

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT Nomor : LAP-011/PW03/1/2016 Tanggal : 20 Januari 2016 Kata Pengantar Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012 LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA / DAERAH PADA PROVINSI PAPUA TAHUN 2012 Nomor: LAP- 20/PW26/1/2012 Tanggal: 18 Januari 2012 LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 Nomor: LKIN-007/PW03/6/2017 Tanggal: 10 Januari 2017 DAFTAR ISI Ikhtisar Kinerja Bab III Akuntabilitas Kinerja Kata Pengantar... Daftar

Lebih terperinci

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis Ringkasan Eksekutif Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), mengantar BPKP memasuki babak baru yang menegaskan peran BPKP sebagai Auditor

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah NOMOR: LAKIP - 023 /PW18/1/2014 TANGGAL 21 JANUARI 2014 Ringkasan

Lebih terperinci

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut :

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut : RENCANA STRATEGIS 2010-2014 PERWAKILAN BPKP SULUT Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun 2010-2014 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pernyataan Visi Sejalan dengan

Lebih terperinci

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-nya, penyusunan Rencana Kinerja (Renja) Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan merupakan unit perwakilan dari BPKP. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF... BAB I Halaman PENDAHULUAN A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi... B. Aspek Strategis Organisasi... 4 C. Kegiatan dan Layanan Produk

Lebih terperinci

Pergi belayar ke Pulau Meranti Singgah dulu membeli cabai Raihlah kinerja tak hanya menanti LKj disusun kinerja tercapai

Pergi belayar ke Pulau Meranti Singgah dulu membeli cabai Raihlah kinerja tak hanya menanti LKj disusun kinerja tercapai KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pergi belayar ke Pulau Meranti Singgah dulu membeli cabai Raihlah kinerja tak hanya menanti LKj disusun kinerja tercapai P uji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sulawesi Utara telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Jalan Jenderal Ahmad Yani kilometer 32,5 Banjarbaru 70711 Telp: (0511) 4781116 Faksimili : (0511) 4774501 email : kalsel@bpkp.go.id,

Lebih terperinci

- 3 - Pasal 4 Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

- 3 - Pasal 4 Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. - 2 - Mengingat : 1. Peraturan Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi (Lembaran Negara Republik Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013 RINGKASAN EKSEKUTIF B adan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan kegiatan, dilengkapi dengan

Lebih terperinci

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Papua Barat yang sebelumnya wilayah kerjanya berada/merupakan bagian dari Perwakilan BPKP Provinsi Papua telah menyusun

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Tahun 2016 Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan

Laporan Kinerja Tahun 2016 Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan Laporan Kinerja Tahun 206 Provinsi Kalimantan Selatan KATA PENGANTAR Tahun 206 merupakan tahun kedua Renstra Provinsi Kalimantan Selatan yang telah disusun sebagai bagian dari Renstra BPKP. Tahun 206 juga

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN 63 BAB III OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 31 tahun 1983 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Untuk

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 NOMOR : LAP-6/PW02/1/2016 TANGGAL : 8 JANUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (SAKIP) dan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia LAPORAN KINERJA 2014 BPKP untuk Indonesia Nomor: LKIN- 502/K.SU/01/2015 Tanggal: 26 Februari 2015 Ringkasan Eksekutif B adan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) KATA PENGANTAR Prinsip manajemen berbasis kinerja mengharuskan setiap instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya melalui Laporan Kinerja (LKj) Instansi

Lebih terperinci

PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015

PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015 PERWAKILAN KANTOR GUBERNUR BPKP PROVINSI MALUKU MALUKU UTARA UTARA NOMOR : S-14/PW33/1/2015 TANGGAL 25 Januari 2015 LAKIP

Lebih terperinci

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja INFORMASI KINERJA Laporan Kinerja (Lkj) Instansi Pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayai kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggarannya.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009 www.bpkp.go.id KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009 KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, Menimbang

Lebih terperinci

Kepala, Ardan Adiperdana

Kepala, Ardan Adiperdana Nomor : LKIN-4/K/SU/2017 Tanggal : 21 FEBRUARI 2017 KATA PENGANTAR L aporan Kinerja Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian sasaran

Lebih terperinci

L a p o r a n R e a l i s a s i R K T B u l a n D e s e m b e r Halaman 1

L a p o r a n R e a l i s a s i R K T B u l a n D e s e m b e r Halaman 1 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Jalan Tamalanrea Raya No. 3 Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Makassar Kotak Pos :176 Telepon 0411-590591; 590592, Fax :0411-590595

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PENETAPAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PENETAPAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Unit Eselon II : Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan Tahun Anggaran : 2014 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA OUTPUT

Lebih terperinci

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR Menurut Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (SAKIP) dan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Nomor : LKIN-991/PW/17/1/2013 Tanggal : 31 DESEMBER 2013 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA. Jalan Kapten Tantular, Denpasar Telepon: (0361) Faksimili: (0361)

LAPORAN KINERJA. Jalan Kapten Tantular, Denpasar Telepon: (0361) Faksimili: (0361) LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Jalan Kapten Tantular, Denpasar 80235 Telepon: (0361) 246772 Faksimili: (0361) 246771 E-mail: bali@bpkp.go.id N o m o r : L A P - 0 1 4 8 / P W 2 2 / 2 0 1 7 Tanggal 1 0 J a

Lebih terperinci

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan kegiatan, dilengkapi dengan indikator kinerja dan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 NOMOR : LAP-6/PW02/1/2016 TANGGAL : 8 JANUARI 2016 PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar Daftar Isi

DAFTAR ISI. Kata Pengantar Daftar Isi DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi iii Ringkasan Eksekutif v I. Pendahuluan 1 A. Tugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi... 2 B. Aspek Strategis... 4 C. Kegiatan dan Produk Organisasi... 7 D. Struktur

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN III TAHUN 2014 TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

LAPORAN KINERJA TRIWULAN III TAHUN 2014 TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Unit Eselon II : Perwakilan BPKP Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran : 2.1 1.1.2 Persentase IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP 1.1.3 Persentase jumlah laporan keuangan proyek PHLN

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jambi DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF...

Perwakilan BPKP Provinsi Jambi DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF... I Ii iv BAB I PENDAHULUAN... A. Tugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi... B. Aspek Strategis Organisasi... C. Kegiatan dan Layanan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN BPKP PROPINSI DKI JAKARTA LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV TAHUN 2014

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN BPKP PROPINSI DKI JAKARTA LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV TAHUN 2014 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN BPKP PROPINSI DKI JAKARTA LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV TAHUN 2014 NOMOR : LEK-4./PW09/1/2014 TANGGAL : 08 Januari 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT LAPORAN ANALISIS PENUGASAN PENGAWASAN ATAS PROGRAM KERJA PENGAWASAN (PKPT) PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Nomor: LAP-11/D4/2016 Tanggal 30 Desember 2016 ii KATA PENGANTAR Sebagai wujud penerapan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan akuntabel serta untuk memenuhi kewajiban

Lebih terperinci

Revisi Suplemen Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Papua Barat Tahun Maret 2013

Revisi Suplemen Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Papua Barat Tahun Maret 2013 Revisi Suplemen Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2014 27 Maret 2013 Lampiran Keputusan Nomor KEP- 16/PW27/1/2013 BUTIR-BUTIR TAMBAHAN RENSTRA PERWAKILAN BPKP PROVINSI PAPUA BARAT

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH. Kata Pengantar

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH. Kata Pengantar BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH Kata Pengantar Laporan Kinerja (LKj) Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah ini merupakan media akuntabilitas pelaksanaan tugas dan

Lebih terperinci

erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina

erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina 11 T erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengawasan Intern Pemerintah (SPIP), menegaskan BPKP bertugas melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina

Lebih terperinci

LAKIP Perwakilan BPKP Provinsi Bali Tahun 2015 Pengantar PENGANTAR

LAKIP Perwakilan BPKP Provinsi Bali Tahun 2015 Pengantar PENGANTAR PENGANTAR LAKIP Perwakilan BPKP Provinsi Bali Tahun 2015 Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan rahmat-nya penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

Nomor : S 13 /PW.09/1/ Januari Yth. Bapak Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Jakarta.

Nomor : S 13 /PW.09/1/ Januari Yth. Bapak Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Jakarta. BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Jalan Pramuka Nomor 33 Jakarta Timur 320 Telepon (02) 85907460, Faksimile (02) 890663, E-mail dki@bpkp.go.id

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

Lampiran Keputusan Nomor KEP-5987/PW20/1/2012

Lampiran Keputusan Nomor KEP-5987/PW20/1/2012 28 Desember 2012 Lampiran Keputusan Nomor KEP-5987/PW20/1/2012 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Memuaskan

Ringkasan Eksekutif Memuaskan Ringkasan Eksekutif Laporan Akuntabilitas Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012 telah menyajikan capaian kinerja selama tahun 2012 dikaitkan dengan perencanaan kinerja untuk tahun

Lebih terperinci

No Sasaran Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Realisasi. Persentase IPP yang Mendapat Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan

No Sasaran Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Realisasi. Persentase IPP yang Mendapat Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan L aporan Akuntabilitas Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Tengah (LAKIP) disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Tengah dalam mencapai sasaran strategis

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR alam rangka melaksanakan tata pemerintahan yang baik (good governance) adalah tersusunnya laporan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan tahun berjalan untuk mewujudkan komitmen organisasi penyelenggara

Lebih terperinci

LAKIP. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah PERWAKILAN BPKP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LAKIP. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah PERWAKILAN BPKP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah TAHUN 2014 NOMOR : LAP- 28/PW29/1/2015 TANGGAL : 27 JANUARI 2015 Ikhtisar Eksekutif

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN RENCANA KINERJA BPKP PERWAKILAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN RENCANA KINERJA BPKP PERWAKILAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN RENCANA KINERJA BPKP PERWAKILAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 Nomor: KEP-339/PW26/1/2015 Tanggal: 31 Juli 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

Untuk mencapai target kinerja outcome dan output seperti yang telah diuraikan di atas, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan didukung dengan

Untuk mencapai target kinerja outcome dan output seperti yang telah diuraikan di atas, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan didukung dengan IKHTISAR EKSEKUTIF Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan yang baik, merupakan pertanggungjawaban atas mandat yang melekat pada suatu lembaga. Berangkat dari pemikiran tersebut, Perwakilan

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015

IKHTISAR EKSEKUTIF. Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 IKHTISAR EKSEKUTIF A kuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan yang baik, merupakan pertanggungjawaban atas mandat yang melekat pada suatu lembaga. Berangkat dari pemikiran tersebut, Perwakilan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA/DAERAH DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2014

LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA/DAERAH DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2014 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA/DAERAH DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2014 NOMOR : LAP-22/PW02/4/2015 TANGGAL :

Lebih terperinci

8 April Nomor : LKIN-1044/PW21/1/2014 Lampiran : Satu Berkas H a l : Laporan Kinerja Triwulan I Tahun 2014

8 April Nomor : LKIN-1044/PW21/1/2014 Lampiran : Satu Berkas H a l : Laporan Kinerja Triwulan I Tahun 2014 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Jl. Bumi Tamalanrea Raya No. 3 (BTP) Kotak Pos 176 Telp. (0411) 590591, 590592; E-mail: sulsel@bpkp.go.id Fax (0411) 590595

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.400, 2014 ADMINISTRASI. Keuangan. BPKP. Tugas. Fungsi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 NOMOR : LAP - 04/PW17.1/2013 TANGGAL : 7 JANUARI 2013 Ringkasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanggungjawaban rencana strategis kepada masyarakat dapat dilihat dari dua jalur utama, yaitu jalur pertanggungjawaban keuangan dan jalur pertanggungjawaban kinerja.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR Nomor : LAP-1/PW13/2013 Tanggal : 02 Januari 2013 LAKIP 2012 Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur KATA PENGANTAR aporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun Kata Pengantar

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun Kata Pengantar Kata Pengantar Setiap Instansi Pemerintah yang telah menerima anggaran dari pemerintah wajib menggunakannya untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien, efektif,

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

Pencapaian Target Kinerja Triwulan III Tahun 2014 Dalam Rangka Pencapaian Tujuan

Pencapaian Target Kinerja Triwulan III Tahun 2014 Dalam Rangka Pencapaian Tujuan BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Jl. Bumi Tamalanrea Raya No. 3 (BTP) Kotak Pos 176 Telp. (0411) 590591, 590592; E-mail: sulsel@bpkp.go.id Fax (0411) 590595

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN TRIWULAN IV TA 2013

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN TRIWULAN IV TA 2013 FORMULIR A Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 November 2006 DIISI OLEH PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN TRIWULAN IV TA 2013 I. DATA UMUM 1. Nomor

Lebih terperinci

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta Rencana Strategis 2010-2014 Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi DIY tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut: Visi : Auditor Presiden yang responsif,

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau LAPORAN KINERJA 2015 : LKIN-158/PW28/1/2016

Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau LAPORAN KINERJA 2015 : LKIN-158/PW28/1/2016 Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau LAPORAN KINERJA 2015 NOMOR : LKIN-158/PW28/1/2016 TANGGAL : 15 JANUARI 2016 Kata Pengantar Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa,

Lebih terperinci

PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TENGAH LAPORAN KINERJA 2016

PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TENGAH LAPORAN KINERJA 2016 PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TENGAH LAPORAN KINERJA 2016 Nomor : /PW11/1/2016 Tanggal : 30 Desember 2016 Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF i iii v BAB I PENDAHULUAN A Tugas, Fungsi,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUN 2017 KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR KEP 61/PW27/6/2017 TANGGAL 20 FEBRUARI 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI PAPUA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah yang kemudian dikerucutkan menjadi pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian. Selain itu juga akan dijelaskan

Lebih terperinci

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan No.1863, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Perwakilan BPKP. Provinsi. Sumut. Provinsi Sumsel. Provinsi DKI Iakarta. Provinsi Jabar. Provinsi Jateng. Provinsi Jatim. Provinsi Sumsel. PERATURAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Ringkasan Eksekutif...

DAFTAR ISI. Ringkasan Eksekutif... DAFTAR ISI Halaman Judul Daftar Isi Halaman Ringkasan Eksekutif... i BAB I Pendahuluan... 1 A. Data Umum... 3 B. Struktur Organisasi... 4 C. Keterkaitan dengan Rencana Strategis... 6 D. Keterkaitan dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah Subhaanahu wa Ta ala atas berkah dan rahmat yang telah diberikan sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Perwakilan BPKP

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1465, 2015 BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U No.1465, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 RENCANA RENCANA 1. PROGRAM - Meningkatnya kualitas pengawasan lintas sektor yang dijadikan bahan pengambilan keputusan oleh stakeholders 80% 80% 90% 90% 155,8 313,5 377,4 410,5 PENGAWASAN INTERN AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT RENCANA KINERJA (RENJA)

PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT RENCANA KINERJA (RENJA) PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT RENCANA KINERJA (RENJA) PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 LAP-20/PW14/1/16 2 FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i KATA PENGANTAR... ii BAB

Lebih terperinci

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, KEPUTUSAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-67/DL/2/2013 TENTANG PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2013 Perwakilan BPKP Jawa Timur disusun

Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2013 Perwakilan BPKP Jawa Timur disusun 11 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2013 Perwakilan BPKP Jawa Timur disusun berdasarkan Inpres Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan peraturan Menteri Negara

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Untuk mewujudkan visi, BPKP memiliki tiga misi, yaitu:

RINGKASAN EKSEKUTIF. Untuk mewujudkan visi, BPKP memiliki tiga misi, yaitu: RINGKASAN EKSEKUTIF Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan unit organisasi mandiri yang mendukung dan melaksanakan kebijakan BPKP Pusat. Perwakilan BPKP memiliki visi, misi, tujuan

Lebih terperinci

SUPLEMEN RENSTRA TAHUN

SUPLEMEN RENSTRA TAHUN SUPLEMEN RENSTRA TAHUN 2010-2014 NOMOR : KEP-1/PW18/1/2013 TANGGAL : 3 JANUARI 2013 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BPKP PROVINSI

Lebih terperinci

diperlukan untuk menghindari penyimpangan yang terlalu jauh antara Dalam tahun 2016, Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Bangka

diperlukan untuk menghindari penyimpangan yang terlalu jauh antara Dalam tahun 2016, Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Bangka Ringkasan Eksekutif R encana Kinerja merupakan salah satu komponen/siklus dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), dimulai dari Perencanaan Strategis (Renstra), Rencana Kinerja (Renja),

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2016

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2016 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2016 NOMOR : LAP-13/PW17/1/2017 TANGGAL : 11 JANUARI 2017

Lebih terperinci

REALISAS. 15 Agustus /2013 Satu Berkas. Nomor. Lampiran : Yth. Sekretaris di Jakarta. tanggal. RKT Bulan Juli 2013

REALISAS. 15 Agustus /2013 Satu Berkas. Nomor. Lampiran : Yth. Sekretaris di Jakarta. tanggal. RKT Bulan Juli 2013 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Jln Tamalanreaa Raya No. 3 Bumi Tamalanreaa Permai ( BTP ) MakassarKotak Pos :176 Telepon 0411-590591; 590592, Fax :0411-590595

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tuntutan reformasi birokrasi, pemerintah berusaha mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui penerapan prinsip akuntabilitas,

Lebih terperinci

Sasaran 7 dari Tujuan 5 : Dari 2 IKU dominan, tercapai 100,00% Sasaran 4 dari Tujuan 3 : Dari 1 IKU dominan tercapai 100,00%

Sasaran 7 dari Tujuan 5 : Dari 2 IKU dominan, tercapai 100,00% Sasaran 4 dari Tujuan 3 : Dari 1 IKU dominan tercapai 100,00% IKHTISAR EKSEKUTIF Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan yang baik, merupakan pertanggungjawaban atas mandat yang melekat pada suatu lembaga. Berangkat dari pemikiran tersebut, Perwakilan

Lebih terperinci

No. Rentang Capaian Kategori Capaian Jumlah Sasaran Jumlah Sasaran A. Capaian Kinerja Utama Litbang

No. Rentang Capaian Kategori Capaian Jumlah Sasaran Jumlah Sasaran A. Capaian Kinerja Utama Litbang RINGKASAN EKSEKUTIF Sebagai organisasi pendukung, Puslitbangwas BPKP senantiasa melaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan kinerja, mengembangkan, dan menghasilkan produk inovatif yang akan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

L K j LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

L K j LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH L K j 2 0 1 6 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT N O M O R : L A P - 11 / P W 1 4 / 6 / 2 0 1 7 TA N G G A L : 1 2 J A N U A R I 2 0 1 7 PERWAKILAN BPKP PROVINSI

Lebih terperinci

2016, No Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Maluku, dan Provinsi Papua; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 T

2016, No Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Maluku, dan Provinsi Papua; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 T No.247, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA.. Prov. Sumbar. Prov.Riau. Prov. Jambi. Prov. Bengkulu. Prov. Lampung. Prov.Kalbar. Prov.Kaltim. Prov. Kalsel. Prov.NTT. Prov.Sulteng. Prov. Sultra. Prov.Maluku.

Lebih terperinci

LAP-464/PW33/6/2016 30 DESEMBER 2016 iii Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF i ii iv BABI PENDAHULUAN A Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi 1 B Aspek Strategis Organisasi 4 C

Lebih terperinci